Anda di halaman 1dari 93

Drs. Moh. Soir, M.

Si
Muhammad Zunin, L.c.
Ngatiman, M. Pd. I Berdasarkan Standar Isi
Madrasah Aliyah Tahun 2013

HADIS
Untuk kelas X Peminatan Ilmu-ilmu
Agama Madrasah Aliyah
KATA PENGANTAR Akhirnya, kami menyadari bahwa dalam penyusunan buku ini
masih ada kekurangan, baik dari sisi metodologi maupun substansi
Alhamdulillahirrabbil ‘alamῑn, Puji syukur kehadirat Allah swt
maka saran dan kritik yang konstruktif selalu kami harapkan untuk
atas segala limpahan rahmat dan hidayah-Nya, Solawat serta salam
perbaikan selanjutnya. Semoga buku ini bermanfaat dan
semoga selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad Saw, sahabat,
mendapatkan ridha dari Allah Swt. amin.
beserta keluarganya.

Upaya untuk memahami hadis sudah dimulai sejak


Muhammad diutus sebagai Nabi, kepiawaian pengikut Nabi dalam Bandung, Nopember 2013
menangkap informasi yang disampaikannya, menuntut adanya
Penulis
keseriusan yang luar biasa. Upaya memahami hadis nabi tidak
pernah berhenti, bahkan sampai sekarangpun masih menjadi kajian Pedoman Transliterasi Arab-Latin
yang menarik di berbagai level kajian, tidak ketinggalan di tingkat
Madrasah Aliyah. Berikut ini adalah pedoman transliterasi yang diberlakukan
berdasarkan Keputusan Bersama Mentri Agama dan Mentri
Sebagai upaya untuk mewujudkan hal itu, maka disusunlah Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 158 Tahun
bukuHadis untuk Kelas X Peminatan Ilmu-ilmu Agama Madrasah 1987 dan Nomor 0543/b/u/1987.
Aliyah untuk memudahkan peserta didik pemula memahmi hadis 1. Konsonan
nabi. N
Arab Latin No Arab Latin No Arab Latin
o
Buku ini disusun berdasarkan pada Standar Isi Kurikulum Tidak
Madrasah Aliyah tahun 2013. Buku ini membahas tentang ilmu 1 ‫أ‬ dilamban 11 ‫ز‬ z 21 ‫ق‬ q
hadis, sejarah pemeliharaan hadis, sejarah para sahabat dan gkan
pentakhrij hadis, kedudukan dan fungsi hadis, kitab-kitab hadis, 2 ‫ب‬ B 12 ‫س‬ s 22 ‫ك‬ k
pengelompokkan kitab, takhrij hadis, serta penerimaan dan
periwayatan hadis. 3 ‫ت‬ T 13 ‫ش‬ sy 23 ‫ل‬ l

Buku ini disusun secara ringkas, padat, dan jelas, serta 4 ‫ث‬ ṡ 14 ‫ص‬ ṣ 24 ‫م‬ m
dilengkapi dengan peta konsep pembelajaran yang jauh dari kesan
menggurui. Cara ini ditempuh untuk memberi kenyamanan kepada 5 ‫ج‬ J 15 ‫ض‬ ḍ 25 ‫ن‬ n
peserta didik. Dengan demikian buku ini diharapkan dapat menjadi
mitra yang mengasikkan bagi peserta didik dalam belajar.
6 ‫ح‬ ḥ 16 ‫ط‬ ṭ 26 ‫و‬ w

7 ‫خ‬ Kh 17 ‫ظ‬ ẓ 27 ‫ه‬ h


8 ‫د‬ D 18 ‫ع‬ ’ 28 ‫ء‬ ̇

9 ‫ذ‬ Ż 19 ‫غ‬ g 29 ‫ي‬ y


1
0
‫ر‬ R 20 ‫ف‬ f

2. Vokal Pendek 4. Diftong


‫ــَـ ـ ـ‬ = a ‫ب‬ َ َ‫َكت‬ kataba ‫َـي‬
ْ ‫ــ‬ = ai ‫ف‬َ ‫َكْي‬ kaifa

‫ــِـ ـ ـ‬ = i ‫ُسئِ َل‬ su ̇ ila ‫ـ ـ َْـو‬ = au ‫َح ْو َل‬ ḥaula

‫ــُـ ـ ـ‬ = u ‫ب‬ُ ‫يَ ْذ َه‬ yażhabu


3. Vokal Panjang
‫ـ ـ ـَــا‬ = ā ‫قَ َال‬ qāla

‫ـ ـ ـِــي‬ = ī ‫قِْي َل‬ qīla

‫ـ ـ ـُــو‬ = ū ‫َي ُق ْو ُل‬ yaqūlu

 Sebeleum memasuki materi


pokok pembelajaran, ada Mari
PETUNJUK PENGGUNAAN BUKU Renungkan sebagai pengantar
pemahaman awal siswa tentang
materi yang dipelajari.
 Kompetensi Inti, Kompetensi
Dasar dan Tujuan Pembelajaran
 Setiap awal bab disajikan cover
sebagai panduan dan target
dengan ilustrasi sebagai gambaran
materi yang akan dipelajari
tentang materi yang dipelajari.
 Kata kunci disajikan agar pembaca mengambil
memperhatikan apa yang harus dihafal selama  Mari Mendalami
mempelajari bab Karakter disajikan untuk
membentuk karakter
positif peserta didik
 Rangkuman Materi
sebagai ringkasan
materi untuk
mempermudah peserta
didik mengingat dan
mengulang pelajaran

 Mari Memahami merupakan sajian


materi yang diajarkan atau dipelajari
oleh peserta didik

 Mari Berlatih sebagai evaluasi


siswa pada setiap akhir
pembelajaran
DAFTAR ISI
Kata Pengantar
Pedoman Translitarasi Arab-Latin
Petunjuk Penggunaan buku
 Tugas portofolio dan penilaian sikap Daftar Isi
merupakan sajian yang mengajak pembaca Semester 1
untuk kreatif dalam mengambil sebuah Bab I. Ilmu Hadis
pelajaran yang bisa diamalkan dalam A. Mari Renungkan
kehidupan sehari-hari.
B. Peta Konsep
C. Mari Mengamati
D. Kata Kunci
E. Mari Memahami Hadis
F. Mari Mendiskusikan Ilmu Hadis
G. Mari Mendalami Karakter
H. Rangkuman Materi
I. Mari Berlatih
J. Penilaian Sikap
Bab II. Sejarah Pemeliharaan dan Kodifikasi Hadis
A. Mari Renungkan
B. Peta Konsep
C. Mari Mengamati
D. Kata Kunci
E. Mari Memahami Sejarah Pemeliharaan dan Kodifikasi Hadis
F. Mari Mendiskusikan Sejarah Pemeliharaan dan Kodifikasi
Hadis
G. Mari Mendalami Karakter
H. Rangkuman Materi
I. Mari Berlatih
J. Penilaian Sikap
Bab III. Sejarah Tokoh Hadis Masa Sahabat
A. Mari Renungkan
B. Peta Konsep
C. Mari Mengamati
D. Kata Kunci
E. Mari Memahami Sejarah Tokoh Hadis masa Sahabat
F. Mari Mendiskusikan Sejarah Tokoh Hadis masa Sahabat
G. Mari Mendalami Karakter I. Mari Berlatih
H. Rangkuman Materi J. Penilaian Sikap
I. Mari Berlatih Bab VII. Pengelompokkan Kitab Hadis
J. Penilaian Sikap A. Mari Renungkan
Bab IV. Sejarah Para Pentakhrij Hadis B. Peta Konsep
A. Mari Renungkan C. Mari Mengamati
B. Peta Konsep D. Kata Kunci
C. Mari Mengamati E. Mari Memahami Pengelompokkan Kitab Hadis
D. Kata Kunci F. Mari Mendiskusikan Pengelompokkan Kitab Hadis
E. Mari Memahami Sejarah Para Pentakhrij Hadis G. Mari Mendalami Karakter
F. Mari Mendiskusikan Sejarah Para Pentakhrij Hadis H. Rangkuman Materi
G. Mari Mendalami Karakter I. Mari Berlatih
H. Rangkuman Materi J. Penilaian Sikap
I. Mari Berlatih Bab VIII. Pengenalan Takhrῑj al-Ḥadῑs
J. Penilaian Sikap A. Mari Renungkan
B. Peta Konsep
Semester 2 C. Mari Mengamati
Bab V. Kedudukan dan Fungsi Hadis D. Kata Kunci
A. Mari Renungkan E. Mari Memahami Takhrῑj al-Ḥadῑs
B. Peta Konsep F. Mari Mendiskusikan Takhrῑj al-Ḥadῑs
C. Mari Mengamati G. Mari Mendalami Karakter
D. Kata Kunci H. Rangkuman Materi
E. Mari Memahami Kedudukan dan Fungsi Hadis I. Mari Berlatih
F. Mari Mendiskusikan Kedudukan dan Fungsi Hadis J. Penilaian Sikap
G. Mari Mendalami Karakter Bab IX. Taḥammul wa Ada’ al-Ḥadῑs
H. Rangkuman Materi A. Mari Renungkan
I. Mari Berlatih B. Peta Konsep
J. Penilaian Sikap C. Mari Mengamati
Bab VI. Kitab-kitab Hadis Mu’tabarah D. Kata Kunci
A. Mari Renungkan E. Mari Memahami Taḥammul wa Ada’ al-Ḥadῑs
B. Peta Konsep F. Mari Mendiskusikan Taḥammul wa Ada’ al-Ḥadῑs
C. Mari Mengamati G. Mari Mendalami Karakter
D. Kata Kunci H. Rangkuman Materi
E. Mari Memahami Kitab-kitab Hadis Mu’tabarah I. Mari Berlatih
F. Mari Mendiskusikan Kitab-kitab Hadis Mu’tabarah J. Penilaian Sikap
G. Mari Mendalami Karakter
H. Rangkuman Materi
Kompetensi Inti (KI)

1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama Islam


2. Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli
(gotong royong, kerja sama, toleran, damai) santun, responsif dan pro-aktif dan
menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam
berinteraksi secara efektif dengan
menempatkan diri sebagai cerminan
3. Memahami, menerapkan
menerima
dan
hadis
lingkunganumat
Seluruh
bangsa

budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan,


kebangsaan, kenegaraan,
kejadian, serta menerapkan

Sumber: http://ayatullah-qori.blogspot.com
utamadansetelah
mempelajari
sosial danIslam
dalam dan
paham
menganalisis
Rasulullah
pergaulan

konseptual, prosedural dalam ilmu pengetahuan, teknologi, seni,


alam serta

pengetahuan

al-Qur’an.
peradaban
saw

Olehfenomena
terkait
hadis dan prosedural
pengetahuan
dalam
telah
dunia. bahwa
keyakinan
faktual,
merupakan
pedoman hidup dan sumber pijakan yang
karena itu,
hal-hal yang
terkait dengannya bagi seorang muslim
adalah sebuah keniscayaan. Ilmu yang
digunakan untuk mengetahui kebenaran
dan
pada
A
R
a
M
.
u
e
n
i
r
k
g Imam Sufyan Ats-Tsauri berkata, “Saya tidak mengenal
ilmu yang lebih utama bagi orang yang berhasrat
menundukkan wajahnya di hadapan Allah selain dari pada ilmu
hadis. Orang-orang sangat memerlukan ilmu ini sampai
kepada soal soal kecil sekalipun, seperti makan dan minum
memerlukan petunjuk dari hadis. Mempelajari ilmu hadis lebih
utama daripada menjalankan shalat dan puasa sunnat karena
mempelajari ilmu ini adalah fardlu ‘ain sedang shalat dan
puasa sunnat adalah sunat”. Kemudian Imam Syafi’i juga
pernah berkata, “Demi umurku. Ilmu hadis ini termasuk tiang
agama yang paling kokoh dan keyakinan yang paling teguh.
bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya
untuk memecahkan masalah
4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah
abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di
sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan metoda
sesuai kaidah keilmuan.

Kompetensi Dasar (KD)


1.1. Meyakini kedudukan hadis sebagai sumber hukum islam
2.3. Membiasakan berkarya sebagai perwujudan dari sifat para
muhaddisin
3.1. Memahami pengertian dan macam-macam ilmu Hadis
4.1. Menunjukkan contoh kitab hadis dirāyah dan riwāyah
4.4. Menceriterakan kisah ulama hadis dan meneladaninya

Indikator Pembelajaran
Peserta didik mampu :
1. menjadikan hadis sebagai sumber hukum islam
2. menjelaskan pengertian hadis dengan benar
3. menyebutkan macam-macam ilmu hadis dengan tepat
4. membedakan antara ilmu hadis dirayah dengan ilmu hadis
riwayah
5. mengidentifkikasa kitab hadis dirayah berikut penyusunnya
u
lm
Iiw
H
D
R s
d
y
o
r
a
h
6. menyebutkan nama-nama kitab hadis riwayah berikut penyusunnya
7. mendemonstrasikan semangat ulama hadis

Tujuan Pembelajaran
Peserta didik dapat :
1. memedomani hadis sebagai sumber hukum islam
2. menjelaskan pengertian ilmu hadis
3. menjelaskan macam-macam ilmu hadis
4. menyebutkan manfaat mempelajari ilmu hadis
5. menunjukkan contoh kitab-kitab hadis dirāyah dan riwāyah
6. Meneladani para ulama hadis

Peta Konsep
a
.
B
g
n
e
M
i
t
r
m
h
C
H
u
l
I
s
d Ilmu yang mempelajari
makna yang jauh dari
biasa

Hubungan/kesesuaian
antara dua hal
ISTILAH
‫علمغريب‬
‫الحديث‬
‫مناسبة‬
MAKSUD
Amati gambar berikut ini,
kemudian berikan

Ilustrasi gambar diatas adalah silsilah tabaqah sanad dari waktu ke waktu,
beberapa orang ulama’ berkumpul dan membicarakan sesuatu tentang nabi Muhammad

MAKSUD
saw, dan gambar sampul kitab ulumu al hadis.

Kata Kunci

Pengetahuan
tentang ilmu hadis

Cerita tentang
nabi
ISTILAH

ٌ‫ِد َرايَة‬

ٌ‫ِر َوايَة‬
ِ ‫السنَ ِد واْملنَت‬ ِ ِ
‫ث هو ِع ْلم بَِقوانِ يعر ُ هِب‬ ِ
َ َّ ‫َح َو ُال‬
ْ ‫ف َاأ‬ َ ْ ُ َ ‫ع ْل ُم احْلَديْ ُ َ ٌ َ نْي‬
Setelah anda mengamati gambar diatas, maka perasaan, fikiran,
konsentrasi, dan perhatian anda terhadap ilmu hadis sudah penuh,
bahkan ada beberapa pertanyaan-pertanyaan dalam hati anda ”Ilmu hadis adalah ilmu tentang kaidah-kaidah untuk mengetahui
tentang apa itu ilmu hadis.? Marilah kita memahami materi tentang kondisi sanad dan matan.”
ilmu hadis dibawah ini! Sanad atau isnad (jamak) secara etimologi artinya sandaran.
Sedangkan secara terminologi adalah mata rantai atau jalan
1. Pengertian Ilmu Hadis yang bersambung sampai kepada matan (isi hadis) yang terdiri
Ilmu hadis (ulūm al-ḥadῑs) terdiri dari dua kata, yaitu ilmu dari para rawi yang meriwayatkan matan hadis dan
(ulūm) dan al-ḥadīṡ. Kata ‘ulūm dalam bahasa arab adalah bentuk menyampaikannya.
jamak dari ‘ilm, yang berarti “ilmu-ilmu”; sedangkan al-ḥadῑs di
kalangan ulama hadis berarti “segala sesuatu yang disandarkan 2. Macam-macam Ilmu Hadis
kepada nabi saw dari perbuatan, perkataan, takrir, atau sifat.”
dengan demikian, gabungan kata ulūm al-hadῑs mengandung Pada perkembangannya, ulama mutaakhirin membagi ilmu
pengertian “ilmu-ilmu yang membahas atau berkaitan dengan hadis menjadi dua, yakni ilmu hadis riwayah dan ilmu hadis
hadis nabi saw”. dirayah.
Sedangkan menurut ulama mutaqaddimin adalah a. Ilmu Hadis Riwayah
ِ َّ ِ‫ث ب‬ ِ ‫ث عن َكي ِفي َِة اِتْصـال اْالَحـاَ ِدي‬ ِ ِ ِ
ُ‫صـلَّى اهلل‬
Ilmu hadis riwayah adalah ilmu hadis yang khusus
َ ‫الر ُسـ ْول‬ ْ َ ْ ْ َ ُ ‫عُلُ ْو ُم احْلَديْث ُهـ َـو ع ْل ٌم يُْب َح‬ berhubungan dengan riwayah, yakni ilmu yang meliputi
ِ ‫ث َكي ِف‬ ِ ‫هِت‬
ُ ‫َعلَْي ـ ِـه َو َس ـلَّ َم ِم ْن َحْي‬
َ ‫ث َم ْع ِرفَةُ اَ ْحـ َـو ِال ُر َّوا َا‬
pemindahan (periwayatan) perkataan, perbuatan, ketetapan,
‫يَة‬ ْ ُ ‫ض ـْبطًا َو َع َدالَة َوم ْن َحْي‬ dan sifat Nabi saw, pencatatannya, dan penguraian lafaz-

.‫اعا‬ ِ ِِ lafaznya.
ً َ‫صاالً َوانْقط‬ َ ْ‫السنَد ات‬ َّ ‫صلَّى اهللُ َعلَْي ِه َو َسلَّ َم َق ْواًل أ َْو فِ ْعاًل أ َْو‬ ِ ِ ِ
َ ‫ف إِىَل النَّيِب‬
َ ‫ع ْل ٌم يَ ْشتَم ُل َعلَى َن ْق ِل َماأُضْي‬
“Ilmu pengetahuan yang membicarakan tentang cara-cara
menyambungkan hadis sampai kepada Rasul Saw baik dari segi ً‫َت ْق ِر ْيًرا أ َْو ِص َفة‬
keadaan keḍabitan atau keadilan, periwayatnya, maupun dari Sedangkan menurut Muhammad ‘Ajjāj al-Khathῑb, ilmu hadis
segi sambung atau putusnya rantai sanad.” riwayah adalah ilmu yang membahas tentang pemindahan
Ilmu hadis juga diartikan sebagai suatu ilmu yang dapat digunakan (periwayatan) segala sesuatu yang disandarkan kepada Nabi saw,
untuk mengetahui betul atau tidaknya ucapan, perbuatan, ketetapan berupa perkataan, perbuatan, takrir (ketetapan atau pengakuan),
dari Nabi Muhammad saw. Dapat juga diartikan sebagai: sifat jasmaniah, atau tingkah laku (akhlak) dengan cara yang teliti
ِ َّ ‫اع ِدالَّيِت يتو‬ ِ ‫ِع ْلم احْل ِدي‬
َّ ‫ص ُل هِب َااىَل َم ْع ِرفَِة‬
‫الرا ِويـ َوالْ َم ْر ِويـ‬ ِ ‫ث هومع ِرفَةُاْل َقو‬ atau terperinci.
ََ َ َ ْ َ ُ
َ ْ َ ُ
”Ilmu hadis adalah pengetahuan tentang kaidah-kaidah yang
digunakan untuk mengetahui tentang periwayatatau yang
‫ف إِىَل النَّيِب ِم ْن َق ْو ٍل أ َْو فِ ْع ٍل أ َْو َت ْق ِريْ ٍر أ َْو ِص َف ٍة‬ ِ ِ ِ
َ ‫ُه َو ع ْل ٌم الّذي َي ُق ْو ُم َعلَى َما أُض‬
diriwayatkan”
Ada juga pendapat lain yang mengatakan: ‫َخ ْل ِقيَّ ٍة أ َْو ُخلُ ِقيَّ ٍة َن ْقاًل َدقِْي ًقا حُمََّر ًرا‬
Dari definisi di atas dapat dipahami bahwa ilmu hadis riwayah ke 3 H yang dilakukan oleh para ulama, seperti Imam al-
pada dasarnya adalah membahas tentang tata cara Bukhari, Imam Muslim, Imam Abu Dawud, Imam al-
periwayatan, pemeliharaan, dan penulisan atau pembukuan Turmudzi, dan lain-lain. Dengan dibukukan hadis-hadis Nabi
hadis nabi saw. saw oleh para ulama di atas, dan buku mereka pada masa
Objek kajian ilmu hadis riwayah adalah hadis nabi saw dari segi selanjutnya telah jadi rujukan para ulama yang datang
periwayatan dan pemeliharaannya. Hal tersebut mencakup: kemudian, maka dengan sendirinya Ilmu hadis riwayah tidak
1) cara periwayatan hadis, baik dari segi cara penerimaan banyak lagi berkembang.
dan demikian
juga dari cara penyampaiannya dari seorang perawi ke
perawi lain. b. Ilmu Hadis Dirāyah
2) cara pemeliharaan hadis, yaitu dalam bentuk Dalam mendefinisikan ilmu hadis dirayah, ada beberapa
penghafalan, penulisan, dan pembukuannya. pendapat di kalangan ulama, di antaranya;
Ilmu hadis riwayah ini sudah ada sejak nabi saw masih hidup, Pendapat Ibn Akfani yang memberikan pengertian bahwa
yaitu bersamaan dengan dimulainya periwayatan dengan hadis ilmu hadis dirayah adalah ilmu yang mempelajari hakikat
itu sendiri. Para sahabat Nabi saw menaruh perhatian yang periwayatan, syarat-syarat, macam-macam, dan hukum-
tinggi terhadap hadis Nabi saw. Mereka berusaha untuk hukumnya, sifat-sifat para perawi dan syarat-syaratnya, serta
memperoleh hadis-hadis Nabi saw dengan cara mendatangi macam-macam sesuatu yang diriwayatkan serta hal-hal yang
majelis rasul saw serta mendengar dan menyimak pesan atau terkait dengannya:
‫الر َّو ِاة‬ ِّ ُ‫ف ِمْنهُ َح ِقْي َقة‬
ُ ‫الر َوايَِة َو ُش ُر ْوطُ َها َواَْن َواعُ َها َواَ ْح َك ُام َها َو َح‬
ُّ ‫ال‬ ُ ‫ِع ْل ٌم يُ ْعَر‬
nasihat yang disampaikan beliau saw.
Demikianlah periwayatan dan pemeliharaan hadis Nabi saw
berlangsung hingga usaha penghimpunan hadis secara resmi
pada masa pemerintahan khalifah ‘Umar ibn ‘Abd al-‘Azῑz ‫ات َو َما َيَت َعلَّ ُق هِب َا‬
ِ ‫اف اْملر ِوي‬
َ َْ ُ َ‫صن‬
ِ
ْ َ‫َو ُش ُر ْواط ِه ْم َوا‬
(memerintah 99 H/717 M- 124 H/ 742 M). Menurut pendapat Syaikhul Islam Ibnu Hajar, ilmu hadis
1) Manfaat mempelajari ilmu hadis riwayah : dirayah adalah pengetahuan tentang kaidah-kaidah untuk
a. Dengan ilmu hadis kita dapat menjaga dan memelihara mengetahui keadaan perawi dan sesuatu yang diriwayatkan.
hadis nabi dan menghindari kesalahan periwayatan dan Pengertian ini diikuti oleh sebagian besar ahli hadis.
penyampaiannya. Dari pengertian di atas dapat dijelaskan bahwa ilmu hadis
b. Ilmu hadis merupakan perantara dan media akan dirayah adalah kumpulan kaidah-kaidah yang diketahui
kesempurnaan kita dalam mematuhi dan mengikuti dengannya keadaan perawi dan sesuatu yang diriwayatkan
Rasulullah saw serta melestarikan ajaran-ajarannya. dari sisi diterima dan tidaknya.
2) Penyusun Kitab Ilmu Hadis Riwayah Objek kajian atau pokok bahasan ilmu hadis dirayah ini,
Al-Zuhri dipandang sebagai pelopor ilmu hadis riwayah; dan berdasarkan definisi di atas, adalah penelitian terhadap para
dalam sejarah perkembangan hadis, dia dicatat sebagai perawi hadis dan keadaan mereka yang meriwayatkan hadis,
ulama pertama yang menghimpun hadis Nabi saw atas demikian juga halnya dengan sanad dan matannya.
perintah Khalifah ‘Umar ibn ‘abd al-Azῑz. Pembahasan tentang sanad meliputi;
Usaha penghimpunan, penyeleksian, penulisan, dan 1) Segi persambungan sanad (ittiṣal al-sanad), yaitu bahwa
pembukuan hadis secara besar-besaran terjadi pada abad suatu rangkaian sanad hadis haruslah bersambung mulai
dari sahabat sampai pada periwayat terakhir yang "Ilmu untuk mengetahui para perawi hadis dalam
menuliskan atau membukukan hadis tersebut. Oleh kapasitasnya sebagai perawi hadis.
karenanya, tidak dibenarkan suatu rangkaian sanad Ilmu ini sangat penting kedudukannya dalam lapangan
tersebut yang terputus, tersembunyi, tidak diketahui ilmu hadis, karena objek kajian hadis pada dasarnya ada
identitasnya atau tersamar. dua hal yaitu matan dan sanad. Ilmu Rijalul hadis ini lahir
2) Segi kepercayaan sanad (ṣiqat al-sanad), yatu setiap bersama-sama dengan periwayatan hadis dalam Islam dan
perawi yang terdapat di dalam sanad suatu hadis harus mengambil porsi khusus untuk mempelajari persoalan-
memiliki sifat adil dan Ẓabiṭ (kuat dan cermat hafalan atau persoalan di sekitar sanad.
dokumentasi hadisnya) Di antara kitab yang paling tua yang menguraikan tentang
3) Segi keselamatan dan kejanggalan (syādz). sejarah para perawi thabaqat demi thabaqat adalah karya
4) Keselamatan dan cacat (‘illat). Muhammad ibn Sa'ad (w 230 H) yaitu Ṫabaqāt Al-Qubra
5) Tinggi dan rendahnya martabat suatu sanad. dan karya Khalifah ibn 'Ashfari ( w. 240 H) yaitu Ṫabaqāt
Sedangkan pembahasan mengenai matan adalah meliputi Al-Ruwwah dll
segi ke-shahih-an atau ke-ẓaifan-nya. Hal tersebut dapat 2) Ilmu gharib al-hadis, yakni ilmu yang membahas redaksi
dilihat dari kesejalananya dengan makna dan tujuan yang hadis yang pelik-pelik yang tidak mudah dipahami, karena
terkandung di dalam Al-Qur’an, atau selamatnya dari; jarang dipakai. Ibnu Shalah mendefinisikan:
1) kejanggalan redaksi (rakakat al-faẓ);
2) cacat atau kejanggalan dari maknanya (fasād al- ma’na), ‫ث اَل َيَتنَ َاولُهُ اْل َف ْه ُـم إِاَّل َع ْن بُ ْع ٍد‬
ُ ‫ض حِب َْي‬ ِ ُ ‫ِع ْلم يعر‬
َ ‫ف بِه َما َبعُ َد َم ْعنَاهُ َو َغ ُم‬ َْ ُ ٌ
karena bertentangan dengan akal dan panca indera, atau ”Ilmu gharibil hadis adalah ilmu pengetahuan untuk
dengan kandungan dan makna Al-Qur’an, atau dengan mengetahui makna yang jauh dari pengertian biasa dan
fakta sejarah; dan tersembunyi, tidak dapat dicapai dengan mudah tanpa
3) kata-kata asing (gharῑb), yaitu kata-kata yang tidak bisa mencurahkan akal fikiran.
dipahami berdasarkan maknanya yang umum dikenal.
Nabi adalah sefasih-fasihnya orang Arab yang diutus untuk
Setelah mengetahui pengertian ilmu hadis, kalau begitu menghadapi kaumya yang bermacam suku dan kabilah.
apa saja yang termasuk ilmu yang berhubungan dengan ilmu Adakalanya beliau berhadapan dengan kaum tertentu dan
hadis ini? beliau menggunakan bahasa dari kaum yang dihadapinya.
Kemudian pada perkembangan selanjutnya setelah banyak
Dari dua pokok dasar ulum al-hadis di atas (ilmu hadis bangsa nonArab memeluk Islam mendapati lafal-lafal yang
riwayah dan dirayah), kemudian muncullah bermacam- digunakan itu terasa asing / gharib. Nah ilmu ini
macam cabang ilmu hadis, seperti: dimunculkan dengan tujuan untuk memudahkan dalam
1) Ilmu rijāl al-ḥadῑs, yakni ilmu yang mengkaji tentang para memahami hadis-hadis yang mengandung lafal-lafal yang
perawi hadis, baik dari sahabat, tabi’in, maupun angkatan gharib tersebut.
setelahnya:
Di antara para Ulama yang pertama-tama menyusun hadis-
ِ ‫ث اَنَّهم ر ُّواةٌ لِْلح ِدي‬
‫ث‬ ِ ِ ِ ِِ ُ ‫ِع ْلم يعر‬
ْ َ ُ ْ َ ُ ‫ف به ُر َّواةُ اْحلَديْث م ْن َحْي‬ َْ ُ ٌ hadis yang gharib tersebut adalah Abu Ubaidah Ma'mar bin
Matsna Al-Taymi Al-Bisri (w. 210 H) dan Abu Al-Hasan bin Ilmu ini juga disebut Ilmu Mukhtaliful Hadis dan yang telah
Ismail Al-Mizini Al Nahawi (w. 204 H). berusaha menyusun ilmu ini adalah Imam Syafi'i (204 H),
Salah satu kitab terbaik yang ada sekarang ini adalah kitab Ibn Qurtaibah (276 H), At Tahawi (321H) dan Ibn Jauzi (597
Nihāyah Gharῑb Al-Ḥadῑs, karya Ibn Al Atsir. H). Kitabnya bernama At-Tahqῑq dan sudah diSyarhkan
3) Ilmu al-nasῑkh wa al-mansūkh, yakni ilmu yang membahas oleh Al-Ustadz Ahmad Muhammad Syakir.
hadis-hadis nasikh (yang menghapus hukum), dan hadis-
hadis mansukh (yang hukumnya dihapuskan). 5) Ilmu ’ilal al-ḥadῑs, yakni ilmu yang membicarakan hadis-
‫الت ْوفِْي ُق َبْيَن َها‬
َ ‫ض ِة اْليِت اَل مُيْ ِك ُن‬ ِ ِ ‫ث ع ِن اْأل‬
َ ‫َحاديْث الْ ُمَت َعا ِر‬
َ
ِ ِ
َ ُ ‫الْع ْل َم الْذي يُْب َح‬
hadis yang secara dzahir kelihatan sah, kemudian terdapat
beberapa kekeliruan/ kesalahan.
ِ ‫اس ٌخ وعلَى بع‬
‫ض َها االَ َخ ِر بِأَنَّهُ َمْن ُس ْو ٌج‬ ِ ِ ُ ‫ِم ْن َحْي‬
ْ َ َ َ َ‫ث اْحلُ ْك ِم َعلَى َب ْعض َها بِأَنَّهُ ن‬
'Ilal jamak dari 'illah yang artinya penyakit, yang menurut
istilah ahli hadis adalah suatu sebab yang tersembunyi
ِ َ‫فِما ثَبت َت َق ُدمه َكا َن مْنسوخا وما ثَبت تَأْ ِخره َكا َن ن‬
‫اس ًخا‬
yang dapat mengurangi status kesahihan hadis padahal
ُ ُ َ َ َ َ ً ُْ َ ُُ َ َ َ dzahirnya tidak nampak ada cacat. Sedangkan definisi
menurut muhadisin adalah :
“Ilmu yang membahas hadis-hadis yang berlawanan yang ‫ض ِة ِم ْن ِج َه ِة قَ ْد ِح َها يِف‬ ِ ِ
َ ‫اب اْخلَِّفيَّة اْلغَام‬َ
ِ ِ
ِ ‫لذى يْبحثث َع ِن اْالَ ْسب‬
َ ُ ْ‫اْلع ْل َم ا‬
tidak memungkinkan untuk dipertemukan, karena (materi
yang berlawanan) yang pada akhirnya terjadilah saling ِ ‫اْحل ِدي‬
‫ث‬
menghapus dengan ketetapan bahwa yang dating ْ َ
terdahulu disebut mansukh dan yang datang kemudian “Ilmu yang membahasa sebab-sebab yang tersembunyi
disebut nasikh.” yang dapat mencacatkan kesahihan hadis.”
Ilmu ini sangat penting berkaitan istinbat hukum dari nash 6) Ilmu asbab wurud al-hadis, yakni ilmu yang menerangkan
yang samar-samar. Untuk mengetahui nasah dan mansukh sebab-sebab nabi menurunkan sabdanya dan masa-masa
ini bias melalui beberapa cara : nabi menurunkan sabda tersebut.
‫اسبَاتِِه‬ ِ ‫ف بِِه اَسباب ورو ِداْحل ِدي‬ ِ
َ ُ َ ْ َ ْ ُ ُ ُ َ ْ ُ ‫ع ْل ٌم يُ ْعَر‬
‫ن‬ ‫م‬ ‫و‬ ‫ث‬
- dengan penjelasan dari nash atau syari' sendiri yang
dalam hal ini adalah rasul saw َ
- dengan penjelasan dari sahabat “Ilmu yang menerangkan sebab datangnya hadis dan
- dengan mengetahui tarikh keluarnya hadis serta sebab korelasinya”
turun hadis. Penting diketahui, karena ilmu itu menolong kita dalam
4) Ilmu talfῑq al-ḥadῑs, yakni ilmu yang menjelaskan tentang memahami hadis, sebagaimana Asbāb an-Nuzūl menolong
cara-cara mendudukkan hadis yang dhahirnya kelihatan kita dalam memahami Al-Qur'an
bertentangan antara yang satu dengan lainnya. 7) Ilmu al-jarh wa at-ta’dῑl, yakni ilmu yang menerangkan
ِ ِ ِ ِ
ُ ‫الْعِْل َم اْلذى يُْب َح‬
ٌ ‫ث يِف اْالَ َحاديْث اْليِت ظَاهُر َها ُمَت َع َار‬
‫ض‬ catatan-catatan tentang keterangan memandang adil
periwayat atau mencacat (menerangkan keadaan yang
tidak baik) periwayat.
Ilmu yang membahas tentang cara mengumpulkan hadis-
hadis yang isinya berlawanan “Ilmu yang menerangkan kecacatan-kecacatan yang
dihadapkan pada para perawi dan pentakdilannya
(memandang adil para perawi) dengan memakai kata-kata salah satu disiplin ilmu yang berdiri sendiri secara lengkap
yang khusus dan tentang martabat-martabat kata-kata adalah
itu.” a. Al-Qadliy Abu Muhammad al-Ramahurmuziy ( w 360 H )

3. Manfaat Mempelajari Ilmu Hadis Dirayah dengan kitabnya ‫ (احملديث الفاصل بني الراوـ والواعى‬Al-Muḥadiṡ al-
Fāṣil baina al-Rāwi wa al-Wa'i) kemudian disusul oleh
Ketika umat Islam sepakat bahwa hadis nabi saw adalah b. Al-Hakim Abu Abdillah al-Naesaburiy ( 321 – 405 ) dengan
merupakan sumber dan pedoman hidup yang utama setelah al-
Qur’an, maka kajian tentang ilmu hadis akan menjadi sangat kitabnya berjudul ‫(معرفة علوم احلديث‬Ma'rifah ’Ulūm Al-Ḥaῑis)
urgen. Bebepara manfaat mempelajari ilmu hadis antara lain:
c. Abu Nu'man Ahmad bin Abdillah Al Asfahaniy (336-430) lalu
a. Dengan mengkaji ilmu hadis dapat membawa kita kepada
al-Khatib Al-Baghdadiy (w. 463 H) dengan kitabnya
keseksamaan dalam memilih hadis-hadis yang dapat
berjuduldan
dijadikan pedoman hidup.
d. Al-Qadly 'Iyadl bin Jusa (w. 544 H) dengan kitabnya yang
b. Dengan mempelajari ilmu hadis kita dapat membedakan
berjudul
mana hadis yang shahih, mana hadis yang dhaif, mana yang
e. Abu Hafs 'Umar bin Abdul Majid al-Mayanzi ( W. 580 H. )
mauquf, mana yang marfu’, mana yang diterima dan mana
yang ditolak. dengan kitabnya ‫ ما ال يسع احملد ث جهله‬Ma La Yasi'u Al-
4. Penyusun Kitab-kitab Ilmu Hadis Dirayah MuḥaddiṡJahluhu
f. Abu 'Umar dan 'Utsman bin Abd al-Rahman al-Syahrazuri ( W.
Ilmu hadis sebenarnya sudah ada sejak zaman Rasulullah
masih hidup, akan tetapi ilmu ini terasa diperlukan setelah Rasul
643 H ) dengan kitabnya ‫'عل ـ ــوم احلديث‬Ulūm al-Ḥadῑs yang
wafat, terutama sekali ketika umat Islam memulai upaya kemudian dikenal dengan sebutan Muqoddimah Ibnu al-
mengumpulkan hadis dan mengadakan perlawatan yang Ṣalah. Kitab yang terakhir ini oleh para ulama berikutnya
mereka lakukan, sudah barang tentu secara langsung atau disyarahkan dan dibuat 27 mukhtasyar-nya sehingga dapat
tidak, memerlukan kaidah-kaidah guna menseleksi periwayatan dijadikan pegangan oleh generasi berikutnya.
hdis. Di sinilah Ilmu Hadis Dirayah mulai terwujud dalam bentuk Demikianlah kemudian muncullah berbagai macam bentuk
kaidah-kaidah yang sederhana. kitab musthalah hadis dengan berbagai jenisnya baik nazham
Kemudian dalam perkembangan selanjutnya kaidah-kaidah maupun natsar atau prosa dan syarah-syarahnya, misal Nazham
tersebut semakin disempurnakan oleh para ulama yang muncul al-Fiyyah karya Al-Suyuthi yang disyarahi oleh Syeh Mahfuz at-
pada abad ke-2 dan ke-3 hijriyah, baik mereka yang secara Tarmasyi ( pengasuh Pon Pes Termasyi Ponorogo Jawa Timur )
khusus menspesiallisasikan dirinya dalam mempelajari satu dengan judul Manḥāj Żawal-Naẓar dan Al-Taqrῑb karya Imam
disiplin ilmu maupun bidang-bidang lainnya, sehingga menjadi Nawawi yang disyarahi oleh As-Suyuthi sendiri dengan judul
satu disiplin ilmu yang berdiiri sendiri. Tadrῑb al-Rāwi.
Sekalipun demikian, dalam perkembangannya tercatat Kitab karya ulama kontemporer misalnya Qawā'id At-Taḥdῑs
bahwa ulama yang pertama kali menyusun ilmu hadis sebagai karya Jamaluddin Al-Qasimi 9w. 1332 H) dan Taisῑr Musṭalah Al-
Ḥadῑs karya DR. Mahmud At-Tahhan.
l
B
h
u
k
g
n
R
i
r
e
t
a
M
m
e
r
M
.
D
m
l
I
n
k
s
i
d
a
H
u
d
n
e
i
M
.
E
t
k
r
a
K
m
l Setelah Anda mempelajari dan mendalami tentang ilmu
hadis, macam-macam, manfaat mempelajari, dan pengarang-
pengarangnya, selanjutnya lakukanlah diskusi dengan teman sebangku Anda
atau dengan kelompok Anda, kemudian persiapkan diri untuk mempresentasikan
hasil diskusi tersebut di depan kelas.


Mempelajari hadis dan hal-hal yang terkait dengannya bagi
seorang muslim merupakan suatu keniscayaan. Bagi umat Islam
hadis merupakan sumber ajaran kedua setelah Al-Qur'an. Oleh
karena itu, rasa ingin tahu tentang hadis
ditumbuhkembangkan untuk dapat menjadi seorang muslim
yang sesungguhnya
harus

Mempelajari ilmu hadis mendatangkan banyak manfaat. oleh


karena itu, sudah selayaknya kita sebagai seorang muslim
mengetahui banyak hal tentang hadis dan ilmunya dengan
meningkatkan kegiatan gemar membaca baik pada saat di
madrasah maupun di luar madrasah.

Para ulama ahli hadis dengan segala keterbatasan sarana dan


prasarana pada saat itu mampu menghasilkan berbagai karya
monumental yang hingga saat ini masih dapat kita pelajari.
Kitab-kitab karya mereka masih ada meskipun mereka sudah
meninggalkan dunia ini berabad-abad yang lalu. Hal ini tentunya
dapat membangkitkan siswa untuk menghargai karya-karya
mereka dan selanjutnya terdorong untuk menghasilkan sesuatu
yang berguna bagi orang lain.
Ilmu hadis adalah pengetahuan tentang kaidah-kaidah yang
menghantarkan kepada pengetahuan tentang rāwῑ(periwayat) dan
marwῑ(yang diriwayatkan), atau dapat dikatan sebagai ilmu tentang
kaidah-kaidah untuk mengetahui kondisi sanad dan matan dari
suatu hadis Ilmu hadis dibagi menjadi dua yaitu; Pertama, ilmu
hadis riwayah yakni ilmu yang membahas tentang tata cara
periwayatan, pemeliharaan, dan pengkodifikasian hadis Nabi saw.
Kedua, ilmu hadis dirayah yaitu kumpulan kaidah-kaidah untuk
mengetahui keadaan rawi dan sesuatu yang diriwayatkan (keadaan
sanad dan matan hadis). Dari kedua pokok ilmu hadis tersebut (ilmu
hadis riwayah dan dirayah) muncullah berbagai macam cabang ilmu
hadis, antara lain; ilmu rijāl al-ḥadῑs, gharῑb al-ḥadῑs , an-Nasikh
wal-mansūkh, talfῑq al- ḥadῑs, ‘ilal al- ḥadῑs, asbāb al wurūd, dan
ilmu jarh wa ta’dῑl.
Apa lagi yang menurut anda perlu dimasukkan dalam
rangkuman ini? Tulislah poin-poin penting dari bab tentang ilmu
hadis.!

Jawblah pertanyaan-pertanyaan berikut dengan jawaban

1.
2.
3.
4.
5.
yang benar!

Jelaskan pengertian ilmu hadis!


Jelaskan pengertian ilmu hadis riwāyah!
Jelaskan pengertian ilmu hadis dirāyah!
Sebutkan manfaat mempelajari ilmu hadis!
Sebutkan kitab karya Syeh Mahfuz at-Tirmasyi yang terkait
dengan ilmu hadis!
TUGAS

Setelah anda memahami tentang ilmu hadis, sekarang carilah


contoh ilmu hadis yang anda kenal, kemudian isikan pada kolom
dibawah ini!

KATEGOR
I
N JUDUL PENGARAN SISTEMATIK KOMENTA
RIWAYAH http://www.merde
O KITAB G A R ANDA
/ ka.com
DIRAYAH
1
2
Umat Islam sepakat pentingnya peranan hadis dalam berbagai disiplin
keilmuan Islam seperti tafsir, fiqh, tauhid,  akhlak dan lain sebagainya. Hal

ini juga banyak disampaikan dalam ayat Al-Qur’an tentang pentingnya


merujuk kepada Nabi saw ketika umat Islam memiliki berbagai persoalan.
Hadis disepakati sebagai sumber ajaran Islam kedua setelah Al-Qur’an
yang harus dipegang oleh kaum muslimin. Akan tetapi kenyataanya
secara historis,  perjalanan hadis tidak sama dengan perjalanan Al-Qur’an.
Jika Al-Qur’an sejak awalnya sudah diadakan pencatatan secara resmi
oleh para pencatat wahyu atas petunjuk dari Nabi, dan tidak ada
g
u
n
e
R
i
r
a
M
.
A
k
tenggang waktu antara turunnya wahyu dengan penulisannya, maka tidak
demikian halnya dengan hadis Nabi. Jika, Al-Qur’an secara normatif telah
ada garansi dari Allah, dan tidak ada keraguan akan otentisitasnya,
namun tidak demikian dengan Hadis Nabi, yang mendapatkan perlakuan
berbeda dari Al-Qur’an. Bahkan dalam bergagai kitab hadis, terdapat
adanya pelarangan penulisan hadis. Hal itu tentunya mempunyai impliksi-
implikasi tersendiri bagi transformasi hadis, terutama pada zaman Nabi,
yang akhirnya berakibat juga pada zaman sekarang.

