Resume P2PL PDF

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 7

RESUME

PETUNJUK TEKNIS (JUKNIS) BANTUAN PEMERINTAH


KEGIATAN
PEKARANGAN PANGAN LESTARI (P2L) TAHUN ANGGARAN 2020

Latar Belakang
Pekarangan Pangan Lestari (P2L) adalah kegiatan yang dilaksanakan oleh kelompok masyarakat yang
secara bersama-sama mengusahakan lahan pekarangan sebagai sumber pangan secara berkelanjutan
untuk meningkatkan ketahanan pangan masyarakat.
Kegiatan P2L dilaksanakan dalam rangka mendukung program pemerintah untuk penanganan daerah
prioritas intervensi stunting dan/ atau penanganan prioritas daerah rentan rawan pangan atau
pemantapan daerah tahan pangan. Kegiatan ini dilakukan melalui pemanfaatan lahan pekarangan, lahan
tidur dan lahan kosong yang tidak produktif, sebagai penghasil pangan dalam memenuhi pangan dan
gizi rumah tangga.

Tujuan
1. Meningkatkan ketersediaan, aksesibilitas, dan pemanfaatan pangan untuk rumah tangga sesuai
dengan kebutuhan pangan yang beragam, bergizi seimbang, dan aman.
2. Meningkatkan pendapatan rumah tangga melalui penyedian pangan yang berorientasi pasar.

Sasaran Lokasi Kegiatan


Kegiatan P2L dilaksanakan dengan sasaran lokasi sebagai berikut:
1. Kegiatan P2L Tahap Penumbuhan di 1.500 kelompok penerima manfaat pada kabupaten/kota
daerah prioritas stunting, dan/ atau penanganan prioritas daerah rentan rawan pangan, dan/atau
pemantapan daerah tahan pangan yang terdiri dari 3 zonasi sebagai berikut :

1. Zona 1 : Provinsi di Pulau Jawa, Provinsi Sumatera Selatan, Provinsi Lampung dan Provinsi
Bali.
2. Zona 2 :
a. Provinsi di Pulau Sumatera (kecuali Provinsi Sumatera Selatan dan Provinsi Lampung);
b. Provinsi di Pulau Kalimantan (kecuali Provinsi Kalimantan Utara);
c. Provinsi di Pulau Sulawesi;
d. Provinsi Nusa Tenggara Barat.

3. Zona 3 : Provinsi Kalimantan Utara, Provinsi Maluku, Maluku Utara, Nusa Tenggara Timur,
Papua, Papua Barat.

2. Kegiatan P2L Tahap Pengembangan pada 2.100 kelompok penerima manfaat pada
kabupaten/kota daerah prioritas stunting, daerah rentan rawan pangan, dan daerah Kabupaten/
kota yang tingkat stantingnya tinggi atau rentan rawan pangan yang ditetapkan oleh bapenas.
Alokoasi Dana Bantuan
Alokasi bantuan pemerintah untuk progam P2L di tetapkan berdasrkan berdasrkan 3 Zonasi terdiri dari
1. Zona 1 sebesar Rp50.000.000,- (lima puluh juta rupiah);
2. Zona 2 sebesar Rp60.000.000,- (enam puluh juta rupiah);
3. Zona 3 sebesar Rp75.000.000,- (tujuh puluh lima juta rupiah)
Pembagian zonasi tersebut dilakukan berdasarkan atas perbedaan harga antar wilayah, baik harga
barang fasilitas untuk pembangunan kebun bibit, pengembangan demplot, harga bibit dan/atau benih,
biaya oprasional serta fasilitas dan/ atau bahan pendukung lainya.

Calon Lokasi Dan Calon Penerima


1. Calon Lokasi (CL)
Calon Lokasi (CL) Calon Lokasi pelaksana P2L merupakan kabupaten/kota yang masuk dalam
daftar daerah prioritas penurunan stunting yang dikeluarkan oleh Badan Perencanaan
Pembangunan Nasional (Bappenas) atau daerah prioritas rentan rawan pangan atau daerah
pemantapan tahan pangan berdasarkan peta Food Security Vulnerability Atlas (FSVA).
2. Calon Penerima (CP)
Tahap Penumbuhan Calon penerima manfaat pada Tahap Penumbuhan dengan kriteria sebagai
berikut:
a. Jumlah anggota kelompok P2L sebanyak 30 (tiga puluh) orang dalam satu kelompok yang
di dalamnya terdapat sasaran prioritas penurunan stunting;
b. Kelompok terpilih memiliki kelembagaan dan struktur organisasi/kepengurusan yang
disahkan oleh kepala desa/ lurah/pejabat yang berwenang;
c. Kelompok Tani/Gapoktan/KUB yang terdaftar pada aplikasi Sistem Informasi Manajemen
Penyuluhan Pertanian (Simluhtan) atau jika tidak teridentifikasi dalam Simluhtan, maka
kelompok masyarakat harus memiliki.
d. Belum pernah mendapatkan dana bantuan pemerintah pada kegiatan yang sama;
e. Memiliki rekening bank;
f. Mampu menyediakan lahan untuk kebun bibit dan demplot (bukan menyewa lahan) minimal
selama lima tahun yang dituangkan dalam surat perjanjian (Format 1)
g. Sanggup melaksanakan`

