Si
Muhammad Zunin, L.c.
Ngatiman, M. Pd. I Berdasarkan Standar Isi
Madrasah Aliyah Tahun 2013
HADIS
Untuk kelas X Peminatan Ilmu-ilmu
Agama Madrasah Aliyah
KATA PENGANTAR Akhirnya, kami menyadari bahwa dalam penyusunan buku ini
masih ada kekurangan, baik dari sisi metodologi maupun substansi
Alhamdulillahirrabbil ‘alamῑn, Puji syukur kehadirat Allah swt
maka saran dan kritik yang konstruktif selalu kami harapkan untuk
atas segala limpahan rahmat dan hidayah-Nya, Solawat serta salam
perbaikan selanjutnya. Semoga buku ini bermanfaat dan
semoga selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad Saw, sahabat,
mendapatkan ridha dari Allah Swt. amin.
beserta keluarganya.
Buku ini disusun secara ringkas, padat, dan jelas, serta 4 ث ṡ 14 ص ṣ 24 م m
dilengkapi dengan peta konsep pembelajaran yang jauh dari kesan
menggurui. Cara ini ditempuh untuk memberi kenyamanan kepada 5 ج J 15 ض ḍ 25 ن n
peserta didik. Dengan demikian buku ini diharapkan dapat menjadi
mitra yang mengasikkan bagi peserta didik dalam belajar.
6 ح ḥ 16 ط ṭ 26 و w
Sumber: http://ayatullah-qori.blogspot.com
utamadansetelah
mempelajari
sosial danIslam
dalam dan
paham
menganalisis
Rasulullah
pergaulan
pengetahuan
al-Qur’an.
peradaban
saw
Olehfenomena
terkait
hadis dan prosedural
pengetahuan
dalam
telah
dunia. bahwa
keyakinan
faktual,
merupakan
pedoman hidup dan sumber pijakan yang
karena itu,
hal-hal yang
terkait dengannya bagi seorang muslim
adalah sebuah keniscayaan. Ilmu yang
digunakan untuk mengetahui kebenaran
dan
pada
A
R
a
M
.
u
e
n
i
r
k
g Imam Sufyan Ats-Tsauri berkata, “Saya tidak mengenal
ilmu yang lebih utama bagi orang yang berhasrat
menundukkan wajahnya di hadapan Allah selain dari pada ilmu
hadis. Orang-orang sangat memerlukan ilmu ini sampai
kepada soal soal kecil sekalipun, seperti makan dan minum
memerlukan petunjuk dari hadis. Mempelajari ilmu hadis lebih
utama daripada menjalankan shalat dan puasa sunnat karena
mempelajari ilmu ini adalah fardlu ‘ain sedang shalat dan
puasa sunnat adalah sunat”. Kemudian Imam Syafi’i juga
pernah berkata, “Demi umurku. Ilmu hadis ini termasuk tiang
agama yang paling kokoh dan keyakinan yang paling teguh.
bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya
untuk memecahkan masalah
4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah
abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di
sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan metoda
sesuai kaidah keilmuan.
Indikator Pembelajaran
Peserta didik mampu :
1. menjadikan hadis sebagai sumber hukum islam
2. menjelaskan pengertian hadis dengan benar
3. menyebutkan macam-macam ilmu hadis dengan tepat
4. membedakan antara ilmu hadis dirayah dengan ilmu hadis
riwayah
5. mengidentifkikasa kitab hadis dirayah berikut penyusunnya
u
lm
Iiw
H
D
R s
d
y
o
r
a
h
6. menyebutkan nama-nama kitab hadis riwayah berikut penyusunnya
7. mendemonstrasikan semangat ulama hadis
Tujuan Pembelajaran
Peserta didik dapat :
1. memedomani hadis sebagai sumber hukum islam
2. menjelaskan pengertian ilmu hadis
3. menjelaskan macam-macam ilmu hadis
4. menyebutkan manfaat mempelajari ilmu hadis
5. menunjukkan contoh kitab-kitab hadis dirāyah dan riwāyah
6. Meneladani para ulama hadis
Peta Konsep
a
.
B
g
n
e
M
i
t
r
m
h
C
H
u
l
I
s
d Ilmu yang mempelajari
makna yang jauh dari
biasa
Hubungan/kesesuaian
antara dua hal
ISTILAH
علمغريب
الحديث
مناسبة
MAKSUD
Amati gambar berikut ini,
kemudian berikan
Ilustrasi gambar diatas adalah silsilah tabaqah sanad dari waktu ke waktu,
beberapa orang ulama’ berkumpul dan membicarakan sesuatu tentang nabi Muhammad
MAKSUD
saw, dan gambar sampul kitab ulumu al hadis.
Kata Kunci
Pengetahuan
tentang ilmu hadis
Cerita tentang
nabi
ISTILAH
ٌِد َرايَة
ٌِر َوايَة
ِ السنَ ِد واْملنَت ِ ِ
ث هو ِع ْلم بَِقوانِ يعر ُ هِب ِ
َ َّ َح َو ُال
ْ ف َاأ َ ْ ُ َ ع ْل ُم احْلَديْ ُ َ ٌ َ نْي
Setelah anda mengamati gambar diatas, maka perasaan, fikiran,
konsentrasi, dan perhatian anda terhadap ilmu hadis sudah penuh,
bahkan ada beberapa pertanyaan-pertanyaan dalam hati anda ”Ilmu hadis adalah ilmu tentang kaidah-kaidah untuk mengetahui
tentang apa itu ilmu hadis.? Marilah kita memahami materi tentang kondisi sanad dan matan.”
ilmu hadis dibawah ini! Sanad atau isnad (jamak) secara etimologi artinya sandaran.
Sedangkan secara terminologi adalah mata rantai atau jalan
1. Pengertian Ilmu Hadis yang bersambung sampai kepada matan (isi hadis) yang terdiri
Ilmu hadis (ulūm al-ḥadῑs) terdiri dari dua kata, yaitu ilmu dari para rawi yang meriwayatkan matan hadis dan
(ulūm) dan al-ḥadīṡ. Kata ‘ulūm dalam bahasa arab adalah bentuk menyampaikannya.
jamak dari ‘ilm, yang berarti “ilmu-ilmu”; sedangkan al-ḥadῑs di
kalangan ulama hadis berarti “segala sesuatu yang disandarkan 2. Macam-macam Ilmu Hadis
kepada nabi saw dari perbuatan, perkataan, takrir, atau sifat.”
dengan demikian, gabungan kata ulūm al-hadῑs mengandung Pada perkembangannya, ulama mutaakhirin membagi ilmu
pengertian “ilmu-ilmu yang membahas atau berkaitan dengan hadis menjadi dua, yakni ilmu hadis riwayah dan ilmu hadis
hadis nabi saw”. dirayah.
Sedangkan menurut ulama mutaqaddimin adalah a. Ilmu Hadis Riwayah
ِ َّ ِث ب ِ ث عن َكي ِفي َِة اِتْصـال اْالَحـاَ ِدي ِ ِ ِ
ُصـلَّى اهلل
Ilmu hadis riwayah adalah ilmu hadis yang khusus
َ الر ُسـ ْول ْ َ ْ ْ َ ُ عُلُ ْو ُم احْلَديْث ُهـ َـو ع ْل ٌم يُْب َح berhubungan dengan riwayah, yakni ilmu yang meliputi
ِ ث َكي ِف ِ هِت
ُ َعلَْي ـ ِـه َو َس ـلَّ َم ِم ْن َحْي
َ ث َم ْع ِرفَةُ اَ ْحـ َـو ِال ُر َّوا َا
pemindahan (periwayatan) perkataan, perbuatan, ketetapan,
يَة ْ ُ ض ـْبطًا َو َع َدالَة َوم ْن َحْي dan sifat Nabi saw, pencatatannya, dan penguraian lafaz-
.اعا ِ ِِ lafaznya.
ً َصاالً َوانْقط َ ْالسنَد ات َّ صلَّى اهللُ َعلَْي ِه َو َسلَّ َم َق ْواًل أ َْو فِ ْعاًل أ َْو ِ ِ ِ
َ ف إِىَل النَّيِب
َ ع ْل ٌم يَ ْشتَم ُل َعلَى َن ْق ِل َماأُضْي
“Ilmu pengetahuan yang membicarakan tentang cara-cara
menyambungkan hadis sampai kepada Rasul Saw baik dari segi ًَت ْق ِر ْيًرا أ َْو ِص َفة
keadaan keḍabitan atau keadilan, periwayatnya, maupun dari Sedangkan menurut Muhammad ‘Ajjāj al-Khathῑb, ilmu hadis
segi sambung atau putusnya rantai sanad.” riwayah adalah ilmu yang membahas tentang pemindahan
Ilmu hadis juga diartikan sebagai suatu ilmu yang dapat digunakan (periwayatan) segala sesuatu yang disandarkan kepada Nabi saw,
untuk mengetahui betul atau tidaknya ucapan, perbuatan, ketetapan berupa perkataan, perbuatan, takrir (ketetapan atau pengakuan),
dari Nabi Muhammad saw. Dapat juga diartikan sebagai: sifat jasmaniah, atau tingkah laku (akhlak) dengan cara yang teliti
ِ َّ اع ِدالَّيِت يتو ِ ِع ْلم احْل ِدي
َّ ص ُل هِب َااىَل َم ْع ِرفَِة
الرا ِويـ َوالْ َم ْر ِويـ ِ ث هومع ِرفَةُاْل َقو atau terperinci.
ََ َ َ ْ َ ُ
َ ْ َ ُ
”Ilmu hadis adalah pengetahuan tentang kaidah-kaidah yang
digunakan untuk mengetahui tentang periwayatatau yang
ف إِىَل النَّيِب ِم ْن َق ْو ٍل أ َْو فِ ْع ٍل أ َْو َت ْق ِريْ ٍر أ َْو ِص َف ٍة ِ ِ ِ
َ ُه َو ع ْل ٌم الّذي َي ُق ْو ُم َعلَى َما أُض
diriwayatkan”
Ada juga pendapat lain yang mengatakan: َخ ْل ِقيَّ ٍة أ َْو ُخلُ ِقيَّ ٍة َن ْقاًل َدقِْي ًقا حُمََّر ًرا
Dari definisi di atas dapat dipahami bahwa ilmu hadis riwayah ke 3 H yang dilakukan oleh para ulama, seperti Imam al-
pada dasarnya adalah membahas tentang tata cara Bukhari, Imam Muslim, Imam Abu Dawud, Imam al-
periwayatan, pemeliharaan, dan penulisan atau pembukuan Turmudzi, dan lain-lain. Dengan dibukukan hadis-hadis Nabi
hadis nabi saw. saw oleh para ulama di atas, dan buku mereka pada masa
Objek kajian ilmu hadis riwayah adalah hadis nabi saw dari segi selanjutnya telah jadi rujukan para ulama yang datang
periwayatan dan pemeliharaannya. Hal tersebut mencakup: kemudian, maka dengan sendirinya Ilmu hadis riwayah tidak
1) cara periwayatan hadis, baik dari segi cara penerimaan banyak lagi berkembang.
dan demikian
juga dari cara penyampaiannya dari seorang perawi ke
perawi lain. b. Ilmu Hadis Dirāyah
2) cara pemeliharaan hadis, yaitu dalam bentuk Dalam mendefinisikan ilmu hadis dirayah, ada beberapa
penghafalan, penulisan, dan pembukuannya. pendapat di kalangan ulama, di antaranya;
Ilmu hadis riwayah ini sudah ada sejak nabi saw masih hidup, Pendapat Ibn Akfani yang memberikan pengertian bahwa
yaitu bersamaan dengan dimulainya periwayatan dengan hadis ilmu hadis dirayah adalah ilmu yang mempelajari hakikat
itu sendiri. Para sahabat Nabi saw menaruh perhatian yang periwayatan, syarat-syarat, macam-macam, dan hukum-
tinggi terhadap hadis Nabi saw. Mereka berusaha untuk hukumnya, sifat-sifat para perawi dan syarat-syaratnya, serta
memperoleh hadis-hadis Nabi saw dengan cara mendatangi macam-macam sesuatu yang diriwayatkan serta hal-hal yang
majelis rasul saw serta mendengar dan menyimak pesan atau terkait dengannya:
الر َّو ِاة ِّ ُف ِمْنهُ َح ِقْي َقة
ُ الر َوايَِة َو ُش ُر ْوطُ َها َواَْن َواعُ َها َواَ ْح َك ُام َها َو َح
ُّ ال ُ ِع ْل ٌم يُ ْعَر
nasihat yang disampaikan beliau saw.
Demikianlah periwayatan dan pemeliharaan hadis Nabi saw
berlangsung hingga usaha penghimpunan hadis secara resmi
pada masa pemerintahan khalifah ‘Umar ibn ‘Abd al-‘Azῑz ات َو َما َيَت َعلَّ ُق هِب َا
ِ اف اْملر ِوي
َ َْ ُ َصن
ِ
ْ ََو ُش ُر ْواط ِه ْم َوا
(memerintah 99 H/717 M- 124 H/ 742 M). Menurut pendapat Syaikhul Islam Ibnu Hajar, ilmu hadis
1) Manfaat mempelajari ilmu hadis riwayah : dirayah adalah pengetahuan tentang kaidah-kaidah untuk
a. Dengan ilmu hadis kita dapat menjaga dan memelihara mengetahui keadaan perawi dan sesuatu yang diriwayatkan.
hadis nabi dan menghindari kesalahan periwayatan dan Pengertian ini diikuti oleh sebagian besar ahli hadis.
penyampaiannya. Dari pengertian di atas dapat dijelaskan bahwa ilmu hadis
b. Ilmu hadis merupakan perantara dan media akan dirayah adalah kumpulan kaidah-kaidah yang diketahui
kesempurnaan kita dalam mematuhi dan mengikuti dengannya keadaan perawi dan sesuatu yang diriwayatkan
Rasulullah saw serta melestarikan ajaran-ajarannya. dari sisi diterima dan tidaknya.
2) Penyusun Kitab Ilmu Hadis Riwayah Objek kajian atau pokok bahasan ilmu hadis dirayah ini,
Al-Zuhri dipandang sebagai pelopor ilmu hadis riwayah; dan berdasarkan definisi di atas, adalah penelitian terhadap para
dalam sejarah perkembangan hadis, dia dicatat sebagai perawi hadis dan keadaan mereka yang meriwayatkan hadis,
ulama pertama yang menghimpun hadis Nabi saw atas demikian juga halnya dengan sanad dan matannya.
perintah Khalifah ‘Umar ibn ‘abd al-Azῑz. Pembahasan tentang sanad meliputi;
Usaha penghimpunan, penyeleksian, penulisan, dan 1) Segi persambungan sanad (ittiṣal al-sanad), yaitu bahwa
pembukuan hadis secara besar-besaran terjadi pada abad suatu rangkaian sanad hadis haruslah bersambung mulai
dari sahabat sampai pada periwayat terakhir yang "Ilmu untuk mengetahui para perawi hadis dalam
menuliskan atau membukukan hadis tersebut. Oleh kapasitasnya sebagai perawi hadis.
karenanya, tidak dibenarkan suatu rangkaian sanad Ilmu ini sangat penting kedudukannya dalam lapangan
tersebut yang terputus, tersembunyi, tidak diketahui ilmu hadis, karena objek kajian hadis pada dasarnya ada
identitasnya atau tersamar. dua hal yaitu matan dan sanad. Ilmu Rijalul hadis ini lahir
2) Segi kepercayaan sanad (ṣiqat al-sanad), yatu setiap bersama-sama dengan periwayatan hadis dalam Islam dan
perawi yang terdapat di dalam sanad suatu hadis harus mengambil porsi khusus untuk mempelajari persoalan-
memiliki sifat adil dan Ẓabiṭ (kuat dan cermat hafalan atau persoalan di sekitar sanad.
dokumentasi hadisnya) Di antara kitab yang paling tua yang menguraikan tentang
3) Segi keselamatan dan kejanggalan (syādz). sejarah para perawi thabaqat demi thabaqat adalah karya
4) Keselamatan dan cacat (‘illat). Muhammad ibn Sa'ad (w 230 H) yaitu Ṫabaqāt Al-Qubra
5) Tinggi dan rendahnya martabat suatu sanad. dan karya Khalifah ibn 'Ashfari ( w. 240 H) yaitu Ṫabaqāt
Sedangkan pembahasan mengenai matan adalah meliputi Al-Ruwwah dll
segi ke-shahih-an atau ke-ẓaifan-nya. Hal tersebut dapat 2) Ilmu gharib al-hadis, yakni ilmu yang membahas redaksi
dilihat dari kesejalananya dengan makna dan tujuan yang hadis yang pelik-pelik yang tidak mudah dipahami, karena
terkandung di dalam Al-Qur’an, atau selamatnya dari; jarang dipakai. Ibnu Shalah mendefinisikan:
1) kejanggalan redaksi (rakakat al-faẓ);
2) cacat atau kejanggalan dari maknanya (fasād al- ma’na), ث اَل َيَتنَ َاولُهُ اْل َف ْه ُـم إِاَّل َع ْن بُ ْع ٍد
ُ ض حِب َْي ِ ُ ِع ْلم يعر
َ ف بِه َما َبعُ َد َم ْعنَاهُ َو َغ ُم َْ ُ ٌ
karena bertentangan dengan akal dan panca indera, atau ”Ilmu gharibil hadis adalah ilmu pengetahuan untuk
dengan kandungan dan makna Al-Qur’an, atau dengan mengetahui makna yang jauh dari pengertian biasa dan
fakta sejarah; dan tersembunyi, tidak dapat dicapai dengan mudah tanpa
3) kata-kata asing (gharῑb), yaitu kata-kata yang tidak bisa mencurahkan akal fikiran.
dipahami berdasarkan maknanya yang umum dikenal.
Nabi adalah sefasih-fasihnya orang Arab yang diutus untuk
Setelah mengetahui pengertian ilmu hadis, kalau begitu menghadapi kaumya yang bermacam suku dan kabilah.
apa saja yang termasuk ilmu yang berhubungan dengan ilmu Adakalanya beliau berhadapan dengan kaum tertentu dan
hadis ini? beliau menggunakan bahasa dari kaum yang dihadapinya.
Kemudian pada perkembangan selanjutnya setelah banyak
Dari dua pokok dasar ulum al-hadis di atas (ilmu hadis bangsa nonArab memeluk Islam mendapati lafal-lafal yang
riwayah dan dirayah), kemudian muncullah bermacam- digunakan itu terasa asing / gharib. Nah ilmu ini
macam cabang ilmu hadis, seperti: dimunculkan dengan tujuan untuk memudahkan dalam
1) Ilmu rijāl al-ḥadῑs, yakni ilmu yang mengkaji tentang para memahami hadis-hadis yang mengandung lafal-lafal yang
perawi hadis, baik dari sahabat, tabi’in, maupun angkatan gharib tersebut.
setelahnya:
Di antara para Ulama yang pertama-tama menyusun hadis-
ِ ث اَنَّهم ر ُّواةٌ لِْلح ِدي
ث ِ ِ ِ ِِ ُ ِع ْلم يعر
ْ َ ُ ْ َ ُ ف به ُر َّواةُ اْحلَديْث م ْن َحْي َْ ُ ٌ hadis yang gharib tersebut adalah Abu Ubaidah Ma'mar bin
Matsna Al-Taymi Al-Bisri (w. 210 H) dan Abu Al-Hasan bin Ilmu ini juga disebut Ilmu Mukhtaliful Hadis dan yang telah
Ismail Al-Mizini Al Nahawi (w. 204 H). berusaha menyusun ilmu ini adalah Imam Syafi'i (204 H),
Salah satu kitab terbaik yang ada sekarang ini adalah kitab Ibn Qurtaibah (276 H), At Tahawi (321H) dan Ibn Jauzi (597
Nihāyah Gharῑb Al-Ḥadῑs, karya Ibn Al Atsir. H). Kitabnya bernama At-Tahqῑq dan sudah diSyarhkan
3) Ilmu al-nasῑkh wa al-mansūkh, yakni ilmu yang membahas oleh Al-Ustadz Ahmad Muhammad Syakir.
hadis-hadis nasikh (yang menghapus hukum), dan hadis-
hadis mansukh (yang hukumnya dihapuskan). 5) Ilmu ’ilal al-ḥadῑs, yakni ilmu yang membicarakan hadis-
الت ْوفِْي ُق َبْيَن َها
َ ض ِة اْليِت اَل مُيْ ِك ُن ِ ِ ث ع ِن اْأل
َ َحاديْث الْ ُمَت َعا ِر
َ
ِ ِ
َ ُ الْع ْل َم الْذي يُْب َح
hadis yang secara dzahir kelihatan sah, kemudian terdapat
beberapa kekeliruan/ kesalahan.
ِ اس ٌخ وعلَى بع
ض َها االَ َخ ِر بِأَنَّهُ َمْن ُس ْو ٌج ِ ِ ُ ِم ْن َحْي
ْ َ َ َ َث اْحلُ ْك ِم َعلَى َب ْعض َها بِأَنَّهُ ن
'Ilal jamak dari 'illah yang artinya penyakit, yang menurut
istilah ahli hadis adalah suatu sebab yang tersembunyi
ِ َفِما ثَبت َت َق ُدمه َكا َن مْنسوخا وما ثَبت تَأْ ِخره َكا َن ن
اس ًخا
yang dapat mengurangi status kesahihan hadis padahal
ُ ُ َ َ َ َ ً ُْ َ ُُ َ َ َ dzahirnya tidak nampak ada cacat. Sedangkan definisi
menurut muhadisin adalah :
“Ilmu yang membahas hadis-hadis yang berlawanan yang ض ِة ِم ْن ِج َه ِة قَ ْد ِح َها يِف ِ ِ
َ اب اْخلَِّفيَّة اْلغَامَ
ِ ِ
ِ لذى يْبحثث َع ِن اْالَ ْسب
َ ُ ْاْلع ْل َم ا
tidak memungkinkan untuk dipertemukan, karena (materi
yang berlawanan) yang pada akhirnya terjadilah saling ِ اْحل ِدي
ث
menghapus dengan ketetapan bahwa yang dating ْ َ
terdahulu disebut mansukh dan yang datang kemudian “Ilmu yang membahasa sebab-sebab yang tersembunyi
disebut nasikh.” yang dapat mencacatkan kesahihan hadis.”
Ilmu ini sangat penting berkaitan istinbat hukum dari nash 6) Ilmu asbab wurud al-hadis, yakni ilmu yang menerangkan
yang samar-samar. Untuk mengetahui nasah dan mansukh sebab-sebab nabi menurunkan sabdanya dan masa-masa
ini bias melalui beberapa cara : nabi menurunkan sabda tersebut.
اسبَاتِِه ِ ف بِِه اَسباب ورو ِداْحل ِدي ِ
َ ُ َ ْ َ ْ ُ ُ ُ َ ْ ُ ع ْل ٌم يُ ْعَر
ن م و ث
- dengan penjelasan dari nash atau syari' sendiri yang
dalam hal ini adalah rasul saw َ
- dengan penjelasan dari sahabat “Ilmu yang menerangkan sebab datangnya hadis dan
- dengan mengetahui tarikh keluarnya hadis serta sebab korelasinya”
turun hadis. Penting diketahui, karena ilmu itu menolong kita dalam
4) Ilmu talfῑq al-ḥadῑs, yakni ilmu yang menjelaskan tentang memahami hadis, sebagaimana Asbāb an-Nuzūl menolong
cara-cara mendudukkan hadis yang dhahirnya kelihatan kita dalam memahami Al-Qur'an
bertentangan antara yang satu dengan lainnya. 7) Ilmu al-jarh wa at-ta’dῑl, yakni ilmu yang menerangkan
ِ ِ ِ ِ
ُ الْعِْل َم اْلذى يُْب َح
ٌ ث يِف اْالَ َحاديْث اْليِت ظَاهُر َها ُمَت َع َار
ض catatan-catatan tentang keterangan memandang adil
periwayat atau mencacat (menerangkan keadaan yang
tidak baik) periwayat.
Ilmu yang membahas tentang cara mengumpulkan hadis-
hadis yang isinya berlawanan “Ilmu yang menerangkan kecacatan-kecacatan yang
dihadapkan pada para perawi dan pentakdilannya
(memandang adil para perawi) dengan memakai kata-kata salah satu disiplin ilmu yang berdiri sendiri secara lengkap
yang khusus dan tentang martabat-martabat kata-kata adalah
itu.” a. Al-Qadliy Abu Muhammad al-Ramahurmuziy ( w 360 H )
3. Manfaat Mempelajari Ilmu Hadis Dirayah dengan kitabnya (احملديث الفاصل بني الراوـ والواعىAl-Muḥadiṡ al-
Fāṣil baina al-Rāwi wa al-Wa'i) kemudian disusul oleh
Ketika umat Islam sepakat bahwa hadis nabi saw adalah b. Al-Hakim Abu Abdillah al-Naesaburiy ( 321 – 405 ) dengan
merupakan sumber dan pedoman hidup yang utama setelah al-
Qur’an, maka kajian tentang ilmu hadis akan menjadi sangat kitabnya berjudul (معرفة علوم احلديثMa'rifah ’Ulūm Al-Ḥaῑis)
urgen. Bebepara manfaat mempelajari ilmu hadis antara lain:
c. Abu Nu'man Ahmad bin Abdillah Al Asfahaniy (336-430) lalu
a. Dengan mengkaji ilmu hadis dapat membawa kita kepada
al-Khatib Al-Baghdadiy (w. 463 H) dengan kitabnya
keseksamaan dalam memilih hadis-hadis yang dapat
berjuduldan
dijadikan pedoman hidup.
d. Al-Qadly 'Iyadl bin Jusa (w. 544 H) dengan kitabnya yang
b. Dengan mempelajari ilmu hadis kita dapat membedakan
berjudul
mana hadis yang shahih, mana hadis yang dhaif, mana yang
e. Abu Hafs 'Umar bin Abdul Majid al-Mayanzi ( W. 580 H. )
mauquf, mana yang marfu’, mana yang diterima dan mana
yang ditolak. dengan kitabnya ما ال يسع احملد ث جهلهMa La Yasi'u Al-
4. Penyusun Kitab-kitab Ilmu Hadis Dirayah MuḥaddiṡJahluhu
f. Abu 'Umar dan 'Utsman bin Abd al-Rahman al-Syahrazuri ( W.
Ilmu hadis sebenarnya sudah ada sejak zaman Rasulullah
masih hidup, akan tetapi ilmu ini terasa diperlukan setelah Rasul
643 H ) dengan kitabnya 'عل ـ ــوم احلديثUlūm al-Ḥadῑs yang
wafat, terutama sekali ketika umat Islam memulai upaya kemudian dikenal dengan sebutan Muqoddimah Ibnu al-
mengumpulkan hadis dan mengadakan perlawatan yang Ṣalah. Kitab yang terakhir ini oleh para ulama berikutnya
mereka lakukan, sudah barang tentu secara langsung atau disyarahkan dan dibuat 27 mukhtasyar-nya sehingga dapat
tidak, memerlukan kaidah-kaidah guna menseleksi periwayatan dijadikan pegangan oleh generasi berikutnya.
hdis. Di sinilah Ilmu Hadis Dirayah mulai terwujud dalam bentuk Demikianlah kemudian muncullah berbagai macam bentuk
kaidah-kaidah yang sederhana. kitab musthalah hadis dengan berbagai jenisnya baik nazham
Kemudian dalam perkembangan selanjutnya kaidah-kaidah maupun natsar atau prosa dan syarah-syarahnya, misal Nazham
tersebut semakin disempurnakan oleh para ulama yang muncul al-Fiyyah karya Al-Suyuthi yang disyarahi oleh Syeh Mahfuz at-
pada abad ke-2 dan ke-3 hijriyah, baik mereka yang secara Tarmasyi ( pengasuh Pon Pes Termasyi Ponorogo Jawa Timur )
khusus menspesiallisasikan dirinya dalam mempelajari satu dengan judul Manḥāj Żawal-Naẓar dan Al-Taqrῑb karya Imam
disiplin ilmu maupun bidang-bidang lainnya, sehingga menjadi Nawawi yang disyarahi oleh As-Suyuthi sendiri dengan judul
satu disiplin ilmu yang berdiiri sendiri. Tadrῑb al-Rāwi.