Abu Hurairah, Sahabat Setia Nabi, Perekam Sunnah

Abu Hurairah, nama sahabat Nabi ini merupakan tokoh masyhur


dalam masalah periwayatan hadis. Dia hidup bergaul dengan Nabi saw.
Dalam pergaulannya, ia memanfaatkan secara penuh untuk menggali dan
merekam persoalan-persoalan agama yang disampaikan Nabi saw.
Dilahirkan 19 tahun sebelum Hijrah. Namanya sebelum Islam Abd Syams
sedangkan nama Islamnya adalah Abdur Rahman. Berasal dari qabilah ad-
Dusi di Yaman. Gelaran “Abu Hurairah”adalah kerana kegemarannya
bermain dengan anak kucing.

Abu Hurairah ra memeluk Islam pada tahun 7 Hijrah. Setelah masuk


Islam, pemuda Ad-Dausy ini pergi ke Madinah menemui Nabi dan
berkhidmat untuk Rasulullah sepenuh hati. Dia tinggal bersama ahli shuffah
di beranda Masjid Nabawi. Tiap waktu dia bisa shalat di belakang Nabi dan
mendengarkan pelajaran berharga dari Nabi.

Abu Hurairah mempunyai ibu yang sudah tua dan sangat


disayanginya. Dia ingin ibunya memeluk Islam, tapi menolak bahkan
mencela Rasulullah saw. Abu Hurairah sangat sedih. Dia pergi menemui
Rasulullah sambil menangis. “Mengapa engkau menangis, wahai Abu
Hirra?” sapa Nabi. Abu Hurairah menjelaskan apa yang menyebabkan
hatinya galau, sambil meminta Rasul mendoakan ibunya. Lalu Nabi berdoa
agar ibu Abu Hurairah terbuka hatinya untuk menerima Islam. Suatu hari
Abu Hurairah menemui ibunya. Sebelum membuka pintu dia mendengar
suara gemericik air, kemudian terdengar suara ibunya. “Tunggu di
tempatmu, Nak!”. Setelah dipersilakan masuk, Abu Hurairahkaget tatkala
ibunya langsung menyambut dengan ucapan dua kalimat syahadat.
Alangkah bahagianya Abu Hurairah, keinginannya tercapai. Segera dia
kembali menemui Rasulullah. “Dahulu aku menangis karena sedih,
sekarang aku menangis karena gembira.”

Sewaktu masih sakit, sebelum meninggal, Abu Hurairah, sahabat


Nabi yang mulia ini, sempat menangis. Air matanya meleleh, membasahi
Kompetensi inti
1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama Islam
2. Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli
(gotong royong, kerja sama, toleran, damai) santun, responsif dan pro-aktif dan
menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam
berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam
menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.
3. Memahami, menerapkan dan menganalisis pengetahuan faktual,
konseptual, prosedural dalam ilmu pengetahuan, teknologi, seni,
budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan,
kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait fenomena dan
kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada
bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya
untuk memecahkan masalah
4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah
abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di
sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan metoda
sesuai kaidah keilmuan.

Kompetensi Dasar (KD)


1.2. Meyakini keaslian hadis yang telah dibenarkan oleh ulama
hadis dahulu dan menjadikannya sebagai hujjah
2.5. Menunjukkan sikap kritis terhadap orang yang membawa berita
atau informasi
3.2. Memahami sejarah pemeliharaan dan kodifikasi hadis
4.2. Mengatuhi sejarah pemeliharaan dan pembukuan hadis.
4.4. Menceriterakan kisah ulama hadis dan meneladaninya

Indikator Pembelajaran
Peserta didik mampu :
.
C
a
m
e
M
i
r
h
B
g
n
t
1.
2.
3.
4.
5.
6.
mengaplikasikan hadis dalam kehidupan sehari-hari
berfikir kritis dan selektif
menjelaskan sejarah pemeliharaan hadis
menjelaskan sejarah kodifikasi hadis
menyebut tahapan kodifikasi hadis
meneladani para muhaddisin

Tujuan Pembelajaran
Peserta didik dapat :
1. menjadikan hadis sebagai sumber hukum islam
2. mendemonstrasikan berfikir kritis dan selektif
3. menjelaskan sejarah pemeliharaan hadis
4. menjelaskan sejaran kodifikasi hadis
5. menyebutkan tahapan kodifikasi hadis
6. mendemonstrasikan keteladanan para muhaddisin

Peta konsep S
H
R
J
E
I
D
A Para pendahulu dalam
periwayatan hadis
Hadis palsu

Pembukuaan hadis

A. Hadis pada Masa Rasul Saw.


Naskah kuno

kitab jadi

vaslkyie.blogspot.com dan Ustadzaris.com

Kata Kunci
MAKSUD ISTILAH
‫السابقون االولون‬
‫حديث موضوع‬
‫تدوين الحديث‬
Amati dan catat sesuatu yang terlintas
dalam perasaan anda setelah melihat
gambar disamping!

1. ........................................
2. ........................................
3. .........................................

MAKSUD
Perkataan Nabi

Perbuatan Nabi

Penetapan Nabi

Setelah anda mengamati dan berkomentar tentang gambar diatas,


sekarang mari mengikuti materi dibawah ini dan cocokkan antara apa
yang ada dalam fikiran anda dengan materi dibawah ini!

Tidak kurang dari dua puluh tiga tahun Rasul menyampaikan


risalany, Dalam menyampaikan risalah-Nya yang suci. Jangka
waktu yang lama tersebut sekaligus merupakan periode pengajaran
ISTILAH
‫اقوال‬
‫افعال‬
‫تقرير‬
terhadap sendi-sendi dasar bagi pembangunan peradaban Islam. majelis Nabi Saw dan tidak seluruhnya menemani beliau Saw. Bagi
Dalam mengemban tugas sucinya Nabi saw menghadapi banyak mereka yang hadir dan mendapatkan hadis dari beliau Saw
cobaan dan rintangan serta penuh dengan resiko, yang tentunya berkewajiban menyampaikan apa yang dilihat dan didengar dari
hal itu hanya dapat dilalui oleh mereka yang memiliki keteguhan Rasulullah Saw baik berupa ayat-ayat Al-Qur’an dan atau hadis-
iman dan hati. Oleh karena itu, Allah Swt telah membekali hadis.
Muhammad saw dengan berbagai bekal yang sangat agung, baik
dari sisi keilmuan maupun etika.
Dalam Al-Qur’an disampaikan tentang keluhuran budi pekerti Umat Islam sepakat pentingnya peranan hadis dalam berbagai
Rasul dengan dikatakan: disiplin keilmuan Islam seperti tafsir, fiqh, tauhid,  akhlak dan lain
 sebagainya. Hal ini juga banyak disampaikan dalam ayat Al-Qur’an
“Dan sesungguhnya engkau benar-benar, berbudi pekerti yang luhur.” tentang pentingnya merujuk kepada Nabi saw ketika umat Islam memiliki
(QS. Al-Qalam/68: 4). berbagai persoalan. Hadis disepakati sebagai sumber ajaran Islam kedua
Bahkan dalam suatu hadis disebutkan bahwa akhlak beliau Saw setelah Al-Qur’an yang harus dipegang oleh kaum muslimin. Akan tetapi
diidentikkan dengan Al-Qur’an. Di samping itu, Allah telah kenyataanya secara historis,  perjalanan hadis tidak sama dengan
mengajarkan kepada beliau segala sesuatu yang belum perjalanan Al-Qur’an. Jika Al-Qur’an sejak awalnya sudah diadakan
diketahuinya. Oleh karena itu, beliau Saw telah mencapai puncak pencatatan secara resmi oleh para pencatat wahyu atas petunjuk dari
keilmuan yang belum pernah dicapai oleh manusia lain sepanjang Nabi, dan tidak ada tenggang waktu antara turunnya wahyu dengan
sejarah. penulisannya, maka tidak demikian halnya dengan hadis Nabi. Jika, Al-
Metode Rasul Saw dalam menyampaikan risalah ketuhanan (Al- Qur’an secara normatif telah ada garansi dari Allah, dan tidak ada
Qur’an) adakalanya melalui perkataan (aqwāl), perbuatan (af’āl), keraguan akan otentisitasnya, namun tidak demikian dengan Hadis Nabi,
maupun ketetapan (taqrῑr). Oleh karenanya apa yang dilihat oleh yang mendapatkan perlakuan berbeda dari Al-Qur’an. Bahkan dalam
ataupun disaksikan oleh sahabat baik berupa perkataan, perbuatan bergagai kitab hadis, terdapat adanya pelarangan penulisan hadis. Hal itu
maupun taqrir Nabi merupakan landasan bagi amaliyah sehari-hari tentunya mempunyai impliksi-implikasi tersendiri bagi transformasi hadis,
mereka yang wajib untuk diikuti dan ditaati. Rasulullah Saw di mata terutama pada zaman Nabi, yang akhirnya berakibat juga pada zaman
para sahabatnya adalah merupakan idola yang paling sempurna. sekarang
Menurut mereka, Rasul Saw merupakan sentral kehidupan keagamaan

‫َبلِّغُوا َعيِّن َولَ ْو آيَة‬


dan keduniawian.
Pada masa Rasulullah Saw masih hidup, perhatian para
sahabat lebih dikonsentrasikan pada Al-Qur’an. Di antara para
sahabat yang telah pandai catat-mencatat ditugasi beliau Saw
untuk menulis Al-Qur’an dan kemudian disimpan di bilik Aisyah ra. “Dari 'Abdullah bin 'Amru bahwa Nabi Saw. bersabda: "Sampaikan
sebagai dokumentasi. Penulisan Al-Qur’an pada waktu itu masih dariku sekalipun satu ayat…” (al-Bukhari no. Hadis: 3202)
sangat sederhana yakni ditulis di atas pelepah kurma, kulit Maksud kata “ayat” pada hadis tersebut bukan saja ayat Al-
binatang, dan batu-batuan dengan menggunakan tangan beberapa
orang sahabat yang sangat minim jumlahnya yang bisa menulis. Qur’an, tetapi kata “ayat” yang jatuh setelah ‫لو‬meskipun li al-
Kondisi hadis pada saat itu secara umum tidak tercatat bahkan ghāyah, menunjukkan makna sampai batas minimal, sekalipun
secara umum dilarang oleh Rasulullah Saw. untuk menulisnya. sedikit sesuai dengan yang didapat atau sesuai dengan
Hadis hanya dihapal mayoritas sahabat kemudian disampaikan kemampuan. Sampaikanlah dari padaku baik Al-Qur’an dan sunnah
pada sesamanya yang belum mendengar atau belum sekalipun sedikit kepada orang lain. Penyampaian berita atau
mengetahuinya, karena tidak seluruh sahabat dapat hadir di sunnah terutama bagi mereka yang melihat, mendengar, dan hadir
di majelis Nabi Saw kepada sesama sahabat atau generasi Berikut beberapa cara penyampaian hadis yang disampaikan oleh
berikutnya yang tidak hadir dan tidak mendengar hadis. Sabda rasul kepada shahabatnya:
Nabi: Pertama, melalui majelis ilmu
ِ ‫لِيبلِّغ الش‬
ِ‫َّاه ُد ِمْن ُكم الْغَائ‬ Seluruh majelis rasul merupakan ajang untuk menuntut ilmu,
‫و‬

‫ب‬
َ ْ َُ hanya saja rasul senantiasa mengkhususkan waktu untuk memberi
pelajaran kepada sahabatnya. Perhatian besar terhadap majelis rasul
“Maka hendaklah yang hadir menyampaikan kepada yang tidak ini sampai-sampai mereka banyak yang meninggalkan pekerjaan
hadir.” (al-Bukhari No. Hadis: 101) hariannya, untuk mencari nafkah. Melalui cara ini, para sahabat
Pada kesempatan yang sama Rasul Saw juga melarang untuk mendapatkan peluang yang besar untuk menyerap sebanyak mungkin
menuliskan sesuatu selain Al-Qur’an. Rasul Saw bersabda: informasi dari Nabi Saw. Para sahabat memiliki semangat yang tinggi
ِ
ُ‫ب َعيِّن َغْيَر الْ ُق ْرآن َفْليَ ْم ُحه‬
َ َ‫اَل تَ ْكتُبُوا َعيِّن َو َم ْن َكت‬
dan sangat haus akan fatwa-fatwa dari Nabi Saw. Mereka selalu
meluangkan waktu untuk hadir ke majelis ilmu Rasulullah. Bahkan
“Dari Abū Sa'ῑd al-Khudri Rasulullah Saw bersabda: "Janganlah kalian sebagian sahabat ada yang rela melakukan perjalanan yang sangat
jauh untuk meminta solusi atas permasalahan yang mereka hadapi
menulis dariku, barangsiapa menulis dariku selain Al-Qur'an hendaklah
kepada Nabi Saw.
dihapus,..” (Muslim no. Hadis: 5326).
Di antara sahabat ada yang secara sengaja membagi tugas untuk
Meskipun demikian, para sahabat dengan berbagai alasan
mendapatkan informasi yang berasal dari Nabi Saw. Umar bin al-
memiliki inisiatif untuk menuliskan hadis di samping Al-Qur’an.
Khattab misalnya, membagi tugas dengan tetangganya untuk
Larangan penulisan selain Al-Qur’an tersebut bukan semata karena
mendapatkan hadis dari Nabi Saw. Apabila tetangganya pada suatu
adanya kekhawatiran terhadap tercampurnya hadis dengan Al-Qur’an,
saat menemui Nabi, Umar ra. pada keesokan harinya demikian
tetapi lebih kepada keinginan supaya perhatian umat Islam saat itu
seterusnya. Pihak yang bertugas menemui Nabi dan memperoleh berita
lebih khusus ditujukan kepada Al-Qur’an.
dari Nabi, mereka segera menyampaikan berita tersebut kepada yang
Ada beberapa sahabat yang memiliki catatan yang disebut dengan
tidak bertugas. Pada saat demikian terjadi periwayatan hadis oleh
ṣaḥifah untuk mencatat sebagian hadis yang diterima dari Nabi saw. Di
sahabat dari sahabat yang lain. Hadis tidak semata-mata diriwayatkan
antara mereka adalah Abdullah bin Amr bin al-‘Ash ra, dengan
dari Nabi, tetapi sebagian diriwayatkan oleh sahabat dari sahabat yang
catatannya yang diberi nama al-Ṣādiqah. Beberapa sahabat lain yang
lain.
juga memiliki catatan-catatan hadis adalah Ali bin Abi Thalib kw.,
Kedua, peristiwa yang dialami rasul sendiri
Sumrah ibn Jundab ra, Abdullah ibn Abbas ra, Jabir ibn Abdillah al-
Dalam hal ini rasul menyampaikan hadis berkatian dengan
Anshari ra, dan Abdullah ibn Abi Awfa’ ra. Catatan-catatan hadis
peristiwa yang dialaminya sendiri. Secara kebetulan shahabat yang
tersebut di samping sebagai dokumen bahwa pada masa Nabi telah
menyertai rasul bisa menyampaikan kepada yang lain.
terjadi aktivitas penulisan hadis juga dapat digunakan sebagai sarana
Ketiga, peristiwa yang dialami oleh kaum muslimin, atau
periwayatan hadis secara tertulis. Meskipun jarang, periwayatan hadis
pertanyaan yang diajukan kepada rasul.
secara tertulis pada masa ini juga pernah dilakukan.
Dalam hal-hal yang sensitif, seperti yang berkaitan dengan
persoalan keluarga dan kebutuhan biologis, terutama yang
a. Cara Penyampaian Hadis pada Masa Rasul Saw
menyangkut hubungan suami istri, Nabi menyampaikan melalui istri-
Perhatian shahabat rasul yang begitu besar terhadap al-Qur’an, istrinya. Cara ini mempermudah transformasi hadis kepada sahabat
tidak membuat mereka surut dalam memberhatikan keberadaan al- lain yang enggan bertanya langsung kepada Rasul karena menyangkut
hadis. Karena kecintaan mereka sama besar antara kecintaan terhadap persoalan yang sensitif, sehingga mereka bertanya kepada para istri
Allah dan terhadap Rasulullah. Sehingga tidak sedikit yang harus Nabi.
mengorbankan harta bendanya untuk melestaraikan hadis Nabi. Keempat, ceramah atau pidato di tempat umum.
Melalui ceramah atau pidato di tempat yang terbuka sebagaimana sahabat kepada kaum muslimin. Para sahabat yang diibaratkan laksana
ketika futuh Makkah dan haji wada’. Pada saat menunaikan haji pada meneguk air yang jernih yang langsung dari sumbernya, mereka
tahun 10 H (631 M) Nabi menyampaikan khutbah yang sangat berkomitmen untuk tidak mendustakan Nabi saw. Mereka adalah
bersejarah di hadapan ribuan kaum muslimin yang menunaikan ibadah orang-orang pilihan yang rela mengorbankan segenap harta, jiwa dan
haji. Isi khutbah beliau banyak terkait dengan bidang mu’amalah, raga untuk dakwah Islam.
siyasah, jinayah, dan hak asasi manusia. Periode perkembangan hadis pada masa ini dikenal dengan zaman
al-tasabbut wa al-iqlal min al-riwayah, yakni periode membatasi hadis
b. Perbedaan Tingkat Penerimaan Hadis di Kalangan Sahabat dan menyedikitkan riwayat. Hal ini dilakukan karena para sahabat pada
Sahabat adalah orang yang berdedikasi tinggi untuk bisa periode ini lebih berkonsentrasi terhadap pemeliharaan dan
menyampaikan sebanyak mungkin apa yang telah diajarkan oleh Nabi. penyebaran Al-Qur’an. Hal ini sangat nampak dilakukan oleh para
Situasi dan kondisi masing—masing menjadi kendala dalam sahabat besar khususnya adalah khulafa al-rāsyidūn (Abu Bakar al-
memperoleh informasi sebanyak-banyaknya. Keberadaan mereka yang Shiddiq, Umar bin al-Khatthab, Usman bin Affan, dan Ali bin Abi Thalib
sebagian ada di kota, dan sebagian lain ada di kampung, ada yang radliyallahu ‘anhum). Sebagai akibatnya, periwayatan hadis kurang
dekat dan ada yang jauh, membuat keinginan mereka harus tertunda. mendapat perhatian, bahkan mereka berusaha untuk selalu bersikap
Pada periode ini, terjadi perbedaan tingkat penerimaan hadis di hati-hati dan membatasi dalam meriwayatkan hadis.
kalangan sahabat. Sahabat satu dengan yang lain tidak sama dalam hal Kehati-hatian dan pembatasan dalam meriwayatkan hadis yang
perolehan dan penguasaan terhadap hadis Nabi saw. Di antara mereka dilakukan oleh para sahabat ini lebih disebabkan adanya kekhawatiran
ada yang memiliki banyak hadis sedang yang lain hanya sedikit. Hal ini akan terjadinya kekeliruan dalam meriwayatkan hadis. Karena hadis
disebabkan oleh beberapa faktor antara lain: menduduki posisi kedua setelah Al-Qur’an dalam syari’at Islam, ia
1. Perbedaan frekuensi kebersamaan dengan Rasulullah Saw. harus selalu dijaga keotentikannya sebagaimana penjagaan terhadap
2. Perbedaan tingkat kemampuan tulis-menulis dan kecerdasan yang Al-Qur’an. Oleh sebab itu, para sahabat khususnya khulafā al-rāsyidūn
dimiliki oleh masing-masing sahabat. dan para sahabat lainnya berusaha keras untuk memperketat
3. Perbedaan para sahabat dalam hal waktu masuk Islam. periwayatan hadis. Para sahabat menyampaikan dan menjaga hadis
Para sahabat yang tergolong banyak menerima hadis dari dengan hati-hati supaya tidak terjadi kesalahan dengan cara tidak
Rasulullah terdapat beberapa kelompok, di antaranya: pertama, meriwayatkan kecuali pada saat dibutuhkan melalui penelitian yang
mereka yang pertama kali masuk Islam atau yang dikenal dengan al- mendalam.
sabiqun al-awwalūn, seperti al-khulafa’ al-Rāsyidūn, yaitu Abu Bakar al-
Shiddiq, Umar bin Khattab, Usman bin Affan, dan Ali bin Abi Thalib serta Perhatikan perbedaan kondisi hadis pada masa Abu Bakar, Umar,
Abdullah bin Mas’ud radliyallahu ‘anhum; kedua, mereka yang Usman, Ali dengan membaca materi dibawah ini!
senantiasa berada di samping Rasul dan bersungguh-sungguh
menghafal hadis, seperti, Abu Hurairah ra, atau yang mencatatnya, 1. Masa Abu Bakar al-Shiddiq ra.
seperti, Abdullah bin Amr bin al-‘Ash ra; ketiga, mereka yang berusia Sikap hati-hati terhadap periwayatan hadis ditunjukkan oleh
panjang, seperti Anas bin Malik ra dan Abdullah bin Abbas ra; dan khalifah pertama, Abu Bakar al-Shiddiq. Khalifah pertama ini
keempat, mereka yang secara pribadi erat hubungannya dengan Nabi menunjukkan perhatian yang serius dalam memelihara hadis. Abu
saw seperti, ‘Aisyah ra dan Ummu Salamah ra. Bakar mengambil kebijakan mempeketat periwayatan hadis agar
tidak disalahgunakan oleh orang-orang munafik.
B. Hadis pada Masa Sahabat Sikap ketat dan kehati-hatian Abu Bakar tersebut juga
Sepeninggal Nabi Muhammad saw, para sahabat tidak dapat lagi ditunjukkan dengan tindakan konret, yakni dengan membakar
mendengar sabda-sabda, melihat perbuatan-perbuatan dan hal ihwal catatan-catatan hadis yang beliau miliki. Hal ini sebagaimana
Nabi saw secara langsung. Periwayatan hadis berkembang dari para dinyatakan oleh ‘Aisyah, putri Abu Bakar, bahwa Abu Bakar telah
membakar catatan yang berisi sekitar lima ratus hadis. Tindakan Abu dikhawatirkan umat Islam yang baru memeluk Islam saat itu tidak
Bakar tersebut lebih dilatarbelakangi oleh kekhawatiran beliau bisa membedakan antara Al-Qur’an dan hadis.
berbuat salah dalam meriwayatkan hadis. Di lain kesempatan, Abu Meskipun demikian, pada masa khalifah Umar ini periwayatan
Bakar juga tidak serta merta menerima menerima begitu saja hadis juga telah banyak dilakukan oleh kaum muslimin. Yang
riwayat suatu hadis, sebelum meneliti terlebih dahulu tentunya, dalam periwayatan tersebut tetap menggunakan prinsip
periwayatannya. Untuk membuktikan suatu hadis benar-benar kehati-hatian. Sikap hati-hati yang dilakukan Umar ini di samping
berasal dari Rasulullah, beliau meminta kepada periwayat hadis untuk menghindarkan kekeliruan dalam meriwayatkan hadis juga
untuk mendatangkan saksi. dapat menghalangi orang yang tidak bertanggung jawab melakukan
Sebagai konsekuensi sikap kehati-hatian Abu Bakar ini, hadis- pemalsauan pemalsuan hadis.
hadis yang diriwayatkan beliau relatif sedikit jumlahnya meskipun 3. Masa Usman bin Affan ra.
beliau merupakan sahabat Nabi yang paling dekat dan akrab dengan Pada masa kekhalifahan Usman bin Affan, periwayatan hadis
Nabi saw. Selain itu, ada beberapa hal yang menyebabkan sedikitnya tetap dilakukan dengan cara yang sama dengan dua khalifah
riwayat dari Abu Bakar antara lain; pertama, beliau selalu sibuk pendahulunya. Sikap hati-hati dalam menyampaikan dan menerima
ketika menjabat sebagai khalifah; kedua, kebutuhan akan hadis tidak periwayatan hadis selalu dipegang oleh Usman bin Affan. Hanya saja,
sebanyak pada zaman sesudahnya; dan ketiga, jarak antara usaha yang dilakukan oleh Usman bin Affan tidak setegas yang
meninggalnya beliau dengan meninggalnya Nabi saw sangat singkat. dilakukan oleh Umar bin al-Khaththab ra.
Dengan demikian, dapat diketahui bahwa aktivitas periwayatan Sikap kehati-hatian Usman ini dapat dilihat, misalnya, pada saat
hadis pada masa khalifah Abu Bakar al-Shiddiq ra masih sangat beliau berkhutbah, di mana beliau meminta kepada para sahabat
terbatas dan belum menonjol. Pada masa ini pula umat Islam untuk tidak banyak meriwayatkan hadis yang mereka tidak pernah
dihadapkan pada peristiwa-peristiwa yang sangat menyita waktu, mendengar hadis tersebut pada masa Abu Bakar al-shiddiq ra dan
seperti adanya berbagai pemberontakan yang dapat merongrong Umar bin al-Khaththab ra. Dengan pernyataan ini, Usman ingin
kewibawaan pemerintahan sepeninggal Rasul saw. Namun akhirnya, menunjukkan bahwa dalam persoalan periwayatan hadis dirinya
kesemuanya itu dapat diatasi oleh Abu Bakar dengan baik. ingin juga bersikap hati-hati seperti yang dilakukan oleh khalifah
pendahulunya.
2. Masa Umar bin al-Khaththab ra. Sikap kehati-hatian yang dilakukan Usman ini tentunya juga
Sikap dan tindakan hati-hati Abu Bakar al-Shiddiq menginspirasi berpengaruh kepada banyak sedikitnya beliau meriwayatkan hadis.
tindakan yang dilakukan oleh khalifah kedua, Umar bin al-Khaththab. Ahmad bin Hambal misalnya, meriwayatkan hadis nabi yang
Umar dalam hal ini juga terkenal sebagai orang yang sangat berhati- diriwayatkan oleh Usman bin Affan ini tidak lebih dari empat puluh
hati dalam meriwayatkan suatu hadis. Beliau tidak mau menerima buah hadis. Itupun banyak matan hadis yang terulang karena
suatu riwayat apabila tidak disaksikan oleh sahabat yang lain. perbedaan sanad. Atau dengan kata lain, jumlah hadis yang
Sebagian ahli hadis mengemukakan bahwa Abu Bakar dan Umar diriwayatkan oleh Usman bin Affa ra tidak sebanyak jumlah hadis
menggariskan bahwa periwayatan hadis dapat diterima apabila yang diriwayatkan oleh Umar bin al-Khaththab ra.
disertai saksi atau setidak-tidaknya periwayat berani disumpah. Walaupun Usman dalam khutbahnya menyerukan umat Islam
Sikap kehati-hatian Umar yang seolah-olah melarang sahabat untuk berhati-hati dalam meriwayatkan hadis, pada zaman ini
lain untuk memperbanyak periwayatan hadis ini harus ditafsiri kegiatan umat Islam dalam meriwayatkan hadis telah lebih banyak
bahwa selain kaum muslimin harus berhati-hati dalam meriwayatkan jika dibandingkan dengan kegiatan periwayatan hadis pada zaman
hadis, juga supaya perhatian mereka terhadap Al-Qur’an tidak dua khalifah sebelumnya. Hal ini disebabkan karena selain pribadi
terganggu. Hal ini tentunya dapat dipahami karena memang pada Usman yang tidak sekeras Umar, juga karena semakin luasnya
saat itu, naskah Al-Qur’an masih sangat terbatas jumlahnya dan wilayah Islam sehingga mengakibatkan bertambahnya kesulitan
belum menyebar ke daerah-daerah kekuasaan Islam. Sehingga pengendalian periwayatan hadis secara ketat.
4. Masa Ali bin Abi Thalib kw. kekuasaan Islam. Ini memudahkan para tabi’in untuk mempelajari
Sikap kehati-hatian dalam meriwayatkan hadis tetap menjadi hadis-hadis dari mereka. Kondisi ini juga berimplikasi terhadap
prinsip utama yang dipegang oleh Ali bin Abi Thalib. Artinya, Ali tetap penyebaran hadis ke berbagai wilayah Islam. Oleh karena itu, masa ini
berhati-hati dalam meriwayatkan hadis bahkan beliau baru bersedia disebut dengan masa menyebarnya periwayatan hadis, ‘ashr intisyār al-
menerima suatu riwayat apabila periwayat hadis tersebut riwāyah, yakni masa di mana hadis tidak hanya terpusat di Madinah
mengucapkan sumpah, bahwa hadis yang disampaikan tersebut tetapi sudah diriwayatkan di berbagai daerah dengan tokoh para
benar-benar berasal dari Nabi saw. Hanya saja, terhadap orang- sahabat.
orang yang benar-benar dipercayainya Ali tidak memintanya untuk Kekuasaan Islam semakin luas. Banyak sahabat atau tabi’in yang
bersumpah. Dengan kata lain, fungsi sumpah dalam periwayatan pindah dari Madinah ke daerah-daerah yang baru dikuasai, di samping
hadis bagi Ali tidaklah menjadi syarat mutlak keabsahan periwayatan masih banyak pula yang tinggal di Mekah dan Madinah. Para sahabat
suatu hadis. pindah ke daerah baru disertai dengan membawa perbendaharaan
Ali bin Abi Thalib termasuk sahabat yang cukup banyak hadis yang ada pada mereka sehingga hadis-hadis tersebut tersebar ke
meriwayatkan hadis nabi. Hadis yang beliau riwayatkan selain dalam berbagai daerah. Kemudian bermunculan pusat-pusat hadis sebagaima
bentuk lisan, juga dalam bentuk tulisan (catatan). Hadis yang yang dikemukakan oleh Muhammad Abu Zahw yaitu:
diriwayatkan Ali dalam bentuk tulisan berkisar tentang; hukuman 1. Madinah, dengan tokoh dari kalangan sahabat: ‘Āisyah, Abū
denda (diyat); pembebasan orang Islam yang ditawan orang kafir; Hurairah, Ibn Umar, Abū Sa’ūd al-Khudri dan lain-lain. Tokoh dari
dan larangan melakukan hukuman qishas terhadap orang Islam yang kalangan tabi’in: Sa’ῑd ibn Musayyab, ‘Urwah ibn Zubair, Nafi’ Maula
membunuh orang kafir. ibn Umar, dan lain-lain.
Ditinjau dari kebijakan pemerintah, kehati-hatian dalam kegiatan 2. Mekah, dengan tokoh dari kalangan sahabat: Ibn Abbās, Abdullah
periwayatan hadis pada masa Ali bin Abi Thalib sama dengan periode ibn Sa’ῑd, dan lain-lain. Dari kalangan tabi’in: Mujahid ibn Jabr,
sebelumnya. Akan tetapi situasi umat Islam pada masa Ali bin Abi ‘Ikrῑmah Maula ibn Abbās, ‘Atha ibn Abῑ Rabbah, dan lain-lain.
Thalib telah berbeda dengan situasi pada masa sebelumnya. 3. Kufah, dengan tokoh dari kalangan sahabat: Abdullah ibn Mas’ūd,
Pertentangan politik umat Islam pada masa ini semakin menajam. Sa’ad bin Abῑ Waqqas dan Salman al-Fārisi. Tokoh dari kalangan
Peperangan antara pendukung Ali dan Mu’awiyah telah terjadi. Hal tabi’in: Masrūq bin al-Ajda’, Syuraikh bin Haris, dan lain-lain.
ini tentunya memberikan kontribusi negatif dalam periwayatan 4. Basrah, dengan tokoh dari kalangan sahabat: ‘Utbah bin Ghazwan,
hadis. Kepentingan politik telah mendorong pihak-pihak tertentu Imran bin Husain dan lain-lain. Dari kalangan tabi’in: al-Hasan al-
melakukan pemalsuan hadis. Sehingga tidak semua periwayatan Basri, Abū al-‘Aliyah, dan lain-lain.
hadis dapat dipercaya. 5. Syam, dengan tokoh dari kalanga sahabat: Mu’ādz bin Jabal, Abū al-
Darda’, ‘Ubadah bin Ṣamit, dan lain-lain. Tokoh dari tabi’in: Abū Idrῑs,
Setelah anda membaca sejarah hadis pada masa Abu Bakar, Qabiṣah ibn Zuaib, dan Makhul ibn Abῑ Muslim.
Umar, Usman, dan Ali, sekarang bandingkan! 6. Mesir, dengan tokoh dari kalangan sahabat: Abdullah bin Amr bin
al-‘Aṣ, ‘Uqbah bin Amir, dan lain-lain. Dari kalangan tabi’in: Yazῑd bin
C. Hadis pada Masa Tabi’in Abῑ Hubaib, Abu Baṣrah al-Ghifari dan lain-lain.
Sama halnya seperti yang dilakukan oleh para sahabat, para Pergolakan politik pada masa sahabat, yaitu ketika kekuasaan
tabi’in juga cukup berhati-hati dalam periwayatan hadis. Beban tabi’in dipegang oleh Ali bin Abi Thalib, berakibat cukup panjang dan berlarut-
tidak terlalu berat jika dibandingkan dengan beban yang dihadapi para larut. Langsung atau tidak langsung, cukup memberikan pengaruh
sahabat. Pada masa ini, Al-Qur’an telah berhasil dikumpulkan dalam terhadap perkembangan hadis pada masa tabi’in ini. Pengaruh
satu mushaf, sehingga tidak lagi menghawatirkan bercampurnya langsung dan negatif, ialah munculnya hadis-hadis palsu (mauḍu’)
periwayatan hadis. Selain itu, pada akhir periode masa al-khulafā al- untuk mendukung kepentingan politik masing-masing kelompok dan
Rāsyidūn, para ahli hadis telah menyebar ke beberapa wilayah menjatuhkan posisi lawan-lawannya. Adapun pengaruh yang berakibat
positif, adalah rencana dan usaha yang mendorong diadakannya catatan hadis. Hasil catatan para ulama berbeda-beda, Abu Bakar bin
kodifikasi atau tadwῑn hadis, sebagai upaya penyelamatan dari Hazm berhasil menghimpun hadis dalam jumlah yang menurut para
pemusnahan dan pemalsuan, sebagai akibat pergolakan politik yang ulama kurang lengkap. Sedangkan ibn Syihab al-Zuhri berhasil
terjadi tersebut. menghimpunnya lebih lengkap. Meskipun demikian, kitab himpunan
hadis-hadis mereka tidak sampai ke kita. Ulama setelah al-Zuhri yang
Poin apa saja yang kamu perhatikan dengan membaca kondisi hadis berhasil menghimpun kitab tadwin yang dapat diwariskan kepada
pada masa tabiin? Sudahkah ada hadis palsu pada masa tabiin? Apa generasi sekarang adalah Malik ibn Anas (93 – 179 H) di Madinah. Imam
buktinya menurut anda? Malik menyusun kitab yang berjudul al-Muwaṭṭa’, yang selesai disusun
pada tahun 143 H dan merupakan kitab hasil kodifikasi yang pertama.
D. Hadis pada Masa Kodifikasi (tadwin) Hadis Kitab ini selain berisi hadis-hadis yang marfu’ juga terdapat hadis-hadis
Kodifikasi (tadwin) hadis dalam periode ini dimaksudkan adalah mauqūf dan maqthu’.
kodifikasi (tadwῑn) atau pembukuan secara resmi yang didasarkan Selain para ulama di atas, terdapat banyak ulama lain yang juga
pada perintah kepala negara. Kodifikasi hadis secara resmi terjadi pada melakukan kodifikasi hadis. Di antara mereka adalah Muhammad ibn
penghujung abad satu hijriah, ketika khalifah Umar bin Abdul Azis Ishāq (w. 151 H), Ma’mar bin Rasyῑd (w.13 H), AbūAmr Abdurrahman al-
memerintah. Keinginan mengkodifikasikan hadis ini sebenarnya telah Auza’i (w. 156 H), Sa’ῑd bin Abū ‘Arubah (w. 151 H), Hammad ibn
timbul ketika ia menjabat sebagai gubernur di Madinah (86 – 93 H) Salamah (w. 176H), Abū Abdullah, Syufyan al-Tsauri (w.161 H), Abdullah
pada zaman al-Walid bin Abdul Malik berkuasa. bin al-Mubarak (w. 181 H), Husyaim bin Busyair (w. 188 H), Juraij bin
Setelah Umar bin Abdul Azis memerintah (99–101 H), beliau Abdul Humaid (w. 188 H), dan al-Laiṡ bin Sa’ad (w. 175 H). Kitab-kitab
menginstruksikan kepada seluruh ulama pada saat itu untuk yang mereka susun kebanyakan tidak sampai kepada generasi
menghimpun hadis nabi yang tersebar di berbagai wilayah Islam. sekarang. Datanya ditemukan dalam berbagai kitab karya ulama
Mandat tentang kodifikasi hadis secara resmi ini diwujudkan dalam sesudah mereka.
bentuk surat perintah, yang isinya memerintahkan agar seluruh hadis Masa kodifikasi dilanjutkan dengan masa seleksi hadis. Yang
Nabi di masing-masing daerah segera dihimpunkan. Instruksi secara dimaksudkan dengan masa seleksi atau penyaringan hadis adalah
khusus disampaikan kepada Abu Bakar bin Muhammad ibn Amr ibn masa upaya para mudawwin hadis melakukan seleksi secara ketat,
Hazm (gubernur Madinah, w. 117 H) agar mengumpulkan hadis yang sebagai kelanjutan upaya para ulama sebelumnya yang telah berhasil
ada pada Amrah binti Abdurrahman al-Anshari (murid kepercayaan Siti melahirkan kitab-kitab tadwin. Masa ini dimulai sekitar akhir abad ke-2
‘Aisyah) dan al-Qasim bin Muhammad bin Abi Bakar (w. 107 H). atau awal ke-3 hijrah atau pada saat pemerintahan dinasti Abbasiyah.
Instruksi yang sama juga disampaikan kepada Muhammad bin Syihab Munculnya periode seleksi ini, karena pada periode tadwin belum
al-Zuhri (w.124 H), yang dipandang sebagai orang yang lebih banyak berhasil dipisahkan antara hadis-hadis yang berasal dari Nabi (marfu),
mengetahui hadis dari pada yang lain. sahabat (mauqūf), dan tabi’in (maqthu). Begitu pula belum dapat
Ada beberapa faktor yang melatarbelakangi kodifikasi hadis pada dipisahkan antara hadis-hadis shahih, hasan, dan dla’if, bahkan masih
masa khalifah Umar bin Abdul Azis. Menurut Muhammad al-Zafzaf terdapat hadis-hadis maudhu’. Masa ini disebut dengan ‘aṣr al-tajrῑd wa
kodifikasi hadis tersebut dilakukan karena: Pertama, Para ulama telah taṣhih wa al-tanqῑh (masa penerimaan, pentashihan, dan
tersebar ke berbagai negeri, dikhawatirkan hadis akan hilang bersama penyempurnaan).
wafatnya mereka, sementara generasi penerus diperkirakan tidak Kitab-kitab hadis yang berhasil disusun oleh para ulama ahli hadis
menaruh perhatian terhadap hadis. Kedua, banyak berita yang diada- pada periode ini sangat banyak di antaranya adalah kitab enam standar
adakan oleh pelaku bid’ah seperti khawarij, rafidhah, sy’iah dan lain- atau yang disebut dengan al-kutub al-sittah. Karya-karya al-Bukhari,
lain yang berupa hadis-hadis palsu. Muslim, Abu Dawud, al-Turmudzi, al-Nasa’i, Ibnu Majah dan yang lain-
Instruksi khalifah Umar bin Abdul Azis tersebut direspon poisitif lain pada periode ini, telah memakai cara kodifikasi hadis secara
oleh umat Islam pada waktu itu, sehingga berhasil terkumpul catatan- sistematis, kritis dan dilakukan dengan penuh kesungguhan. Setelah itu
d
n
e
i
M
.
E
t
k
r
a
K
m
l
s
D
u
g
R tidak ada karya-karya hadis lain yang memiliki kualitas menyamai atau
bahkan melebihi kitab-kitab karya mereka. Sampai saat ini pula kita
masih dapat menikmati buah karya mereka yang hebat.

Tugas individu
 Buatlah sebuah opini seandainya para ulama dahulu tidak mempunyai
inisiatif untuk mengkodifikasikan hadis Nabi! Apa kiranya yang terjadi
terhadap hadis dan umat Islam? Pekerjaan ditulis pada buku tugas
masing-masing.
 Deskripsikan penyebaran hadis pada masa tabi’in. Tuliskan jawaban
anda pada buku tugas masing-masing!
 Tulislah dalam tabel berikut tentang sikap al-khulafā’ al-rāsyidūn
terhadap hadis Nabi saw!

No
.

1.

2.

3.

4.
Nama Khalifah

Abu Bakar al-Shiddiq

Umar bin al-Khaṭṭab

Usman bin Affan

Ali bin Abi Thalib

Tugas Kelompok


Sikap terhadap hadis Nabi saw

Siswa-siswi di kelas dibagi dalam tiga kelompok, masing-masing


kelompok bertugas untuk membuat makalah mengenai perkembangan
dan penyebaran hadis pada masa sahabat, tabi’in, dan masa


kodifikasi. Setiap kelompok menugaskan
mempresentasikan makalahnya di depan kelas!

berpisah dengan keluarga.


dua orang

Kerja keras sahabat Nabi dalam rangka menyelamatkan hadis,


banyak mengalami kendala, baik kendala fisik maupun skikis.
Berbagai rintangan yang dialaminya, tidak menyurutkan niyat
untuk

mereka untuk tetap setia menyertai Nabi dalam setiap kesempatan.


Pengeorbanan harta, jiwa dan raga, adalah hal yang lumrah
dilakukan oleh sahabat. Maka tidak sedikit dari mereka yang harus

Masa-masa seperti ini juga dialami oleh generasi penerus, yakni


tabi’in. Mereka bahu-membahu untuk menyelamatkan sabda nabi
dari kepunahan. Upaya mereka tidak sia-sia, yang pada akhirnya
hadis dapat dikumpulkan dalam sebuah buku.

Rasulullah Saw di mata para sahabatnya adalah merupakan idola


yang paling sempurna. Menurut mereka, Rasul Saw merupakan sentral
kehidupan keagamaan dan keduniawian. Apa yang dilihat oleh ataupun
disaksikan oleh sahabat baik berupa perkataan, perbuatan maupun taqrir
Nabi merupakan landasan bagi amaliyah sehari-hari mereka yang wajib
untuk diikuti dan ditaati. Terkait dengan perkembangan hadis, Nabi saw
pernah melarang para sahabat untuk menuliskan sesuatu yang berasal
darinya selain Al-Qur’an. Hal ini dilakukan semata untuk menjaga
kemurnian Al-Qur’an dan agar para sahabat berkonsentrasi terhadap Al-
Qur’an. Secara umum hadis hanya dihafal oleh para sahabat dan
disampaikan kepada sesamanya, disamping itu juga ada sebagian
sahabat yang berinisiatif untuk menulis hadis dengan berbagai alasan.
Sepeninggal Nabi Muhammad saw, para sahabat tidak dapat lagi
mendengar sabda-sabda, melihat perbuatan-perbuatan dan hal ihwal Nabi
saw secara langsung. Periwayatan hadis berkembang dari para sahabat
kepada kaum muslimin. Mereka, para sahabat, sangat berhati-hati di
M
.
F
a
l
r
e
B
h
i
t
dalam meriwayatkan hadis. Secara politikpun, pemerintahan al-khulafa’
al-rasyidun tidak mengambil kebijakan untuk menginstruksikan penulisan
hadis secara resmi. Masa ini disebuut dengan zaman al-tasabbut wa al-
iqlal min al-riwāyah, yakni periode membatasi hadis dan menyedikitkan
riwayat. Hal ini dilakukan karena para sahabat pada periode ini lebih
berkonsentrasi terhadap pemeliharaan dan penyebaran Al-Qur’an.
Pada masa tabi’in, sama halnya seperti yang dilakukan oleh para
sahabat, mereka juga cukup berhati-hati dalam periwayatan hadis. Beban
tabi’in tidak terlalu berat jika dibandingkan dengan beban yang dihadapi
para sahabat. Pada masa ini, Al-Qur’an telah berhasil dikumpulkan dalam
satu mushaf, sehingga tidak lagi menghawatirkan mereka. Selain itu,
pada akhir periode masa al-khulafā’ al-Rūsyidūn, para ahli hadis telah
menyebar ke beberapa wilayah kekuasaan Islam. Ini memudahkan para
tabi’in untuk mempelajari hadis-hadis dari mereka. Kondisi ini juga
berimplikasi terhadap penyebaran hadis ke berbagai wilayah Islam. Oleh
karena itu, masa ini disebut dengan masa menyebarnya periwayatan
hadis, ‘ashr intisyaar al-riwaayah, yakni masa di mana hadis tidak hanya
terpusat di Madinah tetapi sudah diriwayatkan di berbagai daerah dengan
tokoh para sahabat.
Kodifikasi (tadwῑn) hadis dalam periode ini dimaksudkan adalah
kodifikasi (tadwῑn) atau pembukuan secara resmi yang didasarkan pada
perintah kepala negara. Kodifikasi hadis secara resmi terjadi pada
penghujung abad satu hijriah, ketika khalifah Umar bin Abdul Azis
memerintah. Beliau menginstruksikan kepada seluruh ulama pada saat itu
untuk menghimpun hadis nabi yang tersebar di berbagai wilayah Islam.
Kebijakan khalifah ini disambut baik oleh kaum muslimin sehingga sejak
saat itu muncullah ulama-ulama hadis yang menyusun berbagai kitab
hadis yang bahkan bisa kita kita temui pada saat ini.

