Anda di halaman 1dari 51

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK PADA PASIEN DENGAN KASUS AKUTE LIMFOSITIK


LEUKIMIA
DI RUANG 7B
RSUD dr. SAIFUL ANWAR MALANG

oleh
Febrina Savitri Santoso
201710300511019

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2020
Acute Lymphoblastic Leukimia (ALL)  L-
te
I. DEFINISI da
Leukemia adalah keganasan organ pembuat darah, sehingga sumsum tulang didominasi oleh limfoblas se
yang abnormal. Leukemia limfoblastik akut adalah keganasan yang sering ditemukan pada masa anak-anak lim
(25-30% dari seluruh keganasan pada anak), anak laki lebih sering ditemukan dari pada anak perempuan, bl
dan terbanyak pada anak usia 3-4 tahun. Faktor risiko terjadi leukimia adalah faktor kelainan kromosom, be
bahan kimia, radiasi faktor hormonal,infeksi virus (Ribera, 2019). ho
ALL adalah kanker jaringan yang menghasilkan leukosit (Cecily, 2010). ge
Leukemia Limfoblastik Akut (LLA) adalah suatu keganasan pada sel-sel prekursor limfoid, yakni sel de
darah yang nantinya akan berdiferensiasi menjadi limfosit T dan limfosit B. LLA ini banyak terjadi pada n
anak-anak yakni 75%, sedangkan sisanya terjadi pada orang dewasa. Lebih dari 80% dari kasus LLA adalah kr
terjadinya keganasan pada sel T, dan sisanya adalah keganasan pada sel B. Insidennya 1 : 60.000 tin
orang/tahun dan  didominasi oleh anak-anak usia < 15 tahun, dengan insiden tertinggi pada usia 3-5 tahun be
(Landier, 2011) ca
ALL adalah patologis dari sel pembuluh darah yang bersifat sistematik dan biasanya berakhir fatal ba
(Ngastiyah, 2015). k
Klasifikasi leukimia: di
1. Leukemia Akut uk
Leukemia akut adalah keganasan primer sumsum tulang yang berakibat terdesaknya komponen an
darah normal oleh komponen darah abnormal (blastosit) yang disertai dengan penyebaran ke organ- in
organ lain. Leukemia akut memiliki perjalanan klinis yang cepat, tanpa pengobatan penderita akan se
meninggal rata-rata dalam 4-6 bulan. sit
a. Leukemia Limfositik Akut (LLA) as
LLA merupakan jenis leukemia dengan karakteristik adanya proliferasi dan akumulasi sel- ya
sel patologis dari sistem limfopoetik yang mengakibatkan organomegali (pembesaran alat-alat ba
dalam) dan kegagalan organ. lik
LLA lebih sering ditemukan pada anak-anak (82%) daripada umur dewasa (18%). Insiden da
LLA akan mencapai puncaknya pada umur 3-7 tahun. Tanpa pengobatan sebagian anak-anak be
akan hidup 2-3 bulan setelah terdiagnosis terutama diakibatkan oleh kegagalan dari sumsum ku
tulang.  as
Klasifikasi LLA berdasarkan morfologik untuk lebih memudahkan pemakaiannya dalam
klinik, antara lain sebagai berikut:
 L-1 terdiri dari sel-sel limfoblas kecil serupa dengan kromatin homogen, nucleus
umumnya tidak tampak dan sitoplasma sempit
   L-2 pada jenis ini sel limfoblas lebih besar tapi ukurannya bervariasi, kromatin lebih besar
dengan satu atau lebih anak inti
b. Leukemia Mielositik Akut (LMA)  Sa
LMA merupakan leukemia yang mengenai sel stem hematopoetik yang akan da
berdiferensiasi ke semua sel mieloid. LMA merupakan leukemia nonlimfositik yang paling ka
sering terjadi. LMA atau Leukemia Nonlimfositik Akut (LNLA) lebih sering ditemukan pada un
orang dewasa (85%) dibandingkan anak-anak (15%). Permulaannya mendadak dan progresif Dilap
dalam masa 1 sampai 3 bulan dengan durasi gejala yang singkat. Jika tidak diobati, LNLA fatal adany
dalam 3 sampai 6 bulan. resiko
2. Leukemia Kronik leukem
Leukemia kronik merupakan suatu penyakit yang ditandai proliferasi neoplastik dari salah satu sel akut
yang berlangsung atau terjadi karena keganasan hematologi. tinggi
a. Leukemia Limfositik Kronis (LLK) kemb
LLK adalah suatu keganasan klonal limfosit B (jarang pada limfosit T). Perjalanan identi
penyakit ini biasanya perlahan, dengan akumulasi progresif yang berjalan lambat dari limfosit diman
kecil yang berumur panjang. kasus
LLK cenderung dikenal sebagai kelainan ringan yang menyerang individu yang berusia 50 leukem
sampai 70 tahun dengan perbandingan 2:1 untuk laki-laki. akut
b. Leukemia Granulositik/Mielositik Kronik (LGK/LMK) pada
LGK/LMK adalah gangguan mieloproliferatif yang ditandai dengan produksi berlebihan pertam
sel mieloid (seri granulosit) yang relatif matang. LGK/LMK mencakup 20% leukemia dan kelahi
paling sering dijumpai pada orang dewasa usia pertengahan (40-50 tahun). Abnormalitas genetik Hal
yang dinamakan kromosom philadelphia ditemukan pada 90-95% penderita LGK/LMK. berlak
Sebagian besar penderita LGK/LMK akan meninggal setelah memasuki fase akhir yang juga
disebut fase krisis blastik yaitu produksi berlebihan sel muda leukosit, biasanya berupa keluar
mieloblas/promielosit, disertai produksi neutrofil, trombosit dan sel darah merah yang amat denga
kurang. inside
   leukem
II. PATOFISIOLOGI yang
A. Etiologi tinggi
1. Faktor Prediposisi
a. Genetik
1) Keturunan
 Adanya Penyimpangan Kromosom
Insidensi leukemia meningkat pada penderita kelainan kongenital, diantaranya pada
sindroma Down, sindroma Bloom, Fanconi’s Anemia, sindroma Wiskott-Aldrich, sindroma
Ellis van Creveld, sindroma Kleinfelter, D-Trisomy sindrome, sindroma von
Reckinghausen, dan neurofibromatosis. Kelainan-kelainan kongenital ini dikaitkan erat
dengan adanya perubahan informasi gen, misal pada kromosom 21 atau C-group Trisomy,
atau pola kromosom yang tidak stabil, seperti pada aneuploidy.
2) Faktor Lingkungan
Beberapa faktor lingkungan di ketahui dapat menyebabkan kerusakan kromosom dapatan, misal:
radiasi, bahan kimia, dan obat-obatan yang dihubungkan dengan insiden yang meningkat pada
leukemia akut, khususnya ALL ,
b. Virus
Dalam banyak percobaan telah didapatkan fakta bahwa RNA virus menyebabkan leukemia pada
hewan termasuk primata. Penelitian pada manusia menemukan adanya RNA dependent DNA
polimerase pada sel-sel leukemia tapi tidak ditemukan pada sel-sel normal dan enzim ini berasal
dari virus tipe C yang merupakan virus RNA yang menyebabkan leukemia pada hewan. Salah satu
virus yang terbukti dapat menyebabkan leukemia pada manusia adalah Human T-Cell Leukemia.
Jenis leukemia yang ditimbulkan adalah Acute T- Cell Leukemia.
c. Bahan Kimia dan Obat-obatan
1)  Bahan Kimia
Paparan kromis dari bahan kimia (misal: benzen) dihubungkan dengan peningkatan insidensi
leukemia akut, misal pada tukang sepatu yang sering terpapar benzen. Selain benzen beberapa
bahan lain dihubungkan dengan resiko tinggi dari AML, antara lain: produk – produk minyak,
cat, ethylene oxide, herbisida, pestisida, dan ladang elektromagnetik
2) Obat-obatan
Obat-obatan anti neoplastik (misal: alkilator dan inhibitor topoisomere II) dapat mengakibatkan
penyimpangan kromosom yang menyebabkan AML. Kloramfenikol, fenilbutazon, dan
methoxypsoralen dilaporkan menyebabkan kegagalan sumsum tulang yang lambat laun menjadi
AML
d. Radiasi
Hubungan yang erat antara radiasi dan leukemia (ANLL) ditemukan pada pasien-pasien anxylosing
spondilitis yang mendapat terapi radiasi, dan pada kasus lain seperti peningkatan insidensi leukemia
pada penduduk Jepang yang selamat dari ledakan bom atom. Peningkatan resiko leukemia ditemui
juga pada pasien yang mendapat terapi radiasi misal: pembesaran thymic, para pekerja yang
terekspos radiasi dan para radiologis.
e. Leukemia Sekunder
Leukemia yang terjadi setelah perawatan atas penyakit malignansi lain disebut Secondary Acute
Leukemia (SAL) atau treatment related leukemia. Termasuk diantaranya penyakit Hodgin,
limphoma, myeloma, dan kanker payudara. Hal ini disebabkan karena obat-obatan yang digunakan
termasuk golongan imunosupresif selain menyebabkan dapat menyebabkan kerusakan DNA .
f. Faktor lain
Menurut Ngastiyah (2005) penyebab ALL sampai sekarang belum diketahui dengan jelas, diduga
kemungkinan besar karena virus (virus onkologik), faktor lain yang turut berperan adalah:
a. Faktor eksterogen seperti sinar X, sinar radioaktif, hormon, bahan kimia (bentol, arsen, preparat
sulfat), infeksi (virus, bakteri).
b. Faktor endogen seperti Ras (orang Yahudi mudah menderita). a. Pa
B. Tanda dan Gejala ns
Leukemia limfositik akut menyerupai leukemia granulositik akut dengan tanda dan gejala ito
dikaitkan dengan penekanan unsur sumsum tulang normal (kegagalan sumsum tulang) atau keterlibatan pe
ekstramedular oleh sel leukemia. Akumulasi sel-sel limfoblas ganas di sumsumtulang menyebabkan ni
berkurangnya sel-sel normal di darah perifer dengan manifestasi utama berupa infeksi, perdarahan, dan a
anemia. Gejala lain yang dapat ditemukan yaitu: (a
1. Anemia: mudah lelah, letargi, pusing, sesak, nyeri dada ne
2. Anoreksia, kehilangan berat badan, malaise m
3. Nyeri tulang dan sendi (karena infiltrasi sumsum tulang oleh sel leukemia), biasanya terjadi pada a,
anak le
4. Demam, banyak berkeringat pada malam hari (hipermetabolisme) ko
5. Infeksi mulut, saluran napas, selulitis, atau sepsis. Penyebab tersering adalah gramnegatif usus pe
stafilokokus, streptokokus, serta jamur  ni
6. Perdarahan kulit, gusi, otak, saluran cerna, hematuria a,
7. Hepatomegali, splenomegali, limfadenopati tr
8. Massa di mediastinum (T-ALL) o
9. Leukemia SSP (Leukemia cerebral); nyeri kepala, tekanan intrakranial naik, muntah,kelumpuhan m
saraf otak (VI dan VII), kelainan neurologik fokal, dan perubahan statusmental. bo
C. Masalah Keperawatan sit
Menurut Wong, D.L (2014), diagnosa pada anak dengan leukemia adalah: op
1. Resiko infeksi berhubungan dengan menurunnya sistem pertahanan tubuh ne
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan akibat anemia ia
3. Resiko terhadap cedera perdarahan yang berhubungan dengan penurunan jumlah trombosit b. Pe
4. Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan pengeluaran berlebihan seperti  ni
muntah, dan penurunan  intake ng
5. Resiko gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan anoreksia, malaise, ka
mual dan muntah, efek samping kemoterapi dan atau stomatitis ta
6. Nyeri yang berhubungan dengan efek fisiologis dari leukemia n
7. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan pemberian agens kemoterapi, radioterapi, imobilitas. as
a
III. PEMERIKSAAN PENUNJANG m
Pemeriksaan diagnostik yang lazim dilakukan pada anak dengan Leukemia Limfositik Akut ur
adalah: at
1. Pemeriksaan sumsum tulang Leukemia Limfositik Akut (BMP/Bone Marrow Punction): se
a. Ditemukan sel blast yang berlebihan ru
b. Peningkatan protein m
2. Pemeriksaan darah tepi Leukemia Limfositik Akut
c. Peningkatan tembaga (Cu) serum
d. Penurunan kadar Zink (Zn)
e. Peningkatan leukosit dapat terjadi (20.000 – 200.000/µl) tetapi dalam bentuk sel blast/sel
primitif
3. Biopsi hati, limpa, ginjal, tulang untuk mengkaji keterlibatan/infiltrasi sel kanker ke organ tersebut
4. Fotothorax untuk mengkaji keterlibatan mediastinum
5. Sitogenik: 50-60% dari pasien ALL mempunyai kelainan berupa:
a. Kelainan jumlah kromosom, seperti diploid (2n), haploid (2n-a), hiperploid (2n+a)
b. Bertambah atau hilangnya bagian kromosom (partial delection)
c. Terdapat marker kromosom, yaitu elemen yang secara morfologis bukan komponen
kromosom normal dari bentuk yang sangat besar sampai yang sangat  kecil

