Anda di halaman 1dari 26

SATUAN ACARA PENYULUHAN

PENGGUNAAN TERAPI BERMAIN DAN TERAPI SENI UNTUK

MENGURANGI KECEMASAN HOSPITALISASI ANAK

DISUSUN OLEH:

KELOMPOK P’19

Haristio Maulana, S.Kep 1941313005


Hikmawani Anas, S.Kep 1941313006
Rahma Dhani Fitri, S.Kep 1941313009
Mia Aulia Rahim, S.Kep 1941313007
Dinda Jeanita, S.Kep 1941313008
Dara Aviolin , S.Kep 1941313016
Winda Astuti, S.Kep 1941313003
Cici Novelia Manurung, S.Kep 1941313001
Dzikra Fitria Amita, S.Kep 1941313019
Latifa Hidayani Abas, S.Kep 1941313015

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS ANDALAS

TAHUN 2020
Topik : PENGGUNAAN TERAPI BERMAIN DAN TERAPI SENI

UNTUK MENGURANGI KECEMASAN HOSPITALISASI

ANAK

Sasaran : Orang Tua Pasien Anak usia 1-6 tahun (> 8 orang)

Tempat : Bangsal Anak RSUP DR M DJAMIL PADANG

Hari/Tanggal : Jum’at, 24 Januari 2020

Waktu : 30 Menit

I. Latar Belakang

Kecemasan sudah dianggap sebagai bagian dari kehidupan


sehari-hari.Kecemasan adalah suatu perasaan yang sifatnya umum,
dimana seseorang merasa ketakutan atau kehilangan kepercayaan diri
yang tidak jelas asal maupun wujudnya.Kecemasan merupakan hal
wajar yang pernah dialami oleh setiap manusia.Kecemasan merupakan
suatu perasaan subjektif mengenai ketegangan mental yang
menggelisahkan sebagai reaksi umum dari ketidakmampuan mengatasi
suatu masalah atau tidak adanya rasa aman. Perasaan yang tidak
menentu tersebut yang nantinya akan menimbulkan atau disertai
perubahan fisiologis dan psikologis (Kholil Lur Rochman, 2010).
Pada kecemasan, perubahan fisiologi yang terjadi respon sistem
saraf otonom terhadap rasa takut dan menimbulkan aktivitas involunter
pada tubuh yang termasuk dalam mekanisme pertahanan diri.Serabut
saraf simpatis mengaktifkan tanda-tanda vital pada setiap tanda bahaya
untuk mempersiapkan pertahankan tubuh.Kelenjar adrenal melepas
adrenalin (epinefrin) yang menyebabkan tubuh mengambil lebih banyak
oksigen, medilatasi pupil, dan meningkatkan tekanan arteri serta
frekuensi jantung sambil membuat kontriksi pembuluh darah perifer
dan memantau darah dari sistem gastrointestinal guna menyokong kerja
jantung, otot, dan sistem saraf pusat.
Secara psikologis, kecemasan mempengaruhi perubahan terasa
tidak nyaman, kesulitan berpikir logis, agitasi, dan berperilaku adaptif
terhadap mekanisme pertahanan. Kolkaba memandang bahwa
kenyamanan merupakan kebutuhan dasar seorang individu yang bersifat
holistik yang meliputi kenyamanan fisik, psikospiritual, sosiokultural,
dan lingkungan. Menurut Kolkaba kecemasan merupakan kebutuhan
kenyamanan sosiokultural, salah satucara untuk memenuhinya adalah
mendorong klien untuk mengekspresikan seluruh perasaannya
(Kolcaba, Tilton & Drouin, 2006).
Di Indonesia prevalensi terkait gangguan kecemasan dengan
rawatan lama menurut hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) pada
tahun 2013 menunjukan bahwa sebesar 6% untuk usia 2-17 tahun
mengalami gangguan mental emosional yang ditunjukkan dengan
dilaporkan bahwa 25% mengalami kecemasan selama dirawat di
rumah sakit. Berdasarkan hasil pengamatan di ruangan Rawat Inap
Anak RSUP Dr. M Djamil Padang, Desember 2018, sekitar lebih dari
50% anak dengan hari rawatan lama dengan koping dan beban
keluarga dapat dilihat tampak lelah dan murung, dan kelihatan cemas
dengan tindakan prosedur keperawatan dan memerlukan media dalam
mengekspresikannya.
Media yang diperlukan untuk dapat mengekspresikan perasaan
tersebut dan mampu bekerja sama dengan petugas kesehatan selama
dalam pengobatan. Media yang paling efektif adalah melalui kegiatan
permainan.Permainan yang terapeutik yang didasari oleh pandangan
bahwa bermain bagi anak merupakan aktifitas yang sehat dan
diperlukan untuk kelangsungan tumbuh kembang anak dan
memungkinkan untuk menggali, mengekspresikan perasaan dan
pikiran serta mengalihkan perasaan nyeri dan juga relaksasi.Dengan
demikian, kegiatan bermain harus menjadi bagian integral dari
pelayanan kesehatan anak di fasilitas pelayanan kesehatan (Supartini,
2004).Terapi bermain dibagi menjadi dua macam berupa fisik dan
psikologis yang mampu mempengaruhi kerja peningkatan hormon.
Hormon adrenalin membantu menstabilkan tekanan
darah.Melakukan aktivitas disertai dengan penerapan pola makan yang
benar, kelenjar adrenal akan menghasilkan hormon dalam jumlah yang
normal, sehingga tubuh bisa bekerja dengan baik. Peningkatan
kelenjar adrenalin terjadi dalam keadaan takut, cemas, atau
tertekan.Hal ini menyebabkan otak dan jantung mendapatkan
tambahan darah, dan akhirnya memompa darah lebih cepat.Sehingga
timbul rasa cemas yang mempengaruhi peningkatan pada tanda-tanda