Sekalipun demikian, dalam perkembangannya tercatat Kitab karya ulama kontemporer misalnya Qawā'id At-Taḥdῑs
bahwa ulama yang pertama kali menyusun ilmu hadis sebagai karya Jamaluddin Al-Qasimi 9w. 1332 H) dan Taisῑr Musṭalah Al-
Ḥadῑs karya DR. Mahmud At-Tahhan.
l
B
h
u
k
g
n
R
i
r
e
t
a
M
m
e
r
M
.
D
m
l
I
n
k
s
i
d
a
H
u
d
n
e
i
M
.
E
t
k
r
a
K
m
l Setelah Anda mempelajari dan mendalami tentang ilmu
hadis, macam-macam, manfaat mempelajari, dan pengarang-
pengarangnya, selanjutnya lakukanlah diskusi dengan teman sebangku Anda
atau dengan kelompok Anda, kemudian persiapkan diri untuk mempresentasikan
hasil diskusi tersebut di depan kelas.
•
Mempelajari hadis dan hal-hal yang terkait dengannya bagi
seorang muslim merupakan suatu keniscayaan. Bagi umat Islam
hadis merupakan sumber ajaran kedua setelah Al-Qur'an. Oleh
karena itu, rasa ingin tahu tentang hadis
ditumbuhkembangkan untuk dapat menjadi seorang muslim
yang sesungguhnya
harus
1.
2.
3.
4.
5.
yang benar!
KATEGOR
I
N JUDUL PENGARAN SISTEMATIK KOMENTA
RIWAYAH http://www.merde
O KITAB G A R ANDA
/ ka.com
DIRAYAH
1
2
Umat Islam sepakat pentingnya peranan hadis dalam berbagai disiplin
keilmuan Islam seperti tafsir, fiqh, tauhid, akhlak dan lain sebagainya. Hal
Indikator Pembelajaran
Peserta didik mampu :
.
C
a
m
e
M
i
r
h
B
g
n
t
1.
2.
3.
4.
5.
6.
mengaplikasikan hadis dalam kehidupan sehari-hari
berfikir kritis dan selektif
menjelaskan sejarah pemeliharaan hadis
menjelaskan sejarah kodifikasi hadis
menyebut tahapan kodifikasi hadis
meneladani para muhaddisin
Tujuan Pembelajaran
Peserta didik dapat :
1. menjadikan hadis sebagai sumber hukum islam
2. mendemonstrasikan berfikir kritis dan selektif
3. menjelaskan sejarah pemeliharaan hadis
4. menjelaskan sejaran kodifikasi hadis
5. menyebutkan tahapan kodifikasi hadis
6. mendemonstrasikan keteladanan para muhaddisin
Peta konsep S
H
R
J
E
I
D
A Para pendahulu dalam
periwayatan hadis
Hadis palsu
Pembukuaan hadis
kitab jadi
Kata Kunci
MAKSUD ISTILAH
السابقون االولون
حديث موضوع
تدوين الحديث
Amati dan catat sesuatu yang terlintas
dalam perasaan anda setelah melihat
gambar disamping!
1. ........................................
2. ........................................
3. .........................................
MAKSUD
Perkataan Nabi
Perbuatan Nabi
Penetapan Nabi
ب
َ ْ َُ hanya saja rasul senantiasa mengkhususkan waktu untuk memberi
pelajaran kepada sahabatnya. Perhatian besar terhadap majelis rasul
“Maka hendaklah yang hadir menyampaikan kepada yang tidak ini sampai-sampai mereka banyak yang meninggalkan pekerjaan
hadir.” (al-Bukhari No. Hadis: 101) hariannya, untuk mencari nafkah. Melalui cara ini, para sahabat
Pada kesempatan yang sama Rasul Saw juga melarang untuk mendapatkan peluang yang besar untuk menyerap sebanyak mungkin
menuliskan sesuatu selain Al-Qur’an. Rasul Saw bersabda: informasi dari Nabi Saw. Para sahabat memiliki semangat yang tinggi
ِ
ُب َعيِّن َغْيَر الْ ُق ْرآن َفْليَ ْم ُحه
َ َاَل تَ ْكتُبُوا َعيِّن َو َم ْن َكت
dan sangat haus akan fatwa-fatwa dari Nabi Saw. Mereka selalu
meluangkan waktu untuk hadir ke majelis ilmu Rasulullah. Bahkan
“Dari Abū Sa'ῑd al-Khudri Rasulullah Saw bersabda: "Janganlah kalian sebagian sahabat ada yang rela melakukan perjalanan yang sangat
jauh untuk meminta solusi atas permasalahan yang mereka hadapi
menulis dariku, barangsiapa menulis dariku selain Al-Qur'an hendaklah
kepada Nabi Saw.
dihapus,..” (Muslim no. Hadis: 5326).
Di antara sahabat ada yang secara sengaja membagi tugas untuk
Meskipun demikian, para sahabat dengan berbagai alasan
mendapatkan informasi yang berasal dari Nabi Saw. Umar bin al-
memiliki inisiatif untuk menuliskan hadis di samping Al-Qur’an.
Khattab misalnya, membagi tugas dengan tetangganya untuk
Larangan penulisan selain Al-Qur’an tersebut bukan semata karena
mendapatkan hadis dari Nabi Saw. Apabila tetangganya pada suatu
adanya kekhawatiran terhadap tercampurnya hadis dengan Al-Qur’an,
saat menemui Nabi, Umar ra. pada keesokan harinya demikian
tetapi lebih kepada keinginan supaya perhatian umat Islam saat itu
seterusnya. Pihak yang bertugas menemui Nabi dan memperoleh berita
lebih khusus ditujukan kepada Al-Qur’an.
dari Nabi, mereka segera menyampaikan berita tersebut kepada yang
Ada beberapa sahabat yang memiliki catatan yang disebut dengan
tidak bertugas. Pada saat demikian terjadi periwayatan hadis oleh
ṣaḥifah untuk mencatat sebagian hadis yang diterima dari Nabi saw. Di
sahabat dari sahabat yang lain. Hadis tidak semata-mata diriwayatkan
antara mereka adalah Abdullah bin Amr bin al-‘Ash ra, dengan
dari Nabi, tetapi sebagian diriwayatkan oleh sahabat dari sahabat yang
catatannya yang diberi nama al-Ṣādiqah. Beberapa sahabat lain yang
lain.
juga memiliki catatan-catatan hadis adalah Ali bin Abi Thalib kw.,
Kedua, peristiwa yang dialami rasul sendiri
Sumrah ibn Jundab ra, Abdullah ibn Abbas ra, Jabir ibn Abdillah al-
Dalam hal ini rasul menyampaikan hadis berkatian dengan
Anshari ra, dan Abdullah ibn Abi Awfa’ ra. Catatan-catatan hadis
peristiwa yang dialaminya sendiri. Secara kebetulan shahabat yang
tersebut di samping sebagai dokumen bahwa pada masa Nabi telah
menyertai rasul bisa menyampaikan kepada yang lain.
terjadi aktivitas penulisan hadis juga dapat digunakan sebagai sarana
Ketiga, peristiwa yang dialami oleh kaum muslimin, atau
periwayatan hadis secara tertulis. Meskipun jarang, periwayatan hadis
pertanyaan yang diajukan kepada rasul.
secara tertulis pada masa ini juga pernah dilakukan.
Dalam hal-hal yang sensitif, seperti yang berkaitan dengan
persoalan keluarga dan kebutuhan biologis, terutama yang
a. Cara Penyampaian Hadis pada Masa Rasul Saw
menyangkut hubungan suami istri, Nabi menyampaikan melalui istri-
Perhatian shahabat rasul yang begitu besar terhadap al-Qur’an, istrinya. Cara ini mempermudah transformasi hadis kepada sahabat
tidak membuat mereka surut dalam memberhatikan keberadaan al- lain yang enggan bertanya langsung kepada Rasul karena menyangkut
hadis. Karena kecintaan mereka sama besar antara kecintaan terhadap persoalan yang sensitif, sehingga mereka bertanya kepada para istri
Allah dan terhadap Rasulullah. Sehingga tidak sedikit yang harus Nabi.
mengorbankan harta bendanya untuk melestaraikan hadis Nabi. Keempat, ceramah atau pidato di tempat umum.
Melalui ceramah atau pidato di tempat yang terbuka sebagaimana sahabat kepada kaum muslimin. Para sahabat yang diibaratkan laksana
ketika futuh Makkah dan haji wada’. Pada saat menunaikan haji pada meneguk air yang jernih yang langsung dari sumbernya, mereka
tahun 10 H (631 M) Nabi menyampaikan khutbah yang sangat berkomitmen untuk tidak mendustakan Nabi saw. Mereka adalah
bersejarah di hadapan ribuan kaum muslimin yang menunaikan ibadah orang-orang pilihan yang rela mengorbankan segenap harta, jiwa dan
haji. Isi khutbah beliau banyak terkait dengan bidang mu’amalah, raga untuk dakwah Islam.
siyasah, jinayah, dan hak asasi manusia. Periode perkembangan hadis pada masa ini dikenal dengan zaman
al-tasabbut wa al-iqlal min al-riwayah, yakni periode membatasi hadis
b. Perbedaan Tingkat Penerimaan Hadis di Kalangan Sahabat dan menyedikitkan riwayat. Hal ini dilakukan karena para sahabat pada
Sahabat adalah orang yang berdedikasi tinggi untuk bisa periode ini lebih berkonsentrasi terhadap pemeliharaan dan
menyampaikan sebanyak mungkin apa yang telah diajarkan oleh Nabi. penyebaran Al-Qur’an. Hal ini sangat nampak dilakukan oleh para
Situasi dan kondisi masing—masing menjadi kendala dalam sahabat besar khususnya adalah khulafa al-rāsyidūn (Abu Bakar al-
memperoleh informasi sebanyak-banyaknya. Keberadaan mereka yang Shiddiq, Umar bin al-Khatthab, Usman bin Affan, dan Ali bin Abi Thalib
sebagian ada di kota, dan sebagian lain ada di kampung, ada yang radliyallahu ‘anhum). Sebagai akibatnya, periwayatan hadis kurang
dekat dan ada yang jauh, membuat keinginan mereka harus tertunda. mendapat perhatian, bahkan mereka berusaha untuk selalu bersikap
Pada periode ini, terjadi perbedaan tingkat penerimaan hadis di hati-hati dan membatasi dalam meriwayatkan hadis.
kalangan sahabat. Sahabat satu dengan yang lain tidak sama dalam hal Kehati-hatian dan pembatasan dalam meriwayatkan hadis yang
perolehan dan penguasaan terhadap hadis Nabi saw. Di antara mereka dilakukan oleh para sahabat ini lebih disebabkan adanya kekhawatiran
ada yang memiliki banyak hadis sedang yang lain hanya sedikit. Hal ini akan terjadinya kekeliruan dalam meriwayatkan hadis. Karena hadis
disebabkan oleh beberapa faktor antara lain: menduduki posisi kedua setelah Al-Qur’an dalam syari’at Islam, ia
1. Perbedaan frekuensi kebersamaan dengan Rasulullah Saw. harus selalu dijaga keotentikannya sebagaimana penjagaan terhadap
2. Perbedaan tingkat kemampuan tulis-menulis dan kecerdasan yang Al-Qur’an. Oleh sebab itu, para sahabat khususnya khulafā al-rāsyidūn
dimiliki oleh masing-masing sahabat. dan para sahabat lainnya berusaha keras untuk memperketat
3. Perbedaan para sahabat dalam hal waktu masuk Islam. periwayatan hadis. Para sahabat menyampaikan dan menjaga hadis
Para sahabat yang tergolong banyak menerima hadis dari dengan hati-hati supaya tidak terjadi kesalahan dengan cara tidak
Rasulullah terdapat beberapa kelompok, di antaranya: pertama, meriwayatkan kecuali pada saat dibutuhkan melalui penelitian yang
mereka yang pertama kali masuk Islam atau yang dikenal dengan al- mendalam.
sabiqun al-awwalūn, seperti al-khulafa’ al-Rāsyidūn, yaitu Abu Bakar al-
Shiddiq, Umar bin Khattab, Usman bin Affan, dan Ali bin Abi Thalib serta Perhatikan perbedaan kondisi hadis pada masa Abu Bakar, Umar,
Abdullah bin Mas’ud radliyallahu ‘anhum; kedua, mereka yang Usman, Ali dengan membaca materi dibawah ini!
senantiasa berada di samping Rasul dan bersungguh-sungguh
menghafal hadis, seperti, Abu Hurairah ra, atau yang mencatatnya, 1. Masa Abu Bakar al-Shiddiq ra.
seperti, Abdullah bin Amr bin al-‘Ash ra; ketiga, mereka yang berusia Sikap hati-hati terhadap periwayatan hadis ditunjukkan oleh
panjang, seperti Anas bin Malik ra dan Abdullah bin Abbas ra; dan khalifah pertama, Abu Bakar al-Shiddiq. Khalifah pertama ini
keempat, mereka yang secara pribadi erat hubungannya dengan Nabi menunjukkan perhatian yang serius dalam memelihara hadis. Abu
saw seperti, ‘Aisyah ra dan Ummu Salamah ra. Bakar mengambil kebijakan mempeketat periwayatan hadis agar
tidak disalahgunakan oleh orang-orang munafik.
B. Hadis pada Masa Sahabat Sikap ketat dan kehati-hatian Abu Bakar tersebut juga
Sepeninggal Nabi Muhammad saw, para sahabat tidak dapat lagi ditunjukkan dengan tindakan konret, yakni dengan membakar
mendengar sabda-sabda, melihat perbuatan-perbuatan dan hal ihwal catatan-catatan hadis yang beliau miliki. Hal ini sebagaimana
Nabi saw secara langsung. Periwayatan hadis berkembang dari para dinyatakan oleh ‘Aisyah, putri Abu Bakar, bahwa Abu Bakar telah
membakar catatan yang berisi sekitar lima ratus hadis. Tindakan Abu dikhawatirkan umat Islam yang baru memeluk Islam saat itu tidak
Bakar tersebut lebih dilatarbelakangi oleh kekhawatiran beliau bisa membedakan antara Al-Qur’an dan hadis.
berbuat salah dalam meriwayatkan hadis. Di lain kesempatan, Abu Meskipun demikian, pada masa khalifah Umar ini periwayatan
Bakar juga tidak serta merta menerima menerima begitu saja hadis juga telah banyak dilakukan oleh kaum muslimin. Yang
riwayat suatu hadis, sebelum meneliti terlebih dahulu tentunya, dalam periwayatan tersebut tetap menggunakan prinsip
periwayatannya. Untuk membuktikan suatu hadis benar-benar kehati-hatian. Sikap hati-hati yang dilakukan Umar ini di samping
berasal dari Rasulullah, beliau meminta kepada periwayat hadis untuk menghindarkan kekeliruan dalam meriwayatkan hadis juga
untuk mendatangkan saksi. dapat menghalangi orang yang tidak bertanggung jawab melakukan
Sebagai konsekuensi sikap kehati-hatian Abu Bakar ini, hadis- pemalsauan pemalsuan hadis.
hadis yang diriwayatkan beliau relatif sedikit jumlahnya meskipun 3. Masa Usman bin Affan ra.
beliau merupakan sahabat Nabi yang paling dekat dan akrab dengan Pada masa kekhalifahan Usman bin Affan, periwayatan hadis
Nabi saw. Selain itu, ada beberapa hal yang menyebabkan sedikitnya tetap dilakukan dengan cara yang sama dengan dua khalifah
riwayat dari Abu Bakar antara lain; pertama, beliau selalu sibuk pendahulunya. Sikap hati-hati dalam menyampaikan dan menerima
ketika menjabat sebagai khalifah; kedua, kebutuhan akan hadis tidak periwayatan hadis selalu dipegang oleh Usman bin Affan. Hanya saja,
sebanyak pada zaman sesudahnya; dan ketiga, jarak antara usaha yang dilakukan oleh Usman bin Affan tidak setegas yang
meninggalnya beliau dengan meninggalnya Nabi saw sangat singkat. dilakukan oleh Umar bin al-Khaththab ra.
Dengan demikian, dapat diketahui bahwa aktivitas periwayatan Sikap kehati-hatian Usman ini dapat dilihat, misalnya, pada saat
hadis pada masa khalifah Abu Bakar al-Shiddiq ra masih sangat beliau berkhutbah, di mana beliau meminta kepada para sahabat
terbatas dan belum menonjol. Pada masa ini pula umat Islam untuk tidak banyak meriwayatkan hadis yang mereka tidak pernah
dihadapkan pada peristiwa-peristiwa yang sangat menyita waktu, mendengar hadis tersebut pada masa Abu Bakar al-shiddiq ra dan
seperti adanya berbagai pemberontakan yang dapat merongrong Umar bin al-Khaththab ra. Dengan pernyataan ini, Usman ingin
kewibawaan pemerintahan sepeninggal Rasul saw. Namun akhirnya, menunjukkan bahwa dalam persoalan periwayatan hadis dirinya
kesemuanya itu dapat diatasi oleh Abu Bakar dengan baik. ingin juga bersikap hati-hati seperti yang dilakukan oleh khalifah
pendahulunya.
2. Masa Umar bin al-Khaththab ra. Sikap kehati-hatian yang dilakukan Usman ini tentunya juga
Sikap dan tindakan hati-hati Abu Bakar al-Shiddiq menginspirasi berpengaruh kepada banyak sedikitnya beliau meriwayatkan hadis.
tindakan yang dilakukan oleh khalifah kedua, Umar bin al-Khaththab. Ahmad bin Hambal misalnya, meriwayatkan hadis nabi yang
Umar dalam hal ini juga terkenal sebagai orang yang sangat berhati- diriwayatkan oleh Usman bin Affan ini tidak lebih dari empat puluh
hati dalam meriwayatkan suatu hadis. Beliau tidak mau menerima buah hadis. Itupun banyak matan hadis yang terulang karena
suatu riwayat apabila tidak disaksikan oleh sahabat yang lain. perbedaan sanad. Atau dengan kata lain, jumlah hadis yang
Sebagian ahli hadis mengemukakan bahwa Abu Bakar dan Umar diriwayatkan oleh Usman bin Affa ra tidak sebanyak jumlah hadis
menggariskan bahwa periwayatan hadis dapat diterima apabila yang diriwayatkan oleh Umar bin al-Khaththab ra.
disertai saksi atau setidak-tidaknya periwayat berani disumpah. Walaupun Usman dalam khutbahnya menyerukan umat Islam
Sikap kehati-hatian Umar yang seolah-olah melarang sahabat untuk berhati-hati dalam meriwayatkan hadis, pada zaman ini
lain untuk memperbanyak periwayatan hadis ini harus ditafsiri kegiatan umat Islam dalam meriwayatkan hadis telah lebih banyak
bahwa selain kaum muslimin harus berhati-hati dalam meriwayatkan jika dibandingkan dengan kegiatan periwayatan hadis pada zaman
hadis, juga supaya perhatian mereka terhadap Al-Qur’an tidak dua khalifah sebelumnya. Hal ini disebabkan karena selain pribadi
terganggu. Hal ini tentunya dapat dipahami karena memang pada Usman yang tidak sekeras Umar, juga karena semakin luasnya
saat itu, naskah Al-Qur’an masih sangat terbatas jumlahnya dan wilayah Islam sehingga mengakibatkan bertambahnya kesulitan
belum menyebar ke daerah-daerah kekuasaan Islam. Sehingga pengendalian periwayatan hadis secara ketat.
4. Masa Ali bin Abi Thalib kw. kekuasaan Islam. Ini memudahkan para tabi’in untuk mempelajari
Sikap kehati-hatian dalam meriwayatkan hadis tetap menjadi hadis-hadis dari mereka. Kondisi ini juga berimplikasi terhadap
prinsip utama yang dipegang oleh Ali bin Abi Thalib. Artinya, Ali tetap penyebaran hadis ke berbagai wilayah Islam. Oleh karena itu, masa ini
berhati-hati dalam meriwayatkan hadis bahkan beliau baru bersedia disebut dengan masa menyebarnya periwayatan hadis, ‘ashr intisyār al-
menerima suatu riwayat apabila periwayat hadis tersebut riwāyah, yakni masa di mana hadis tidak hanya terpusat di Madinah
mengucapkan sumpah, bahwa hadis yang disampaikan tersebut tetapi sudah diriwayatkan di berbagai daerah dengan tokoh para
benar-benar berasal dari Nabi saw. Hanya saja, terhadap orang- sahabat.
orang yang benar-benar dipercayainya Ali tidak memintanya untuk Kekuasaan Islam semakin luas. Banyak sahabat atau tabi’in yang
bersumpah. Dengan kata lain, fungsi sumpah dalam periwayatan pindah dari Madinah ke daerah-daerah yang baru dikuasai, di samping
hadis bagi Ali tidaklah menjadi syarat mutlak keabsahan periwayatan masih banyak pula yang tinggal di Mekah dan Madinah. Para sahabat
suatu hadis. pindah ke daerah baru disertai dengan membawa perbendaharaan
Ali bin Abi Thalib termasuk sahabat yang cukup banyak hadis yang ada pada mereka sehingga hadis-hadis tersebut tersebar ke
meriwayatkan hadis nabi. Hadis yang beliau riwayatkan selain dalam berbagai daerah. Kemudian bermunculan pusat-pusat hadis sebagaima
bentuk lisan, juga dalam bentuk tulisan (catatan). Hadis yang yang dikemukakan oleh Muhammad Abu Zahw yaitu:
diriwayatkan Ali dalam bentuk tulisan berkisar tentang; hukuman 1. Madinah, dengan tokoh dari kalangan sahabat: ‘Āisyah, Abū
denda (diyat); pembebasan orang Islam yang ditawan orang kafir; Hurairah, Ibn Umar, Abū Sa’ūd al-Khudri dan lain-lain. Tokoh dari
dan larangan melakukan hukuman qishas terhadap orang Islam yang kalangan tabi’in: Sa’ῑd ibn Musayyab, ‘Urwah ibn Zubair, Nafi’ Maula
membunuh orang kafir. ibn Umar, dan lain-lain.
Ditinjau dari kebijakan pemerintah, kehati-hatian dalam kegiatan 2. Mekah, dengan tokoh dari kalangan sahabat: Ibn Abbās, Abdullah
periwayatan hadis pada masa Ali bin Abi Thalib sama dengan periode ibn Sa’ῑd, dan lain-lain. Dari kalangan tabi’in: Mujahid ibn Jabr,
sebelumnya. Akan tetapi situasi umat Islam pada masa Ali bin Abi ‘Ikrῑmah Maula ibn Abbās, ‘Atha ibn Abῑ Rabbah, dan lain-lain.
Thalib telah berbeda dengan situasi pada masa sebelumnya. 3. Kufah, dengan tokoh dari kalangan sahabat: Abdullah ibn Mas’ūd,
Pertentangan politik umat Islam pada masa ini semakin menajam. Sa’ad bin Abῑ Waqqas dan Salman al-Fārisi. Tokoh dari kalangan
Peperangan antara pendukung Ali dan Mu’awiyah telah terjadi. Hal tabi’in: Masrūq bin al-Ajda’, Syuraikh bin Haris, dan lain-lain.
ini tentunya memberikan kontribusi negatif dalam periwayatan 4. Basrah, dengan tokoh dari kalangan sahabat: ‘Utbah bin Ghazwan,
hadis. Kepentingan politik telah mendorong pihak-pihak tertentu Imran bin Husain dan lain-lain. Dari kalangan tabi’in: al-Hasan al-
melakukan pemalsuan hadis. Sehingga tidak semua periwayatan Basri, Abū al-‘Aliyah, dan lain-lain.
hadis dapat dipercaya. 5. Syam, dengan tokoh dari kalanga sahabat: Mu’ādz bin Jabal, Abū al-
Darda’, ‘Ubadah bin Ṣamit, dan lain-lain. Tokoh dari tabi’in: Abū Idrῑs,
Setelah anda membaca sejarah hadis pada masa Abu Bakar, Qabiṣah ibn Zuaib, dan Makhul ibn Abῑ Muslim.
Umar, Usman, dan Ali, sekarang bandingkan! 6. Mesir, dengan tokoh dari kalangan sahabat: Abdullah bin Amr bin
al-‘Aṣ, ‘Uqbah bin Amir, dan lain-lain. Dari kalangan tabi’in: Yazῑd bin
C. Hadis pada Masa Tabi’in Abῑ Hubaib, Abu Baṣrah al-Ghifari dan lain-lain.
Sama halnya seperti yang dilakukan oleh para sahabat, para Pergolakan politik pada masa sahabat, yaitu ketika kekuasaan
tabi’in juga cukup berhati-hati dalam periwayatan hadis. Beban tabi’in dipegang oleh Ali bin Abi Thalib, berakibat cukup panjang dan berlarut-
tidak terlalu berat jika dibandingkan dengan beban yang dihadapi para larut. Langsung atau tidak langsung, cukup memberikan pengaruh
sahabat. Pada masa ini, Al-Qur’an telah berhasil dikumpulkan dalam terhadap perkembangan hadis pada masa tabi’in ini. Pengaruh
satu mushaf, sehingga tidak lagi menghawatirkan bercampurnya langsung dan negatif, ialah munculnya hadis-hadis palsu (mauḍu’)
periwayatan hadis. Selain itu, pada akhir periode masa al-khulafā al- untuk mendukung kepentingan politik masing-masing kelompok dan
Rāsyidūn, para ahli hadis telah menyebar ke beberapa wilayah menjatuhkan posisi lawan-lawannya. Adapun pengaruh yang berakibat
positif, adalah rencana dan usaha yang mendorong diadakannya catatan hadis. Hasil catatan para ulama berbeda-beda, Abu Bakar bin
kodifikasi atau tadwῑn hadis, sebagai upaya penyelamatan dari Hazm berhasil menghimpun hadis dalam jumlah yang menurut para
pemusnahan dan pemalsuan, sebagai akibat pergolakan politik yang ulama kurang lengkap. Sedangkan ibn Syihab al-Zuhri berhasil
terjadi tersebut. menghimpunnya lebih lengkap. Meskipun demikian, kitab himpunan
hadis-hadis mereka tidak sampai ke kita. Ulama setelah al-Zuhri yang
Poin apa saja yang kamu perhatikan dengan membaca kondisi hadis berhasil menghimpun kitab tadwin yang dapat diwariskan kepada
pada masa tabiin? Sudahkah ada hadis palsu pada masa tabiin? Apa generasi sekarang adalah Malik ibn Anas (93 – 179 H) di Madinah. Imam
buktinya menurut anda? Malik menyusun kitab yang berjudul al-Muwaṭṭa’, yang selesai disusun
pada tahun 143 H dan merupakan kitab hasil kodifikasi yang pertama.