IV PENATALAKSANAAN
A. Medis
Menurut Ngastiyah, 2005 penatalaksanaan pada pasien ALL adalah:
1. Transfusi darah, jika kadar Hb kurang dari 69%. Pada trombositopenia yang berat dan
d. AS
pendarahan pasif dapat diberikan transfusi trombosit dan bila terdapat tanda-tanda DIC dapat
diberikan heparin. U
2. Kortosteroid (prednison, kortison, deksametason, dan sebagainya). Setelah dicapai remisi dosis H
dikurangi sedikit demi sedikit dan akhirnya dihentikan. A
3. Sitostatika, selain sitistatika yang lama (6-merkaptispurin atau 6 mp, metotreksat atau MTX) N
pada waktu ini dipakai pula yang baru dan lebih paten seperti obat lainnya. Umumnya K
sitostatika diberikan dalam kombinasi bersama-sama dengan prednison. Pada pemberian obat- EP
obatan ini sering terdapat akibat samping berupa alopsia (botak), stomatitis, leucopenia, infeksi ER
sekunder atau kadidiasis. Bila jumlah leukosit kurang dari 2000 / mm 3 pemberiannya harus hati- A
hati. W
4. Infeksi sekunder dihindarkan (lebih baik pasien dirawat di kamar yang suci hama). AT
5. Imunoterapi, merupakan cara pengobatan yang terbaru. Setelah dicapai remisi dan jumlah sel A
leukimia cukup rendah (105-106), imunoterapi mulai diberikan (mengani cara pengobatan yang N
terbaru masih dalam perkembangan).
A. Pengkajian anak
1. Identitas muda
a. Identitas Anak 6. D
 Umur: ALL lebih sering terjadi pada umur kurang dari 5 tahun. Angka kejadian tertinggi a
adalah pada umur 3 tahun. t
 Jenis kelamin: leukemia limpfositik akut paling sering terjadi pada laki-laki dibandingkan a
perempuan. P
b. Identitas Orang Tua s
 Pendidikan: Pendidikan yang rendah pada orang tua mengakibatkan kurangnya i
pengetahuan terhadapa penyakit anaknya. k

 Pekerjaan: Pekerjaan orang tua yang berhubungan dengan bahan kimia, radiasi sinar X, o

sinar radioaktif, berpengaruh kepada anaknya. Selain itu sejauh mana orang tua s

mempengaruhi pengobatan penyakit anaknya. o

2. Keluhan Utama s

Nyeri sendi dan tulang sering terjadi, lemah, nafsu makan menurun, demam (jika disertai i

infeksi) bisa juga disertai dengan sakit kepala, purpura, penurunan berat badan dan sering ditemukan o

suatu yang abnormal. Kelelahan dan petekie berhubungan dengan trombositopenia juga merupakan S

gejala-gejala umum terjadi p

3. Riwayat Kehamilan dan Kelahiran i

Saat hamil ibu sering mengkomsumsi makanan dengan bahan pengawet dan penyedap rasa. r

Radiasi pada ibu selama kehamilan dapat meningkatkan resiko Saat hamil ibu sering mengkomsumsi i

makanan dengan bahan pengawet dan penyedap rasa. Radiasi pada ibu selama kehamilan dapat t

meningkatkan resiko pada janinnya. Lebih sering pada saudara sekandung, terutama pada kembar. u

4. Riwayat Keluarga a

Insiden ALL lebih tinggi berasal dari saudara kandung anak-anak yang terserang terlebih pada l

kembar monozigot (identik). a. Ps

5. Riwayat Tumbuh Kembang ik

Pada penderita ALL pertumbuhan dan perkembangannya mengalami keterlambatan akibat nutrisi ol

yang didapat kurang karena penurunan nafsu makan, pertumbuhan fisiknya terganggu, terutama pada og

berat badan anak tersebut. Anak keliatan kurus, kecil dan tidak sesuai dengan usia anak. i

a. Riwayat Perkembangan Anak

 Motorik Kasar belum

Pada anak dengan penyakit ALL pada umumnya dapat melakukan aktivitas secara normal, tahu

tapi mereka cepat merasa lelah saat melakukan aktivitas yang terlalu berat (membutuhkan tentan

banyak energi). penya

 Motorik Halus ya,


sehing
Pada umumnya anak dengan ALL masih dapat melakukan aktivitas ringan seperti halnya
anak t
anak-anak normal. Karena aktivitas ringan tidak membutuhkan energi yang banyak dan
merasa memiliki penyakit.  Orang tua mengalami kecemasan mengenai penyakit yang dialami a. Ke
anak, kondisinya apakah bisa sembuh atau tidak, serta masalah financial keluarga. pal
b. Sosial a 
Anak jarang bermain dengan teman-temannya, karena kondisi anak lemah sehingga orangtua da
tidak mengizinkan anak untuk beraktivitas yang berat. Dirumah anak bermain dengan orang n
tua dan saudaranya, tetapi bermain yang ringan. Le
c. Spiritual her
Sebelum tidur anak diingatkan oleh orang tua untuk berdoa. Saat anak melihat orang tuanya 1) Ro
berdoa anak mengikuti cara orang tuanya berdoa. ng
7. ADL ga
a. Nutrisi m
Anak  makan 2 kali sehari, pada ALL terjadi penurunan nafsu makan. Anak suka makan lu
makanan siap saji maupun  jajan diluar rumah. Anak tidak suka makan sayur-sayuran, makan ap
buah kadang-kadang sehingga zat besi yang diperlukan berkurang. Selain itu pengaruh ibu yang  ka
suka masak menggunakan penyedap rasa dan sering menyediakan makanan siap saji dirumah. h
b. Aktivitas istirahat dan tidur te
Saat beraktivitas anak cepat kelelahan.  Anak kebanyakan istirahat dan tidur karena kelemahan da
yang dialaminya. Sebagaian aktivitas biasanya dibantu oleh keluarga. Saat tidur anak ditemani pa
oleh ibunya. Tidur anak terganggu karena nyeri sendi yang sering dialami oleh leukemia. pe
c. Eliminasi ad
Anak gangguan ALL pada umumnya mengalami diare, dan penurunan haluran urin. BAB 3-5x ng
sehari, dengan konsistensi cair. Haluan urin sedikit yang disebabkan susahnya masukan cairan an
pada anak,  warna urine kuning keruh. Saat BAK anak merasa nyeri karena nyeri tekan (in
diperianal. fe
d. Personal hygiene si
Anak mandi 2x sehari, gosok gigi 2x setelah makan dan mau tidur. Sebagaian aktivitas hygiene ol
personal sebagaian dibantu oleh orang tua. h
8. Keadaan Umum ja
Pada anak –anak tampak pucat, demam, lemah, sianosis m
9. Pemeriksaan  TTV r
a. RR: Pada penderita PDA, manifestasi kliniknya pada umumnya anak sesak nafas, tachypnea at
(Pernafasan >70x/menit) u
b. Nadi: Pada penderita ALL, terdapat manifestasi klinik nadi teraba kuat dan cepat (takikardia) ba
c. TD: pada penderita ALL, tekanan darahnya tinggi  disebabkan oleh hiperviskositas darah (Aziz,
2005)
d. Suhu: Pada penderita ALL yang terjadi infeksi l suhu akan naik (hipertermi, >37,5 0C) (Weni K,
2010)
10. Pemeriksaan Fisik head to toe
kteri), perdarahan gusi, pertumbuhan gigi apakah sudah lengkap, ada atau tidaknya karies
gigi.
2) Mata: Konjungtiva (anemis atau tidak), sclera (kemerahan, ikterik)
3) Telinga : ketulian
4) Leher: distensi vena jugularis
5) Perdarahan otak: Leukemia system saraf pusat: nyeri kepala, muntah (gejala tekanan tinggi
intrakranial), perubahan dalam status mental, kelumpuhan saraf otak, terutama saraf VI dan
VII, kelainan neurologic fokal.
b. Pemeriksaan Dada dan Thorax
1) Inspeksi: bentuk thorax, kesimetrisan, adanya retraksi dada, penggunaan otot bantu
pernapasan
2) Palpasi denyut apex (Ictus Cordis)
3) Perkusi untuk menentukan batas jantung dan batas paru.
4) Auskultasi: suara nafas, adakah  ada suara napas tambahan: ronchi (terjadi penumpukan
secret akibat infeksi di paru), bunyi jantung I, II, dan III jika ada
c. Pemeriksaan Abdomen
1) Inspeksi bentuk abdomen apakah terjadi pembesaran pada kelenjar limfe, ginjal, terdapat
bayangan vena, auskultasi peristaltik usus, palpasi nyeri tekan bila ada pembesaran hepar dan
limpa
2) Perkusi adanya asites atau tidak.
d. Pemeriksaan Genetalia
e. Pemeriksaan integument
1) Perdarahan kulit (pruritus, pucat, sianosis,  ikterik, eritema, petekie, ekimosis, ruam)
2) nodul subkutan, infiltrat, lesi yg tidak sembuh, luka bernanah, diaforesis (gejala
hipermetabolisme).
3) peningkatan suhu tubuh
4) Kuku : rapuh, bentuk sendok / kuku tabuh, sianosis perifer.
f. Pemeriksaan Ekstremitas
1) Adakah sianosis, kekuatan otot
2) Nyeri tulang dan sendi (karena infiltrasi sumsum tulang oleh sel-sel leukemia
B. Diagnosa
1. Resiko infeksi berhubungan dengan menurunnya sistem pertahanan tubuh
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan akibat anemia
3. Resiko terhadap cedera: perdarahan yang berhubungan dengan penurunan jumlah trombosit
4. Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan pengeluaran berlebihan seperti 
muntah, dan penurunan  intake
5. Resiko gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan anoreksia,
malaise, mual dan muntah, efek samping kemoterapi dan atau stomatitis
6. Nyeri yang berhubungan dengan efek fisiologis dari leukemia
7. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan pemberian agens kemoterapi, radioterapi,
imobilitas.
C. Rencana Keperawatan
1. Resiko infeksi b.d menurunnya sistem pertahanan tubuh
Tujuan: Anak tidak mengalami gejala-gejala infeksi dan TTV dbn.
Intervensi Rasional
1. Pantau suhu, RR, nadi 1. Untuk mendeteksi kemungkinan
2. Anjurkan keluarga untuk infeksi dan menentukan intervensi
4. R
mencuci tangan sebelum selanjutnya
e
menyentuh pasien 2. untuk meminimalkan pajanan pada
s
3. Berikan periode istirahat tanpa organisme infektif
i
gangguan 3. menambah energi untuk
k
4. Melakukan kolaborasi dalam penyembuhan dan regenerasi seluler
o
pemberian obat sesuai 4. diberikan sebagai profilaktik atau
ti
ketentuan mengobati infeksi khusus
n
g