vital.Hormon serotonin berfungsi untuk mengatur suasana, mencegah
depresi, dan dapat membuat merasakan bahagia.Hormon endorfin
dapat mengurangi rasa kecemasan dan membuat merasa lebih baik.
Kedua hormon ini dapat mengurangi rasa kecemasan yang dapat
dilakukan dengan cara peningkatan kegiatan aktivitas fisik. Salah satu
kegiatan yang mampu merangsang hormon serotonin dan hormon
endorfin adalah dengan peningkatan kegiatan fisik salah satu
kegiatannya adalah terapi bermain.
Terapi bermain diyakini mampu menghilangkan batasan,
hambatan dalam diri, kecemasan, frustasi serta mempunyai masalah
emosi dengan tujuan mengubah tingkah laku anak yang tidak sesuai
menjadi tingkah laku yang diharapkan dan anak sering diajak bermain
akan lebih kooperatif dan mudah diajak kerjasama ketika menjalani
pengobatan dengan berbagai manfaat (Mulyaman, 2008).
Manfaat terapi bermain adalah perkembangan aspek fisik,
anggota tubuh mendapat kesempatan untuk digerakkan, anak dapat
menyalurkan tenaga (energi) yang berlebihan, sehingga ia tidak
merasa gelisah, otot-otot tubuh akan tumbuh menjadi kuat,
perkembangan aspek motorik kasar dan halus, perkembangan aspek
sosial, perkembangan aspek emosi atau kepribadian, perkembangan
aspek kognisi, mengasah ketajaman penginderaan, menjadikan anak
kreatif, kritis dan bukan anak yang acuh tak acuh terhadap kejadian
disekelilingnya, sebagai media terapi, dan sebagai media intervensi.
Selain terapi bermain, terapi seni merupakan salah satu
alternatif intervensi keperawatan yang dapat digunakan untuk
meminimalkan kecemasan pada anak (Haryatiningsih Purwandari,
2009).Terapi ini tidak membutuhkan ruangan secara khusus, biaya
yang mahal, dan tindakan dapat dilakukan oleh perawat anak.Terapi
Seni merupakan salah satu terapi modalitas dalam bidang keperawatan
(Haryatiningsih Purwandari, 2009).Berbagai penelitian membuktikan
bahwa terapi seni melalui gambar dapat meningkatkan kesadaran diri,
menyelesaikan konflik emosional dan mampu menyelesaikan
permasalahan (The American Art Therapy Association, 2003) serta
efektif meningkatkan harga diri (Dow, 2008).Terapi Seni mampu
memberikan efek relaksasi pada tubuh. Pada kondisi tubuh rilek, tubuh
akan mengeluarkan hormon Endorphin yang bersifat menenangkan,
memberikan pengaruh terhadap rangsang emosi di sistim limbik,
sehingga menimbulkan perasaan senang dan akan membuat sejahtera.
Efek relaksasi juga diharapkan dapat memberikan dampak terhadap
penurunan respon fisiologis kecemasan, diantaranya adalah penurunan
denyut nadi (Haryatiningsih Purwandari, 2009).
Terapi Seni dengan kegiatan menggambar merupakan aktivitas
yang paling sering dilakukan. Aktivitas menggambar ini hampir
disukai oleh semua anak, dan pada saat awal perkembangan seorang
anak dimulai dengan kegiatan mencoret yang tidak bermakna sampai
akhirnya kemampuan berkembang sesuai dengan tahapan usia.
Program terapi seni disusun untuk membantu meningkatkan
pemahaman dan pengetahun mengenai perilaku sosial yang positif dan
pengertian anak mengenai hubungan antar individu. Merujuk pada
pendapat Hovland (Azwar, 2000), bahwa perhatian, pemahaman dan
penerimaan pesan yang disampaikan akan menentukan apa yang akan
dipelajari oleh individu mengenai isi pesan tersebut, maka terapi seni
yang diberikan pada anak akan memengaruhi sikap dan perilaku anak.
Hal tersebut dipengaruhi oleh sejauh mana seseorang dapat
memperhatikan, memahami dan menerima terapi seni, sehingga
individu dapat menggunakannya sebagai seni ekspresi diri dan luapan
perasaan yang akan meningkatkan konsep dirinya. Proses terapi dapat
menumbuhkan keyakinan atas kemampuan diri dan memberi bekal
kekuatan pada diri sehingga memungkinkan anak menghadapi segala
permasalahan dan melaksanakan tugas dengan baik.
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan pada tanggal 2 Januari
2020 - 6 januari 2020 di ruang kronis anak ditemukan anak dengan
rentang usia 1-6 tahun yang memiliki kecemasan rasa takut terhadap
tindakan prosedur medis selama berada di rumah sakit.Ditemukan
sebanyak 6 dari 16 anak dengan usia 1-6 tahun mengalami kecemasan,
anak selalu takut kepada para tim kesehatan saat akan melakukan
intervensi kepada ana, dengan diagnosa yang berbeda-beda yakni
ALL, thalasemia, dan penyakit lainnya yang memungkinkan anak
untuk pengobatan rutin kembali ke rumah sakit.
Berdasarkan analisis fenomena, konsep, teori danpenelitian
terdahulu, kami tertarik untuk membahas jurnal yang berjudul “Studi
Perbandingan Terapi Seni dan Terapi Bermain dalam Mengurangi
Kecemasan pada Anak-anak Pra-Sekolah Yang Menjalani Rawat
Inap”.
II. Tujuan Instruksional Umum