A. Jawblah pertanyaan-pertanyaan berikut dengan jawaban


yang benar!
1. Mengapa Abu Bakar al-Shiddiq tergolong sahabat yang sedikit
meriwayatkan hadis nabi?
2. Kebijakan apa yang diambil Umar bin al-Khathab terkait
periwayatan hadis?
3. Jelaskan perkembangan dan penyebaran hadis pada masa Ali bin
Abi Thalib!
4. Jelaskan perkembangan dan periwayatan hadis pada masa tabi’in!
5. Kebijakan politik apa yang dilakukan oleh Umar bin Abdul Azis

4.
5.
6.
7.
8.
terkait dengan pemeliharaan hadis Nabi saw?

Tugas:

Tulislah poin-poin perkembangan hadis yang membedakan dengan


kondisi sebelumnya mulai dari:

1.
2.
3.
Masa Nabi,
Masa Abu Bakar,
Masa Umar,
Masa Usman,
Masa Ali,
Masa Tabiin,
Masa Umar bin Abdul Aziz,
Dan Masa Bukhari.
http://www.merdek
a.com
a
M
.
u
e
n
A
R
i
r
k
g
Sahabat didefinisikan sebagai orang yang berkumpul dengan Nabi saw,
atau melihatnya dalam keadaan beriman dan meninggal dalam keadaan
beriman pula. Tidak termasuk kategori sahabat orang yang hidup semasa
dengan Rasul dan dalam keadaan beriman namun tidak pernah berjumpa
dengan Rasulullah saw. Juga tidak termasuk dalam kategori sahabat
orang yang pernah berjumpa dengan Rasul saw tetapi tidak dalam
keadaan beriman. Maka termasuk dalam kategori ini semua mukmin yang
pernah berjumpa dengan Rasulullah saw. baik dalam waktu lama maupun
singkat, meriwayatkan (hadis) dari beliau maupun tidak, turut berperang
beserta beliau maupun tidak, dan orang yang tidak melihat beliau
disebabkan sesuatu hal seperti buta.

Khabbab bin Arṡ, Guru Privat Al-Qur’an yang


Pertama
Orang yang pertama kali mengajarkan hafalan dan bacaan Al-
Qur’an di Mekah selain Rasulullah adalah Khabbab bin Arts. Ia
menempuh cara mendatangi muridnya dari rumah ke rumah,
sehingga dapat dikatakan sebagai guru privat Al-Qur’an yang
pertama. Di antara murid-muridnya adalah Abdullah bin Mas’ūd,
Sa’id bin Zaid dan Fatimah binti Khaṭṭab.
Khabbab adalah seorang pemuda dari Bani Tamim, ia masuk
Islam sebelum adanya pengajian di rumah Al-Arqam. Pada saat
itu ia menjadi tukang pandai besi yang tertarik dengan ajaran
Islam dan segera menyatakan keisalamannya secar terang-
terangan. Dengan sikapnya itu, ia rela menerima siksaan yang
amat kejam.
Ia seorang sahabat yang terkenal sangat gigih mengaji dan
menimba ilmu dari Nabi saw. Hasil ajaran Rasul itulah yang ia
sebarkan kepada para sahabat yang membutuhkan bantuan dan
ia siap mendatangi rumah mereka. Ia salah seorang sahabat
nabi yang ikut hijrah dan selalu ikut dalam semua peperangan
Kompetensi Inti (KI)
1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama Islam
2. Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli
(gotong royong, kerja sama, toleran, damai) santun, responsif dan pro-aktif dan
menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam
berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam
menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.
3. Memahami, menerapkan dan menganalisis pengetahuan faktual,
konseptual, prosedural dalam ilmu pengetahuan, teknologi, seni,
budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan,
kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait fenomena dan
kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada
bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya
untuk memecahkan masalah
4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah
abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di
sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan metoda
sesuai kaidah keilmuan.

Kompetensi Dasar (KD)


1.2. Meyakini keaslian hadis yang telah dibenarkan oleh para ulama
hadis dahulu dan menjadikannya sebagai hujjah dalam
menentukan hukum syar’i sehari-hari
1.4. berkomitmen untuk menggunakan hadis sebagai sumber

3.3.
hukum ajaran agama islam yang kedua
Mengetahui sejarah singkat para sahabat yang banyak
meriwayatkan hadis (Abū Hurairah, Anās bin Mālik, Abdullah bin
Umar, Abdullah bin Amru bin Aṣ, Abdullah bin Abbās, dan
‘Āisyah).
4.3.Menghafalkan nama, masa hidup, dan peran ulama’ hadis
dalam pemeliharaan hadis dari waktu ke waktu serta
meneladaninya dalam kehidupan sehari-hari.
4.4. Menceriterakan kisah ulama hadis dan meneladaninya

Indikator Pembelajaran
Peserta didik mampu :
.
B
g
n
e
M
i
t
a
r
m
i
a
m
e
C
M
.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
meyakini keaslian hadis
mejadikan hadis sebagai hujjah dalam hukum islam
menjelaskan biografi tokoh hadis masa sahabat
menghafalkan biografi masing-masing tokoh hadis masa sahabat
mampu mengidentifikasi tokoh hadis masa sahabat
mampu meneladani tokoh hadis dalam kehidupan sehari-hari
meneladani ulama hadis

Tujuan Pembelajaran
Peserta didik dapat :
1. meyakini keaslian hadis
2. mendemonstrasikan penggunaan hadis dalam kehidupan sehari-
hari
3. menjelaskan sejarah biografi bendaharawan hadis masa sahabat
4. menghafalkan biografi masing-masing bendaharawan hadis
masa sahabat
5. meneladani ulama hadis dalam kehidupan sehari-hari

Peta Konsep

Bendaharawan
(Sahabat)
Hadis

Rasulullah
mengatakan ....
Abū Hurairah
Anās bin Mālik
Abdullah
Umar
‘Āisyah ra
Abdullah
Abbās
bin

bin

Abdullah bin Amr


Kata Kunci
Ya aba Hirah…

MAKSUD
Dua telinga/julukan bagi
Anas Ibn Malik
Penaklukkan kota
Makkah

Julukan/gelar
ISTILAH
‫ياذاالذنين‬
‫فتح المكة‬
‫كنية‬
Amati gambar dan catat apa yang
kalian lihat

1. …………………………………
2. …………………………………
3. …………………………………

MAKSUD
Ulama yang banyak
meriwayatkan hadis
Shuffah ( YANG
tinggal di emper
masjid)
Pembantu Rasulullah

Untuk memahami dan mengenali siapa sahabat yang banyak


meriwayatkan hadis dan kenapa, maka perlu membaca dengan
konsentrasi sejarah singkat dibawah ini dengan membayangkan apa
yang terjadi pada masa itu.

Jumlah sahabat Nabi saw sangat banyak, dan tidak mungkin


memastikan batasan jumlah mereka. Akan tetapi dapat dikatakan
dengan perkiraan bahwasannya mereka mencapai jumlah 14000
orang. Di antara mereka ada sahabat-sahabat yang mendapat julukan
ISTILAH
‫المكثرون في الحديث‬

‫صفة‬
‫خاديم الرسول‬
“bendaharawan hadis” (al-mukṡirūn fi al-ḥadῑs). Julukan ini adalah tangannya, lalu bersabda: "Ambillah." Aku pun mengambilnya, maka
untuk sahabat yang meriwayatkan lebih dari 1.000 hadis. sejak itu aku tidak pernah lupa lagi." (HR. al-Bukhari no. hadis: 116)
Berikut sejarah singkat sahabat yang paling banyak meriwayatkan Abu Hurairah adalah sahabat yang paling banyak meriwayatkan
hadis dari Rasulullah saw. : hadis dari Nabi Muhammad saw. Di antara yang meriwayatkan hadis
darinya adalah Ibnu Abbas, Ibnu Umar, Anas bin Malik, Jabir bin
A. Abu Hurairah ra. Abdullah, dan lain-lain. Imam Bukhari pernah berkata: "Tercatat lebih
Nama aslinya adalah Abdurrahman bin Shakhr al-Dausi (lahir 598 - dari 800 orang perawi hadis dari kalangan sahabat dan tabi'in yang
wafat 678 M). Ia lebih dikenal dengan panggilan Abu Hurairah. Nama meriwayatkan hadis dari Abu Hurairah". Abu Hurairah memiliki sifat-
Abu Hurairah adalah nama panggilan yang diberikan Rasulullah saw sifat yang terpuji di antaranya wara’, taqwa, dan zuhud, ahli ibadah
yang berarti bapaknya kucing. Nama tersebut diberikan Nabi saw, ahli tahajjud sepanjang malam. Karir politiknya pernah diangkat
sebagai pengganti nama masa Jahiliyah sebelumnya yaitu `Abd Syams menjadi gubernur Bahrain pada masa Umar bin al-Khaththâb dan pada
bin Shakhr. Panggilan Abu Hurairah (bapaknya kucing) diberikan pada masa Ali juga pernah akan diangkat menjadi Gubernur tetapi ia
saat Rasul melihatnya membawa kucing kecil yang keluar dari lengan keberatan, kemudian pada masa Mu`awiyah ia dingkat menjadi
baju gamisnya di satu majelis Rasul saw. Sungguh mengejutkan pada Gubernur Madinah.
saat itu pada saat tenang para sahabat duduk di hadapan Rasulillah Marwan bin Hakam pernah menguji tingkat hafalan Abu Hurairah
tahu-tahu muncul dari lengan bajunya seekor kucing. Sejak saat itulah terhadap hadis Nabi. Marwan memintanya untuk menyebutkan
panggilan Abu Hurairah mencuat dan terkenal. Abu Hurairah berasal beberapa hadis, dan sekretaris Marwan mencatatnya. Setahun
dari kabilah Bani Daus dari Yaman. Ia sejak kecil sudah menjadi yatim. kemudian, Marwan memanggilnya lagi dan Abu Hurairah pun
Ketika mudanya ia bekerja pada Basrah binti Ghazawan, yang menyebutkan semua hadis yang pernah ia sampaikan tahun
kemudian setelah masuk Islam dinikahinya. sebelumnya, tanpa tertinggal satu huruf.
Abu Hurairah masuk Islam pada tahun ke-7 Hijriah pada tahun Menurut Baqî` bin Mukhallad ia meriwayatkan sebanyak 5.374
perang Khaibar. Pada masa hidupnya dia seorang pimpinan penghuni buah Hadis. Ada beberapa faktor yang menyebabkan banyaknya
Ṣuffah, yang mengkosongkan seluruhnya waktunya hanya untuk periwayatan yang diperoleh Abu Hurairah antara lain sebagai berikut :
beribadah kepada Allah swt dan mencari hadis dari Rasulillah saw. 1. Selalu menghadiri majelis Nabi saw.
Ṣuffah adalah suatu tempat berlindungnya para sahabat di masjid 2. Penghuni Shuffah di Masjid Nabawi ia selalu bersama
Nabawi yang zuhud. Abu Hurairah salah seorang sahabat yang Rasulillah saw.
mendapat do’a dari Rasulillah saw sehingga hafal terhadap apa yang 3. Sangat kuat ingatannya, karena ia salah seorang sahabat yang
didengar dan dilihat. Dalam salah satu Hadis yang diriwayatakan al- mendapat do’a dari Nabi sehingga hafal segala apa yang ia dengar
Bukhari dikatakan: dari Rasulillah

َ َ‫َع ْن أَيِب ُهَر ْيَر َة َر ِض َي اللَّهُ َعْنهُ ق‬


‫ال‬ 4. Banyak mengambil hadis dari para sahabat senior karena
usianya cukup panjang dan hidup selama 47 tahun setelah

َ َ‫ك َح ِديثًا َكثِ ًرياـ فَأَنْ َساهُ ق‬َ ‫ت ِمْن‬ ِ ِ َ ‫ُق ْلت يا رس‬ wafatnya Nabi saw.
‫ال ابْ ُس ْط ِر َداءَ َك‬ ُ ‫ول اللَّه إِيِّن مَس ْع‬ َُ َ ُ Salah satu kumpulan fatwa-fatwa Abu Hurairah pernah dihimpun
oleh Syaikh As-Subki dengan judul Fatawa' Abi Hurairah. Pada tahun
‫يت َح ِديثًا َب ْع ُد‬ ِ
ُ ‫ض َم ْمتُهُ فَ َما نَس‬ َ َ‫ض َّمهُ ف‬
ُ ‫ال‬ َ َ‫ف بِيَ ِد ِه فِ ِيه مُثَّ ق‬
َ ‫ت َفغََر‬
ُ ْ‫َفبَ َسط‬
678 M atau tahun 59 H, Abu Hurairah jatuh sakit, meninggal di
Madinah, dan dimakamkan di Baqi'
“Dari Abu Hurairah berkata "Aku berkata, "Wahai Rasulullah, aku telah
mendengar dari tuan banyak hadis namun aku lupa. Beliau lalu B. Abdullah bin Umar ra.
bersabda: "Hamparkanlah selendangmu." Maka aku Abdullah bin Umar atau sering disebut Ibnu Umar lahir pada
menghamparkannya, beliau lalu (seolah) menciduk sesuatu dengan tahun ke-2 atau ke-3 dari kenabian. Dia masuk Islam dalam usia 10
tahun bersama ayahnya, Umar bin al-Khaththab tetapi ia berhijrah ke C. Anas bin Malik ra.
Madinah lebih dahulu dari pada ayahnya. Dia tidak diijinkan ikut Namanya adalah Anas bin Malik bin Nadlr al-Khazraj lahir pada
perang Uhud oleh Rasulullah saw karena usianya yang masih kecil tahun 612 M –wafat pada 709/712 M. Anas adalah Khādim (pelayan)
kecuali pada perang-perang berikutnya. Kemudian ia aktif ikut serta Rasulullah yang terpercaya, ketika ia berusia 10 tahun, ibunya Ummu
perang seperti Khandaq dan beberapa peperangan sesudahnya
Sulaim membawanya kepada Rasulullah Saw. untuk berkhidmat. Ia
termasuk penaklukan Mesir dan di negeri-negeri Afrika lainnya.
sering membawakan sandal dan ember Rasulillah untuk berwudhu. Ia
Ibnu Umar adalah seorang yang meriwayatkan hadis terbanyak mendapat do’a Rasulillah saw:
kedua setelah Abu Hurairah, yaitu sebanyak 2.630 hadis, karena ia “Ya Allah perbanyaklah harta dan anaknya dan masukkanlah ke
selalu mengikuti ke mana Rasulullah pergi. Bahkan Aisyah istri surga.”
Rasulullah pernah memujinya dan berkata :"Tak seorang pun mengikuti
jejak langkah Rasulullah di tempat-tempat pemberhentiannya, seperti Anas berkata: Sungguh aku melihat dua orang wanita dan aku
yang telah dilakukan Ibnu Umar". Ia bersikap sangat berhati-hati dalam mengharapakan wanita yang ketiga. Demi Allah, hartaku melimpah
meriwayatkan hadis Nabi. Demikian pula dalam mengeluarkan fatwa, ia ruah dan sungguh jumlah anak-anakku dan anak cucuku pada hari ini
senantiasa mengikuti tradisi dan sunnah Rasulullah, karenanya ia tidak mencapai 100 orang.
mau melakukan ijtihad. Biasanya ia memberi fatwa pada musim haji, Nabi sering mengajak canda dan humor dengan Anas dengan
atau pada kesempatan lainnya. Teman-teman Abdullah bin `Umar panggilan : “YāŻa al-użunain” (Hai anak yang memiliki telinga dua)
mengakui keunggulannya, Abdullah bin Mas’ud berkata : sehingga tidak terkesan sebagai pergaulan tuan dan budaknya. Anas
“Sungguh aku melihat kita (sahabat) orang-orang yang sendiri pernah berkata:” Rasulullah saw tidak pernah menegur apa
sempurna, tidak ada seorang pemuda di tengah-tengah kami yang yang aku perbuat, beliau juga tidak pernah menanyakan tentang
lebih mampu menguasai dirinya dibandingkan dengan Abdullah bin sesuatu yang aku tidak kerjakan, akan tetapi beliau selalu
Umar.” mengucapkan “Apa yang dikehendaki Allah pasti terjadi dan apa yang
Ibnu Umarmeriwayatkan hadis dari Nabi saw dan dari para tidak dikehendak-Nya tidak terjadi”. Anas bin Malik tidak berperang
sahabat, di antaranya dari ayahnya sendiri Umar, pamannya Zaid, dalam perang Badar yang akbar, karena usianya masih sangat muda.
saudara kandungnya Hafshah, Abu Bakar, Usman, Ali, Bilal, Ibn Mas`ūd, Tetapi ia banyak mengikuti peperangan lainnya sesudah itu.
Abu Żar, dan Mu`aż. Imam al-Bukhari meriwayatkan sekitar 81 buah Pada waktu Abu Bakar meminta pendapat Umar mengenai
hadis dari padanya, Muslim meriwayatkan dari padanya sekitar 31 pengangkatan Anas bin Malik menjadi pegawai di Bahrain, Umar
buah Hadis, dan yang disepakati antara keduanya sebanyak 1700 buah memujinya :” Dia adalah anak muda yang cerdas dan bisa baca tulis,
hadis. Banyaknya periwayatan Abdullah bin `Umar karena disebabkan dan juga lama bergaul dengan Rasulullah”.Sedangkan komentar Abu
beberapa faktor, antara lain : Hurairah tentangnya:
1. Ia tergolong sahabat pendahulu masuk Islam dan berusia panjang
2. Selalu hadir di majelis-majelis Nabi saw dan mempunyai hubungan ÄCmü4R}Åk~fAoæãoiÙêãdqA=æ
dekat dengan beliau, karena menjadi ipar Nabi saw
3. Tidak punya ambisi kedudukan dan tidak melibatkan diri dalam uçEüã91ü#}ü<äi
berbagai konflik politik di kalangan sahabat. “Aku belum pernah melihat orang lain yang shalatnya menyerupai
Ibnu Umar adalah seorang pedagang sukses dan kaya raya, Rasulullah kecuali Ibnu Sulaim (Anas bin Malik)”.
tetapi juga banyak berderma. Ia hidup sampai 60 tahun setelah Ibn Sirin berkata:
wafatnya Rasulullah saw. Ia kehilangan pengelihatannya di masa
tuanya. Ia wafat pada tahun 73 H/ 693 M dalam usia lebih dari 80 =ZBeãp=N2eãòÕwI@äneãoB1ü
tahun, dan merupakan salah satu sahabat yang paling akhir yang
meninggal di kota Makkah.
“Dia (Anas) paling bagus shalatnya baik di rumah maupun ketika “Andaikata ilmu yang dikuasai Aisyah dibandingkan dengan yang
sedang dalam perjalanan”. dimiliki semua istri Nabi saw dan ilmu seluruh wanita niscaya ilmu
Ia dibesarkan di tengah-tengah keluarga Nabi selama 9 tahun Aisyah yang lebih utama”.
dan beberapa bulan sehingga ia banyak mengetahui hal ihwal Nabi Urwah juga mengatakan:
baik berupa perkataan, perbuatan dan taqrir beliau. Ia dikaruniai
cukup panjang umur sehingga ia msih hidup selama 83 tahun setelah ÖFyäQoiu^Zævp=RFævpèËækfQüã
wafat beliau saw. Hal inilah di antaranya yang menyebabkan ia banyak
meriwayatkan hadis dari beliau saw baik secara langsung maupun 91ü#}ü<äi
melalui sesama para sahabat kemudian disampaikan kepada umat. “Aku tidak pernah melihat seorangpun yang mengerti ilmu kedokteran,
Jumlah hadis yang diriwayatkan Anas bin Malik mencapai 2.286 buah syair dan fiqh melebihi ‘Āisyah”.
hadis Imam al-Bukhâri meriwayatkan dari padanya sebanyak 83 buah Abu Musa al-Asy’ari berkata:
hadis dan Muslim sebanyak 71 buah hadis.
Pada hari hari terakhir masa kehidupannya, Anas pindah ke #~Yq%äipäjfQu~Yäs9nQäm9-
Basrah, Sebagian lain mengatakan kepindahannya karena terkena
fitnah Ibn al-Asy’ats yang mendorong Hajjaj mengancamnya. Maka pvãunQÖFyäQäneýBY=iüän~fQgbEü
tidak ada jalan lain bagi Anas bin Malik untuk pindah ke Basrah yang
menjadikan satu satunya sahabat Nabi di sana. Itulah sebabnya para äi
Ulama mengatakan bahawa Anas bin Malik adalah sahabat terakhir
yang meninggal di Basrah. Pada wafatnya Muwarriq berkata: “Telah Ö~Q=Feãhäb1öãSæ<ülãg~].1ã=~*
hilang separuh ilmu. Jika ada orang suka memperturutkan
kesenangannya saat berselisih dengan kami, kami berkata kepadanya, aäjfQÖivãò$=Fm.1
marilah menghadap kepada orang yang pernah mendengar dari
Rasululah saw”. Ia mengikuti sejumlah pertempuran dalam membela ätnQdq^ni
Islam. Ia dikenal sebagai sahabat Nabi Muhammad SAW yang berumur “Tidak ada sesuatu yang sulit pada kami kemudian kami tanyakan
paling panjang. kepada Aisyah kecuali kami dapatkan ilmu padanya dan dia tidak
wafat sehingga ilmu tersebar di tengah-tengah umat, sehingga
D. Aisyah ra. dikatakan bahwa seperempat hukum syara’ diriwayatkan dari
Aisyah adalah istri Nabi saw putri Abu Bakar ash-Shiddiq sahabat padanya.”
dan orang yang paling dikasihi Nabi, Aisyah masuk Islam ketika masih Jumlah Hadis yang diriwayatkan `Aisyah sebanyak 2.210 buah
kecil sesudah 18 orang yang lain. Rasulullah memperistrinya pada Hadis, Imam al-Bukhari meriwayatkan dari padanya sebanyak 54 buah
tahun 2 H. Hadis dan Muslim meriwayatkan sebanyak 68 buah Hadis. Ia meninggal
Beliau mempelajari bahasa, Syair, ilmu kedokteran, nasab-nasab pada tahun 57 H/668 M pada bulan Ramadhan sesudah melakukan
(ansāb) dan hari-hari Arab. Berkata Az-Zuhri: shalat witir. dan Abu Hurairah ikut mensholatkannya.

@äneãS~j-kfQpÙéçneã,ãp>üS~j- E. Abdullah bin Abbas ra.


Sahabat Nabi saw kelima setelah ‘Aisyah ra. yang mendapat

kfQ1ãÖFyäQkfQSj-qe julukan “bendaharawan hadis” (al-mukṡirūn fi al-ḥadῑs) adalah Abdullah


ibn Abbas ra. Nama beliau adalah Abdullah bin Abbas bin Abdul

gNYüÖFyäQkfQläbe Muthalib bin Hasyim lahir di Mekah tiga tahun sebelum hijrah. Ayahnya
adalah Abbas, paman Rasulullah saw, sedangkan ibunya bernama
Lubabah binti Harits yang dijuluki Ummu Fadhl, saudari Ummul
Mukminin Maimunah ra. istri Rasulullah saw. Abdullah bin Abbas dikenal tua (matang)’. Khalifah Umar sering melibatkannya ke dalam
dengan panggilan Ibnu Abbas, juga disebut Abul Abbas. pemecahan permasalahan-permasalahan penting negara, malah sering
Ibnu Abbas adalah salah seorang dari empat pemuda yang dijuluki mengedepankan pendapat Ibnu Abbas daripada pendapat sahabat-
“Al-Abadillah” (empat orang pemuda yang bernama Abdullah). Tiga dari sahabat senior lain. Argumennya yang cerdik dan cerdas, bijak, logis,
al-Abadillah yang lain adalah Abdullah bin Umar (Ibnu Umar), Abdullah lembut, serta mengarah pada perdamaian membuatnya handal dalam
bin Zubair (Ibnu Zubair), dan Abdullah bin Amr radliyallahu ‘anhum. menyelesaikan perselisihan dan perdebatan. Beliau menggunakan
Mereka termasuk di antara tiga puluh orang yang menghafal dan debat hanya untuk mendapatkan dan mengetahui kebenaran, bukan
menguasai Al-Qur’an pada saat fathul Makkah (penaklukkan kota untuk pamer kepintaran atau menjatuhkan lawan debat. Hatinya bersih
Mekah), serta merupakan bagian dari ulama yang dipercaya kaum dan jiwanya suci, bebas dari dendam, serta selalu mengharapkan
muslimin untuk memberi fatwa saat itu. Ibnu Abbas adalah sahabat kebaikan bagi setiap orang, baik yang dikenal maupun tidak.
yang mempunyai kedudukan yang sangat terpandang, ia dijuluki Umar pernah berkata, “Sebaik-baik tafsir Al-Qur’an ialah dari Ibnu
sebagai informan umat Islam. Dari beliaulah asal silsilah khalifah Daulat Abbas. Apabila umurku masih lanjut, aku akan selalu bergaul dengan
Abbasiah. Abdullah bin Abbas.” Sa`ad bin Abi Waqqas menerangkan, “Aku tidak
Ibnu Abbas senantiasa mengiringi Rasulullah saw. Beliau pernah melihat seseorang yang lebih cepat dalam memahami sesuatu,
menyiapkan air wudlu Nabi, berjamaah bersama Nabi, dan sering yang lebih berilmu dan lebih bijaksana daripada Ibnu Abbas.” Ibnu
menghadiri majelis-majelis ilmu Nabi saw. Oleh karena itulah, beliau Abbas tidak hanya dikenal karena pemikiran yang tajam dan ingatan
banyak meriwayatkan hadis dari Nabi saw. Rasul saw. pernah secara yang kuat, tapi juga dikenal murah hati. Teman-temannya mengatakan,
khusus pernah mendoakan beliau: “Kami tidak pernah melihat sebuah rumah penuh dengan makanan,

‫ِّههَ يِف الدِّيْ ِن َو َعلِ ْمهُ التَّأْ ِويْ َل‬


ْ ‫اللّ ُه َّم َفق‬
minuman, dan ilmu yang melebihi rumah Ibnu Abbas.” Ubaidullah bin
Abdullah bin Utbah berkata, “Tak pernah aku melihat seseorang yang
“Ya Allah fahamkanlah ia terhadap agama dan ajarilah ia ta`wil” (HR. lebih mengerti tentang hadis Nabi serta keputusan-keputusan yang
Ahmad no. Hadis: 2274) dibuat Abu Bakar, Umar, dan Utsman, daripada Ibnu Abbas.”
Berkat do’a ini pulalah Ibnu Abbas memiliki berbagai keutamaan. Sebagaimana lazimnya pada saat itu, pejabat pemerintahan adalah
Selain dalam hal penafsiran Al-Qur’an beliau juga pandai dalam hal ilmu orang-orang alim. Ibnu Abbas pun pernah menduduki posisi gubernur di
nasab, sya’ir, fikih dan ilmu-ilmu agama Islam yang lain. Beliau Bashrah pada masa kekhalifahan Ali bin Abi Thalib. Penduduknya
dijadikan referensi oleh banyak sahabat sepeninggal Rasul saw. Murid bertutur tentang sepak terjang beliau, “Ia mengambil tiga perkara dan
Ibnu Abbas, Atha` bin Abi Rabah mengatakan, “Banyak orang meninggalkan tiga perkara. Apabila ia berbicara, ia mengambil hati
mendatangi Ibnu Abbas untuk mempelajari syair dan nasab-nasab. pendengarnya; Apabila ia mendengarkan orang, ia mengambil
Orang yang lain mendatangi Ibnu Abbas untuk mempelajari sejarah telinganya (memperhatikan orang tersebut); Apabila ia memutuskan, ia
hari-hari peperangan. Dan kelompok lainnya mendatangi Ibnu Abbas mengambil yang termudah. Sebaliknya, ia menjauhi sifat mencari
untuk mempelajari ilmu agama dan fikih. Tidak ada satu golongan pun muka, menjauhi orang berbudi buruk, dan menjauhi setiap perbuatan
dari mereka kecuali mendapatkan apa yang mereka mau.” dosa.”
Ibnu Abbas baru berusia menginjak 15 atau 16 tahun ketika Nabi Ibnu Abbas meriwayatkan sekitar 1.660 hadis Beliau juga aktif
wafat. Setelah itu, pengejarannya terhadap ilmu tidaklah berhenti. menyambut jihad di Perang Hunain, Tha`if, Fathu Makkah dan Haji
Beliau berusaha menemui sahabat-sahabat yang telah lama mengenal Wada`. Selepas masa Rasul, Ia juga menyaksikan penaklukkan afrika
Nabi saw demi mempelajari apa-apa yang telah Nabi ajarkan kepada bersama Ibnu Abu As-Sarah, Perang Jamal dan Perang Shiffin bersama
mereka semua. Dengan kesungguhannya mencari ilmu, baik di masa Ali bin Abi Thalib. Pada akhir masa hidupnya, Ibnu Abbas mengalami
hidup Nabi maupun setelah Nabi wafat, Ibnu Abbas memperolah kebutaan. Beliau menetap di Tha`if hingga wafat pada tahun 68H di
kebijaksanaan yang melebihi usianya. Karena kedalaman pengetahuan usia 71 tahun.
dan kedewasaannya, Umar bin Khaththab menyebutnya ‘pemuda yang
F. Abdullah bin Amru bin Ash ra.
Abdullah bin Amr adalah salah satu dari Abadillah yang faqih. Nama
beliau adalah Abdullah bin Amr bin Ash bin Wail bin Hasyim, ada juga
yang mengatakan nama aslinya adalah al-‘Ash. Ia memeluk Islam
sebelum ayahnya, kemudian Nabi saw merubah namanya dengan
“Abdullah”. Nama kunyah (panggilan kehormatan) beliau Abu
Muhammad, ada yang mengatakan Abdurrahman. Ada yang
mengatakan Abu Nushair Al-Quraisy as-Sahmi. Ibunya bernama Raithah
binti Munabbah.
Abdullah bin Amr adalah seorang faqih, ahli ibadah yang zuhud,
banyak berpuasa dan shalat. Semenjak pertama kali masuk Islam yang
menjadi pusat perhatian beliau adalah Al-Qur’an yang diturunkan
secara berangsur-angsur. Setiap turun ayat maka dihafalkan dan
diusahakan untuk memahaminya, sehingga setelah semuanya selesai
dan sempurna beliaupun telah hafal keseluruhan Al-Qur’an. Beliau
menghafal Al-Qur’an bukan sekadar untuk diingat tetapi dihafal dengan
tujuan dapat dipergunakan untuk memupuk jiwanya, dan kemudian
menjadi hamba Allah swt yang taat.
Abdullah bin Amr pernah berkata: "Saya telah mengumpulkan Al-
Quran kemudian saya membaca keseluruhannnya dalam waktu
semalam". Memang beliau dikaruniakan akal yang sempurna, cerdas,
semangat dalam mencari ilmu dari Nabi, rajin dan tekun mencatat. Ia
pun memiliki ilmu dan amal yang mapan. Abu hurairah pernah berkata,
"Tidak ada seorang pun dari sahabat Rasulullah yang lebih banyak
hadisnya dari padaku kecuali Abdullah bin Amr, Karena beliau menulis
dan aku tidak menulis."
Jumlah hadis yang ia riwayatkan mencapai 700 hadis, sesudah
minta ijin Nabi saw untuk menulis, ia mencatat hadis yang didengarnya
dari Nabi saw. Beliau meriwayatkan hadis dari Umar, Abu Darda,
Muadz bin Jabal, Abdurahman bin Auf, dan beberapa yang lain. Yang
meriwayatkan darinya antara lain Abdullah bin Umar bin Al- Khaṭṭab, as-
Sa’ib bin Yazῑd, Sa’ῑd bin Al-Musayyib, Ṭawūs, dan Ikrῑmah. Sanad paling
sahih yang berpangkal darinya ialah yang diriwayatkan oleh Amr bin
Syu’aib dari ayahnya dan kakeknya Abdullah.
Mengenai wafatnya banyak ulama berselisih pendapat. Ada yang
mengatakan di Thaif, ada yang mengatakan di Makkah dan ada lagi
yang mengatakan di Syam. Wallaahu a’lam biṣ-ṣawāb. Beliau wafat
pada malam hari dalam usia 72 tahun. Jenazah dimakamkan di
rumahnya sendiri yang kecil, pada tahun 65 Hijriyah. Dan ada yang
mengatakan pada 63 Hijriyah. Beliau dimakamkan di rumahnya sendiri,
k
s
d
e
i
r
M
.
D
n
a
u
E
t
K
m
l karena tidak bisa mengeluarkan jenazahnya ke kuburan di sebabkan
kerusuhan tentara Marwan.

Diskusikan tentang tema:


- Kenapa Abu Bakar, Umar, Usman, Ali tidak termasuk sahabat
yang banyak meriwayatkan hadis, padahal secara hubungan
dengan Nabi beliau-beliau lebih dekat dengan Nabi.?
- Kenapa hanya Aisyah diantara istri nabi yang banyak
meriwayatkan hadis?

Sahabat adalah sosok manusia yang tidak kenal lelah dalam


mencari dan menghimpun hadis dari Nabi saw. Kehadirannya
dalam pentas sejarah pengumpulan hadis patut diteladani
siapapun, tidak terkecuali bagi kita semua.
Usia bagi mereka bukan kendala dalam pencarian hadis, Abu
Hurairah, misalnya, ia tidak merasa malu, walaupun harus mengaji
kepada ‘Aisyah, yang usianya jauh lebih muda. Ibn Abbas, yang
termasuk sahabat kecil, juga tidak pernah merasa malu untuk
bersama-sama dengan sahabat yang usianya jauh lebih tua.
Semua mereka mempunyai tekad yang sama, menyelamatkan
hadis dari kepunahan.
Anas bin Malik sejak kecil sudah diserahkan oleh kedua orang
tuanya untuk berkhidmah kepada rasulullah. Mereka tidak
m
g
R
.
F
n
a
u
k
M
G
l
r
e
B
h
i
t berharap suatu apapun, kecuali hidup bersama rasulullah manusia
paripurna yang segala tindak-tanduknya menjadi suri tauladan
bagi siapapun yang ingin menirunya.

Sahabat adalah orang yang betemu dengan Nabi Saw, atau


melihatnya dalam keadaan beriman dan meninggal dalam keadaan
beriman. Masa sahabat merupakan masa “emas” karena mereka hidup
bersama manusia paling utama, Nabi Muhammad saw. Mereka laksana
meneguk air yang jernih langsung dari sumbernya, dan mereka adalah
sebaik-baik generasi. Jumlah sahabat nabi saw sangat banyak kurang
lebih 14.000 orang, di antara mereka ada yang mendapat julukan
“bendaharawan hadis” (al-mukṡirūn fi al-ḥadiṡ) yaitu; Abu Hurairah,
Abdullah bin Umar, Anas bin Malik, ‘Āisyah Ummul Mukminin, Abdullah bin
Abbas, dan Abdullah bin Amru bin Ash radliyallahu ‘anhum.
Abu Hurairah tercatat meriwayatkan hadis sebanyak 5.374 buah,
Abdullah bin Umar sebanyak 2.630 buah, Anas bin Malik sebanyak 2.286
buah, Aisyah sebanyak 2.210 buah, Ibnu Abbas sebanyak 1.660 hadis,
dan Abdullah bin Amr sebanyak 700 hadis. Faktor-faktor yang
menyebabkan banyaknya di antara sahabat yang meriwayatkan hadis
Nabipun bervariasi. Ada yang karena rajinnya mereka hadir di majelis-
majelis ilmu Nabi, karena termasuk orang yang awal masuk Islam, karena
dikaruniai umur panjang, karena tinggal bersama Rasulullah saw, dan lain
sebagainya. Yang jelas, berapapun jumlah hadis yang mereka riwayatkan,
jasa mereka terhadap penyebaran hadis Nabi sangat besar dan tidak
mungkin tertandingi oleh siapapun.

Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut dengan jawaban yang

1.
benar!
Sebutkan sahabat yang dijuluki dengan “al-mukṡirun fi al-ḥadῑṡ”!
2. Jelaskan faktor penyebab Abu Hurairah banyak meriwayatkan hadis
dari Rasul saw!
3. Sebutkan faktor penyebab Abdullah bin Umar meriwayatkan banyak
hadis dari Rasul saw!
4. Sebutkan berbagai disiplin ilmu yang dimiliki oleh ‘Aisyah, Ummul
Mu’minῑn, ra!
5. Sebutkan faktor penyebab Anas bin Malik dapat meriwayatkan banyak
hadis dari Rasul saw!

PENILAIAN SIKAP
Setelah kalian memahami uraian bendaharaan hadis pada masa sahabat , coba amati perilaku
berikut ini dan beri persetujuan

No.

1.

2.

3.

4.

5.

No.
Perilaku Yang Diamati
Khulafaurrasyidin termasuk yang sediki
dalam periwayatan hadis, karena sibuk
dengan urusan kenegaraan
Abu Hurairah salah satu sahabat nabi
yang banyak meriwayatkan hadis.
Kartika sangat sibuk dengan urusan
pekerjaannya sampai ia sering lupa salat
Umar Ibn Khaththab sangat hati-hati
dalam meriwayatkan hadis, karena takut
bercampur dengan al-qur’an
Sarjonobersahatan dengan anak yang
hitam kulitnya, ia sering memanggilnya
‘hai si hitam’

Tugas Individu:
Sangat
Setuju

 Setelah anda mempelajari tentang para sahabat Nabi saw yang


mendapat gelar bendaharawan hadis (al-mukṡirun fi al-ḥadῑs),
lengkapilah tabel berikut untuk lebih mempermudah pemahaman
anda!

Nama
Jumlah hadis yang
diriwayatkan
Faktor-faktor
penyebab
meriwayatkan
banyak hadis
Setuju Tidak
Setuju
Tugas Kelompok
 Siswa-siswi di kelas dibagi menjadi 6 kelompok! Setiap kelompok
membuat makalah mengenai sejarah salah satu sahabat yang menjadi
bendaharawan hadis, kemudian dipresentasikan di depan kelas.
Pembagian nama sahabat ditentukan oleh guru masing-masing
madrasah.

http://www.merdeka.com

Al-Qur’an dan Hadis sebagai dasar utama ajaran Islam sesuatu yang
saling melengkapi antara satu dengan yang lain, sebab Al-Qur’an tidak
akan bisa dipahami tanpa melalui perantaraan hadis. Demikian halnya
hadis juga tidak memiliki dasar yang kuat tanpa adanya legitimasi dari Al-
Qur’an. Mengingat pentingnya peranan hadis dalam ajaran agama Islam
maka tak dapat disangkal lagi betapa pentingnya pula mengenal tokoh-
tokoh yang berkecimpung dalam dunia hadis yang telah mengeluarkan
M
.
A
u
e
R
n
a
i
r
k
g
energi, tenaga dan pikiran yang luar biasa untuk dapat mengkodifikasikan
nash-nash hadis sehingga bisa sampai kepada kita saat ini.

Imam Baqi Bin Mikhlad, Ulama yang Gigih Dalam Mencari


Ilmu

Pakaiannya compang-camping, lusuh, kusam. Ia berjalan dengan


bantuan tongkat dan berpura-pura pincang. Rambut dan
jenggotnya dibuat semrawut. Dengan tampang meyakinkan, tak
akan ada seorang pun yang tahu bahwa ia adalah pengemis
palsu. Benar, tak ada satu pun warga yang menguak identitas
aslinya. Ia merupakan seorang ulama dari Andalusia (saat ini
Spanyol dan negara sekitar), Imam Baqi bin Mikhlad. Saat itu ia
ingin sekali belajar pada salah satu imam empat, Imam Ahmad. Ia
pun berangkat dari Eropa, menyeberangi Laut Tengah menuju
Afrika, kemudian melanjutkan perjalanan panjang ke Baghdad,
Irak, tempat tinggal Imam Ahmad. Tanpa kendaraan, Baqi yang
saat itu masih berstatus penuntut ilmu menempuh perjalanan
panjang dengan berjalakaki. Hanya satu tujuannya, berguru pada
sang imam.
Namun, Baqi mendengar kabar mengejutkan begitu tiba di
Baghdad. Khalifah yang berkuasa saat itu jauh dari jalan Islam
yang ḥanῑf. Imam Ahmad yang vokal pada kebenaran pun
bereaksi menasihati khalifah. Namun, sang imam yang sangat
mengagungkan Al-Quran dan sunah justru difitnah hingga
dikucilkan. Ia juga dilarang mengajar ataupun mengumpulkan
para penuntut ilmu. Imam Ahmad dianggap menentang paham
yang dianut kekhalifahan. Sedihlah hati Baqi mendengar kondisi
Imam Ahmad, guru yang diharapkannya memberikan ilmu barang
satu ayat.
Kendati demikian, Baqi tetap mencari rumah Imam Ahmad.
Tekadnya untuk berguru telah bulat. Ia pun melangkahkan kaki
ke rumah sang imam. Saat mengetuk pintu, ternyata Imam
Ahmadlah yang membukakannya. "Wahai Abu Abdullah, saya
seorang yang datang dari jauh, pencari hadis dan penulis sunah.
Saya datang ke sini pun untuk melakukan itu," ujar Baqi antusias.
"Anda dari mana?" tanya Imam Ahmad. "Dari Maghrib al-Aqsa,"
jawab Baaqi. Imam Ahmad pun menebak, "Dari Afrika?" "Lebih
jauh dari Afrika. Untuk menuju Afrika saya melewati laut dari
negeri saya," jawab Baqi. Imam pun kaget mendengarnya,
"Negeri asalmu begitu jauh. Aku sangat senang jika dapat
memenuhi keinginanmu dan mengajar apa yang kamu inginkan.
Akan tetapi, saat ini saya tengah difitnah dan dilarang mengajar,"
jawab Imam Ahmad.
Tak putus asa mendengarnya, Keinginan Baqi untuk berguru
pada Imam Ahmad tak mampu dibendung. Ia pun menawarkan
berpura-pura menjadi pengemis. "Saya tahu Anda tengah difitnah
dan dilarang mengajar wahai Abu Abdillah, akan tetapi tak ada
yang mengenal saya di sini, saya sangat asing di tempat ini. Jika
Anda mengizinkan, saya akan mendatangi rumah Anda setiap
hari dengan mengenakan pekaian pengemis. Saya akan berpura-
pura meminta sedekah dan bantuan Anda setiap hari. Maka
wahai Abu Abdillah, masukkanlah saya ke rumah dan berilah saya
pengajaran meski hanya satu hadis," pinta Baqi berbinar.
Melihat tekadnya yang begitu bulat dan amat giat menuntut ilmu,
Imam Ahmad pun menyanggupi. Namun, ia meminta syarat agar
Baqi tak mendatangi tempat kajian hadis ulama selain Imam
Ahmad. Hal tersebut dimaksudkan agar Baqi tak dikenal sebagai
penuntut ilmu. Statusnya sebagai penuntut ilmu sementara
dirahasiakan. Mendengar kesanggupan sang Imam, Baqi pun
begitu bahagia. Ia segera menyanggupi persyaratan itu. Hati Baqi
saat itu benar-benar dipenuhi bunga-bunga mekar nan indah.
Keesokan hari, Baqi pun mulai 'beraksi'. Ia mengambil sebuah
tongkat, membalut kepala dengan kain, dan pernak-pernik
pengemis lain. Sementara itu, sebuah buku dan alat tulis berada
di balik baju samarannya itu.
Ketika berada di depan pintu Imam Ahmad, Baqi dengan nada
melas akan berkata, "Bersedekahlah kepada orang miskin agar
mendapat balasan pahala dari Allah,"
mendengarnya, Imam Ahmad segera membukakan pintu dan
ujarnya. Jika
memasukkan Baqi ke dalam rumahnya. Di dalam rumah,
dimulailah proses pengajaran ilmu yang amat diberkahi Allah itu.
Demikian aktivitas itu dilakukan setiap hari oleh Baqi dan sang
guru. Dari proses belajar diam-diam itu, Baqi mampu
mengumpulkan 300 hadis dari Imam Ahmad.
pengemis demi mendengar satu hadis. Baqi pun kemudian
menjadi murid dekat Imam Ahmad. Ia di kemudian hari menjadi
ulama terkenal dari kawasan Andalusia.
Sumber:http://www.republika.co.id/berita/dunia-slam/khazanah

Kompetensi Inti (KI)


1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama Islam
2. Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli
(gotong royong, kerja sama, toleran, damai) santun, responsif dan pro-aktif dan
menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam
berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam
menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.
3. Memahami, menerapkan dan menganalisis pengetahuan faktual,
konseptual, prosedural dalam ilmu pengetahuan, teknologi, seni,
budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan,
kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait fenomena dan
kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada
bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya
untuk memecahkan masalah
4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah
abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di
sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan metoda
sesuai kaidah keilmuan.