2. Intoleransi aktivitas b.d kelemahan akibat anemia g

Tujuan: terjadi peningkatan toleransi aktifitas i

Intervensi Rasional k
1. Evaluasi laporan kelemahan, 1. Menentukan derajat dan efek e
perhatikan ketidakmampuan ketidakmampuan untuk menentukan k
untuk berpartisipasi dala intervensi selanjutnya u
aktifitas sehari-hari 2. Menghemat energi untuk aktifitas r
2. Berikan lingkungan tenang dan dan regenerasi seluler atau a
perlu istirahat tanpa gangguan penyambungan jaringan n
3. Kaji kemampuan untuk 3. Mengidentifikasi kebutuhan g
berpartisipasi pada aktifitas individual dan membantu pemilihan a
yang diinginkan atau intervensi
dibutuhkan 4. Memaksimalkan sediaan energi
4. Berikan bantuan dalam aktifitas untuk tugas perawatan diri
sehari-hari dan ambulasi

3. Resiko terhadap perdarahan yang berhubungan dengan penurunan jumlah trombosit


Tujuan: klien tidak menunjukkan bukti-bukti perdarahan
Intervensi Rasional
1. Pantau tanda-tanda perdarahan 1. Mengetahui tanda-tanda perdarahan
2. Anjurkan keluarga untuk 2. Membantu pasien mendapatkan
n volume cairan b.d kehilangan berlebihan melalui feses dan muntah serta intake terbatas
(mual)
Tujuan:
 Tidak terjadi kekurangan cairan melalui feses
 Pasien tidak mengalami mual dan muntah
Intervensi Rasional
1. Kaji tanda-tanda dehidrasi 1. Untuk mengetahui tindakan yang
2. Berikan cairan oral dan akan dilakukan
parinteral 2. Sebagai upaya untuk mengatasi
3. Pantau intake dan output cairan yang keluar
4. Kolaborasi Pemberian obat 3. Dapat mengetahui keseimbangan
anti diare cairan
4. Menghentikan diare

5. Resiko gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d anoreksia, malaise, mual dan muntah, efek
samping kemoterapi dan atau stomatitis
Tujuan: pasien mendapat nutrisi yang adekuat
Intervensi Rasional
1. Dorong masukan nutrisi dengan Mempertahankan asupan nutrisi
jumlah sedikit tapi sering
2. Karena jumlah yang kecil biasanya
2. Timbang berat badan pasien
ditoleransi dengan baik
3. Kolaborasi dengan tim
3. Membantu dalam mengidentifikasi
kesehatan dalam pemberian
malnutrisi protein kalori.
nutrisi
4. Membantu proses penyembuhan
dalam kebutuhan nutrisi

6. Nyeri yang b.d efek fisiologis dari leukemia


Tujuan: pasien tidak mengalami nyeri atau nyeri menurun sampai tingkat yang dapat diterima anak.
Intervensi Rasional
1. Mengkaji tingkat nyeri dengan 1. informasi memberikan data dasar
skala 0 sampai 5 (PQRST) untuk mengevaluasi kebutuhan atau
2. Evaluasi efektifitas penghilang keefektifan intervensi
nyeri dengan derajat kesadaran 2. untuk menentukan kebutuhan
dan sedasi perubahan dosis. Waktu pemberian
3. Lakukan teknik pengurangan atau obat
nyeri non farmakologis yang 3. sebagai analgetik tambahan dan
tepat klien merasa rileks
4. Berikan obat-obat anti nyeri 4. untuk mencegah kambuhnya nyeri
7. Kerusakan integritas kulit b.d pemberian agens kemoterapi, radioterapi, imobilitas.
Tujuan: pasien mempertahankan integritas kulit Da
Intervensi Rasional fta
1. Berikan perawatan kulit yang 1. Karena area ini cenderung r
cemat, terutama di dalam mulut mengalami ulserasi Pu
dan daerah perianal. 2. Untuk merangsang sirkulasi dan sta
2. Ubah posisi dengan sering mencegah tekanan pada kulit ka
3. Mandikan dengan air hangat dan 3. Mempertahankan kebersihan tanpa
sabun ringan mengiritasi kulit Alimul,
4. Anjurkan pasien untuk tidak 4. Membantu mencegah friksi atau Hi
menggaruk dan menepuk kulit trauma kulit da
yang kering 5. Untuk mencegah keseimbangan yat
5. Dorong masukan kalori protein nitrogen yang negative A.
yang adekuat 6. Untuk meminimalkan iritasi 20
6. Pilih pakaian yang longgar dan tambahan 15.
lembut diatas area yang teradiasi Pe
ng
ant
ar
Il
mu
Ke
pe
ra
wa
tan
An
ak
1 .
Sal
em
ba
Me
dik
a
Jak
art
a
Betz, Cecily, L. 2002. Buku Saku Keperawatan Pediatrik (Mosby’s Pediatric Nursing Reference). Edisi 3.
Jakarta:EGC
Herdman, T. Hether. 2012. Dignosa Keperawatan: Definisi dan Klasifikasi 2012-2014. Jakarta: EGC
Landier, W. 2001. Childhood Acute Lymphoblastic Leukimia. Current Perspectives. Oncol Nurs Forum.
Kristyanasari, Weni. 2010. Gizi Ibu Hamil. Jakarta: Nuha Medika
Ngastiyah, 2005. Perawatan Anak Sakit Edisi 2. Jakarta: EGC
Nuraruf, Huda Amin, dkk. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan nanda
Nic-Noc Eisi Revisi Jilid 1. Yogyakarta: MediAction
Wong, Donna, L. 2014. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik Edisi 4. Jakarta: EGC
http://gedeagha.blogspot.co.id/2013/06/askep-leukimia-limfoblastik-akut.html diakses pada 18 April 2017
http://lpkeperawatan.blogspot.co.id/2013/11/laporan-pendahuluan-akut-limfoblastik.html diakses pada 18
April 2017
FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN ANAK
b. S

a
Nama : FEBRINA SAVITRI SANTOSO

NIM/Kelompok : 201710300511019/15 a

Ruang/Tgl. Pengkajian : 7b/8-4-2020 t

I. IDENTITAS PASIEN e

a. Nama : An. E n

b. Tanggal lahir : Usia : 11 tahun g

c. Anak ke : dari : bersaudara k

d. Jenis kelamin : a

e. Nama ayah : ji

f. Nama ibu : a

g. Pekerjaan ayah : n

h. Pekerjaan ibu :
:
i. Alamat :
Pasien
j. Kultur :
menga
k. Agama :
kan
l. Pendidikan px/ayah/ibu :
meras
m. Pemberi informasi :
nyeri
II. KELUHAN UTAMA
P= aku
a. MRS : pasien dibawa ke RS dengan keluhan nyeri
limfos
P= akut limfositik leukimia
leukim
Q= nyeri dirasakan semakin memberat dan disertai demam hilang timbul, tidak menggigil dan banyak

berkeringat

R= pada sendi tangan dan kaki sebelah kiri

S= 8/10

T= nyeri dirasakan sejak 1 minggu yang lalu

Batuk (+), tidak berdahak dan pilek. Pasien merasa badan sering terasa lemah dan cepat lelah setelah

beraktivitas, pasien merasa pusing


Q= nyeri dirasakan semakin memberat dan disertai demam hilang timbul, tidak menggigil dan banyak VI. R

berkeringat I

R= pada sendi tangan dan kaki sebelah kiri W

S= 8/10 A

O
T= nyeri dirasakan sejak 1 minggu yang lalu
S

I
III. RIWAYAT KEHAMILAN DAN KELAHIRAN
A
a. Prenatal :
L
b. Natal :

c. Post Natal :

IV. RIWAYAT KESEHATAN MASA LALU

a. Penyakit masa lalu : pasien merasakan kondisi tersebut semenjak usia 9 tahun. Perut pasien membesar

sejak usia 2 tahun. Pasien sering mengalami gusi berdarah. Tidak terjadi mimisan, mual (-).

b. Riwayat dirawat di RS :

c. Riwayat penggunaan

Obat-obatan :

d. Riwayat tindakan medis :

e. Riwayat alergi :

f. Riwayat kecelakaan :

g. Riwayat imunisasi :

V. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA

a. Penyakit genetic :

b. Genogram :
a. Yang mengasuh : orangtua dan saudara pasien b. S

b. Hub. Dengan anggota : keluarga menemani pasien dalam setiap tindakan pengobatan t

Keluarga a

c. Hub. Dengan teman : t

Sebaya u

d. Lingkungan rumah : s

VII. PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR (Di RS dan Rumah) o

k
Dirumah Dirumah sakit
Cairan Minum: ± 1liter/hari Minum: ± 500cc/hari. s

Pasien jarang minum air i

putih. g
Makanan / nutrisi Makan: 3x sehari Makan: 3x sehari.
e
Nasi ± 5 sendok makan, sayur, Makan hanya 5 sendok saja
n
dan lauk berupa temped an karena pasien mengatakan
a
ayam. tidak nafsu makan sehingga
s
tidak mau makan.
Personal hygiene Mandi 2x sehari Mandi dibantu oleh orangtua i

dengan cara diseka


Eliminasi BAK: warna kuning terang, BAK: warna kuning terang, :

bau khas urin. bau khas urin. n

BAB: normal, konsistensi BAB: normal, konsistensi o

padat padat r

m
Aktivitas bermain Pasien mengatakan merasa Pasien mengatakan merasa
a
badannya sering terasa lemah badannya sering terasa lemah
l
dan cepat lelah setelah dan cepat lelah setelah

beraktivitas. beraktivitas

Pasien mengatakan sering

merasa pusing.