Setelah dilakukan penyuluhan, diharapkan orang tua pasien anak dapat

memberikan terapi bermain dan terapi seni baik di rumah sakit maupun

di rumah untuk mengurangi kecemasan anak saat sakit.

III. Tujuan Instruksional Khusus

Setelah diberikan pendidikan kesehatan diharapkan peserta mampu :


1. Menyebutkan pengetahuan dasar mengenai terapi bermain dan

terapi seni.

2. Menjelaskan manfaat terapi bermain dan terapi senin.

3. Menyebutkan contoh-contoh terapi bermain dan terapi seni serta

cara kerjanya.

IV. Materi (Terlampir)

V. Pengorganisasian

Moderator : Dara Aviolin


Presentator : Cici Novelia Manurung
Observer : Mia Aulia Rahim
Fasilitator : Haristio Maulana
Hikmawani Anas
Rahma Dhani Fitri
Mia Aulia Rahim
Winda Astuti
Dinda Jeanita
Dokumentator : Dzikra Fitria Amita
Uraian Tugas
a. Moderator
1. Membuka acara
2. Memperkenalkan mahasiswa dan dosen pembimbing
3. Menjelaskan tujuan dan topik
4. Menjelaskan kontrak waktu
5. Menyerahkan jalannya penyuluhan kepada pemateri
6. Mengarahkan alur diskusi
7. Memimpin jalannya diskusi
8. Menutup acara
b. Presentator
1. Mempresentasikan materi untuk penyuluhan.
c. Fasilitator
1. Memotivasi peserta untuk berperan aktif dalam jalannya
penyuluhan
2. Membantu dalam menanggapi pertanyaan dari peserta
d. Observer
1. Mengamati jalannya kegiatan.
2. Mengevaluasi kegiatan.
VI. Struktur Kelompok

Tempat Kegiatan : Ruang Kebidanan Lt.3 RSUP M.Djamil Padang

Waktu Kegiatan : 13.00 – 13.30 WIB

Jumlah Anggota : 8 orang

Alokasi Waktu : 30 menit

VII. Metode

1. Ceramah (Presentasi power point)

2. Tanya Jawab

VIII. Media

1. Video

2. Powerpoint

3. Leaflet

IX. Setting Tempat

M Pb

F F
Keterangan :
O
= Pemateri M = Moderator

F
= Fasilitator = Peserta

O = Observer Pb = Pembimbing

I. Kegiatan Penyuluhan
No Kegiatan penyuluhan Kegiatan audiens Waktu

1 Pembukaan
- Moderator memberi salam.
- Menjawab salam. 5 menit
- Moderator membuat kontrak
- Mendengar dan
waktu.
memperhatikan.
- Moderator menjelaskan tujuan
- Mendengarkan dan
penyuluhan.
memperhatikan.

2 - Menggali pengetahuan audiens - Mengemukakan 20 menit


tentang terapi bermain pendapat.
- Memberi reinforcement (+) dan - Mendengarkan dan
meluruskan konsep. memperhatikan.
- Menggali pengetahuan audiens - Mengemukakan
tentang terapi seni pendapat.
- Memberi reiforcement (+) dan - Mendengarkan dan
meluruskan konsep memperhatikan.
- Menggali pengetahuan audiens - Mengemukakan
tentang manfaat terapi seni dan pendapat.
terapi bermain
- Memberi reiforcement (+) dan - Mendengarkan dan
meluruskan konsep. memperhatikan.
- Menggali pengetahuan audiens - Mengemukakan
tentang conroh-contoh dari pendapat.
terapi bermain dan terapi seni
- Memberi reiforcement (+) dan - Mendengarkan dan
meluruskan konsep. memperhatikan.
- Memberi kesempatan pada - Mengajukan
audiens untuk bertanya. pertanyaan.
- Memberi reiforcement (+) atas - Mendengarkan dan
pertanyaan audiens dan memperhatikan
menjawab pertanyaan.
- Memberikan contoh terapi
- Memperhatikan
bermain melalui video dan
dengan seksama
narasi penjelasan
3 Penutup 5 menit
- Presenter bersama audiens - Besama presenter
menyimpulkan materi. menyimpulkan
materi.
- Menjawab
- Presenter mengadakan evaluasi.
pertanyaan.
- Menjawab salam.
- Presenter memberi salam. - Mendengarkan dan
- Moderator menyimpulkan hasil memperhatikan.
diskusi. - Menjawab salam.
- Moderator memberi salam.