Kompetensi Dasar (KD)


2.2. Merefleksikan perilaku semangat dan obyektif dalam
neneladani kejujuran para muhaddisin
2.3. membiasakan berkarya sebagai perwujudan dari spirit para
muhaddisin
3.3. Mengetahui sejarah singkat para pentakhrῑj hadis yang dikenal
sebagai penulis al-kutub at-tis’ah al-Mu’tabarah. (Bukhari,
.
B
g
n
e
M
i
t
a
r
m Muslim, Abu Dawud, Tirmizi, Nasa’i, Ibnu Majah, Malik bin Anas,
Ahmad bin Hanbal, dan Darimi).
4.3. Menghafalkan nama, masa hidup, dan peran ulama’ hadis
dalam pemeliharaan hadis dari waktu ke waktu serta
meneladaninya dalam kehidupan sehari-hari.

Indikator Pembelajaran
Pesera didik mampu:
1. meneladani semangat dan obyektif muhaddisin
2. menjelaskan sejarah biografi pentakhrij hadis
3. menghafal nama pentakhrij hadis
4. mengidentifikasi para pentakhrij hadis
5. meneladani dalam kehidupan sehari-hari

Tujuan Pembelajaran
Pesera didik dapat:
1. mendemonstrasikan semangat dan obyektif ulama hadis
2. menjelaskan sejarah biografi pentakhrij hadis masa
3. menghafalkan biografi masing-masing pentakhrij hadis
4. meneladani mereka dalam kehidupan sehari-hari

Peta Konsep

Penyusun kitab jumlah hadis

Fimadani.com
.
C
a
e
M
i
m
r
h 1. ….
2. ….
3. dst

Kata Kunci
MAKSUD
Bukhari
pempersyaratkan
murid dan syekh
harus bertemu
Murid dan syekh
harus hidup sezaman
Lima pemilik kitab
hadis induk

A. Imam Al-Bukhari
ISTILAH

‫اللقاء‬

‫المعاصرة‬
‫اصحاب الخمسة‬
MAKSUD

Dua kota suci (Makkah


- Madinah)

Julukan bagi khulafa


ar-rayidin
Hadisnya diterima
(Penilaian bagi rabi)

Imam al-Bukhari nama lengkapnya adalah Abu Abdillah


Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin Mughirah bin Bardzibah al-
ISTILAH

‫الحرمين‬

‫امير المؤمنين‬

Bukhari. Beliau lahir di Bukhara, Uzbekistan, pada tanggal 13 syawal


tahun 194 H (21 Juli 810 M). beliau berasal dari keluarga ulama,
ayahnya Ismail, seorang ulama hadis yang pernah berguru kepada
Imam Malik bin Anas, salah satu pendiri madzhab fikih yang empat, dan
juga kepada Hammad bin Zaid.
Imam al-Bukhari dikaruniai otak yang cerdas. Pemikirannya tajam
dan hafalannya kuat. Kecerdasan dan ketajaman pemikirannya serta
kekuatan hafalannya sudah terlihat semenjak usia kanak-kanak. Beliau
mewarisi ketakwaan ayahnya. Minatnya terhadap ilmu sudah terbentuk
sejak kecil, sebab ayahnya menjadi idola sekaligus guru pertamanya.
‫مقبول‬
Beliau ditinggal ayahnya menghadap Allah swt sejak berusia lima
tahun.
Imam al-Bukhari kecil bertekad mengikuti jejak sang ayah. Ia
sangat mencintai Nabi saw dengan kesungguhan hati. Dalam usia
sepuluh tahun ia sudah banyak menghafal hadis. Ia banyak datang ke
ulama ahli hadis di kotanya untuk mempelajari sabda Nabi tersebut
sebanyak mungkin. Dalam usia 16 tahun, ia sudah hafal di luar kepala
hadis-hadis yang terdapat pada kitab Ibnu Mubarak, Al-Waqi’.
Pada tahun 210 H, ia menuanaikan ibadah haji ke tanah suci
bersama ibu dan saudara-saudaranya. Selain untuk beribadah haji serta
bermunajat kepada Allah, kesempatan tersebut ia gunakan untuk
menimba ilmu dari berbagai ulama hadis di haramain (dua tanah suci,
Mekah dan Madinah). Ketika selesai melaksanakan ibadah haji, ia
memutuskan untuk menetap di sana guna menimba hadis. Ia mukim di
Mekah dan Madinah sekitar enam tahun.
Perburuan hadis yang dilakukan Imam al-Bukhari sudah dirintis
sejak ia berada di kota kelahirannya Bukhara, Uzbekistan. Mekah dan
Madinah menjadi tempat terlama dalam perjalan ilmiah bagi Amirul
Mu’minin fi al-Ḥadῑṡini. Hal ini karena dua kota tersebut merupakan
pusat hadis, di dua kota tersebut Nabi dan para sahabatnya hidup.
Imam al-Bukhari juga melacak hadis ke berbagai dunia Islam, Siria,
Mesir, Aljazair, Basrah, Kufah dan Baghdad. Di tempat-tempat yang
dikunjungi tersebut ia menemui para ahli hadis dan berguru kepada
mereka. Di antara para ahli hadis yang menjadi guru imam al-Bukhari
adalah Ali bin al-Madani, Imam Ahmad bin Hambal, Yahya bin Ma’in,
dan Muhammad bin Rahawaih.Dari sejumlah kota-kota itu, ia bertemu
dengan 80.000 perawi. Dari merekalah beliau mengumpulkan dan
menghafal satu juta hadis.
Ketika di kota Baghdad, imam al-Bukhari pernah diuji oleh
sepuluh ulama setempat dengan menyodorkan seratus buah hadis
kepadannya yang matan dan sanadnya diacak sedemikian rupa.
Menghadapi ujian ini, imam al-Bukhari dengan mudah menertibkan
sanad dan matan yang kacau balau tersebut. Imam al-Bukhari berhasil
memadukan kekuatan hafalan, ketajaman analisis, dan kekuatan pena.
Beliau juga seorang penulis yang produktif. Di antara karya-karyanya
yang terkenal adalah al-Jami’ al-Ṣahῑh, al-Adab al-Mufrad, al-Tarῑkh al-
Ṣagir, al-Tārikh al- Ausaṭ, al-Tārikh al-Kabῑr, al-Musnad al-Kabῑr, Kitab
al-‘Ilal, Raf’al Yadain fi al-Ṣalat, Bir al-Walidain, Kitab al-Asyribah, al-
Qira’ah Khalf al-Imam, Kitab al-Du’afa, Asami al-Ṣahabah, Kitab al-Kuna,
dan lain-lain.
Kitab Shahih al-Bukhari diterima (qabūl) oleh para ulama secara menjelaskan siapa dan bagaimana keluarganya. Menurut sebuah
aklamasi pada setiap masa dan banyak keistimewaan kitab al-Bukhari sumber, Imam Muslim berasal dari keluarga saudagar yang bernasib
yang diungkapkan oleh para ulama, di antaranya : baik, memiliki reputasi dan sikap yang ramah. Al-Żahabi menyebut
Al-Tirmizi berkata: keluarga Imam Muslim dengan sebutan “Muhsin Naisabur” (dermawan

‫الر َجاِل أ َْعلَ ُم ِم َن اْلبُ َخا ِريـ‬


ِّ ‫مَلْ اََر يِف اْلعِْل ِم َو‬
Naisabur).
Seperti anak-anak pada zamannya, Imam Muslim memulai
pendidikan pertamanya dengan belajar Al-Qur’an dan bahasa Arab.
“Aku tidak melihat dalam ilmu `ilal al-hadis dan para tokoh hadis Pada usia 12 tahun ia memulai mempelajari hadis. Untuk keperluan ini,
seorang yang lebih tahu dari pada al-Bukhari.” Imam Muslim harus meninggalkan kota kelahirannya, Naisabur. Ia
Ibnu Khuzaimah berkata: mulai tekun mempelajari matan hadis dan melacak sanadnya dengan

‫صلَّى اهللُ َعلَْي ِه َو َسلَّ َم َواَل‬ ِ ِ ِ ْ‫الس َم ِاء أ َْعلَ ُم حِب َ ِدي‬
َّ ِ‫ت أ َِدمْي‬
berguru kepada ulama-ulama ahli hadisdi berbagai kawasan dunia
َ ‫ث َر ُس ْول اهلل‬ َ ْ‫ت حَت‬
ُ ْ‫َما َراَي‬ Islam. Imam Muslim mengunjungi berbagai ulama hadis ternama di
Hijaz, Irak, Syam, Mesir dan lain-lain. Di Khurasan ia berguru kepada

‫اعْي َل اْلبُ َخا ِري‬ ِ ‫ظ ِمن حُم َّم ِد ب ِن إِمْس‬


َ ْ َ ْ َ ‫َح َف‬ ْ‫أ‬
Yahya bin Yahya dan Ishak bin Rahawaih; di Rai, Asia Tengah, ia belajar
kepada Muhammad bin Marham dan Abu Ansar. Di Irak ia belajar
kepada Imam Ahmad bin Hambal dan Abdullah bin Maslamah; di Hijaz
“Aku tidak melihat di bawah kolong langit seorang yang lebih tahu ia berguru kepada Sa’id bin Mansur dan Abu Mas’ab; dan di Mesir ia
hadis Rasulillah saw dan yang lebih hafal dari pada Muhammad bin berguru kepada Amr bin Sawad dan Harmalah bin Yahya. Ketika Imam
Isma`il al-Bukhari.” Bukhari berkunjung ke Naisabur, Imam Muslim sering menemuinya
Al-Hafizh al-Dzahabi berkata: untuk berguru.
ِ ‫اب‬
‫اهلل َت َعا ىَل‬ ِ َ‫ب اْ ِإل ْساَل ِم ب ْع َد كِت‬
ِ ُ‫َج ُّل ُكت‬
َ ‫ُه َو أ‬
Selain aktif belajar dan mengajar ilmu hadis, Imam Muslim juga
َ aktif menulis berbagai kitab. Di antara karya-karya Imam Muslim
“Dia adalah kitab Islam yang paling agung setelah kitab Allah.” adalah Al-Jāmi’ al-Ṣahῑh, al-Musnad al-Kubra, Kitāb al-Asma wa al-Kuna,
Imamal-Bukhari sangat beruntung mempunyai murid yang Kitāb al-‘Ilal, kitāb al-Aqran, kitāb Su’alatih Ahmad bin Hambal, kitāb al-
sedemikian banyak. Hadis-hadis yang terdapat dalam kitab Ṣahῑh al- Intifa bi Uhub al-Siba’, Kitāb al-Muhaḍramain, Kitāb Man Laisa Lahu Ila
Bukhārῑpernah didengar secara langsung oleh kurang lebih sembilan Rawin Wahid, Kitāb Aulād al-Shahabah, Kitāb Auham, dan lain-lain.
puluh orang ketika beliau membacakannya. Di antara murid Imam al- Di antara buku hadis yang beliau tulis tersebut, al-Jami’ al-Shahih
Bukhari yang terkenal adalah Muslim bin Hajjāj, Turmudzi, Ibnu atau yang lebih dikenal denganṢahῑh Muslim berisikan 4.000 hadis
Khuzaimah, Abū Dāwūd, Muhammad bin Yusuf al-Farabi, Ibrāhῑm bin yang merupakan hasil penyeleksian dari 12.000 buah hadis yang
Ma’qil al-Nasafi, Hammad bin Syakir al-Nasawi, dan Mansur bin dihitung secara berulang, atau pendapat lain sebanyak 7.275 buah
Muhammad al-Bazdawi. Merekalah yang banyak meriwayatkan hadis hadis secara terulang-ulang. Menurut Fuad Abd al-Baqiy sebanyak
dari imam al-Bukhari sepeninggal beliau. Beliau meninggal pada 3.033 buah hadis tanpa diulang. Buku itu disusun selama 12 tahun.
tanggal 31 Agustus 870 M (256 H) pada malam Idul Fitri dalam usia 62 Para ulama secara aklamasi menilai baik Shahih al-Bukhari dan Shahih
tahun kurang 13 hari. Beliau dimakamkan selepas salat Dzuhur pada Muslim, keduanya merupakan kitab yang paling shahih setelah al-
Hari Raya Idul Fitri di Samarkand. Qur’an, dan mayoritas mereka menilai Ṣahῑh al-Bukhāri lebih shahih,
sedangkanShahih Muslim lebih indah sistematika penulisannya. Al-
B. Imam Muslim Khatib al-Baghdadi berkata:
Imam Muslim nama lengkapnya adalah Abu Husein Muslim bin
Hajjāj bin Muslim bin Kausiaz al-Qusairi al-Naisaburi. Dilahirkan di
Naisabur, Iran pada tahun 204 H. Tidak ada informasi yang
‫الص ِحْي ِح‬
َّ ‫اج يِف َم ْع ِرفَِة‬ ِ ‫رأَيت أَبا َزرعةَ وأَبا حامِتٍ ي َقدِّم‬
ِ ‫ان ُم ْسلِ َم بْ َن اْحلَ َج‬
melainkan dari Sijistan, sebuah negeri Muslim di Asia Tengah yang kini
َ ُ َ ََ َْ َ َُْ termasuk dalam bekas wilayah Uni Soviet. Abu Dawud lahir pada tahun

‫ص ِرمِه َا‬
202 H/ 817 M. Bapak beliau yaitu al-Asy'asy bin Ishaq adalah seorang
ْ ‫َعلَى َم َشايِ ِخ َع‬ perawi hadis yang meriwayatkan hadis dari Hamad bin Zaid, dan
demikian juga saudaranya Muhammad bin al-Asy'asy termasuk seorang
“Saya melihat Abu Zar’ah dan Abu Khatῑm, keduanya mendahulukan yang menekuni dan menuntut hadis dan ilmu-ilmunya juga merupakan
Muslim bin Hajaj dalam hal mengetahui hadis shaih dari guru-guru teman perjalanan Abu Dawud dalam menuntut hadis dari para ulama
keduanya.” ahli hadis.
Menurut penelitian para ulama, persyaratan yang ditetapkan Sejak kecil Abu Dawud sangat mencintai ilmu dan bergaul dengan
Imam Muslim dalam kitabnya pada dasarnya sama dengan penetapan para ulama. Minat dan kepribadiannya terbentuk oleh lingkungan. Ia
Shahih al-Bukhari. Ibn al-Shalah mengatakan bahwa persyaratan Imam harus mengembara keluar dari Sijistan demi menuntut ilmu. Ia
mengunjungi berbagai ulama hadis untuk belajar dari mereka. Sejak
Muslim dalam kitab Shahih-nya adalah : usia anak, Abu Dawud sudah mengembara ke Hijaz, Syiria, Khurasan
- Hadis itu bersambung sanad-nya dan kawasan lainnya yang menjadi pusat ilmu dan kebudayaan pada
- Hadis diriwayatkan oleh orang kepercayaan (ṡiqah) dari generasi saat itu. Tradisi mengembara sudah menjadi keharusan bagi siapa saja
permulaan sampai akhir yang hendak mencari ilmu. Terlebih di dalam ilmu hadis, ada keharusan
- Terhindar dari syużūż dan `illah. mencari, melacak sanad, meneliti keotentikan matan dan kualifikasi
Hanya saja yang membedakan antara Imam al-Bukhari dan rawi, apakah memenuhi syarat atau tidak.
Imam Muslim adalah pada pengertian ‫( إتصال السند‬bersambungsanad). Abu Dawud sering berkunjung ke Baghdad , dan menetap lama di
‫إتصال السند‬menurut al-Bukhari, seorang periwayat harus benar-benar sana. Atas permintaan Gubernur Basrah, al-Muwaffiq, ia diminta
‫ )اللقاء‬dengan penyampai hadis, sedang Imam Muslim
bertemu (
menetap di Basrah untuk mengajar dan menulis buku. Abu Dawudpun
memenuhi permintaan gubernur tersebut. Hal ini sudah menjadi
kewajaran, karena setiap penguasa muslim berlomba-lomba
mensyaratkan hidup semasa (‫)املعاصرة‬. mengharumkan daerahnya dengan ilmu. Menjadikan daerahnya
Imam Bukhari dan Muslim karena kercermatan, ketelitian, sebagai “kiblat” ilmu pengetahuan senantiasa menjadi program setiap
ketekunan, dan kejujurannya dalam mencari, mengumpulkan dan penguasa pada saat itu.
menuliskan hadis, maka peringkatnya di antara pemuka-pemuka hadis, Guru Imam Abu Dawud sangat banyak, di antaranya: Imam Ahmad
masing-masing berada pada peringkat pertama dan kedua. Imam bin Hambal, ahli hadis dan salah satu pendiri madzhab fikih yang
Bukhari dan Muslim disebut dengan panggilan kehormatan “al- empat, Al-Qanabi, Abū Amr al-Darῑr, Muslim bin Raja, dan al-Walid al-
Syaikhani” (“Dua Guru Besar”) dalam hadis. Sedangkan hadis yang Ṭayalisi. Sedangkan murid Abū Dāwūd yang terkenal di antaranya Abu
disepakati oleh keduanya disebut “Muttafaqun ‘alaih”. Imam Muslim Isa al-Turmużi, Abū Abdirrahman al-Nasa’i, Abū Bakar bin Abi Dāwūd
wafat pada Minggu sore, dan dikebumikan di kampung Nasr Abad, (putranya sendiri), Abu Awanah, Abu Sa’id al-Arabi, Abi Ali al-Lu’lu’, Abu
salah satu daerah di luar Naisabur, pada hari Senin, 25 Rajab 261 H / 5 Bakr bin Dassah dan Abu Salim Muhammad bin Sa’ῑd al-Jaldawi.
Mei 875 M. dalam usia 55 tahun. Imam Abu Dawud disebut-sebut sebagai penganut fikih madzhab
Hambali, memang ia murid utama Imam Ahmad bin Hambal dalam
C. Imam Abu Dawud bidang hadis, bukan dalam bidang fikih. Sebab itu ada yang
Imam Abu Dawud, nama lengkapnya adalah Sulaiman bin al- menyebutkan bahwa ia penganut madzhab Syafi’i. perbedaan ini
Asy’asy bin Ishaq bin Basyir bin Syidad bin Amr bin Umran al-Azdi al- karena tidak ada informasi yang jelas tentang madzhab fikih Imam Abu
Sijistani. Dari namanya, ulama ahli hadis ini terlihat bukan dari bangsa Dawud. Ketidakjelasan itu menurut pendapat ketiga, karena Abu Dawud
Arab, sebagaimana juga Imam Bukhari, Muslim dan al-Nasa’i, seorang mujtahid sehingga ia membangun madzhab sendiri. Abu
Dawud bukan penganut madzhab yang ada. Sungguhpun demikian, dua kitab Bukhari Muslim.Ia wafat di kota Bashrah tanggal 16 Syawal
informasi yang sampai kepada kita menegaskan bahwa Abu Dawud 275 H (dalam usia 70-71 tahun).
penganut madzhab Hambali. Abu Ishaq al-Syairazi dalam Ṭabaqat al- D.Imam al-Tirmidzi
Fuqaha, dan Qāḍi Abū al-Husain bin Qāḍi Abu Ya’la dalam Ṭabaqat al- Imam al-Tirmidzi nama lengkapnya adalah Abu Isa Muhammad bin
Hanābilah mencantumkan Abu Dawud sebagai penganut madzhab Isa bin Saurah bin Musa bin al-Dahhak al-Salam, al-Bughawi al-Tirmidzi.
Hambali. Dilahirkan di kota Tirmidz, Iran pada tahun 209 H/824 M. Sejak kecil, ia
Imam Abu Dawud seorang hafiz, lautan ilmu, terpercaya, dan sudah memiliki hasrat yang besar untuk mempelajari hadis. Oleh
memiliki keilmuan yang tinggi terutama dalam bidang Hadis, waktunya karena itu, mencari ilmu sudah menjadi bagian hidupnya. Ia
dihabiskan di Tursus kurang lebih 20 tahun. Para ulama sangat sebagaimana para ulama yang lain berguru tidak hanya kepada satu
menghormati kemampuan, kejujuran, dan ketakwaan beliau yan luar orang melainkan kepada banyak ulama di berbagai kawasan negara
biasa. Abu Dawud tidak hanya sebagai seorang periwayat, Islam. Merantau dari satu kota ke kota yang lain untuk mencari ilmu
penghimpun, dan penyusun hadis, tetapi juga sebagai seorang ahli merupakan suatu kehormatan bagi yang ingin mendapatkan ilmu
hukum yang handal dan kritikus Hadis yang baik. Al-Hafidz Musa bin secara mendalam. Ia mengunjungi beberapa kota seperti Hijaz, Irak,
Harun berkata : dan Khurasan untuk berguru.
‫خلق ابوداود يف الدنياـ للحديثـ ويف اآلخرة للجنة وما رأيت أفضل منه‬ Imam al-Tirmidzi memiliki berbagai guru di antaranya; Imam al-
Bukhari, Muslim, Abu Dawud, dan para guru mereka. Adapun para
Abu Dawud diciptakan di dunia untuk hadis, di akhirat “ murid imamal-Tirmidzi yang terkenal antara lain; Makhlul bin Fadhal
untuk surga, dan tidak ada orang yang lebih afdhal ketimbang Muhammad bin Muhammad al-Anbar Hammad bin Syakir, Abdurrahman
”Abu awud bin Muhammad al-Nafsiyyun, al-Haisyam bin Kulaib al-Syasyi, Ahmad
Abu Dawud meninggalkan banyak karya, khususnya dalam bidang bin Yusuf al-Nasafi, dan Abu al-Abbas Muhammad bin Mahbub al-
hadis dan sebagian Ilmu Syariah. Karya-karya beliau tersebut antara Mahbubi. Diapun terkenal sebagai seorang yang amanah, kuat dan
lain: Sunan Abū Dāwūd, Al-Marosi, Masā’il al Imam Ahmad, An Nāsikh Wa cepat hafalannya.
Mansūkh, Risalah Fi Waṣfi Kitāb al Sunan, Al Zuhd, Ijabat An Sawalat al- Karyanya yanga terkenal adalah al-Jāmi atau Sunan al-Tirmidzi. Di
Ajuri, Asilah An Ahmad Bin Hambal, Tasmiyat al-Akhwan, Kaul Qadr, Al- dalam kitab ini ia mengklasifikasikan kualitas Hadis menjadi shahih,
Ba’ṡwa Al Nusyūr, ‘Ilallati Halafa ‘Alaih Al Imam Ahmad, Dālail An hasan, dan dha`if. Setelah selesai menulis kitab ini beliau
Nubuwwat, dan Faḍa i’l Al Anshar. perlihatkannya kepada para ulama Hijaz, Irak, dan Khurrasan. Mereka
bersenang hati dan bangga melihatnya. Beliau berkata :
Di antara karyanya ‫(ســنن أبــو داوود‬Sunan Abu Dawud) yang beliau ãqM<pläAã=5p\ã=Reãp>ä.2eãxäjfQ
perlihatkan ke hadapan Imam ahmad. Dengan bangga Imam Ahmad
memujinya. Teknik pembahasannya seperti fiqh, yaitu banyak bicara 2Qu&M=RYåä&beãã;s#ZnI
tentang hukum. Kitab ini berisikan 5.274 buah hadis secara berulang-
ulang (mukarrar) yang disaring dan diteliti sebanyak 500.000 hadis
Ákfb&}éçmu&~æòäjmýbYåä&be
kemudian diseleksi lagi menjadi 4.800 buah hadis. Di dalamnya
terdapat shahih, hasan, dan dha`if. Beliau berkata : “Aku sebutkan
ãã;su&~æòläaoipuæ
“Aku tulis bukuku ini dan telah aku sodorkan kepada para ulama Hijaz,
yang shahih, yang serupa, dan yang mendekatinya. hadis yang sangat Irak, dan Khurrasan dan mereka menyenanginya. Barang siapa di
lemah aku jelaskan.” Kedudukannya dalam Buku Induk Hadis rumahnya terdapat kitab Sunan ini, maka seakan-akan di rumahnya
menempati rengking pertama dalam empat kitab Sunan dan mendekati ada seorang Nabi yang berbicara.”
Selain kitab Sunan al-Tirmizi, beliau juga menulis banyak kitab tidak ada seorang periwayat yang disepakati kritikus untuk
antara lain:Kitab Al-‘Ilal, Kitab At-Tarikh, Kitab Asy-Syama’il an- ditinggalkannya. Dari segi kualitas hadisnya terdapat hadis shahih,
Nabawiyyah, Kitab Az-Zuhd, dan Kitab Al-Asma’ wal-Kuna. Setelah hasan dan dha`if. Beliau memberi nama kitab
menjalani perjalanan panjang untuk belajar, mencatat, berdiskusi dan
tukar pikiran serta mengarang, ia pada akhir kehidupannya mendapat ú=çbeãonBeã
itu (al-Sunan al-Kubra), kemudian diajukan
musibah kebutaan, dan beberapa tahun lamanya ia hidup sebagai tuna kepada seorang amir di al-Ramalah, beliau ditanya : “Apakah semua
netra; dalam keadaan seperti inilah akhirnya at-Tirmizi meninggal hadis di dalamnya shahih? Beliau menjawab : “ Di dalamnya ada yang
dunia. Ia wafat di Tirmiz pada malam Senin 13 Rajab tahun 279 H (8 shahih, hasan, dan yang mendekatinya.” Tuliskan yang shahih saja
Oktober892) dalam usia 70 tahun. dari padanya! sahut Amir. Maka beliau menyaring dari kitab itu hadis-
E. Imam al-Nasa’i
Imam al-Nasa’i nama lengkapnya adalah Ahmad bin Syu’aib bin Ali hadis shahih saja yang kemudian disebutú=VJeãonBeã
bin Sinan al-Khurrasani al-Nasa’i. Ia mendapat gelar (kunyah) Abu
Abdurrahman al-Nasa’i. Menurut al-Suyuthi, ulama ahli hadis ini (al-Sunan al-Ṣugra) dan diberi nama onBeãoi*&.jeã (al-
dilahirkan pada tahun 215 H di Nasa, sebuah kota di Asia Tengah. Kota Mujtaba min al-Sunan), yang kemudian sampai di tangan kita. Para ahli
ini banyak melahirkan tokoh-tokoh ulama besar. Sejak kecil al-Nasa’i hadis banyak yang berpedoman periwayatan dari al-Nasai, ia bagian
sudah tertarik pada disiplin ilmu hadis. Pada usia 15 tahun al-Nasa’i dari kitab induk enam yang sedikit kedha`ifannya dan seimbang atau
sudah menjelajahi berbagai kota, pusat ilmu dan peradaban dunia dekat dengan Sunan Abi Dawûd kitab kedua dari empat Sunan.
Islam, untuk mempelajari hadis dari ulama-ulam besar pada zamannya. Para guru beliau yang nama harumnya tercatat oleh pena sejarah
Ia mengunjungi kota-kota di Hijaz, al-Haramain (Mekah dan Madinah), antara lain; Qutaibah bin Sa`id, Ishaq bin Ibrahim, Ishaq bin Rahawaih,
Irak, Mesir dan Siria, bahkan pernah lama menetap di Mesir. al-Harits bin Miskin, Ali bin Kasyram, Imam Abu Dawud (penyusun
Di Mesir inilah Imam al-Nasa’i terkenal dalam ilmu hadis; ia Sunan Abi Dawud), serta Imam Abu Isa al-Tirmidzi (penyusun al-
terkenal keahliannya dalam bidang al-Jarh wa al-ta’dil. Karena keluasan Jami`/Sunan al-Tirmidzi). Sedangkan di antara murid-murid beliau
ilmunya dan ketakwaannya yang dalam, banyak orang yang adalah Imam Abu al-Qasim al-Thabrani, Abu Ali al-Husain bin Ali al-
menghormatinya. Setiap kali orang menyebut namanya selalu diawali Hafidz al-Thabrani, Ahmad bin Umair bi Jausha, dan lain-lain.
oleh gelar kehormatan, “Al-Imam al-Hafidz Syaikh al-Islam Abu Beliau termasuk ulama yang produktif dalam menulis kitab.
Abdirrahman al-Nasa’i". Beliaujuga seorang faqih bermadzhab al- Beberapa kitab buah pena beliau selain al-Sunan antara lain; Al Kuna,
Syafi`i, ahli ibadah, berpegang teguh pada Sunah, dan memiliki wibawa khaṣa`is ‘Ali, ‘Amalu al -Yaum wa al- Lailah, at-Tafsir, ad- Ḍu’afa wa al
kehormatan yang besar. Matrukin, al Jarhu wa ta’dil dll. Setelah melaksanakan ibadah haji beliau
Imam al-Daru Quthni memberi komentar tentang al-Nasa’i : menetap di Mekkah sampai menghadap ke hadirat Ilahi pada tahun 303

dä- H /915 M. Beliau meningal di al-Ramalah dan dimakamkan di Bayt al-


Maqdis.

=eãp+}9<äæktjfQüpr=JQò=Ji7~}ä F. Imam Ibnu Majah


Imam Ibnu Majah nama lengkapnya adalah Abu Abdillah
Fiu^Yüläa Muhammad bin Yazid bin Majah al-Quzwini. Lahir di Quzwini, Irak tahun
“al-Nasai adalah orang yang paling alim Fikih di antara syaikh-syaikh 207 H/ 824 M. Sejak berusia 15 tahun, Ibnu Majah sudah menekuni
Mesir pada masanya dan orang yang paling mengetahui hadis dan hadis dan belajar kepada tokoh-tokoh ulama pada zamannya. Iapun
para perawinya.” merantau ke berbagai kota di dunia Islam, sebagaimana tokoh-tokoh
Cukup banyak karangan beliau kurang lebih 15 buku, yang paling ulama besar lainnya.
populer adalah al-Sunan yang disusun seperti bab Fiqh. Di dalamnya
Imam Ibnu Majah, selain terkenal sebagai ulama hadis, juga ahli Lahir di kota Madinah pada tahun 93 H, yang bertepatan dengan tahun
dalam tafsir Al-Qur’an, dan sejarah kebudayaan Islam. Hal ini terlihat meninggalnya sahabat Anas bin Malik ra. Ia mendapat gelar (kunyah)
dari tiga karya besarnya, Sunan Ibnu Mājah, Tafsir Al-Qur’an al-Karim, Abu Abdillah.
dan Sejarah perawi hadis. Dalam buku yang terakhir ini, beliau Imam Malik tumbuh ditengah-tengah ilmu pengetahuan, hidup di
mengambil para perawi hadis sejak masa Nabi sampai pada masanya. lingkungan keluarga yang mencintai ilmu, di kota sumber mata air as-
Dari tiga karya Ibnu Majah tersebut yang sampai ke tangan kita hanya Sunah dan kota rujukan para alim ulama. Di usia yang masih sangat
yang pertama, yaitu Kitab Sunan Ibnu Majah. belia, beliau telah menghafal Al Qur`an, menghafal Sunah Rasulullah
saw, menghadiri majelis para ulama dan bergurukepada salah seorang
kitab Ö-äioæãonA (Sunan Ibn Mājah) yang disusun ulama besar pada masanya yaitu Abdurrahman Bin Hurmuz. Kakek dan
seperti bab Fikih, jumlah hadisnya sebanyak 4.341 buah hadis. 3002 ayahnya adalah ulama hadis terpandang di Madinah. Maka sejak kecil,
hadis di antaranya diriwayatkan oleh Aṣhāb al-Khamsah dan 1.339 buah Imam Malik tidak meninggalkan Madinah untuk mencari ilmu. Ia merasa
hadis diriwayatkan oleh Ibn Majah. Di dalamnya terdapat hadis shahih, Madinah adalah kota dengan sumber ilmu yang berlimpah dengan
hasan, dha`if, dan wahi. Ibnu Katsir berkata : kehadiran ulama-ulama besar. Karena keluarganya ulama ahli hadis,
maka Imam Malik pun menekuni pelajaran hadis kepada ayah dan
ufjQ2QÖeã8éspÕ<qtFjeãonBeãåä&a paman-pamannya. Di samping itu beliau pernah juga berguru kepada
para ulama terkenal lainnya.
è1äIu-äioæ9}?}oæ9j2i Pada usia belasan tahun Imam Malik mulai menuntut ilmu. Ketika
berumur 21 tahun beliau mulai mengajar dan berfatwa. Beliau berguru
ÁPp=ZeãpdqIöãòÖnBfeuQäç pada ulama terkenal di antaranya Nafi’, Sa’id al Maqburi, Amir bin
Abdullah bin Zubair, Ibnu al-Mukandir, az-Zuhri, Abdullah bin Dinaar,
%ãpuQwÊãpr=6ç%pujfQp dan sederet ulama-ulama besar lainnya. Murid-murid Imam Malik
“Muhammad bin Yazid bin Majah pemilik kitab al-Sunan yang terkenal. banyak sekali, di antara mereka yang sangat terkenal adalah Ishaq bin
Kitab ini menunjukkan atas amal, ilmu, kedalaman, ketajaman dan Abadullah bin Abu Thalhah, Ayyub bin Abu Tamimah as-Sakhtiyani,
konsistensinya dalam mengikuti sunnah baik dalam masalah-masalah Ayyub bin Habiib al-Juhani, Ibrahim bin ‘Uqbah, Isma’il bin Abi Hakim,
yang mendasar (ushul) maupun masalah cabang (furu’).” Ismail Ibnu Muhammad bin Sa’ad, dan Imam Asy Syafi’i.
Para ulama sebelum abad 6 H belum memasukkannya ke dalam Meskipun Imam Malik memiliki kelebihan dalam hafalan dan
kekuatan pengetahuannya, akan tetapi beliau tidak mengadakan rihlah
Buku Induk Hadis Enam Ö&Beãè&beã$ätiü ilmiah dalam rangka mencari hadis, karena beliau beranggapan cukup
dengan ilmu yang ada di sekitar Hijaz. Meski beliau tidak pernah
(Ummahat al-Kutub al-Sittah) kemudian dimasukkannya setingkat
mengadakan perjalanan ilmiyyah, tetapi beliau telah menyandang gelar
ýÊqUã (al-Muwaṭṭa’) karya Imam Malik. Para ulama
seorang ulama, yang dapat memberikan fatwa dalam permasalahan
ummat, dan beliau pun membentuk satu majelis di masjid Nabawi.
mendahulukan Sunan Ibn Majah dari pada al-Muwaṭṭa’ dalam gabungan Semua itu agar dapat mentransfer pengetahuannya kepada kaum
Buku Induk Hadis Enam tersebut, karena di dalamnya terdapat muslimin serta kaum muslimin dapat mengambil manfaat dari
beberapa Hadis yang tidak didapati dalam kitab lima, dan didapat lebih pelajaran yang di sampaikannya.
banyak dari al-Muwaṭṭa’ bukan berarti ia lebih unggul dari al-Muwaṭṭa’. Imam Malik merupakan seorang ulama yang produktif dalam
menulis kitab. Salah satu karya monumental beliau adalah kitab al-
Beliau meninggal dunia pada tanggal 22 Ramadhan 273 H.
Muwaṭṭa’, berarti ‘yang disepakati’ atau ‘tunjang’ atau ‘panduan’ yang
G. Imam Malik bin Anas membahas tentang ilmu dan hukum-hukum agama Islam. Dalam
Imam Malik, pendiri madzhab Maliki, nama lengkapnya adalah Malik
bin Anas bin Malik bin Abi Amir bin Amr bin Harits al-Asbahi al-Madani.
menyusunnya beliau menghabiskan waktu 40 tahun, dan selama waktu bertakwa, saleh, dan zuhud. Abu Zur'ah mengatakan bahwa kitabnya
itu, beliau menunjukkan kepada 70 ahli fikih di Madinah. yang sebanyak 12 buah sudah dihafalnya di luar kepala. Ia menghafal
Tentang Imam Malik, Imam asy-Syafi’I berkata: sampai sejuta hadis.
Pada tahun 186, beliau mulai melakukan perjalanan (mencari hadis)
o~Ræä&eã9Ræu^f52QêãÖ.1ceäi ke Bashrah lalu ke negeri Hijaz, Yaman, dan selainnya. Tokoh yang
“Imam Malik adalah hujjatullah atas makhluk-Nya setelah para tabi’in.” paling menonjol yang beliau temui dan mengambil ilmu darinya selama
Yahya bin Main berkata: perjalanannya ke Hijaz dan selama tinggal di sana adalah Imam Syafi‘i.
Beliau banyak mengambil hadits dan faedah ilmu darinya. Imam Syafi‘i
+}9<ãòo~niÒjeã=~iüceäi sendiri amat memuliakan diri beliau dan terkadang menjadikan beliau
"Imam Malik adalah Amirul mukminin dalam (ilmu) hadis" rujukan dalam mengenal keshahihan sebuah hadits. Ulama lain yang
Selain al-Muwatha’ Imam Malik juga menulis berbagai kitab antara menjadi sumber beliau mengambil ilmu adalah Sufyan bin ‘Uyainah,
lain; Risalah fῑ al-Qadar, Risalah fῑ an-Nujūm wa Manāzili al-Qamar, Ismail bin ‘Ulayyah, Waki‘ bin al-Jarrah, Yahya al-Qaththan, Yazid bin
Risālah fῑ al-aqẓiyyah, Risālah ilā Abῑ Gassan Muhammad bin Muṭarrif, Harun, dan lain-lain. Beliau berkata, “Saya tidak sempat bertemu
Risālah ilā al-Laiṡ bin Sa’d fῑ Ijma’i Ahli al Madῑnah, Juz’un fῑ at-tafsir, dengan Imam Malik, tetapi Allah menggantikannya untukku dengan
Kitabu as-Sir, dan Risālat ilā ar-Rasyid. Sufyan bin ‘Uyainah. Dan saya tidak sempat pula bertemu dengan
Beliau meninggal dunia pada malam hari tanggal 14 safar 179 H Hammad bin Zaid, tetapi Allah menggantikannya dengan Ismail bin
pada usia yang ke 85 tahun dan dimakamkan di Baqi`, Madinah al- ‘Ulayyah.”Murid-murid beliau berkumpul di sekitarnya, mengambil
Munawwarah. darinya (ilmu) hadits, fikih, dan lainnya. Ada banyak ulama yang pernah
mengambil ilmu dari beliau, di antaranya kedua putra beliau, Abdullah
H. Imam Ahmad bin Hambal dan Shalih, Abu Zur ‘ah, Bukhari, Muslim, Abu Dawud, al-Aṡram, dan
Nama beliau adalah Ahmad bin Muhammad bin Hanbal bin Hilal bin lain-lain.
Asad bin Idris bin Abdullah bin Hayyan aż-Żuhli asy-Syaibani. Imam Imam Syafi‘i pernah mengusulkan kepada Khalifah Harun ar-Rasyid,
Ahmad dilahirkan di kota Baghdad. Ada yang berpendapat bahwa di pada hari-hari akhir hidup khalifah tersebut, agar mengangkat Imam
Marwa, kemudian di bawa ke Baghdad ketika beliau masih dalam Ahmad menjadi qaḍi di Yaman, tetapi Imam Ahmad menolaknya dan
penyusuan. Hari lahir beliau pada tanggal 20 Rabi'ul awwal tahun 164 berkata kepada Imam Syafi‘i, “Saya datang kepada Anda untuk
hijriah. Kunyah beliau adalah Abu Abdillah. mengambil ilmu dari Anda, tetapi Anda malah menyuruh saya menjadi
Ayah beliau, Muhammad, meninggal dalam usia muda, 30 tahun, qadhi untuk mereka.” Setelah itu pada tahun 195, Imam Syafi‘i
ketika beliau baru berumur tiga tahun. Kakek beliau, Hanbal, berpindah mengusulkan hal yang sama kepada Khalifah al-Amin, tetapi lagi-lagi
ke wilayah Kharasan dan menjadi wali kota Sarkhas pada masa Imam Ahmad menolaknya.
pemeritahan Bani Umawiyyah, kemudian bergabung ke dalam barisan Tentang Imam Ahmad, Imam Syafi‘i berkata, “Aku keluar
pendukung Bani ‘Abbasiyah dan karenanya ikut merasakan penyiksaan (meninggalkan) Bagdad, sementara itu tidak aku tinggalkan di kota
dari Bani Umawiyyah. Disebutkan bahwa dia dahulunya adalah seorang tersebut orang yang lebih wara’, lebih faqih, dan lebih bertakwa
panglima. daripada Ahmad bin Hanbal.”Yahya bin Ma'in menuturkan; 'Aku tidak
Al-Qur’an adalah lmu yang pertama kali dikuasainya sehingga ia pernah melihat seseorang yang meriwayatkan hadits karena Allah
hafal pada usia 15 tahun, ia juga mahir baca-tulis dengan sempurna kecuali tiga orang; Ya'la bin 'Ubaid, Al Qa'nabi, Ahmad bin Hambal.”
sehingga dikenal sebagai orang yang terindah tulisannya. Setelah itu, Imam Ahmad bin Hambal termasuk salah seorang ulama yang
ia mulai konsentrasi belajar ilmu hadis di awal umur 15 tahun. Ia telah produktif. Beberapa kitab buah pena beliau antara lain; Kitab Al
mempelajari hadis sejak kecil dan untuk mempelajari hadis ini ia Musnad, karya yang paling menakjubkan karena kitab ini memuat lebih
pernah pindah atau merantau ke Syam (Syiria), Hijaz, Yaman dan dari dua puluh tujuh ribu hadis, Al 'Ilal, An Nāsikh wa al Mansūkh, Az
negara-negara lainnya sehingga ia akhirnya menjadi tokoh ulama yang Zuhd, Al Asyribah, Al Iman, Al Faḍa`il, Al Fara`iḍ, Al Manasik, ṭa'atu ar
Rasūl, Al Muqaddam wa al mu`akhkhar, Jawwabāat al Qur`ān, Ḥadῑs
Syu'bah, Nafyu at Tasybῑh, Al Imamah, Kitāb al fitan, Kitāb faḍa`ili ahli
al bait, Musnad ahli al bait, Al asmā` wa al Kuna, Kitāb at tārikh, dan
lain-lain.
Menjelang wafatnya, beliau jatuh sakit selama sembilan hari.
Mendengar sakitnya, orang-orang pun berdatangan
menjenguknya. Mereka berdesak-desakan di depan pintu rumahnya,
sampai-sampai sultan menempatkan orang untuk berjaga di depan
pintu. Akhirnya, pada permulaan hari Jumat tanggal 12 Rabi‘ul Awwal
tahun 241, beliau berpulang. Kaum muslimin bersedih dengan
kepergian beliau. Tak sedikit mereka yang turut mengantar jenazah
beliau sampai ratusan ribu orang. Ada yang mengatakan 700 ribu
orang, ada pula yang mengatakan 800 ribu orang, bahkan ada yang
mengatakan sampai satu juta lebih orang yang menghadirinya.
Semuanya menunjukkan bahwa sangat banyaknya mereka yang hadir
pada saat itu demi menunjukkan penghormatan dan kecintaan mereka
kepada beliau.
I. Imam Ad-Darimi
Imam ad-Darimi memiliki nama lengkap Abdullah bin Abdurrahman
bin al Fadhl bin Bahram bin Abdush Shamad ad-Darimi. Adapun julukan
(kuniyah)-nya Abu Muhammad atau yang biasa di kenal dengan nama
Imam ad-Darimi nama daerah yang dinisbahkan kepada beliau, yaitu
Darim. Ia di lahirkan pada tahun 181 H, sebagaimana yang di
terangkan oleh imam Ad Darimi sendiri, beliau menuturkan bahwa “aku
dilahirkan pada tahun meninggalnya Abdullah bin al Mubarak”.
Ad-Darimi dianugerahi kecerdasan oleh Allah swt, pikiran yang
tajam dan daya hafal yang sangat kuat, teristimewa lagi dalam
menghafal hadis. Beliau berjumpa dengan para gurunya dan
mendengar ilmu dari mereka. Beliau adalah sosok yang tawadlu’ dalam
hal pengambilan ilmu, mendengar hadis dari kibarul ulama dan ṣigarul
‘ulamā, sampai-sampai dia mendengar dari sekelompok ahli hadis dari
kalangan teman sejawatnya, akan tetapi beliau juga seorang yang
sangat selektif dan berhati-hati, beliau selalu mendengar hadis dari
orang-orang yang terpercaya dan ṡiqah.
Pengembaraan keilmuan imam ad-Darimi dalam rangka pencarian
ilmu khususnya hadis, sebagaimana para ulama hadis yang lain,
dilakukan dengan mengunjungi berbagai kawasan dunia Islam antara
ingin

lain; Khurasan, Iraq, Baghdad, Syam, Kufah, Mekah dan Madinah. Beliau
berguru kepda para ulama besar di zamannya antara lain; Yazid bin
Harun, Ya'la bin 'Ubaid, Ja'far bin 'Aun, Basyr bin 'Umar az Zahrani,
d
n
e
i
M
.
E
t
k
r
a
K
m
l
k
s
d
e
i
r
M
.
D
n
a
u 'Ubaidullah bin Abdul Hamid al Hanafi, Ahmad bin Hambal, Yahya bin
Ma'in dan lain-lain. Murid-murid Imam ad-Darimi antara lain; Imam
Muslim bin Hajaj, Imam Abu Dawud, Imam Abu 'Isa At Tirmidzi, 'Abd
bin Humaid, Raja` bin Murji, Al Hasan bin Ash Shabbah al Bazzar,
Muhammad bin Yahya, Abu Hatim dan masih banyak lagi yang lainya.
Imam ad-Darimi adalah ulama hadis yang sangat terkenal di bidang
hadis, maka banyak dari kalangan ulama yang memberikan sanjungan
kepada Imam ad-Darimi, di antaranya adalah: Imam Ahmad bin Hanbal
memuji beliau dan menyebutnya dengan gelar “imam” dan berpesan
agar menjadikannya rujukan (seraya ucapannya diulang-ulang).
Muhammad bin Basyar berkata: “Penghafal kaliber dunia ada empat:
Abu Zur’ah ar-Razi, Muslim an-Nasaiburi, Abdullah bin Abdurrahman
dan Muhamad bin Ismail di Bukhari”
Ad-Darimi merupakan ulama yang lumayan produktif yang
menghasilkan beberapa kitab yang jumlahnya cukup banyak. Di
antaranya adalah: Sunan ad-Darimi, Ṡuluṡiyat (kitab hadis), Al Jami',
dan Tafsir.
Imam ad-Darimi wafat pada hari Kamis bertepatan dengan hari
tarwiyyah, 8 Dzulhijah, setelah ashar tahun 255 H, dalam usia 75
tahun. Dan dimakamkan keesokan harinya, Jumat (hari Arafah).