VIII. KEADAAN KESEHATAN SAAT INI

a. Diagnose medis : akut limfositik leukimia


c. Status nutrisi : j. E

d. Status cairan : k

e. Status eliminasi : BAK dan BAB normal s

f. Obat-obatan sekarang : t

g. Hasil Px. Penunjang : laboratorium, dan bone marro punction r

h. Tindakan operasi : e

i. Tindakan keperawatan : m

j. Lain-lain : it

IX. PEMERIKSAAN FISIK s

a. Keadaan umum : lemah, pucat. GCS 456 &

b. Tanda vital : TD: 80/100mmHg, N: 87x/mnt, S: 370C, RR: 28x/mnt


:
c. Pengukuran atopometri :
t
d. Pemeriksaan kepala & leher
a
1. Mata : simetris, odem(-), nyeri tekan (-), konjungtiva anemis
m
2. Telinga : simetris, nyeri tekan (-), serumen (-)
p
3. Hidung : simetris (-), pernafasan cuping hidung (+) polip (-) pasien mengalami pilek
a
4. Mulut : mukosa bibir kering pucat, perdarahan (+) pada gusi
k
5. Wajah :
p
6. Leher : benjolan ukuran 6-8 cm, multiple, berbenjol-benjol, konsistensi padat,
u
batas tidak tegas. Nyeri tekan (-)
c
e. Pemeriksaan integument :
a
f. Thorax
t
1. Paru :
Muscu
2. Jantung :
keleta
g. Abdomen : cembung, nyeri tekan (-), hepatomegaly 8 cm dari arcus costae, 10 cm dari

processus xipoideus, permukaan rata, tepi tumpul, konsistensi padat, nyeri tekan (+) splenomegaly

shuffner 3-4, ginjal tidak teraba. Perkusi timpani: redup di batas spleen, bising usus (+) normal,

h. Genitalia :

i. Punggung :
k. Status neurologi :

X. PEMERIKSAAN TINGKAT PERKEMBANGAN SAAT INI

a. Motorik kasar :

b. Motorik halus :

c. Adaptasi ocial :

d. Bahasa :

XI. INFORMASI LAIN/Px. PENUNJANG

a. Hasil pemeriksaan laboratorium:

 Haemoglobin : 5,4 gr/dl

 Leukosit : 215.000/mm3

 Hematocrit : 16,8%

 Trombosit : 13.000/mm3

 SGOT : 27

 SGPT : 14

 Ureum : 30,9

 Kreatinin : 0.5

 Natrium : 141

b. Hasil pemeriksaan bone marro punction:

 Tampak sediaan sel didominasi oleh sel limfosit, limoblas 72,33% ukuran besar kecil, dinding sel

irregular, sitoplasma relative lebar. Disimpulkan pasien mengalami Akut limfositik leukima suspek

tipe 1.2 dengan penekanan sel enteropoetik, granulopoetik, dan trombopoetik.


ANALISA DATA DO:

DATA MASALAH ETIOLOGI  Ha


 Le
DS: Nyeri akut Agen cedera fisiologis
 He
 Pasien mengatakan merasa nyeri
 Tr
P= akute limfositik leukimia
 He
Q= nyeri dirasakan semakin
co
memberat dan disertai demam
xip
hilang timbul, tidak menggigil
tu
dan banyak berkeringat
te
R= pada sendi tangan dan kaki
 Sp
sebelah kiri
 Pe
S= 8/10
 Ko
T= nyeri dirasakan sejak 1 minggu
yang lalu

DO:
 TD: 80/100mmHg,
 N: 87x/mnt,
 S: 370C,
 RR: 28x/mnt
 Pasien tampak meringis
 Pasien tampak gelisah
 Pasien pucat(+)

DS: Keletihan Kondisi fisiologis (Akut


 Pasien mengatakan merasa Limfositik Leukimia)

badannya sering terasa lemah


dan cepat lelah setelah
beraktivitas
 Pasien mengatakan tidak nafsu
makan

DO:

 Pasien tampak lemah


 Pucat (+)
 Pasien tampak lesu, pucat
 Pasien tirah baring
DS: Risiko infeksi Akut limfositik leukimia
DAFTAR DIAGNOSA BERDASAR PRIORITAS

NO DX. KEP TGL. MUNCUL TGL. TERATASI

1. Risiko infeksi b.d Akut Limfositik


Leukimia

2. Nyeri akut b.d agen cedera fisiologis


(Akut Limfositik Leukimia)

3. Kelemahan b.d Akut Limfositik Leukimia


RENCANA KEPERAWATAN

DX. KEP TUJUAN DAN KRITERIA HASIL INTERVENSI

Nyeri Akut b.d Agen Setelah dilakukan asuhan Manajemen nyeri


cedera fisiologis keperawatan selama 3x24
1. Lakukan pengkajian nyeri
jam, Tingkat Nyeri
2. Observasi kenyamanan
Menurun dengan kriteria nonverbal
hasil: 3. Ajarkan teknik
nonfarmakologi untuk
1. Keluhan nyeri mengatasi nyeri
menurun 4. Bantu pasien dalam
2. Meringis menurun melakukan aktivitas
3. Kesulitan tidur bertahap
menurun 5. Lakukan kolaboratif
4. Berfokus pada diri pemberian analgesic
sendiri menurun
5. Frekuensi nadi Dukungan keluarga berdasarkan jurnal EBN:
membaik
6. Tekanan darah 1. Berikan edukasi terhadap keluarga agar
membaik mampu:
7. Pola nafas membaik  Berikan dukungan emosional
keluarga perhatian yang sepenuhnya
pada anak; menemani, menghibur,
menyesuaikan diri terhadap anak
 Ungkap rasa sayang terhadap anak
dengan diucapkan dan menyelipkan
nasehat-nasehat.
 Berikan dukungan penghargaan
ketika anak berhasil atau mau
dilakukan step pengobatan
 Berikan dukungan informative
tentang kondisi anak dan metode
pengobatan yang akan dilakukan
Keletihan Setelah dilakukan asuhan Manajemen energy:
keperawatan selama 3x24
jam, Tingkat Keletihan 1. Berikan dukungan instrumental berupa
membantu memenuhi segala kebutuhan
menurun dengan kriteria
ADL
hasil: 2. Observasi adanya pembatasan dalam
melakukan antivitas
1. Tenaga meningkat
3. Monitor nutrisi dan sumber energy yang
2. Motivasi meningkat
adekuat
3. Lesu menurun
4. Dorong anak agar mampu
4. Sianosis menurun
mengungkapkan perasaan terhadap
5. Nafsu makan membaik
keterbatasan

Risiko infeksi Setelah dilakukan asuhan Kontrol infeksi:


keperawatan selama 3x24
jam, Status Imun 1. Kaji tanda-tanda infeksi; nadi sushu,
perdarahan, pemeriksaan laboratoium
membaik dengan kriteria
2. Menaikkan asuhan gizi dan cairan yang
hasil: sesuai kebutuhan
3. Monitor hitung granulosit
1. Tumor menurun
4. Monitor suhu dan output cairan
2. Sel darah putih
5. Lakukan kolaboratif pemberian
membaik
kemoterapi
6. Lakukan pemberian transfuse darah
37

Available online at www.journal.unrika.ac.id

Jurnal KOPASTA Jurnal


KOPASTA, 6 (1), (2019)

DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA PADA ANAK PENDERITA LEUKIMIA


BERDASARKAN FILM “MY SISTER KEEPER”
(FAMILY SOCIAL SUPPORT IN LEUKIMIA PATIENTS BASED ON FILM ‘MY SISTER
KEEPER”)

Junierissa Marpaung dan Juwita Boneka Sinaga


1 2

1
Division of Guidance and Counseling, University of Riau Kepulauan, Batam
2
Division of English Education, University of Riau Kepulauan, Batam
Email: junierissa_marpaung@yahoo.com ; juwitaboneka@gmail.com
1 2

Abstrak

Kanker merupakan salah satu penyakit yang mematikan yang dapat menyerang siapa saja dari
berbagai kalangan usia dan jenis kelamin. Salah satu yang dapat menjadi penderita kanker terbesar
adalah anak-anak. Kanker yang menyerang pada anak adalah kanker dengan berbagai jenis dan
stadium. Pemberian dukungan membantu individu untuk melihat segi-segi positif yang ada dalam
kepercayaan diri dan kemampuan serta merasa dihargai dan berguna saat individu mengalami
tekanana atau masalah. Maka dari itu, penulis bertujuan ingin mengetahui gambaran mengenai
dukungan sosial pada anak penderita leukemia.

Kata Kunci: dukungan sosial, keluarga, leukemia, kanker

Abstract

Cancer is one of the deadly disease that can affect anyone of various ages and genders. One of the
biggest cancer sufferers is children. Cancer that attacks children is cancer with various types and
stages. Providing support helps individuals to see the positive aspects of self confidence and ability
and feel valued and useful when individuals experience stress or problems. Therefore, the authors
aim to find out an overview of social support in children with leukemia.

Keywords: social support, family, leukimia, cancer

PENDAHULUAN
Kanker merupakan suatu penyakit yang menjadi momok bagi setiap orang, hal ini
disebabkan karena tingginya kasus kematian yang diakibatkan oleh penyakit kanker. Aliah (Bara,
2015) menjelaskan bahwa kanker merupakan serangkaian lebih dari 100 jenis penyakit yang
ditandai dengan malfungsi DNA dan pertumbuhan serta peningkatan sel yang cepat. Pada tahun
2012, sekitar 8,2 juta kematian disebabkan oleh kanker. Menurut data Union for International
Cancer Control (UICC), setiap tahun terdapat sekitar 176.000 anak yang didiagnosis kanker, yang
mayoritas berasal dari negara berpenghasilan rendah dan menengah. Meskipun kejadian kanker
pada anak di seluruh dunia masih cukup jarang, namun kanker merupakan salah satu penyebab
38

utama kematian 90.000 anak setiap tahunnya (Yana, 2017). Sedangkan berdasarkan International
Agency for Research on Cancer (IARC) mengungkapkan bahwa anak di seluruh dunia yang
menderita kanker adalah sekitar 250.000 (2011, Feriana, 2017). Kanker dapat menyerang setiap
orang dengan tidak memandang usia, baik anak-anak, remaja, maupun dewasa. Salah satu jenis
kanker yang sering ditemukan pada anak-anak adalah kanker darah, atau sering disebut leukemia.

Sementara itu, di Indonesia terdapat sekitar 11.000 kasus kanker anak setiap tahunnya, dan
terdapat sekitar 650 kasus kanker anak di Jakarta. Jenis penyakit kanker anak cenderung berbeda
dengan kanker pada dewasa. Secara umum, sepertiga dari kanker anak adalah leukemia (Yana,
2017). Menurut Endah Kusumawardani (2010, Bara, 2015) leukemia terjadi jika proses
pematangan dari stem sel menjadi sel darah putih mengalami gangguan dan menghasilkan
perubahan ke arah keganasan. Sampai saat ini, apa yang menjadi penyebab leukemia belum
diketahui dengan pasti. Sementara apa yang menjadi faktor resiko dapat diketahui dari beberapa
penelitian yang telah dilakukan diantaranya adalag penggunaan pestisida, meda listrik, riwayat
keguguran pada ibu, radiasi, bahan kimia (benzen), virus, kelainan genetik, ibu yang umurnya
relatif tua saat melahirkan, ibu yang merokok saat hamil, konsumsi alkohol saat hamil, penggunaan
marijuana saat hamil, medan magnet, pekerjaan orang tua, berat lahir, urutan lahir, radiasi prenatal
dan postnatal, vitamin K, serta diet. Gejala klinis yang muncul pada anak dengan leukemia yaitu
pilek tidak sembuh-sembuh, pucat, lesu, demam, anoreksia dan penurunan berat badan, ptekie,
memar tanpa sebab, nyeri pada tulang dan persendian, nyeri abdomen, limfadenopati, dan
hepatosplenomegali (Amanda, 2015).

Salah satu pengobatan yang ditempuh untuk leukemia adalah kemoterapi. Kemoterapi
membutuhkan waktu yang lama, bisa bertahun-tahun. Di samping itu, kemoterapi memiliki
berbagai efek samping yang menimbulkan ketidaknyamanan pada anak, seperti nyeri akibat
mukositis, diare, mual, dan lain-lain. Pelaksanaan pemberian obat kemoterapi dan pemantauan
kemajuan pengobatan secara rutin menyebabkan anak harus beberapa kali berkunjung dan dirawat di
rumah sakit. Sakit merupakan situasi yang menimbulkan stress pada anak. Stress yang dialami
pada anak dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya perilaku yang ditunjukkan petugas
kesehatan (dokter, perawat, dan tenaga kesehatan lainnya), pengalaman sakit anak, support system
atau dukungan sosial keluarga yang mendampini selama perawatan (Amanda, 2015).

