Anda di halaman 1dari 9

PEMODELAN ARSITEKTUR

(STUDI KASUS: DICODING INDONESIA)

Disusun untuk memenuhi tugas akhir mata kuliah Enterprise Architecture

Disusun Oleh:

Febryan Asa Perdana (175150407111014)


Pamostang William Richard Hamonangan (175150400111030)
Renaldi Sidiq Wibowo (175150400111028)

PROGRAM STUDI SISTEM INFORMASI


JURUSAN SISTEM INFORMASI
FAKULTAS ILMU KOMPUTER
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2019
1. GOALS & INITIATIVES CURRENT
1. Strategic Plan (Rencana Strategis)
A. Visi
Dicoding ingin menjadi wadah atau jaringan terbaik untuk developer di
Indonesia.
B. Misi
Dicoding memiliki dua misi utama, yaitu membantu developer untuk menjadi
entrepreneur yang mampu mengembangkan produk kelas dunia. Kedua adalah
melahirkan digital talent sebanyak mungkin untuk industri TI di Indonesia.
C. Strategic Goals
1. Pemenuhan kebutuhan digital talent berkualitas bagi industri TI di Indonesia.
2. Pembentukan wadah bagi para developer untuk belajar dan berkembang.
3. Akses terhadap edukasi berkualitas yang mudah dan terjangkau.
D. Strategic Initiatives
1. Mengembangkan akademi yang menjadi sarana pembelajaran bagi
developer khususnya di Indonesia.
2. Menjalin kemitraan dengan technology expert serta perusahaan TI di Indonesia
dalam rangka mengembangkan wadah bagi para developer.
3. Menciptakan digital talent terbaik untuk memenuhi kebutuhan ahli TI di
Indonesia.

2. CONOPS (Concept of Operations) Scenario & Diagram


Bisnis utama: Menyediakan akses edukasi berkualitas melalui digital academy
platform bagi para developer di Indonesia dalam rangka meningkatkan kualitas
serta memenuhi kebutuhan digital talent bagi industri TI di Indonesia.
CONOPS Scenario:
a. Pengguna/pelanggan/developer mengakses laman atau situs
dicoding, lalu membeli kelas/akademi yang diinginkan.

1
b. Tim internal Dicoding yang bertugas sebagai reviewer menilai
pengerjaan setiap siswa/peserta akademi.
c. Hasil review akan diserahkan ke tim Dicoding yang bertugas untuk
memverifikasi keabsahan bukti bahwa siswa/peserta lulus dan
mengeluarkan sertifikat.
d. Tim sales/marketing Dicoding juga dapat mengetahui minat
developer di Indonesia berdasarkan jumlah penjualan
kelas/akademi.
e. Data penjualan kemudian akan diolah dan dianalisis lebih lanjut
untuk diserahkan ke tim eksekutif.
f. Tim eksekutif kemudian akan melihat potensi serta tren
perkembangan TI di Indonesia, serta merumuskan produk
kelas/akademi baru yang dapat mengakodomasi tren industri TI saat
ini, tentunya dengan mengajak stakeholder seperti technology expert
yang berasal dari industri dan akademisi.
CONOPS Diagram:

2
3. SWOT Analysis (Strengths, Weaknesses, Opportunities, and Threats)
Strengths: Sebagai salah satu pionir digital academy platform di Indonesia,
Dicoding memiliki exposure yang sangat bagus. Dicoding juga merupakan satu-
satunya Google ATP (Authorized Training Partner) di Indonesia sehingga
mendapat akses materi pembelajaran terbaik dari Google sekaligus
meningkatkan brand dan value dari Dicoding di mata developer.

Weaknesses: Dicoding belum memiliki jumlah expert yang memadai yang


bertugas untuk melakukan review terhadap pekerjaan peserta akademi. Selain
itu, Dicoding juga lama dalam melakukan proses pembaharuan materi
pembelajarannya.

Opportunities: Dicoding dapat bermitra dengan berbagai event IT dan


developer di Indonesia dalam rangka meningkatkan exposure-nya serta
menawarkan program dan kelas akademi terbaru, promo, dan lain-lain.