Diskusikan dengan teman-teman anda tentang tema:

Imam-imam mukharrij banyak sekali jumlahnya, namun kenapa yang


terkenal hanya Bukhari, Muslim, Abu Daud, Tirmidzi, Nasa’I, dan Ibnu
Majah? Kapan mereka mulai dikenal?
m
g
R
.
F
n
a
u
k
M
G
l
r
e
B
h
i
t  Kesusngguhan dan keseriusan ulama pentakhrij hadis dalam rangka
mengumpukan hadis sehingga dapat dibukukan dan bisa eksis
sampai sekaran, layak mendapatkan penghargaan yang sepadan
 Al-Bukhari, misalnya, telah menghafal lima ratus ribu hadis berikut
sanadnya, dan ia hanya memilih sekitar lima ribunan yang terdapat
dalam kitab shahihnya.
 Tingkat kehati-hatian pentakhrij hadis dalam menseleksi hadis
sampai pada tahapan yang luar biasa, kenapa tidak, kita bisa
melihat apa yang dilakukan al-Bukhari. Sikap ini perlu diteladani
generasi sekarang yang cenderung lepas control.

Tokoh-tokoh ulama yang berkecimpung dalam dunia hadis yang


telah mengeluarkan energi, tenaga dan pikiran yang luar biasa untuk
dapat mengkodifikasikan nash-nash hadis sehingga bisa sampai kepada
kita saat ini ada banyak, di antara mereka yang tidak asing lagi bagi kaum
muslimin adalah Imam al-Bukhari, Muslim, Abu Dawud, al-Tirmidzi, al-
Nasa’I, Ibnu Majah, Malik bin Anas, Ahmad bin Hambal dan al-Darimi.
Jasa ulama-ulama tersebut sangat besar terkait dengan pelestarian
hadis Nabi saw. Karya-karya mereka bahkan sampai sekarang masih
dapat dinikmati dan menjadi rujukan bagi para pelajar dan sarjana muslim
serta kaum muslimin secara umum. Shahih al-Bukhari, Shahih Muslim,
Sunan Abi Dawud, Jami’ al-Tirmidzi, Sunan al-Nasa’i, Sunan Ibnu Majah,
Muwaththa’ Imam Malik, Musnad Ahmad dan Sunan al-Darimi merupakan
karya-karya monumental yang tidak ada bandingannya hingg sekarang.
Mereka menyusun kitab-kitab hadisnya dengan berbagai bentuk, jenis dan
metodologi penyusunan yang berbeda satu dengan lainnya, yang
tentunya dapat saling melengkapi.

Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut dengan jawaban yang


benar!
1. Terjemahkan


perkataan

êãåä&a9RæhwAöãè&ag-üqs

3. Jelaskan pengertian
Al-Hafiẓ

menurut Imam al-Bukhari dan Muslim!


al-Żahabi

”!
berikut:

2. Sebutkan persyaratan yang ditetapkan oleh Imam Muslim dalam kitab


“Shahih” nya!

9nBeãdäJ%ã (bersambung sanad)

4. Jelaskan yang dimaksud dengan “Muttafaqun ‘alaih”!


5. Terjemahkan perkataan Imam asy-Syafi’i terhadap imam Malik berikut!

o~Ræä&eã9Ræu^f52QêãÖ.1ceäi

Tugas individu
 Setelah anda mempelajari sejarah para pentakhrij hadis, buatlah
ringkasan sesuai panduan tabel berikut:
No. Nama
1. Imam al-Bukhari
2. Imam Muslim
3. Imam
Dawud
Abu

4. Imam al-Tirmidzi
5. Imam al-Nasa’i
6. Ibnu Majah
7. Imam Malik bin
Anas
8. Imam Ahmad
bin Hanbal
9. Imam Al-Darimi

Tugas Kelompok
Guru
(syaikh)
Murid Karya
Komentar
ulama

 Siswa-siswi di kelas dibagi dalam beberapa kelompok yang masing-


masing diberi tugas untuk membuat makalah terkait dengan sejarah
para imam pentakhrij hadis. Penentuan bahasan perkelompok
ditetapkan oleh guru masing-masing. Hasilnya dipresentasikan di
depan kelas.
Ranah damai.org
salafi.wordpress.com
M
.
A
u
e
R
n
a
i
r
k
g Setiap agama memiliki pedoman hukum berupa kitab suci, begitu
juga halnya dengan Islam. Agama Islam memiliki Al-Qur’an sebagai kitab
suci yang notabene sebagai dasar rujukan pertama hukum Islam. Selain
Al-Qur’an, hadis Nabi menjadi sumber kedua hukum dalam ajaran Islam.
Banyak ayat dan hadis yang menjelaskan tentang hadis yang dinyatakan
sebagai sumber hukum Islam selain Al-Qur’an yang wajib diikuti
sebagaimana mengikuti Al-Qur’an, baik dalam bentuk perintah dan
larangan (awamir nawahi)-nya.

“Apa yang disampaikan Rasul kepadamu maka ambilah, dan apa


yang dilarangynya , maka tinggalkanlah “ (al-Hasyr : 7)

“Barang siapa menta’ati Rasul, maka ia (benar-benar telah) menta’ati


Allah” (an-NIsa’: 80)

“ Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan


yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat)
Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut
Allah”. (al-Ahzab : 21)

Kompetensi Inti (KI)


1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama Islam
2. Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli
(gotong royong, kerja sama, toleran, damai) santun, responsif dan pro-aktif dan Tujuan Pembelajaran
menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam Peserta didik dapat :
berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam 1. mendemonstrasikan kedudukan hadis dalam hukum islam
menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia. 2. menjelaskan kedudukan hadis dalam Islam
3. Memahami, menerapkan dan menganalisis pengetahuan faktual, 3. menjelaskan fungsi hadis dalam Islam
konseptual, prosedural dalam ilmu pengetahuan, teknologi, seni, 4. menyebutkan dalil-dalil kedudukan dan fungsi hadis dalam islam
budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, 5. meneladani para ulama hadis.
kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait fenomena dan
kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada
bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya
untuk memecahkan masalah
4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah
abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di
sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan metoda
sesuai kaidah keilmuan.

Kompetensi Dasar (KD)


Peta Konsep
1.1. Meyakini hadis sebagai sumber hukum yang kedua setelah al-
qur’an

1.4. berkomintmen untuk menggunakan hadis sebagai sumber


ajaran agama islam yang kedua
3.1. Memahami kedudukan hadis dan fungsinya dalam Kedudukan Hadis
menentukan hukum syar’i. dalam Islam
4.1. Menceritakan fungsi dan kedudukan hadis dalam kehidupan Kedudukan Hadis
sehari-hari. dan Fungsinya
Dalam
Indikator Pembelajaran Menentukan
Peserta didik mampu: Fungsi Hadis Nabi
Hukum Syar’i
1. mejadikan hadis sebagai sumber hukum islam Dalam
2. menjelaskan kedudukan hadis dalam hukum syar’i Menentukan
3. menjelaskan fungsi hadis dalam hukum syar’i
4. menyebutkan dalil-dalil kedudukan dan fungsi hadis dalam
hukum syar’i
5. mendemonstrasikan kedudukan dan fungsi hadis
.
B
g
n
e
M
i
t
a
r
m
C
h langit ilahi.com

Kata Kunci

MAKSUD
Hadis yang berfunggsi
merinci ketentuan al-
Qur’an
Hadis yang membatasi
ketentuan al-Qur’an
Hadis yang berfungsi
mengkhususkan
ketentuan al-Qur’an

Hadis yang berfungsi


mejelaskan ketentuan
al-Qur’an

Hadis yang berfungsi


menghapus ketentuan
al-Qur’an
ISTILAH

O‫بيانالتفصيل‬
O‫بيانالتقييد‬
‫بيانالتخصيص‬

‫بيان التشريع‬

‫بيان النسخ‬
Al-Qur’an al-Karim

Apa pendapatmu jika tidak ada hadis


nabi !

………………………………………………..

………………………………………………..

Beberapa Kitab Hadis

MAKSUD

Ulama zaman dahulu

Ulama zaman
sekarang

Contoh yang baik

Praktek ibadah yang


dilakukan oleh emapt
khalifah

Hadis yang
menguatkan dalil al-
Qur’an
ISTILAH

‫السلف‬
‫الخلف‬
‫اسوة حسنة‬
‫سنة الخلفاء‬
‫المهديين‬
O‫بيان التقرير‬
A. Kedudukan Hadis dalam Islam
Hadis bukanlah teks suci sebagaimana Al-Qur’an. Akan tetapi,
hadis selalu menjadi rujukan kedua setelah Al-Qur’an dan menempati
posisi penting dalam kajian keislaman. Mengingat penulisan hadis yang
dilakukan ratusan tahun setelah Nabi Muhammad saw wafat, maka
banyak terjadi silang pendapat terhadap keabsahan suatu hadis. Hal
tersebut kemudian memunculkan sebagian kelompok meragukan dan
mengingkari akan kebenaran hadit sebagai sumber hukum.
Mayoritas ulama, baik yang tergolong ulama dahulu (salaf)
maupun ulama modern (khalaf), dari masa sahabat sampai sekarang
telah sepakat bahwa sunnah (hadis) merupakan sumber hukum yang
kedua setelah Al-Qur’an. Keduanya tidak dapat dipisahkan karena
keduanya sama-sama merupakan wahyu dari Allah swt. Allah
berfirman:

Ø#û1q}é1pvãqslãê&úqteãoQ_Ë
n}äip
“dan tidaklah yang diucapkan itu (Al-Qur’an) menurut keinginannya.
Tidak lain (Al-Qur’an itu) adalah wahyu yang diwahyukan kepadanya.”
(QS. Al-Najm/53: 3-4).
Oleh karena itu, umat Islam diwajibkan untuk taat kepada sunnah
sebagaimana ketaatan mereka terhadap Al-Qur’an. Al-Qur’an dan hadis
merupakan dua sumber hukum Islam yang tetap. Orang Islam tidak
mungkin dapat memahami syari’at Islam secara mendalam tanpa
merujuk kepada kedua sumber hukum Islam tersebut.
Banyak Al-Qur’an dan hadis yang memberikan pengertian bahwa
hadis itu merupkan sumber hukum islam selain Al-Qur’an yang wajib di
ikuti, baik dalam bentuk perintah, maupun larangan. Untuk
membuktikan hadis sebagai sumber ajaran Islam, para ulama hadis
mengemukakan beberapa dalil atau argumentasi baik dilihat dari segi
rasional dan teologis, Al-Qur’an, sunah, maupun ijma’.

1. Dalil Rasional dan Teologis

dan
Kehujjahan hadis dapat diketahui melalui argumentasi rasional
teologis secara bersama. Beriman kepada Rasulullah saw
merupakan salah satu rukun iman yang harus diyakini oleh setiap
umat Islam. Keimanan ini diperintahkan oleh Allah dalam Al-Qur’an êOlp=bZ&}ktfRepkt~eãd?
agar manusia beriman dan menaati Nabi Saw. Apabila seseorang
mengaku beriman kepada Rasulullah, konsekuensi logisnya adalah mäi@änfeo~ç&e=a;eãc~eãäne?
menerima segala sesuatu yang datang darinya yang berkaitan
dengan urusan agama, karena Allah telah memilihnya untuk mãp
menyampaikan syari’at-Nya kepada umat manusia. Mengenai hal ini “Dan Kami turunkan aż-Żikr (Al-Qur'an) kepadamu, agar engkau
M. ‘Ajjaj al-Khatib (dalam M. Nor Ichwan, 2013: 60) mengatakan: menerangkan kepada manusia apa yang telah diturunkan kepada

ktZ}lãkfBjeobj}vläi>w&ilä~R}=F mereka dan agar mereka memikirkan” (QS. An-Nahl/16: 44).


Kedua, Nabi Muhammad saw sebagai suri teladan (uswah

%lã<9JiÖnBeãplü=^eäY hasanah) yang wajib diikuti oleh setiap umat Islam. Firman Allah
dalam surat al-Ahzab/33 ayat 21:

äjs91üoQkeäQpã9t&.jfe&UvpäRiä hq~eãpêããq-
t~eãPq-=eäævãÖR}=Feã =}läaojeÖnB1ÕqAãêãdqA<òkbeläa9
“Al-Qur’an dan sunah merupakan dua sumber hukum syari’at Islam
yang saling terkait. Seorang muslim tidak mungkin dapat ^e
memahami syari’at kecuali dengan kembali kepada keduanya.
Seorang mujtahid dan orang alim tidak mungkin mengabaikan dan Ú8ã=~*aêã=a:p=5vã
mencukupkan diri hanya kepada salah satu dari keduanya.” “Sungguh, telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik
Allah swt juga memerintahkan untuk beriman dan mentaati bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan
nabi saw. Dengan demikian, menerima hadis sebagai hujjah (kedatangan) hari Kiamat dan yang banyak mengingat Allah.” (QS.
merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari keimanan Al-Ahzab/33: 21)
seseorang. Apabila ia tidak menerima hadis sebagai hujjah, sama Ketiga, Nabi wajib ditaati oleh segenap umat Islam
halnya ia tidak beriman kepada Rasulullah saw. Jika ia tidak beriman sebagaimana dijelaskan pada surat al-Anfal/8 ayat 20:
kepada Rasulullah saw, ia kafir karena tidak memenuhi salah satu
dari enam rukun iman yang harus diyakini oleh setiap muslim. 7lqRjB%k&mãpunQãqeq
2. Dalil Al-Qur’an %vpueqA<pêããqR~Êããqnião};eã
Dalam berbagai ayat di Al-Qur’an menjelaskan bahwa Nabi
saw memiliki tugas dan peran yang sangat penting terkait dengan ät}ä}
agama. “Wahai orang-orang yang beriman! Taatlah kepada Allah dan Rasul-
Pertama, Nabi Muhammad saw diberi tugas menjelaskan Al- Nya, dan janganlah kamu berpaling dari-Nya, padahal kamu
Qur’an sebagaimana firman Allah dalam surat an-Nahl/16 ayat 44: mendengar (perintah-perintah-Nya).” (QS. Al-Anfal/8 : 20)
Selain itu, masih banyak lagi dalam Al-Qur’an yang
memerintahkan manusia untuk taat kepada Nabi saw. Antara lain
sebagai berikut:
segala yang dibawanya, yakni ajaran Islam yang terdapat dalam Al-
k&Q>än Qur’an dan hadis. Seseorang tidak cukup hanya berpedoman pada
Al-Qur’an dalam melaksanakan ajaran Islam, tapi juga wajib
%läYÙkbni=ivã1pãpdqA=eããqR~Êã berpedoman kepada hadis Rasulullah Saw. Oleh karena itu, taat
terhadap ketentuan-ketentuan hadis adalah sebuah keniscayaan.
pêããqR~Êããqnião};eãät}ä}
3. Dalil Sunnah
=~5ce:Ú=5vãhq~eãpêäælqniÒ Kehujjahan tentang hadis juga dapat diketahui melalui
pernyataan-pernyataan Rasul sendiri melalaui beberapa hadisnya.
%k&nalãdqA=eãpêã1ãrp8=Y{~Eò Antara lain pesan mengenai keharusan menjadikan hadis sebagai
pedoman hidup di samping Al-Qur’an agar manusia tidak tersesat.
á^w}pý%oB1ãp Sabda Nabi saw:
“Wahai orang-orang yang beriman! Taatilah Allah dan taatilah
Rasul (Muhammad), dan Ulil Amri (pemegang kekuasaan) di antara Áu~çmÖnApêãåä&aäjtæk&bBWäi
kamu. Kemudian, jika kamu berbeda pendapat tentang sesuatu,
maka kembalikanlah kepada Allah (Al-Qur’an) dan Rasul ãqfN%oeo}=iükb~Y#a=%
(sunnahnya), jika kamu beriman kepada Allah dan hari kemudian. "Telah aku tinggalkan untuk kalian, dua perkara yang kalian tidak
Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.” akan sesat selama kalian berpegang teguh dengan keduanya;
(QS. Al-Nisa’/4: 59) Kitabullah dan Sunnah Nabi-Nya." (HR. Imam Malik no. hadis: 1395)
Demikian juga pada surat al-Hasyr/59 ayat 7: Hadis ini secara tegas menyatakan bahwa Al-Qur’an dan sunnah
Nabi saw/ hadis adalah merupakan pedoman hidup manusia yang
Úêããq^ menuntun ke arah yang benar dan lurus, bukan ke arah yang sesat.
Keduanya merupakan warisan dari Rasulullah yang paling berharga
%ãpÙãqt&mäYunQkbtmäiprp;6YdqA bagi umat Islam. Selain Al-Qur’an dan sunnah Nabi, sunnah al-
Khulafa al-Rasyidunpun dapat dijadikan panutan sebagaimana
=eãkb%ãäipÁÁÁ disabdakan Nabi saw:

×*åä^Reã9}9Eêãlã ãqNQpätæãqbBj
“Apa yang diberikan Rasul kepadamu maka terimalah. Dan apa yang
dilarangnya bagimu maka tinggalkanlah. Dan bertakwalah kepada %o}9Eã=eão~}9tjeãxäZf6eãÖnApé
Allah. Sungguh, Allah sangat keras hukuman-Nya.” (QS. Al-Hasyr/59:
7) &nBækb~fRY
Ayat-ayat lain yang sejenis yang memaparkan tentang perintah
untuk menaati Allah dan Rasul-Nya juga masih ada seperti surat al- Á;-ãqneäæät~fQ
Maidah: 92 dan an-Nur: 54. Ayat-ayat tersebut di atas menunjukkan “Maka, hendaklah kalian berpegang dengan sunahku dan sunah al-
bahwa ketaatan kepada Rasulullah saw bersifat mutlak, khulafa al-Rasyidun yang mendapat petunjuk, berpegang teguhlah
sebagaimana ketaatan kepada Allah swt. Demikian juga dengan dengannya…” (HR. Abu Dawud, no. hadis: 3991)
ancaman atau peringatan bagi yang mendurhakai Allah sering Demikian juga hadis-hadis yang senada yang menjelaskan
disejajarkan dengan ancaman karena durhaka kepada rasul-Nya. tentang keharusan umat Islam mengikuti hadis Nabi dalam urusan
Wujud dari bentuk ketaatan kepada Rasul adalah ketaatan terhadap ibadah kepada Allah atau dalam persoalan hukum dan
kemasyarakatan, sebagaimana argumentasi Mu’aż bin Jabal ketika taṣhῑl, bayān al-basth, dan bayan al-tasyri’. Imam al-Syafi’I
hendak diutus Rasul ke Yaman. Beliau akan melandaskan antara lain menyebutkan lima fungsi yaitu; bayān al-taṣhῑl, bayān al-takhsῑṣ, bayān
pada sunnah Nabi saat menetapkan hukum suatu perkara yang al-ta’yῑn, bayῑn al-tasyri’, dan bayān al-nasakh. Dalam kitabnya al-
dihadapinya dan Nabi menyetujui dan membenarkan pendapat Risalah, al-Syafi’i menambahkan bayan al-isyarah. Imam Ahmad bin
Mu’aż. Hambal menyebutkan empat fungsi yaitu; bayān al-taqyῑd, bayῑn al-
tafsῑr, bayān al-tasyri’, dan bayān al-takhsish.
4. Dalil Ijma’ 1. Bayān al-Taqrῑr
Para sahabat Nabi tidak ada satupun yang menolak tentang Bayān al-taqrῑr disebut juga bayān al-ta’qῑd atau bayān al-iṡbat,
wajibnya taat kepada Nabi saw. Dalam perkembangannya, umat adalah apabila sunnah/hadis sesuai dengan dan atau menetapkan
Islampun telah sepakat mengenai kewajiban mengikuti sunnah Nabi serta memperkuat apa yang telah diterangkan dalam Al-Qur’an.
saw. Hal ini berarti, ijma’ umat Islam untuk menerima dan Fungsi hadis dalam hal ini hanya memperkuat isi atau kandungan Al-
mengamalkan sunnah sudah ada sejak zaman Nabi, para khulafā al- Qur’an. Misalnya hadis Nabi saw:
rāsyidūn, dan para pengikutnya. Banyak contoh yang menggambarkan
betapa para sahabat sangat mengagumi Rasulullah dan melakukan apa ýMq&}.1(91ãoiÕwIgç^
yang dilakukannya. Di antaranya Abu Bakar pernah berkata,”Aku tidak
akan meninggalkan sesuatupun yang dilakukan Rasulullah, maka pasti %vÙêãdqA<dä]
aku melakukannya..” “Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Tidak akan
Secara fakta memang di antara umat Islam ada yang mengingkari diterima shalat seseorang yang berhadats hingga dia berwudlu."
Sunnah. Mereka disebut kelompok inkar al-sunnah yang embrionya (HR. al-Bukhari no. hadis: 132)
muncul sejak zaman Imam Syafi’i, tetapi jumlah mereka sedikit dan Hadis tersebut sejalan dengan ketentuan Al-Qur’an bahwa orang
argumentasi mereka sudah dipatahkan oleh para ulama hadis. yang hendak mendirikan shalat harus berwudlu terlebih dahulu.
Firman Allah:
B. Fungsi Hadis Nabi Dalam Menentukan Hukum Syar’i
Al-Qur’an merupakan kitab suci terakhir yang diturunkan Allah. Al- kbsq-pãqfBUäY
Qur’an adalah sebagai penyempurna dari kitab-kitab Allah yang pernah
diturunkan sebelumnya. Dalam Al-Qur’an terkandung petunjuk dan }ÕqfJeã1ãk&j]ã:ããqniã o};eãät}äî
aturan berbagai aspek kehidupan manusia. Ayat-ayat Makkiyyah
misalnya banyak berbicara tentang persoalan tauhid, keimanan, kisah ÁÁÁÁGçRbeã1ã kbf-<ãp
para nabi dan rasul terdahulu, dan lain sebagainya. Sementara ayat-
ayat Madaniyyah banyak menjelaskan tentang ibadah, muamalah, kbApx=æãq2Biãp
hudud, jihad, dan lain sebagainya. Secara umum kandungan Al-Qur’an
dapat dibagi kepada tiga hal pokok, yaitu prinsip-prinsip akidah, ibadah, _Yã=Uã1ãkb}9}ãp
dan mu’amalah. Namun meskipun demikian Al-Qur’an tidak dapat
dipisahkan dengan hadis. Ý áÜÂÕ9yäUã
Al-Qur’an memuat ajaran-ajaran yang bersifat umum dan global, “Wahai orang-orang yang beriman! Apabila kamu hendak
yang memerulkan penjelasan lebih lanjut dan terperinci. Di sinilah melaksanakan salat, maka basuhlah wajahmu dan tanganmu sampai
hadis berfungsi menjelaskan Al-Qur’an. Menngenai fungsi hadis ke siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh) kedua kakimu sampai
terhadap Al-Qur’an, kalangan ulama menyebutkan secara beragam. ke kedua mata kaki.” (QS. Al-Maidah/5: 6)
Imam Malik bin Anas (dalam Zarkasih, 2012: 16), menyebutkan lima Ayat tersebut menjelaskan tentang keharusan berwudlu
macam fungsi hadis, yaitu; bayān al-taqrῑr, bayān al-tafsῑr, bayān al- sebelum seseorang melakukan shalat. Seseorang yang melakukan
shalat tanpa wudlu dinilai tidak sah karena wudlu merupakan salah Seandainya tidak ada sunnah/hadis Rasul saw, kewajiban shalat
satu syarat sah shalat. Hadis yang disabdakan Nabi saw tersebut di dan zakat sebagaimana diperintahkan dalam Al-Qur’an, tidak
atas memperkuat pernyataan yang terkandung dalam ayat bahwa terlaksana dengan baik, karena tidak mendapat petunjuk untuk
sebelum shalat seseorang harus wudlu terlebih dahulu. melaksanakannya. Oleh karenanya, sunnah/hadis menjadi sangat
Istilah bayān al-taqrῑr atau bayān al-ta’qῑd atau bayān al-iṡbat ini penting untuk menjelaskan ayat-ayat Al-Qur’an yang sifatnya masih
disebut pula dengan bayān al-muwafiq li nash al-kitāb. Karena mujmal tersebut.
munculnya hadis-hadis itu sealur atau sesuai dengan nash Al-Qur’an. 3. Bayān Taqyῑd
2. Bayān Tafṣῑl Bayān al-taqyῑd adalah penjelasan hadis dengan cara
Bayān al-Tafṣῑl berarti penjelasan dengan memerinci kandungan membatasi ayat-ayat yang bersifat mutlak dengan sifat, keadaan,
ayat-ayat yang mujmal, ayat yang masih bersifat global yang atau syarat tertentu. Kata mutlak artinya kata yang merujuk pada
memerlukan mubayyin (penjelasan). Ayat-ayat yang maknanya hakikat kata itu sendiri apa adanya tanpa memandang jumlah atau
kurang dipahami atau bahkan tidak jelas kecuali ada penjelasan atau sifatnya. Penjelasan Nabi berupa taqyῑd terhadap ayat-ayat Al-Qur’an
perincian, maka diperlukan hadis untuk menjelaskan dengan yang mutlak. Seperti firman Allah dalam QS. Al-Maidah/5 ayat 38:
memerinci kandungannya. Penjelasan hadis terhadap ayat-ayat yang
mujmāl ini dapat dijumpai pada masalah-masalah yang terkait ÚêãoiväbmäçBaäjæxã?-
dengan kewajjiban shalat, zakat, puasa, haji dan ibadah-ibadah lain
yang terdapat dalam Al-Qur’an dalam bentuknya yang mujmāl dan äjt}9}ããùRË]äYÖ]<äBeãp\<äBeãp
memerlukan sunnah atau hadis untuk menjelaskannya secara rinci,
Kewajiban shalat misalnya, dalam Al-Qur’an dinyatakan dalam ÚßáÜÃ
bentuk yang masih mujmal, karena Allah swt tidak menjelaskan
tentang waktunya, bilangan reka’atnya, rukun-rukunnya, hal-hal Õ9yäUãêIk~b1<qZUêãp
yang membatalkannya, serta cara-cara pelaksanaannya. Kemudian “Adapun orang laki-laki maupun perempuan yang mencuri,
Rasul saw menjelaskan kepada kaum muslimin mengenai prosesi potonglah tangan keduanya (sebagai) balasan atas perbuatan yang
shalat sebagaimana sabdanya: mereka lakukan dan sebagai siksaan dari Allah. Dan Allah
Mahaperkasa, Mahabijaksana.” (QS. Al-Maidah/5: 38).
ÁÁÁéfIüémqj&}ü<äjaãqfIpÁÁÁ Kata yadd (tangan) pada ayat di atas belum jelas maknanya
“ … shalatlah sebagaimana kamu melihat aku shalat…” (HR. al- atau batasan tangan yang dimaksud. Demikian juga kata al-qath’u
Bukhari no. hadis: 595) (memotong) juga belum jelas pengertiannya, sebab bisa berarti
Pada hadis yang lain Nabi saw juga menjelaskan secara rinci memutuskan (memotong) dan bisa juga berarti melukai. Dalam ayat
mengenai bilangan shalat, dan waktu-waktunya juga. Demikian juga tersebut juga tidak dijelaskan tentang ukuran dan batas materi yang
mengenai kewajiban zakat yang disebutkan dalam Al-Qur’an, juga dicurinya. Terkait dengan hal itu, terdapat beberapa hadis yang
masih dalam bentuk mujmāl. Misalnya firman Allah swt dalam QS. Al- menjelaskan tentang hal tersebut.
Baqarah/2 : 43, 83, 110, dan ayat-ayat lain yang senada, seperti; Dijelaskan dalam sebuah hadis bahwa yang dimaksud dengan
“Dan berikanlah zakat.” Perintah yang demikian ini masih belum yadd (tangan) pada ayat tersebut adalah tangan kanan dengan
jelas pengertiannya, bagaimana zakat yang dimaksud, harta apa saja batasan potong tangan tersebut hanya sampai pergelangan tangan,
yang dizakati, berapa nishabnya, dan pertanyaan-pertanyaan lain tidak sampai pada sikut atau bahkan bahunya. Rasul bersabda:
yang mungkin akan sulit untuk menjawabnya. Di sinilah fungsi hadis
sebagai penjelas dan perinci ayat-ayat tersebut. Kemudian Rasul saw [beãgJZioir9}SË^Y\<äBæ-ü
menjelaskan kemujmalan perintah zakat ini. “Rasulullah didatangi seseorang dengan membawa pencuri, maka
beliau memotong tangan pencuri dari pergelangan tangan.”
Dalam riwayat lain juga dijelaskan tentang ukuran barang yang Allah swt mensyariatkan kepada umat Islam agar membagi
dicuri sehingga seorang pencuri harus dijatuhi hukuman potong warisan kepada ahli waris, di mana anak laki-laki mendapatkan satu
tangan. Hal ini sebagaimana hadis Nabi: bagian dan anak perempuan separuhnya. Syariat waris itu tidak
berlaku khusus pada para nabi, sehingga keumuman ayat tersebut
Á<än}8Sæ<ð\<äBeã9}SË^ dikhususkan (di-takhṣiṣ) oleh hadis di atas. Dengan kata lain, secara

%dä]ÙéçneãoQÖFyäQoQ umum, mewariskan harta peninggalan wajib kecuali bagi para nabi.
5. Bayān Tasyri’

Ä|<ä6çeãÅ Bayān al-tasyri’ adalah penjelasan hadis yang berupa


penetapan suatu hukum atau aturan syar’i yang tidak didapati
“Dari ‘Aisyah dari Nabi saw bersabda, “"tangan pencuri dipotong jika nashnya dalam Al-Qur’an. Menurut Abbas Muthawali Hamadah bayān
curian senilai seperempat dinar." (HR. al-Bukhari no. hadis: 6292). al-tasyri’ disebut dengan bayān zāid ‘alā al-Kitāb al-Karῑm, yaitu
Hadis tersebut menjelaskan bahwa yang wajib dikenai hukuman penjelasan sunnah/hadis yang merupakan tambahan terhadap
potong tangan adalah pencuri yang mencuri barang senilai hukum-hukum yang terdapat dalam Al-Qur’an. Hadis yang berfungsi
seperempat dinar atau lebih. sebagai bayān al-tasyri’ ini sangat banyak jumlahnya. Di antaranya
adalah hadis tentang zakat fitrah sebagai berikut, sabda Nabi saw:
4. Bayān Takhshῑṣ
Bayān takhṣῑṣadalah penjelasan Nabi saw dengan cara äQäI@äneã2QläNi<oi=ËZeãÕäa>L=
membatasi atau mengkhususkan ayat-ayat Al-Qur’an yang bersifat
umum (‘ām), sehingga tidak berlaku pada bagian-bagian tertentu YÙêãdqA<lü=jQoæãoQ
yang mendapat perkecualian. Sebagai misal, hadis Nabi tentang
masalah waris di kalangan para nabi: o~jfBjeãoiû*müpü=a:9çQpü=1ga2Q
ÄkfBiÅÁÖ]9Iräna= =~REoiäQäIpü=j%oi
%äi(<qmäiÙêãdqA<dä] ÄkfBiÅ
“Rasulullah saw. pernah bersabda: "Kami (para nabi) tidak mewarisi “Dari Ibnu Umar bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam telah
sesuatu pun, dan yang kami tinggalkan hanya berupa sedekah."” mewajibkan zakat Fithrah di bulan Ramadlan atas setiap orang
(HR. Muslim no. hadis: 3302). muslim, baik dia itu merdeka atau hamba, laki-laki atau perempuan,
Hadis tersebut merupakan pengecualian dari keumuman ayat yaitu satu sha' kurma atau satu sha' gandum.” (HR. Muslim no.
Al-Qur’an yang menjelaskan tentang disyariatkannya waris bagi hadis: 1635)
umat Islam. Firman Allah swt: Menurut sebagian ulama bahwa zakat fitrah itu ditetapkan oleh

Ù G~*mvã Ð1 g*i =a;fe ka8vpã sunnah/hadis sebagai tambahan atas Al-Qur’an. Sebagian ulama
yang lain berpendapat bahwa zakat itu penjabaran dari Al-Qur’an.

ð êã kb~Iq} Mereka mengambil dari hadis tersebut dalil yang menjadi rincian dari
Al-Qur’an, karena Rasulullah tidak mewajibkan zakat kecuali kepada
“Allah mensyariatkan (mewajibkan) kepadamu tentang (pembagian orang Islam. Dengan demikian sesuai dengan Al-Qur’an, karena
warisan untuk) anak-anakmu, (yaitu) bagian seorang anak laki-laki zakat itu sebagai pembersih (mensucikan), sementara kesucian
sama dengan bagian dua orang anak perempuan.” (QS. An-Nisa’/4: hanya untuk orang Islam. Allah swt berfirman:
11)
ÄØ×ÚáàÃÖæq&eãÅÁÁÁätæ
kt~a?% p ks=tË% Ö]9I kteãqiã oi ;
5
“Ambillah zakat dari harta mereka, guna membersihkan dan
menyucikanmereka…” (QS. At-Taubah/9: 103)
Sunnah/hadis Rasul saw sebagai bayan al-tasyri’ ini wajib untuk
ditaati dan diamalkan berdasarkan perintah Allah swt dalam Al-
Qur’an sebagaimana wajibnya mentaati dan mengamalkan hadis-
hadis yang lainnya.
6. Bayan Nasakh
Secara etimologi, nasakh memiliki beberapa arti, di antaranya;
menghapus dan menghilangkan, mengganti dan menukar,
memalingkan dan merubah, menukilkan dan memindahkan sesuatu.
Sedangkan dalam terminologi studi hadis, bayān nasakh adalah
penjelasan hadis yang menghapus ketentuan hukum yang terdapat
dalam Al-Qur’an. Hadis yang datang setelah Al-Qur’an menghapus
ketentuan-ketentuan Al-Qur’an.
Terjadi perbedaan pendapat di kalangan ulama mengenai boleh
tidaknya hadis menasakh Al-Qur’an. Ulama yang membolehkanpun
juga berbeda pendapat tentang kategori hadis yang boleh menasakh
Al-Qur’an. Para ulama mengemukakan contoh hadis:

(<ãqeÖ~IpwY
“maka tidak ada wasiat bagi ahli waris.” (HR. Abu Dawud no. hadis:
2486)
Hadis tersebut me-nasakh ketentuan dalam QS. Al-Baqarah/2
ayat 180:

o}9eãqfeÖ~IqeøÛã=~5!=
%lã$qjeãka91ã=N1ã:ãkb~fQè&a
ÚAo~^&jeã2Qä^1ÙXp=Rjeäæo~
æ=]vãp
“Diwajibkan atas kamu, apabila maut hendak menjemput seseorang
di antara kamu, jika dia meninggalkan harta, berwasiat untuk kedua
K
d
n
e
i
M
.
E
t
k
r
a
m
l
s
D
u orang tua dan karib kerabat dengan cara yang baik, (sebagai)
kewajiban bagi orang-orang yang bertakwa.” (QS. Al-Baqarah/2: 180)
Menurut para ulama yang menerima adanya nasakh hadis
terhadap Al-Qur’an, hadis di atas menasakh kewajiban berwasiat
kepada ahli waris, yang dalam ayat di atas dinyatakan wajib. Dengan
demikian, seseorang yang akan meninggal dunia tidak wajib
berwasiat untuk memberikan harta kepada ahli warisnya,
karena ahli waris itu akan mendapatkan bagian harta warisan
dari yang meninggal tersebut.

 Al-Qur’an turun dalam waktu terbatas, di tempat yang terbatas, dan


situasi yang tertentu pula. Disisi lain ritme kehidupan nabi dan
sahabatnya senantiasa dinamis, berkembang terus dari satu waktu
ke waktu yang lain. Keberadaan hadis tentu saja sangat dibutuhkan
untuk menjawab persoalan yang muncul, saat al-Qur’an tidak
merespon jawabannya.
 Keberadaan hadis Nabi telah mendapatkan mandat dari Allah
sebagai sumber hukum setelah al-Qur’an. Penegasan ini
sekaligus menjawab sebagian orang “mengingkari” as-sunnah
sebagai dasar hokum.
 Sahabat Mu’az bin Jabal ketika di utus ke Yaman untuk
menjadi qadhi, ditanya oleh Nabi; jika engkau mendapat
masalah dan jawaban tidak terdapat dalam al-Qur’an,
bagaimana engkau memutus persoalan, Mu’az menjawab
dengan sunnah mu ya Rasulullah.

Siswa-siswi di kelas dibagi menjadi beberalompok! Setiap kelompok


membuat makalah mengenai salah satu fungsi hadis, kemudian
m
g
R
.
F
n
a
u
k
M
G
l
r
e
B
h
i
t
dipresentasikan di depan kelas. Pembagian judul
mata pelajaran.
ditentukan oleh guru

Seluruh imam mazhab sepakat menggunakan hadis sebagai dasar


hukum dalam memutuskan persoalan yang terjadi dikalangan umat islam.
Bahkan mereka mengiqrarkan diri, jika pendapatnya berlawanan dengan
hadis, maka yang harus menjadi pegangan adalah hadis.

Hadis sebagai sumber hukum kedua, setelah al-Qur’an, juga berfungsi


sebagai pengakuan (penegasan kembali) hokum yang ditegaskan al-
Qur’an, sebagai penjelas, pembatasan, pengkhususan, tambahan
penjelasan dan sebagai penghapus, walaupun yang disebutkan terakhir
ini masing kontroversi.

Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut dengan jawaban yang


benar!

1.
2.
3.
4.
Jelaskan alasan teologis akan kehujjahan sunnah !
Sebutkan fungsi hadis terhadap al-Qur’an
Apa perbedaan antara Bayān at-Taqyῑd dengan Bayān at-Takhṣῑṣ
Jelaskan alasan sekelompok orang yang tidak percaya kepada
hasis
5. Tulis ayat al-Qur’an yang menjelaskan kedudukan hadis.

Tugas Pribadi
 Setelah anda mempelajari tentang fungsi hadis dalam islam, maka
lengkapilah tabel berikut untuk lebih mempermudah pemahaman
anda!
Fungsi Hadis
Bayan Taqrir
Contoh

http://www.merdeka.com

Mengenal kitab-kitab hadis bagi umat Islam khususnya para calon


sarjana muslim adalah suatu keharusan. Karena dengan diketahuinya
kitab hadis tersebut, baik mulai dari pengarangnya, sistematika
penulisannya atau yang lain yang berhubungan dengan masalah studi
hadis akan memudahkan proses pencarian hadis langsung dari
sumbernya dengan melakukan penelitian ulang tentang kualitas hadis
M
.
A
u
e
R
n
a
i
r
k
g
sehingga tidak ragu-ragu untuk berhujjah menggunakan hadis. Hadis atau
sunnah, baik secara struktural ataupun fungsinya telah disepakati oleh
para muslimin dari berbagai aliran Islam sebagai sumber ajaran agama
setelah Al-Quran karena dengan adanya hadis itulah ajaran Islam semakin
menjadi jelas.

Marilah orang terpelajar duduk bersama dan bersaing satu sama lain
diatas tunggangan mereka. Karena Allah akan memeriahkan hati yang
mati dengan cahaya kebajikan sebagaimana Dia memeriahkan bumi
dengan hujan lebat dari langit
“ketika ulama dan ahli ibadah sampai pada kesepakatan di jalan,
kepada ahlli ibadah itu akan diucapkan, ‘masuklah ke surga,
bersenang-senanglah melalui penghambaanmu’, dan kepada ulama
akan dikatakan, ‘berhentilah di sini dan ajaklah siapa saja yang
Kompetensi
engkau cintai,Inti (KI)engkau tidak akan memberikan wasilah kepada
karena
1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama Islam
2. Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli
(gotong royong, kerja sama, toleran, damai) santun, responsif dan pro-aktif dan
menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam
berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam
menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.
3. Memahami, menerapkan dan menganalisis pengetahuan faktual,
konseptual, prosedural dalam ilmu pengetahuan, teknologi, seni,
budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan,
kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait fenomena dan
kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada
bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya
untuk memecahkan masalah
4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah
abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di
sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan metoda
sesuai kaidah keilmuan.
Kompetensi Dasar (KD)

1.1. Meyakini kedudukan hadis sebagai sumber hukum islam yang


kedua setelah al-Qur’an
3.2.Mengenal macam-macam kitab hadis mu’tabarah.
3.3.Menganalisis kelompok kitab hadis.
4.2. Menunjukkan karakteristik jenis-jenis kitab hadis yang
muktabarah.
4.3. Mendemonstrasikan kegunaan kitab hadis dalam kehidupan
sehari-hari.

Indikator Pembelajaran
Peserta didik mampu :
1.Menggunakan hadis sebagai sumber hukum islam
2. menjelaskan pengertian mu’tabarah
3. mengidentifikasi kitab hadis mu’tabarah
4. menunjukkan karakteristik jenis-jenis kitab hadis yang muktabarak.
5. mendemonstrasi kan kegunaan kitab hadis dalam kehidupan sehari-
hari.