Berdasarkan hasil penelitian Doloksaribu (2011) menyatakan bahwa stressor akibat proses
perawatan diperoleh dari tiga sub tema, yaitu perpisahan yang menyedihkan, lingkungan yang
menakutkan dan sikap petugas kesehatan. Anak merasa khawatir ketika berpisah dari orang tuanya,
menjalani terapi pada lingkungan yang asing, serta berinteraksi terhadap petugas kesehatan yang
bersikap kurang menyenangkan.
39

Selama melewati masa sakit, anak-anak penderita leukemia memiliki kebutuhan-kebutuhan


yang harus dipenuhi, sama dengan anak-anak sehat pada umumnya. Menurut Abraham Maslow
(Bara, 2015) membagi tingkat kebutuhan manusia menjadi: kebutuhan fisiologis, kebutuhan akan
rasa aman, kebutuhan sosial, kebutuhan akan penghargaan, serta kebutuhan akan aktualisasi diri.
Ketika suatu tingkat kebutuhan terpenuhi, maka seseorang tidak lagi mendapat motivasi dari
kebutuhan tersebut yang selanjutnya seseorang akan berusaha memenuhi kebutuhan tingkat
berikutnya. Kebutuhan-kebutuhan anak penderita leukemia dapat dilihat saat dirinya melewati masa
sakit. Anak penderita leukemia umumnya memerlukan perawatan yang cukup lama yakni sekitar
dua tahun. Dalam perawatan yang cukup lama itu, anak diwajibkan menjalani kemoterapi,
konsumsi obat, menjaga pola makan, pola istirahat, dan sebagainya. Agar anak merasa aman,
diperlukan adanya keberadaan orang tedekat dari anak untuk mendampingi selama masa
pengobatan, baik untuk menjalani kemoterapi secara rutin maupun dalam memenuhi kebutuhan
sehari-hari. Kebutuhan anak yang lain adalah kebutuhan cinta kasih serta harga diri dari orang-
orang terdekat anak (Bara, 2015). Orangtua merupakan salah satu pemberi perawatan (care giver)
utama bagi anak selama sakit (Feriana, 2017). Berdasarkan kebutuhan-kebutuhan tersebut maka
dapat ditegaskan bahwa orangtua pada khususnya, serta keluarga pada umumnya memiliki peran
dalam memberikan dukungan kepada pemulihan dari penyakit yang dialami anak.

Dalam konsep family-centered care, keluarga dipandang sebagai unsur yang konstan
sementara kehadiran profesi kesehatan fluktuatif. Adalah sangat ideal jika anak dapat didampingi
selama 24 jam oleh keluarga terutama orangtuanya. Keberadaan keluarga sangatlah penting bagi
anak. Dukungan sosial keluarga dapat mempengaruhi kehidupan dan kesehatan anak. Hal ini dapat
terlihat bila dukungan keluarga sangat baik maka pertumbuhan dan perkembangan anak relatif
stabil, tetapi bila dukungan pada anak kurang baik, maka anak akan mengalami hambatan pada
dirinya dan dapat mengganggu psikologis anak (Amanda, 2015).

Salah satu faktor yang dapat menimbulkan respon unik individu dalam merespon penyakit
ataupun terapi, yaitu faktor interpersonal (dukungan sosial). Dukungan sosial merupakan dukungan
emosional yang berasal dari teman, anggota keluarga, bahkan pemberi perawatan kesehatan yang
membantu individu ketika suatu masalah muncul. Dukungan sosial sangat diperlukan oleh setiap
individu di dalam setiap siklus kehidupannya. Dukungan sosial akan semakin dibutuhkan pada saat
seseorang sedang menghadapi masalah atau sakit (Amanda, 2017).

Keluarga sebagai orang yang memiliki kelekatan dengan anak memiliki peran yang besar
dalam memberikan dukungan guna menunjang proses penyembuhan dalam menghadapi leukemia
yang diderita anak. Menurut pendapat Shaver dan Klinnert (dalam Bara, 2015) rasa kasih sayang
mempunyai dua fungsi utama bagi anak-anak. Pertama anak memperoleh rasa aman dan
40

kebersamaan dengan orang yang dikasihinya. Kedua, rasa kasih sayang memberikan informasi
tentang lingkungan.

TINJAUAN PUSTAKA
Leukimia

Kanker adalah jaringan baru (neoplasma) yang tumbuh dalam tubuh akibat pengaruh
berbagai faktor penyebab tumor yang menyebabkan jaringan setempat pada tingkat gen kehilangan
kendali normal atas pertumbuhannya. Leukimia merupakan istilah luas yang diberian pada
sekelompok penyakit ganas sumsum tulang dan sistem limfatik (Debby, 2014).

Dukungan Sosial Keluarga

Dukungan Keluarga adalah bantuan yang dapat diberikan kepada anggota keluarga lain

berupa barang, jasa, informasi dan nasihat yang mampu membuat penerima dukungan akan merasa
disayang, dihargai, dan tenteram. Dukungan ini merupakan sikap, tindakan, dan penerimaan
keluarga terhadap penderita yang sakit. Anggota keluarga memandang bahwa orang yang bersifat
mendukung akan selalu siap memberi pertolongan dan bantuan yang diperlukan. Dukungan
keluarga yang diterima salah satu anggota keluarga dari anggota keluarga yang lainnya dalam
rangka menjalankan fungsi-fungsi yang terdapat dalam sebuah keluarga (Misgiyanto, 2014).

Bentuk dukungan keluarga terhadap anggota keluarga adalah secara moral atau material.
Adanya dukungan keluarga akan berdampak pada peningkatan rasa percaya diri pada penderita
dalam menghadapi proses pengobatan penyakitnya. Dengan adanya dukungan keluarga
mempermudah penderita dalam melakukan aktivitasnya berkaitan dengan persoalan-persoalan yang
dihadapinya juga merasa dicintai dan bisa berbagi beban, mengekspresikan perasaan secara terbuka
dapat membantu dalam menghadapi permasalahan yang sedang terjadi. Jenis dukungan keluarga
memiliki beberapa fungsi yaitu dukungan informasional, dukungan penilaian, dukungan instrumen
dan dukungan emosional (Misgiyanto, 2014).

PEMBAHASAN

Sinopsis film “My Sister Keeper”:


“Film ini dibuka dengan narasi dari Anna Fitzgerald (Abigail Breslin) yang menceritakan
bahwa kelahirannya di dunia ini bukan kebetulan, tetapi direncanakan oleh orangtuanya. Dia
dilahirkan menggunakan bayi tabung dengan rekayasa genetika agar semua organnya cocok dengan
kakaknya, Kate Fitzgerald (Sofia Vassilieva). Karena dia dilahirkan untuk penjadi bayi pendonor
bagi kakaknya yang menderita Leukemia sejak berumur 2 tahun. Dari awal kelahirannya, Anna
41

sudah mendonorkan tali pusarnya untuk Kate. Sejak bayi, tubuh Anna sudah berkali-kali
mengalami pemeriksaan dan operasi kecil untuk memastikan bahwa dia adalah pendonor sumsum
tulang belakang yang cocok untuk Kate. Sedangkan karena Kate butuh perhatian ekstra. Jesse
Fitzgerald (Evan Ellingson), anak pertama dari keluarga Fitzgerald sejak kecil harus bersekolah
sekaligus tinggal di asrama dan jauh dari orangtua. Pendidikannya pun berantakan karena kurang
perhatian. Cerita dalam film ini ini dimulai ketika Anna dan Kate beranjak remaja, Kate yang sakit-
sakitan, dan ibu mereka, Sara Fitzgerald (Cameron Diaz) berambisi untuk menyembuhkan Kate
dengan cara apapun. Suatu hari, karena kesalahpahaman antara Ayahnya, Brian Fitzgerald (Jason
Patric) mengenai Kate. Kedua orangtua Anna pun bertengkar. Selain itu, masalah juga timbul
ketika ginjal Kate bermasalah. Kate merasa lelah dengan semua yang dia jalani. Terapi, control,
dan semua obat-obatan yang dia konsumsi membuatnya jenuh. Dia juga merasa adik dan kakaknya
juga membutuhkan perhatian dari orangtuanya. Dia sempat putus asa dan akhirnya bangkit lagi
ketika bertemu dengan Taylor Ambrose (Thomas Dekker), salah satu pasien terapi yang sama
dengan Kate. Karena merasa cocok dan senasib, akhirnya mereka berpacaran. Hari-hari Kate
menjadi lebih cerah dan ceria ketika pria itu datang. Semangat hidup Kate meningkat, keluarga kate
pun menjadi bahagia, demikian dengan Anna. Tetapi rupanya kebahagiaan itu tidak berlangsung
lama. Suatu hari Taylor menghilang. Dan ibu Kate mendengar dari suster di rumah sakit bahwa
Taylor meninggal dunia. Seketika itu Kate merasa ingin menyerah. Dia lelah dengan semuanya,
tetapi Kate harus operasi ginjal agar bisa hidup, dan seperti sudah menjadi kebiasaan, otomatis
Anna lah yang harus menyumbangkan satu ginjalnya untuk Kate. Suatu hari, Anna menolak untuk
menyumbangkan satu ginjalnya untuk Kate. Mendengar hal itu, Sara marah besar. Dia tidak
menyangka Anna tega berbuat demikian. Lalu Anna yang saat itu berusia 11 tahun memutuskan
pergi ke pengacara terkenal, Campbell Alexander (Alec Baldwin) dengan membawa uang
tabungannya dan catatan medis yang telah dilakukan terhadap tubuhnya. Dia menuntut
orangtuanya, terutama ibunya sendiri yang mengeksploitasi organ-organ tubuhnya sejak dia bayi.
Campbell berusaha sekuat tenaga membantu Anna. Karena dia juga mempunyai alasan tertentu
yang membuat hatinya tergerak untuk melakukan hal tersebut. Mereka pun sampai di pengadilan.
Anna dengan pengacaranya yang terkenal, menuntut ibunya, Sara, yang notabene seorang mantan
pengacara handal yang harus berhenti menjadi pengacara ketika Kate mulai sakit-sakitan dengan
tuduhan eksploitasi organ tubuh. Ketika persidangan berlangsung, suasana sangat panas. Sara
melakukan pembelaan habis-habisan terhadap dirinya sendiri. Begitu pula Campbell yang membela
Anna. Tetapi dalam persidangan, Anna berkali-kali mengalami pergolakan batin yang hebat.
Karena dia juga ingin menyelamatkan kakaknya. Dia tidak tega membiarkan hidup Kate berakhir
karena batal melakukan operasi ginjal. Lalu kenapa dia maju dan menuntut ibunya? Jesse tahu
42

alasan dibalik semuanya. Dia memaksa Anna mengatakan hal yang sebenarnya mengapa ia tega
menuntut ibunya sendiri. Dan ternyata Kate lah yang membuat sekenario ini. Karena Kate tidak
ingin dioperasi. Dia sudah menerima semua keputusan Tuhan untuknya. Dia tidak ingin membuat
keluarganya menderita terus-menerus karena penyakitnya. Mengetahui hal itu, Sara mengalami
pergolakan yang sangat hebat. Akhirnya dia sadar, semua ambisinya untuk menyembuhkan Kate
ternyata merugikan banyak pihak, terutama keluarganya. Lalu dengan berat hati, dia menuruti
kemauan Kate. Kate pun akhirnya meninggal dengan damai di pelukan Sara.”