Threats: Keberadaan platform serupa baik dari dalam negeri maupun luar negeri
yang memiliki kualitas konten serta instruktur yang lebih baik menjadi ancaman
terbesar bagi Dicoding.

2. PRODUCTS & SERVICES CURRENT


1. Business Plan (Rencana Bisnis)
A. Business Overview
Bisnis utama: Menyediakan akses edukasi berkualitas melalui digital academy
platform bagi para developer di Indonesia.

No Business Products/Services Description

1 Digital academy platform Kelas akademi berbasis


online yang tersedia
bagi para developer di
Indonesia untuk belajar
pengembangan web,
mobile, bahasa
pemrograman serta
teknologi lainnya.

3
B. Executive Team Profile

a. Narenda Wicaksono, Chief Executive Officer: Memimpin keseluruhan


proses manajemen di Dicoding.
b. Cahyana Ahmadjayadi, Technical Advisor: Sebagai praktisi berpengalaman
sekaligus pakar IT, memberikan arahan dan praktik IT terbaik di Dicoding.
c. Kinanti Kusumawardani, Komisaris: Bertanggungjawab pada pengurusan
keabsahan hingga keuangan Dicoding.
d. Kevin Kurniawan, Chief Operation Officer: Berfokus untuk memberikan
experience terbaik untuk user dan partner melalui 3 pilar utama Dicoding
yaitu Challenge, Academy dan Event.
e. Ash-Shiddiqul A. Hidayat, Chief Technology Officer: Melakukan commit
pertama codebase di dicoding.com. Sangat terpesona dengan aspek
psikologis dari interaksi pengguna dengan aplikasi yang digunakannya dan
bagaimana sebuah karya dapat meningkatkan kehidupan penggunanya.
f. Habibi Mustafa, Chief Product Officer: Bergabung sebagai Engineer
Dicoding sejak 2017. Bertanggungjawab pada pengembangan platform
dicoding.com bersama dengan Tim Development.
g. Ahmad Imaduddin, Head of Academy: Bergabung sejak 2016 sebagai Head
of Academy. Bertanggung jawab pada pengembangan seluruh konten
Academy di Dicoding.
h. Nur Rohman, Head of Reviewer: Android Engineer. Bertanggung jawab
meningkatkan kualitas & pelayanan Review di Akademi.
i. Dwarastra Tegar Citta, Chief Business Officer: Menangani lingkup
penjualan, pemasaran dan pengembangan bisnis.

C. Revenue Stream
Dicoding memperoleh keuntungan dari berbagai cara, di antaranya:
- Pembelian kelas akademi oleh pengguna/pelanggan/developer
- Perusahaan yang melakukan listing job di Dicoding
D. Marketing Channels
Dicoding melakukan promosi melalui beragam kanal pemasaran, antara lain:
- Social media (Facebook, Twitter, Instagram, dan lain-lain)
- Official website
- E-mail
- Menjadi mitra, sponsor, dan/atau pemateri dalam event TI yang sedang
diselenggarakan
E. Customer Segments
Segmen pengguna/pelanggan Dicoding paling utama adalah developer,
mengingat platform ini berdiri untuk mengakomodasi kebutuhan digital talent
yang terus meningkat di industri TI Indonesia melalui akses kelas akademi
berbasis digital yang berkualitas.