Tujuan Pembelajaran
Peserta didik dapat :
1. mendemonstrasikan kitab-kitab hadis dalam kehidupan sehari-
hari
2. menjelaskan pengertian kitab hadis mu’tabar
3. menyebutkan kitab-kitab hadis mu’tabar
4. menyebutkan karakteristik masing-masing kitab hadis mu’tabar
5. meneladani ulama hadis dalam kehidupan sehari-hari

Peta Konsep

Kitab
Mu’tabar
Hadis
Kitab Shahih al-Bukhari
Shahih Muslim
Sunan Abu Dawud

Sunan an-Nasa’i
Jami at-Tirmizi
a
.
B
g
n
e
M
i
t
r
m
C
h rangeradith.wordpress.com

Kata Kunci
MAKSUD
Rawi yang melakukan
kebohongan atau
mengada-ada
Rawi yang tercela dan
lemah
Ringkasan dari kitab
induk
Pernjelasan dari kitab
induk (kebalikan ‫)مختصر‬

A. Kitab Ṣahῑh al-Bukhāri


Kutub at-Tis’ah

ISTILAH

‫مدلس‬

‫مجروح‬
‫مختصر‬
‫الشرح‬
Sunan ibn Majah

Tulis nama 9 kitab dan penyusunnya

Nama kitab

MAKSUD
Kitab-kitab hadis
yang dianggap bisa
dipakai pedoman
Mencampur
adukkan antara yang
hak dan yang batil
Tingkatan penilaian
para rawi
Cacat baik dalam
matau atau sanad
penyusun

ISTILAH

‫المعتبرة‬

‫مختلط‬
‫طبقات الرواة‬
‫علة‬
Kitab “Ṣahῑh al-Bukhāri” judul lengkapnya adalah Al-Jāmi al-Musnad
al-Mukhtaṣar min Umūr Rasulillāh wa Sunanih wa Ayyamih.” Kitab ini
disusun selama enam belas tahun, dimulai saat Imam al-Bukhari
berada di Masjid al-Haram, Mekah, dan diselesaikan di Masjid Nabawi
Madinah. Menurut Ibnu Shalah dan al-Nawawi kitab ini berisi 7.275
hadis, dikarenakan banyak yang diulang dan jika tidak diulang, jumlah
hadis yang ada di dalamnya sebanyak 4.000 buah hadis. Jumlah hadis
sebanyak itu disusun oleh Imam al-Bukhari dan gurunya Syaikh Ishaq
yang merupakan hasil saringan dari satu juta hadis yang diriwayatkan
oleh 80.000 orang rawi.
Imam al-Bukhari terkenal memiliki daya hafal yang sangat tinggi.
Semua hadis yang beliau koleksi dari berbagai kota dan dari puluhan
ribu rawi tersebut mampu beliau hafal. Namun tidak semua hadis yang
beliau hafal kemudian diriwayatkan dan dituangkan dalam kitabnya,
melainkan diseleksi terlebih dahulu secara ketat dengan menetapkan
syarat-syarat. Beliau sangat cermat dan teliti. Selain itu, setiap kali
hendak menulis hadis dalam kitabnya, beliau mandi dan shalat
istikharah dua rekaat terlebih dahulu untuk meyakinkan bahwa hadis
yang akan ditulis benar-benar shahih.
Kitab shahih al-Bukhari ditulis secara sistematis. Hadis-hadis di
dalamnya dikelompokkan berdasarkan topik-topik yang lazim
dipergunakan dalam sistematika penulisan kitab fikih. Hanya saja kitab
hadis itu diawali dengan pembahasan tentang wahyu dan diakhiri
dengan pembahasan tentang tauhid. Kitab ini dibagi dalam seratus
bagian dan setiap bagiannya terdiri atas beberapa bab. Dalam setiap
bab terhimpun hadis-hadis yang berbicara tentang topik yang sama.
Hadis-hadis tersebut ditulis lengkap beserta sanadnya.
Imam al-Bukhari menetapkan syarat-syarat yang harus dipenuhi
oleh sebuah hadis untuk dapat disebut sebagai hadis shahih. Syarat-
syarat yang ditetapkan oleh Imam al-Bukhari sebagai berikut;
1. Perawinya harus seorang muslim, ṣadiq (jujur), berakal sehat, tidak
mudallis (berbohong), menipu dan mengada-ada,
mukhtaliṭ(mencampuradukkan hak dan batil), nilai-nilai utama dan
nilai-nilai yang rendah, serta bergaul dengan orang-orang jahat
pada satu kesempatan, dan orang-orang baik pada kesempatan lain,
tidak

‘adil, ẓabiṭ atau kuat daya ingatnya, sehat pancaindera, tidak suka
ragu-ragu, dan memiliki i’tikad baik dalam meriwayatkan hadis.
2. Sanadnya bersambung sampai kepada Nabi saw.
3. Matannya tidak syaż(menyimpang dari ajaran agama yang benar)
dan tidak ber’illat (cacat secara akli maupun hati nurani).
4. Perawi hadis harus mu’aṣirah (satu masa), liqa (bertemu Adapun kitab-kitab yang men-syarah (memaparkan dan menjelaskan)
langsung/bertatap muka), dan ṡubut sima’ihi (mendengar langsung Shahih al-Bukhari ada 82 buah, antara lain:
secara pasti dari gurunya). - Kitab Umdatul Qari Syarh Ṣahῑh al-Bukhāri oleh al-Allamah Badruddin
Selain itu, Imam al-Bukhari hanya berpegang kepada perawi- al- Aini.
perawi hadis yang memiliki integritas kepribadian dan kualifikasi - Kitab at-Tanqῑh, karya Badruddin az-Zarkasyi.
persyaratan yang tertinggi. Murid-murid Imam Ibnu Syihab al-Zuhri - Kitab At-Tausyῑh, karangan Jalaluddin as-Suyuthi.
misalnya, oleh Imam al-Bukhari dibagi ke dalam lima tingkatan - Kitab A’lamu al-Sunan, karangan al-Khaththabi.
(ṭabaqat). Tingkatan pertama, mereka yang memiliki sifat adil, kuat - Kitab Fath al Bari Syarh ṣahih al-Bukhāri oleh al-Hafidz Ibnu Hajar al-
hafalan, teliti, jujur, dan lama menyertai al-Zuhri, seperti Malik dan Asqalani.
Sufyan bin Uyainah. - Kitab Syarh al-Bukhāri oleh Ibnu Baththal dan lain-lain.
Tingkatan kedua, memiliki sifat yang sama dengan tingkatan Yang merupakan induk dari kitab syarah dari Shahih al-Bukhari
pertama hanya saja tidak lama menyertai al-Zuhri, seperti al-Auza’i, adalah Fathul Bari karangan al-Asqalani. Sedangkan sebaik-baiknya
dan al-Laits bin Sa’ad. Tingkatan ketiga, mereka yang memiliki ringkasan (mukhtaṣar) dari Shahih al-Bukhari adalah At-Tajrῑdu al-Ṣahῑh
kualifikasi di bawah tingkatan kedua, seperti Ja’far bin Barqan dan yang disusun oleh Husain ibn al-Mubarak.
Zam’ah bin Shalih. Tingkatan yang keempat dan kelima adalah mereka
yang tercela atau majruh dan lemah. Dalam meriwayatkan hadis Imam B. Kitab Ṣahῑh Muslim
al-Bukhari hanya memilih perawi tingkatan pertama dan hanya sedikit Kitab ini judul lengkapnya adalah “al-Musnad al-Ṣahῑh al-Mukhtaṣar
dari tingkatan kedua. Beliau sama sekali tidak meriwayatkan hadis dari min al-Sunan bi Naql al-‘Adl ‘an al-‘Adl ‘an Rasulillah”. Secara singkat
para perawi yang berada pada tingkatan ketiga, keempat, dan kelima. terjemahan dari judul kitab ini adalah “Kitab Hadis Bersanad Shahih
Kitab Shahih al-Bukhari ini laksana cahaya yang terang yang Ringkas Diriwayatkan oleh Orang-orang Adil dari Orang-orang Adil
benderang, melebihi terangnya sinar matahari. Kaum muslimin, bahkan dari Rasulullah.” Imam Muslim menghabiskan waktu kurang lebih 15
para ulama menilai kitab ini sebagai kitab yang luar biasa. Imam tahun untuk menyusun kitab ini. Sebelum memutuskan untuk
Muslim misalnya, beliau banyak mengambil faedah dari karya agung menuliskan sebuah hadis dalam kitab ini, Imam Muslim terlebih dahulu
ini. Beliau mengatakan bahwa karya ini tidak ada tandingannya dalam meneliti dan mempelajari keadaan para perawi, menyaring hadis yang
ilmu hadis. Imam al-Nawawi mengatakan dalam muqaddimah Syarah akan diriwayatkan, dan membandingkan riwayat yang satu dengan
Shahih Muslim, “Para ulama sepakat bahwa buku yang paling shahih riwayat yang lain.
setelah Al Qur’an adalah dua kitab shahih, Shahih Al Bukhari dan Tentang ketelitian Imam Muslim, dapat diketahui dari ungkapan
Shahih Muslim.” beliau sendiri, “Tidaklah aku mencantumkan sebuah hadis dalam
Cukuplah pengakuan para imam ahli hadis ini menunjukkan kitabku ini, melainkan dengan alasan. Tidak pula aku menggugurkan
keagungan kitab ini. Abu Ja’far Mahmud bin Amr al-Uqaili rahimahullah suatu hadis, melainkan dengan alasan pula.” Demikianlah. Sebuah
mengisahkan ketika al-Bukhari menulis kitab shahih ini, beliau kitab yang agung, luas dan dalam kandungan maknanya. Seolah laut
membacakannya kepada Imam Ahmad, Imam Yahya bin Main, Imam Ali lepas tak bertepi. Imam Muslim pernah berkata, sebagai ungkapan
bin Al Madini, juga selain mereka. Maka mereka mempersaksikan kebahagiaan beliau, “Apabila penduduk bumi ini menulis hadits selama
tentang keshahihan hadis-hadis yang ada. 200 tahun, maka usaha mereka hanya akan berputar-putar di sekitar
Kitab Shahih al-Bukhari selain sangat berguna bagi umat Islam, ia kitab musnad (shahih) ini.”
mampu menginspirasi para ulama yang lain untuk berkarya. Sebagai Menurut ‘Ajjaj al-Khatib, “Shahih Muslim” menghimpun hadis
bukti, banyak ulama-ulama ahli hadis yang juga menyusun kitab sejenis shahih sebanyak 3.030 buah hadis tanpa pengulangan, dan menjadi
dengannya. Selain itu, ada pula ulama yang menyusun kitab-kitab 10.000 buah hadis dengan pengulangan. Sementara menurut Ahmad
syarah, sebagai pemapar dan penjelas, dari kitab Shahih al-Bukhari. bin Salamah dan Ibnu Shalah “Shahih Muslim” berisi 4.000 buah hadis
tanpa pengulangan, dan 12.000 buah hadis dengan pengulangan.
Terlepas dari perbedaan pendapat mengenai penghitungan mengenai C. Kitab Sunan Abū Dūwūd
jumlah hadis pada kitab tersebut, namun yang jelas, hadis yang ditulis Kitab “Sunan Abi Dawud”, disusun oleh Imam Abu Dawud ketika
oleh Imam Muslim dalam Shahihnya merupakan hasil seleksi yang ketat beliau di Tarsus, sebuah kota kecil di Irak, selama dua puluh tahun. Dari
dari 300.000 hadis yang berhasil dikumpulkannya. 500.000 buah hadis yang berhasil dikumpulkan, Imam Abu Dawud
Kitab Shahih Muslim memiliki karakteristik tersendiri, yang hanya mencantumkan 4.800 buah hadis dalam kitab sunan-nya. Kitab
berbeda dengan metode Imam al-Bukhari. Imam Muslim tidak “sunan”, berbeda dengan kitab jami’, musnad, atau yang lainnya. Kalau
mencantumkan judul-judul dalam setiap pokok bahasan untuk Jami mencakup semua tema keagamaan, sedangkan sunan hanya
menegaskan pelajaran yang terdapat dalam hadis yang beliau memuat hadis-hadis yang berkaitan dengan masalah fikih saja.
sebutkan. tetapi, beliau lebih memilih untuk menyebutkan tambahan- Sistematika penulisan hadis di dalamnya pun biasa mengikuti tema-
tambahan lafaz pada hadis pendukungnya. Sehingga, dalam tema yang lazim dalam susunan kitab fikih. Adapun Musnad, adalah
menuliskan satu hadis pokok, beliau tambahkan hadis-hadis penguat kitab hadis yang disusun berdasarkan sanad hadis mata rantai
lain untuk menjelaskan kandungan ilmu dari hadis tersebut. periwayatan hadis dari para sahabat Nabi saw. Biasanya kitab musnad
Sederhananya, beliau ingin menjelaskan hadis dengam hadis yang lain. mendahulukan hadis-hadis yang berasal dari sahabat-sahabat utama.
Sedangkan Imam al-Bukhari, beliau menyebutkan judul bab untuk Model kitab musnad seperti ini dapat kita jumpai semisal pada kitab
mengungkap kandungan hadis, tanpa menyebutkan hadis penguatnya. Musnad Imam Ahmad bin Hanbal.
Imam al-Bukhari memotong hadis sesuai dengan tema bab. Sementara Seleksi yang dilakukan Imam Abu Dawud terhadap hadis demikian
Imam Muslim menuliskan satu hadis secara utuh. Sehingga, kita akan ketat sebelum dituliskan dalam kitab Sunan-nya. Hadis hasil seleksi itu
sering menemui pengulangan satu hadis dalam Shahih al-Bukhari. oleh Imam Abu Dawud dikelompokkan ke dalam 35 “kitab” dan sekian
Walaupun dua kitab ini berbeda dalam sistematika penyusunannya, ratus “bab”. Masing-masing “kitab” membicarakan satu tema pokok
namun Imam Muslim banyak terpengaruhi oleh metode penulisan tertentu, sedangkan setiap “bab” berisi beberapa buah hadis yang
gurunya, Imam Al Bukhari. menjelaskan tema pokok tersebut. 35 “kitab” yang dimaksud sebagai
Para ulama berbeda pendapat mengenai mana yang lebih unggul berikut:
antara Shahih Muslim dengan Shahih al-Bukhari. Kebanyakan ahli hadis 1. Kitab at-Ṫaharah
berpendapat bahwa Shahih al-Bukhari lebih unggul. Sedangkan 2. Kitab as-Ṣalat
sejumlah ulama lain lebih mengunggulkan Shahih Muslim. Hal ini 3. Kitab az-Zakat
menunjukkan perbedaan tipis antara dua kitab shahih ini. Dalam 4. Kitab al-Manasik Wa al-Haj
sistematika penulisan, Imam Muslim lebih unggul. Namun dari segi 5. Kitab an-Nikah
ketatnya syarat keshahihan, Shahih al-Bukhari lebih utama. Yang jelas 6. Kitab at-Talaq
disepakati, bahwa kedua kitab hadis shahih ini sangat berperan dalam 7. Kitab as-Ṣiyam
standarisasi bagi akurasi akidah, syariah, fikih, dan semua bidang ilmu 8. Kitab al-Jihad
dalam Islam. 9. Kitab al-Ḍahaya
Kitab yang memberikan syarah terhadap Shahih Muslim ada 15 10. Kiab al-Said
buah, antara lain: 11. Kitab al-Waṣaya
- Al-Mu’allim bi Fawaῑdi Muslim, karangan al-Maazary. 12. Kitab al-Fara’id
- Al-Ikmāl, karangan al-Qadli al-‘Iyad. 13. Kitab al-Kharaj wa al-Fai Wa al-Imarah
- Minhājul Muhaddiṡῑn, karangan an-Nawawi. 14. Kitab al-Janaiz
- Ikmāl al Ikmāl, karangan az-Zawawi. 15. Kitab al-Aiman Wa an-Nuzur
- Ikmā al Ikmāl al Muallim, karangan Abu Abdillah Muhammad al –Abiyi 16. Kitab al-Buyu’
al-Maliki 17. Kitab al-Ijārah
18. Kitab al-Aqdiyah
19. Kitab al-‘Ilm dilatarbelakangi oleh peristiwa ketika Imam al-Nasa’i memperkenalkan
20. Kitab al-Asyribah sebuah kitab hadis kepada seorang penguasa di kota Ramalah,
21. Kitab al-At’imah Palestina, penguasa itu bertanya kepada al-Nasa’i apakah di dalamnya
22. Kitab at-Tibb hanya memuat hadis-hadis shahih. Imam al-Nasa’i menjawab bahwa di
23. Kitab al-Kahanah Wa at-Tatayyur dalam kitabnya tersebut dimuat hadis shahih, hasan dan yang
24. Kitab al-Huruf Wa al-Qirāt mendekati keduanya. Kemudian penguasa itu menyuruh untuk
25. Kitab al-Hammam menuliskan hadis-hadis yang shahih saja dalam kitabnya. Kemudian
26. Kitab al-Libās Imam al-Nasa’i meneliti kembali hadis-hadis yang ada pada Kitab
27. Kitab at-Tarajjul Sunan al-Kubra, hasilnya, kitab tersebut menjadi ramping dan
28. Kitab al-Khatam dinamakan Sunan al-Sughra. Karena isinya pilihan kemudian dinamai
29. Kitab al-Fitan Wa al-Malahim pula “Sunan al-Mujtaba.”
30. Kitab al-Mahdi Kitab Sunan yang kini beredar di kalangan umat Islam adalah
31. Kitab al-Malahim kitab Sunan al-Sughra yang diriwayatkan oleh Imam Abdul Karim al-
32. Kitab al-Hudud Nasa’i, putra Imam al-Nasa’i, seorang ahli hadis yang meninggal pada
33. Kitab dl-Diyar tahun 344 H. Jumlah hadis yang terdapat dalam kitab Sunan al-Sughra
34. Kitab as-Sunnah menurut Abu Zahrah sebanyak 5761 buah hadis. Sedangkan
35. Kitab al-Adab sistematika susunannya mengikuti lazimnya sistematika kitab fikih.
Di dalam “Kitab Sunan”, Imam Abu Dawud tidak hanya memuat Pada jilid satu Sunan al-Sughra ini dimulai dengan “Kitāb al-Ṭaharah”,
hadis shahih, tetapi juga hadis-hadis hasan, dan hadis-hadis dha’if yang yang membahas tentang tata cara bersuci dan ditutup dengan “Kitāb
tidak terlalu lemah. Abu Dawudpun mencantumkan hadis-hadis yang al-Mawāqῑt” yang menguraikan tentang waktu shalat.
tidak disepakati oleh para ulama hadis untuk ditinggalkan. Adapun Kitab ini meskipun menurut pengakuan penulisnya berisi hadis-
hadis-hadis yang sangat lemah, tetapi dengan penjelasan sebab-sebab hadis pilihan dan shahih semuanya, namun menurut para ahli
kelemahannya. Hadis-hadis jenis ini, menurut beliau lebih baik dari merupakan kitab sunan setelah Ṣahihain, yang paling sedikit memuat
pada pendapat orang semata-mata. Kitab Sunan Abi Dawud ini diakui hadis dhaif dan para rawi yang “majrūh.” Hal ini menurut Muhammad
oleh mayoritas dunia muslim sebagai salah satu kitab hadis yang paling Abu Syuhbah, merupakan bukti ketelitian dan kecermatan Imam al-
autentik. Beberapa kitab Syarah dari Sunan Abi Dawud antara lain: Nasa’i dalam menyusun kitab hadis tersebut. Oleh karenanya para
- Abu Sulaiman Hamad bin Muhammad bin Ibrahim al-Khattibi (w 386 ulama menempatkan “Al-Mujtaba” berada satu tingkat setelah Kitab
H), yang menulis Syarh Ma’alim as-Sunan. Shahih al-Bukhari dan Muslim.
- Syaraf al-Haq Abadi (w. 1329) yang menulis kitabnya ‘Aun al- Subhi al-Shalih mengemukakan bahwa kitab hadis yang termasuk
Ma’būd. Ṭabaqāt al-Tasniyah, berada pada peringkat kedua, adalah Jāmi’ al-
- Khalil Ahmad as-Sarnigari (w. 1367) yang menulis Bażl al-Majhūd Fῑ Tirmiżi, Sunan Abῑ Dāwūd, Sunan Ahmad bin Hanbal, dan Mujtaba` al-
Halli Abῑ Dāwūd. dan Nasā’i. Semua kitab tersebut tidak sampai pada tingkat “Shahihain’
- Abu Hasa Muhammad bin ‘Abd al-Hadi as-Sanadi ( w.1139). atau Muwaṭṭa’ Imam Malik. Namun satu hal yang pasti, pengarangnya
tidak bersikap “tasahul” (bersikap longgar dalam meriwayatkan hadis).
D. Kitab Sunan an-Nasa’i Kitab Sunan al-Nasa’i adalah kitab yang kurang mendapat syarah
Kitab Sunan al-Nasa’i termasuk salah satu di antara “al-Kutub al- dibandingkan kitab sunan yang lain. Di antara yang menulis syarah
Shihah al-Sittah”. Sunan al-Nasa’i terbagi dua, Sunan al-Kubra dan kitab Sunan al-Nasa’i adalah Jalaluddin al-Suyuthi dalam kitab Zahrur
Sunan al-Ṣugra. Sunan al-Ṣugra disebut Sunan al-Mujtaba` (Sunan Rabbi ‘ala al-Mujtaba`.
Pilihan), karena kualitas hadis-hadis yang dimuat dalam sunan ini
hanya hadis-hadis pilihan. Penulisan kitab Sunan al-Sughra ini E. Kitab Jāmi’/Sunan at-Tirmizi
Salah satu karya besar Imam al-Tirmidzi adalah Sunan al-Tirmidzi. 12. Kitab at-Talaq
Kitab hadis karya beliau ini termasuk unik, ada yang menyebutnya al- 13. Kitab al-Hudud
Jami’ lengkapnya al-Jami’ al-Tirmidzi. Kedua sebutan ini sah karena 14. Kitab an-Nuzur wa al-aiman
masing-masing memiliki argumen yang kuat. Disebut “al-Jami” karena 15. Kitab ad-Diyat
temanya tidak hanya persoalan fikih, melainkan mencakup persoalan- 16. Kitab al-Jihad
persoalan yang memenuhi kriteria kitab al-Jami’. Ada delapan tema 17. Kitab as-Sair
yang minimal harus tercantum dalam sebuah kitab “al-Jami’. Delapan 18. Kitab al-Buyu’
tema itu adalah; akidah; huku-hukum fikih; pemerdekaan budak; etika 19. Kitab al-Isti’zan
makan dan minum; tafsir Al-Qur’an, sejarah dan biografi tokoh; 20. Kitab ar-Raqaq
bepergian (safar); kejadian-kejadian penting dan; pujian terhadap 21. Kitab al-Faraid
perjalanan hidup seseorang (manāqῑb). Selain itu, sebuah kitab hadis 22. Kitab al-Wasaya
bisa saja dinamkan al-Jami’, secara harfiah berarti menghimpun, 23. Kitab al-Fadail al-Qur’an.
apabila mencantumkan hadis-hadis yang telah termuat di dalam kitab- Kitab Sunan al-Tirmidzi juga menginspirasi para ulama setelahnya
kitab yang sudah ada. Kitab al-Jami karya al-Tirmidzi di dalamnya untuk berkarya. Ada beberapa kitab “syarah” dari Sunan al-Tirmidzi di
membicarakab delapan tema yang ada pada sebuah kitab jami’. antaranya:
Sedangkan yang menamai kitab karya al-Tirmidzi ini dengan 1. Abu Bakar Muhammad bin Abdillah al-Isybili al-‘Arabi (w. 543 H),
Sunan, karena kitab tersebut menghimpun hadis-hadis Nabi yang mengarang kitab ‘Aridat al Ahwazi ‘alā’ at-Tirmiżi.
berdasarkan bab-bab fikih. Kualitas hadis yang diriwayatkan oleh al- 2. Ibn Rajah al-Hambali (w. 795 H) kitab syarahnya berhubungan
Tirmidzi dalam kitabnya bervariasi dari yang shahih, hasan, hingga dengan pembahasan ‘ilal yang ada dalam Sunan at Tirmizi.
dhaif, gharib dan mu’allal. Sungguhpun demikian, Sunan al-Tirmidzi 3. Imam as-Suyuti Asy-Syafi’i(w. 911 H) yang menulis kitab Qut āl
memiliki keistimewaan yang mengagumkan ketekunan penyusunannya Mugtazi ‘ala Jami’ at-Tirmizi.
di dalam menjelaskan letak cacat atau kekurangan hadis-hadis hasil
penelitiannya yang masuk ke dalam kategori dha’if. Hadis-hadis dhaif F. Kitab Sunan Ibnu Mājah
yang terdapat dalam kitab ini pada umumnya hanya menyangkut fadail Salah satu dari karya terbesar Imam Ibnu Majah adalah Sunan
al-amal (anjuran melakukan perbuatan-perbuatan kebajikan), hadis Ibnu Mājah. Nama asal Sunan Ibnu Majah ialah al-Sunan. Nama ini telah
semacam ini lebih longgar dibandingkan dengan persyaratan bagi digunakan sendiri oleh Ibnu Majah, tetapi kemudian beliau
hadis-hadis tentang halal dan haram. memandang bahwa al-Sunan itu terlalu umum kerana terdapat juga
Secara keseluruhan kitab Sunan at-Tirmizi terdiri dari 5 juz, 2.376 kitab-kitab hadis lain yang dinamakan al-Sunan. Maka dengan itu,
bab dan 3.956 hadis. Adapun kandungan isi Sunan at-Tirmizi adalah: dihubungkan nama kitab kepada penyusunnya dan dinamakan Sunan
1. Kitab at-Taharah Ibnu Majah. Kitab yang terdiri dari empat jilid ini adalah salah satu
2. Kitab as-Salat karya Ibnu Majah yang masih beredar sampai sekarang. Beliau
3. Kitab az-Zakat menyusun sunan menjadi beberapa kitab dan bab. Kitab ini disusun
4. Kitab as-Saum secara baik dan indah menurut sistematika fiqih. Beliau memulai sunan
5. Kitab al-Manasik ini dengan bab mengikuti sunnah Rasulullah saw. Dalam bab ini dia
6. Kitab al-‘Adahi membahas hadis yang menunjukkan kekuatan sunnah, kewajiban
7. Kitab as-Saidi untuk mengikuti dan mengamalkannya.
8. Kitab al-At’amah Sebagian ulama sudah sepakat bahwa kitab hadis yang pokok ada
9. Kitab al-Asyrabah lima (Kutub al-Khamsah), yaitu Shahih al-Bukhari, Shahih Muslim,
10. Kitab ar-Ru’ya Sunan Abu Dawud, Sunan an-Nasa’i, Sunan at-Tirmidzi. Mereka tidak
11. Kitab an-Nikah memasukkan Sunan Ibnu Majah mengingat derajat kitab ini lebih
rendah dari lima kitab tersebut. Tetapi sebagian ulama yang lain
menetapkan enam kitab hadis pokok, dengan menambah Sunan Ibnu
Majah sehingga terkenal dengan sebutan Kutub al-Sittah (enam kitab
hadis). Ulama pertama yang menjadikan kitab Sunan Ibnu Majah
sebagai kitab keenam adalah al-Hafidz Abdul Fadli Muhammad bin
Tahir al-Maqdisi (w. 507 H) dalam kitabnya Aṭraf al-Kutub al-Sittah dan
dalam risalahnya Syurūt al- A’immat as Sittah. Pendapat ini kemudian
diikuti oleh al-Hafiz Abdul Ghani bin al-Wahid al-Maqdisi (w. 600 H)
dalam kitabnya al-Ikmāl fῑ Asma’ ar-Rijāl. Pendapat mereka inilah yang
diikuti oleh sebagian besar ulama.
Mereka memasukkan Sunan Ibnu Mājah sebagai kitab keenam
tetapi tidak memasukkan al-Muwaṭṭa’ Imam Malik. Padahal kitab ini
lebih shahih daripada kitab milik Ibnu Majah. Hal ini dikarenakan di
dalam Sunan Ibnu Majah banyak terdapat hadis yang tidak tercantum
dalam Kutub al-Khamsah, sedangkan hadis yang terdapat di dalam al-
Muwatta’ seluruhnya sudah termaktub dalam Kutub al-Khamsah.
Sebenarnya derajat al-Muwatta’ lebih tinggi dari Sunan Ibnu Majah.
Sunan Ibnu Majah merupakan karya terbesar beliau. Dalam
kitabnya itu, Ibnu Majah telah meriwayatkan sebanyak 4000 buah hadis
seperti yang diungkapkan Muhammad Fuad Abdul Baqi, penulis buku
Mu’jam Al-Mufahras lῑ Alfaz Al-Qur’ān (Indeks Al-Qur’an), jumlah hadis
dalam kitab Sunan Ibnu Majah sebanyak 4.241 buah hadis. Sebanyak
3002 di antaranya termaktub dalam lima kitab kumpulan hadis yang
lain. Ia bukan hanya melingkungi hukum Islam, malah turut membahas
masalah-masalah akidah dan muamalat. Sunan Ibnu Majah berisi hadis
shahih, hasan dan dhaif bahkan hadis munkar dan maudlu, meskipun
jumlahnya kecil.
Seperti sunan yang lain, Sunan Ibnu Majah juga disyarahkan oleh
beberapa orang ulama’ yang terkenal, di antaranya:
a. Jalaluddin al-Suyuty (w. 911H), syarahnya dinamakan Miṣbah Al-
Zujajah `Alā Sunan Ibnu Mājah.
b. Al-Syaikh Sirajuddin Umar bin Ali al-Mulqan al-Syafii (w. 804H),
syarahnya dinamakan Ma Tamasa Ilaihi al-Hajat `Ala Sunan Ibnu
Majah.
c. Abi al-Hassan bin Abdul Hadi al-Sindi (w. 1136 H), syarahnya
Kifayat al-hajat Fῑ Syarh Ibnu Mājah.
d. Kamaluddin Muhammad bin Musa (w. 808 H), kitabnya dinamakan
al-Dibājah.
e. Abdul Gani al-Dihlawi (w. 128 H), syarahnya dinamakan Injāh al-
Hajat.
K
d
n
e
i
M
.
D
t
k
r
a
m
l
s
E
u 


Fantantis!, begitu kira-kira ucapan yang pantas disampaikan
kepada Guru Besar Hadis, Al-Bukhari. Orang pertama yang
menseleksi dan memilah hadis dari yang shahih dan dha’if. Tidak
berhenti sampai disitu, al-Bukhari melakukan perjalanan pencarian
hadis dan telah menemumi rawi sebanyak 80.000 orang dengan
jumlah hadis kurang lebih 1.000.000 hadis. Dari jumlah yang begitu
banyak, hanya 4.000 hadis yang masuk seleksi dalam kitab
shahihnya.
Kerja keras dan kehati-hatian para pejuang hadis dalam pencarian
dan menseleksi hadis, patut diteladani oleh kita semua, disaat
kondisi generasi ini semakin malas dan terninabobokan oleh
kenikmatan fasilitas hidup. Selektif artinya bisa memilah dan
memilih mana yang baik dan bermanfaat dan mana yang jelek dan
madharat.
Keikhlasan mereka mengumpulkan hadis dalam satu kitab,
merupakan cerminan perjuangan menegakkan dan menginggikan
kalimatullah di muka bumi ini. Tidak ternah terbayangkan kalau apa
yang diucapkan dan dilakukan oleh Nabi tidak terdokumentasi.

Siswa-siswi di kelas dibagi menjadi enam (sesuai dengan jumlah


kitab yang dibahas) kelompok! Setiap kelompok membuat makalah
tentang satu kitab yang mu’tabar, kemudian dipresentasikan di depan
kelas. Pembagian nama kitab dengan cara diundi.

Rangkuman

1. Macam-macam jenis kitab hadis diantaranya: al-Jami’u, as-


Sunan, al-Mustadrak, al-mustakhraj, dan al-mu’jam.
2. Kitab al-Jami’u adalah: kitab hadis yang memuat bab dari
berbagai dimensi keagamaan, seperti aqidah, hukum, akhlak,
sejarah, manaqib, bahkan juga gambaran tentang akhir zaman.
3. Al-Sunan yaitu kitab yang hanya menyebutkan hadis-hadis dari
Nabi saja yang terdiri dari bab-bab fiqhiyah, dan tidak
menyebutkan khabar, dan athar.
4. Mustadrak, yaitu kitab hadis yang ditulis dimana kriteria
penerimaan hadisnya berdasarkan kriteria imam hadis lainnya
namun Imam hadis lainnya tersebut tidak menuliskan matan
hadisnya dalam kitabnya.
5. Al-Mustakhraj adalah kitab yang berisi hadis-hadis yang
urutannya disusun sesuai dengan urutan rowi yang paling atas
(thabaqat sah abat).
6. Kitab al-mu’jam adalah Yaitu “kitab yang didalamnya
menyebutkan hadis-hadis yang urutannya dususun sesuai
urutan nama sahabat atau shaikh atau kota”.

Kisah Keteladanan

Biografi Singkat Imam Muslim

Nama Lengkapnya adalah Abul Husain Muslim bin al-Hajjaj bin


Muslim al-Qusyairi (Bani Qusyair adalah sebuah kabilah Arab yang
cukup dikenal) an-Naisaburi. Seorang imam besar dan penghapal
hadits yang ternama. Ia lahir di Naisabur pada tahun 204 H. Para
ulama sepakat atas keimamannya dalam hadits dan kedalaman
pengetahuan nya tentang periwayatan hadits
Ia mempelajari hadits sejak kecil dan bepergian untuk
mencarinya keberbagai kota besar. Di Khurasan ia mendenganr
hadits dari Yahya bin Yahya, Ishaq bin Rahawaih dan lain lain. Di
Ray ia mendengar dari Muhammad bin Mahran, Abu Ghassan dan
lainnya, Di Hijaz ia mendengar hadits dari Sa’id bin Manshur, Abu
Mash’ab dan lainnya, Di Iraq ia mendengar dari Ahmad bin Hanbal,
Abdullah bin Muslimah dan lainnya, Di Mesir ia mendengar hadits
dari Amr bin Sawad, Harmalah bin Yahyah dan beberapa lainnya.
Lantaran hubungan mempelajari hadits al-Bukhary, ia
meninggalkan guru gurunya seperti: Muhammad ibn Yahya adz
Dzuhaly.
l
e
B
i
r
a
M
h
t
tahun.
Adapun yang meriwayatkan darinya diantaranya: At Tirmidzi,
Abu Hatim, ar Razi, Ahmad bin Salamah, Musa bin Harun, Yahya bin
Sha’id, Muhammad bin Mukhallad, Abu Awanah Ya’kub bin Ishaq al
Isfira’ini, Muhammad bin Abdul Wahab al-Farra’, Ali bin Husain bin
Muhammad bin Sufyan, yang terakhir ini adalah perawi Shahih
Muslim.
Banyak sekali ulama hadits memujinya, Ahmad bin Salama
berkata:” Abu Zur’ah dan Abu Hatim mendahulukan Muslim atas
orang lain dalam bidang mengetahui hadits shahih.”.
Imam Muslim banyak menulis kitab diantaranya:kitab
Shahihnya, kitab Al-Ilal, kitab Auham al-Muhadditsin, kitab Man
Laisa lahu illa Rawin Wahid, kitab Thabaqat at-Tabi’in, kitab Al
Mukhadlramin, kitab Al-Musnad al-Kabir ‘ala Asma’ ar-Rijal dan kitab
Al-Jami’ al-Kabir ‘alal abwab.
Bersama Shahih Bukhari, Shahih Muslim merupakan kitab
paling shahih sesudah Al-Quran. Umat menyebut kedua kitab
shahih tersebut dengan baik. Namun kebanyakan berpendapat
bahwa diantara kedua kitabnya, kitab Al-Bukhari lebih Shahih.
Imam Muslim sangat bangga dengan kitab shahihnya,
mengingat jerih payah yang ia curahkan ketika mengumpulkannya.
Ia meyusunnya dari 300.000 hadits yang ia dengar, oleh karena itu
ia berkata:” Andaikata para ahli hadits selama 200 tahun menulis
hadits, maka porosnya adalah al-Musnad ini (yakni kitab
shahihnya)”. Ia wafat di Naisabur pada tahun 271 H dalam usia 55

Disalin dari Biografi Imam


Muslim dalam Tadzkirat al-
Huffadh 2/150, Tahdzib al-
Asma’ An-Nawawi 10/126.

Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut dengan jawaban yang


benar!
1. Sebutkan secara berurutan kutub as-Sittah!
2. Jelaskan alasan mengapa kitab Sahih Bukhari lebih unggul daripada
Sahih Muslim
3. Sebutkan syarat-syarat hadis sahaih menurut al-Bukhari
4. Sebutkan tiga kitab yang menjadi syarh sahih muslim
5. Sebutkan tiga kitab yang menjadi syarh sahih Bukhari

Tugas Perorangan
 Setelah anda mempelajari nama-nama kitab yang mu’tabar, maka
lengkapilah tabel berikut untuk lebih mempermudah pemahaman
anda!
Naman Kitab Jumlah Hadis Syarah
Shahih al-
Bukhari
Shahih Muslim
Sunan Abu
Dawud
Sunan an-Nasa’i
Jami’ at-Tirmizi
Sunan Ibn Majah

PERLU DIINGAT
Sejaran mempunya nilai makna yang tinggi
Karena manusia itu adalah bagia dari sejarah
Maka kita wajib untul mempelajari dan menyakininya
Agar kita selalu menjadi bagian dari sejarah itu.
M
.
A
u
e
R
n
a
i
r
k
g Pengkodifikasian hadis dalam sejarahnya mengalami
perkembangan. Setelah kebijakan pemerintahan Umar bin Abdul Aziz
secara resmi menginstruksikan pengkodifikasian hadis, penyusunan kitab-
kitab hadis oleh para ulama hadis berkembang secara pesat. Para ulama
hadis mulai mengumpulkan kemudian menyeleksi dan akhirnya berhasil
menyusun berbagai jenis kitab hadis. Bahkan mereka tidak hanya
berhenti di sini, masa seleksi dilanjutkan dengan masa pengembangan
dan penyempurnaan sistem penyusunan kitab-kitab hadis.
Zainab binti Jahsy, Wanita Pejuang
Saat terjadi berita bohong, Nabi bertanya kepada Zainab binti
Jahsy, “Apa pendapatmu”?
Zainab binti Jahsy berkata: “Hai Rasulallah saya melindungi
pendengaran dan penglihatan saya, saya hanay mengetahui
kebaikan, dia, A’isyah sungguh sempurna, sesungguhnya saya
bersamanya dan saya berkata benar”.
A’isyah berkata: “Saya tidak melihat perempuan yang lebih baik
agamaya disbanding Zainab binti Jahsy, dia perempuan yang paling
bertakwa kepada Allah, paling jujur ucapannya, paling dekat dengan
keluarga, suka bersedekah, paling rajin melakukan sesuatu untuk
mendekatkan diri kepada Allah.

Kompetensi Inti (KI)


1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama Islam
2. Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli
(gotong royong, kerja sama, toleran, damai) santun, responsif dan pro-aktif dan
menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam
berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam
menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.
3. Memahami, menerapkan dan menganalisis pengetahuan faktual,
konseptual, prosedural dalam ilmu pengetahuan, teknologi, seni,
budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan,
kenegaraan, dan peradaban terkait fenomena dan kejadian, serta
menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik
sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah
4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah
abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di
sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan metoda sesuai
kaidah keilmuan.

Kompetensi Dasar (KD)

1.2. Meyakini keaslian hadis yang telah dibenarkan oleh para ulama hadis
dahulu dan menjadikannya sebagai hujjan dalan menentukan hukum
syar’i sehari-hari
4.3 Menganalisis pengelompokkan jenis kitab hadis.
4.4. Mendemonstrasikan kegunaan kitab hadis dalam kehidupan sehari-
hari.