1. Data Kebutuhan Fisiologis

a. Kebutuhan fisiologis adalah kebutuhan dasar manusia. Kebutuhan ini melibatkan kebutuhan
akan oksigen, air, protein, garam, gula, kalsium, mineral dan vitamin. Termasuk juga
kebutuhan untuk menjaga keseimbangan pH (terlalu asam atau basah dapat membunuh) dan
suhu (98.6 atau dekat dengan itu). Selain itu ada juga kebutuhan untuk aktif, istirahat, tidur,
untuk menghilangkan limbah (CO2, keringat, urine, dan kotoran). Kebutuhan untuk
menghindari rasa sakit, dan kebutuhan untuk berhubungan sex. Dalam penelitian yang
menyatakan bahwa kebutuhan ini sebenarnya bersifat individual. Kebutuhan ini adalah
kebutuhan yang paling kuat dan mendesak yang harus dipenuhi manusia dalam kehidupan
sehari-hari mereka. Motivasi terbesar adalah kebutuhan fisiologis dan bukan yang lain.
Dengan kata lain, seseorang yang miskin cenderung selalu dimotivasi oleh kubutuhan-
kebutuhan ini. Misalnya: setiap orang perlu makan setiap hari, perlu minum setiap hari, dan
begitu pula pakaian. Kebutuhan ini adalah kebutuhan yang harus dipenuhi setiap hari. Dari
film di my sister’s keeper, Anna berkata ("Lalu, di bumi ini ada dua orang berhubungan seks,
43

dan hamil, suatu kebetulan"). Berdasarkan teori Abraham Maslow tentang Kebutuhan
Fisiologis (Kebutuhan Fisiologis), seks adalah suatu keharusan bagi pasangan yang bertemu
untuk pasangan yang sudah menikah. Ini adalah kebutuhan dasar manusia, ini adalah yang
paling kuat dan kebutuhan mendesak untuk kehidupan manusia.

b. Dari perkataan Anna dalam film my sister’s keeper bahwa ibunya, Sara, memiliki motivasi
positif untuk menjaga Kate tetap hidup. Ibunya rela berhenti dari pekerjaannya, dan juga
bibinya yang bekerja setengah hari di rumah mereka. Ibunya memasak setiap hari, hidupnya
hanya dimaksudkan untuk membuat Kate tetap hidup. Memasak dan membersihkan, semua
makanan dipanaskan, organik, dan bebas kuman. Secara teori Abraham Maslow menjelaskan
bahwa setiap individu termotivasi untuk memenuhi kebutuhan baik melalui makanan agar
dapat bertahan hidup. Ini juga termasuk ke dalam kebutuhan fisiologis yaitu kebutuhan dasar
manusia.

c. Sara juga menawarkan makanan kepada Kate dan memberikannya banyak perhatian
walaupun dia membutuhkan sesuatu atau tidak. Sara selalu meninginagtkan Kate karena Kate
menderita kanker darah (leukemia) dan membutuhkan banyak makanan, sehingga kebutuhan
tubuhnya terpenuhi, karena dia sangat menderita dengan penyakit seriusnya. Itu juga
termasuk kebutuhan psikologi Abraham Maslow, yang cukup untuk tubuh. Ibu Kate juga
menawarkan makanan lain, barangkali dia bosan dengan makanannya, jadi sara mengambil
makanan lain dari kulkas. Tapi Kate menolak.

Bisa disimpulkan bahwa kebutuhan fisiologis merupakan kebutuhan yang paling penting,
seperti: oksigen, air, vitamin, protein, garam, kalsium, menjaga keseimbangan Ph (terlalu asam
atau basah akan membunuh), suhu tubuh, waktu untuk istirahat, tidur, seperti keringat, urin,
kotor dan juga termasuk kebutuhan seksual bagi pasangan yang menikah, sebagai peningkatan
musim semi. Beberapa kebutuhan juga diiringi dengn motivasi untuk memenuhi kebutuhan dan
mencapai kesejahteraaan hidup dan kebahagiaan.

2. Data Kebutuhan Keamanan

Ketika kebutuhan fisiologis terpenuhi, lapisan kedua akan datang. Kamu akan menjadi

tertarik untuk menemukan negara yang aman, stabil & terlindungi. Kebutuhan sekarang tidak
hanya soal lapar dan haus, tetapi juga kebutuhan untuk mendapatkan perlindungan dari
ketakutan dan kecemasan. Kebutuhan untuk mencerminkan keamanan serta mengamankan
hadiah yang sudah dicapai. Dalam kehidupan sehari-hari, kebutuhan terwujud dalam keinginan
untuk mempunyai rumah dalam pemerintah yang aman dan untuk melindungi diri terhadap
bahaya, cedera, ancaman, kecelakaan, kehilangan.
44

a. Berdasarkan cerita film my sister’s keeper, tampak bahwa Sara memaksa Anna tidak
berhenti menyumbangkan organnya kepada saudara perempuannya Kate. Dalam percakapan
di atas ada masalah yang sangat rumit. Anna melaporkan orangtuanya dan menyewa
seorang pengacara dan orang tuanya untuk memanfaatkan tubuhnya dan memaksanya untuk
mendapatkan ginjalnya untuk Kate yang sangat menderita kanker leukemia berat. Dia
membuat surat gratis untuk membuat keputusan medis pada dirinya sendiri dan tidak
memaksanya untuk meminta organnya termasuk menyumbangkannya ginjal. Anna pikir dia
punya terlalu banyak untuk dikorbankan untuk saudara perempuannya Kate. Tapi ibunya
tidak pernah menghargai dan tampaknya menggunakan organ Anna menyumbang untuk
penyembuhan Kate, termasuk ginjalnya. Sara terkejut ketika dia mendapat surat dari
pengacara Anna, dan tidak berharap Anna melakukan itu. Dan ingin memenangkan
kekhasannya dengan kebebasan atas tubuhnya sendiri. Sara juga dalam gambar itu
menampar Anna karena telah menolak dan membersihkan dengan keras menolak
permintaan ibunya untuk menyumbangkan anggota tubuhnya demi penyembuhan Kate.
Tindakan Sara ini sangat tidak masuk akal. Dia tidak pernah bertanya pada Anna apakah
dia siap menjadi donor seumur hidup untuk Kate. Sejak usia 5 tahun Anna sudah merasakan
bagaimana rasa sakit operasi dan jarum suntik menyuntikkan tubuhnya. Ini mengarah pada
teori hierarkis Maslow bahwa kebutuhan saat ini adalah tidak lagi hanya lapar dan haus,
tetapi kebutuhan untuk perlindungan dari ketakutan dan Kecemasan, demikian pula, Anna,
Anna mencari perlindungan dengan melaporkan dan menuntut Ibunya melalui pengacaranya
Campbell Alexander dengan 700 dolar Dia mendapat uang dari menjual kalung yang dia
jual di toko emas. Anna merasakan Tindakan ibunya bertentangan dengan hukum dan
melanggar hak asasi manusia. Hak untuk hidup untuk Anna.

b. Berdasarkan cerita film my sister’s keeper, Anna serius ingin menghadirkan kepusadilan
yang khas. dengan pergi ke pengacara terkenal Campbell Alaxander memanfaatkan $ 700
dari kalung emasnya, dia sangat menuntut ibunya di pengadilan, Anna merasa selama
hidupnya dia tidak pernah merasa bebas dari tubuhnya. Dokter mulai mengambil bagian
dalam tubuhnya sejak ia lahir. Pengumpulan darah tali pusat, transfusi sel darah putih,
sumsum tulang belakang, limfosit, suntikan untuk menambah sel, dan membawanya
kembali. tapi itu tidak pernah cukup. Dan yang lebih fatal lagi, Kate juga menderita gagal
ginjal, Anna yang tidak berfungsi lagi untuk memaksa Anna juga harus menyumbangkan
ginjalnya ke Kate yang kemungkinan hidupnya sangat kecil. Perilaku ibunya yang
sebenarnya tidak masuk akal. Dia rela mengorbankan Anna untuk Kate. Teori Abraham
45

Maslow juga untuk film kiper My Sister's ini. Teori kedua Abraham Maslow adalah
perlunya mendapatkan perlindungan.

c. Berdasarkan cerita film my sister’s keeper, dimana Kate mulai merasa ada cinta dan mulai
punya semangat dalam menjalani hari-harinya? Ada seseorang yang punya penyakit kanker
yang juga berkenalan dengannya. Meminta nomor teleponnya, mengajaknya jalan dan
mereka punya hubungan yang sangat dekat. Itulah yang selalu menguatkan dia dan dapat
membuatnya bertahan. Ketika dia tidak punya luka lagi, hidupnya sangat bahagia dan selalu
tertawa. Dia adalah Taylor Ambrose, narkoba datang dalam bentuk yang lain, berhasil
membuat Kate bangun. Radiasi yang menakutkan dan memberi kecemasan. Anna sangat
merasa takut dan cemas, jadi dia melapor kepada ibunya melalui pengacara Campbell
Alexander. Karena umurnya masih di bawah 18 tahun, bukan berarti orangtuanya bebas
memaksanya untuk mendonorkan anggota badannya untuk sang kakak Kate. Dan Anna juga
berkata bahwa mungkin dia tidak akan hidup apabila Kate tidak sakit. Ya, Anna adalah bayi
yang direncanakan. Anna dilahirkan untuk menjadi cadangan bagi Kate. Itulah mengapa
Anna tidak mendapatkan perlakuan dari orang Tuanya.

3. Data Kebutuhan Sosial

Setelah kebutuhan fisiologis dan keamanan terpenuhi. Lapisan ketiga kebutuhan mulai

muncul. Anda mulai merasakan kebutuhan untuk memiliki teman, kekasih, anak-anak, hubungan
kasih sayang yang mendalam, ikatan sosial dan perasaan yang dapat diterima. Anda mulai merasa
rentan terhadap kesepian dan kecemasan sosial. Dalam kehidupan sehari-hari kita menunjukkan
kebutuhan ini dalam bentuk keinginan untuk menikah, memiliki keluarga, menjadi bagian dari
komunitas, bagian dari keluarga besar, anggota klub, organisasi, serta bagian dari apa yang kita
cari dalam karier. Sebagai makhluk sosial, manusia bahagia ketika mereka suka, dan berusaha
untuk memenuhi kebutuhan sosial saat mereka bekerja, dengan membantu kelompok formal dan
informal, dan mereka bekerja dengan rekan-rekan mereka, dan mereka terlibat dalam kegiatan
yang dilakukan oleh perusahaan yang mereka tuju. Pada akhirnya penyembuhan sementara Kate
dari kanker dan berhasil membuat dia riang kembali. Ibu kate dan keluarga yang lain sangat
bahagia sekali. Kehadiran Taylor yang secara tiba-tiba membuat muka diwajahnya gembira dan
lebih antusias untuk hidup. Kegembiraan itu terpancar dari motivasi untuk Kate lebih kuat untuk
menghadapi penyakitnya. Meraka berdua saling menguatkan satu dengan yang lain, dan Kate
sekali lagi bertanya kepada Taylor kamu pernah berfikir tentang sekarat? Dia menjawab tidak.
Kemudian dia bertanya lagi “apakah kamu tidak takut”?, dan dia berkata “tidak”. “Jika saya tidak
punya kanker, aku tidak akan pernah melihat kamu. Jadi ya, saya senang saya saya sakit”. Taylor
46

mengatakan secara spontanitas. Kasih sayang yang mereka punya membuat perasaan yang baik,
seperti tidak merasakan penyakit yang paling mematikan. Kehadiran seseorang yang spesial dalam
kehidupan kita membuat kita mempunyai tujuan, dalam kehidupan sehari-hari kita ini
membutuhkan bentuk keinginan untuk menikah, mempunyai keluarga, anak, dan lainnya. Karena
dengan kehadiran seseorang di sekeliling kita, hidup kita menjadi lebih berwarna, dan arah yang
jelas.