Penetapan Lokasi dan Penerima Manfaat.


1. Tim Teknis penganekaragaman pangan kabupaten/kota melakukan identifikasi terhadap CP/CL
penerima manfaat kegiatan P2L.
2. Kepala Dinas Yang Menyelenggarakan Urusan Pangan Kabupaten/Kota mengusulkan CP/CL
penerima manfaat kegiatan P2L yang memenuhi persyaratan administrasi dengan
menyampaikan Surat Keputusan CP/CL kepada Kepala Dinas Kabupaten/Kota ke Dinas Kerja
yang menyelenggarakan Urusan Pangan Provinsi (Format 2).
3. Tim Pembina penganekaragaman pangan Provinsi berkoordinasi dengan Tim Teknis
penganekaragaman pangan P2L Kabupaten/ Kota melakukan verifikasi terhadap CP/CL.
4. Kelompok yang lolos verifikasi selanjutnya ditetapkan menjadi penerima manfaat melalui
Keputusan Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) Provinsi dan disahkan oleh Kuasa Pengguna
Anggaran (KPA) (Format 3). Sebelum ditetapkan, kelompok tersebut harus membuat pakta
integritas (Format 10).
5. Keputusan tersebut selanjutnya dilaporkan kepada Badan Ketahanan Pangan c.q

Bentuk Kegiatan
Kegiatan pada Pekarangan Pangan Lestari (P2L) ini adalah sebagai berikut :
A. Kebun bibit
Setiap kelompok harus membangun kebun bibit untuk menyediakan dan memenuhi kebutuhan
bibit kelompok, serta untuk menjaga keberlanjutan kegiatan P2L. Kebun bibit terdiri dari rumah
bibit dan sarana Persyaratan yang harus dipenuhi untuk membangun kebun bibit:
1. Lokasi kebun bibit:
a. Terletak di tanah milik kelompok (bukan sewa) dan diusahakan berada dalam satu
hamparan dengan demplot yang dapat digunakan oleh kelompok P2L selama lebih dari
5 (lima) tahun yang dibuktikan dengan surat pernyataan penggunaan lahan (Format 1);
b. Terletak pada lokasi yang mudah dijangkau oleh anggota atau masyarakat yang
membutuhkan bibit;c. Mempunyai sumber air yang cukup.

2. Rumah bibit:
a. Luas rumah bibit di perdesaan minimal 20 m2, untuk perkotaan luasannya disesuaikan
dengan ketersediaan lahan;
b. Pondasi pasangan batu/batu bata;
c. Lantai dipadatkan;
d. Rangka terbuat dari bahan baja ringan, kayu, dan/atau bahan lainnya;
e. Atap terbuat dari bahan tembus sinar matahari (plastik UV atau atap transparan non
plastik lainnya) dengan sirkulasi yang cukup;
f. Sisi bangunan ditutup dengan bahan yang dapat melindungi bibit dari hama/serangga;
g. Dilengkapi rak dan sarana persemeian untuk produksi bibit..
3. Pengelolaan dan pemeliharaan kebun bibit menjadi tanggung jawab kelompok.