Indikator Pembelajaran
Peserta didik mampu :
1. berfikir kritis dan menerima pendapat orang lain yang berbeda
2. menjelaskan pengelompokkan kitab hadis
3. mengidentifikasi kelompok kitab hadis
4. menyebutkan karakteristik kelompok kitab hadis
Peta Konsep Al-Jami’
Al-Jami’
5. Mendemonstrasikan kitab-kitab mu’tabarah dalam kehidupan sehari-
hari
As-Sunan

Tujuan Pembelajaran
Kelompok Al-Musannaf
Peserta didik dapat :
1. menjelaskan pengelompokkan kitab hadis Kitab
2. mengidentifikasi kelompok kitab hadis
3. menyebutkan karakteristik kelompok kitab hadis Al-Mustadrak
4. merefleksikan kitab-kitab hadis mu’tabarah dalam kehidupan
sehari-hari
Al-Mustakhraj

Al-Musnad

Al-Mu’jam

Kata Kunci
MAKSUD ISTILAH MAKSUD ISTILAH
Kitab himpunan hadis- hadis
yang sesuai dengan persyaratan ‫المستدرك‬ Kitab yang Menghimpun
seluruh permasalahan
‫الجامع‬
penyusun kitab yang di takhrij
a
.
B
g
n
e
M
i
t
r
m
C
h
penghimpun hadis
mengeluarkan
beberapa buah hadis
dari sebuah buku hadis
Kitab hadis yang
menyebutkan hadis-
hadis nya didasarkan
pada nama sahabat
atau nama syaikhnya
atau didasarkan pada
nama negeri gurunya
pada umumnya secara
abjadi atau hija’i
‫المستخرج‬

‫المعجم‬

Ah, ini riwayat Abu Hurairah


Tata cara/ metode

Kitab hadis yang


menghimpunan hadis
tanpa menyebutkan bab-
babnya

Aktifitas apa yang sedang


dilakukan leh dua siswi tersebut

………………………………………………………

………………………………………………………

……………………………

Nah ini dia bab Thaharah


‫الطريقة‬

O‫المصنفات‬
Berbagai ragam metode penulisan kitab hadis menjadi bukti betapa
besar perhatian dan dedikasi para ulama saat itu. Sejak abad ke 2 sampai
abad ke 4 hijriyah penulisan hadis tidak mengenal kata berhenti, bahkan
abad 5 adalah masa koreksi susunan kitab-kitab hadis, sehingga
pencarian hadis lebih mudah lagi.
Dibawah ini diuraikan beberapa kitab menurut ragam penulisannya dan isi
kandungannya:
A. Kitab al-Jāmi’
Kata al-Jāmi’ secara etimolgi berarti menghimpun, mengumpulkan,
dan mencakup. Boleh jadi kata al-Jāmi’ dimaksudkan kitab yang
mencakup, menghimpun atau mengumpulkan segala permasalahan.
Secara terminologi diartikan:

Ö~mäj)ätmã2Qãq2fËIãé&eã+}92
eãåãqæüS~j-2Qgj&Eãäiqs
7}<ä&eãp=~BZ&eãpåã=Feãphä
RËeãåã8ãp\ä]=eãphäb1öãp9yä^R
eãésp
èeä*jeãpè]änjeãpo&ZeãpgyäjFeã

kisah-kisah (manāqῑb)  .
p=~Beãp
"Pembukuan hadis yang mengakomodasi semua bab hadis yang
mereka sebutkan 8 masalah yaitu masalah akidah (aqā’id), hukum
(Fikih), perbudakan (riqaq), adab makan minum, tafsir, sejarah dan
riwayat hidup, sifat-sifat akhlak (syama’il), berbagai fitnah ( fitan), dan

Buku Hadis al-Jami’ adalah ragam pembukuan hadis yang paling


lengkap, karena ia mencakup segala permasalahan sebagaimana di
atas, tidak hanya terfokus satu masalah saja. Segala aspek agama dan
segala aspek kehidupan manusia dimuat dalam kitab tersebut.
Kelebihan kitab ini adalah sangat jelas, karena memiliki daya tampung
yang sangat luas terhadap berbagai topik. Hadis dapat dicari
berdasarkan tema yang melingkupinya. Misalnya jika ingin mencari
hadis tentang shalat, tinggal membuka bab shalat. Contoh kitab al-
Jami’ sebagai berikut :
B. Kitab as-Sunan
1. al-Jāmi` lῑ al-Imām `Abd al-Razzaq bin Hammam al-Ṣan`anῑ karya al-
Secara etimologi kata sunan merupakan bentuk jama’ dari
Ṣan’anῑ (w. 211 H.)
kata sunnah yang diartikan al-thariqah berarti jalan atau al-sirah
berarti perjalanan hidup atau sejarah. Secara terminologi sunah
ÁémäRnJeãhäjsoæ\ã>=eã9çQhäi÷ adalah  segala sesuatu yang datang dari Nabi saw. baik perkataan,
perbuatan dan persetujuan (taqrῑr), sama dengan hadis. Dalam sunan
eSiä.eãÅ tidak menyebutkan hadis mauqūf (berita disandarkan kepada
sahabat) dan maqthu’ (berita disandarkan kepada tabi’in). Dalam kitab
ÄÕ=.teãoiÙØØá$ al-Risalah al-Mustaṭrafah disebutkan bahwa kitab sunan adalah
sebagai berikut :
2. al-Jāmi` al-Ṣahῑh li al-Bukhārῑ karya Imam al-Bukhari (w. 206
H.)
ÕwJeãp
ÄÕ=.teãoi Ù×Ýá$Á| Õ<ätËeãpläj}öãoiÖ~t^Zeãåãqæöã2
<ä6çfe3~2JeãSiä.eãÅ QÖç%=jeãè&beã
3. al-Jāmi` al-Ṣahῑh li Muslim karya Imam Muslim (w. 261)
ûjB} vXq]qUãlöXq]qUãoi{~E
ÄÕ=.teãoiÙÝØá$ÁkfBje3~2JeãSiä.e ät~YC~epäs=5ã ûeãÕäa?eãp
ãÅ ä*}91ûjB}pÖnAkt1wËIãò
4. Jāmi`al-Turmużi karya al-Turmudzi (w. 279 H) Adalah beberapa kitab berisikan bab-bab seperti fikih, misalnya
bab iman, thaharah, shalat, zakat dan seterusnya dan di dalamnya
ÄÕ=.teãoiÙÞàá$Á|;i=&eãSiä.eãÅ tidak ada hadis mauquf, karena hadis mawquf tidak dinamakan
sunah dalam istilah mereka tetapi dinamakan hadis .
Kualitas Kitab al-Jāmi’ karya Imam al-Bukhari dan Muslim disepakati
oleh para ulama shahih seluruhnya sebagaimana disebutkan pada Sementara yang dimaksud kitab sunan di sini adalah
nama kitab tersebut yang menyebutkan kata al-Ṣahῑh di dalamnya; al- himpunan beberapa hadis yang didapat dari para syaikhnya dengan
Jāmi` al-Ṣahῑh li al-Bukhārῑ dan al-Jāmi` al-Ṣahῑh li al-Bukhāri. Menurut menggunakan teknik penghimpunan seperti sistematika kitab fikih
penulisnya seluruh hadis yang terkandung di dalamnya berkualitas pada umumnya. Yakni memuat bab thaharah (kesucian), shalat,
shahih seluruhnya. Sedang kitab al-Jāmi` li al-Imām `Abd al-Razzaq bin zakat, puasa dan haji. Bab mu’amalat mengandung jual beli
Hammam al-Ṣan`anῑ (w. 211 H), dan Jāmi`al-Turmużi sekalipun disebut (buyu’), sewa menyewa (ijarah), gadai (rahn) dan lain-lain. Bab
kitab al-Jami’, namun kualitasnya sama dengan kitab Sunan yakni ada munakahāt dan faraiḍ (pernikahan dan harta warisan) dan jinayat
yang shahih, hasan, dan dha`if. Dengan demikian nama al-Jami’ tidak dan hudud (pidana dan hukumannya) dan lain-lain. Di dalam kitab
menunjukkan kualitas hadis yang dikandung. Ia hanya menunjukkan Sunan ini dijelaskan kualitasnya, ada yang shahih, hasan dan
bahwa kitab tersebut memuat segala hadis yang mencakup segala dha’if.
permasalahan sebanyak 8 masalah. Contoh kitab Sunan antara lain:
1. Sunan Abῑ Dāwūd karya Abu Dawud (w. 275 H) perkataan sahabat. Al-Zahrani menyebutkan pengertian Muṣannaf
adalah:
ÄÕ=.teãoiÙÞÜá$Á8pã8éæüonAÅ
2. Sunan al-Nasā’î, karya al-Nasa’i (w. 303 H)
åãqæöãoiÖfj-
ÄÕ=.teãoiÚ×Úá$ÁéyäBneãonAÅ Sj.}k)91ãpåäæòÖçAän&Uã+}8ä1öãS
3. Sunan Ibn Mājah, karya Ibn Majah (w. 273 H) -j
ÄÕ=.teãoiÙÞÚá$ÁÖ-äioæãonAÅ 91ãp[nJiòè&beãpü
Kitab-kitab Sunan ini adalah perkembangan pembukuan hadis Adalah penghimpunan hadis -hadis yang relevan dalam satu bab
pada abad ke-3 H, yakni masa kejayaan pengkodifikasian, kemudian dihimpun sejumlah dari beberapa bab atau beberapa
sehingga buku Sunan ini termasuk sebagian buku hadis yang kitab itu ke dalam sebuah Mushannaf.
dijadikan buku induk hadis. Kitab hadis yang dijadikan buku induk Mushannaf adalah teknik pembukuan hadis secara perbab
sebanyak 6 kitab, yaitu 3 al-Jami’ dan 3 Sunan, yaitu: pada masa abad kedua ini pada umumnya penyusunanya
didasarkan pada klasifikasi hukum fikih dan di dalamnya tercampur
1. |<ä6çfe3~2JeãSiä:ã(al-Jāmi` al-Ṣahῑhl ῑ al- antar hadis marfu`, mauquf, dan maqthu` atau masih campur
antara hadis Nabi dan fatwa sahabat dan tabi’in.Contoh-contoh
Bukhārῑ) kitab Mushannaf antara lain:
2. kfBje3~2JeãSiä:ã(al-Jāmi` al-Ṣahῑh lῑ Muslim) 1. Muṣannaf Hammad bin Salamah (w. 167 H)
2. Al-Muṣannaf karya Syu’bah bin Hajjaj (160 H)
3. |;i=&eãSiä-(Jāmi`al-Turmużi) 3. Al-Muṣannaf karya Sufyan bin Uyaynah ( 198 H)
4. Al-Muṣannaf karya al-Layts bin Sa’ad (175 H)
4. 8pã8éæüonA (Sunan Abῑ Dāwūd) 5. Al-Muṣanaf, karya Abu Bakar Abdur Razaq bin Hammam Ash
Shan'ani (w. 211 H).
5. éyäBneãonA (Sunan al-Nasā’i) 6. Al-Muṣanaf, karya Abu Bakar Abdullah bin Muhammad bin Abi
Syaibah al-Kufi (w. 235).
6. Ö-äioæãonA (Sunan Ibn Mājah) 7. Al-Muṣanaf, karya Baqiy bin Makhlad al-Qurthubi(w. 276H).

D. Kitab al-Mustadrak
C. Kitab al-Muṣannaf Kata Mustadrak (bentuk jamaknya Mustadrakāt) secara etimologi
Kitab Muṣannaf secara etimologi diartikan sesuatu yang tersusun. adalah susulan dari yang ketinggalan atau menambah yang kurang.
Mushannaf adalah perkembangan pembukuan Hadis abad ke-2 H Secara terminologi yang digunakan oleh ulama hadis, kitab
tentunya lebih maju dari pada Ṣuhuf atau Ṣahifah pada abad Mustadrak adalah:
sebelumnya yang hanya penghimpunan hadis saja tanpa menyebutkan
bab perbab. Tetapi ia tidak lebih maju dari Sunan, karena di dalam
Sunan sudah terpisahkan antara hadis dari Nabi dan perkataan
GZnJUã91üÉ=E2Qlqb%é&eã
sahabat. Dalam mushannaf penghimpunannya sudah menyebutkan bab
perbab secara sistematis, tetapi masih campur antara hadis Nabi dan
-+}8ä1öãSj
uæä&aò ät-=6}kep u*}8ä1ü,=6~Y äjsRUpükfBi3~2Ipü|
Adalah menghimpun beberapa hadis yang sesuai dengan persyaratan
salah seorang penyusun tetapi belum ditakhrij di dalam kitabnya.
<ä6çeã3~2Ja
Kitab mustadrak menghimpun hadis-hadis yang telah memenuhi
persayaratan sebuah kitab, tetapi belum dimasukkannya. Seakan-akan
òuRiSj&.~Yåä&beãè1äI_}=ÊRUoiuBZ
kitab Mustadrak sebagai susulan atau penambahan terhadap
kandungan kitab lain yang telah memenuhi persyaratannya.
ne9~mäAýæ
Sebagaimana Mustadraknya Imam al-Hakim telah menghimpun
beberapa hadis shahih yang belum disebutkan dalam kitab al-Bukhari
Êpumq&ipuç~%==\
dan Muslim dan menurutnya telah memenuhi persyaratan keduanya.
Kitab jenis ini berjasa paling tidak dalam tiga hal, yaitu:
%Ö}äQ<Siéæä2Jeãòqepu]qYoipüu6
1. Menampilkan ragam hadis yang – secara sengaja maupun tidak
– diabaikan oleh para penulis kitab sebelumnya;
~E
2. menampakkan adanya penuturan yang berbeda terhadap matan
hadis tertentu; dan
r9~mäAü
3. menunjukkan transmisi hadis tertentu yang secara subjektif Yaitu seorang hafiẓ bermaksud mengeluarkan hadis-hadis dari
dinilai sahih oleh penulis mustadrak. sebuah kitab hadis seperti Shahîh li al-Bukhari atau Shahîh Muslim
Kitab jenis mustadrak yang paling populer – meskipun banyak dan atau yang lain dengan menggunakan sanad sendiri yang bukan
mendapat kritik dari para pembelajar hadis – adalah al- sanad kitab tersebut, maka bisa bertemu pada sanad itu pada
syaikhnya atau orang di atasnya walaupun pada sahabat serta
Mustadrak`ala al-Shahihain Äo~2~2Jeã2Q! memelihara urutan, matan dan jalan sanadnya.
Dengan singkat dapat dikatakan bahwa mustakhraj ialah seorang
<9&BjeãÅ yang ditulis oleh Abi Abdillah al-Hakim al- penghimpun hadis mengeluarkan beberapa buah hadis dari sebuah
buku hadis seperti yang diterima dari gurunya sendiri dengan
Naisaburi (w. 405 H).
menggunakan sanad sendiri, maka akan terjadi pertemuan pada
syaikhnya atau orang di atasnya. Seperti yang dilakukan oleh Abi
Bakar al-Isma’ili mengeluarkan beberapa hadis dari kitab Shahih al-
E. Kitab al-Mustakhraj Bukhari dengan menggunakan sanad sendiri yang diterima dari guru-
gurunya. Berikut ini adalah kitab-kitab berjenis “mustakhrajat”, antara
Mustakhraj (jamaknya mustakhrajāt) secara etimologi dari kata
lain:
,=5(kharaja) yang berarti keluar, ,=6&Aã(istakhraja) 1. Al-Mustakhraj `alā al-Ṣahihain:
a. karya Abu Nu`aim al-Ashbahani (w. 430 H).
berarti mengeluarkan. Teknik pembukuan Mustakhraj secara
b. karya Ibn al-Akhram (w. 344 H).
terminologi diartikan:
c. karya Abu Bakr al-Barqani (w. 425).
ãè&aoiåä&a1ã<9}+ 2. Al-Mustakhraj `alā al-Jāmi` li al-Bukhāri:
a. karya al-Isma`ili (w. 371 H).
ÍäZ2eãoiÐYä19jR}lãqs b. karya al-Ghathrifi (w. 377 H).
c. karya Ibn Abi Dzuhl (w. 378 H).
3. Al-Mustakhraj `alā al-Ṣahῑh lῑ Muslim:
a. karya Abu `Awanah al-Asfarayaini (w. 310 H). Penulis kitab musnad memiliki pendekatan dan warna yang
b. karya al-Hayiri (w. 311 H). berbeda dalam menulis kitabnya, yaitu:
c. karya Abu Hamid al-Harawi (w. 425 H). - Ada yang menulisnya dengan pendekatan urut-urutan huruf
4. Al-Mustakhraj `alā Sunan Abῑ Dāwūd, karya Qasim Ibn Ashbagh. alfabet (merupakan cara yang paling mudah dan memudahkan);
5. Al-Mustakhraj `ala Kitāb al-Tauhid li Ibn Khuzaimah, hasil kerja - Ada yang menulisnya berdasarkan urutan waktu masuk Islam,
Abu Nu`aim al-Ashbahani. mulai dari Abu Bakr al-Shiddiq dan seterusnya;
- Ada yang berdasarkan kabilah (kelompok);
F. Kitab al-Musnad - Ada yang menulisnya berdasarkan pengelompokkan wilayah
Kata Musnad secara etimologi diartikan sandaran atau yang negara/tempat asal; dan lain sebagainya.
disandari. Dalam periwayatan hadis harus disertai sandaran (sanad), Kitab hadis yang disusun secara musnad ini misalnya ;
dari siapa seorang rawi menerima sebuah hadis. Dalam sejarah 1. Musnad Imam Ahmad bin Hanbal (w. 241 H).
penghimpunan dan pengkodifiksian, hadis didasarkan pada hafalan 2. Musnad Abu Bakar Abdullah bin Az Zubair Al
dan ingatan para ulama. Sandaran ini sebagai pedoman dan pegangan Humaidi(w. 219 H).
dalam periwayatan, sehingga penetapan sah atau tidaknya suatu hadis
3. Musnad Abu Dawud Sulaiman bin Dawud Ath Thayalisi
sangat bergantung pada sanad ini. Dalam pembukuan hadis, musnad
(w. 204 H).
ini dijadikan nama teknik pembukuan yang secara terminologi studi
hadis diartikan sebagai berikut:
4. Musnad Asad bin Musa Al Umawi(w. 212H).
5. Musnad Musaddad bin Musarhad al-Asadi al-Bashri (w.228 H).
kMpÖæä2JeãxäjAü2Q+}8ä1öã,=6%é Dll.

&eãésp9~mäBUãè&a G. Kitab al-Mu’jam


Kata Mu`jam, secara etimologi pada awalnya diartikan sesuatu
ORæ1ãätNRæÖæä2Jeãoi91ãpga+}8 yang tidak jelas atau sesuatu yang terkunci, kemudian diartikan
semacam kamus yang berfungsi memperjelas arti kalimat yang tidak
ä1ü jelas tersebut. Kitab Mu’jam dalam terminologi studi hadis adalah:

Kitab Musnad adalah kitab yang mentakhrij (mengeluarkan ) hadis 4q~Feã püÖæä2Jeãè~%=
-hadis nya didasarkan pada nama-nama sahabat dan penghimpunan
beberapa hadis pada masing-masing sahabat sebagian kepada %2Q+}8ä1öãoiu~Y=a;%äik.RUã
sebagian.
Pembukuan hadis yang didasarkan pada nama para sahabat yang k.RUãXp=1 2Qäç%=ilqb
meriwayatakannya adalah musnad. Sistematika penghimpunan Hadis
didasarkan pada nama para sahabat yang meriwayatkannya tanpa %lüèeäVeãplã9fçeãpü
memperhatikan permasalahan atau topik hadis serta kualitasnya.   Mu’jam adalah buku yang menyebutkan hadis-hadis nya
Misalnya semua hadis Nabi yang diperoleh seorang periwayat melalui didasarkan pada nama sahabat atau nama syaikhnya atau
`Aisyah dikelompokkan pada bab hadis-hadis Aisyah, hadis-hadis yang didasarkan pada nama negeri gurunya pada umumnya secara
didapatkan seorang periwayat dari seorang sahabat `Abdullah bin abjadi atau hija’i (sesuai dengan urutan huruf hija’iyah)  .
`Abbas dikelompokkan pada bab hadis-hadis `Abdulah bin `Abbas, dan Berikut ini adalah di antaranya contoh kitab mu’jam:
seterusnya tanpa melihat topiknya. 1. Al-Mu`jam al-Kabῑr, karya Abu al-Qasim Sulaiman Ibn Ahmad al-
Thabrani (w. 360 H). Kitab ini ditulis dalam bentuk musnad
mu`jami (alfabetis), dengan tidak menyertakan hadis-hadis Abu
m
g
R
.
F
n
a
u
k
d
e
i
M
D
t
r
K
l
s
E 2.

3.

4.

5.
Hurairah yang ditulisnya secara terpisah. Kitab ini memuat
sekitar enam puluh ribu hadis, dan merupakan kitab mu`jam
terbesar di dunia. Ketika dalam sebuah karya tulis disebut
“mu`jam”, maka yang dimaksud adalah kitab “Mu`jam al-Kabῑr”
ini.
Al-Mu`jam al-Aushaṭ, karya al-Thabrani juga. Kitab ini ditulis
secara alfabetis berdasarkan nama-nama guru dari para penutur
hadis. Di dalamnya dimuat lebih kurang dua ribu nama guru
hadis, bahkan ada yang menghitungnya sampai tiga ribu nama.
Al-Mu`jam alṢagῑr, masih kerja pena al-Thabrani. Kitab ini
merupakan ringkasan dari kitab al-Mu`jam al-Awshath, di mana
sekitar seribu nama guru hadis saja yang dimuat. Tidak berhenti
sampai pada pengurangan pencantuman nama-nama guru,
dalam buku ini, secara umum dari tiapa-tiap guru hadis hanya
ditulis satu hadis saja.
Al-Mu`jam al-Ṣahabah, karya Ahmad Ibn Ali Ibn Lal al-Hamdani
(w. 398 H).
Mu`jam al-Ṣahabah, buah kerja ilmiah Abu Ya`la Ahmad Ibn Ali
al-Maushuli (w. 307 H).

Kesungguhan ulama hadis, bukan saja dalam proses pencarian dan


pengumpulannya, akan tetapi mereka juga berusaha keras agar hadis itu
mudah ditemukan oleh para pengkaji berikutnya. Usaha mereka telah
membuahkan hasil, dengan adanya nama-nama kitab hadis yang telah
dikelompokkan menurut tema tertentu, rawi tertentu dan lain sebagainya.
Keterbatasan teknologi tulis menulis tidak menyurutkan mereka untuk
tetap menulis, dan mengklasifikasi hadis dengan cara manual. Butuh
waktu panjang dan kesabaran yang tinggi untuk bisa menghasilkan karya
monumental, yang kelak dapat dimanfaatkan oleh generasi berikutnya.
Siswa-siswi di kelas dibagi menjadi tujuh kelompok (sesuai dengan
jumlah kitab yang dibahas)! Setiap kelompok membuat makalah tentang
satu kitab, kemudian dipresentasikan di depan kelas. Pembagian nama
kitab dengan cara diundi.

Usaha yang dilakukan para ulama dalam membukukan hadis


menjadi beberapa kelompok akhir betul-betul membuahkan
Kelompok itu antara lain;
1. Kitab hadis al-Jami’ yang merupakan pembukuan hadis yang paling
lengkap, karena ia mencakup segala permasalahan sebagaimana di

kedua ini pada umumnya penyusunanya didasarkan pada klasifikasi


hasil.

atas, tidak hanya terfokus satu masalah saja. Segala aspek agama dan
segala aspek kehidupan manusia dimuat dalam kitab tersebut.
2. Kitab hadis sunan di sini adalah himpunan beberapa hadis yang
didapat dari para syaikhnya dengan menggunakan teknik
penghimpunan seperti sistematika kitab fikih pada umumnya.
3. Mushannaf teknik pembukuan hadis secara perbab pada masa abad

hukum fikih dan di dalamnya tercampur antar hadis marfu`, mauqūf,


dan maqthu` atau masih campur antara hadis Nabi dan fatwa sahabat
dan tabi’in.
4. Semacam kamus yang berfungsi memperjelas arti kalimat yang tidak
jelas tersebut.

Kisah Keteladanan

Karakter Fisik Imam Muslim

Terdapat beberapa riwayat yang menceritakan karakter fisik


Imam Muslim. Dalam Siyar ‘Alamin Nubala (566/12) terdapat
riwayat dari Abu Abdirrahman As Salami, ia berkata: “Aku melihat
M
.
G
a
l
r
e
B
h
i
t
seorang syaikh yang tampan wajahnya. Ia memakai rida[2] yang
bagus. Ia memakai imamah yang dijulurkan di kedua pundaknya.
Lalu ada orang yang mengatakan: ‘Ini Muslim’ ”. Juga diceritakan
dari Siyar ‘Alamin Nubala (570/12), bahwa Al Hakim mendengar
ayahnya berkata: “Aku pernah melihat Muslim Ibnul Hajjaj sedang
bercakap-cakap di Khan Mahmasy. Ia memiliki perawakan yang
sempurna dan kepalanya putih. Janggutnya memanjang ke bawah
di sisi imamah-nya yang terjulur di kedua pundaknya”.

a. Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut dengan jawaban yang


benar!

1. Jelaskan cakupan bab yang terdapat pada kitab jami’


2. Sebutkan kitab-kitab sunan yang saudara ketahui
3. Jelaskan perbedaan kitab al-Mustadrak dan al-Mustakhraj
4. Sebutkan contoh kitab al-Mu’jam
5. Jelaskan perbedaan antara kitab sunan dan al-Musannaf

b. Tugas Perorangan

1
2
3
4
5
6
7
Setelah saudara mempelajari pengelompokkn ragam kitab ,
maka lengkapilah tabel berikut untuk lebih mempermudah pemahaman
saudara!
No Kelompok Kitab
Al-Jami’
….
Al-Musannf
Al-Mustakhraj
….
Al Mustadrak
Al-Mu’jam

PERLU DIINGAT
….
….
Contoh
Shahih Bukhari
Sunan Abu Dawus

Musnad Ahmad ibn Hanbal


….
….
Banyak para pemimpin dimasa lampau yang sengaja
memanipulasi sejarah dan diarahkan pada pencitraan
pribadi seseorang. Dalam Islam ada sanad yang bisa
digunakan untuk meneliti sejarah yang benar. Itulah salah
satu faedah mempelajari sanad.

om
Salafitobat.wordpress.c
Pada saat sekarang ini, banyak tersebar hadis-hadis yang tidak
dituliskan secara lengkap dengan sanad juga sumber atau rujukan asal
hadis tersebut. Hal ini tentu dapat mempersulit pemahaman, periwayatan
juga pengamalan hadis tersebut secara menyeluruh. Dahulu, para ulama
memiliki daya ingat dan pemahaman yang mendalam terhadap hadis juga
kitab-kitab hadis yang tersebar. Namun seiring berjalannya waktu, daya
ingat para ulama tidaklah sekuat dahulu , pemahaman mereka terhadap
setiap kitab yang tersebar juga tidak seperti dahulu. Merujuk pada
fenomena tersebut para ulama kemudian merumuskan sebuah disiplin
ilmu yaitu ilmu takhrij hadis. Suatu ilmu yang penting bagi umat Islam
agar dapat mengetahui sumber atau rujukan asli dari suatu hadis
sehingga dapat memahami hadis tersebut secara utuh.
M
.
A
u
e
R
n
a
i
r
k
g Wahai Ahli Kitab! Sungguh, Rasul Kami telah datang kepadamu,
menjelaskan kepadamu banyak hal dari (isi) kitab yang kamu
sembunyikan, dan banyak (pula) yang dibiarkannya. Sungguh, telah
datang kepadamu cahaya dari Allah, dan Kitab yang menjelaskan.
Dengan Kitab itulah Allah memberi petunjuk kepada orang yang
mengikuti keridaan-Nya ke jalan keselamatan, dan (dengan Kitab
itu pula) Allah mengeluarkan orang itu dari gelap gulita kepada
cahaya dengan izin-Nya, dan menunjukkan ke jalan yang lurus. QS.
Al-Maidah : 15-16)

Kompetensi Inti (KI)


1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama Islam
2. Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli
(gotong royong, kerja sama, toleran, damai) santun, responsif dan pro-aktif dan
menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam
berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam
menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.
3. Memahami, menerapkan dan menganalisis pengetahuan faktual,
konseptual, prosedural dalam ilmu pengetahuan, teknologi, seni,
budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan,
kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait fenomena dan
kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada
bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya
untuk memecahkan masalah
4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah
abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di
sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan metoda
sesuai kaidah keilmuan.

Kompetensi Dasar (KD)

2.1. membiasakan diri berfikir kritis sebagai implikasi dari materi


hadis
2.2.merefleksikan perilaku semangat dan
meneladani kejujuran muhaddisin
obyektif dalam

3.4.Memahami cara-cara sederhana mentakhrῑj hadis.


4.4. Mempraktikkan cara mencari hadis dari kitab induk hadis
(takhrῑj).

Indikator Pembelajaran
Peserta didik mampu :
1. merefleksikan berfikir kritis
2. meneladani semangat ulama hadis
3. menjelaskan cara-cara sederhana mentakhrij hadis
4. mendemonstrasikan cara mencari hadis dalam kitab induk hadis
(takhrij)
5. menyebut manfaat takhrij hadis

Tujuan Pembelajaran
Peserta didik dapat :
5. mendemonstrasikan semangat ulama hadis dalam kehidupan
sehari-hari
6. berfikir kritis dan selektif dalam menerima informasi
7. menjelaskan cara-cara sederhan mentakhrij hadis
8. mencari hadis dalam kitab induk hadis (takhrῑj)
9. menyebut manfaat takhrij hadis

Peta Konsep

Pengertian Takhrij
al-Hadis
.
B
g
n
e
M
i
t
a
r
m
Mengenal Takhrij Al-
Ḥadis

1. ‫ابو هريرة‬
2. ‫انما االعمال بالنيات‬....
3. ...‫فليمحه‬.....
Tujuan dan
Manfaat Takhrij

Tujuan dan
Manfaat Takhrij
Hadis

Metode Takhrij
Hadis

Tentukan masing-masing
metode takhrij hadis :
1. ..........................
2. ..........................
3. ...........................
.
C
a
e
M
i
m
r
h
Kata Kunci
MAKSUD

Hadis yang berbeda, dan


tidak bersumber dari satu
sahabat

Kitab-kitab hadis yang


menjadi rujukkkan utama

A. Pengertian Takhrij al-Hadis

Kata

yukharriju
takhrῑj

Ä,=6}Å
ISTILAH

‫المتبع‬

O‫كتب التسعة‬

berasal dari
materi
dalam
MAKSUD
Menunjukkan

dikemukakan
berikut
hadis

transmisinya, dan
menjelaskan
kualifikasinya
Hadis yang berbeda,
di
sumber-
sumber pokok yang

tetapi sumbernya bertemu


di satu sahabat

kata

yang secara etimologi mempunyai arti


kharraja

berhimpun dua hal yang saling bertentangan dalam satu persoalan.


Para ahli hadis memaknai takhrῑj dengan:
ISTILAH

‫التخريج‬

‫الشاهد‬

Ä,=5Å,
1. Sinonim kata ikhraj

<ä6çeãu-=5ü”,
Ä,ã=5üÅ

%ät~fQhwbeãSiäiãÕ9nBiè&apãåä&a

dqIvã1ãp?
Reã2Q<äJ&]väæäiãpgfReãoiät~Y
äilä~æpvqç]p
, yakni mengemukakan hadis
kepada orang lain dengan menyebutkan sumbernya, yakni orang-

orang yang menjadi mata rantai hadis tersebut. Sebagai contoh: “

artinya: al-Bukhari meriwayatkan


hadis itu dengan menyebutkan sumbernya.
2. Takhrῑj terkadang digunakan untuk arti mengeluarkan hadis dan
meriwayatkannya dari beberapa kitab.
3. Takhrij terkadang juga disebut al-dalalah, yaitu menunjukkandan
menisbatkan hadis ke dalam (kitab) sumber-sumber hadis, dengan
menyebutkan nama penulisnya.
Sedangkan secara terminologi, takhrῑj berarti :

%û&eã+}8ä1öãp?Q
ã8<päZ~RN%pä2~2J
Õp?
RivpÕ9nBi=~UÖ^fRi$äZnJjeãò=a;

Mengembalikan (menelusuri kembali ke asalnya) hadis-hadis yang


terdapat di dalam berbagai kitab yang tidak memakai sanad kepada
kitab-kitab musnad,  baik disertai dengan pembicaraan tentang status
|

hadis-hadis tersebut dari segi sahih atau daif, ditolak atau diterima,
dan penjelasan tentang kemungkinan illat yang ada padanya, atau
hanya sekadar
(sumbernya)nya.
mengembalikannya kepada kitab-kitab asal
Mahmud al-Thahhan memaknai takhrij dengan: “Menunjukkan mengetahui hadis-hadis yang pengutipannya memperhatikan kaidah-
materi hadis di dalam sumber-sumber pokok yang dikemukakan kaidah ’ulūm al-ḥadῑṡ yang berlaku. Sehingga hadis tersebut menjadi
berikut transmisinya, dan menjelaskan kualifikasinya bila diperlukan.” jelas, baik asal-usul maupun kualitasnya. Sedangkan manfaat takhrij
Syuhudi Ismail mendefinisikan dengan “Penelusuran atau pencarian hadis antara lain sebagai berikut:
hadis pada berbagai kitab sebagai sumber asli dari hadis yang 1. Dapat diketahui banyak sedikitnya jalur periwayatan suatu hadis
bersangkutan, yang di dalam sumber itu dikemukakan secara lengkap yang sedang menjadi topik kajian.
matan dan sanad hadis yang bersangkutan.” 2. Dapat diketahui status hadis Ṣahῑh li żatihi atau ṡahῑh lῑ gairihi, hasan
Bila merujuk pada pemaknaan yang disampaikan oleh para ahli li żatihi, atau hasan lῑ gairihi. Demikian pula akan dapat diketahui
hadis, bolehlah didefinisikan secara sederhana bahwa takhrij adalah istilah hadis mutawatir, masyhur, aziz, dan gharibnya.
kegiatan atau usaha mempertemukan matan hadis dengan sanadnya. 3. Memperjelas hukum hadis dengan banyaknya riwayatnya, seperti
Adapun terkait dengan penjelasan kualifikasi hadis bukanlah tugas hadis dha`if melalui satu riwayat. Maka dengan takhrῑj kemungkinan
pokok kerja takhrῑj. akan didapati riwayat lain yang dapat mengangkat status hadis
tersebut kepada derajat yang lebih tinggi.
B. Tujuan dan Manfaat Takhrij Hadis 4. Memperjelas perawi yang samar, karena dengan adanya takhrῑj,
Pengetahuan tentang ilmu takhrῑj merupakan bagian dari ilmu dapat diketahui nama perawi yang sebenarnya secara lengkap.
agama yang harus mendapat perhatian serius karena di dalamnya 5. Dapat menghilangkan kemungkinan terjadinya percampuran
membicarakan berbagai kaidah untuk mengetahui sumber hadis itu riwayat.
berasal. Di samping itu, di dalamnya ditemukan banyak kegunaan dan 6. Memperjelas perawi hadis yang tidak diketahui namanya melalui
hasil yang diperoleh, khususnya dalam menentukan kualitas sanad perbandingan di antara sanad-sanadnya.
suatu hadis.Penguasaan tentang ilmu takhrῑj merupakan suatu 7. Dapat membatasi nama perawi yang sebenarnya. Hal ini karena
keharusan bagi setiap ilmuwan yang berkecimpung di bidang ilmu-ilmu mungkin saja ada perawi-perawi yang mempunyai kesamaan gelar.
kasyariahan, khususnya yang menekuni bidang hadis dan ilmu hadis. Dengan adanya sanad yang lain, maka nama perawi itu akan
Dengan mempelajari kaidah-kaidah dan metode takhrij, seseorang menjadi jelas.
akan dapat mengetahui bagaimana cara untuk sampai kepada suatu 8. Dapat menjelaskan sebab-sebab timbulnya hadis melalui
hadis di dalam sumber-sumbernya yang asli yang pertama kali disusun perbandingan sanad-sanad yang ada.
oleh para ulama pengkodifikasi hadis. 9. Dapat mengungkap kemungkinan terjadinya kesalahan cetak
Dengan mengetahui hadis dari sumber aslinya, maka akan dapat melalui perbandingan-perbandingan sanad yang ada.
diketahui sanad-sanadnya. Dan hal ini akan memudahkan untuk 10.Memberikan kemudahan bagi orang yang hendak mengamalkan
melakukan penelitian sanad dalam rangka untuk mengetahui status setelah mengetahui bahwa hadis tersebut adalah maqbūl (dapat
dan kualitasnya. Dalam kegiatan penelitian hadis, takhrij merupakan diterima). Sebaliknya, orang tidak akan mengamalkannya apabila
kegiatan penting yang tidak dapat diabaikan. Tanpa melakukan mengetahui bahwa hadis tersebut mardūd (ditolak).
kegiatan takhrij, seorang peneliti hadis akan kehilangan wawasan 11.Menguatkan keyakinan bahwa suatu hadis adalah benar-benar
untuk mengetahui eksistensi hadis dari berbagai sisi. Sisi-sisi penting berasal dari Rasulullah Saw yang harus diikuti karena adanya bukti-
yang perlu diperhatikan oleh seorang peneliti hadis dalam bukti yang kuat tentang kebenaran hadis tersebut, baik dari segi
hubungannya dengan takhrij ini meliputi kajian asal-usul riwayat suatu sanadmaupunmatan.
hadis, berbagai riwayat yang meriwayatkan hadis tersebut, ada atau
tidaknya syahid dan muttabi’ dalam sanad hadis yang diteliti.
Dengan demikian Takhrῑj ḥadῑṡ bertujuan mengetahui sumber asal C. Sejarah Takhrij Hadis
hadis yang di-takhrῑj. Tujuan lainnya adalah mengetahui ditolak atau Dalam kegiatan men-takhrῑj hadis muncul dan diperlukan pada
diterimanya hadis-hadis tersebut. Dengan cara ini, kita akan masa ulama mutaakhirin. Sedang sebelumnya, hal ini tidak pernah
dibicarakan dan diperlukan. Kebiasaan ulama mutaqaddimin menurut Dalam takhrij hadis ada beberapa macam metode yang digunakan
al-Iraqi, dalam mengutip hadis-hadisnya tidak pernah membicarakan yang diringkas dengan mengambil poko-pokoknya sebagai berikut:
dan menjelaskan dari mana hadis itu dikeluarkan, serta bagaimana 1. Takhrij berdasarkan perawi hadis dari sahabat
kualitas hadis-hadis tersebut, sampai kemudian datang An-nawawi
Metode ini digunakan jika kita mengetahui nama sahabat yang
yang melakukan hal itu.
Penguasaan para ulama terdahulu (mutaqaddimin) terhadap meriwayatkan hadis yang akan ditakhrij. Jika tidak diketahui nama
sumber-sumber as-Sunnah begitu luas, sehingga mereka tidak merasa shahabat yang meriwayatkannya tentu tidak dapat dilakukan takhrij
sulit jika disebutkan suatu hadis untuk mengetahuinya dalam kitab- dengan metode ini. Untuk mengaplikasikan metode ini diperlukan
kitab al-Sunnah. Ketika semangat belajar mereka melemah, mereka tiga kitab yang dapat membantu. Kitab-kitab berikut disusun
kesulitan untuk mengetahui tempat-tempat hadis yang dijadikan berdasarkan nama sahabat yang meriwayatkan hadis yaitu:
sebagai rujukan para ulama dalam ilmu-ilmu syara’. Maka sebagian dari a. Al-Masānid (musnad-musnad). Dalam kitab ini disebutkan hadis-
ulama bangkit dan memperlihatkan hadis-hadis yang ada pada hadis yang diriwayatkan oleh setiap sahabat secara tersendiri.
sebagian kitab dan menjelaskan sumbernya dari kitab-kitab sunnah Selama kita sudah mengetahui nama sahabat yang meriwayatkan
yang asli, menjelaskan metodenya, dan menerangkan hukumnya dari hadis, maka kita mencari hadis tersebut dalam kitab ini sehingga
yang shahih atas yang dla’if. Kemudian muncullah apa yang disebut mendapatkan petunjuk dalam satu musnad dari kumpulan
dengan ”Kutub al-Takhrῑj” (kitab-kitab takhrij) yang masyhur di musnad tersebut.
antaranya: b. Al-Ma`ajim (mu`jam-mu`jam). Susunan hadis di dalamnya
1. Takhrῑj Ahādῑṡ al-Muhażżab, karya Muhammad bin Musa al-Hazimi berdasarkan urutan musnad para sahabat atau syuyūkh (guru-
asy-Syafi’i (w. 548 H). Dan kitab al-Muhadzdzab ini adalah kitab guru) sesuai huruf kamus hijaiyah. Dengan mengetahui nama
mengenai fikih madzhab al-Syafi’i karya Abu Ishaq asy- Syairazi. sahabat dapat memudahkan untuk merujuk hadisnya.
Ahmad Abdul Hadi al-Maqdisi (w. 744 H). c. Kitab-kitab Al-Atraf. Kebanyakan kitab al-atraf disusun
2. Naṣb al-Rayah lῑ Ahādῑṡ al-Hidayah lῑ Al-Marginani, karya Abdullah bin berdasarkan musnad-musnad para sahabat dengan urutan nama
Yusuf az-Zaila’i (w. 762 H). mereka sesuai huruf kamus. Jika seorang peneliti mengetahui
3. Takhrῑj Ahādῑṡ al-Kasyāf lῑ az-Zamakhsyari, karya al-Hafidz az-Zaila’i bagian dari hadis itu, maka dapat merujuk pada sumber-sumber
juga. (Ibnu Hajar juga menulis takhrij untuk kitab ini dengan judul Al- yang ditunjukkan oleh kitab-kitab al-atraf tadi untuk kemudian
Kafi Asy-Syāfi fῑ Takhrῑj Ahādῑṡ Asy-Syāfi). mengambil hadis secara lengkap.
4. Al-Badr al -Munῑr fii Takhrῑj al-Ahādῑṡ wa al-ṡar al-Waqi’ah fῑ asy- Kelebihan metode ini adalah bahwa proses takhrij dapat
Syarhil-Kabir lῑ ar-Rafi’i, karya Umar bin Ali bin Mulaqqin (w. 804 H). dipersingkat. Akan tetapi, kelemahannya adalah ia tidak dapat
5. Al-Mugni ’an Ham li al-Asfār fil-Asfaar fῑ Takhrῑj mā fῑ- Ihyā’ min al- digunakan dengan baik, apabila nama perawi yang hendak diteliti
Akhbar, karya Abdurrahman bin al-Husain al-Iraqi (w. 806 H). itu tidak diketahui.
6. Takhrῑj al-Ahādῑṡ allati Yusyῑru ilaihat-Tirmidzi fῑ Kulli Bāb, karya al- 2. Takhrij berdasarkan permulaan lafadz hadis
Hafidz al-Iraqi juga.
Metode ini sangat tergantung pada lafaz pertama matan hadis.
7. At-Talkhῑṣ al-Habῑr fῑ Takhrῑj Ahādῑṡ Syarh al-Wajiz al-Kabῑr li ar-
Hadis-hadis dengan metode ini dikodifikasi berdasarkan lafaz
Rafi’i, karya Ahmad bin Ali bin Hajar al-Asqalani (w. 852 H).
pertamanya menurut urutan huruf hijaiyah. Misalnya, apabila akan
8. Ad-Dirāyah fῑ Takhrῑj Ahādῑṡ al-Hidāyah, karya al-Hafidz Ibnu Hajar
men-takhrij hadis yang berbunyi:
juga.
9. Tuhfat ar-Rāwi fῑ Takhrῑj Ahādῑṡ al-Baḍlawi, karya Abdurrauf Ali al-
Manawi (w. 1031 H.)
ÖQ=Jeäæ9}9FeãC~e
Untuk mengetahui lafaz lengkap dari penggalan matan tersebut,
langkah yang harus dilakukan adalah menelusuri penggalan matan
D. Metode Takhrij Hadis
itu pada urutan awal matan yang memuat penggalan matan yang
dimaksud. Dalam kamus yang disusun oleh Muhammad Fuad Abdul
Baqi, penggalan hadis tersebut terdapat di halaman 2014. Berarti, 3. Takhrij berdasarkan kata-kata dalam matan hadis
lafaz yang dicari berada pada halaman 2014 juz IV.Setelah Metode ini adalah metode yang berdasarkan pada kata-kata
diperiksa, bunyi lengkap matan hadis yang dicari adalah; yang terdapat dalam matan hadis, baik berupa kata benda ataupun
ÖQ=Jeäæ9}9FeãC~edä]ÙêãdqA kata kerja. Dalam metode ini tidak digunakan huruf-huruf, tetapi
yang dicantumkan adalah bagian hadisnya sehingga pencarian
<lüunQêãéM<Õ=}=séæüoQ hadis-hadis yang dimaksud dapat diperoleh lebih cepat. Penggunaan
metode ini akan lebih mudah manakala menitikberatkan pencarian
ÁèNVeã9nQuBZmcfj}|;eã9}9Fe hadis berdasarkan lafaz-lafaznya yang asing dan jarang
penggunaanya.
ãäjmü Kitab yang berdasarkan metode ini di antaranya adalah kitab Al-
Mu`jam Al-Mufahras lῑ Al-faẓ Al-Hadῑs An-Nabawi, karya Dr. Arinjan
“Dari Abu Hurairah ra bahwa Rasulullah Saw bersabda, Vensink, seorang orientalis berkebangsaan Belanda (meninggal
“(Ukuran) orang yang kuat (perkasa) itu bukanlah dari kekuatan 1939 M). Kitab ini mengumpulkan hadis-hadis yang terdapat di
orang itu dalam berkelahi, tetapi yang disebut sebagai orang yang dalam Sembilan kitab induk hadis sebagaimana yaitu; Sahih
kuat adalah orang yang mampu menguasai dirinya tatkala dia Bukhari, Sahih Muslim, Sunan Turmizi, Sunan Abu Daud, Sunan
marah”. Nasa’i, Sunan Ibn Majah, Sunan Darimi, Muwaththa’ malik, dan
Cara takhrij hadis dengan menggunakan metode ini dapat dibantu Musnad Imam Ahmad.
dengan: Penggunaan metode ini dalam mentakhrij suatu hadis dapat
a. Kitab-kitab yang berisi hadis-hadis yang dikenal oleh orang dilakukan dengan mengikuti langkah-langkah sebagai berikut:
banyak, misalnya; ad-Durar al Muntatsirah fῑ al-Ahādῑṡ al- Pertama, menentukan kata kuncinya yaitu kata yang akan
Musytaharah, karya as-Suyuthi; al-Laali al-Manṡrah fῑ al-Ahādῑṡ al- dipergunakan sebagai alat untuk mencari hadis. Sebaiknya kata
Masyhurah, karya Ibnu Hajar; al-Maqāṣid al-Hasanah fῑ Bayāni kunci yang dipilih adalah kata yang jarang dipakai, karena semakin
Kaṡirῑn min al-Ahādῑṡ al-Musytahirah ‘ala’ al-Alsinah, karya as- bertambah asing kata tersebut akan semakin mudah proses
Sakhawi. pencarian hadis. Setelah itu, kata tersebut dikembalikan kepada
b. Kitab-kitab hadis yang disusun berdasarkan huruf kamus, bentuk dasarnya. Dan berdasarkan bentuk dasar tersebut dicarilah
misalnya; al-Jami’ as-Saghir min al-Ahdῑṡ al-Basyir an-Naẓir, karya kata-kata itu di dalam kitab Mu’jam menurut urutannya secara abjad
as-Suyuthi. (huruf hijaiyah).
c. Petunjuk-petunjuk dan indeks yang disusun para ulama untuk Kedua, mencari bentuk kata kunci tadi sebagaimana yang
kitab-kitab tertentu, misalnya; Miftah as-Ṡahihain, karya at- terdapat di dalam hadis yang akan kita temukan melalui Mu’jam ini.
Tauqadi; Miftah at-Tartῑb lῑ Ahaaditsi Tarikh al-Khatib, karya Di bawah kata kunci tersebut akan ditemukan hadis yang sedang
Sayyid Ahmad al-Ghumari; al-Bughiyyah fῑ Tartῑb al-AhādῑṡṢahῑh dicari dalam bentuk potongan-potongan hadis (tidak lengkap).
Muslim, karya Muhammad Fuad Abdul Baqi, Miftah Muwatha’ Mengiringi hadis tersebut turut dicantumkan kitab-kitab yang
Mālik, karya Muhammad Fuad Abdul Bagi juga. menjadi sumber hadis itu yang dituliskan dalm bentuk kode-kode
Metode ini mempunyai kelebihan dalam hal memberikan sebagaimana yang telah dijelaskan di atas.
kemungkinan yang besar bagi seorang mukharrij untuk menemukan Metode ini memiliki beberapa kelebihan yaitu mempercepat
hadis-hadis yang dicari dengan cepat. Akan tetapi, metode ini juga pencarian hadis dan memungkinkan pencarian hadis melalui kata-
mempunyai kelemahan yaitu, apabila terdapat kelainan atau kata apa saja yang terdapat dalam matan hadis. Sedangkan
perbedaan lafaz pertamanya sedikit saja, mak akan sulit unruk kelemahan metode ini adalah terkadang suatu hadis tidak
menemukan hadis yang dimaksud.
didapatkan dengan satu kata sehingga orang yang mencarinya Dari keterangan di atas jelaslah bahwa takhrῑj dengan metode
harus menggunakan kata-kata lain. ini sangat tergantung kepada pengetahuan terhadap tema hadis.
Untuk itu seorang mukharrij harus memiliki beberapa pengetahuan
4. Takhrij berdasarkan tema hadis tentang kajian Islam secara umum dan kajian fikih secara khusus.
Metode ini berdasarkan pada tema dari suatu hadis. Oleh karena Kelebihan metode ini adalah hanya menuntut pengetahuan akan
itu untuk melakukan takhrij dengan metode ini, perlu terlebih dahulu kandungan hadis, tanpa memerlukan pengetahuan tentang lafaz
disimpulkan tema dari suatu hadis yang akan ditakhrij dan pertamanya. Akan tetapi metode ini juga memiliki berbagai
kemudian baru mencarinya melalui tema itu pada kitab-kitab yang kelemahan, terutama apabila kandungan hadis sulit disimpulkan
disusun menggunkan metode ini. Seringkali suatu hadis memiliki oleh seorang peneliti, sehingga dia tidak dapat menentukan
lebih dari satu tema. Dalam kasus yang demikian seorang mukharrij temanya, maka metode ini tidak mungkin diterapkan.
harus mencarinya pada tema-tema yang mungkin dikandung oleh
hadis tersebut. Contoh hadis Nabi saw: 5. Takhrij berdasarkan status hadis