II. Evaluasi
1. Evaluasi Struktur
- Peserta penyuluhan 8 orang
- Setting tempat teratur, berbentuk persegi
- Suasana tenang dan tidak ada yang hilir mudik
2. Evaluasi Proses
- Selama proses berlangsung diharapkan pengunjung dapat mengikuti
seluruh kegiatan
- Selama kegiatan berlangsung diharapkan pengunjung aktif

3. Evaluasi Hasil
Keluarga pasien dapat:

- Menyebutkan pengetahuan dasar mengenai terapi bermain dan terapi


seni.
- Menjelaskan manfaat terapi bermain dan terapi senin.
- Menyebutkan contoh-contoh terapi bermain dan terapi seni serta cara
kerjanya.
MATERI PENYULUHAN

A. Terapi Bermain
1. Definisi Terapi Bermain
Bermain merupakan bagian penting dari masa balita dan punya
nilai pendidikan yang tinggi (June, 2003). “Bermain” (play) merupakan
istilah yang digunakan secara bebas sehingga arti utamanya mungkin
hilang. Arti yang paling tepat ialah setiap kegiatan yang dilakukan untuk
kesenangan yang ditimbulkan, tanpa mempertimbangkan hasil akhir.
Bermain dilakukan secara suka rela, dan tidak ada paksaan atau tekanan
dari luar atau kewajiban (Hurlock, 1978).
Landreth (2001) berpendapat bahwa bermain sebagai terapi
merupakan salah satu sarana yang digunakan dalam membantu anak
mengatasi masalahnya, sebab bagi anak bermain adalah simbol
verbalisasi. Terapi bermain dapat dilakukan didalam ataupun diluar
ruangan. Terapi yang dilakukan didalam ruangan sebaiknya dipersiapkan
dengan baik terutama dengan alat-alat permainan yang akan digunakan
Piaget menjelaskan bahwa bermain “terdiri atas tanggapan yang
diulang sekedar untuk kesenangan fungsional”. Menurut Bettelheim
kegiatan bermain adalah kegiatan yang “tidak mempuyai peraturan lain
kecuali yang ditetapkan pemain sendiri dan tidak ada hasil akhir yang
dimaksudkan dalam realita luar”. Bermain secara garis besar dapat dibagi
ke dalam dua kategori, aktif dan pasif (“hiburan”). Pada semua usia, anak
melakukan permainan aktif dan pasif. Proporsi waktu yang dicurahkan ke
masing-masing jenis bermain itu tidak bergantung pada usia, tetapi pada
kesehatan dan kesenangan yang diperoleh dari masing-masing kategori.
Meskipun umumnya permainan aktif lebih menonjol pada awal usia
prasekolah dan permainan hiburan ketika anak mendekati masa puber,
namun hal itu tidak selalu benar.
2. Manfaat Bermain
Bermain merupakan aktivitas penting pada masa anak-anak.
Berikut ini adalah bererapa manfaat bermain pada anak-anak :
a. Perkembangan aspek fisik. Anggota tubuh mendapat kesempatan
untuk digerakkan, anak dapat menyalurkan tenaga (energi) yang
berlebihan, sehingga ia tidak merasa gelisah. Dengan demikian otot-
otot tubuh akan tumbuh menjadi kuat.
b. Perkembangan aspek motorik kasar dan halus.
c. Perkembangan aspek sosial. Ia akan belajar tentang sistem nilai,
kebiasaan-kebiasaan dan standar moral yang dianut oleh masyarakat.
d. Perkembangan aspek emosi atau kepribadian. Anak mendapat
kesempatan untuk melepaskan ketegangan yang dialami, perasaan
tertekan dan menyalurkan dorongan-dorongan yang muncul dalam
dirinya. Setidaknya akan membuat anak relaks.
e. Perkembangan aspek kognisi. Anak belajar konsep dasar,
mengembangkan daya cipta, memahami kata-kata yang diucapkan
oleh teman-temannya.
f. Mengasah ketajaman penginderaan, menjadikan anak kreatif, kritis
dan bukan anak yang acuh tak acuh terhadap kejadian
disekelilingnya.
g. Sebagai media terapi, selama bermain perilaku anak-anak akan
tampil bebas dan bermain adalah sesuatu yang secara alamiah sudah
dimiliki oleh seorang anak.
h. Sebagai media intervensi, untuk melatihkemampuan-kemampuan
tertentu dan sering digunakan untuk melatih konsentrasi pada tugas
tertentu, melatih konsep dasar.
3. Kelebihan Terpai bermain
Menurut Ramdaniati, kelebihan terapi bermain adalah
 Terapi bermain menyediakan ruang yang aman untuk ekspresi
emosional
 Memberdayakan anak dan belajar bagaimana mengekspresikan
pikiran dan perasaan mereka dengan cara yang konstruktif
 Hal ini mendorong pengambilan keputusan dan penerimaan
tanggung jawab
 Terapi bermain memfasilitasi pengembangan pemecahan masalah,
keterampilan mengatasi dan ketahanan
 Memperluas kesadaran dan harga diri dan meningkatkan hubungan
kepercayaan antara pasien dan pekerja perawatan kesehatan
 Hal ini mendorong kepercayaan diri dan konsentrasi
 Memupuk imajinasi dan kreativitas
 Mendukung penyembuhan dan pertumbuhan emosion