D. Hadis pada Masa Kodifikasi (tadwin) Hadis Kitab ini selain berisi hadis-hadis yang marfu’ juga terdapat hadis-hadis
Kodifikasi (tadwin) hadis dalam periode ini dimaksudkan adalah mauqūf dan maqthu’.
kodifikasi (tadwῑn) atau pembukuan secara resmi yang didasarkan Selain para ulama di atas, terdapat banyak ulama lain yang juga
pada perintah kepala negara. Kodifikasi hadis secara resmi terjadi pada melakukan kodifikasi hadis. Di antara mereka adalah Muhammad ibn
penghujung abad satu hijriah, ketika khalifah Umar bin Abdul Azis Ishāq (w. 151 H), Ma’mar bin Rasyῑd (w.13 H), AbūAmr Abdurrahman al-
memerintah. Keinginan mengkodifikasikan hadis ini sebenarnya telah Auza’i (w. 156 H), Sa’ῑd bin Abū ‘Arubah (w. 151 H), Hammad ibn
timbul ketika ia menjabat sebagai gubernur di Madinah (86 – 93 H) Salamah (w. 176H), Abū Abdullah, Syufyan al-Tsauri (w.161 H), Abdullah
pada zaman al-Walid bin Abdul Malik berkuasa. bin al-Mubarak (w. 181 H), Husyaim bin Busyair (w. 188 H), Juraij bin
Setelah Umar bin Abdul Azis memerintah (99–101 H), beliau Abdul Humaid (w. 188 H), dan al-Laiṡ bin Sa’ad (w. 175 H). Kitab-kitab
menginstruksikan kepada seluruh ulama pada saat itu untuk yang mereka susun kebanyakan tidak sampai kepada generasi
menghimpun hadis nabi yang tersebar di berbagai wilayah Islam. sekarang. Datanya ditemukan dalam berbagai kitab karya ulama
Mandat tentang kodifikasi hadis secara resmi ini diwujudkan dalam sesudah mereka.
bentuk surat perintah, yang isinya memerintahkan agar seluruh hadis Masa kodifikasi dilanjutkan dengan masa seleksi hadis. Yang
Nabi di masing-masing daerah segera dihimpunkan. Instruksi secara dimaksudkan dengan masa seleksi atau penyaringan hadis adalah
khusus disampaikan kepada Abu Bakar bin Muhammad ibn Amr ibn masa upaya para mudawwin hadis melakukan seleksi secara ketat,
Hazm (gubernur Madinah, w. 117 H) agar mengumpulkan hadis yang sebagai kelanjutan upaya para ulama sebelumnya yang telah berhasil
ada pada Amrah binti Abdurrahman al-Anshari (murid kepercayaan Siti melahirkan kitab-kitab tadwin. Masa ini dimulai sekitar akhir abad ke-2
‘Aisyah) dan al-Qasim bin Muhammad bin Abi Bakar (w. 107 H). atau awal ke-3 hijrah atau pada saat pemerintahan dinasti Abbasiyah.
Instruksi yang sama juga disampaikan kepada Muhammad bin Syihab Munculnya periode seleksi ini, karena pada periode tadwin belum
al-Zuhri (w.124 H), yang dipandang sebagai orang yang lebih banyak berhasil dipisahkan antara hadis-hadis yang berasal dari Nabi (marfu),
mengetahui hadis dari pada yang lain. sahabat (mauqūf), dan tabi’in (maqthu). Begitu pula belum dapat
Ada beberapa faktor yang melatarbelakangi kodifikasi hadis pada dipisahkan antara hadis-hadis shahih, hasan, dan dla’if, bahkan masih
masa khalifah Umar bin Abdul Azis. Menurut Muhammad al-Zafzaf terdapat hadis-hadis maudhu’. Masa ini disebut dengan ‘aṣr al-tajrῑd wa
kodifikasi hadis tersebut dilakukan karena: Pertama, Para ulama telah taṣhih wa al-tanqῑh (masa penerimaan, pentashihan, dan
tersebar ke berbagai negeri, dikhawatirkan hadis akan hilang bersama penyempurnaan).
wafatnya mereka, sementara generasi penerus diperkirakan tidak Kitab-kitab hadis yang berhasil disusun oleh para ulama ahli hadis
menaruh perhatian terhadap hadis. Kedua, banyak berita yang diada- pada periode ini sangat banyak di antaranya adalah kitab enam standar
adakan oleh pelaku bid’ah seperti khawarij, rafidhah, sy’iah dan lain- atau yang disebut dengan al-kutub al-sittah. Karya-karya al-Bukhari,
lain yang berupa hadis-hadis palsu. Muslim, Abu Dawud, al-Turmudzi, al-Nasa’i, Ibnu Majah dan yang lain-
Instruksi khalifah Umar bin Abdul Azis tersebut direspon poisitif lain pada periode ini, telah memakai cara kodifikasi hadis secara
oleh umat Islam pada waktu itu, sehingga berhasil terkumpul catatan- sistematis, kritis dan dilakukan dengan penuh kesungguhan. Setelah itu
d
n
e
i
M
.
E
t
k
r
a
K
m
l
s
D
u
g
R tidak ada karya-karya hadis lain yang memiliki kualitas menyamai atau
bahkan melebihi kitab-kitab karya mereka. Sampai saat ini pula kita
masih dapat menikmati buah karya mereka yang hebat.
Tugas individu
Buatlah sebuah opini seandainya para ulama dahulu tidak mempunyai
inisiatif untuk mengkodifikasikan hadis Nabi! Apa kiranya yang terjadi
terhadap hadis dan umat Islam? Pekerjaan ditulis pada buku tugas
masing-masing.
Deskripsikan penyebaran hadis pada masa tabi’in. Tuliskan jawaban
anda pada buku tugas masing-masing!
Tulislah dalam tabel berikut tentang sikap al-khulafā’ al-rāsyidūn
terhadap hadis Nabi saw!
No
.
1.
2.
3.
4.
Nama Khalifah
Tugas Kelompok
Sikap terhadap hadis Nabi saw
kodifikasi. Setiap kelompok menugaskan
mempresentasikan makalahnya di depan kelas!
4.
5.
6.
7.
8.
terkait dengan pemeliharaan hadis Nabi saw?
Tugas:
1.
2.
3.
Masa Nabi,
Masa Abu Bakar,
Masa Umar,
Masa Usman,
Masa Ali,
Masa Tabiin,
Masa Umar bin Abdul Aziz,
Dan Masa Bukhari.
http://www.merdek
a.com
a
M
.
u
e
n
A
R
i
r
k
g
Sahabat didefinisikan sebagai orang yang berkumpul dengan Nabi saw,
atau melihatnya dalam keadaan beriman dan meninggal dalam keadaan
beriman pula. Tidak termasuk kategori sahabat orang yang hidup semasa
dengan Rasul dan dalam keadaan beriman namun tidak pernah berjumpa
dengan Rasulullah saw. Juga tidak termasuk dalam kategori sahabat
orang yang pernah berjumpa dengan Rasul saw tetapi tidak dalam
keadaan beriman. Maka termasuk dalam kategori ini semua mukmin yang
pernah berjumpa dengan Rasulullah saw. baik dalam waktu lama maupun
singkat, meriwayatkan (hadis) dari beliau maupun tidak, turut berperang
beserta beliau maupun tidak, dan orang yang tidak melihat beliau
disebabkan sesuatu hal seperti buta.
3.3.
hukum ajaran agama islam yang kedua
Mengetahui sejarah singkat para sahabat yang banyak
meriwayatkan hadis (Abū Hurairah, Anās bin Mālik, Abdullah bin
Umar, Abdullah bin Amru bin Aṣ, Abdullah bin Abbās, dan
‘Āisyah).
4.3.Menghafalkan nama, masa hidup, dan peran ulama’ hadis
dalam pemeliharaan hadis dari waktu ke waktu serta
meneladaninya dalam kehidupan sehari-hari.
4.4. Menceriterakan kisah ulama hadis dan meneladaninya
Indikator Pembelajaran
Peserta didik mampu :
.
B
g
n
e
M
i
t
a
r
m
i
a
m
e
C
M
.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
meyakini keaslian hadis
mejadikan hadis sebagai hujjah dalam hukum islam
menjelaskan biografi tokoh hadis masa sahabat
menghafalkan biografi masing-masing tokoh hadis masa sahabat
mampu mengidentifikasi tokoh hadis masa sahabat
mampu meneladani tokoh hadis dalam kehidupan sehari-hari
meneladani ulama hadis
Tujuan Pembelajaran
Peserta didik dapat :
1. meyakini keaslian hadis
2. mendemonstrasikan penggunaan hadis dalam kehidupan sehari-
hari
3. menjelaskan sejarah biografi bendaharawan hadis masa sahabat
4. menghafalkan biografi masing-masing bendaharawan hadis
masa sahabat
5. meneladani ulama hadis dalam kehidupan sehari-hari
Peta Konsep
Bendaharawan
(Sahabat)
Hadis
Rasulullah
mengatakan ....
Abū Hurairah
Anās bin Mālik
Abdullah
Umar
‘Āisyah ra
Abdullah
Abbās
bin
bin
MAKSUD
Dua telinga/julukan bagi
Anas Ibn Malik
Penaklukkan kota
Makkah
Julukan/gelar
ISTILAH
ياذاالذنين
فتح المكة
كنية
Amati gambar dan catat apa yang
kalian lihat
1. …………………………………
2. …………………………………
3. …………………………………
MAKSUD
Ulama yang banyak
meriwayatkan hadis
Shuffah ( YANG
tinggal di emper
masjid)
Pembantu Rasulullah
صفة
خاديم الرسول
“bendaharawan hadis” (al-mukṡirūn fi al-ḥadῑs). Julukan ini adalah tangannya, lalu bersabda: "Ambillah." Aku pun mengambilnya, maka
untuk sahabat yang meriwayatkan lebih dari 1.000 hadis. sejak itu aku tidak pernah lupa lagi." (HR. al-Bukhari no. hadis: 116)
Berikut sejarah singkat sahabat yang paling banyak meriwayatkan Abu Hurairah adalah sahabat yang paling banyak meriwayatkan
hadis dari Rasulullah saw. : hadis dari Nabi Muhammad saw. Di antara yang meriwayatkan hadis
darinya adalah Ibnu Abbas, Ibnu Umar, Anas bin Malik, Jabir bin
A. Abu Hurairah ra. Abdullah, dan lain-lain. Imam Bukhari pernah berkata: "Tercatat lebih
Nama aslinya adalah Abdurrahman bin Shakhr al-Dausi (lahir 598 - dari 800 orang perawi hadis dari kalangan sahabat dan tabi'in yang
wafat 678 M). Ia lebih dikenal dengan panggilan Abu Hurairah. Nama meriwayatkan hadis dari Abu Hurairah". Abu Hurairah memiliki sifat-
Abu Hurairah adalah nama panggilan yang diberikan Rasulullah saw sifat yang terpuji di antaranya wara’, taqwa, dan zuhud, ahli ibadah
yang berarti bapaknya kucing. Nama tersebut diberikan Nabi saw, ahli tahajjud sepanjang malam. Karir politiknya pernah diangkat
sebagai pengganti nama masa Jahiliyah sebelumnya yaitu `Abd Syams menjadi gubernur Bahrain pada masa Umar bin al-Khaththâb dan pada
bin Shakhr. Panggilan Abu Hurairah (bapaknya kucing) diberikan pada masa Ali juga pernah akan diangkat menjadi Gubernur tetapi ia
saat Rasul melihatnya membawa kucing kecil yang keluar dari lengan keberatan, kemudian pada masa Mu`awiyah ia dingkat menjadi
baju gamisnya di satu majelis Rasul saw. Sungguh mengejutkan pada Gubernur Madinah.
saat itu pada saat tenang para sahabat duduk di hadapan Rasulillah Marwan bin Hakam pernah menguji tingkat hafalan Abu Hurairah
tahu-tahu muncul dari lengan bajunya seekor kucing. Sejak saat itulah terhadap hadis Nabi. Marwan memintanya untuk menyebutkan
panggilan Abu Hurairah mencuat dan terkenal. Abu Hurairah berasal beberapa hadis, dan sekretaris Marwan mencatatnya. Setahun
dari kabilah Bani Daus dari Yaman. Ia sejak kecil sudah menjadi yatim. kemudian, Marwan memanggilnya lagi dan Abu Hurairah pun
Ketika mudanya ia bekerja pada Basrah binti Ghazawan, yang menyebutkan semua hadis yang pernah ia sampaikan tahun
kemudian setelah masuk Islam dinikahinya. sebelumnya, tanpa tertinggal satu huruf.
Abu Hurairah masuk Islam pada tahun ke-7 Hijriah pada tahun Menurut Baqî` bin Mukhallad ia meriwayatkan sebanyak 5.374
perang Khaibar. Pada masa hidupnya dia seorang pimpinan penghuni buah Hadis. Ada beberapa faktor yang menyebabkan banyaknya
Ṣuffah, yang mengkosongkan seluruhnya waktunya hanya untuk periwayatan yang diperoleh Abu Hurairah antara lain sebagai berikut :
beribadah kepada Allah swt dan mencari hadis dari Rasulillah saw. 1. Selalu menghadiri majelis Nabi saw.
Ṣuffah adalah suatu tempat berlindungnya para sahabat di masjid 2. Penghuni Shuffah di Masjid Nabawi ia selalu bersama
Nabawi yang zuhud. Abu Hurairah salah seorang sahabat yang Rasulillah saw.
mendapat do’a dari Rasulillah saw sehingga hafal terhadap apa yang 3. Sangat kuat ingatannya, karena ia salah seorang sahabat yang
didengar dan dilihat. Dalam salah satu Hadis yang diriwayatakan al- mendapat do’a dari Nabi sehingga hafal segala apa yang ia dengar
Bukhari dikatakan: dari Rasulillah
َ َك َح ِديثًا َكثِ ًرياـ فَأَنْ َساهُ قَ ت ِمْن ِ ِ َ ُق ْلت يا رس wafatnya Nabi saw.
ال ابْ ُس ْط ِر َداءَ َك ُ ول اللَّه إِيِّن مَس ْع َُ َ ُ Salah satu kumpulan fatwa-fatwa Abu Hurairah pernah dihimpun
oleh Syaikh As-Subki dengan judul Fatawa' Abi Hurairah. Pada tahun
يت َح ِديثًا َب ْع ُد ِ
ُ ض َم ْمتُهُ فَ َما نَس َ َض َّمهُ ف
ُ ال َ َف بِيَ ِد ِه فِ ِيه مُثَّ ق
َ ت َفغََر
ُ َْفبَ َسط
678 M atau tahun 59 H, Abu Hurairah jatuh sakit, meninggal di
Madinah, dan dimakamkan di Baqi'
“Dari Abu Hurairah berkata "Aku berkata, "Wahai Rasulullah, aku telah
mendengar dari tuan banyak hadis namun aku lupa. Beliau lalu B. Abdullah bin Umar ra.
bersabda: "Hamparkanlah selendangmu." Maka aku Abdullah bin Umar atau sering disebut Ibnu Umar lahir pada
menghamparkannya, beliau lalu (seolah) menciduk sesuatu dengan tahun ke-2 atau ke-3 dari kenabian. Dia masuk Islam dalam usia 10
tahun bersama ayahnya, Umar bin al-Khaththab tetapi ia berhijrah ke C. Anas bin Malik ra.
Madinah lebih dahulu dari pada ayahnya. Dia tidak diijinkan ikut Namanya adalah Anas bin Malik bin Nadlr al-Khazraj lahir pada
perang Uhud oleh Rasulullah saw karena usianya yang masih kecil tahun 612 M –wafat pada 709/712 M. Anas adalah Khādim (pelayan)
kecuali pada perang-perang berikutnya. Kemudian ia aktif ikut serta Rasulullah yang terpercaya, ketika ia berusia 10 tahun, ibunya Ummu
perang seperti Khandaq dan beberapa peperangan sesudahnya
Sulaim membawanya kepada Rasulullah Saw. untuk berkhidmat. Ia
termasuk penaklukan Mesir dan di negeri-negeri Afrika lainnya.
sering membawakan sandal dan ember Rasulillah untuk berwudhu. Ia
Ibnu Umar adalah seorang yang meriwayatkan hadis terbanyak mendapat do’a Rasulillah saw:
kedua setelah Abu Hurairah, yaitu sebanyak 2.630 hadis, karena ia “Ya Allah perbanyaklah harta dan anaknya dan masukkanlah ke
selalu mengikuti ke mana Rasulullah pergi. Bahkan Aisyah istri surga.”
Rasulullah pernah memujinya dan berkata :"Tak seorang pun mengikuti
jejak langkah Rasulullah di tempat-tempat pemberhentiannya, seperti Anas berkata: Sungguh aku melihat dua orang wanita dan aku
yang telah dilakukan Ibnu Umar". Ia bersikap sangat berhati-hati dalam mengharapakan wanita yang ketiga. Demi Allah, hartaku melimpah
meriwayatkan hadis Nabi. Demikian pula dalam mengeluarkan fatwa, ia ruah dan sungguh jumlah anak-anakku dan anak cucuku pada hari ini
senantiasa mengikuti tradisi dan sunnah Rasulullah, karenanya ia tidak mencapai 100 orang.
mau melakukan ijtihad. Biasanya ia memberi fatwa pada musim haji, Nabi sering mengajak canda dan humor dengan Anas dengan
atau pada kesempatan lainnya. Teman-teman Abdullah bin `Umar panggilan : “YāŻa al-użunain” (Hai anak yang memiliki telinga dua)
mengakui keunggulannya, Abdullah bin Mas’ud berkata : sehingga tidak terkesan sebagai pergaulan tuan dan budaknya. Anas
“Sungguh aku melihat kita (sahabat) orang-orang yang sendiri pernah berkata:” Rasulullah saw tidak pernah menegur apa
sempurna, tidak ada seorang pemuda di tengah-tengah kami yang yang aku perbuat, beliau juga tidak pernah menanyakan tentang
lebih mampu menguasai dirinya dibandingkan dengan Abdullah bin sesuatu yang aku tidak kerjakan, akan tetapi beliau selalu
Umar.” mengucapkan “Apa yang dikehendaki Allah pasti terjadi dan apa yang
Ibnu Umarmeriwayatkan hadis dari Nabi saw dan dari para tidak dikehendak-Nya tidak terjadi”. Anas bin Malik tidak berperang
sahabat, di antaranya dari ayahnya sendiri Umar, pamannya Zaid, dalam perang Badar yang akbar, karena usianya masih sangat muda.
saudara kandungnya Hafshah, Abu Bakar, Usman, Ali, Bilal, Ibn Mas`ūd, Tetapi ia banyak mengikuti peperangan lainnya sesudah itu.
Abu Żar, dan Mu`aż. Imam al-Bukhari meriwayatkan sekitar 81 buah Pada waktu Abu Bakar meminta pendapat Umar mengenai
hadis dari padanya, Muslim meriwayatkan dari padanya sekitar 31 pengangkatan Anas bin Malik menjadi pegawai di Bahrain, Umar
buah Hadis, dan yang disepakati antara keduanya sebanyak 1700 buah memujinya :” Dia adalah anak muda yang cerdas dan bisa baca tulis,
hadis. Banyaknya periwayatan Abdullah bin `Umar karena disebabkan dan juga lama bergaul dengan Rasulullah”.Sedangkan komentar Abu
beberapa faktor, antara lain : Hurairah tentangnya:
1. Ia tergolong sahabat pendahulu masuk Islam dan berusia panjang
2. Selalu hadir di majelis-majelis Nabi saw dan mempunyai hubungan ÄCmü4R}Åk~fAoæãoiÙêãdqA=æ
dekat dengan beliau, karena menjadi ipar Nabi saw
3. Tidak punya ambisi kedudukan dan tidak melibatkan diri dalam uçEüã91ü#}ü<äi
berbagai konflik politik di kalangan sahabat. “Aku belum pernah melihat orang lain yang shalatnya menyerupai
Ibnu Umar adalah seorang pedagang sukses dan kaya raya, Rasulullah kecuali Ibnu Sulaim (Anas bin Malik)”.
tetapi juga banyak berderma. Ia hidup sampai 60 tahun setelah Ibn Sirin berkata:
wafatnya Rasulullah saw. Ia kehilangan pengelihatannya di masa
tuanya. Ia wafat pada tahun 73 H/ 693 M dalam usia lebih dari 80 =ZBeãp=N2eãòÕwI@äneãoB1ü
tahun, dan merupakan salah satu sahabat yang paling akhir yang
meninggal di kota Makkah.
“Dia (Anas) paling bagus shalatnya baik di rumah maupun ketika “Andaikata ilmu yang dikuasai Aisyah dibandingkan dengan yang
sedang dalam perjalanan”. dimiliki semua istri Nabi saw dan ilmu seluruh wanita niscaya ilmu
Ia dibesarkan di tengah-tengah keluarga Nabi selama 9 tahun Aisyah yang lebih utama”.
dan beberapa bulan sehingga ia banyak mengetahui hal ihwal Nabi Urwah juga mengatakan:
baik berupa perkataan, perbuatan dan taqrir beliau. Ia dikaruniai
cukup panjang umur sehingga ia msih hidup selama 83 tahun setelah ÖFyäQoiu^Zævp=RFævpèËækfQüã
wafat beliau saw. Hal inilah di antaranya yang menyebabkan ia banyak
meriwayatkan hadis dari beliau saw baik secara langsung maupun 91ü#}ü<äi
melalui sesama para sahabat kemudian disampaikan kepada umat. “Aku tidak pernah melihat seorangpun yang mengerti ilmu kedokteran,
Jumlah hadis yang diriwayatkan Anas bin Malik mencapai 2.286 buah syair dan fiqh melebihi ‘Āisyah”.
hadis Imam al-Bukhâri meriwayatkan dari padanya sebanyak 83 buah Abu Musa al-Asy’ari berkata:
hadis dan Muslim sebanyak 71 buah hadis.
Pada hari hari terakhir masa kehidupannya, Anas pindah ke #~Yq%äipäjfQu~Yäs9nQäm9-
Basrah, Sebagian lain mengatakan kepindahannya karena terkena
fitnah Ibn al-Asy’ats yang mendorong Hajjaj mengancamnya. Maka pvãunQÖFyäQäneýBY=iüän~fQgbEü
tidak ada jalan lain bagi Anas bin Malik untuk pindah ke Basrah yang
menjadikan satu satunya sahabat Nabi di sana. Itulah sebabnya para äi
Ulama mengatakan bahawa Anas bin Malik adalah sahabat terakhir
yang meninggal di Basrah. Pada wafatnya Muwarriq berkata: “Telah Ö~Q=Feãhäb1öãSæ<ülãg~].1ã=~*
hilang separuh ilmu. Jika ada orang suka memperturutkan
kesenangannya saat berselisih dengan kami, kami berkata kepadanya, aäjfQÖivãò$=Fm.1
marilah menghadap kepada orang yang pernah mendengar dari
Rasululah saw”. Ia mengikuti sejumlah pertempuran dalam membela ätnQdq^ni
Islam. Ia dikenal sebagai sahabat Nabi Muhammad SAW yang berumur “Tidak ada sesuatu yang sulit pada kami kemudian kami tanyakan
paling panjang. kepada Aisyah kecuali kami dapatkan ilmu padanya dan dia tidak
wafat sehingga ilmu tersebar di tengah-tengah umat, sehingga
D. Aisyah ra. dikatakan bahwa seperempat hukum syara’ diriwayatkan dari
Aisyah adalah istri Nabi saw putri Abu Bakar ash-Shiddiq sahabat padanya.”
dan orang yang paling dikasihi Nabi, Aisyah masuk Islam ketika masih Jumlah Hadis yang diriwayatkan `Aisyah sebanyak 2.210 buah
kecil sesudah 18 orang yang lain. Rasulullah memperistrinya pada Hadis, Imam al-Bukhari meriwayatkan dari padanya sebanyak 54 buah
tahun 2 H. Hadis dan Muslim meriwayatkan sebanyak 68 buah Hadis. Ia meninggal
Beliau mempelajari bahasa, Syair, ilmu kedokteran, nasab-nasab pada tahun 57 H/668 M pada bulan Ramadhan sesudah melakukan
(ansāb) dan hari-hari Arab. Berkata Az-Zuhri: shalat witir. dan Abu Hurairah ikut mensholatkannya.
gNYüÖFyäQkfQläbe Muthalib bin Hasyim lahir di Mekah tiga tahun sebelum hijrah. Ayahnya
adalah Abbas, paman Rasulullah saw, sedangkan ibunya bernama
Lubabah binti Harits yang dijuluki Ummu Fadhl, saudari Ummul
Mukminin Maimunah ra. istri Rasulullah saw. Abdullah bin Abbas dikenal tua (matang)’. Khalifah Umar sering melibatkannya ke dalam
dengan panggilan Ibnu Abbas, juga disebut Abul Abbas. pemecahan permasalahan-permasalahan penting negara, malah sering
Ibnu Abbas adalah salah seorang dari empat pemuda yang dijuluki mengedepankan pendapat Ibnu Abbas daripada pendapat sahabat-
“Al-Abadillah” (empat orang pemuda yang bernama Abdullah). Tiga dari sahabat senior lain. Argumennya yang cerdik dan cerdas, bijak, logis,
al-Abadillah yang lain adalah Abdullah bin Umar (Ibnu Umar), Abdullah lembut, serta mengarah pada perdamaian membuatnya handal dalam
bin Zubair (Ibnu Zubair), dan Abdullah bin Amr radliyallahu ‘anhum. menyelesaikan perselisihan dan perdebatan. Beliau menggunakan
Mereka termasuk di antara tiga puluh orang yang menghafal dan debat hanya untuk mendapatkan dan mengetahui kebenaran, bukan
menguasai Al-Qur’an pada saat fathul Makkah (penaklukkan kota untuk pamer kepintaran atau menjatuhkan lawan debat. Hatinya bersih
Mekah), serta merupakan bagian dari ulama yang dipercaya kaum dan jiwanya suci, bebas dari dendam, serta selalu mengharapkan
muslimin untuk memberi fatwa saat itu. Ibnu Abbas adalah sahabat kebaikan bagi setiap orang, baik yang dikenal maupun tidak.
yang mempunyai kedudukan yang sangat terpandang, ia dijuluki Umar pernah berkata, “Sebaik-baik tafsir Al-Qur’an ialah dari Ibnu
sebagai informan umat Islam. Dari beliaulah asal silsilah khalifah Daulat Abbas. Apabila umurku masih lanjut, aku akan selalu bergaul dengan
Abbasiah. Abdullah bin Abbas.” Sa`ad bin Abi Waqqas menerangkan, “Aku tidak
Ibnu Abbas senantiasa mengiringi Rasulullah saw. Beliau pernah melihat seseorang yang lebih cepat dalam memahami sesuatu,
menyiapkan air wudlu Nabi, berjamaah bersama Nabi, dan sering yang lebih berilmu dan lebih bijaksana daripada Ibnu Abbas.” Ibnu
menghadiri majelis-majelis ilmu Nabi saw. Oleh karena itulah, beliau Abbas tidak hanya dikenal karena pemikiran yang tajam dan ingatan
banyak meriwayatkan hadis dari Nabi saw. Rasul saw. pernah secara yang kuat, tapi juga dikenal murah hati. Teman-temannya mengatakan,
khusus pernah mendoakan beliau: “Kami tidak pernah melihat sebuah rumah penuh dengan makanan,
- Kenapa Abu Bakar, Umar, Usman, Ali tidak termasuk sahabat
yang banyak meriwayatkan hadis, padahal secara hubungan
dengan Nabi beliau-beliau lebih dekat dengan Nabi.?