B. Demplot
Demplot berfungsi sebagai tempat usaha bersama untuk menghasilkan produk pangan yang
berorientasi pasar, dan sebagai lokasi percontohan, temu lapangan, serta tempat belajar. Setiap
kelompok wajib membuat, mengembangkan dan memelihara demplot sesuai dengan budidaya
berbagai jenis tanaman yang dikembangkan oleh anggota kelompok dan masyarakat lainnya.
Pengembangan demplot memperhatikan lingkungan yang asri dan nyaman ditata dengan
memperhatikan estetika dan memperhatikan rotasi pertanaman untuk tetap mempertahankan
adanya pertanaman di demplot dan kontinuitas produksi tanaman. Persyaratan demplot, yaitu:
a. Diupayakan terletak pada lokasi yang sama dengan rumah bibit dan mudah dijangkau;
b. Luas demplot di pedesaan minimal 100 m2, sedangkan untuk di perkotaan dapat
disesuaikan dengan kondisi luas lahan;
c. Demplot ditanami berbagai jenis tanaman yang berorientasi pasar (sayuran, buah, dan
aneka umbi).
C. Pertanaman
Kegiatan pertanaman dilakukan melalui budidaya berbagai komoditas pangan sumber
karbohidrat, protein, vitamin dan mineral. Hasil dari kegiatan pertanaman diutamakan dapat
dikonsumsi oleh anggota rumah tangga dan kelebihan produksi estetika sehingga dapat
menciptakan lingkungan yang asri dan nyaman di pekarangan rumah anggota kegiatan P2L.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pertanaman adalah:
a. Sistem budidaya tanaman dapat dilakukan menggunakan media lahan, polibag, vertikultur,
hidroponik, dan/atau lainlain;
b. Setiap anggota kelompok diwajibkan menanam minimal 75 polibag atau setara dengan 25
m2 jika ditanam di lahan;
c. Jenis tanaman harus beragam dan proporsional untuk mendukung ketersediaan,
aksesibilitas dan pemanfaatan pangan serta permintaan pasar;
d. Setiap anggota perlu menanam tanaman yang sesuai dengan karakteristik wilayah,
kebutuhan anggota rumah tangga, peluang pasar dan potensi lahan.

D. Pasca Panen dan Pemasaran.


Hasil produksi dari kegiatan P2L, baik dari kebun bibit, demplot, maupun kelebihan produksi
pertanaman anggota kelompok.

Penyusunan Rencana Kegiatan


1. Identifikasi Kebutuhan Kelompok.
a. Meliputi: kebutuhan sarana, prasarana, teknologi, ketersediaan
b. Dilakukan melalui diskusi dalam rangka identifikasi kebutuhan anggota.

2. Penyusunan Rencana Kegiatan dan Kebutuhan Anggaran (RKKA)


a. Melakukan identifikasi kebutuhan jenis bahan dan alat yang dibutuhkan dengan melibatkan
pengurus dan anggota kelompok secara bersama-sama yang didampingi dan dibimbing oleh
Tim Teknis Penganekaragaman Pangan Kabupaten/Kota.
b. Rencana kegiatan yang disusun meliputi jenis kebutuhan, lokasi, waktu pelaksanaan, dan
pelaksana untuk setiap komponen kegiatan baik Tahap Penumbuhan maupun Tahap
Pengembangan.
c. RKKA (Format 6) disusun berdasarkan hasil identifikasi dengan mencantumkan:
 nama dan alamat kelompok;
 nama, NIK, dan alamat ketua kelompok yang dilengkapi dengan fotocopy KTP;
 nama dan alamat anggota kelompok;iv. nomor rekening a.n. kelompok;v. nama
cabang/unit bank terdekat.
d. Rencana kegiatan tersebut merupakan acuan dalam melaksanakan kegiatan P2L bagi
kelompok. Apabila terjadi perubahan RKKA, segera diajukan persetujuan oleh Tim Teknis
Penganekaragaman Pangan Kabupaten/ Kota untuk dilakukan revisi RKKA kepada PKK
Prrovinsi.
Mekanisme Pencairan Dana
peraturan Menteri Keuangan (PMK) No.168/PMK.05/2015 yang telah diubah menjadi PMK No.
173/PMK.05/2016 serta Peraturan Menteri Pertanian Nomor 56 Tahun 2019 tentang Pedoman
Umum Pengelolaan dan Penyaluran Bantuan Pemerintah Lingkup Kementrian Pertanian Tahun
Anggaran 2020 sebagai berikut :
1. Bantuan diberikan dalam bentuk uang, diberikan dalam satu tahap, ditransfer langsung ke
rekening kelompok;
2. Kelompok membuka rekening tabungan pada kantor cabang/unit bank terdekat dan melaporkan
kepada Tim Penganekaragaman Pangan Kabupaten/Kota untuk diteruskan kepada PPK
Provinsi;
3. Kelompok menyampaikan persyaratan pencairan anggaran banper (SK Penetapan Penerima
Manfaat, Pakta Integritas, RKKA, dan Nomor Rekening Kelompok) kepada PPK Provinsi;
4. PPK Provinsi melakukan verifikasi point 3 dan selanjutnya PPK Provinsi membuat Perjanjian
Kerja Sama dengan Ketua Kelompok P2L (Format 7);
5. PPK Provinsi membuat dan mengajukan ringkasan kontrak, paling lambat 5 (lima) hari setelah
perjanjian kerja sama ke KPPN;
6. PPK Provinsi mengajukan pencairan dana banper dengan membuat Surat Permintaan
Pembayaran Langsung (SPP-LS) kepada pejabat penandatangan SPM/penguji SPP satker
dengan persetujuan KPA (Format 9), dengan lampiran sebagai berikut:
a. SK Penetapan Penerima Manfaat (Format 3);
b. RKKA (Format 6);
c. Perjanjian Kerja Sama antara PPK Provinsi dengan kelompok penerima manfaat tentang
pemanfaatan dana (Format 7);
d. Kuitansi yang ditandatangani oleh ketua kelompok dan diketahui/disetujui oleh PPK Provinsi
(Format 8).
7. Atas dasar SPP-LS (poin 6), pejabat penandatangan SPM/penguji SPP Satker menguji dokumen
SPP-LS selanjutnya KPA mengajukan SPM-LS kepada KPPN Setempat;
8. KPPN setempat menerbitkan Surat Perintah Membayar Langsung (SPM-LS), (SP2D) dan
mentransfer dana Bantuan Pemerintah ke rekening Kelompok P2L;
9. KPA/PPK Provinsi menyerahkan dana kepada kelompok P2L dengan Berita Acara Serah Terima
(BAST) pencairan Dana Bantuan Pemerintah (Format 11). 4.