4. Cara Memilih Permainan Untuk Anak


Anak-anak melakukan aktivitas permainan sesuai dengan tahapan
perkembangan kognitifnya, oleh karena itupemilihan permainan harus
disesuaikan denngan tahapan perkembangan anak, yaitu:
a. Periode Bayi : permainan sensorimotor
Hingga bayi berusia sekitar tiga bulan,permainan mereka terdiri
atas melihat orang dan benda serta melakukan usaha acak untuk
menggapai benda yang diacungkan kepadanya. Selanjutnya mereka
dapat mengendalikan tangan mereka, kemudian dapat merangkak
untuk mengeksplorasi benda-benda.
Bayi mengumpulkan informasi melalui sensori dengan
memanipulasi objek dan menunjukkan motor tertentu. Dengan
demikian selama tahun pertama anak-anak senang mengeksplorasi diri
serta lingkungannya, menstimulasi sensorimotor, bermain secara
soliter dan paralel serta meniru.
b. Periode kanak-kanak awal
Pada masa kanak-kanak awal (mulai usia 2 tahun), kemampuan
untuk membuat symbol begitu sentral. Mereka memainkan permainan
imajinasi yang menandakan kemajuan dalam perkembangan
intelektual dan bahasa. Permainan imajinasi umumnya terjadi antara
umur 2 hingga 6 tahun. Permainan imajinasi meliputi permainan
drama dan sosiodrama, fantasi dalam bentuk lamunan atau kreasi dari
imajinasi seorang teman.
Dalam permainan drama, anak mencoba berperan sebagai orang
yang paling penting di dunia. Permainan drama ini meliputi dua jenis
yaitu reproduktif dan produktif. Drama reproduktif terjadi pada saat
anak-anak berusaha mereproduksi situasi yang telah dialaminya dalam
kehidupan sebenarnya. Sedangkan drama produktif anak-anak
menggunakan situasi, tindakan dan bicara dari situasi kehidupan nyata
ke dalam bentuk yang baru dan berbeda.
Permainan drama reproduktif biasanya mendahului permainan
drama produktif.Dalam permainan pura-pura reproduktif, anak-anak
berusaha mereproduksi situasi yang telah diamati dalam kehidupan
sebenarnya atau media massa dalam permainannya. Contoh: pura-pura
menjadi orang lain seperti ayah dan ibu, dokter, guru, koki atau
meniru jagoan atau tokoh yang diidolakan. Kalau anak merasa
nyaman maka permainan ini dapat mefasilitasi anak untuk bercerita
tentang kejadian-kejadian yang dialaminya dengan berperan sebagai
tokoh yang diinginankan untuk masuk dalam alur permainan tersebut.
Pada waktu itu terjadi eksplorasi internal, self monitoring.
Dalam permainan pura-pura produktif, anak-anak menggunakan
situasi, tindakan dan bicara dari situasi kehidupan nyata ke dalam
bentuk baru dan berbeda. Dengan demikian akan terjadi transfer
situasi yang dialami yang semula ada dalam fantasi kemudian
dipindahkan oleh anak dalam situasi realitas yang dihadapi anak.
Contoh: ibu beruang memukul anaknya berulang kali, ini direspon
anak dengan berkata: “itu menyakitkan, tidak boleh, anaknya akan
mati”, aku tidak mau mati”
c. Periode kanak-kanak akhir
Ketika anak berusia 7 hingga 11 tahun mereka mulai memainkan
permainan yang didalamnya terdapat aturan permainan tersebut
memerlukan latihan, kemampuan mengontrol impuls, kemampuan
toleransi terhadap frustrasi, kemampuan membuat strategi,
perencanaan, organisasi, kemampuan berpikir logis dan dapat
memecahkan masalah.