- Kenapa hanya Aisyah diantara istri nabi yang banyak
meriwayatkan hadis?
1.
benar!
Sebutkan sahabat yang dijuluki dengan “al-mukṡirun fi al-ḥadῑṡ”!
2. Jelaskan faktor penyebab Abu Hurairah banyak meriwayatkan hadis
dari Rasul saw!
3. Sebutkan faktor penyebab Abdullah bin Umar meriwayatkan banyak
hadis dari Rasul saw!
4. Sebutkan berbagai disiplin ilmu yang dimiliki oleh ‘Aisyah, Ummul
Mu’minῑn, ra!
5. Sebutkan faktor penyebab Anas bin Malik dapat meriwayatkan banyak
hadis dari Rasul saw!
PENILAIAN SIKAP
Setelah kalian memahami uraian bendaharaan hadis pada masa sahabat , coba amati perilaku
berikut ini dan beri persetujuan
No.
1.
2.
3.
4.
5.
No.
Perilaku Yang Diamati
Khulafaurrasyidin termasuk yang sediki
dalam periwayatan hadis, karena sibuk
dengan urusan kenegaraan
Abu Hurairah salah satu sahabat nabi
yang banyak meriwayatkan hadis.
Kartika sangat sibuk dengan urusan
pekerjaannya sampai ia sering lupa salat
Umar Ibn Khaththab sangat hati-hati
dalam meriwayatkan hadis, karena takut
bercampur dengan al-qur’an
Sarjonobersahatan dengan anak yang
hitam kulitnya, ia sering memanggilnya
‘hai si hitam’
Tugas Individu:
Sangat
Setuju
Nama
Jumlah hadis yang
diriwayatkan
Faktor-faktor
penyebab
meriwayatkan
banyak hadis
Setuju Tidak
Setuju
Tugas Kelompok
Siswa-siswi di kelas dibagi menjadi 6 kelompok! Setiap kelompok
membuat makalah mengenai sejarah salah satu sahabat yang menjadi
bendaharawan hadis, kemudian dipresentasikan di depan kelas.
Pembagian nama sahabat ditentukan oleh guru masing-masing
madrasah.
http://www.merdeka.com
Al-Qur’an dan Hadis sebagai dasar utama ajaran Islam sesuatu yang
saling melengkapi antara satu dengan yang lain, sebab Al-Qur’an tidak
akan bisa dipahami tanpa melalui perantaraan hadis. Demikian halnya
hadis juga tidak memiliki dasar yang kuat tanpa adanya legitimasi dari Al-
Qur’an. Mengingat pentingnya peranan hadis dalam ajaran agama Islam
maka tak dapat disangkal lagi betapa pentingnya pula mengenal tokoh-
tokoh yang berkecimpung dalam dunia hadis yang telah mengeluarkan
M
.
A
u
e
R
n
a
i
r
k
g
energi, tenaga dan pikiran yang luar biasa untuk dapat mengkodifikasikan
nash-nash hadis sehingga bisa sampai kepada kita saat ini.
Indikator Pembelajaran
Pesera didik mampu:
1. meneladani semangat dan obyektif muhaddisin
2. menjelaskan sejarah biografi pentakhrij hadis
3. menghafal nama pentakhrij hadis
4. mengidentifikasi para pentakhrij hadis
5. meneladani dalam kehidupan sehari-hari
Tujuan Pembelajaran
Pesera didik dapat:
1. mendemonstrasikan semangat dan obyektif ulama hadis
2. menjelaskan sejarah biografi pentakhrij hadis masa
3. menghafalkan biografi masing-masing pentakhrij hadis
4. meneladani mereka dalam kehidupan sehari-hari
Peta Konsep
Fimadani.com
.
C
a
e
M
i
m
r
h 1. ….
2. ….
3. dst
Kata Kunci
MAKSUD
Bukhari
pempersyaratkan
murid dan syekh
harus bertemu
Murid dan syekh
harus hidup sezaman
Lima pemilik kitab
hadis induk
A. Imam Al-Bukhari
ISTILAH
اللقاء
المعاصرة
اصحاب الخمسة
MAKSUD
الحرمين
امير المؤمنين
صلَّى اهللُ َعلَْي ِه َو َسلَّ َم َواَل ِ ِ ِ ْالس َم ِاء أ َْعلَ ُم حِب َ ِدي
َّ ِت أ َِدمْي
berguru kepada ulama-ulama ahli hadisdi berbagai kawasan dunia
َ ث َر ُس ْول اهلل َ ْت حَت
ُ َْما َراَي Islam. Imam Muslim mengunjungi berbagai ulama hadis ternama di
Hijaz, Irak, Syam, Mesir dan lain-lain. Di Khurasan ia berguru kepada
ص ِرمِه َا
202 H/ 817 M. Bapak beliau yaitu al-Asy'asy bin Ishaq adalah seorang
ْ َعلَى َم َشايِ ِخ َع perawi hadis yang meriwayatkan hadis dari Hamad bin Zaid, dan
demikian juga saudaranya Muhammad bin al-Asy'asy termasuk seorang
“Saya melihat Abu Zar’ah dan Abu Khatῑm, keduanya mendahulukan yang menekuni dan menuntut hadis dan ilmu-ilmunya juga merupakan
Muslim bin Hajaj dalam hal mengetahui hadis shaih dari guru-guru teman perjalanan Abu Dawud dalam menuntut hadis dari para ulama
keduanya.” ahli hadis.
Menurut penelitian para ulama, persyaratan yang ditetapkan Sejak kecil Abu Dawud sangat mencintai ilmu dan bergaul dengan
Imam Muslim dalam kitabnya pada dasarnya sama dengan penetapan para ulama. Minat dan kepribadiannya terbentuk oleh lingkungan. Ia
Shahih al-Bukhari. Ibn al-Shalah mengatakan bahwa persyaratan Imam harus mengembara keluar dari Sijistan demi menuntut ilmu. Ia
mengunjungi berbagai ulama hadis untuk belajar dari mereka. Sejak
Muslim dalam kitab Shahih-nya adalah : usia anak, Abu Dawud sudah mengembara ke Hijaz, Syiria, Khurasan
- Hadis itu bersambung sanad-nya dan kawasan lainnya yang menjadi pusat ilmu dan kebudayaan pada
- Hadis diriwayatkan oleh orang kepercayaan (ṡiqah) dari generasi saat itu. Tradisi mengembara sudah menjadi keharusan bagi siapa saja
permulaan sampai akhir yang hendak mencari ilmu. Terlebih di dalam ilmu hadis, ada keharusan
- Terhindar dari syużūż dan `illah. mencari, melacak sanad, meneliti keotentikan matan dan kualifikasi
Hanya saja yang membedakan antara Imam al-Bukhari dan rawi, apakah memenuhi syarat atau tidak.
Imam Muslim adalah pada pengertian ( إتصال السندbersambungsanad). Abu Dawud sering berkunjung ke Baghdad , dan menetap lama di
إتصال السندmenurut al-Bukhari, seorang periwayat harus benar-benar sana. Atas permintaan Gubernur Basrah, al-Muwaffiq, ia diminta
)اللقاءdengan penyampai hadis, sedang Imam Muslim
bertemu (
menetap di Basrah untuk mengajar dan menulis buku. Abu Dawudpun
memenuhi permintaan gubernur tersebut. Hal ini sudah menjadi
kewajaran, karena setiap penguasa muslim berlomba-lomba
mensyaratkan hidup semasa ()املعاصرة. mengharumkan daerahnya dengan ilmu. Menjadikan daerahnya
Imam Bukhari dan Muslim karena kercermatan, ketelitian, sebagai “kiblat” ilmu pengetahuan senantiasa menjadi program setiap
ketekunan, dan kejujurannya dalam mencari, mengumpulkan dan penguasa pada saat itu.
menuliskan hadis, maka peringkatnya di antara pemuka-pemuka hadis, Guru Imam Abu Dawud sangat banyak, di antaranya: Imam Ahmad
masing-masing berada pada peringkat pertama dan kedua. Imam bin Hambal, ahli hadis dan salah satu pendiri madzhab fikih yang
Bukhari dan Muslim disebut dengan panggilan kehormatan “al- empat, Al-Qanabi, Abū Amr al-Darῑr, Muslim bin Raja, dan al-Walid al-
Syaikhani” (“Dua Guru Besar”) dalam hadis. Sedangkan hadis yang Ṭayalisi. Sedangkan murid Abū Dāwūd yang terkenal di antaranya Abu
disepakati oleh keduanya disebut “Muttafaqun ‘alaih”. Imam Muslim Isa al-Turmużi, Abū Abdirrahman al-Nasa’i, Abū Bakar bin Abi Dāwūd
wafat pada Minggu sore, dan dikebumikan di kampung Nasr Abad, (putranya sendiri), Abu Awanah, Abu Sa’id al-Arabi, Abi Ali al-Lu’lu’, Abu
salah satu daerah di luar Naisabur, pada hari Senin, 25 Rajab 261 H / 5 Bakr bin Dassah dan Abu Salim Muhammad bin Sa’ῑd al-Jaldawi.
Mei 875 M. dalam usia 55 tahun. Imam Abu Dawud disebut-sebut sebagai penganut fikih madzhab
Hambali, memang ia murid utama Imam Ahmad bin Hambal dalam
C. Imam Abu Dawud bidang hadis, bukan dalam bidang fikih. Sebab itu ada yang
Imam Abu Dawud, nama lengkapnya adalah Sulaiman bin al- menyebutkan bahwa ia penganut madzhab Syafi’i. perbedaan ini
Asy’asy bin Ishaq bin Basyir bin Syidad bin Amr bin Umran al-Azdi al- karena tidak ada informasi yang jelas tentang madzhab fikih Imam Abu
Sijistani. Dari namanya, ulama ahli hadis ini terlihat bukan dari bangsa Dawud. Ketidakjelasan itu menurut pendapat ketiga, karena Abu Dawud
Arab, sebagaimana juga Imam Bukhari, Muslim dan al-Nasa’i, seorang mujtahid sehingga ia membangun madzhab sendiri. Abu
Dawud bukan penganut madzhab yang ada. Sungguhpun demikian, dua kitab Bukhari Muslim.Ia wafat di kota Bashrah tanggal 16 Syawal
informasi yang sampai kepada kita menegaskan bahwa Abu Dawud 275 H (dalam usia 70-71 tahun).
penganut madzhab Hambali. Abu Ishaq al-Syairazi dalam Ṭabaqat al- D.Imam al-Tirmidzi
Fuqaha, dan Qāḍi Abū al-Husain bin Qāḍi Abu Ya’la dalam Ṭabaqat al- Imam al-Tirmidzi nama lengkapnya adalah Abu Isa Muhammad bin
Hanābilah mencantumkan Abu Dawud sebagai penganut madzhab Isa bin Saurah bin Musa bin al-Dahhak al-Salam, al-Bughawi al-Tirmidzi.
Hambali. Dilahirkan di kota Tirmidz, Iran pada tahun 209 H/824 M. Sejak kecil, ia
Imam Abu Dawud seorang hafiz, lautan ilmu, terpercaya, dan sudah memiliki hasrat yang besar untuk mempelajari hadis. Oleh
memiliki keilmuan yang tinggi terutama dalam bidang Hadis, waktunya karena itu, mencari ilmu sudah menjadi bagian hidupnya. Ia
dihabiskan di Tursus kurang lebih 20 tahun. Para ulama sangat sebagaimana para ulama yang lain berguru tidak hanya kepada satu
menghormati kemampuan, kejujuran, dan ketakwaan beliau yan luar orang melainkan kepada banyak ulama di berbagai kawasan negara
biasa. Abu Dawud tidak hanya sebagai seorang periwayat, Islam. Merantau dari satu kota ke kota yang lain untuk mencari ilmu
penghimpun, dan penyusun hadis, tetapi juga sebagai seorang ahli merupakan suatu kehormatan bagi yang ingin mendapatkan ilmu
hukum yang handal dan kritikus Hadis yang baik. Al-Hafidz Musa bin secara mendalam. Ia mengunjungi beberapa kota seperti Hijaz, Irak,
Harun berkata : dan Khurasan untuk berguru.
خلق ابوداود يف الدنياـ للحديثـ ويف اآلخرة للجنة وما رأيت أفضل منه Imam al-Tirmidzi memiliki berbagai guru di antaranya; Imam al-
Bukhari, Muslim, Abu Dawud, dan para guru mereka. Adapun para
Abu Dawud diciptakan di dunia untuk hadis, di akhirat “ murid imamal-Tirmidzi yang terkenal antara lain; Makhlul bin Fadhal
untuk surga, dan tidak ada orang yang lebih afdhal ketimbang Muhammad bin Muhammad al-Anbar Hammad bin Syakir, Abdurrahman
”Abu awud bin Muhammad al-Nafsiyyun, al-Haisyam bin Kulaib al-Syasyi, Ahmad
Abu Dawud meninggalkan banyak karya, khususnya dalam bidang bin Yusuf al-Nasafi, dan Abu al-Abbas Muhammad bin Mahbub al-
hadis dan sebagian Ilmu Syariah. Karya-karya beliau tersebut antara Mahbubi. Diapun terkenal sebagai seorang yang amanah, kuat dan
lain: Sunan Abū Dāwūd, Al-Marosi, Masā’il al Imam Ahmad, An Nāsikh Wa cepat hafalannya.
Mansūkh, Risalah Fi Waṣfi Kitāb al Sunan, Al Zuhd, Ijabat An Sawalat al- Karyanya yanga terkenal adalah al-Jāmi atau Sunan al-Tirmidzi. Di
Ajuri, Asilah An Ahmad Bin Hambal, Tasmiyat al-Akhwan, Kaul Qadr, Al- dalam kitab ini ia mengklasifikasikan kualitas Hadis menjadi shahih,
Ba’ṡwa Al Nusyūr, ‘Ilallati Halafa ‘Alaih Al Imam Ahmad, Dālail An hasan, dan dha`if. Setelah selesai menulis kitab ini beliau
Nubuwwat, dan Faḍa i’l Al Anshar. perlihatkannya kepada para ulama Hijaz, Irak, dan Khurrasan. Mereka
bersenang hati dan bangga melihatnya. Beliau berkata :
Di antara karyanya (ســنن أبــو داوودSunan Abu Dawud) yang beliau ãqM<pläAã=5p\ã=Reãp>ä.2eãxäjfQ
perlihatkan ke hadapan Imam ahmad. Dengan bangga Imam Ahmad
memujinya. Teknik pembahasannya seperti fiqh, yaitu banyak bicara 2Qu&M=RYåä&beãã;s#ZnI
tentang hukum. Kitab ini berisikan 5.274 buah hadis secara berulang-
ulang (mukarrar) yang disaring dan diteliti sebanyak 500.000 hadis
Ákfb&}éçmu&~æòäjmýbYåä&be
kemudian diseleksi lagi menjadi 4.800 buah hadis. Di dalamnya
terdapat shahih, hasan, dan dha`if. Beliau berkata : “Aku sebutkan
ãã;su&~æòläaoipuæ
“Aku tulis bukuku ini dan telah aku sodorkan kepada para ulama Hijaz,
yang shahih, yang serupa, dan yang mendekatinya. hadis yang sangat Irak, dan Khurrasan dan mereka menyenanginya. Barang siapa di
lemah aku jelaskan.” Kedudukannya dalam Buku Induk Hadis rumahnya terdapat kitab Sunan ini, maka seakan-akan di rumahnya
menempati rengking pertama dalam empat kitab Sunan dan mendekati ada seorang Nabi yang berbicara.”
Selain kitab Sunan al-Tirmizi, beliau juga menulis banyak kitab tidak ada seorang periwayat yang disepakati kritikus untuk
antara lain:Kitab Al-‘Ilal, Kitab At-Tarikh, Kitab Asy-Syama’il an- ditinggalkannya. Dari segi kualitas hadisnya terdapat hadis shahih,
Nabawiyyah, Kitab Az-Zuhd, dan Kitab Al-Asma’ wal-Kuna. Setelah hasan dan dha`if. Beliau memberi nama kitab
menjalani perjalanan panjang untuk belajar, mencatat, berdiskusi dan
tukar pikiran serta mengarang, ia pada akhir kehidupannya mendapat ú=çbeãonBeã
itu (al-Sunan al-Kubra), kemudian diajukan
musibah kebutaan, dan beberapa tahun lamanya ia hidup sebagai tuna kepada seorang amir di al-Ramalah, beliau ditanya : “Apakah semua
netra; dalam keadaan seperti inilah akhirnya at-Tirmizi meninggal hadis di dalamnya shahih? Beliau menjawab : “ Di dalamnya ada yang
dunia. Ia wafat di Tirmiz pada malam Senin 13 Rajab tahun 279 H (8 shahih, hasan, dan yang mendekatinya.” Tuliskan yang shahih saja
Oktober892) dalam usia 70 tahun. dari padanya! sahut Amir. Maka beliau menyaring dari kitab itu hadis-
E. Imam al-Nasa’i
Imam al-Nasa’i nama lengkapnya adalah Ahmad bin Syu’aib bin Ali hadis shahih saja yang kemudian disebutú=VJeãonBeã
bin Sinan al-Khurrasani al-Nasa’i. Ia mendapat gelar (kunyah) Abu
Abdurrahman al-Nasa’i. Menurut al-Suyuthi, ulama ahli hadis ini (al-Sunan al-Ṣugra) dan diberi nama onBeãoi*&.jeã (al-
dilahirkan pada tahun 215 H di Nasa, sebuah kota di Asia Tengah. Kota Mujtaba min al-Sunan), yang kemudian sampai di tangan kita. Para ahli
ini banyak melahirkan tokoh-tokoh ulama besar. Sejak kecil al-Nasa’i hadis banyak yang berpedoman periwayatan dari al-Nasai, ia bagian
sudah tertarik pada disiplin ilmu hadis. Pada usia 15 tahun al-Nasa’i dari kitab induk enam yang sedikit kedha`ifannya dan seimbang atau
sudah menjelajahi berbagai kota, pusat ilmu dan peradaban dunia dekat dengan Sunan Abi Dawûd kitab kedua dari empat Sunan.
Islam, untuk mempelajari hadis dari ulama-ulam besar pada zamannya. Para guru beliau yang nama harumnya tercatat oleh pena sejarah
Ia mengunjungi kota-kota di Hijaz, al-Haramain (Mekah dan Madinah), antara lain; Qutaibah bin Sa`id, Ishaq bin Ibrahim, Ishaq bin Rahawaih,
Irak, Mesir dan Siria, bahkan pernah lama menetap di Mesir. al-Harits bin Miskin, Ali bin Kasyram, Imam Abu Dawud (penyusun
Di Mesir inilah Imam al-Nasa’i terkenal dalam ilmu hadis; ia Sunan Abi Dawud), serta Imam Abu Isa al-Tirmidzi (penyusun al-
terkenal keahliannya dalam bidang al-Jarh wa al-ta’dil. Karena keluasan Jami`/Sunan al-Tirmidzi). Sedangkan di antara murid-murid beliau
ilmunya dan ketakwaannya yang dalam, banyak orang yang adalah Imam Abu al-Qasim al-Thabrani, Abu Ali al-Husain bin Ali al-
menghormatinya. Setiap kali orang menyebut namanya selalu diawali Hafidz al-Thabrani, Ahmad bin Umair bi Jausha, dan lain-lain.
oleh gelar kehormatan, “Al-Imam al-Hafidz Syaikh al-Islam Abu Beliau termasuk ulama yang produktif dalam menulis kitab.
Abdirrahman al-Nasa’i". Beliaujuga seorang faqih bermadzhab al- Beberapa kitab buah pena beliau selain al-Sunan antara lain; Al Kuna,
Syafi`i, ahli ibadah, berpegang teguh pada Sunah, dan memiliki wibawa khaṣa`is ‘Ali, ‘Amalu al -Yaum wa al- Lailah, at-Tafsir, ad- Ḍu’afa wa al
kehormatan yang besar. Matrukin, al Jarhu wa ta’dil dll. Setelah melaksanakan ibadah haji beliau
Imam al-Daru Quthni memberi komentar tentang al-Nasa’i : menetap di Mekkah sampai menghadap ke hadirat Ilahi pada tahun 303
lain; Khurasan, Iraq, Baghdad, Syam, Kufah, Mekah dan Madinah. Beliau
berguru kepda para ulama besar di zamannya antara lain; Yazid bin
Harun, Ya'la bin 'Ubaid, Ja'far bin 'Aun, Basyr bin 'Umar az Zahrani,
d
n
e
i
M
.
E
t
k
r
a
K
m
l
k
s
d
e
i
r
M
.
D
n
a
u 'Ubaidullah bin Abdul Hamid al Hanafi, Ahmad bin Hambal, Yahya bin
Ma'in dan lain-lain. Murid-murid Imam ad-Darimi antara lain; Imam
Muslim bin Hajaj, Imam Abu Dawud, Imam Abu 'Isa At Tirmidzi, 'Abd
bin Humaid, Raja` bin Murji, Al Hasan bin Ash Shabbah al Bazzar,
Muhammad bin Yahya, Abu Hatim dan masih banyak lagi yang lainya.
Imam ad-Darimi adalah ulama hadis yang sangat terkenal di bidang
hadis, maka banyak dari kalangan ulama yang memberikan sanjungan
kepada Imam ad-Darimi, di antaranya adalah: Imam Ahmad bin Hanbal
memuji beliau dan menyebutnya dengan gelar “imam” dan berpesan
agar menjadikannya rujukan (seraya ucapannya diulang-ulang).
Muhammad bin Basyar berkata: “Penghafal kaliber dunia ada empat:
Abu Zur’ah ar-Razi, Muslim an-Nasaiburi, Abdullah bin Abdurrahman
dan Muhamad bin Ismail di Bukhari”
Ad-Darimi merupakan ulama yang lumayan produktif yang
menghasilkan beberapa kitab yang jumlahnya cukup banyak. Di
antaranya adalah: Sunan ad-Darimi, Ṡuluṡiyat (kitab hadis), Al Jami',
dan Tafsir.
Imam ad-Darimi wafat pada hari Kamis bertepatan dengan hari
tarwiyyah, 8 Dzulhijah, setelah ashar tahun 255 H, dalam usia 75
tahun. Dan dimakamkan keesokan harinya, Jumat (hari Arafah).
“
perkataan
êãåä&a9RæhwAöãè&ag-üqs
3. Jelaskan pengertian
Al-Hafiẓ
”!
berikut:
o~Ræä&eã9Ræu^f52QêãÖ.1ceäi
Tugas individu
Setelah anda mempelajari sejarah para pentakhrij hadis, buatlah
ringkasan sesuai panduan tabel berikut:
No. Nama
1. Imam al-Bukhari
2. Imam Muslim
3. Imam
Dawud
Abu
4. Imam al-Tirmidzi
5. Imam al-Nasa’i
6. Ibnu Majah
7. Imam Malik bin
Anas
8. Imam Ahmad
bin Hanbal
9. Imam Al-Darimi
Tugas Kelompok
Guru
(syaikh)
Murid Karya
Komentar
ulama
Kata Kunci
MAKSUD
Hadis yang berfunggsi
merinci ketentuan al-
Qur’an
Hadis yang membatasi
ketentuan al-Qur’an
Hadis yang berfungsi
mengkhususkan
ketentuan al-Qur’an
Oبيانالتفصيل
Oبيانالتقييد
بيانالتخصيص
بيان التشريع
بيان النسخ
Al-Qur’an al-Karim
………………………………………………..
………………………………………………..
MAKSUD
Ulama zaman
sekarang
Hadis yang
menguatkan dalil al-
Qur’an
ISTILAH
السلف
الخلف
اسوة حسنة
سنة الخلفاء
المهديين
Oبيان التقرير
A. Kedudukan Hadis dalam Islam
Hadis bukanlah teks suci sebagaimana Al-Qur’an. Akan tetapi,
hadis selalu menjadi rujukan kedua setelah Al-Qur’an dan menempati
posisi penting dalam kajian keislaman. Mengingat penulisan hadis yang
dilakukan ratusan tahun setelah Nabi Muhammad saw wafat, maka
banyak terjadi silang pendapat terhadap keabsahan suatu hadis. Hal
tersebut kemudian memunculkan sebagian kelompok meragukan dan
mengingkari akan kebenaran hadit sebagai sumber hukum.
Mayoritas ulama, baik yang tergolong ulama dahulu (salaf)
maupun ulama modern (khalaf), dari masa sahabat sampai sekarang
telah sepakat bahwa sunnah (hadis) merupakan sumber hukum yang
kedua setelah Al-Qur’an. Keduanya tidak dapat dipisahkan karena
keduanya sama-sama merupakan wahyu dari Allah swt. Allah
berfirman:
Ø#û1q}é1pvãqslãê&úqteãoQ_Ë
n}äip
“dan tidaklah yang diucapkan itu (Al-Qur’an) menurut keinginannya.
Tidak lain (Al-Qur’an itu) adalah wahyu yang diwahyukan kepadanya.”
(QS. Al-Najm/53: 3-4).
Oleh karena itu, umat Islam diwajibkan untuk taat kepada sunnah
sebagaimana ketaatan mereka terhadap Al-Qur’an. Al-Qur’an dan hadis
merupakan dua sumber hukum Islam yang tetap. Orang Islam tidak
mungkin dapat memahami syari’at Islam secara mendalam tanpa
merujuk kepada kedua sumber hukum Islam tersebut.
Banyak Al-Qur’an dan hadis yang memberikan pengertian bahwa
hadis itu merupkan sumber hukum islam selain Al-Qur’an yang wajib di
ikuti, baik dalam bentuk perintah, maupun larangan. Untuk
membuktikan hadis sebagai sumber ajaran Islam, para ulama hadis
mengemukakan beberapa dalil atau argumentasi baik dilihat dari segi
rasional dan teologis, Al-Qur’an, sunah, maupun ijma’.
dan
Kehujjahan hadis dapat diketahui melalui argumentasi rasional
teologis secara bersama. Beriman kepada Rasulullah saw
merupakan salah satu rukun iman yang harus diyakini oleh setiap
umat Islam. Keimanan ini diperintahkan oleh Allah dalam Al-Qur’an êOlp=bZ&}ktfRepkt~eãd?
agar manusia beriman dan menaati Nabi Saw. Apabila seseorang
mengaku beriman kepada Rasulullah, konsekuensi logisnya adalah mäi@änfeo~ç&e=a;eãc~eãäne?
menerima segala sesuatu yang datang darinya yang berkaitan
dengan urusan agama, karena Allah telah memilihnya untuk mãp
menyampaikan syari’at-Nya kepada umat manusia. Mengenai hal ini “Dan Kami turunkan aż-Żikr (Al-Qur'an) kepadamu, agar engkau
M. ‘Ajjaj al-Khatib (dalam M. Nor Ichwan, 2013: 60) mengatakan: menerangkan kepada manusia apa yang telah diturunkan kepada
%lã<9JiÖnBeãplü=^eäY hasanah) yang wajib diikuti oleh setiap umat Islam. Firman Allah
dalam surat al-Ahzab/33 ayat 21:
äjs91üoQkeäQpã9t&.jfe&UvpäRiä hq~eãpêããq-
t~eãPq-=eäævãÖR}=Feã =}läaojeÖnB1ÕqAãêãdqA<òkbeläa9
“Al-Qur’an dan sunah merupakan dua sumber hukum syari’at Islam
yang saling terkait. Seorang muslim tidak mungkin dapat ^e
memahami syari’at kecuali dengan kembali kepada keduanya.