4
3. DATA & INFORMATION CURRENT
1. Knowledge Management Plan
Knowledge Management Plan (KMP) berisi mengenai bagaimana data dan/atau
informasi yang dimiliki didefinisikan, dikelola, dan diolah menjadi pengetahuan yang
bernilai dalam perusahaan.
Knowledge
Knowledge
No Knowledge [Information] Processing
Description
Deliverables
1 Informasi penjualan kelas Informasi yang - Melihat
akademi menunjukkan tren/minat dari
penjualan kelas developer
akademi Dicoding terhadap kelas
dalam periode akademi
waktu tertentu (per Dicoding
bulan, kuarter, atau - Membentuk
tahun) strategi untuk
meningkatkan
exposure kelas
akademi yang
diminati
- Melakukan
improvisasi
ataupun
menonaktifkan
kelas akademi
yang kurang
atau tidak
diminati
2 Informasi pasar Informasi yang - Mempelajari
menunjukkan permintaan dan
keadaan pasar kebutuhan
sektor bisnis pasar
Dicoding - Mempelajari
proses/model
bisnis
kompetitor
Dicoding
- Membentuk
dan
menerapkan
strategi
bagaimana
menghadapi
persaingan
kompetitor
Dicoding, e.g.:
meningkatkan
kualitas materi
dan instruktur.
3 Informasi kurikulum Informasi yang - Melakukan
5
menunjukkan improvisasi
kurikulum dan kurikulum
konten/materi - Melakukan
pembelajaran dialog dengan
Dicoding praktisi dan
akademisi TI
untuk
penyusunan
dan
pengembangan
kurikulum
yang lebih
terarah,
terukur, dan
selaras dengan
kebutuhan

2. Information Flow Diagram


Information Flow Diagram (IFD) berisi mengenai alir informasi di dalam perusahaan
yang ditampilkan secara visual dalam bentuk diagram.

6
4. SYSTEMS & APPLICATIONS CURRENT
1. Relevant Systems & Applications
Relevant Systems & Apps merupakan komponen yang berisi mengenai sistem dan
aplikasi yang membantu Dicoding dalam melakukan proses bisnis atau kegiatan
operasionalnya. Dalam hal ini, yang disebutkan adalah sistem atau aplikasi yang
berkaitan dengan bisnis utama Dicoding sebagaimana telah dipaparkan sebelumnya,
yaitu menyediakan akses edukasi berkualitas bagi para developer di Indonesia melalui
digital academy platform.

a. Payment Gateway / Payment Processing


Mengingat Dicoding menggunakan digital academy platform, maka proses
pembayaran sangatlah penting untuk disediakan secara seamless dan terintegrasi
dengan platform. Dicoding, dalam hal ini bekerja sama dengan Midtrans, salah satu
payment gateway provider di Indonesia untuk menyediakan layanan payment
processing.
b. Web / Platform Dicoding
Dicoding menyediakan layanan digital academy tentu melibatkan peran dari
perangkat lunak berbasis digital atau online. Dalam hal ini, Dicoding menyediakan
layanan tersebut via web app miliknya.
c. Customer Relationship Management System (CRMS)
Dicoding menyediakan akses untuk FAQ, live chat, knowledge base, serta berbagai
touchdown channels dengan harapan dapat menjangkau lebih banyak
pengguna/pelanggan serta memberi akses bagi mereka yang memiliki pertanyaan
terhadap Dicoding ataupun kesulitan saat menggunakan Dicoding. CRMS,
khususnya dalam bidang Service Automation sektor Help Desk sangat membantu
dan relevan di Dicoding.
7
d. Executive Support System (ESS) dan Decision Support System (DSS)
Tim eksekutif ataupun kepala departemen perlu memiliki tool untuk membantu
kinerjanya sehari-hari. ESS maupun DSS akan sangat membantu dalam mengelola
tugas-tugas administratif dan strategis, terutama pada sektor pengambilan keputusan.
e. Anti-plagiarism / plagiarsim checking tool
Dicoding sangat ketat dalam menerapkan kebijakan antiplagiasi. Dalam rangka
mendukung kebijakan tersebut, suatu alat atau platform antiplagiasi akan sangat
membantu terutama pada tim departemen akademi yang bertugas melakukan
pemeriksaan terhadap setiap pengerjaan peserta.
f. Certificate Issuing Technology
Proses penerbitan sertifikasi digital tentu selayaknya harus dapat dilakukan secara
otomatis, karena tidak hanya 1 atau 2 peserta saja yang mengikuti kelas akademi
Dicoding. Karena itu, teknologi otomasi penerbitan sertifikat sangatlah diperlukan.

ArchiMate Docs

Anda mungkin juga menyukai