5. Materi Bermain Berdasarkan Tujuan.


a. Mainan untuk memudahkan ekspresi.
Mainan adalah kata-kata anak-anak dan bermain adalah bahasa
mereka. Oleh karena itu dalam terapi bermain harus tersedia mainan
yang memudahkan anak untuk mengekspresikan pikiran dan
perasaannya. Misalnya keluarga boneka manusia, keluarga boneka
binatang, mobil, truk, bis dll
b. Mainan yang mendorong kreativitas.
Beberapa mainan, sudah menjadi sifat dasarnya mendorong
kreativitas. Sebuah kotak di pojok bisa menjadi rumah. Contoh lain
seperti krayon, malam, kertas lipat, balok kayu dll.
c. Mainan untuk menyalurkan emosi
Anak dapat menggunakan cat, pasir, tanah liat untuk menyalurkan
perasaannya yang kuatdimana dia tidak berani mengkomunikasikan
dengan lebih terbuka.
d. Mainan yang dapat mengekspresikan sifat agresi
Mainan senjata, pisau karet, pedang plastik, perisai dari kayu, palu,
catut menggambarkan kepada anak suatu arti yang mengekspresikan
permusuhan dan agresif. Menembak, menusuk, memukul, dan
meninju dengan keras adalah ekspresi simbolik dari kemarahan, dan
jika diberikebebasan bermain akan memberikan terapeutik katarsis,
konsentrasi dan koordinasi.
6. Karakteristik Terapis
Terapis untuk terapi bermain perlu mengembangkan beberapa
karakteristik di bawah ini :
a. Berminat/ peduli/ relasi hangat dengan anak
b. Penerimaan terhadap anak
c. Mampu menciptakan rasa aman
d. Sensitif dan memberikan kesempatan ekspresi pada perasaan anak
e. Percaya kapasitas anak untuk berkembang
f. Percaya kemampuan anak untuk kontrol perilaku
g. Paham terapi bermain proses yang bertahap
h. Mampu memberikan batasan yang tepat