Pertanggungjawaban
Pertanggungjawaban Kelompok penerima manfaat dana bantuan pemerintah menyampaikan
laporan pertanggungjawaban kepada PPK Provinsi setelah pekerjaan selesai atau akhir tahun
anggaran.
Laporan tersebut meliputi:
a. Berita acara serah terima memuat:
1. Jumlah dana awal, dana yang dipergunakan, dan dana sisa;
2. Pekerjaan yang telah diselesaikan sesuai dengan perjanjian kerja sama;
3. Pernyataan bahwa bukti-bukti pengeluaran telah disimpan (Dibuat daftar rekap perhitungan
penggunaan dana bantuan pemerintah sesuai dengan bukti-bukti kwitansi) (Format 12a).
b. Foto/film hasil pekerjaan yang telah diselesaikan (menggunakan open camera minimal
mencantumkan tanggal dan lokasi)
c. Bukti surat setor sisa dana ke kas negara (apabila terdapat sisa dana).
Berdasarkan atas laporan pertanggungjawaban seperti di atas, selanjutnya PPK Provinsi melakukan
verifikasi terhadap laporan dimaksud dan dokumen pendukungnya, untuk selanjutnya PPK Provinsi
mengesahkan berita acara serah terima (Format 12).

Penutup
Kegiatan P2L merupakan kegiatan strategis di Kementerian Pertanian yang dimaksudkan untuk
memanfaatkan lahan pekarangan sebagai penyedia sumber pangan dan gizi rumah tangga serta
peningkatan pendapatan. Petunjuk Teknis Bantuan Pemerintah Kegiatan Pekarangan Pangan Lestari
Tahun 2020 ini ditetapkan sebagai acuan bagi para pemangku kepentingan dalam melaksanakan
kegiatan P2L. Hal-hal yang bersifat lebih detail dan spesifik sesuai dengan kondisi daerah setempat
dapat diatur lebih lanjut dalam Petunjuk Pelaksanaan (Juklak) di tingkat provinsi.
Tahap tahap yang harus dilakukan pengajuan P2L
1. Pengumpulan Data Calon Kelompok Tani P2L
a. Nama Desa
b. Nama Kelompok Tani/ Membentuk Kelompok Tani (disahkan SK Kepala Desa)
c. Calon lokasi Kebun Bibit/ Budidaya
d. Nomor Rekening KT-P2L (Menyusul/ setelah lulus verivikasi oleh tim)
e. Kontak person ketua kelompok

2. Komunikasi dan Koordinasi


a. Komunikasi dengan Dinas Pertanian/ Ketahan Pangan Kabupaten Setempat.
b. Komunikasi dengan Dinas Pertanian/ Ketahanan Pangan Provinsi Setempat.

3. Proposal P2PL
a. Penyusunan CPCL
b. Iventarisasi Kegiatan dan Kebutuhan
c. Rekomendasi Dinas Kabupaten dan Provinsi

Anda mungkin juga menyukai