Seorang mujtahid dan orang alim tidak mungkin mengabaikan dan Ú8ã=~*aêã=a:p=5vã
mencukupkan diri hanya kepada salah satu dari keduanya.” “Sungguh, telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik
Allah swt juga memerintahkan untuk beriman dan mentaati bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan
nabi saw. Dengan demikian, menerima hadis sebagai hujjah (kedatangan) hari Kiamat dan yang banyak mengingat Allah.” (QS.
merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari keimanan Al-Ahzab/33: 21)
seseorang. Apabila ia tidak menerima hadis sebagai hujjah, sama Ketiga, Nabi wajib ditaati oleh segenap umat Islam
halnya ia tidak beriman kepada Rasulullah saw. Jika ia tidak beriman sebagaimana dijelaskan pada surat al-Anfal/8 ayat 20:
kepada Rasulullah saw, ia kafir karena tidak memenuhi salah satu
dari enam rukun iman yang harus diyakini oleh setiap muslim. 7lqRjB%k&mãpunQãqeq
2. Dalil Al-Qur’an %vpueqA<pêããqR~Êããqnião};eã
Dalam berbagai ayat di Al-Qur’an menjelaskan bahwa Nabi
saw memiliki tugas dan peran yang sangat penting terkait dengan ät}ä}
agama. “Wahai orang-orang yang beriman! Taatlah kepada Allah dan Rasul-
Pertama, Nabi Muhammad saw diberi tugas menjelaskan Al- Nya, dan janganlah kamu berpaling dari-Nya, padahal kamu
Qur’an sebagaimana firman Allah dalam surat an-Nahl/16 ayat 44: mendengar (perintah-perintah-Nya).” (QS. Al-Anfal/8 : 20)
Selain itu, masih banyak lagi dalam Al-Qur’an yang
memerintahkan manusia untuk taat kepada Nabi saw. Antara lain
sebagai berikut:
segala yang dibawanya, yakni ajaran Islam yang terdapat dalam Al-
k&Q>än Qur’an dan hadis. Seseorang tidak cukup hanya berpedoman pada
Al-Qur’an dalam melaksanakan ajaran Islam, tapi juga wajib
%läYÙkbni=ivã1pãpdqA=eããqR~Êã berpedoman kepada hadis Rasulullah Saw. Oleh karena itu, taat
terhadap ketentuan-ketentuan hadis adalah sebuah keniscayaan.
pêããqR~Êããqnião};eãät}ä}
3. Dalil Sunnah
=~5ce:Ú=5vãhq~eãpêäælqniÒ Kehujjahan tentang hadis juga dapat diketahui melalui
pernyataan-pernyataan Rasul sendiri melalaui beberapa hadisnya.
%k&nalãdqA=eãpêã1ãrp8=Y{~Eò Antara lain pesan mengenai keharusan menjadikan hadis sebagai
pedoman hidup di samping Al-Qur’an agar manusia tidak tersesat.
á^w}pý%oB1ãp Sabda Nabi saw:
“Wahai orang-orang yang beriman! Taatilah Allah dan taatilah
Rasul (Muhammad), dan Ulil Amri (pemegang kekuasaan) di antara Áu~çmÖnApêãåä&aäjtæk&bBWäi
kamu. Kemudian, jika kamu berbeda pendapat tentang sesuatu,
maka kembalikanlah kepada Allah (Al-Qur’an) dan Rasul ãqfN%oeo}=iükb~Y#a=%
(sunnahnya), jika kamu beriman kepada Allah dan hari kemudian. "Telah aku tinggalkan untuk kalian, dua perkara yang kalian tidak
Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.” akan sesat selama kalian berpegang teguh dengan keduanya;
(QS. Al-Nisa’/4: 59) Kitabullah dan Sunnah Nabi-Nya." (HR. Imam Malik no. hadis: 1395)
Demikian juga pada surat al-Hasyr/59 ayat 7: Hadis ini secara tegas menyatakan bahwa Al-Qur’an dan sunnah
Nabi saw/ hadis adalah merupakan pedoman hidup manusia yang
Úêããq^ menuntun ke arah yang benar dan lurus, bukan ke arah yang sesat.
Keduanya merupakan warisan dari Rasulullah yang paling berharga
%ãpÙãqt&mäYunQkbtmäiprp;6YdqA bagi umat Islam. Selain Al-Qur’an dan sunnah Nabi, sunnah al-
Khulafa al-Rasyidunpun dapat dijadikan panutan sebagaimana
=eãkb%ãäipÁÁÁ disabdakan Nabi saw:
×*åä^Reã9}9Eêãlã ãqNQpätæãqbBj
“Apa yang diberikan Rasul kepadamu maka terimalah. Dan apa yang
dilarangnya bagimu maka tinggalkanlah. Dan bertakwalah kepada %o}9Eã=eão~}9tjeãxäZf6eãÖnApé
Allah. Sungguh, Allah sangat keras hukuman-Nya.” (QS. Al-Hasyr/59:
7) &nBækb~fRY
Ayat-ayat lain yang sejenis yang memaparkan tentang perintah
untuk menaati Allah dan Rasul-Nya juga masih ada seperti surat al- Á;-ãqneäæät~fQ
Maidah: 92 dan an-Nur: 54. Ayat-ayat tersebut di atas menunjukkan “Maka, hendaklah kalian berpegang dengan sunahku dan sunah al-
bahwa ketaatan kepada Rasulullah saw bersifat mutlak, khulafa al-Rasyidun yang mendapat petunjuk, berpegang teguhlah
sebagaimana ketaatan kepada Allah swt. Demikian juga dengan dengannya…” (HR. Abu Dawud, no. hadis: 3991)
ancaman atau peringatan bagi yang mendurhakai Allah sering Demikian juga hadis-hadis yang senada yang menjelaskan
disejajarkan dengan ancaman karena durhaka kepada rasul-Nya. tentang keharusan umat Islam mengikuti hadis Nabi dalam urusan
Wujud dari bentuk ketaatan kepada Rasul adalah ketaatan terhadap ibadah kepada Allah atau dalam persoalan hukum dan
kemasyarakatan, sebagaimana argumentasi Mu’aż bin Jabal ketika taṣhῑl, bayān al-basth, dan bayan al-tasyri’. Imam al-Syafi’I
hendak diutus Rasul ke Yaman. Beliau akan melandaskan antara lain menyebutkan lima fungsi yaitu; bayān al-taṣhῑl, bayān al-takhsῑṣ, bayān
pada sunnah Nabi saat menetapkan hukum suatu perkara yang al-ta’yῑn, bayῑn al-tasyri’, dan bayān al-nasakh. Dalam kitabnya al-
dihadapinya dan Nabi menyetujui dan membenarkan pendapat Risalah, al-Syafi’i menambahkan bayan al-isyarah. Imam Ahmad bin
Mu’aż. Hambal menyebutkan empat fungsi yaitu; bayān al-taqyῑd, bayῑn al-
tafsῑr, bayān al-tasyri’, dan bayān al-takhsish.
4. Dalil Ijma’ 1. Bayān al-Taqrῑr
Para sahabat Nabi tidak ada satupun yang menolak tentang Bayān al-taqrῑr disebut juga bayān al-ta’qῑd atau bayān al-iṡbat,
wajibnya taat kepada Nabi saw. Dalam perkembangannya, umat adalah apabila sunnah/hadis sesuai dengan dan atau menetapkan
Islampun telah sepakat mengenai kewajiban mengikuti sunnah Nabi serta memperkuat apa yang telah diterangkan dalam Al-Qur’an.
saw. Hal ini berarti, ijma’ umat Islam untuk menerima dan Fungsi hadis dalam hal ini hanya memperkuat isi atau kandungan Al-
mengamalkan sunnah sudah ada sejak zaman Nabi, para khulafā al- Qur’an. Misalnya hadis Nabi saw:
rāsyidūn, dan para pengikutnya. Banyak contoh yang menggambarkan
betapa para sahabat sangat mengagumi Rasulullah dan melakukan apa ýMq&}.1(91ãoiÕwIgç^
yang dilakukannya. Di antaranya Abu Bakar pernah berkata,”Aku tidak
akan meninggalkan sesuatupun yang dilakukan Rasulullah, maka pasti %vÙêãdqA<dä]
aku melakukannya..” “Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Tidak akan
Secara fakta memang di antara umat Islam ada yang mengingkari diterima shalat seseorang yang berhadats hingga dia berwudlu."
Sunnah. Mereka disebut kelompok inkar al-sunnah yang embrionya (HR. al-Bukhari no. hadis: 132)
muncul sejak zaman Imam Syafi’i, tetapi jumlah mereka sedikit dan Hadis tersebut sejalan dengan ketentuan Al-Qur’an bahwa orang
argumentasi mereka sudah dipatahkan oleh para ulama hadis. yang hendak mendirikan shalat harus berwudlu terlebih dahulu.
Firman Allah:
B. Fungsi Hadis Nabi Dalam Menentukan Hukum Syar’i
Al-Qur’an merupakan kitab suci terakhir yang diturunkan Allah. Al- kbsq-pãqfBUäY
Qur’an adalah sebagai penyempurna dari kitab-kitab Allah yang pernah
diturunkan sebelumnya. Dalam Al-Qur’an terkandung petunjuk dan }ÕqfJeã1ãk&j]ã:ããqniã o};eãät}äî
aturan berbagai aspek kehidupan manusia. Ayat-ayat Makkiyyah
misalnya banyak berbicara tentang persoalan tauhid, keimanan, kisah ÁÁÁÁGçRbeã1ã kbf-<ãp
para nabi dan rasul terdahulu, dan lain sebagainya. Sementara ayat-
ayat Madaniyyah banyak menjelaskan tentang ibadah, muamalah, kbApx=æãq2Biãp
hudud, jihad, dan lain sebagainya. Secara umum kandungan Al-Qur’an
dapat dibagi kepada tiga hal pokok, yaitu prinsip-prinsip akidah, ibadah, _Yã=Uã1ãkb}9}ãp
dan mu’amalah. Namun meskipun demikian Al-Qur’an tidak dapat
dipisahkan dengan hadis. Ý áÜÂÕ9yäUã
Al-Qur’an memuat ajaran-ajaran yang bersifat umum dan global, “Wahai orang-orang yang beriman! Apabila kamu hendak
yang memerulkan penjelasan lebih lanjut dan terperinci. Di sinilah melaksanakan salat, maka basuhlah wajahmu dan tanganmu sampai
hadis berfungsi menjelaskan Al-Qur’an. Menngenai fungsi hadis ke siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh) kedua kakimu sampai
terhadap Al-Qur’an, kalangan ulama menyebutkan secara beragam. ke kedua mata kaki.” (QS. Al-Maidah/5: 6)
Imam Malik bin Anas (dalam Zarkasih, 2012: 16), menyebutkan lima Ayat tersebut menjelaskan tentang keharusan berwudlu
macam fungsi hadis, yaitu; bayān al-taqrῑr, bayān al-tafsῑr, bayān al- sebelum seseorang melakukan shalat. Seseorang yang melakukan
shalat tanpa wudlu dinilai tidak sah karena wudlu merupakan salah Seandainya tidak ada sunnah/hadis Rasul saw, kewajiban shalat
satu syarat sah shalat. Hadis yang disabdakan Nabi saw tersebut di dan zakat sebagaimana diperintahkan dalam Al-Qur’an, tidak
atas memperkuat pernyataan yang terkandung dalam ayat bahwa terlaksana dengan baik, karena tidak mendapat petunjuk untuk
sebelum shalat seseorang harus wudlu terlebih dahulu. melaksanakannya. Oleh karenanya, sunnah/hadis menjadi sangat
Istilah bayān al-taqrῑr atau bayān al-ta’qῑd atau bayān al-iṡbat ini penting untuk menjelaskan ayat-ayat Al-Qur’an yang sifatnya masih
disebut pula dengan bayān al-muwafiq li nash al-kitāb. Karena mujmal tersebut.
munculnya hadis-hadis itu sealur atau sesuai dengan nash Al-Qur’an. 3. Bayān Taqyῑd
2. Bayān Tafṣῑl Bayān al-taqyῑd adalah penjelasan hadis dengan cara
Bayān al-Tafṣῑl berarti penjelasan dengan memerinci kandungan membatasi ayat-ayat yang bersifat mutlak dengan sifat, keadaan,
ayat-ayat yang mujmal, ayat yang masih bersifat global yang atau syarat tertentu. Kata mutlak artinya kata yang merujuk pada
memerlukan mubayyin (penjelasan). Ayat-ayat yang maknanya hakikat kata itu sendiri apa adanya tanpa memandang jumlah atau
kurang dipahami atau bahkan tidak jelas kecuali ada penjelasan atau sifatnya. Penjelasan Nabi berupa taqyῑd terhadap ayat-ayat Al-Qur’an
perincian, maka diperlukan hadis untuk menjelaskan dengan yang mutlak. Seperti firman Allah dalam QS. Al-Maidah/5 ayat 38:
memerinci kandungannya. Penjelasan hadis terhadap ayat-ayat yang
mujmāl ini dapat dijumpai pada masalah-masalah yang terkait ÚêãoiväbmäçBaäjæxã?-
dengan kewajjiban shalat, zakat, puasa, haji dan ibadah-ibadah lain
yang terdapat dalam Al-Qur’an dalam bentuknya yang mujmāl dan äjt}9}ããùRË]äYÖ]<äBeãp\<äBeãp
memerlukan sunnah atau hadis untuk menjelaskannya secara rinci,
Kewajiban shalat misalnya, dalam Al-Qur’an dinyatakan dalam ÚßáÜÃ
bentuk yang masih mujmal, karena Allah swt tidak menjelaskan
tentang waktunya, bilangan reka’atnya, rukun-rukunnya, hal-hal Õ9yäUãêIk~b1<qZUêãp
yang membatalkannya, serta cara-cara pelaksanaannya. Kemudian “Adapun orang laki-laki maupun perempuan yang mencuri,
Rasul saw menjelaskan kepada kaum muslimin mengenai prosesi potonglah tangan keduanya (sebagai) balasan atas perbuatan yang
shalat sebagaimana sabdanya: mereka lakukan dan sebagai siksaan dari Allah. Dan Allah
Mahaperkasa, Mahabijaksana.” (QS. Al-Maidah/5: 38).
ÁÁÁéfIüémqj&}ü<äjaãqfIpÁÁÁ Kata yadd (tangan) pada ayat di atas belum jelas maknanya
“ … shalatlah sebagaimana kamu melihat aku shalat…” (HR. al- atau batasan tangan yang dimaksud. Demikian juga kata al-qath’u
Bukhari no. hadis: 595) (memotong) juga belum jelas pengertiannya, sebab bisa berarti
Pada hadis yang lain Nabi saw juga menjelaskan secara rinci memutuskan (memotong) dan bisa juga berarti melukai. Dalam ayat
mengenai bilangan shalat, dan waktu-waktunya juga. Demikian juga tersebut juga tidak dijelaskan tentang ukuran dan batas materi yang
mengenai kewajiban zakat yang disebutkan dalam Al-Qur’an, juga dicurinya. Terkait dengan hal itu, terdapat beberapa hadis yang
masih dalam bentuk mujmāl. Misalnya firman Allah swt dalam QS. Al- menjelaskan tentang hal tersebut.
Baqarah/2 : 43, 83, 110, dan ayat-ayat lain yang senada, seperti; Dijelaskan dalam sebuah hadis bahwa yang dimaksud dengan
“Dan berikanlah zakat.” Perintah yang demikian ini masih belum yadd (tangan) pada ayat tersebut adalah tangan kanan dengan
jelas pengertiannya, bagaimana zakat yang dimaksud, harta apa saja batasan potong tangan tersebut hanya sampai pergelangan tangan,
yang dizakati, berapa nishabnya, dan pertanyaan-pertanyaan lain tidak sampai pada sikut atau bahkan bahunya. Rasul bersabda:
yang mungkin akan sulit untuk menjawabnya. Di sinilah fungsi hadis
sebagai penjelas dan perinci ayat-ayat tersebut. Kemudian Rasul saw [beãgJZioir9}SË^Y\<äBæ-ü
menjelaskan kemujmalan perintah zakat ini. “Rasulullah didatangi seseorang dengan membawa pencuri, maka
beliau memotong tangan pencuri dari pergelangan tangan.”
Dalam riwayat lain juga dijelaskan tentang ukuran barang yang Allah swt mensyariatkan kepada umat Islam agar membagi
dicuri sehingga seorang pencuri harus dijatuhi hukuman potong warisan kepada ahli waris, di mana anak laki-laki mendapatkan satu
tangan. Hal ini sebagaimana hadis Nabi: bagian dan anak perempuan separuhnya. Syariat waris itu tidak
berlaku khusus pada para nabi, sehingga keumuman ayat tersebut
Á<än}8Sæ<ð\<äBeã9}SË^ dikhususkan (di-takhṣiṣ) oleh hadis di atas. Dengan kata lain, secara
%dä]ÙéçneãoQÖFyäQoQ umum, mewariskan harta peninggalan wajib kecuali bagi para nabi.
5. Bayān Tasyri’
Ù G~*mvã Ð1 g*i =a;fe ka8vpã sunnah/hadis sebagai tambahan atas Al-Qur’an. Sebagian ulama
yang lain berpendapat bahwa zakat itu penjabaran dari Al-Qur’an.
ð êã kb~Iq} Mereka mengambil dari hadis tersebut dalil yang menjadi rincian dari
Al-Qur’an, karena Rasulullah tidak mewajibkan zakat kecuali kepada
“Allah mensyariatkan (mewajibkan) kepadamu tentang (pembagian orang Islam. Dengan demikian sesuai dengan Al-Qur’an, karena
warisan untuk) anak-anakmu, (yaitu) bagian seorang anak laki-laki zakat itu sebagai pembersih (mensucikan), sementara kesucian
sama dengan bagian dua orang anak perempuan.” (QS. An-Nisa’/4: hanya untuk orang Islam. Allah swt berfirman:
11)
ÄØ×ÚáàÃÖæq&eãÅÁÁÁätæ
kt~a?% p ks=tË% Ö]9I kteãqiã oi ;
5
“Ambillah zakat dari harta mereka, guna membersihkan dan
menyucikanmereka…” (QS. At-Taubah/9: 103)
Sunnah/hadis Rasul saw sebagai bayan al-tasyri’ ini wajib untuk
ditaati dan diamalkan berdasarkan perintah Allah swt dalam Al-
Qur’an sebagaimana wajibnya mentaati dan mengamalkan hadis-
hadis yang lainnya.
6. Bayan Nasakh
Secara etimologi, nasakh memiliki beberapa arti, di antaranya;
menghapus dan menghilangkan, mengganti dan menukar,
memalingkan dan merubah, menukilkan dan memindahkan sesuatu.
Sedangkan dalam terminologi studi hadis, bayān nasakh adalah
penjelasan hadis yang menghapus ketentuan hukum yang terdapat
dalam Al-Qur’an. Hadis yang datang setelah Al-Qur’an menghapus
ketentuan-ketentuan Al-Qur’an.
Terjadi perbedaan pendapat di kalangan ulama mengenai boleh
tidaknya hadis menasakh Al-Qur’an. Ulama yang membolehkanpun
juga berbeda pendapat tentang kategori hadis yang boleh menasakh
Al-Qur’an. Para ulama mengemukakan contoh hadis:
(<ãqeÖ~IpwY
“maka tidak ada wasiat bagi ahli waris.” (HR. Abu Dawud no. hadis:
2486)
Hadis tersebut me-nasakh ketentuan dalam QS. Al-Baqarah/2
ayat 180:
o}9eãqfeÖ~IqeøÛã=~5!=
%lã$qjeãka91ã=N1ã:ãkb~fQè&a
ÚAo~^&jeã2Qä^1ÙXp=Rjeäæo~
æ=]vãp
“Diwajibkan atas kamu, apabila maut hendak menjemput seseorang
di antara kamu, jika dia meninggalkan harta, berwasiat untuk kedua
K
d
n
e
i
M
.
E
t
k
r
a
m
l
s
D
u orang tua dan karib kerabat dengan cara yang baik, (sebagai)
kewajiban bagi orang-orang yang bertakwa.” (QS. Al-Baqarah/2: 180)
Menurut para ulama yang menerima adanya nasakh hadis
terhadap Al-Qur’an, hadis di atas menasakh kewajiban berwasiat
kepada ahli waris, yang dalam ayat di atas dinyatakan wajib. Dengan
demikian, seseorang yang akan meninggal dunia tidak wajib
berwasiat untuk memberikan harta kepada ahli warisnya,
karena ahli waris itu akan mendapatkan bagian harta warisan
dari yang meninggal tersebut.
1.
2.
3.
4.
Jelaskan alasan teologis akan kehujjahan sunnah !
Sebutkan fungsi hadis terhadap al-Qur’an
Apa perbedaan antara Bayān at-Taqyῑd dengan Bayān at-Takhṣῑṣ
Jelaskan alasan sekelompok orang yang tidak percaya kepada
hasis
5. Tulis ayat al-Qur’an yang menjelaskan kedudukan hadis.
Tugas Pribadi
Setelah anda mempelajari tentang fungsi hadis dalam islam, maka
lengkapilah tabel berikut untuk lebih mempermudah pemahaman
anda!
Fungsi Hadis
Bayan Taqrir
Contoh
http://www.merdeka.com
Marilah orang terpelajar duduk bersama dan bersaing satu sama lain
diatas tunggangan mereka. Karena Allah akan memeriahkan hati yang
mati dengan cahaya kebajikan sebagaimana Dia memeriahkan bumi
dengan hujan lebat dari langit
“ketika ulama dan ahli ibadah sampai pada kesepakatan di jalan,
kepada ahlli ibadah itu akan diucapkan, ‘masuklah ke surga,
bersenang-senanglah melalui penghambaanmu’, dan kepada ulama
akan dikatakan, ‘berhentilah di sini dan ajaklah siapa saja yang
Kompetensi
engkau cintai,Inti (KI)engkau tidak akan memberikan wasilah kepada
karena
1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama Islam
2. Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli
(gotong royong, kerja sama, toleran, damai) santun, responsif dan pro-aktif dan
menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam
berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam
menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.
3. Memahami, menerapkan dan menganalisis pengetahuan faktual,
konseptual, prosedural dalam ilmu pengetahuan, teknologi, seni,
budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan,
kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait fenomena dan
kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada
bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya
untuk memecahkan masalah
4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah
abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di
sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan metoda
sesuai kaidah keilmuan.
Kompetensi Dasar (KD)
Indikator Pembelajaran
Peserta didik mampu :
1.Menggunakan hadis sebagai sumber hukum islam
2. menjelaskan pengertian mu’tabarah
3. mengidentifikasi kitab hadis mu’tabarah
4. menunjukkan karakteristik jenis-jenis kitab hadis yang muktabarak.
5. mendemonstrasi kan kegunaan kitab hadis dalam kehidupan sehari-
hari.
Tujuan Pembelajaran
Peserta didik dapat :
1. mendemonstrasikan kitab-kitab hadis dalam kehidupan sehari-
hari
2. menjelaskan pengertian kitab hadis mu’tabar
3. menyebutkan kitab-kitab hadis mu’tabar
4. menyebutkan karakteristik masing-masing kitab hadis mu’tabar
5. meneladani ulama hadis dalam kehidupan sehari-hari
Peta Konsep
Kitab
Mu’tabar
Hadis
Kitab Shahih al-Bukhari
Shahih Muslim
Sunan Abu Dawud
Sunan an-Nasa’i
Jami at-Tirmizi
a
.
B
g
n
e
M
i
t
r
m
C
h rangeradith.wordpress.com
Kata Kunci
MAKSUD
Rawi yang melakukan
kebohongan atau
mengada-ada
Rawi yang tercela dan
lemah
Ringkasan dari kitab
induk
Pernjelasan dari kitab
induk (kebalikan )مختصر
ISTILAH
مدلس
مجروح
مختصر
الشرح
Sunan ibn Majah
Nama kitab
MAKSUD
Kitab-kitab hadis
yang dianggap bisa
dipakai pedoman
Mencampur
adukkan antara yang
hak dan yang batil
Tingkatan penilaian
para rawi
Cacat baik dalam
matau atau sanad
penyusun
ISTILAH
المعتبرة
مختلط
طبقات الرواة
علة
Kitab “Ṣahῑh al-Bukhāri” judul lengkapnya adalah Al-Jāmi al-Musnad
al-Mukhtaṣar min Umūr Rasulillāh wa Sunanih wa Ayyamih.” Kitab ini
disusun selama enam belas tahun, dimulai saat Imam al-Bukhari
berada di Masjid al-Haram, Mekah, dan diselesaikan di Masjid Nabawi
Madinah. Menurut Ibnu Shalah dan al-Nawawi kitab ini berisi 7.275
hadis, dikarenakan banyak yang diulang dan jika tidak diulang, jumlah
hadis yang ada di dalamnya sebanyak 4.000 buah hadis. Jumlah hadis
sebanyak itu disusun oleh Imam al-Bukhari dan gurunya Syaikh Ishaq
yang merupakan hasil saringan dari satu juta hadis yang diriwayatkan
oleh 80.000 orang rawi.
Imam al-Bukhari terkenal memiliki daya hafal yang sangat tinggi.
Semua hadis yang beliau koleksi dari berbagai kota dan dari puluhan
ribu rawi tersebut mampu beliau hafal. Namun tidak semua hadis yang
beliau hafal kemudian diriwayatkan dan dituangkan dalam kitabnya,
melainkan diseleksi terlebih dahulu secara ketat dengan menetapkan
syarat-syarat. Beliau sangat cermat dan teliti. Selain itu, setiap kali
hendak menulis hadis dalam kitabnya, beliau mandi dan shalat
istikharah dua rekaat terlebih dahulu untuk meyakinkan bahwa hadis
yang akan ditulis benar-benar shahih.
Kitab shahih al-Bukhari ditulis secara sistematis. Hadis-hadis di
dalamnya dikelompokkan berdasarkan topik-topik yang lazim
dipergunakan dalam sistematika penulisan kitab fikih. Hanya saja kitab
hadis itu diawali dengan pembahasan tentang wahyu dan diakhiri
dengan pembahasan tentang tauhid. Kitab ini dibagi dalam seratus
bagian dan setiap bagiannya terdiri atas beberapa bab. Dalam setiap
bab terhimpun hadis-hadis yang berbicara tentang topik yang sama.
Hadis-hadis tersebut ditulis lengkap beserta sanadnya.
Imam al-Bukhari menetapkan syarat-syarat yang harus dipenuhi
oleh sebuah hadis untuk dapat disebut sebagai hadis shahih. Syarat-
syarat yang ditetapkan oleh Imam al-Bukhari sebagai berikut;
1. Perawinya harus seorang muslim, ṣadiq (jujur), berakal sehat, tidak
mudallis (berbohong), menipu dan mengada-ada,
mukhtaliṭ(mencampuradukkan hak dan batil), nilai-nilai utama dan
nilai-nilai yang rendah, serta bergaul dengan orang-orang jahat
pada satu kesempatan, dan orang-orang baik pada kesempatan lain,
tidak
‘adil, ẓabiṭ atau kuat daya ingatnya, sehat pancaindera, tidak suka
ragu-ragu, dan memiliki i’tikad baik dalam meriwayatkan hadis.