7. Contoh Permainan Untuk Anak Usia 2-6 Tahun


a. Bermain Puzzle
Menurut penelitian yang yanng dilakukan oleh Ramdaniati
dkk, 2016. Bermain puzzle merupakan terapi bermain yang efektif
untuk mengurangi kecemasan pada anak yang mengalami
hospitalisasi.
Bermain Puzzle adalah teka-teki /tebakan yang
membingungkan yang merupakan tantangan yang harus
dipecahkan (Muzammil, 2010).
Kelebihan bermain puzzle
i. Meningkatkan keterampilan kognitif
Keterampilan kognitif berhubungan dengan kemampuan
untuk belajar dan memecahkan masalah. Melalui puzzle
anak-anak akan mencoba memecahkan masalah yaitu
menyusun gambar menjadi utuh. Anak dapat
mengembangkan kemampuan kognitifnya dengan
menyesuaikan bentuk, menyesuaikan warna, atau logika.
ii. Meningkatkan kemampuan motorik halus
Anak dapat melatih koordinasi tangan dan mata untuk
mencocokkan kepingan puzzle dan menyusunnya menjadi
satu gambar
iii. Melatih kemampuan nalar dan daya ingat serta konsentrasi
Saat bermain puzzle anak akan melatih sel otaknya untuk
mengembangkan kemampuan berpikirnya dan
berkonsentrasi untuk menyelesaikan kepingan tersebut.
iv. Melatih kesabaran dalam menyelesaikan masalah
v. Meningkatkan keterampilan sosial jika dimainkan dengan
teman sebaya
Memungkinkan anak untuk berinteraksi sosial
vi. Pengetahuan melalui puzzle anak akan belajar banyak hal
Anak dapat belajar melalui puzzle misalnya dari warna,
bentuk, jenis hewan, buah-buahan, sayuran dan lain-lain.
Kekurangan bermain puzzle
i. Instrumen cukup sulit untuk di dapatkan
ii. Jika pola terlalu rumit, akan menyulitkan anak
iii. Membutuhkan biaya yang cukup besar
b. Bermain kertas origami
Bermain origami efektif dalam penurunan kecemasan pada anak
yang hospitalisasi Al-ihsan dkk , 2018.
Kelebihan bermain origami :
i. Meningkatkan kemampuan berpikir
Hal ini ditunjukkan dalam neningkatkan keterampilan
visualisasi spesial dengan menggunakan tangan sebagai
alat belajar
ii. Belajar berkreatifitas dari berbagai bentuk-bentuk contoh
origami
iii. Belajar mengikuti arahan
iv. Menemukan solusi dan dapat menyelesaikan masalah
v. Berfikir matematis dan perbandingan
Dalam pembentukan origami diperlukan ketepatan
perbandingan sehingga membentuk suatu kertas lipat yang
indah
Kekurangan bermain origami :
i. Memerlukan banyak waktu untuk melakukannya
ii. Bagaimana cara terapis menggunakan media tersebut, jika
tidak kreatif maka akan mengalami kesulitan
c. Terapi Bercerita
Terapi bercerita merupakan satu teknik untuk menyalurkan
sesuatu melalui perkataan, gambar dan bunyi yang sering kali
dilakukan dengan teknik improvis. Cerita yang disampaikan harus
mengandung pesan, nasihat, dan informasi bisa ditangkap oleh
anak, sehingga anak bisa dengan mudah memahami dan
meneladeni hal baik yang terandung dalam cerita yang
disampaikan (Madyawati, 2016).
Dalam beberapa penelitian terapi bercerita efektif dalam
mngengatasi kecemasan anak yang mengalami hospitalisasi.
Kelebihan terapi bercerita :
i. Menanamkan nilai-nilai yang pendidikan yang baik
ii. Mengembangkan imajinasi anak
iii. Membangkitkan rasa ingin tahu anak
iv. Membantu pembentukan pribadi dan moral anak
v. Menyalurkan kebutuhan imajinasi dan fantasi
vi. Memacu kemampuan verbal anak
vii. Membantu mengembangkan kemampuan kognitif
afektif dan psikomotor
viii. Memberikan pengalaman belajar yang unik
Kekurangan terapi bercerita :
i. Anak mudah cepat bosan jika penyajian kurang menarik
ii. Bersifat monolog sehingga dapat membuat anak cepat
jenuh
d. Bermain Lilin
Penelitian yang dilakukan oleh Fadianto, 2016 mengatakan bahwa
terapi bermain lilin dapat menurunkan tingkat kecemasan anak
yang mengalami hospitalisasi
Kelebihan bermain lilin bagi anak
i. Mengembangkan keterampilan motorik halus
ii. Menenangkan anak
iii. Mendorong kreativitas
iv. Meningkatkan koordinasi mata-tangan
v. Meningkatkan keterampilan sosial menjauhkan anak dari
gadget.
Kekurangan bermain lilin
i. Karena bentuk yang lunak dan beraneka warna, bisa saja
anak memasukkannya kedalam mulut, sehingga perlu
perhatian yang ekstra
ii. Harga lilin untuk permainan anak cukup mahal.
e. Bermain Felt Puppets
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Sari, 2018 di rumah sakit
umum daerah Surakarta didapatkan bahwa metode bermain felt
puppets memiliki pengaruh terhadap pengurangan kecemasan
yang dialami oleh anak yang hospitalisasi.
Felt puppets merupakan permainan yang dilakukan dengan cara
anak mengungkapkan dan menggambarkan perasaan selama
berada di rumah sakit dengan menggunakan puppets (boneka yang
terbuat dari kain flanel) yang dimasukkan ke tangan.
Kelebihan permainan felt puppets
i. Anak tertarik untuk melakukan permainan karena adanya
media berupa boneka tangan
ii. Anak dapat mengungkapkan perasaan dengan metode
yang lebih menyenangkan
iii. Anak dapat mengungkapkan ekspresi dan perasaannya
dengan baik dengan boneka dibandingkan bercerita
secara langsung dengan orang dewasa, karena boneka
dianggap sebagai teman sebaya oleh anak
iv. Memberikan efek relaksasi pada anak
v. Boneka tangan dapat meningkatkan kemampuan
imajinasi anak
Kekurangan
i. Harga yang cukup mahal
ii. Instrumen yang cukup sulit untuk didapatkan
f. Bermain Walkie Talkie
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Aini, 2016 yaitu
permainan walkie talkie memiliki pengaruh terhadap penurunan
kecemasan yang dialami oleh anak akibat hospitalisasi. Permainan
walkie talkie dimulai dari perancangan pembuatan walkie talkie
yang dilakukan oleh anak menggunakan media yaitu kaleng bekas,
benang nilon, gunting, lem kertas, spidol warna, kertas, dan korek
api
Kelebihan bermain walkie talkie
i. Menumbuhkan kemampuan sosial anak untuk dapat
berinteraksi dengan teman sebaya dan orang lain
ii. Mengembangkan kemampuan motorik kasar dan halus anak
iii. Anak menjadi lebih kreatif, aktif dan imajinatif
iv. Mengembangkan kemampuan anak dalam berkomunikasi

Kekurangan

i. Perlu pengawasan lebih pada saat anak membuat walkie


talkie karena penggunaan gunting
ii. Membutuhkan waktu yang banyak untuk melakukannya.
g. Mewarnai Gambar Dengan Pasir Warna
Menurut Arsika, 2018 bahwa terdapat pengaruh terapi bermain
menggambar dan mewarnai dengan pasir warna terhadap
penurunan kecemasan yang dialami oleh anak prasekolah selama
hospitalisasi.
Kelebihan
i. Melatih kreativitas anak dalam berekspresi
ii. Membantu anak dalam mengenali perbedaan warna
iii. Melatih kemampuan motorik kasar dan mototrik halus
anak
iv. Meningkatkan konsentrasi anak
v. Melatih kemampuan koordinasi pada anak
vi. Mengalihkan perhatian anak dari rasa takut dan cemas
akibat hospitalisasi