Dari cerita film my sister’s keeper, menggambarkan bahwa ketika keadaan Kate sedang
sangat krisis, Kate bertanya kepada ayahnya untuk mengajaknya ke pantai, karena itu sudah sangat
lama untuk merasakan suasana pantai, dan menurut ayahnya dengan meminta izin ke dokter.
Masalahnya sekarang ibunya tidak mengizinkan, tapi ayahnya Kate tetap ingin membawa kate ke
pantai. Ketika dia di pantai dia sangat gembira melihat pantai untuk terakhir kalinya. Kakak Kate,
Anna dan Jesse juga dengan mereka, Ibunya sangat marah kepada ayahnya karena Kate yang kritis.
Bisa saja, itu menjadi permohonan Kate yang terakhir. Disini Kate dengan putus asa membutuhkan
dukungan keluarganya. Dia membutuhkan cinta dan kasih sayang dari keluarganya, dan itu
membuat hatinya senang untuk moment yang terakhir. Dari gambaran kejadian diatas sangat cocok
dengan teori dari Abrahama Maslow, bahwa setiap individu membutuhkan cinta dan kasih sayang,
dan untuk mendapatkan tujuan itu, individu yang lain harus menolong untuk mencapai tujuan
tersebut. Dari motivasi dan memberikan hal-hal yang positif.

4. Data Kebutuhan Harga Diri

Dalam proses pengembangan keseluruhan, kami bergerak melalui semua tingkat kebutuhan.

Seperti baru lahir, fokus kita adalah pada kebutuhan fisiologisnya, segera kita mulai menyadari
bahwa kita perlu merasa aman, segera setelah itu, kita mengharapkan perhatian dan kasih
sayang. Dan kemudian kita mencari harga diri. Pada tahap selanjutnya, kita mulai mencari
sedikit harga diri. Maslow mencatat dua versi kebutuhan ini untuk apresiasi yang lebih rendah
dan lebih tinggi. Kebutuhan rendah adalah kebutuhan untuk menghormati orang lain, kebutuhan
akan status, ketenaran, kemuliaan, pengakuan, perhatian, reputasi, penilaian, martabat, bahkan
dominasi. Kebutuhan yang lebih tinggi adalah kebutuhan akan harga diri, termasuk perasaan,
seperti kepercayaan, kompetensi, prestasi, penguasaan, kemandirian, dan kebebasan. Pada
tingkat keempat hierarki Maslow, kebutuhan individu untuk penghargaan, atau yang disebut
kebutuhan "ego". Kebutuhan ini terkait dengan keinginan untuk memiliki citra positif dan
menerima perhatian, pengakuan, dan penghargaan dari orang lain. Dalam organisasi, kebutuhan
47

untuk dihargai menunjukkan motivasi untuk mengakui, tanggung jawab besar, status tinggi. Dan
pengakuan kontribusi untuk organisasi.

a. Dari cerita film my sister’s keeper dijelaskan bahwa Sara membutuhkan penghargaan dari

adiknya Kelly. Sara ingin mendukungnya untuk menang di pengadilan dalam kasusnya
dengan putranya, Anna. Ini membuktikan bahwa Sara membutuhkan dukungan agar dia dapat
menyelamatkan anaknya Kate yang memiliki leukimia. Dia tidak ingin kehilangan Kate, jadi
mengorbankan putranya, Anna adalah dengan menyumbangkan sebagian anggota badan
kepada Kate sehingga dia tetap hidup. Dari teori keempat Abraham Maslow, dua versi dicatat
mengenai perlunya penghargaan, yaitu kebutuhan yang lebih rendah dan kebutuhan yang
lebih tinggi. Kebutuhan yang lebih rendah adalah kebutuhan untuk menghormati orang lain,
kebutuhan akan status, ketenaran, kemuliaan, pengakuan, perhatian, reputasi, penghargaan,
martabat, dan bahkan dominasi. Kebutuhan yang lebih tinggi adalah kebutuhan akan harga
diri, termasuk perasaan, seperti kepercayaan diri, kompetensi, prestasi, penguasaan,
kemandirian, dan kebebasan. Kebutuhan akan penghargaan ini dikategorikan tergolong tinggi
karena bentuknya tidak seperti rasa hormat dari orang lain. Jadi dari data di atas, Sara
memiliki kebutuhan yang lebih tinggi, yaitu bahwa ia dihargai sebagai seorang ibu dengan
menaati keinginan dan keinginannya meskipun itu benar-benar membahayakan anak yang
lain. Sara seharusnya menyadari bahwa Anna benar-benar ingin memiliki kebebasan
tubuhnya sendiri, dan sejak masa kanak-kanak Anna telah digunakan sebagai penolong bagi
saudara perempuannya Kate dengan memberikan sumsum tulang belakangnya, darah.

b. Dari cerita film my sister’s keeper, dijelaskan bahwa Jesse memuji pakaian yang digunakan
adik perempuannya Kate. Meskipun itu adalah hal yang sangat kecil tetapi itu membuat hati
saudaranya senang. Dalam teori Maslow menjelaskan bahwa kebutuhan akan penghargaan
sangat penting dalam kehidupan sosial, keberadaan teori penghargaan ini dapat membuat
hubungan yang baik dengan orang lain.

c. Dari cerita film my sister’s keeper, gambar keluarga Kate memberi semangat untuk Kate.
Mereka memeluknya dan mengatakan semuanya akan baik-baik saja. Mereka
meyakinkannya, karena saat ini dokter mengatakan waktunya akan tiba. Dia tidak bisa lebih
kuat bertahan hidup karena kankernya yang semakin parah. Kate tersenyum dan hanya
menghadapi semuanya. Dia merasa tubuhnya lebih sakit karena harus kemo. Setiap hari, dan
merasakan kebutuhan dan perangkat medis lainnya yang dipasang di seluruh tubuhnya setiap
saat. Ini adalah bentuk kepedulian terhadap Kate dan cinta yang mereka berikan akan
membuat Kate lebih siap mengalami kematian. Dalam memahami teori Abraham Maslow‟s,
ini termasuk kebutuhan untuk penghargaan. Ini adalah perhatian keluarga Kate padanya.
48

Memberikan dukungan kepada Kate sehingga dia masih memiliki semangat untuk menjalani
operasi sehingga bisa segera sembuh.

5. Data Kebutuhan Aktualisasi Diri

Kebutuhan akan aktualisasi adalah kebutuhan yang tidak melibatkan keseimbangan atau

homeostasis, tetapi melibatkan keinginan yang konstan untuk memenuhi potensi, untuk menjadi
apa yang kita bisa. Ini menjadi masalah paling lengkap, untuk menjadi maksimal. Kebutuhan ini
adalah kebutuhan untuk mengalami pemenuhan diri, yang merupakan kategori persyaratan
tertinggi. Kebutuhan ini meliputi kebutuhan untuk mengembangkan potensi yang ada pada diri
sendiri secara menyeluruh, meningkatkan kemampuan diri, dan menjadi orang yang lebih baik.
Kebutuhan aktualisasi diri oleh organisasi dapat dipenuhi dengan memberi orang kesempatan
untuk tumbuh, mengembangkan kreativitas dan mendapatkan pelatihan untuk mendapatkan
tugas dan pencapaian yang menantang. Maslow tidak berpikir bahwa orang yang mencapai
aktualisasi diri adalah manusia yang sempurna. Ada beberapa kelemahan atau
ketidaksempurnaan yang mereka miliki. Mereka sering menderita kecemasan dan rasa bersalah
yang besar, tetapi bentuk kecemasan yang realistis. Beberapa dari mereka pelupa atau terlalu
bagus, tetapi beberapa dari momen-momen tak terduga itu menjadi kejam, dingin, dan
kehilangan humor.

Abraham Maslow (Bara, 2015) membagi tingkat kebutuhan manusia menjadi: kebutuhan
fisiologis, kebutuhan akan rasa aman, kebutuhan sosial, kebutuhan akan penghargaan, serta
kebutuhan akan aktualisasi diri. Ketika suatu tingkat kebutuhan terpenuhi, maka seseorang tidak
lagi mendapat motivasi dari kebutuhan tersebut yang selanjutnya seseorang akan berusaha
memenuhi kebutuhan tingkat berikutnya. Kebutuhan-kebutuhan anak penderita leukemia dapat
dilihat saat dirinya melewati masa sakit. Dalam perawatan, anak diwajibkan menjalani kemoterapi,
konsumsi obat, menjaga pola makan, pola istirahat, dan sebagainya. Agar anak merasa aman,
diperlukan adanya keberadaan orang terdekat dari anak untuk mendampingi selama masa
pengobatan, baik untuk menjalani kemoterapi secara rutin maupun dalam memenuhi kebutuhan
sehari-hari. Kebutuhan anak yang lain adalah kebutuhan cinta kasih serta harga diri dari orang-
orang terdekat anak. Nursalam (Bara, 2015) pemberian dukungan membantu individu untuk
melihat segi-segi positif yang ada dalam dirinya dibandingkan dengan orang lain yang berfungsi
untuk menambah kepercayaan diri dan kemampuan serta merasa dihargai dan berguna saat individu
mengalami tekanan atau masalah.
Penelitian yang dilakukan oleh Moore et al (2003) (Debby, 2014), bahwa dari 47 anak dan
remaja yang menderita kanker dan melakukan semua terapi terdapat 20% anak dan remaja yang
49

mengalami masalah dalam kemampuan beradaptasi, keterampilan sosial, menarik diri, dan depresi.
Dampak psikologis yang dialami anak dipengaruhi oleh proses berduka yang dialami. Kubler Ross
(1969) dalam Debby (2014) menjelaskan bahwa terdapat lima tahapan proses berduka:

1. Denial (Mengingkari)

Reaksi pertama individu yang mengalami kehilangan adalah syok, tidak percaya atau menolak

kenyataan bahwa kehilangan itu terjadi, dengan mengatakan “Tidak, saya tidak percaya bahwa
itu terjadi”, “itu tidak mungkin”. Bagi individu atau keluarga yang mengalami penyakit terminal,
akan terus menerus mencari informasi tambahan. Reaksi fisik yang terjadi pada fase
pengingkaran adalah letih, lemah, pucat, mual, diare, gangguan pernafasan, detak jantung cepat,
menangis gelisah, tidak tahu harus berbuat apa. Reaksi tersebut di atas cepat berakhir dalam
waktu beberapa menit sampai beberapa tahun.

2. Anger (Marah)

Fase ini dimulai dengan timbulnya kesadaran akan kenyataan terjadinya kehilangan. Individu

menunjukkan perasaan yang meningkat yang sering diproyeksikan kepada orang yang ada
dilingkungannya, orang tertentu atau ditunjukkan kepada dirinya sendiri. Tidak jarang ia
menunjukkan perilaku agresif, bicara kasar, menolak pengobatan, dan menuduh dokter dan
perawat yang tidak becus. Respon fisik yang sering pada fase ini antara lain, muka merah, nadi
cepat, gelisah, susah tidur, tangan mengepal.

3. Bergaining (Tawar Menawar)

Apabila individu telah mampu mengukapkan rasa murahnya secara sensitif, maka ia akan maju

ke fase tawar menawar dengan memohon kemurahan Tuhan. Respon ini sering dinyatakan
dengan kata-kata “kalau saja kejadian itu bisa ditunda maka saya akan sering berdoa”. Apabila
proses berduka ini dialami oleh keluarga maka pernyataannya sebagai berikut sering dijumpai
“kalau yang sakit bukan anak saya”.