2. Sanadnya bersambung sampai kepada Nabi saw.
3. Matannya tidak syaż(menyimpang dari ajaran agama yang benar)
dan tidak ber’illat (cacat secara akli maupun hati nurani).
4. Perawi hadis harus mu’aṣirah (satu masa), liqa (bertemu Adapun kitab-kitab yang men-syarah (memaparkan dan menjelaskan)
langsung/bertatap muka), dan ṡubut sima’ihi (mendengar langsung Shahih al-Bukhari ada 82 buah, antara lain:
secara pasti dari gurunya). - Kitab Umdatul Qari Syarh Ṣahῑh al-Bukhāri oleh al-Allamah Badruddin
Selain itu, Imam al-Bukhari hanya berpegang kepada perawi- al- Aini.
perawi hadis yang memiliki integritas kepribadian dan kualifikasi - Kitab at-Tanqῑh, karya Badruddin az-Zarkasyi.
persyaratan yang tertinggi. Murid-murid Imam Ibnu Syihab al-Zuhri - Kitab At-Tausyῑh, karangan Jalaluddin as-Suyuthi.
misalnya, oleh Imam al-Bukhari dibagi ke dalam lima tingkatan - Kitab A’lamu al-Sunan, karangan al-Khaththabi.
(ṭabaqat). Tingkatan pertama, mereka yang memiliki sifat adil, kuat - Kitab Fath al Bari Syarh ṣahih al-Bukhāri oleh al-Hafidz Ibnu Hajar al-
hafalan, teliti, jujur, dan lama menyertai al-Zuhri, seperti Malik dan Asqalani.
Sufyan bin Uyainah. - Kitab Syarh al-Bukhāri oleh Ibnu Baththal dan lain-lain.
Tingkatan kedua, memiliki sifat yang sama dengan tingkatan Yang merupakan induk dari kitab syarah dari Shahih al-Bukhari
pertama hanya saja tidak lama menyertai al-Zuhri, seperti al-Auza’i, adalah Fathul Bari karangan al-Asqalani. Sedangkan sebaik-baiknya
dan al-Laits bin Sa’ad. Tingkatan ketiga, mereka yang memiliki ringkasan (mukhtaṣar) dari Shahih al-Bukhari adalah At-Tajrῑdu al-Ṣahῑh
kualifikasi di bawah tingkatan kedua, seperti Ja’far bin Barqan dan yang disusun oleh Husain ibn al-Mubarak.
Zam’ah bin Shalih. Tingkatan yang keempat dan kelima adalah mereka
yang tercela atau majruh dan lemah. Dalam meriwayatkan hadis Imam B. Kitab Ṣahῑh Muslim
al-Bukhari hanya memilih perawi tingkatan pertama dan hanya sedikit Kitab ini judul lengkapnya adalah “al-Musnad al-Ṣahῑh al-Mukhtaṣar
dari tingkatan kedua. Beliau sama sekali tidak meriwayatkan hadis dari min al-Sunan bi Naql al-‘Adl ‘an al-‘Adl ‘an Rasulillah”. Secara singkat
para perawi yang berada pada tingkatan ketiga, keempat, dan kelima. terjemahan dari judul kitab ini adalah “Kitab Hadis Bersanad Shahih
Kitab Shahih al-Bukhari ini laksana cahaya yang terang yang Ringkas Diriwayatkan oleh Orang-orang Adil dari Orang-orang Adil
benderang, melebihi terangnya sinar matahari. Kaum muslimin, bahkan dari Rasulullah.” Imam Muslim menghabiskan waktu kurang lebih 15
para ulama menilai kitab ini sebagai kitab yang luar biasa. Imam tahun untuk menyusun kitab ini. Sebelum memutuskan untuk
Muslim misalnya, beliau banyak mengambil faedah dari karya agung menuliskan sebuah hadis dalam kitab ini, Imam Muslim terlebih dahulu
ini. Beliau mengatakan bahwa karya ini tidak ada tandingannya dalam meneliti dan mempelajari keadaan para perawi, menyaring hadis yang
ilmu hadis. Imam al-Nawawi mengatakan dalam muqaddimah Syarah akan diriwayatkan, dan membandingkan riwayat yang satu dengan
Shahih Muslim, “Para ulama sepakat bahwa buku yang paling shahih riwayat yang lain.
setelah Al Qur’an adalah dua kitab shahih, Shahih Al Bukhari dan Tentang ketelitian Imam Muslim, dapat diketahui dari ungkapan
Shahih Muslim.” beliau sendiri, “Tidaklah aku mencantumkan sebuah hadis dalam
Cukuplah pengakuan para imam ahli hadis ini menunjukkan kitabku ini, melainkan dengan alasan. Tidak pula aku menggugurkan
keagungan kitab ini. Abu Ja’far Mahmud bin Amr al-Uqaili rahimahullah suatu hadis, melainkan dengan alasan pula.” Demikianlah. Sebuah
mengisahkan ketika al-Bukhari menulis kitab shahih ini, beliau kitab yang agung, luas dan dalam kandungan maknanya. Seolah laut
membacakannya kepada Imam Ahmad, Imam Yahya bin Main, Imam Ali lepas tak bertepi. Imam Muslim pernah berkata, sebagai ungkapan
bin Al Madini, juga selain mereka. Maka mereka mempersaksikan kebahagiaan beliau, “Apabila penduduk bumi ini menulis hadits selama
tentang keshahihan hadis-hadis yang ada. 200 tahun, maka usaha mereka hanya akan berputar-putar di sekitar
Kitab Shahih al-Bukhari selain sangat berguna bagi umat Islam, ia kitab musnad (shahih) ini.”
mampu menginspirasi para ulama yang lain untuk berkarya. Sebagai Menurut ‘Ajjaj al-Khatib, “Shahih Muslim” menghimpun hadis
bukti, banyak ulama-ulama ahli hadis yang juga menyusun kitab sejenis shahih sebanyak 3.030 buah hadis tanpa pengulangan, dan menjadi
dengannya. Selain itu, ada pula ulama yang menyusun kitab-kitab 10.000 buah hadis dengan pengulangan. Sementara menurut Ahmad
syarah, sebagai pemapar dan penjelas, dari kitab Shahih al-Bukhari. bin Salamah dan Ibnu Shalah “Shahih Muslim” berisi 4.000 buah hadis
tanpa pengulangan, dan 12.000 buah hadis dengan pengulangan.
Terlepas dari perbedaan pendapat mengenai penghitungan mengenai C. Kitab Sunan Abū Dūwūd
jumlah hadis pada kitab tersebut, namun yang jelas, hadis yang ditulis Kitab “Sunan Abi Dawud”, disusun oleh Imam Abu Dawud ketika
oleh Imam Muslim dalam Shahihnya merupakan hasil seleksi yang ketat beliau di Tarsus, sebuah kota kecil di Irak, selama dua puluh tahun. Dari
dari 300.000 hadis yang berhasil dikumpulkannya. 500.000 buah hadis yang berhasil dikumpulkan, Imam Abu Dawud
Kitab Shahih Muslim memiliki karakteristik tersendiri, yang hanya mencantumkan 4.800 buah hadis dalam kitab sunan-nya. Kitab
berbeda dengan metode Imam al-Bukhari. Imam Muslim tidak “sunan”, berbeda dengan kitab jami’, musnad, atau yang lainnya. Kalau
mencantumkan judul-judul dalam setiap pokok bahasan untuk Jami mencakup semua tema keagamaan, sedangkan sunan hanya
menegaskan pelajaran yang terdapat dalam hadis yang beliau memuat hadis-hadis yang berkaitan dengan masalah fikih saja.
sebutkan. tetapi, beliau lebih memilih untuk menyebutkan tambahan- Sistematika penulisan hadis di dalamnya pun biasa mengikuti tema-
tambahan lafaz pada hadis pendukungnya. Sehingga, dalam tema yang lazim dalam susunan kitab fikih. Adapun Musnad, adalah
menuliskan satu hadis pokok, beliau tambahkan hadis-hadis penguat kitab hadis yang disusun berdasarkan sanad hadis mata rantai
lain untuk menjelaskan kandungan ilmu dari hadis tersebut. periwayatan hadis dari para sahabat Nabi saw. Biasanya kitab musnad
Sederhananya, beliau ingin menjelaskan hadis dengam hadis yang lain. mendahulukan hadis-hadis yang berasal dari sahabat-sahabat utama.
Sedangkan Imam al-Bukhari, beliau menyebutkan judul bab untuk Model kitab musnad seperti ini dapat kita jumpai semisal pada kitab
mengungkap kandungan hadis, tanpa menyebutkan hadis penguatnya. Musnad Imam Ahmad bin Hanbal.
Imam al-Bukhari memotong hadis sesuai dengan tema bab. Sementara Seleksi yang dilakukan Imam Abu Dawud terhadap hadis demikian
Imam Muslim menuliskan satu hadis secara utuh. Sehingga, kita akan ketat sebelum dituliskan dalam kitab Sunan-nya. Hadis hasil seleksi itu
sering menemui pengulangan satu hadis dalam Shahih al-Bukhari. oleh Imam Abu Dawud dikelompokkan ke dalam 35 “kitab” dan sekian
Walaupun dua kitab ini berbeda dalam sistematika penyusunannya, ratus “bab”. Masing-masing “kitab” membicarakan satu tema pokok
namun Imam Muslim banyak terpengaruhi oleh metode penulisan tertentu, sedangkan setiap “bab” berisi beberapa buah hadis yang
gurunya, Imam Al Bukhari. menjelaskan tema pokok tersebut. 35 “kitab” yang dimaksud sebagai
Para ulama berbeda pendapat mengenai mana yang lebih unggul berikut:
antara Shahih Muslim dengan Shahih al-Bukhari. Kebanyakan ahli hadis 1. Kitab at-Ṫaharah
berpendapat bahwa Shahih al-Bukhari lebih unggul. Sedangkan 2. Kitab as-Ṣalat
sejumlah ulama lain lebih mengunggulkan Shahih Muslim. Hal ini 3. Kitab az-Zakat
menunjukkan perbedaan tipis antara dua kitab shahih ini. Dalam 4. Kitab al-Manasik Wa al-Haj
sistematika penulisan, Imam Muslim lebih unggul. Namun dari segi 5. Kitab an-Nikah
ketatnya syarat keshahihan, Shahih al-Bukhari lebih utama. Yang jelas 6. Kitab at-Talaq
disepakati, bahwa kedua kitab hadis shahih ini sangat berperan dalam 7. Kitab as-Ṣiyam
standarisasi bagi akurasi akidah, syariah, fikih, dan semua bidang ilmu 8. Kitab al-Jihad
dalam Islam. 9. Kitab al-Ḍahaya
Kitab yang memberikan syarah terhadap Shahih Muslim ada 15 10. Kiab al-Said
buah, antara lain: 11. Kitab al-Waṣaya
- Al-Mu’allim bi Fawaῑdi Muslim, karangan al-Maazary. 12. Kitab al-Fara’id
- Al-Ikmāl, karangan al-Qadli al-‘Iyad. 13. Kitab al-Kharaj wa al-Fai Wa al-Imarah
- Minhājul Muhaddiṡῑn, karangan an-Nawawi. 14. Kitab al-Janaiz
- Ikmāl al Ikmāl, karangan az-Zawawi. 15. Kitab al-Aiman Wa an-Nuzur
- Ikmā al Ikmāl al Muallim, karangan Abu Abdillah Muhammad al –Abiyi 16. Kitab al-Buyu’
al-Maliki 17. Kitab al-Ijārah
18. Kitab al-Aqdiyah
19. Kitab al-‘Ilm dilatarbelakangi oleh peristiwa ketika Imam al-Nasa’i memperkenalkan
20. Kitab al-Asyribah sebuah kitab hadis kepada seorang penguasa di kota Ramalah,
21. Kitab al-At’imah Palestina, penguasa itu bertanya kepada al-Nasa’i apakah di dalamnya
22. Kitab at-Tibb hanya memuat hadis-hadis shahih. Imam al-Nasa’i menjawab bahwa di
23. Kitab al-Kahanah Wa at-Tatayyur dalam kitabnya tersebut dimuat hadis shahih, hasan dan yang
24. Kitab al-Huruf Wa al-Qirāt mendekati keduanya. Kemudian penguasa itu menyuruh untuk
25. Kitab al-Hammam menuliskan hadis-hadis yang shahih saja dalam kitabnya. Kemudian
26. Kitab al-Libās Imam al-Nasa’i meneliti kembali hadis-hadis yang ada pada Kitab
27. Kitab at-Tarajjul Sunan al-Kubra, hasilnya, kitab tersebut menjadi ramping dan
28. Kitab al-Khatam dinamakan Sunan al-Sughra. Karena isinya pilihan kemudian dinamai
29. Kitab al-Fitan Wa al-Malahim pula “Sunan al-Mujtaba.”
30. Kitab al-Mahdi Kitab Sunan yang kini beredar di kalangan umat Islam adalah
31. Kitab al-Malahim kitab Sunan al-Sughra yang diriwayatkan oleh Imam Abdul Karim al-
32. Kitab al-Hudud Nasa’i, putra Imam al-Nasa’i, seorang ahli hadis yang meninggal pada
33. Kitab dl-Diyar tahun 344 H. Jumlah hadis yang terdapat dalam kitab Sunan al-Sughra
34. Kitab as-Sunnah menurut Abu Zahrah sebanyak 5761 buah hadis. Sedangkan
35. Kitab al-Adab sistematika susunannya mengikuti lazimnya sistematika kitab fikih.
Di dalam “Kitab Sunan”, Imam Abu Dawud tidak hanya memuat Pada jilid satu Sunan al-Sughra ini dimulai dengan “Kitāb al-Ṭaharah”,
hadis shahih, tetapi juga hadis-hadis hasan, dan hadis-hadis dha’if yang yang membahas tentang tata cara bersuci dan ditutup dengan “Kitāb
tidak terlalu lemah. Abu Dawudpun mencantumkan hadis-hadis yang al-Mawāqῑt” yang menguraikan tentang waktu shalat.
tidak disepakati oleh para ulama hadis untuk ditinggalkan. Adapun Kitab ini meskipun menurut pengakuan penulisnya berisi hadis-
hadis-hadis yang sangat lemah, tetapi dengan penjelasan sebab-sebab hadis pilihan dan shahih semuanya, namun menurut para ahli
kelemahannya. Hadis-hadis jenis ini, menurut beliau lebih baik dari merupakan kitab sunan setelah Ṣahihain, yang paling sedikit memuat
pada pendapat orang semata-mata. Kitab Sunan Abi Dawud ini diakui hadis dhaif dan para rawi yang “majrūh.” Hal ini menurut Muhammad
oleh mayoritas dunia muslim sebagai salah satu kitab hadis yang paling Abu Syuhbah, merupakan bukti ketelitian dan kecermatan Imam al-
autentik. Beberapa kitab Syarah dari Sunan Abi Dawud antara lain: Nasa’i dalam menyusun kitab hadis tersebut. Oleh karenanya para
- Abu Sulaiman Hamad bin Muhammad bin Ibrahim al-Khattibi (w 386 ulama menempatkan “Al-Mujtaba” berada satu tingkat setelah Kitab
H), yang menulis Syarh Ma’alim as-Sunan. Shahih al-Bukhari dan Muslim.
- Syaraf al-Haq Abadi (w. 1329) yang menulis kitabnya ‘Aun al- Subhi al-Shalih mengemukakan bahwa kitab hadis yang termasuk
Ma’būd. Ṭabaqāt al-Tasniyah, berada pada peringkat kedua, adalah Jāmi’ al-
- Khalil Ahmad as-Sarnigari (w. 1367) yang menulis Bażl al-Majhūd Fῑ Tirmiżi, Sunan Abῑ Dāwūd, Sunan Ahmad bin Hanbal, dan Mujtaba` al-
Halli Abῑ Dāwūd. dan Nasā’i. Semua kitab tersebut tidak sampai pada tingkat “Shahihain’
- Abu Hasa Muhammad bin ‘Abd al-Hadi as-Sanadi ( w.1139). atau Muwaṭṭa’ Imam Malik. Namun satu hal yang pasti, pengarangnya
tidak bersikap “tasahul” (bersikap longgar dalam meriwayatkan hadis).
D. Kitab Sunan an-Nasa’i Kitab Sunan al-Nasa’i adalah kitab yang kurang mendapat syarah
Kitab Sunan al-Nasa’i termasuk salah satu di antara “al-Kutub al- dibandingkan kitab sunan yang lain. Di antara yang menulis syarah
Shihah al-Sittah”. Sunan al-Nasa’i terbagi dua, Sunan al-Kubra dan kitab Sunan al-Nasa’i adalah Jalaluddin al-Suyuthi dalam kitab Zahrur
Sunan al-Ṣugra. Sunan al-Ṣugra disebut Sunan al-Mujtaba` (Sunan Rabbi ‘ala al-Mujtaba`.
Pilihan), karena kualitas hadis-hadis yang dimuat dalam sunan ini
hanya hadis-hadis pilihan. Penulisan kitab Sunan al-Sughra ini E. Kitab Jāmi’/Sunan at-Tirmizi
Salah satu karya besar Imam al-Tirmidzi adalah Sunan al-Tirmidzi. 12. Kitab at-Talaq
Kitab hadis karya beliau ini termasuk unik, ada yang menyebutnya al- 13. Kitab al-Hudud
Jami’ lengkapnya al-Jami’ al-Tirmidzi. Kedua sebutan ini sah karena 14. Kitab an-Nuzur wa al-aiman
masing-masing memiliki argumen yang kuat. Disebut “al-Jami” karena 15. Kitab ad-Diyat
temanya tidak hanya persoalan fikih, melainkan mencakup persoalan- 16. Kitab al-Jihad
persoalan yang memenuhi kriteria kitab al-Jami’. Ada delapan tema 17. Kitab as-Sair
yang minimal harus tercantum dalam sebuah kitab “al-Jami’. Delapan 18. Kitab al-Buyu’
tema itu adalah; akidah; huku-hukum fikih; pemerdekaan budak; etika 19. Kitab al-Isti’zan
makan dan minum; tafsir Al-Qur’an, sejarah dan biografi tokoh; 20. Kitab ar-Raqaq
bepergian (safar); kejadian-kejadian penting dan; pujian terhadap 21. Kitab al-Faraid
perjalanan hidup seseorang (manāqῑb). Selain itu, sebuah kitab hadis 22. Kitab al-Wasaya
bisa saja dinamkan al-Jami’, secara harfiah berarti menghimpun, 23. Kitab al-Fadail al-Qur’an.
apabila mencantumkan hadis-hadis yang telah termuat di dalam kitab- Kitab Sunan al-Tirmidzi juga menginspirasi para ulama setelahnya
kitab yang sudah ada. Kitab al-Jami karya al-Tirmidzi di dalamnya untuk berkarya. Ada beberapa kitab “syarah” dari Sunan al-Tirmidzi di
membicarakab delapan tema yang ada pada sebuah kitab jami’. antaranya:
Sedangkan yang menamai kitab karya al-Tirmidzi ini dengan 1. Abu Bakar Muhammad bin Abdillah al-Isybili al-‘Arabi (w. 543 H),
Sunan, karena kitab tersebut menghimpun hadis-hadis Nabi yang mengarang kitab ‘Aridat al Ahwazi ‘alā’ at-Tirmiżi.
berdasarkan bab-bab fikih. Kualitas hadis yang diriwayatkan oleh al- 2. Ibn Rajah al-Hambali (w. 795 H) kitab syarahnya berhubungan
Tirmidzi dalam kitabnya bervariasi dari yang shahih, hasan, hingga dengan pembahasan ‘ilal yang ada dalam Sunan at Tirmizi.
dhaif, gharib dan mu’allal. Sungguhpun demikian, Sunan al-Tirmidzi 3. Imam as-Suyuti Asy-Syafi’i(w. 911 H) yang menulis kitab Qut āl
memiliki keistimewaan yang mengagumkan ketekunan penyusunannya Mugtazi ‘ala Jami’ at-Tirmizi.
di dalam menjelaskan letak cacat atau kekurangan hadis-hadis hasil
penelitiannya yang masuk ke dalam kategori dha’if. Hadis-hadis dhaif F. Kitab Sunan Ibnu Mājah
yang terdapat dalam kitab ini pada umumnya hanya menyangkut fadail Salah satu dari karya terbesar Imam Ibnu Majah adalah Sunan
al-amal (anjuran melakukan perbuatan-perbuatan kebajikan), hadis Ibnu Mājah. Nama asal Sunan Ibnu Majah ialah al-Sunan. Nama ini telah
semacam ini lebih longgar dibandingkan dengan persyaratan bagi digunakan sendiri oleh Ibnu Majah, tetapi kemudian beliau
hadis-hadis tentang halal dan haram. memandang bahwa al-Sunan itu terlalu umum kerana terdapat juga
Secara keseluruhan kitab Sunan at-Tirmizi terdiri dari 5 juz, 2.376 kitab-kitab hadis lain yang dinamakan al-Sunan. Maka dengan itu,
bab dan 3.956 hadis. Adapun kandungan isi Sunan at-Tirmizi adalah: dihubungkan nama kitab kepada penyusunnya dan dinamakan Sunan
1. Kitab at-Taharah Ibnu Majah. Kitab yang terdiri dari empat jilid ini adalah salah satu
2. Kitab as-Salat karya Ibnu Majah yang masih beredar sampai sekarang. Beliau
3. Kitab az-Zakat menyusun sunan menjadi beberapa kitab dan bab. Kitab ini disusun
4. Kitab as-Saum secara baik dan indah menurut sistematika fiqih. Beliau memulai sunan
5. Kitab al-Manasik ini dengan bab mengikuti sunnah Rasulullah saw. Dalam bab ini dia
6. Kitab al-‘Adahi membahas hadis yang menunjukkan kekuatan sunnah, kewajiban
7. Kitab as-Saidi untuk mengikuti dan mengamalkannya.
8. Kitab al-At’amah Sebagian ulama sudah sepakat bahwa kitab hadis yang pokok ada
9. Kitab al-Asyrabah lima (Kutub al-Khamsah), yaitu Shahih al-Bukhari, Shahih Muslim,
10. Kitab ar-Ru’ya Sunan Abu Dawud, Sunan an-Nasa’i, Sunan at-Tirmidzi. Mereka tidak
11. Kitab an-Nikah memasukkan Sunan Ibnu Majah mengingat derajat kitab ini lebih
rendah dari lima kitab tersebut. Tetapi sebagian ulama yang lain
menetapkan enam kitab hadis pokok, dengan menambah Sunan Ibnu
Majah sehingga terkenal dengan sebutan Kutub al-Sittah (enam kitab
hadis). Ulama pertama yang menjadikan kitab Sunan Ibnu Majah
sebagai kitab keenam adalah al-Hafidz Abdul Fadli Muhammad bin
Tahir al-Maqdisi (w. 507 H) dalam kitabnya Aṭraf al-Kutub al-Sittah dan
dalam risalahnya Syurūt al- A’immat as Sittah. Pendapat ini kemudian
diikuti oleh al-Hafiz Abdul Ghani bin al-Wahid al-Maqdisi (w. 600 H)
dalam kitabnya al-Ikmāl fῑ Asma’ ar-Rijāl. Pendapat mereka inilah yang
diikuti oleh sebagian besar ulama.
Mereka memasukkan Sunan Ibnu Mājah sebagai kitab keenam
tetapi tidak memasukkan al-Muwaṭṭa’ Imam Malik. Padahal kitab ini
lebih shahih daripada kitab milik Ibnu Majah. Hal ini dikarenakan di
dalam Sunan Ibnu Majah banyak terdapat hadis yang tidak tercantum
dalam Kutub al-Khamsah, sedangkan hadis yang terdapat di dalam al-
Muwatta’ seluruhnya sudah termaktub dalam Kutub al-Khamsah.
Sebenarnya derajat al-Muwatta’ lebih tinggi dari Sunan Ibnu Majah.
Sunan Ibnu Majah merupakan karya terbesar beliau. Dalam
kitabnya itu, Ibnu Majah telah meriwayatkan sebanyak 4000 buah hadis
seperti yang diungkapkan Muhammad Fuad Abdul Baqi, penulis buku
Mu’jam Al-Mufahras lῑ Alfaz Al-Qur’ān (Indeks Al-Qur’an), jumlah hadis
dalam kitab Sunan Ibnu Majah sebanyak 4.241 buah hadis. Sebanyak
3002 di antaranya termaktub dalam lima kitab kumpulan hadis yang
lain. Ia bukan hanya melingkungi hukum Islam, malah turut membahas
masalah-masalah akidah dan muamalat. Sunan Ibnu Majah berisi hadis
shahih, hasan dan dhaif bahkan hadis munkar dan maudlu, meskipun
jumlahnya kecil.
Seperti sunan yang lain, Sunan Ibnu Majah juga disyarahkan oleh
beberapa orang ulama’ yang terkenal, di antaranya:
a. Jalaluddin al-Suyuty (w. 911H), syarahnya dinamakan Miṣbah Al-
Zujajah `Alā Sunan Ibnu Mājah.
b. Al-Syaikh Sirajuddin Umar bin Ali al-Mulqan al-Syafii (w. 804H),
syarahnya dinamakan Ma Tamasa Ilaihi al-Hajat `Ala Sunan Ibnu
Majah.
c. Abi al-Hassan bin Abdul Hadi al-Sindi (w. 1136 H), syarahnya
Kifayat al-hajat Fῑ Syarh Ibnu Mājah.
d. Kamaluddin Muhammad bin Musa (w. 808 H), kitabnya dinamakan
al-Dibājah.
e. Abdul Gani al-Dihlawi (w. 128 H), syarahnya dinamakan Injāh al-
Hajat.
K
d
n
e
i
M
.
D
t
k
r
a
m
l
s
E
u
Fantantis!, begitu kira-kira ucapan yang pantas disampaikan
kepada Guru Besar Hadis, Al-Bukhari. Orang pertama yang
menseleksi dan memilah hadis dari yang shahih dan dha’if. Tidak
berhenti sampai disitu, al-Bukhari melakukan perjalanan pencarian
hadis dan telah menemumi rawi sebanyak 80.000 orang dengan
jumlah hadis kurang lebih 1.000.000 hadis. Dari jumlah yang begitu
banyak, hanya 4.000 hadis yang masuk seleksi dalam kitab
shahihnya.
Kerja keras dan kehati-hatian para pejuang hadis dalam pencarian
dan menseleksi hadis, patut diteladani oleh kita semua, disaat
kondisi generasi ini semakin malas dan terninabobokan oleh
kenikmatan fasilitas hidup. Selektif artinya bisa memilah dan
memilih mana yang baik dan bermanfaat dan mana yang jelek dan
madharat.
Keikhlasan mereka mengumpulkan hadis dalam satu kitab,
merupakan cerminan perjuangan menegakkan dan menginggikan
kalimatullah di muka bumi ini. Tidak ternah terbayangkan kalau apa
yang diucapkan dan dilakukan oleh Nabi tidak terdokumentasi.