kekurangan

i. Perlu pengawasan yang lebih saat anak bermain karena


menggunakan media pasir untuk mewarnai
h. Terapi Bermain Menggunakan Biblioterapi dengan Buku
Cerita Bergambar
Penggunaan terapi bermain menggunakan biblioterapi dengan
buku cerita bergambar efektif dalam penurunan tingkat kecemasan
yang dialami anak pra sekolah akibat hospitalisasi (Apriza, 2017).
Biblioterapi merupakan teknik terapi bermain yang menggunakan
buku sebagai media yang dilakukan dengan menceritakan sesuatu
yang memiliki gambar, teknik ini dilakukan agar anak tidak bosan
saat mendengar cerita. Biasanya akan dilanjutkan dengan diskusi
mengenai perasaan yang dirasakan oleh masing-masing anak
sesuai dengan cerita yang ada didalam buku.
Kelebihan
i. Anak tidak cepat bosan saat mendengarkan cerita
ii. Meningkatkan kemampuan anak dalam berkomunikasi
iii. Meningkatkan kemampuan imajinasi anak
iv. Menurunkan kecemasan pada anak dengan
mengekspresikan perasaan yang dialami anak melalui
permainan
v. Anak dapat dengan mudah mengeksplorasi cerita dengan
menggunakan buku cerita bergambar

Kekurangan

i. Perlu banyak buku untuk mengganti setiap topik dalam


pertemuan agar anak tidak bosan.
i. Bermain Menghias Botol
Perasaan cemas yang dialami anak pra sekolah akibat dari
hospitalisasi dapat dikurangi dengan terapi bermain salah satunya
yaitu terapi bermain menghias botol (Wijayanti, 2017). Bahan
yang digunakan dalam penelitian yaitu botol bekas yang sudah
digunting, kain flanel, hiasan untuk botol.
Kelebihan
i. Mengembangkan kreativitas anak
ii. Mengalihkan perhatian anak terhadap kecemasan akibat
dari efek hospitalisasi
iii. Mudah dilakukan anak, karena bahan yang digunakan sudah
dipersiapkan terlebih dahulu sehingga anak tidak perlu
mulai dari awal mempersiapkan bahan.
iv. Mengembangkan kemampuan imajinasi anak

Kekurangan

i. Perlu pengawasan yanng lebih saat anak menempelkan


hiasan karena menggunakan lem sebagai perekat.
j. Terapi Bermain Dramatical Play dalam Peer Group
Pengurangan kecemasan yang dialami anak pra sekolah selama
hospitalisasi dapat dilakukan dengan menggunakan terapi bermain
salah satunya yaitu Dramatical Play. Permainan ini dilakukan
dengan cara anak ditempatkan pada satu kelompok yang sama dan
bermain peran sesuai dengan cerita yang diinginkan.
Kelebihan
i. Melatih kemampuan anak dalam berkomunikasi
ii. Melatih imajinasi anak saat bermain peran
iii. Meningkatkan kemampuan sosial anak terhadap teman
sebaya
iv. Membantu anak mengurangi kecemasan akibat
hospitalisasi dengan mengalihkan perhatian dengan
bermain

Kekurangan

i. Akan sedikit sulit saat mengajak anak untuk berbicara saat


bermain peran.
Lembar Observasi Pelaksanaan Terapi Bermain

NO Aspek yang Dinilai Ya Tidak

I Struktur Penyuluhan

1. Persiapan media Penyuluhan

a. infokus
b. layar
2 Kelengkapan jumlah mahasiswa:

a. Moderator (1)
b. Presentator (1)
c. Fasilitator (6)
d. Observer (1)
e. Dokumentator (1)
4 Kegiatan berjalan tepat waktu

II Proses Terapi Bermain

1. Pembukaan, Moderator :

a. Membuka acara
b. Memperkenalkan diri dan pembimbing
c. Menjelaskan tujuan dan topik
d. Menjelaskan kontrak waktu
e. Memimpin jalannya penyuluhan dari awal sampai akhir
f. Mengarahkan alur diskusi
g. Menyerahkan jalannya penyuluhan kepada pemateri
2. Pelaksanaan

Presentator :

a. Menjelaskan topik penyuluhan


Fasilitator :
a. Memotivasi peserta untuk berperan aktif dalam
penyuluhan
b. Membantu peserta dalam menanggapi pertanyaan
Pelaksanaan Penyuluhan dimulai tepat waktu

4. Evaluasi : observer

a. Memberikan penilaian kemampuan anak berdasarkan


kriteria di lembar evaluasi kemajuan.
4. Terminasi :
- Presenter bersama audiens menyimpulkan materi
- Presenter mengadakan evaluasi.
- Presenter memberi salam.
- Moderator menyimpulkan hasil diskusi.
- Moderator memberi salam.
III Hasil Terapi Bermain

1. Peserta Terapi Bermain :

a. Peserta antusian dalam kegiatan penyuluhan


b. Peserta mengikuti penyuluhan sampai dengan selesai.
c. Peserta mampu menyebutkan rencana terapi bermain
yuang akan di lakukan pada anaknya

Anda mungkin juga menyukai