4. Depression (Depresi)

Individu pada fase ini sering menunjukkan sikap antara lain menarik diri, tidak mudah bicara,

kadang-kadang bersikap sebagai pasien yang sangat baik dan menurut, atau dengan ungkapan
yang menyatakan keputusasaan, perasaan tidak berharga. Gejala fisik yang sering diperlihatkan
adalah menolak makanan, susah tidur, letih, dorongan libido menurun.

5. Acceptance (Menerima)
Fase ini berkaitan dengan reorganisasi perasaan kehilangan. Pikiran selalu terpusat kepada objek

atau orang lain akan mulai berkurang atau hilang, individu telah menerima kenyataan kehilangan
yang dialaminya, gambaran objek atau orang lain yang hilang mulai dilepaskan dan secara
bertahap perhatian beralih pada objek yang baru. Fase menerima ini biasanya dinyatakan dengan
50

kata-kata seperti „saya betul-betul menyayangi baju saya yang hilang tapi baju baru saya manis
juga”, atau “apa yang dapat saya lakukan supaya saya cepat sembuh”.

Salah satu perilaku keluarga pada saat anggota keluarga sakit atau mengalami masalah
kesehatan yaitu mencari pengobatan (health seeking behavior) yang dimulai dari saat mengobati
sendiri sampai mencari pengobatan. Hal ini juga dibuktikan dengan hasil penelitian Amanda (2015)
mengatakan bahwa orang tua melakukan penanganan awal, membawa anak ke pelayanan kesehatan
dan membawa anak ke pengobatan tradisional.

Penyakit kronis merupakan kejadian hidup yang dapat menjadi stresor bagi keluarga.
Stresor tersebut memicu munculnya respon stres yang dapat dijelaskan dengan respon kehilangan.
Perasaan tidak ingin kehilangan anak atau anak meninggal ini menimbulkan ekspresi kasih sayang
dari orangtua dalam bentuk upaya untuk tetap berobat meskipun banyak kesulitan yang dihadapi
(Feriana, 2017).

Keluarga yang memiliki anak dengan leukemia akan menimbulkan beban bagi anggota
keluarga. Orangtua pada umumnya merasa bersalah atau merasa cemas karena mereka merasa
bertanggungjawab pada apa yang menimpa anaknya, atau di dalam kesedihan mereka berharap bisa
menggantikan si anak untuk menanggung penyakit leukemia tersebut. Orangtua memerlukan
bantuan yang simpatik dan dukungan dari semua pihak terlibat, baik bagi kesejahteraan orangtua
itu sendiri maupun bagi upaya mereka untuk memberikan perawatan bagi si anak. National Jewish
Health (2008) dalam Sameton (nd) menyatakan bahwa setiap keluarga dengan atau tanpa anak
dengan penyakit leukemia selalu memiliki masalah yang biasanya muncul dalam keluarga, masalah
itu antara lain finansial, persaingan antar saudara kandung, dan perhatian orangtua terhadap anak-
anaknya. Oleh karena itu, merawat anak dengan leukemia akan lebih mempengaruhi sistem yang
ada dalam keluarga terutama peran dari seorang ibu.

Stresor yang dihadapi oleh orangtua adalah reaksi sibling, efek samping kemoterapi
(perubahan fisik maupun emosional), ancaman kematian akibat penyakit dan ketidakstabilan
kondisi fisik anak. Reaksi sibling yang ditunjukkan kepada orangtua diantaranya adalah perasaan iri
dari saudara kandung dan adanya respon konflik (bertengkar) dengan pasien. Perasaan iri dari
saudara kandung pasien ini muncul karena anak merasa kurang mendapat perhatian selama
orangtua merawat anak yang sakit. Sejalan dengan penelitian Ballard (2004) (Feriana, 2017) orang
tua merasakan dukungan yang diberikan untuk saudara kandung dari orangtua kurang adekuat
selama orangtua merawat anak dengan kanker. Mendukung hal ini, Anggraeni (2012) (Feriana,
2017) mengungkapkan dengan adanya anak yang sakit maka perhatian orangtua akan lebih fokus
kepada anak yang sakit sehingga mengabaikan respon cemburu pada saudara kandung. Rudolph
51

(2007) (Debby, 2014) menjelaskan bahwa anak yang menderita kanker dan keluarganya menjalani
masa-masa yang sulit. Anak yang sakit akan sangat memerlukan orangtuanya untuk selalu berada
disampingnya baik untuk berbagi cerita ataupun untuk membantu memenuhi kebutuhannya
(Debby, 2014).

Menurut Taylor (2012) (Desi, 2016) individu yang mendapatkan dukungan keluarga akan
mengalami stres lebih sedikit saat mereka menghadapi pengalaman yang stressfull dan dapat
melakukan coping dengan lebih baik. Bentuk dukungan dapat berupa tangible assistance atau
dukungan langsung yang melibatkan dukungan material seperti pelayanan, keuangan atau barang.
Selain itu, ada pula emotional support (dukungan emosional) yaitu dengan memberikan semangat,
kehangatan dan pengasuhan yang diberikan oleh keluarga dapat memungkinkan seseorang tidak
terlalu stres dan informational support (dukungan informasi) yaitu dengan menjelaskan situasi apa
yang akan dihadapi, bagaimana menghadapinya, dan berapa lama waktu yang dibutuhkan (Desi,
2016).

Dukungan emosional menurut Sarafino (2006) dalam Amanda (2015) meliputi dukungan
simpatik dan empati, cinta, kepercayaan, perhatian, dan pemberian semangat. Dukungan emosional
merupakan dukungan yang berpusat pada perasaan. Maka dapat dikatakan bahwa pemberian
dukungan sosial emosional yang diberikan oleh keluarga kepada anak dapat mempengaruhi anak
penderita kanker agar dapat tetap berfikir positif, merasa dicintai, serta lebih termotivasi untuk
sembuh dari sakit yang diderita. Anak yang sakit mengalami bermacam-macam ancaman terhadap
rasa aman, hal ini disebabkan karena adanya perubahan lingkungan selain dari faktor usia anak
sendiri. Untuk mendapatkan rasa aman, anak butuh kehangatan dan rasa cinta serta kasih dan
sayang dari orangtua, kestabilan keluarga serta pengendalian dari stres itu sendiri (Amanda, 2015).

Keluarga atau orang tua mempunyai dukungan untuk memberikan partisipasi dan
berperilaku baik dalam perawatan, seperti pengobatan kemoterapi yang merupakan terapi kuratif
utama pada pasien leukemia. Berdasarkan hasil penelitian Tiurlan Mariasima Doloksaribu (2011)
dalam Nalau (2018) menyimpulkan bahwa seluruh anak/partisipan dalam penelitian ini mendapat
dukungan penuh dan memiliki hubungan yang harmonis dari kedua orangtua, saudara kandung, dan
sanak saudara lainnya. Anak menjadi lebih bersemangat karena senantiasa mendapat dukungan dari
keluarga. Disaat anak menerima dukungan emosional dari keluarga, dia akan merasa bahagia dan
dicintai, dimana kebahagiaan yang dirasakan anak membuatnya mengalami periode yang
menyenangkan selama menjalani perawatan di rumah sakit. Caplan (1964) dalam Nalau (2018)
menyatakan bahwa dukungan emosional keluarga adalah suatu tempat yang aman dan damai untuk
istirahat dan pemulihan serta membantu penguasaan terhadap emosi, diman aspek-aspek dalam
52

dukungan emosional meliputi dukungan yang diwujudkan dalam bentuk afeksi, kepercayaan,
perhatian, dan mendengarkan.

KESIMPULAN DAN SARAN

Beban psikologis yang dialami orangtua menyebabkan mereka sulit memahami perasaan

dan kondisi yang dialami anaknya. Ketidaktahuan kebutuhan perawatan, biaya yang diperlukan dan
dampak kehidupan sosial juga mempengaruhi kondisi psikologis orangtua khususnya ibu dalam
merawat anak dengan leukemia. Permasalahan psikologis dan kesehatan mental seorang ibu akan
mempengaruhi kemampuan dalam mengelola penyakit dari stressor dan akan mempengaruhi
performanya dalam berperan sebagai primary care givers untuk anaknya. Ibu dengan anak kanker
juga merasakan stres berat selama anaknya dirawat, hal ini menghambat aktivitas sosial dan ibu
mengatakan bahwa hubungan sosialnya menurun, ibu merasakan secara umum hubungan sosialnya
lebih nyaman berbagi pengalaman dengan para ibu yang memiliki masalah yang sama pada
anaknya. Dampak dari beban psikologis orangtua terutama ibu menyebabkan pengabaian perhatian
kepada anak yang lainnya, sehingga menimbulkan kecemburuan bagi anak yang lain (siblings).
Diharapkan adanya komunikasi antar keluarga sehingga dapat memberikan dukungan kepada si
anak yang mengidap penyakit leukemia.

DAFTAR PUSTAKA

Amanda Febriani Putri. (2015). Dukungan Orangtua Yang Memiliki Anak Dengan Leukimia Usia

6-12 Tahun Di RSU Kabupaten Tangerang. Skripsi. Tidak Diterbitkan. Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah. Jakarta.
Bara Garnisa Mushyama. (2015). Dukungan Sosial Keluarga Pada Anak Penderita Kanker Darah
Di Yayasan Kasih Anak Kanker Jogja. Skripsi. Tidak Diterbitkan. Universitas Negeri
Yogyakarta.
Debby Septiana Pertiwi. (2014). Pengalaman Interaksi Sosial Pada Anak Penderita Leukimia Yang
Menjalani Kemoterapi Di RSUD Dr. Moewardi Surakarta. Skripsi. Tidak Diterbitkan.
Program Studi S-1 Keperawatan STIKES Kusuma Husada. Surakarta.
Desi Lustiyani Wahono. (2016). Coping Stres OrangTua Anak Dengan Leukimia Limfositik Akut
(ALL). Jurnal Psikologi Psibernetika 9(2), 113-124. Universitas Bunda Mulia.
Feriana Ira Handian, Pudjo Hagung Widjajanto, dan Sumarni DW. (2017). Motivasi, Hambatan dan
Strategi Orangtua Keluarga Miskin Dalam Merawat Anak Dengan Leukimia Limfoblastik
Akut (LLA). Jurnal Care 5(1), 77-91. STIKES Maharani Malang.
Lenni Juliana. (2018). Motivations Analysis In “My Sister‟s Keeper” Movie. Skripsi. Tidak
Diterbitkan. Universitas Riau Kepulauan.
Misgiyanto dan Dwi Susilawati. (2014). Hubungan antara Dukungan Keluarga Dengan Tingkat
Kecemasan Penderita Kanker Serviks Paliatif. Jurnal Keperawatan, 5(1), 1-15. Universitas
Diponegoro.
Nalau Sapu Rata, Mohammad Basit, dan Sapariah Anggraini. (2018). Hubungan Dukungan
Emosional Keluarga Dengan Tingkat Nyeri Pada Anak Acute Lymphoblastic Leukimia
53

Akibat Kemoterapi. Jurnal Keperawatan Suaka Insan, 3(1), 1-13. Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Suaka Insan Banjarmasin.
Sameton. (nd). Pengalaman Ibu Merawat Anak Usia Toddler Dengan Leukimia yang Menjalani
Kemoterapi Di Ruang Rawat Inap Anak RSUP Dr. M.Djamil Padang. Skripsi. Tidak
Diterbitkan. Universitas Andalas.
Yana Safitri, Binahayati, dan Budi M. Taftazani. (2017). Dukungan Sosial Terhadap Orangtua
Anak Penderita Kanker Di Yayasan Komunitas Taufan Jakarta Timur. Jurnal Penelitian
dan PKM 4(2), hal.246-251. Universitas Padjadjaran.

Anda mungkin juga menyukai