Rangkuman
Kisah Keteladanan
Tugas Perorangan
Setelah anda mempelajari nama-nama kitab yang mu’tabar, maka
lengkapilah tabel berikut untuk lebih mempermudah pemahaman
anda!
Naman Kitab Jumlah Hadis Syarah
Shahih al-
Bukhari
Shahih Muslim
Sunan Abu
Dawud
Sunan an-Nasa’i
Jami’ at-Tirmizi
Sunan Ibn Majah
PERLU DIINGAT
Sejaran mempunya nilai makna yang tinggi
Karena manusia itu adalah bagia dari sejarah
Maka kita wajib untul mempelajari dan menyakininya
Agar kita selalu menjadi bagian dari sejarah itu.
M
.
A
u
e
R
n
a
i
r
k
g Pengkodifikasian hadis dalam sejarahnya mengalami
perkembangan. Setelah kebijakan pemerintahan Umar bin Abdul Aziz
secara resmi menginstruksikan pengkodifikasian hadis, penyusunan kitab-
kitab hadis oleh para ulama hadis berkembang secara pesat. Para ulama
hadis mulai mengumpulkan kemudian menyeleksi dan akhirnya berhasil
menyusun berbagai jenis kitab hadis. Bahkan mereka tidak hanya
berhenti di sini, masa seleksi dilanjutkan dengan masa pengembangan
dan penyempurnaan sistem penyusunan kitab-kitab hadis.
Zainab binti Jahsy, Wanita Pejuang
Saat terjadi berita bohong, Nabi bertanya kepada Zainab binti
Jahsy, “Apa pendapatmu”?
Zainab binti Jahsy berkata: “Hai Rasulallah saya melindungi
pendengaran dan penglihatan saya, saya hanay mengetahui
kebaikan, dia, A’isyah sungguh sempurna, sesungguhnya saya
bersamanya dan saya berkata benar”.
A’isyah berkata: “Saya tidak melihat perempuan yang lebih baik
agamaya disbanding Zainab binti Jahsy, dia perempuan yang paling
bertakwa kepada Allah, paling jujur ucapannya, paling dekat dengan
keluarga, suka bersedekah, paling rajin melakukan sesuatu untuk
mendekatkan diri kepada Allah.
1.2. Meyakini keaslian hadis yang telah dibenarkan oleh para ulama hadis
dahulu dan menjadikannya sebagai hujjan dalan menentukan hukum
syar’i sehari-hari
4.3 Menganalisis pengelompokkan jenis kitab hadis.
4.4. Mendemonstrasikan kegunaan kitab hadis dalam kehidupan sehari-
hari.
Indikator Pembelajaran
Peserta didik mampu :
1. berfikir kritis dan menerima pendapat orang lain yang berbeda
2. menjelaskan pengelompokkan kitab hadis
3. mengidentifikasi kelompok kitab hadis
4. menyebutkan karakteristik kelompok kitab hadis
Peta Konsep Al-Jami’
Al-Jami’
5. Mendemonstrasikan kitab-kitab mu’tabarah dalam kehidupan sehari-
hari
As-Sunan
Tujuan Pembelajaran
Kelompok Al-Musannaf
Peserta didik dapat :
1. menjelaskan pengelompokkan kitab hadis Kitab
2. mengidentifikasi kelompok kitab hadis
3. menyebutkan karakteristik kelompok kitab hadis Al-Mustadrak
4. merefleksikan kitab-kitab hadis mu’tabarah dalam kehidupan
sehari-hari
Al-Mustakhraj
Al-Musnad
Al-Mu’jam
Kata Kunci
MAKSUD ISTILAH MAKSUD ISTILAH
Kitab himpunan hadis- hadis
yang sesuai dengan persyaratan المستدرك Kitab yang Menghimpun
seluruh permasalahan
الجامع
penyusun kitab yang di takhrij
a
.
B
g
n
e
M
i
t
r
m
C
h
penghimpun hadis
mengeluarkan
beberapa buah hadis
dari sebuah buku hadis
Kitab hadis yang
menyebutkan hadis-
hadis nya didasarkan
pada nama sahabat
atau nama syaikhnya
atau didasarkan pada
nama negeri gurunya
pada umumnya secara
abjadi atau hija’i
المستخرج
المعجم
………………………………………………………
………………………………………………………
……………………………
Oالمصنفات
Berbagai ragam metode penulisan kitab hadis menjadi bukti betapa
besar perhatian dan dedikasi para ulama saat itu. Sejak abad ke 2 sampai
abad ke 4 hijriyah penulisan hadis tidak mengenal kata berhenti, bahkan
abad 5 adalah masa koreksi susunan kitab-kitab hadis, sehingga
pencarian hadis lebih mudah lagi.
Dibawah ini diuraikan beberapa kitab menurut ragam penulisannya dan isi
kandungannya:
A. Kitab al-Jāmi’
Kata al-Jāmi’ secara etimolgi berarti menghimpun, mengumpulkan,
dan mencakup. Boleh jadi kata al-Jāmi’ dimaksudkan kitab yang
mencakup, menghimpun atau mengumpulkan segala permasalahan.
Secara terminologi diartikan:
Ö~mäj)ätmã2Qãq2fËIãé&eã+}92
eãåãqæüS~j-2Qgj&Eãäiqs
7}<ä&eãp=~BZ&eãpåã=Feãphä
RËeãåã8ãp\ä]=eãphäb1öãp9yä^R
eãésp
èeä*jeãpè]änjeãpo&ZeãpgyäjFeã
kisah-kisah (manāqῑb) .
p=~Beãp
"Pembukuan hadis yang mengakomodasi semua bab hadis yang
mereka sebutkan 8 masalah yaitu masalah akidah (aqā’id), hukum
(Fikih), perbudakan (riqaq), adab makan minum, tafsir, sejarah dan
riwayat hidup, sifat-sifat akhlak (syama’il), berbagai fitnah ( fitan), dan
D. Kitab al-Mustadrak
C. Kitab al-Muṣannaf Kata Mustadrak (bentuk jamaknya Mustadrakāt) secara etimologi
Kitab Muṣannaf secara etimologi diartikan sesuatu yang tersusun. adalah susulan dari yang ketinggalan atau menambah yang kurang.
Mushannaf adalah perkembangan pembukuan Hadis abad ke-2 H Secara terminologi yang digunakan oleh ulama hadis, kitab
tentunya lebih maju dari pada Ṣuhuf atau Ṣahifah pada abad Mustadrak adalah:
sebelumnya yang hanya penghimpunan hadis saja tanpa menyebutkan
bab perbab. Tetapi ia tidak lebih maju dari Sunan, karena di dalam
Sunan sudah terpisahkan antara hadis dari Nabi dan perkataan
GZnJUã91üÉ=E2Qlqb%é&eã
sahabat. Dalam mushannaf penghimpunannya sudah menyebutkan bab
perbab secara sistematis, tetapi masih campur antara hadis Nabi dan
-+}8ä1öãSj
uæä&aò ät-=6}kep u*}8ä1ü,=6~Y äjsRUpükfBi3~2Ipü|
Adalah menghimpun beberapa hadis yang sesuai dengan persyaratan
salah seorang penyusun tetapi belum ditakhrij di dalam kitabnya.
<ä6çeã3~2Ja
Kitab mustadrak menghimpun hadis-hadis yang telah memenuhi
persayaratan sebuah kitab, tetapi belum dimasukkannya. Seakan-akan
òuRiSj&.~Yåä&beãè1äI_}=ÊRUoiuBZ
kitab Mustadrak sebagai susulan atau penambahan terhadap
kandungan kitab lain yang telah memenuhi persyaratannya.
ne9~mäAýæ
Sebagaimana Mustadraknya Imam al-Hakim telah menghimpun
beberapa hadis shahih yang belum disebutkan dalam kitab al-Bukhari
Êpumq&ipuç~%==\
dan Muslim dan menurutnya telah memenuhi persyaratan keduanya.
Kitab jenis ini berjasa paling tidak dalam tiga hal, yaitu:
%Ö}äQ<Siéæä2Jeãòqepu]qYoipüu6
1. Menampilkan ragam hadis yang – secara sengaja maupun tidak
– diabaikan oleh para penulis kitab sebelumnya;
~E
2. menampakkan adanya penuturan yang berbeda terhadap matan
hadis tertentu; dan
r9~mäAü
3. menunjukkan transmisi hadis tertentu yang secara subjektif Yaitu seorang hafiẓ bermaksud mengeluarkan hadis-hadis dari
dinilai sahih oleh penulis mustadrak. sebuah kitab hadis seperti Shahîh li al-Bukhari atau Shahîh Muslim
Kitab jenis mustadrak yang paling populer – meskipun banyak dan atau yang lain dengan menggunakan sanad sendiri yang bukan
mendapat kritik dari para pembelajar hadis – adalah al- sanad kitab tersebut, maka bisa bertemu pada sanad itu pada
syaikhnya atau orang di atasnya walaupun pada sahabat serta
Mustadrak`ala al-Shahihain Äo~2~2Jeã2Q! memelihara urutan, matan dan jalan sanadnya.
Dengan singkat dapat dikatakan bahwa mustakhraj ialah seorang
<9&BjeãÅ yang ditulis oleh Abi Abdillah al-Hakim al- penghimpun hadis mengeluarkan beberapa buah hadis dari sebuah
buku hadis seperti yang diterima dari gurunya sendiri dengan
Naisaburi (w. 405 H).
menggunakan sanad sendiri, maka akan terjadi pertemuan pada
syaikhnya atau orang di atasnya. Seperti yang dilakukan oleh Abi
Bakar al-Isma’ili mengeluarkan beberapa hadis dari kitab Shahih al-
E. Kitab al-Mustakhraj Bukhari dengan menggunakan sanad sendiri yang diterima dari guru-
gurunya. Berikut ini adalah kitab-kitab berjenis “mustakhrajat”, antara
Mustakhraj (jamaknya mustakhrajāt) secara etimologi dari kata
lain:
,=5(kharaja) yang berarti keluar, ,=6&Aã(istakhraja) 1. Al-Mustakhraj `alā al-Ṣahihain:
a. karya Abu Nu`aim al-Ashbahani (w. 430 H).
berarti mengeluarkan. Teknik pembukuan Mustakhraj secara
b. karya Ibn al-Akhram (w. 344 H).
terminologi diartikan:
c. karya Abu Bakr al-Barqani (w. 425).
ãè&aoiåä&a1ã<9}+ 2. Al-Mustakhraj `alā al-Jāmi` li al-Bukhāri:
a. karya al-Isma`ili (w. 371 H).
ÍäZ2eãoiÐYä19jR}lãqs b. karya al-Ghathrifi (w. 377 H).
c. karya Ibn Abi Dzuhl (w. 378 H).
3. Al-Mustakhraj `alā al-Ṣahῑh lῑ Muslim:
a. karya Abu `Awanah al-Asfarayaini (w. 310 H). Penulis kitab musnad memiliki pendekatan dan warna yang
b. karya al-Hayiri (w. 311 H). berbeda dalam menulis kitabnya, yaitu:
c. karya Abu Hamid al-Harawi (w. 425 H). - Ada yang menulisnya dengan pendekatan urut-urutan huruf
4. Al-Mustakhraj `alā Sunan Abῑ Dāwūd, karya Qasim Ibn Ashbagh. alfabet (merupakan cara yang paling mudah dan memudahkan);
5. Al-Mustakhraj `ala Kitāb al-Tauhid li Ibn Khuzaimah, hasil kerja - Ada yang menulisnya berdasarkan urutan waktu masuk Islam,
Abu Nu`aim al-Ashbahani. mulai dari Abu Bakr al-Shiddiq dan seterusnya;
- Ada yang berdasarkan kabilah (kelompok);
F. Kitab al-Musnad - Ada yang menulisnya berdasarkan pengelompokkan wilayah
Kata Musnad secara etimologi diartikan sandaran atau yang negara/tempat asal; dan lain sebagainya.
disandari. Dalam periwayatan hadis harus disertai sandaran (sanad), Kitab hadis yang disusun secara musnad ini misalnya ;
dari siapa seorang rawi menerima sebuah hadis. Dalam sejarah 1. Musnad Imam Ahmad bin Hanbal (w. 241 H).
penghimpunan dan pengkodifiksian, hadis didasarkan pada hafalan 2. Musnad Abu Bakar Abdullah bin Az Zubair Al
dan ingatan para ulama. Sandaran ini sebagai pedoman dan pegangan Humaidi(w. 219 H).
dalam periwayatan, sehingga penetapan sah atau tidaknya suatu hadis
3. Musnad Abu Dawud Sulaiman bin Dawud Ath Thayalisi
sangat bergantung pada sanad ini. Dalam pembukuan hadis, musnad
(w. 204 H).
ini dijadikan nama teknik pembukuan yang secara terminologi studi
hadis diartikan sebagai berikut:
4. Musnad Asad bin Musa Al Umawi(w. 212H).
5. Musnad Musaddad bin Musarhad al-Asadi al-Bashri (w.228 H).
kMpÖæä2JeãxäjAü2Q+}8ä1öã,=6%é Dll.
Kitab Musnad adalah kitab yang mentakhrij (mengeluarkan ) hadis 4q~Feã püÖæä2Jeãè~%=
-hadis nya didasarkan pada nama-nama sahabat dan penghimpunan
beberapa hadis pada masing-masing sahabat sebagian kepada %2Q+}8ä1öãoiu~Y=a;%äik.RUã
sebagian.
Pembukuan hadis yang didasarkan pada nama para sahabat yang k.RUãXp=1 2Qäç%=ilqb
meriwayatakannya adalah musnad. Sistematika penghimpunan Hadis
didasarkan pada nama para sahabat yang meriwayatkannya tanpa %lüèeäVeãplã9fçeãpü
memperhatikan permasalahan atau topik hadis serta kualitasnya. Mu’jam adalah buku yang menyebutkan hadis-hadis nya
Misalnya semua hadis Nabi yang diperoleh seorang periwayat melalui didasarkan pada nama sahabat atau nama syaikhnya atau
`Aisyah dikelompokkan pada bab hadis-hadis Aisyah, hadis-hadis yang didasarkan pada nama negeri gurunya pada umumnya secara
didapatkan seorang periwayat dari seorang sahabat `Abdullah bin abjadi atau hija’i (sesuai dengan urutan huruf hija’iyah) .
`Abbas dikelompokkan pada bab hadis-hadis `Abdulah bin `Abbas, dan Berikut ini adalah di antaranya contoh kitab mu’jam:
seterusnya tanpa melihat topiknya. 1. Al-Mu`jam al-Kabῑr, karya Abu al-Qasim Sulaiman Ibn Ahmad al-
Thabrani (w. 360 H). Kitab ini ditulis dalam bentuk musnad
mu`jami (alfabetis), dengan tidak menyertakan hadis-hadis Abu
m
g
R
.
F
n
a
u
k
d
e
i
M
D
t
r
K
l
s
E 2.
3.
4.
5.
Hurairah yang ditulisnya secara terpisah. Kitab ini memuat
sekitar enam puluh ribu hadis, dan merupakan kitab mu`jam
terbesar di dunia. Ketika dalam sebuah karya tulis disebut
“mu`jam”, maka yang dimaksud adalah kitab “Mu`jam al-Kabῑr”
ini.
Al-Mu`jam al-Aushaṭ, karya al-Thabrani juga. Kitab ini ditulis
secara alfabetis berdasarkan nama-nama guru dari para penutur
hadis. Di dalamnya dimuat lebih kurang dua ribu nama guru
hadis, bahkan ada yang menghitungnya sampai tiga ribu nama.
Al-Mu`jam alṢagῑr, masih kerja pena al-Thabrani. Kitab ini
merupakan ringkasan dari kitab al-Mu`jam al-Awshath, di mana
sekitar seribu nama guru hadis saja yang dimuat. Tidak berhenti
sampai pada pengurangan pencantuman nama-nama guru,
dalam buku ini, secara umum dari tiapa-tiap guru hadis hanya
ditulis satu hadis saja.
Al-Mu`jam al-Ṣahabah, karya Ahmad Ibn Ali Ibn Lal al-Hamdani
(w. 398 H).
Mu`jam al-Ṣahabah, buah kerja ilmiah Abu Ya`la Ahmad Ibn Ali
al-Maushuli (w. 307 H).
atas, tidak hanya terfokus satu masalah saja. Segala aspek agama dan
segala aspek kehidupan manusia dimuat dalam kitab tersebut.
2. Kitab hadis sunan di sini adalah himpunan beberapa hadis yang
didapat dari para syaikhnya dengan menggunakan teknik
penghimpunan seperti sistematika kitab fikih pada umumnya.
3. Mushannaf teknik pembukuan hadis secara perbab pada masa abad
Kisah Keteladanan
b. Tugas Perorangan
1
2
3
4
5
6
7
Setelah saudara mempelajari pengelompokkn ragam kitab ,
maka lengkapilah tabel berikut untuk lebih mempermudah pemahaman
saudara!
No Kelompok Kitab
Al-Jami’
….
Al-Musannf
Al-Mustakhraj
….
Al Mustadrak
Al-Mu’jam
PERLU DIINGAT
….
….
Contoh
Shahih Bukhari
Sunan Abu Dawus
om
Salafitobat.wordpress.c
Pada saat sekarang ini, banyak tersebar hadis-hadis yang tidak
dituliskan secara lengkap dengan sanad juga sumber atau rujukan asal
hadis tersebut. Hal ini tentu dapat mempersulit pemahaman, periwayatan
juga pengamalan hadis tersebut secara menyeluruh. Dahulu, para ulama
memiliki daya ingat dan pemahaman yang mendalam terhadap hadis juga
kitab-kitab hadis yang tersebar. Namun seiring berjalannya waktu, daya
ingat para ulama tidaklah sekuat dahulu , pemahaman mereka terhadap
setiap kitab yang tersebar juga tidak seperti dahulu. Merujuk pada
fenomena tersebut para ulama kemudian merumuskan sebuah disiplin
ilmu yaitu ilmu takhrij hadis. Suatu ilmu yang penting bagi umat Islam
agar dapat mengetahui sumber atau rujukan asli dari suatu hadis
sehingga dapat memahami hadis tersebut secara utuh.
M
.
A
u
e
R
n
a
i
r
k
g Wahai Ahli Kitab! Sungguh, Rasul Kami telah datang kepadamu,
menjelaskan kepadamu banyak hal dari (isi) kitab yang kamu
sembunyikan, dan banyak (pula) yang dibiarkannya. Sungguh, telah
datang kepadamu cahaya dari Allah, dan Kitab yang menjelaskan.
Dengan Kitab itulah Allah memberi petunjuk kepada orang yang
mengikuti keridaan-Nya ke jalan keselamatan, dan (dengan Kitab
itu pula) Allah mengeluarkan orang itu dari gelap gulita kepada
cahaya dengan izin-Nya, dan menunjukkan ke jalan yang lurus. QS.
Al-Maidah : 15-16)
Indikator Pembelajaran
Peserta didik mampu :
1. merefleksikan berfikir kritis
2. meneladani semangat ulama hadis
3. menjelaskan cara-cara sederhana mentakhrij hadis
4. mendemonstrasikan cara mencari hadis dalam kitab induk hadis
(takhrij)
5. menyebut manfaat takhrij hadis
Tujuan Pembelajaran
Peserta didik dapat :
5. mendemonstrasikan semangat ulama hadis dalam kehidupan
sehari-hari
6. berfikir kritis dan selektif dalam menerima informasi
7. menjelaskan cara-cara sederhan mentakhrij hadis
8. mencari hadis dalam kitab induk hadis (takhrῑj)
9. menyebut manfaat takhrij hadis
Peta Konsep
Pengertian Takhrij
al-Hadis
.
B
g
n
e
M
i
t
a
r
m
Mengenal Takhrij Al-
Ḥadis
1. ابو هريرة
2. انما االعمال بالنيات....
3. ...فليمحه.....
Tujuan dan
Manfaat Takhrij
Tujuan dan
Manfaat Takhrij
Hadis
Metode Takhrij
Hadis
Tentukan masing-masing
metode takhrij hadis :
1. ..........................
2. ..........................
3. ...........................
.
C
a
e
M
i
m
r
h
Kata Kunci
MAKSUD
Kata
yukharriju
takhrῑj
Ä,=6}Å
ISTILAH
المتبع
Oكتب التسعة
berasal dari
materi
dalam
MAKSUD
Menunjukkan
dikemukakan
berikut
hadis
transmisinya, dan
menjelaskan
kualifikasinya
Hadis yang berbeda,
di
sumber-
sumber pokok yang
kata
التخريج
الشاهد
Ä,=5Å,
1. Sinonim kata ikhraj
<ä6çeãu-=5ü”,
Ä,ã=5üÅ
%ät~fQhwbeãSiäiãÕ9nBiè&apãåä&a
1ã
dqIvã1ãp?
Reã2Q<äJ&]väæäiãpgfReãoiät~Y
äilä~æpvqç]p
, yakni mengemukakan hadis
kepada orang lain dengan menyebutkan sumbernya, yakni orang-
%û&eã+}8ä1öãp?Q
ã8<päZ~RN%pä2~2J
Õp?
RivpÕ9nBi=~UÖ^fRi$äZnJjeãò=a;
hadis-hadis tersebut dari segi sahih atau daif, ditolak atau diterima,
dan penjelasan tentang kemungkinan illat yang ada padanya, atau
hanya sekadar
(sumbernya)nya.
mengembalikannya kepada kitab-kitab asal
Mahmud al-Thahhan memaknai takhrij dengan: “Menunjukkan mengetahui hadis-hadis yang pengutipannya memperhatikan kaidah-
materi hadis di dalam sumber-sumber pokok yang dikemukakan kaidah ’ulūm al-ḥadῑṡ yang berlaku. Sehingga hadis tersebut menjadi
berikut transmisinya, dan menjelaskan kualifikasinya bila diperlukan.” jelas, baik asal-usul maupun kualitasnya. Sedangkan manfaat takhrij
Syuhudi Ismail mendefinisikan dengan “Penelusuran atau pencarian hadis antara lain sebagai berikut:
hadis pada berbagai kitab sebagai sumber asli dari hadis yang 1. Dapat diketahui banyak sedikitnya jalur periwayatan suatu hadis
bersangkutan, yang di dalam sumber itu dikemukakan secara lengkap yang sedang menjadi topik kajian.
matan dan sanad hadis yang bersangkutan.” 2. Dapat diketahui status hadis Ṣahῑh li żatihi atau ṡahῑh lῑ gairihi, hasan
Bila merujuk pada pemaknaan yang disampaikan oleh para ahli li żatihi, atau hasan lῑ gairihi. Demikian pula akan dapat diketahui
hadis, bolehlah didefinisikan secara sederhana bahwa takhrij adalah istilah hadis mutawatir, masyhur, aziz, dan gharibnya.
kegiatan atau usaha mempertemukan matan hadis dengan sanadnya. 3. Memperjelas hukum hadis dengan banyaknya riwayatnya, seperti
Adapun terkait dengan penjelasan kualifikasi hadis bukanlah tugas hadis dha`if melalui satu riwayat. Maka dengan takhrῑj kemungkinan
pokok kerja takhrῑj. akan didapati riwayat lain yang dapat mengangkat status hadis
tersebut kepada derajat yang lebih tinggi.
B. Tujuan dan Manfaat Takhrij Hadis 4. Memperjelas perawi yang samar, karena dengan adanya takhrῑj,
Pengetahuan tentang ilmu takhrῑj merupakan bagian dari ilmu dapat diketahui nama perawi yang sebenarnya secara lengkap.
agama yang harus mendapat perhatian serius karena di dalamnya 5. Dapat menghilangkan kemungkinan terjadinya percampuran
membicarakan berbagai kaidah untuk mengetahui sumber hadis itu riwayat.
berasal. Di samping itu, di dalamnya ditemukan banyak kegunaan dan 6. Memperjelas perawi hadis yang tidak diketahui namanya melalui
hasil yang diperoleh, khususnya dalam menentukan kualitas sanad perbandingan di antara sanad-sanadnya.
suatu hadis.Penguasaan tentang ilmu takhrῑj merupakan suatu 7. Dapat membatasi nama perawi yang sebenarnya. Hal ini karena
keharusan bagi setiap ilmuwan yang berkecimpung di bidang ilmu-ilmu mungkin saja ada perawi-perawi yang mempunyai kesamaan gelar.
kasyariahan, khususnya yang menekuni bidang hadis dan ilmu hadis. Dengan adanya sanad yang lain, maka nama perawi itu akan
Dengan mempelajari kaidah-kaidah dan metode takhrij, seseorang menjadi jelas.
akan dapat mengetahui bagaimana cara untuk sampai kepada suatu 8. Dapat menjelaskan sebab-sebab timbulnya hadis melalui
hadis di dalam sumber-sumbernya yang asli yang pertama kali disusun perbandingan sanad-sanad yang ada.
oleh para ulama pengkodifikasi hadis. 9. Dapat mengungkap kemungkinan terjadinya kesalahan cetak
Dengan mengetahui hadis dari sumber aslinya, maka akan dapat melalui perbandingan-perbandingan sanad yang ada.
diketahui sanad-sanadnya. Dan hal ini akan memudahkan untuk 10.Memberikan kemudahan bagi orang yang hendak mengamalkan
melakukan penelitian sanad dalam rangka untuk mengetahui status setelah mengetahui bahwa hadis tersebut adalah maqbūl (dapat
dan kualitasnya. Dalam kegiatan penelitian hadis, takhrij merupakan diterima). Sebaliknya, orang tidak akan mengamalkannya apabila
kegiatan penting yang tidak dapat diabaikan. Tanpa melakukan mengetahui bahwa hadis tersebut mardūd (ditolak).
kegiatan takhrij, seorang peneliti hadis akan kehilangan wawasan 11.Menguatkan keyakinan bahwa suatu hadis adalah benar-benar
untuk mengetahui eksistensi hadis dari berbagai sisi. Sisi-sisi penting berasal dari Rasulullah Saw yang harus diikuti karena adanya bukti-
yang perlu diperhatikan oleh seorang peneliti hadis dalam bukti yang kuat tentang kebenaran hadis tersebut, baik dari segi
hubungannya dengan takhrij ini meliputi kajian asal-usul riwayat suatu sanadmaupunmatan.
hadis, berbagai riwayat yang meriwayatkan hadis tersebut, ada atau
tidaknya syahid dan muttabi’ dalam sanad hadis yang diteliti.
Dengan demikian Takhrῑj ḥadῑṡ bertujuan mengetahui sumber asal C. Sejarah Takhrij Hadis
hadis yang di-takhrῑj. Tujuan lainnya adalah mengetahui ditolak atau Dalam kegiatan men-takhrῑj hadis muncul dan diperlukan pada
diterimanya hadis-hadis tersebut. Dengan cara ini, kita akan masa ulama mutaakhirin. Sedang sebelumnya, hal ini tidak pernah
dibicarakan dan diperlukan. Kebiasaan ulama mutaqaddimin menurut Dalam takhrij hadis ada beberapa macam metode yang digunakan
al-Iraqi, dalam mengutip hadis-hadisnya tidak pernah membicarakan yang diringkas dengan mengambil poko-pokoknya sebagai berikut:
dan menjelaskan dari mana hadis itu dikeluarkan, serta bagaimana 1. Takhrij berdasarkan perawi hadis dari sahabat
kualitas hadis-hadis tersebut, sampai kemudian datang An-nawawi
Metode ini digunakan jika kita mengetahui nama sahabat yang
yang melakukan hal itu.
Penguasaan para ulama terdahulu (mutaqaddimin) terhadap meriwayatkan hadis yang akan ditakhrij. Jika tidak diketahui nama
sumber-sumber as-Sunnah begitu luas, sehingga mereka tidak merasa shahabat yang meriwayatkannya tentu tidak dapat dilakukan takhrij
sulit jika disebutkan suatu hadis untuk mengetahuinya dalam kitab- dengan metode ini. Untuk mengaplikasikan metode ini diperlukan
kitab al-Sunnah. Ketika semangat belajar mereka melemah, mereka tiga kitab yang dapat membantu. Kitab-kitab berikut disusun
kesulitan untuk mengetahui tempat-tempat hadis yang dijadikan berdasarkan nama sahabat yang meriwayatkan hadis yaitu:
sebagai rujukan para ulama dalam ilmu-ilmu syara’. Maka sebagian dari a. Al-Masānid (musnad-musnad). Dalam kitab ini disebutkan hadis-
ulama bangkit dan memperlihatkan hadis-hadis yang ada pada hadis yang diriwayatkan oleh setiap sahabat secara tersendiri.
sebagian kitab dan menjelaskan sumbernya dari kitab-kitab sunnah Selama kita sudah mengetahui nama sahabat yang meriwayatkan
yang asli, menjelaskan metodenya, dan menerangkan hukumnya dari hadis, maka kita mencari hadis tersebut dalam kitab ini sehingga
yang shahih atas yang dla’if. Kemudian muncullah apa yang disebut mendapatkan petunjuk dalam satu musnad dari kumpulan
dengan ”Kutub al-Takhrῑj” (kitab-kitab takhrij) yang masyhur di musnad tersebut.
antaranya: b. Al-Ma`ajim (mu`jam-mu`jam). Susunan hadis di dalamnya
1. Takhrῑj Ahādῑṡ al-Muhażżab, karya Muhammad bin Musa al-Hazimi berdasarkan urutan musnad para sahabat atau syuyūkh (guru-
asy-Syafi’i (w. 548 H). Dan kitab al-Muhadzdzab ini adalah kitab guru) sesuai huruf kamus hijaiyah. Dengan mengetahui nama
mengenai fikih madzhab al-Syafi’i karya Abu Ishaq asy- Syairazi. sahabat dapat memudahkan untuk merujuk hadisnya.
Ahmad Abdul Hadi al-Maqdisi (w. 744 H). c. Kitab-kitab Al-Atraf. Kebanyakan kitab al-atraf disusun
2. Naṣb al-Rayah lῑ Ahādῑṡ al-Hidayah lῑ Al-Marginani, karya Abdullah bin berdasarkan musnad-musnad para sahabat dengan urutan nama
Yusuf az-Zaila’i (w. 762 H). mereka sesuai huruf kamus. Jika seorang peneliti mengetahui
3. Takhrῑj Ahādῑṡ al-Kasyāf lῑ az-Zamakhsyari, karya al-Hafidz az-Zaila’i bagian dari hadis itu, maka dapat merujuk pada sumber-sumber
juga. (Ibnu Hajar juga menulis takhrij untuk kitab ini dengan judul Al- yang ditunjukkan oleh kitab-kitab al-atraf tadi untuk kemudian
Kafi Asy-Syāfi fῑ Takhrῑj Ahādῑṡ Asy-Syāfi). mengambil hadis secara lengkap.
4. Al-Badr al -Munῑr fii Takhrῑj al-Ahādῑṡ wa al-ṡar al-Waqi’ah fῑ asy- Kelebihan metode ini adalah bahwa proses takhrij dapat
Syarhil-Kabir lῑ ar-Rafi’i, karya Umar bin Ali bin Mulaqqin (w. 804 H). dipersingkat. Akan tetapi, kelemahannya adalah ia tidak dapat
5. Al-Mugni ’an Ham li al-Asfār fil-Asfaar fῑ Takhrῑj mā fῑ- Ihyā’ min al- digunakan dengan baik, apabila nama perawi yang hendak diteliti
Akhbar, karya Abdurrahman bin al-Husain al-Iraqi (w. 806 H). itu tidak diketahui.
6. Takhrῑj al-Ahādῑṡ allati Yusyῑru ilaihat-Tirmidzi fῑ Kulli Bāb, karya al- 2. Takhrij berdasarkan permulaan lafadz hadis
Hafidz al-Iraqi juga.
Metode ini sangat tergantung pada lafaz pertama matan hadis.
7. At-Talkhῑṣ al-Habῑr fῑ Takhrῑj Ahādῑṡ Syarh al-Wajiz al-Kabῑr li ar-
Hadis-hadis dengan metode ini dikodifikasi berdasarkan lafaz
Rafi’i, karya Ahmad bin Ali bin Hajar al-Asqalani (w. 852 H).
pertamanya menurut urutan huruf hijaiyah. Misalnya, apabila akan
8. Ad-Dirāyah fῑ Takhrῑj Ahādῑṡ al-Hidāyah, karya al-Hafidz Ibnu Hajar
men-takhrij hadis yang berbunyi:
juga.
9. Tuhfat ar-Rāwi fῑ Takhrῑj Ahādῑṡ al-Baḍlawi, karya Abdurrauf Ali al-
Manawi (w. 1031 H.)
ÖQ=Jeäæ9}9FeãC~e
Untuk mengetahui lafaz lengkap dari penggalan matan tersebut,
langkah yang harus dilakukan adalah menelusuri penggalan matan
D. Metode Takhrij Hadis
itu pada urutan awal matan yang memuat penggalan matan yang
dimaksud. Dalam kamus yang disusun oleh Muhammad Fuad Abdul
Baqi, penggalan hadis tersebut terdapat di halaman 2014. Berarti, 3. Takhrij berdasarkan kata-kata dalam matan hadis
lafaz yang dicari berada pada halaman 2014 juz IV.Setelah Metode ini adalah metode yang berdasarkan pada kata-kata
diperiksa, bunyi lengkap matan hadis yang dicari adalah; yang terdapat dalam matan hadis, baik berupa kata benda ataupun
ÖQ=Jeäæ9}9FeãC~edä]ÙêãdqA kata kerja. Dalam metode ini tidak digunakan huruf-huruf, tetapi
yang dicantumkan adalah bagian hadisnya sehingga pencarian
<lüunQêãéM<Õ=}=séæüoQ hadis-hadis yang dimaksud dapat diperoleh lebih cepat. Penggunaan
metode ini akan lebih mudah manakala menitikberatkan pencarian
ÁèNVeã9nQuBZmcfj}|;eã9}9Fe hadis berdasarkan lafaz-lafaznya yang asing dan jarang
penggunaanya.
ãäjmü Kitab yang berdasarkan metode ini di antaranya adalah kitab Al-
Mu`jam Al-Mufahras lῑ Al-faẓ Al-Hadῑs An-Nabawi, karya Dr. Arinjan
“Dari Abu Hurairah ra bahwa Rasulullah Saw bersabda, Vensink, seorang orientalis berkebangsaan Belanda (meninggal
“(Ukuran) orang yang kuat (perkasa) itu bukanlah dari kekuatan 1939 M). Kitab ini mengumpulkan hadis-hadis yang terdapat di
orang itu dalam berkelahi, tetapi yang disebut sebagai orang yang dalam Sembilan kitab induk hadis sebagaimana yaitu; Sahih
kuat adalah orang yang mampu menguasai dirinya tatkala dia Bukhari, Sahih Muslim, Sunan Turmizi, Sunan Abu Daud, Sunan
marah”. Nasa’i, Sunan Ibn Majah, Sunan Darimi, Muwaththa’ malik, dan
Cara takhrij hadis dengan menggunakan metode ini dapat dibantu Musnad Imam Ahmad.
dengan: Penggunaan metode ini dalam mentakhrij suatu hadis dapat
a. Kitab-kitab yang berisi hadis-hadis yang dikenal oleh orang dilakukan dengan mengikuti langkah-langkah sebagai berikut:
banyak, misalnya; ad-Durar al Muntatsirah fῑ al-Ahādῑṡ al- Pertama, menentukan kata kuncinya yaitu kata yang akan
Musytaharah, karya as-Suyuthi; al-Laali al-Manṡrah fῑ al-Ahādῑṡ al- dipergunakan sebagai alat untuk mencari hadis. Sebaiknya kata
Masyhurah, karya Ibnu Hajar; al-Maqāṣid al-Hasanah fῑ Bayāni kunci yang dipilih adalah kata yang jarang dipakai, karena semakin
Kaṡirῑn min al-Ahādῑṡ al-Musytahirah ‘ala’ al-Alsinah, karya as- bertambah asing kata tersebut akan semakin mudah proses
Sakhawi. pencarian hadis. Setelah itu, kata tersebut dikembalikan kepada
b. Kitab-kitab hadis yang disusun berdasarkan huruf kamus, bentuk dasarnya. Dan berdasarkan bentuk dasar tersebut dicarilah
misalnya; al-Jami’ as-Saghir min al-Ahdῑṡ al-Basyir an-Naẓir, karya kata-kata itu di dalam kitab Mu’jam menurut urutannya secara abjad
as-Suyuthi. (huruf hijaiyah).
c. Petunjuk-petunjuk dan indeks yang disusun para ulama untuk Kedua, mencari bentuk kata kunci tadi sebagaimana yang
kitab-kitab tertentu, misalnya; Miftah as-Ṡahihain, karya at- terdapat di dalam hadis yang akan kita temukan melalui Mu’jam ini.
Tauqadi; Miftah at-Tartῑb lῑ Ahaaditsi Tarikh al-Khatib, karya Di bawah kata kunci tersebut akan ditemukan hadis yang sedang
Sayyid Ahmad al-Ghumari; al-Bughiyyah fῑ Tartῑb al-AhādῑṡṢahῑh dicari dalam bentuk potongan-potongan hadis (tidak lengkap).
Muslim, karya Muhammad Fuad Abdul Baqi, Miftah Muwatha’ Mengiringi hadis tersebut turut dicantumkan kitab-kitab yang
Mālik, karya Muhammad Fuad Abdul Bagi juga. menjadi sumber hadis itu yang dituliskan dalm bentuk kode-kode
Metode ini mempunyai kelebihan dalam hal memberikan sebagaimana yang telah dijelaskan di atas.
kemungkinan yang besar bagi seorang mukharrij untuk menemukan Metode ini memiliki beberapa kelebihan yaitu mempercepat
hadis-hadis yang dicari dengan cepat. Akan tetapi, metode ini juga pencarian hadis dan memungkinkan pencarian hadis melalui kata-
mempunyai kelemahan yaitu, apabila terdapat kelainan atau kata apa saja yang terdapat dalam matan hadis. Sedangkan
perbedaan lafaz pertamanya sedikit saja, mak akan sulit unruk kelemahan metode ini adalah terkadang suatu hadis tidak
menemukan hadis yang dimaksud.
didapatkan dengan satu kata sehingga orang yang mencarinya Dari keterangan di atas jelaslah bahwa takhrῑj dengan metode
harus menggunakan kata-kata lain. ini sangat tergantung kepada pengetahuan terhadap tema hadis.
Untuk itu seorang mukharrij harus memiliki beberapa pengetahuan
4. Takhrij berdasarkan tema hadis tentang kajian Islam secara umum dan kajian fikih secara khusus.
Metode ini berdasarkan pada tema dari suatu hadis. Oleh karena Kelebihan metode ini adalah hanya menuntut pengetahuan akan
itu untuk melakukan takhrij dengan metode ini, perlu terlebih dahulu kandungan hadis, tanpa memerlukan pengetahuan tentang lafaz
disimpulkan tema dari suatu hadis yang akan ditakhrij dan pertamanya. Akan tetapi metode ini juga memiliki berbagai
kemudian baru mencarinya melalui tema itu pada kitab-kitab yang kelemahan, terutama apabila kandungan hadis sulit disimpulkan
disusun menggunkan metode ini. Seringkali suatu hadis memiliki oleh seorang peneliti, sehingga dia tidak dapat menentukan
lebih dari satu tema. Dalam kasus yang demikian seorang mukharrij temanya, maka metode ini tidak mungkin diterapkan.
harus mencarinya pada tema-tema yang mungkin dikandung oleh
hadis tersebut. Contoh hadis Nabi saw: 5. Takhrij berdasarkan status hadis
ÁläNi<hqJeãp/2eãpÕäa? statusnya kegiatan takhrij melalui metode ini dapat ditempuh, yakni
dengan merujuk pada kitab-kitab yang disusun secara khusus
Perkembangan ilmu pengetahuan, disisi lain memberikan dampak
positif, namun disisi lain juga menimbulkan dampak negatif. Dua
hal yang senantiasa muncul sejatinya disikapi dengan arif. Artinya
sekiranya ada dampak negatif, maka sekuat tenaga harus bisa
dihilangkan.
Kemampuan dan keseriusan para ulama jaman dulu, yang selalu
mengandalkan kekuatan hafalan dan ketelitian dalam pencatatan
hadis, tidak boleh kita anggap sesuatu yang ‘kuno’ dan tidak
‘njamani’ seiring dengan media digital dalam pencarian hadis.
Tradisi keilmuan ulama jaman dulu masih tetap relevan sampai
saat sekarang, bahkan yang akan datang, walau badai teknologi
menerpanya.
b. Tugas
Setelah saudara mempelajari tata cara mentakhrij hadis , maka التصموا حتى تروا الهالل: رسول اهلل صلى اهلل عليه وسلم.....
lengkapilah tabel berikut untuk lebih mempermudah pemahaman
saudara! (sofware yang digunakan adalah Hadith Encyclopedia v2.1
ان
(al-Kutub al-Tis’ah) atau al-kubro hadis 9. عبد اهلل بن عمر
Matan hadis : انمااالعمال بالنيات عن
PERLU DIINGAT
Kuatkanlah ilmu dengan tulisan Salah satu ilmu yang sangat penting yang memiliki pengaruh besar
Jika tulisannya salah, maka hasilnya salah terhadap pemeliharaan, penjelasan, pemahaman dan pengenalan
Kuatkanlah pendapat anda dengan merujuk pada kitab-kitab terhadap para perawi hadis adalah tahammul wa ada’ al hadis. Tidak
rujukan dapat dipungkiri bahwa dalam studi periwayatan hadis, persoalan bentuk
Bukan pada kitab-kitab yang asal anda suka periwayatan juga menjadi isu yang krusial. Hal ini karena perdebatan
Dalam hal hadis merujuklah pada kitab al-kutub at-tis’ah masalah tersebut juga berimplikasi terhadap keautentikan suatu hadis.
Terutama adalah al-kutub at-tis’ah yang sudah ditakhri>j
Selain kitab-kitab yang sudah ditakhri>j itu
ragu-ragulah tentang kebenarannya
M
.
A
u
e
R
n
a
i
r
k
g Wahai orang-orang yang beriman! Jika seseorang yang fasik
datang kepadamu membawa suatu berita, maka
kebenarannya, agar kamu tidak mencelakakan suatu kaum karena
kebodohan (kecerobohan),
perbuatanmu itu.
yang akhirnya kamu
menyesali
5.
6.
7.
ḥādῑṡ
Indikator Pembelajaran
Peserta didik mampu :
1.
2.
3.
4.
menghargai pendapat orang lain yang berbeda dengan dirinya
meneladani semangat dan selektif para ulama hadis
menjelaskan pengertian tahammul dan ada’
menjelaskan cara-cara penerimaan dan penyampaian hadis
mendemontrasikan tahammul dan ada’
mengidentifikasicara-cara tahammul dan ada’
membedakan masing-masing lafad tahammul dan ada’
Tujuan Pembelajaran
Peserta didik dapat :
1. mendemonstrasikan semangat muhaddisin dalam kehidupan
sehari-hari
2. membiasakan berkarya sebagai perwujujadan dari sifat
muhaddisin
3. menjelaskan pengertian tahammul dan ada’
4. menjelaskan cara-cara penerimaan dan penyampaian hadis
5. membedakan masing-masing lafad taḥammul wa ada’ al-ḥādῑ
Peta Konsep
Taḥammul wa
ada’ al-ḥādῑṡ
(Menerima dan
Pengertian Tahammul
Hadis
Cara-cara Tahammul
Hadis
Kata Kunci
MAKSUD
Guru menulis hadis
untuk murid yang
hadis dan yang
tidak
Guru memberitahu
kitab hadis kepada
muridnya untuk
diriwayatkan
Guru memberi
pesan agar kitabnya
kelak setelah
meninggal di
berikan kepada si
fulan
Murid menemukan
tulisan gurunya
Kuat hafalan
terpercaya
ISTILAH
المكتبة
االعالم
الوصية
الوجادة
الضبط
الثقة
MAKSUD
Pengertian Ada’ al-
Ḥadῑṡ
Menyampaikan hadis
kepada muridnya
Rawi (hadis)
mendengar langsung
dari gurunya
Murid membaca
hadis dihadapan
gurunya
Murid diizinkan
meriwayatan hadis
Guru memberikan
kitab (hadis) kepada
muridnya
ISTILAH
التحمل
االداء
السمع
العرض
االجازة
المنولة
.
B
g
n
e
M
i
t
a
r
m
Amati gambar ini,
kemudian berikan
.
C
a
e
M
i
m
r
h
A. Pengertian Tahammul Hadis
(Sumber: Dok. God.spot) Gambar 9.2
Metode yang tepat dalam proses pembelajran hadis akan
menghasilakan murid yang berkualitas
adalah:
5. Al-Mukatabah ÄÖç%äbjeãÅ
Mukatabah secara etimologi berarti bertulis-tulisan surat atau Sebagian ulama mutaakhkhirin berpendapat bahwa metode wasiat
berkorespondensi. Dalam terminologi studi hadis maksud metode mengandung makna izin periwayatan seperti halnya metode
ini ialah seorang syaikh menulis apa yang ia dengar untuk murid munawalah di atas. Sebagian ulama salaf juga melakukan metode
yang hadir atau yang tidak hadir di majelis dengan tulisan syaikh tahammul ini, seperti yang dilakukan Abu Qilabah Abdullah bin
sendiri atau dengan perintahnya, untuk dikirim kepadanya melalui Zaid al-Jurumi ( w. 104 H) sebelum wafatnya berpesan agar
orang yang terpercaya. Hukum metode mukatabahyang disertai kitab-kitabnya buat al-Sukhtiyani ( w. 131 H), kitab-kitab itu
ijazah dapat diterima dan sama dengan tingkatan metode diserahkan kepadanya dan sebagai pengganti transportasinya ia
munawalahberijazah dalam kualitas dan keabsahannya. Adapun menyerahkan uang lebih 10 dirham.
mukatabahyang tanpa ijazah terjadi pro dan kontra di kalangan
para ulama, di antara mereka melarang dan yang lain 8. Al-Wijādah ÄÕ8ä-qeãÅ
memperbolehkannya. Menurut pendapat yang shahih Wijādah secara etimologi berarti mendapat. Maksud metode ini
diperbolehkan, yaitu pendapat mayoritas ulama mutaqaddimin dan seseorang mendapatkan sebuah atau beberapa tulisan hadis yang
mutaakhirin, karena tulisan seorang syaikh dengan sesamanya diriwayatkan seorang syaikh yang ia kenal, tetapi ia tidak
atau kepada muridnya memberikan isyarat makna ijazah. mendengar dan tidak ada ijazah dari padanya. Atau seorang murid
| bahwa
berikut:
syarat-syarat penyampaian hadis (Ada’ al-ḥadῑṡ) sebagai
Àuyã8üp+}92eãW~fç%qsxã8öã diterima dalam tahammul. Dalam menerima hadis bagi orang kafir
syah saja karena hanya menerima tidak ada kekhawatiran
Samâ` yang paling tinggi adalah #RjA,&)91 Â identitasnya untuk meriwayatkan hadis tertentu, misalnya:
ú<ä6çeã3~2Ic%?-ü = “ Aku ijazahkan c. Õ>ä-üp Öepäni äm=ç5ü =
kepadamu kitab Shahih al-Bukhari”. Memberitakan kepada kami dengan metode munawalah dan
Ijazah (munawalah bercampur dengan al-Qira’ah)
Jika ijazah ditujukan kepada orang yang tidak jelas
identitasnya sekalipun kitab hadisnya jelas atau orang yang akan
5. Metode al-Mukatabah
diijazahi jelas tetapi hadisnya tidak jelas, tidak dapat diterima.
Pada umumnya majelis metode al-sama` dan al-qira’ah hadisnya Ungkapan ada’ al-hadis dalam metode ini, adakalanya
dibaca di majelis oleh Syaikh, sedang dalam metode ijazah tidak dengan ungkapan yang tegas, misalnya :
dibacakan hadisnya.
Beberapa ungkapan ada’ al-ḥaῑṡ dalam metode ini sebagai
berikut;
a. lwY#ãè&a=Si Fulanmenulis surat kepadaku,
b. Öæä&aûm =ç5üpülwY&)91= Si Fulan
a. lwY1>ä-ü = Si Fulan memberikan ijazah kepadaku. memberitakan kepadaku atau memberitakan kepadaku melalui
surat (metode munawalah bercampur dengan metode al-sama’
b. Õ>ä-ü än)91 = Si Fulan memberitakan kepada dan al-qira’ah)
kami dengan cara ijazah, ( metode ijazah bercampur dengan
metode al-sama’) 6. Metode al-I’lām
c. Õ>ä-ü äm=ç5ü = Si Fulan memberitakan Lambang ungkapan ada’ al-Hadits dengan menggunakan :
kepada kami dengan ijazah (metode ijazah bercampur dengan
metode al-qira’ah) ã;bæû6~E ûnjfQü= Syaikhku memberikan
informasi kepadaku begini ..”
d. ämýçmü= Si Fulan memberitakan kepada kami 7. Metode al-Waṣiyah
(berlaku bagi mutaakhkhirin)
Bentuk ungkapan ada’ al-hadis dalam metode ini adalah:
4. Metode al-Munawalah
Bentuk ungkapan Ada’ al-Hadis dalam metode Munawalah a. ã;bælwYûeãûIpü= Si Fulan berwasiat kepadaku
berijazah yang paling baik adalah dengan mengatakan : begini,
a.
b
ã;alwYÌ6æ$9-p= Aku dapatkan pada tulisan si
Fulan begini.....,
. ã;alwYÌ6æ$ü=]
si Fulan begini…...
= Aku membaca pada tulisan
Rangkum
Pencarian hadis sampai mendapatkannya dari seorang guru atau
syekh, yang kemudian dikenal dengan istilah tahammul, merupakan
upaya penyelamatan hadis nabi. Dari usaha yang sungguh-sungguh ini,
akhirnya dapat dibukukkan dan menghasilkan beberapa istilah, antara
lain as-Sama’, al-‘Ardhu, al-Ijazah, al-Munawwalah, al-Mukatabah, al-‘Ilam,
dan al-Wijadah. Sementara dalam penyampaian hadis kepada murid-
muridnya dinamakan al-‘ada. Adapun lafad yang digunakan al-‘ada
menyesuaikan dengan tahammulnya.
Kisah Keteladanan
Imam Bukhari
Amirul Mukminin fil Hadits, gelar itu didaulatkan para ulama
kepada ahli hadis dari Kota Bukhara, Uzbekistan. Tak salah bila
ulama besar di abad ke-9 M ini ditabalkan sebagai ‘Pemimpin Kaum
Mukmin dalam Ilmu Hadis’. Betapa tidak, hampir seluruh ulama
merujuk kitab kumpulan hadis sahih yang disusunnya.Para ulama
juga bersepakat, Al Jami’ as Sahih atau Sahih Al Bukhari kumpulan
hadis sahih sebagai kitab paling otentik setelah Alquran. Sahih Al
Bukhari yang disusun ulama legendaris asal ‘kota lautan
pengetahuan’ Bukhara itu juga diyakini kalangan ulama Sunni
sebagai literatur hadis yang paling afdol. Sang ulama fenomenal itu
mendedikasikan hidupnya untuk menyeleksi secara ketat ratusan
ribu hadis yang telah dihafalnya sejak kecil. Karyanya yang sangat
monumental itu bak cahaya yang telah menerangi perjalanan hidup
umat Islam. Ribuan hadis sahih telah dipilihnya menjadi pedoman
hidup umat Islam, sesudah Alquran.
Ulama besar dan ahli hadis nomor wahid ini memiliki nama
lengkap Muhammad Ibnu Ismail Ibnu Ibrahim Ibnu Al Mughirah Ibnu
Bardizbah Al Bukhari . Ia lebih dikenal dengan nama tanah
kelahirannya, Bukhara. Dan, masyarakat Muslim pun biasa
memanggilnya Imam Bukhari. Pemimpin kaum Mukminin dalam
ilmu hadis itu terlahir pada hari Jumat, 13 Syawal 194 H, bertepatan
dengan 20 Juli 810 M. Sejak kecil, Imam Bukhari hidup dalam
keprihatinan. Alkisah, ketika terlahir ke dunia, Bukhari cilik tak bisa
melihat alias buta. Sang bunda tak putus dan tak tak pernah
berhenti berdoa dan memohon kepada Allah SWT untuk
kesembuhan penglihatan putranya.
Pada usia 18 tahun, secara khusus, Imam Bukhari
mencurahkan pikiran dan waktunya untuk mengumpulkan,
mempelajari, menyeleksi, dan mengatur ratusan ribu hadis yang
dikuasai dan dihafalnya. Demi memurnikan dan mencapai hadis-
hadis yang paling otentik dan sahih, ia berkelana ke hampir seluruh
dunia Islam, seperti Mesir, Suriah, Arab Saudi, serta Irak. Dengan
penuh kesabaran, ia mencari dan menemui para periwayat atau
perawi hadis dan mendengar langsung dari mereka. Tak kurang dari
1.000 perawi hadis ditemuinya. Hingga akhirnya, Imam Bukahri
menguasai hampir lebih dari 600 ribu hadis, baik yang sahih
maupun dhaif. Perjalanan mencari dan menemukan serta
membuktikan kesahihan hadis-hadis itu dilakukannya selama 16
tahun.
Setelah sekian lama mengembara, ia lalu kembali ke Bukhara
dan merampungkan penysunan kitab yang berisi kumpulan hadis
sahih berjudul Al Jami’ Al Sahih. Kitab hadis yang menjadi rujukan
para ulama itu berisi 7.275 hadis sahih. Pada usia 54 tahun, dia
berkunjung ke Nishapur, sebuah kota di Asia Tengah. Di kota itu,
Imam Bukhari diminta untuk mengajar hadis. Salah seorang
muridnya adalah Imam Muslim yang juga terkenal dengan kitabnya
Sahih Muslim. Imam Bukhari lalu hijrah ke Khartank, sebuah
kampung di dekat Bukhara. Para penduduk desa memintanya untuk
tinggal di tempat itu. Imam Bukhari pun tinggal di Desa Khartank
hingga tutup usia pada usia 62 tahun. Ia meninggal dunia pada
tahun 256 H/ 870 M. Meski telah meninggal 13 belas abad yang
M
.
F
a
l
r
e
B
h
i
t
lalu, namun cahaya dari Bukhara itu tak pernah padam dan terus
menerangi kehidupan umat Muslim.
As-Sama
سمعت
....
....
....
....
Al-‘Ardlu
....
Disadur dari Imam Bukhari:
Cahaya Kemilau dari Bukhara.
b. Tugas
Setelah saudara mempelajari
....
hadis
Al-
Munawwalah
....
PERLU DIINGAT
Al-
Mukatabad
....
http://wikipedia.org.