êãdqA<ã9j2ilüpêãvãueüvlüÕ8ät Metode ini memperkenalkan suatu upaya baru yang telah


dilakukan para ulama hadis dalam menyusun hadis-hadis, yaitu

ECj52QhwAöãénæ penghimpunan hadis berdasarkan statusnya, seperti hadis qudsi,


hadis masyhur, hadis mursal dan lainnya. Dengan mengetahui

ÁläNi<hqJeãp/2eãpÕäa? statusnya kegiatan takhrij melalui metode ini dapat ditempuh, yakni
dengan merujuk pada kitab-kitab yang disusun secara khusus

eãxä&}üpÕwJeãhä]üp berdasarkan status atau keadaan hadis tersebut. Seperti apabila


hadisnya hadis qudsi, kita dapat mencarinya dalam kitab himpunan
"Islam dibangun diatas lima (landasan); persaksian tidak ada hadis-hadis qudsi, dan seterusnya.Di antara kitab-kitab yang disusun
ilah selain Allah dan sesungguhnya Muhammad utusan Allah, atas dasar metode ini adalah:
mendirikan shalat, menunaikan zakat, haji dan puasa Ramadlan". a. Al-Azhar al-Muatanāṡirah fῑ al-Akhbar al-Mutaāatirah, yang
Hadis di atas mengandung beberapa tema yaitu iman, tauhid, memuat hadis-hadis mutawatir, karya Suyuthi.
shalat, zakat, puasa dan haji. Berdasarkan tema-tema tersebut b. Al-Ittihafaṭ al-Saniah fῑ al-Ahādῑṡ al-Qudsiyah, yang memuat hadis-
maka hadis di atas harus dicari di dalam kitab-kitab hadis di bawah hadis qudsi, karya al-Madani.
tema-tema tersebut. Cara ini banyak dibantu dengan kitab Miftah c. Al-Maqāṣid al-Hasanah, yang memuat hadis-hadis populer, karya
Kunuz As-Sunnah, karya Dr. AJ. Vensink, yang berisi daftar isi hadis Sakhawi.
yang disusun berdasarkan judul-judul pembahasan. d. Al-Marāsil, yang memuat hadis-hadis mursal, karya Abu Dawud.
Dalam kitab Miftah Kunuz As-Sunnah, Vensink mencantumkan e. Tanzῑh al-Syari’ah al-Marfu’ah ‘an al-Akhbar al-Syani’ah al-
14 kitab hadis yang terkenal yakni; Ṣahῑh Bukhāri, Ṣahih Muslim, Mauḍu’ah, yang memuat hadis-hadis maudlu’, karya Ibn Iraq.
Sunan Abῑ Dāwūd, Jāmi’ al-Tirmiżi, Sunan an-Nasa’ῑ, Sunan Ibnu Kelebihan metode ini dapat dilihat dari segi mudahnya proses
Mājah, Muwaṭṭa’ Malik, Musnad Ahmad, Musnad Abi Dawud ath- takhrij. Hal ini karena sebagian besar hadis-hadis yang dimuat
Thayalisi, Sunan ad-Darimi, Musnad Zaid bin Ali, Sῑrah Ibnu Hisyām, dalam kitab yang berdasarkan sifat-sifat hadis sangat sedikit,
Magazi al-Waqidi, dan Ṭabaqat Ibnu Sa’ad. Dalam menyusun kitab sehingga tidak memerlukan upaya yang rumit. Namun, karena
ini Vensink menghabiskan waktu selama 10 tahun, kemudian cakupannya sangat terbatas, dengan sedikitnya hadis-hadis yang
diterjemahkan ke dalam bahasa Arab dan diedarkan oleh dimuat dalam karya-karya sejenis, hal ini sekaligus menjadi
Muhammad Fuad Abdul Baqi yang menghabiskan waktu untuk itu kelemahan dari metode ini.
selama 4 tahun.
6. Takhrij berbasis software hadis
k
s
d
e
i
r
M
.
D
n
a
u
g
R
F
m
E
t
K
l
B
h Perkembangan teknologi informasi dan multimedia dapat
membantu para pembelajar hadis dalam studi hadis khususnya
kegiatan takhrij. Munculnya beberapa software yang dapat
digunakan untuk studi hadis atau kegiatan takhrij hadis, merupakan
cara efektif yang dapat digunakan. Berikut pendeskripsian singkat
mengenai beberapa sofware di antaranya yang dapat digunakan
dalam belajar hadis atau takhrij hadis secara mandiri tersebut:
a. Hadith Encyclopedia v2.1 (al-Kutub al-Tis’ah) merupakan aplikasi
penelusuran hadis yang dikembangkan oleh Harf, sebuah
instansi yang bergerak dalam bidang pengembangan program
yang berkedudukan di Kairo, Mesir. Program ini mencakup
sembilan kitab hadis (al-kutub al-tis’ah) dengan total lebih dari
62.000 hadis yang sebanding dengan 25.000 halaman cetak
lengkap dengan penjelasannya.
b. Maktabah Syamilah, merupakan program populer yang banyak
digunakan di berbagai lembaga pendidikan Islam. Sofware ini
memiliki library berisi ribuan kitab dan referensi berbentuk buku
atau kitab dalam bahasa Arab dalam kapasitas belasan gigabyte
bahkan ada yang mencapai puluhan giga. Kitab kuning digital
terdiri dari 6.644 kitab yang dikelompokkan dalam berbagai
bidang. Software ini diterbitkan oleh jaringan Da’wah Islamiyah
al-Misykat.
c. Hadits Web 4.1, merupakan sofware hadis lengkap berbahasa
Indonesia yang dikembangkan oleh Sofyan Efendi. Isi dari
program ini adalah Al-Qur’an dan terjemahnya, ringkasan Shahih
Bukhari, kumpulan hadis Shahih Muslim, Ringkasan syarah
Arbain an-Nawawi, kitab hadis Bulughul Maram min Adillatil
Ahkam, 1100 hadis pilihan, sejarah singkat beberapa ahli hadis,
dan sejumlah artikel tentang hadis.


Perkembangan ilmu pengetahuan, disisi lain memberikan dampak
positif, namun disisi lain juga menimbulkan dampak negatif. Dua
hal yang senantiasa muncul sejatinya disikapi dengan arif. Artinya
sekiranya ada dampak negatif, maka sekuat tenaga harus bisa
dihilangkan.
Kemampuan dan keseriusan para ulama jaman dulu, yang selalu
mengandalkan kekuatan hafalan dan ketelitian dalam pencatatan
hadis, tidak boleh kita anggap sesuatu yang ‘kuno’ dan tidak
‘njamani’ seiring dengan media digital dalam pencarian hadis.
Tradisi keilmuan ulama jaman dulu masih tetap relevan sampai
saat sekarang, bahkan yang akan datang, walau badai teknologi
menerpanya.

Siswa-siswi di kelas dibagi menjadi lima kelompok, setiap kelompok


membuat makalah tentang satu hadis, tema tertentu, kemudian
dipresentasikan di depan kelas. Pembagian tema hadis ditentukan oleh
guru mata pelajaran

1. Takhrῑjal-Ḥādῑṡ adalah kegiatan atau usaha mempertemukan matan


hadis dengan sanadnya. Ada beberapa metode dalam mentantakhrij
hadis; antara lain, melalui penelusuran nama rawi sahabat, permulaan
matan hadis dan kata-kata dalam matan hadis.
2. Disamping metode, takhrij juga mempunyai beberapa manfaat,
setidaknya ada sebelas manfaat yang bisa diambil dari takhrij al-hadis.
a. Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut dengan jawaban yang
benar!

1. Jelaskan sejarah takhrij al-hadis


2. Sebutkan tujuan takhrij al-hadis
3. Sebutkan manfaat takhrij al-hadis
4. Sebutkan metode pentakhrijan
5. Sebutkan keunggulan dan kelemahan takhrij melalui softwere

b. Tugas
Setelah saudara mempelajari tata cara mentakhrij hadis , maka ‫ التصموا حتى تروا الهالل‬: ‫رسول اهلل صلى اهلل عليه وسلم‬.....
lengkapilah tabel berikut untuk lebih mempermudah pemahaman
saudara! (sofware yang digunakan adalah Hadith Encyclopedia v2.1
‫ان‬
(al-Kutub al-Tis’ah) atau al-kubro hadis 9. ‫عبد اهلل بن عمر‬
Matan hadis : ‫انمااالعمال بالنيات‬ ‫عن‬

Terdapat dalam Nomor hadis


‫نافع‬
kitab ‫عن‬
‫مالك بن اناس‬
‫حد ثنا‬
‫انمااالعمال‬
‫بالنيات‬ ‫عبد اهلل بن مسلمة‬
‫حد ثتا‬
‫البخاري‬

PERLU DIINGAT

Kuatkanlah ilmu dengan tulisan Salah satu ilmu yang sangat penting yang memiliki pengaruh besar
Jika tulisannya salah, maka hasilnya salah terhadap pemeliharaan, penjelasan, pemahaman dan pengenalan
Kuatkanlah pendapat anda dengan merujuk pada kitab-kitab terhadap para perawi hadis adalah tahammul wa ada’ al hadis. Tidak
rujukan dapat dipungkiri bahwa dalam studi periwayatan hadis, persoalan bentuk
Bukan pada kitab-kitab yang asal anda suka periwayatan juga menjadi isu yang krusial. Hal ini karena perdebatan
Dalam hal hadis merujuklah pada kitab al-kutub at-tis’ah masalah tersebut juga berimplikasi terhadap keautentikan suatu hadis.
Terutama adalah al-kutub at-tis’ah yang sudah ditakhri>j
Selain kitab-kitab yang sudah ditakhri>j itu
ragu-ragulah tentang kebenarannya
M
.
A
u
e
R
n
a
i
r
k
g Wahai orang-orang yang beriman! Jika seseorang yang fasik
datang kepadamu membawa suatu berita, maka
kebenarannya, agar kamu tidak mencelakakan suatu kaum karena
kebodohan (kecerobohan),
perbuatanmu itu.
yang akhirnya kamu

Dan ketahuilah olehmu bahwa di tengah-tengah kamu ada


telitilah

menyesali

Rasulullah. Kalau dia menuruti (kemauan) kamu dalam banyak hal


pasti kamu akan mendapatkan kesusahan. Tetapi Allah menjadikan
kamu cinta kepada keimanan dan menjadikan (iman) itu indah dalam
hatimu serta menjadikan kamu benci kepada kekafiran, kefasikan, dan
kedurhakaan. Mereka itulah orang-orang yang mengikuti jalan yang

Kompetensi Inti (KI)


1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama Islam
2. Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli
(gotong royong, kerja sama, toleran, damai) santun, responsif dan pro-aktif dan
menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam
berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam
menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.
3. Memahami, menerapkan dan menganalisis pengetahuan faktual,
konseptual, prosedural dalam ilmu pengetahuan, teknologi, seni,
budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan,
kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait fenomena dan
kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada
bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya
untuk memecahkan masalah
4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah
abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di
sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan metoda
sesuai kaidah keilmuan.Kompetensi Dasar (KD)

1.2. Meyakini keaslian hadis yang telah dibenarkan oleh para


ulama dahulu dan menjadikannya sebagai hujjah dalam
menentukan hukum syar’i sehari-hari
3.5.Memahami taḥammul wa ada’ al-ḥādῑṡ.
4.4. Menceriterakan kisah ulama dan meneladaninya
4.5 Mensimulasikan sanad berdasarkan teori taḥammul wa ada’ al-

5.
6.
7.
ḥādῑṡ

Indikator Pembelajaran
Peserta didik mampu :
1.
2.
3.
4.
menghargai pendapat orang lain yang berbeda dengan dirinya
meneladani semangat dan selektif para ulama hadis
menjelaskan pengertian tahammul dan ada’
menjelaskan cara-cara penerimaan dan penyampaian hadis
mendemontrasikan tahammul dan ada’
mengidentifikasicara-cara tahammul dan ada’
membedakan masing-masing lafad tahammul dan ada’

Tujuan Pembelajaran
Peserta didik dapat :
1. mendemonstrasikan semangat muhaddisin dalam kehidupan
sehari-hari
2. membiasakan berkarya sebagai perwujujadan dari sifat
muhaddisin
3. menjelaskan pengertian tahammul dan ada’
4. menjelaskan cara-cara penerimaan dan penyampaian hadis
5. membedakan masing-masing lafad taḥammul wa ada’ al-ḥādῑ

Peta Konsep

Taḥammul wa
ada’ al-ḥādῑṡ
(Menerima dan
Pengertian Tahammul
Hadis

Cara-cara Tahammul
Hadis
Kata Kunci
MAKSUD
Guru menulis hadis
untuk murid yang
hadis dan yang
tidak
Guru memberitahu
kitab hadis kepada
muridnya untuk
diriwayatkan
Guru memberi
pesan agar kitabnya
kelak setelah
meninggal di
berikan kepada si
fulan
Murid menemukan
tulisan gurunya

Kuat hafalan

terpercaya
ISTILAH

‫المكتبة‬

‫االعالم‬

‫الوصية‬

‫الوجادة‬
‫الضبط‬
‫الثقة‬
MAKSUD
Pengertian Ada’ al-
Ḥadῑṡ

Lafal-lafal dalam Ada’


al-Hadis

Menerima hadis dari


gurunya

Menyampaikan hadis
kepada muridnya

Rawi (hadis)
mendengar langsung
dari gurunya

Murid membaca
hadis dihadapan
gurunya
Murid diizinkan
meriwayatan hadis
Guru memberikan
kitab (hadis) kepada
muridnya
ISTILAH

‫التحمل‬

‫االداء‬

‫السمع‬

‫العرض‬
‫االجازة‬
‫المنولة‬
.
B
g
n
e
M
i
t
a
r
m
Amati gambar ini,
kemudian berikan
.
C
a
e
M
i
m
r
h
A. Pengertian Tahammul Hadis
(Sumber: Dok. God.spot) Gambar 9.2
Metode yang tepat dalam proses pembelajran hadis akan
menghasilakan murid yang berkualitas

Secara etimologi taḥammul merupakan masdar dari fi’il madli


tahammala ً‫ح ُّمال‬
َ َ‫ت‬ ‫تَ َح َّم َل َيتَ َح َّم ُل‬yang
hadis menurut bahasa adalah menerima hadis atau menanggung

adalah:

para syekh atau guru.


Menurut pendapat para ulama bahwa yang dimaksud
dengan tahamul adalah “mengambil atau menerima hadits dari
berarti menanggung, membawa,
atau biasa diterjemahkan dengan menerima.  Berarti tahammul al-

hadis. Sedangkan tahammul al-hadits menurut istilah ulama ahli


hadits, sebagaimana tertulis dalam kitab taisir mushtholah hadits

‫ عن الشيوخ‬O‫ معناه تلقى الحديث واخذه‬:‫التحمل‬


“ Tahammul artinya menerima hadits dan mengambilnya dari

seorang guru dengan salah satu cara tertentu. Dalam masalah


tahamul ini sebenarnya masih terjadi perbedaan pendapat di
antara para kritikus hadits, terkait dengan anak yang masih di
bawah umur (belum baligh), apakah nanti boleh atau tidak
menerima hadits, yang nantinya juga berimplikasi–seperti
diungkapkan oleh al Karmanipada boleh dan tidaknya hadits
tersebut diajarkan kembali setelah ia mencapai umur baligh
ataukah malah sebaliknya.
Syarat-syarat bagi seseorang diperbolehkan untuk mengutip hadis
dari orang lain adalah:
a. Penerima harus dlabith (memiliki hafalan yang kuat atau memiliki
dokumen yang valid).
b. Berakal sempurna.
c. Tamyiz.
Ulama’ hadis memiliki beberapa rumusan dalam kategori usia
tamyiz. Untuk batasan minimal seseorang bisa dikatakan tamyis dalam
hal ini ulama hadispun masih berbeda pendapat. Ada yang
mengatakan harus berusia 5 tahun atau 10 tahun, atau berusia 20
tahun, bahkan ada ada yang mengatakan minimal berusia 30 tahun.
Beberapa ulama’ hadis masih berselisih dalam pembahasan anak-
anak dalam menerima hadis, mayoritas ulama’ hadis menganggap
mereka boleh menerima riwayat hadis, sementara yang lain
berpendapat bahwa hadis yang diterima mereka tidak sah. Akan tetapi
yang lebih mendekati pada kebenaran adalah pendapat yang
dikemukakan ulama jumhur dikarenakan banyak para sahabat atau
tabi’in yang menerima hadis yang diriwayatkan oleh Hasan, Husein,
Abdullah bin Zubair, Ibnu Abbas dll, tanpa membedakan mana hadis
yang mereka terima ketika masih kecil dan yang setelahnya.
Hal senada juga diungkapkan oleh al hafidz Ibnu Katsir dalam
bukunya Ikhtiṣar Ulumūl Ḥādῑṡ, bahkan beliau menambahkan bahwa
tahamul hadis orang fasik dan non-Muslim juga sah. Namun hadis yang
diterima oleh orang kafir ini bisa diterima bila ia meriwayatkannya
(ada’) setelah masuk Islam. Dan yang terpenting dari semua pendapat
yang dikemukakan oleh para kritikus adalah faktor utama bukanlah
batasan umur, melainkan sifat tamyiz pada diri orang tersebut
sekalipun belum baligh.

B. Cara-cara Tahammul Hadis


Cara atau metode Tahammul Hadis tidak dapat dipisah-pisahkan
dari Ada’, karena ibarat transaksi dua orang, keduanya harus ada.
Metode tahammul berarti juga metode ada’ dalam Hadis Cara-cara
seseorang menerima atau mengambil hadis dari seorang rawi
sehingga tercatat dalam kitab-kitab hadis sebagaimana yang kita
dapati sekarang ini dengan delapan cara sebagai berikut:
1. Al-Sama’ ( ‫السماع‬
ّ )
Sama’ artinya mendengarkan. Maksudnya adalah seorang rawi
mendengarkan lafal syaikh (guru)-nya saat syaikh membaca atau u
menyebut hadis atau hadis bersama sanadnya. Seorang murid
yang hadir mendengar bacaan syaikh, baik dari hapalannya %ä}p=iORæÖ}ãp=æ=*aãpüK6F
maupun dari catatannya, baik dalam majlis imla’ (dekte) atau yang
lain. Dalam pengajaran metode ini sebagaimana metode ceramah, eu1äjApkeäReãl:ü
seorang syaikh menyampaikan periwayatan hadis dengan cara Izin seorang alim kepada seorang murid atau lebih untuk
membaca dan seorang murid aktif mendengar. Menurut mayoritas meriwayatkan sebagaian periwayatannya baik secara ucapan atau
ulama metode tahammul al-Sama` ini tingkatan yang paling tinggi tertulis.
di antara sekian metode, karena metode al-Sama` ini berarti Misalnya, ucapan seorang syaikh kepada muridnya: “Aku
syaikh dan murid bertemu langsung (liqa’) dan berhadapan ijazahkan kepadamu untuk meriwayatkan dari padaku Shahih al-
langsung (ber-musyafahah). Bukhari.” Dalam metode ijazah biasanya tidak dibacakan atau
dibacakan sebagian saja dari isi kitab tersebut. Metode Ijazah ini
2. Al-‘Arḍu (‫)العرض‬ memiliki beberapa syarat, di antaranya seorang murid ahli atau
layak menerima Ijazah, adanya kemampuan memahami apa yang
Al-Arḍu secara etimologi adalah membaca dengan hafalan. diijazahkannya, dan naskah murid hendaknya dipaparkan sesuai
Maksud metode ini seorang murid membaca hadis sedang syaikh dengan aslinya.
mendengarkan bacaannya, baik murid itu membaca sendiri atau
mendengar murid lain yang membaca di hadapannya, baik
bacaan dari hafalannya atau dari tulisan (kitab) yang telah
dikoreksi oleh syaikh, baik langsung didengarkan syaikh atau
4. Al-Munāwalah ÄÖepänjeãÅ
Munawalah secara etimologi berarti memberi, menyerahkan.
orang yang dipercaya untuk mendengarkannya. Mayoritas Maksudnya adalah syaikh (guru) memberikan kitabnya kepada
muḥaddisῑn menyebut metode ini murid, ia suruh menyalin kitab tersebut, atau ia pinjamkan kitab
dengan Õxã=^eãL=Qpü L=Reã atau dalam metode
itu. Atau dapat juga dalam bentuk seorang rawi menyerahkan satu
kitab kepada syaikh (guru)-nya, yang kemudian dikembalikan
pengajaran disebut sorogan. Hukum periwayatan, jumhur ulama kepadanya lagi setelah diperiksa benar-benar oleh gurunya.
memperbolehkan metode al-‘Arḍu atau al-Qirā’ah ini, bahkan Misalnya seorang Syaikhmengatakan:
meletakkan nomor dua tingkatannya di bawah metode al-Sama’.
- é*}91oiã;s = Ini dari Hadisku atau
3. Al-Ijāzah ÄÕ>ä-öãÅ - lwYoQé&QäjAoiã;s= Ini dari apa yang saya
Ijazah secara etimologi berarti membolehkan atau mengizinkan.
Misalnya seorang murid diizinkan meriwayatkan suatu ilmu dari dengar dari si Fulan.
guru. Seorang murid yang telah menamatkan studinya diberi Hukum periwayatan metode munawalah yang disertai dengan
ijazah artinya diizinkan keluar dari sekolah. Ijāzah secara ijazah boleh-boleh saja, bahkan bentuk ijazah yang paling tinggi
terminologi adalah: dan tingkatannnya di bawah setelah metode al-Sama` dan al-
Qirā’ah `alā al-Syaikh. Sedangkan periwayatan munāwalah yang
tidak disertai ijazah menurut pendapat yang shahih tidak
diperbolehkan.

5. Al-Mukatabah ÄÖç%äbjeãÅ
Mukatabah secara etimologi berarti bertulis-tulisan surat atau Sebagian ulama mutaakhkhirin berpendapat bahwa metode wasiat
berkorespondensi. Dalam terminologi studi hadis maksud metode mengandung makna izin periwayatan seperti halnya metode
ini ialah seorang syaikh menulis apa yang ia dengar untuk murid munawalah di atas. Sebagian ulama salaf juga melakukan metode
yang hadir atau yang tidak hadir di majelis dengan tulisan syaikh tahammul ini, seperti yang dilakukan Abu Qilabah Abdullah bin
sendiri atau dengan perintahnya, untuk dikirim kepadanya melalui Zaid al-Jurumi ( w. 104 H) sebelum wafatnya berpesan agar
orang yang terpercaya. Hukum metode mukatabahyang disertai kitab-kitabnya buat al-Sukhtiyani ( w. 131 H), kitab-kitab itu
ijazah dapat diterima dan sama dengan tingkatan metode diserahkan kepadanya dan sebagai pengganti transportasinya ia
munawalahberijazah dalam kualitas dan keabsahannya. Adapun menyerahkan uang lebih 10 dirham.
mukatabahyang tanpa ijazah terjadi pro dan kontra di kalangan
para ulama, di antara mereka melarang dan yang lain 8. Al-Wijādah ÄÕ8ä-qeãÅ
memperbolehkannya. Menurut pendapat yang shahih Wijādah secara etimologi berarti mendapat. Maksud metode ini
diperbolehkan, yaitu pendapat mayoritas ulama mutaqaddimin dan seseorang mendapatkan sebuah atau beberapa tulisan hadis yang
mutaakhirin, karena tulisan seorang syaikh dengan sesamanya diriwayatkan seorang syaikh yang ia kenal, tetapi ia tidak
atau kepada muridnya memberikan isyarat makna ijazah. mendengar dan tidak ada ijazah dari padanya. Atau seorang murid

6. Al-I’lāmÄhwQöãÅ mendapatkan sebuah kitab tulisan seorang yang hidup semasa


dan dikenal tulisannya, baik ia pernah bertemu atau tidak, atau
Al-I’lām secara etimologi berarti memberitahu atau memberi tulisan orang yang tidak semasa tetapi diyakini benar bahwa kitab
informasi.Maksudnya, seorang syaikh memberi informasi kepada tersebut tulisannya dengan bukti-bukti kuat, seperti persaksian
muridnya bahwa Hadis ini atau kitab ini yang ia dengar atau yang ahli ilmu, popularitas kitab bagi pemiliknya, adanya sanad yang
ia riwayatakan, tanpa memberikan ijazah secara eksplisit. (jelas kuat, dan lain-lain maka ia boleh meriwayatkannya secara
tegas tidak berbelit-belit). bercerita (hikayah). Misalnya : “Aku temukan dalam kitab si Fulan
Hukum periwayatan metode ini diperselisihkan para ulama, di begini…., atau si Fulan berkata begini dalam kitabnya” tidak
antara mereka ada memperbolehkan, dengan alasan informasi dengan cara mendengar secara langsung.
seorang syaikh secara inplisit mengandung ijazah dalam
periwayatan. Seorang syaikh yang tsiqah dan amanah tidak C. Pengertian Ada’ al-Ḥadῑṡ
mungkin mengaku menerima hadis yang ia tidak mendengar,
informasi syaikh kepada muridnya tentang periwayatan Äxã8üÅ
Kata Ada’
berasal dari kata
menunjukkan adanya indikasi rida dari syaikh terhadap taḥammul
dan ada’ al-Ḥādῑṡ. Di antara mereka ada yang melarang, yaitu xã8üpÀÖ}8ý%Àú8Ò}Àú8ü= melaksanakan
pendapat yang shahih, karena terkadang syaikh menginformasikan suatu pekerjaan pada waktunya, membayar pada waktunya, atau
bahwa hadis ini periwayatannya, tetapi tidak boleh diriwayatkan menyampaikan kepadanya. Misalnya melaksanakan salat atau zakat
karena adanya cacat, kecuali jika disertai ijazah. dan atau puasa pada waktunya di sebut ada’ sedangkan
melaksanakannya di luar waktunya disebut qaḍa’. Secara terminologi
7. Al-Waṣiyyah ÄÖ~IqeãÅ ada’ diartikan :
Wasṣyyah secara etimologi berarti memesan, memberi pesan, atau
mewasiati. Yang dimaksud metode al-waṣiyah ialah seorang syaikh ÁÖIqJ6iW~Jær=~VeuV~fç
ketika akan pergi jauh atau sebelum matinya berpesan agar kitab
yang ia riwayatkan atau yang ia susun diberikan kepada %p+}92eãÖ}ãp<
seseorang yang wajar dipercaya baik dekat atau jauh. “Meriwayatkan Hadis dan menyampaikannya kepada orang lain
dengan menggunakan bentuk kata tertentu.”
Definisi lain dikemukakan dalam Ilmu Mushthalah al-Hadits: Mayoritas ulama hadis, ulama ushul, dan ulama fikih sepakat

| bahwa
berikut:
syarat-syarat penyampaian hadis (Ada’ al-ḥadῑṡ) sebagai

8Ò}p=~Veã1üuUwæüá+}92eãxã8ü a. Muslim (beragama Islam).


Orang kafir tidak diterima dalam menyampaikan hadis sekalipun

Àuyã8üp+}92eãW~fç%qsxã8öã diterima dalam tahammul. Dalam menerima hadis bagi orang kafir
syah saja karena hanya menerima tidak ada kekhawatiran

püém=ç5ýæén)91ád9ç}wYÀxã8öãW kecurangan dan pendustaan, berbeda dengan penyampaian.


b. Baligh (dewasa).
~Iò.1uRjAäja+}92eã Pengertian dewasa maksudnya dewasa dalam berpikir bukan dalam
usia umumnya. Dewasa di sini diperkiraan berusia belasan tahun
9j1ühäiöãoQg^mÀ0wËIöãòäsänRiXw yang disebut remaja dalam perkembangan anak. Usia remaja
adalah usia kritis dalam berpikir dan lebih konsisten dalam
&5ãäsq2mpü#RjA memelihara hadis. Berbeda usia anak kecil yang ditakutkan
bohong. Anak kecil terkadang suka bohong, karena tidak ada
äm=ç5üpÀ#RjApÀän)91Àén)91áueq] hukuman bagi anak kecil yang menyimpang. Kecuali jika milieu
sosial dan keluarganya terbina baik dengan pembiasaan kejujuran.
ò7~FeãÐZeSç%ãádä]umã Setelah anak dewasa baharu ada penerapan hukum perintah dan
larangan.
Ár9R%vp c. Aqil (berakal)
“Ada’ adalah menyampaikan hadis dan meriwayatkannya, Syarat berakal sangat penting dalam penyampaian hadis, karena
Sedangkan Ada’ al-hadis adalah menyampaikan hadis kepada orang hanya orang berakallah yang mampu membawa amanah hadis
lain dan meriwayatkannya sebagaimana ia mendengar sehingga dengan baik. Periwayatan seorang yang tak berakal, kurang akal,
dalam bentuk-bentuk lafal yang digunakan dalam periwayatan. Tidak dan orang gila tidak dapat diterima.
boleh lafal én)91 diganti dengan ém=ç5ü atau d. `Adalah (adil)

#RjA atau persamaannya karena berbeda makna dalam


Adil adalah suatu sifat pribadi taqwa, menghindari perbuatan
dosa (fasik) dan menjaga kehormatan dirinya (muru’ah). Sebagai
istilah. Diriwayatkan dari Imam Ahmad, ia berkata: Ikutilah lafalnya indikatornya seorang yang adil dapat dilihat dari kejujurannya,
syaikh yang digunakan dalam periwayatan pada perkataan menjauhi dosa-dosa besar dan kecil, seperti mencuri minum dan
én)91, än)91 , #RjA, dan äm=ç5ü lain-lain. Tidak melakukan perbuatan mubah yang merendahkan
kehormatan dirinya, seperti makan di jalanan, kencing berdiri dan
jangan engkau lewatkan.” bercanda yang berlebihan.
Dalam ada’ harus disebutkan ungkapan atau bentuk kata yang
digunakan dalam penyampaian hadis, karena ungkapan ini e. Ẓabiṭ (kuat daya ingat)
mempunyai makna tersendiri bagi para peneliti hadis yang Arti dhabith adalah kemampuan seseorang dalam memahami dan
menunjukkan validitasnya. Tidak boleh menggantikan lambang- mengingat apa yang ia dengar. Seorang perawi mampu mengingat
lambang periwayatan yang telah dipakai oleh guru-gurunya, tidak atau hapal apa yang ia dengar dari seorang guru pada saat
boleh kata ḥaddaṡana diganti dengan akhbarani dan seterusnya. menyampaikan hadis (ẓabiṭ al-ṣadr). Atau jika dhabith dalam tulisan
(Ẓabiṭ al-kitabah), tulisannya terpelihara dari kesalahan,
pergantian, dan kekurangan. än)91, kemudian äm=ç5üÂ%=ç5üsebelum
D. Lafal-lafal dalam Ada’ al-Hadis dikhususkan untuk metode al-Qirā’ah dan ämýçmüÂ
Lafal-lafal yang digunakan dalam periwayatan hadis disebut
dengan siyāg al-isnād (sigat-sigat isnad). Sighat isnad memiliki %ýçmü digunakan sedikit berlaku. Ulama mutaakhkhirin
beberapa martabat (tingkatan), beragam, dan berbeda bergantung memberlakukan lafal ada’ a dan b di atas untuk metode al-sama’,
kepada metode yang digunakan. lambang c untuk metode al-qira’ah dan lambang d. untuk metode
ijazah. Sedikit sekali di antara periwayat dalam metode al-sama`
1. Dalam metode al-Samâ’

Bentuk lafal ada` yang digunakan dalam metode al-Sama`


menggunakan kata 1=a: atau 1dä] , karena ungkapan
ini kebanyakan digunakan dalam metode sama` al-mużakarah
menurut al-Qadliy `Iyadh adalah seperti kata-kata berikut :
(mendengar dalam mudzakarah) bukan sama` al-tahdiṡ
(mendengar dalam rangka menerima hadis).
a. #RjA= Aku mendengar,
2. Pada metode al-‘arḍu/ al-qirā’ah
b. &)91 Â än)91= Si Fulan memberitakan kepada Bentuk lafal ungkapan ada’ dalam metode ini :
kami/ kepadaku,

c. äm=ç5üÂ%=ç5ü= Si Fulan memberitakan a. lwY2Q#y=]= Aku membaca di hadapan si Fulan,


kepadaku/ kepada kami b. uæ =]ýYÂSjAüämãpu~fQx=]=

d. ämýçmüÂ%ýçmü= Si Fulan memeberitakan dibaca di hadapannya dan aku mendengarnya/ diakui


bacaannya.
kepadaku/kepada kami .

e. 1dä]= Si Fulan berkata kepadaku c. u~fQÕxã=]än)91= Ia memberitkan kepada


kami dengan membaca di hadapannya.

f. 1=a:= Si Fulan menyebutkan kepadaku.


d. äm=ç5üÂ%=ç5ü= memberitakan
Lafal &)91Â%=ç5ü digunakan ada’ ketika
kepadaku/kepada kami, karena pengakuan syaikh terhadap
bacaan muridnya sama dengan pemberitaan kepadanya.
tahammul sendirian, sedang kata än)91Â 3. Metode al-Ijāzah
äm=ç5üdigunakan adâ’ ketika taḥammul bersama orang Ungkapan tahammul dalam metode ijazah ini yang
lain atau berjama’ah. Al-Khathîb berpendapat, bahwa lafal al- diperbolehkan hanya ijazah kepada orang tertentu yang jelas

Samâ` yang paling tinggi adalah #RjA,&)91 Â identitasnya untuk meriwayatkan hadis tertentu, misalnya:
ú<ä6çeã3~2Ic%?-ü = “ Aku ijazahkan c. Õ>ä-üp Öepäni äm=ç5ü =
kepadamu kitab Shahih al-Bukhari”. Memberitakan kepada kami dengan metode munawalah dan
Ijazah (munawalah bercampur dengan al-Qira’ah)
Jika ijazah ditujukan kepada orang yang tidak jelas
identitasnya sekalipun kitab hadisnya jelas atau orang yang akan
5. Metode al-Mukatabah
diijazahi jelas tetapi hadisnya tidak jelas, tidak dapat diterima.
Pada umumnya majelis metode al-sama` dan al-qira’ah hadisnya Ungkapan ada’ al-hadis dalam metode ini, adakalanya
dibaca di majelis oleh Syaikh, sedang dalam metode ijazah tidak dengan ungkapan yang tegas, misalnya :
dibacakan hadisnya.
Beberapa ungkapan ada’ al-ḥaῑṡ dalam metode ini sebagai
berikut;
a. lwY#ãè&a=Si Fulanmenulis surat kepadaku,
b. Öæä&aûm =ç5üpülwY&)91= Si Fulan
a. lwY1>ä-ü = Si Fulan memberikan ijazah kepadaku. memberitakan kepadaku atau memberitakan kepadaku melalui
surat (metode munawalah bercampur dengan metode al-sama’
b. Õ>ä-ü än)91 = Si Fulan memberitakan kepada dan al-qira’ah)
kami dengan cara ijazah, ( metode ijazah bercampur dengan
metode al-sama’) 6. Metode al-I’lām

c. Õ>ä-ü äm=ç5ü = Si Fulan memberitakan Lambang ungkapan ada’ al-Hadits dengan menggunakan :
kepada kami dengan ijazah (metode ijazah bercampur dengan
metode al-qira’ah) ã;bæû6~E ûnjfQü= Syaikhku memberikan
informasi kepadaku begini ..”
d. ämýçmü= Si Fulan memberitakan kepada kami 7. Metode al-Waṣiyah
(berlaku bagi mutaakhkhirin)
Bentuk ungkapan ada’ al-hadis dalam metode ini adalah:
4. Metode al-Munawalah

Bentuk ungkapan Ada’ al-Hadis dalam metode Munawalah a. ã;bælwYûeãûIpü= Si Fulan berwasiat kepadaku
berijazah yang paling baik adalah dengan mengatakan : begini,

a. 1>ä-üp&epäm = Si Fulan memberikan Hadis b. Ö~IplwY&)91 = Si Fulan memberitakan kepadaku


kepadaku dan memberi ijazah untuk meriwayatkan. dengan wasiat. (metode al-washiyah bercampur dengan metode
al-samâ)
b. Öepäni än)91 = Memberitakan kepada kami
dengan metode munâwalah, (munawalah bercampur dengan 8. Metode al-Wijādah
al-Samâ’)
K
d
n
e
i
M
.
D
t
k
r
a
m
l
s
E
u Hukum periwayatan dengan wijādah termasuk bab munqaṭi`
(terputus sanad), tetapi juga ada unsur muttashil. Bentuk
ungkapannya :

a.

b
ã;alwYÌ6æ$9-p= Aku dapatkan pada tulisan si
Fulan begini.....,

. ã;alwYÌ6æ$ü=]
si Fulan begini…...
= Aku membaca pada tulisan

Pengamalan wijadah tidak diperbolehkan menurut mayoritas


muhaddisin pengikut Imam Malik sedangkan menurut al-Syafi`i
dan pandangan para sahabatnya diperbolehkan, bahkan menurut
sebagian peneliti al-Syafi`i wajib diamalkan jika penukilnya
memiliki kredibelitas (ṡiqah) dalam periwayatan. Tidak ada
bedanya dengan perkembangan ilmu pengetahun teoretis secara
ilmiah dikutip dan diriwayatkan secara wijādah. Demikian juga
hadis Nabi yang dikutip dari berbagai kitab shahih pada era
modern bagian dari wijādah.

1. Mengusahakan agar tetap bisa memperoleh hadis dari seorang guru


yang tsiqah, lebih-lebih dapat bertemu langsung dan empat mata,
merupakan karakter ulama pada masa penerimaan dan penyampaian
hadis. Hal ini dilakukan karena kuallitas hadis sangat ditentukan oleh
oleh bagaimana hadis itu diperoleh dari gurunya dan disampaikan
kepada murid-muridnya. Sehingga mereka senantiasa berusaha sekuat
mungkin untuk dapat mempertahankan keaslian hadis nabi.
2. Munculnya berbagai macam cara penerimaan dan penyampaian hadis,
mengindikasikan bahwa sampai pada batas yang rendah dalam nilai
sebuah penerimaan dan penyampaian, menunjukkan bahwa betapa
penting sebuah proses harus dilakukan walau pada akhirnya harus
mendapatkan yang sesuatu yang kurang diharapkan.
Siswa-siswi di kelas dibagi menjadi lima kelompok, setiap kelompok
membuat makalah tentang satu hadis, tema tertentu, kemudian
dipresentasikan di depan kelas. Pembagian tema hadis ditentukan oleh
guru mata pelajaran

Rangkum
Pencarian hadis sampai mendapatkannya dari seorang guru atau
syekh, yang kemudian dikenal dengan istilah tahammul, merupakan
upaya penyelamatan hadis nabi. Dari usaha yang sungguh-sungguh ini,
akhirnya dapat dibukukkan dan menghasilkan beberapa istilah, antara
lain as-Sama’, al-‘Ardhu, al-Ijazah, al-Munawwalah, al-Mukatabah, al-‘Ilam,
dan al-Wijadah. Sementara dalam penyampaian hadis kepada murid-
muridnya dinamakan al-‘ada. Adapun lafad yang digunakan al-‘ada
menyesuaikan dengan tahammulnya.

Kisah Keteladanan

Imam Bukhari
Amirul Mukminin fil Hadits, gelar itu didaulatkan para ulama
kepada ahli hadis dari Kota Bukhara, Uzbekistan. Tak salah bila
ulama besar di abad ke-9 M ini ditabalkan sebagai ‘Pemimpin Kaum
Mukmin dalam Ilmu Hadis’. Betapa tidak, hampir seluruh ulama
merujuk kitab kumpulan hadis sahih yang disusunnya.Para ulama
juga bersepakat, Al Jami’ as Sahih atau Sahih Al Bukhari kumpulan
hadis sahih sebagai kitab paling otentik setelah Alquran. Sahih Al
Bukhari yang disusun ulama legendaris asal ‘kota lautan
pengetahuan’ Bukhara itu juga diyakini kalangan ulama Sunni
sebagai literatur hadis yang paling afdol. Sang ulama fenomenal itu
mendedikasikan hidupnya untuk menyeleksi secara ketat ratusan
ribu hadis yang telah dihafalnya sejak kecil. Karyanya yang sangat
monumental itu bak cahaya yang telah menerangi perjalanan hidup
umat Islam. Ribuan hadis sahih telah dipilihnya menjadi pedoman
hidup umat Islam, sesudah Alquran. 
Ulama besar dan ahli hadis nomor wahid ini memiliki nama
lengkap Muhammad Ibnu Ismail Ibnu Ibrahim Ibnu Al Mughirah Ibnu
Bardizbah Al Bukhari . Ia lebih dikenal dengan nama tanah
kelahirannya, Bukhara. Dan, masyarakat Muslim pun biasa
memanggilnya Imam Bukhari. Pemimpin kaum Mukminin dalam
ilmu hadis itu terlahir pada hari Jumat, 13 Syawal 194 H, bertepatan
dengan 20 Juli 810 M. Sejak kecil, Imam Bukhari hidup dalam
keprihatinan. Alkisah, ketika terlahir ke dunia, Bukhari cilik tak bisa
melihat alias buta. Sang bunda tak putus dan tak tak pernah
berhenti berdoa dan memohon kepada Allah SWT untuk
kesembuhan penglihatan putranya.
Pada usia 18 tahun, secara khusus, Imam Bukhari
mencurahkan pikiran dan waktunya untuk mengumpulkan,
mempelajari, menyeleksi, dan mengatur ratusan ribu hadis yang
dikuasai dan dihafalnya. Demi memurnikan dan mencapai hadis-
hadis yang paling otentik dan sahih, ia berkelana ke hampir seluruh
dunia Islam, seperti Mesir, Suriah, Arab Saudi, serta Irak. Dengan
penuh kesabaran, ia mencari dan menemui para periwayat atau
perawi hadis dan mendengar langsung dari mereka. Tak kurang dari
1.000 perawi hadis ditemuinya. Hingga akhirnya, Imam Bukahri
menguasai hampir lebih dari 600 ribu hadis, baik yang sahih
maupun dhaif. Perjalanan mencari dan menemukan serta
membuktikan kesahihan hadis-hadis itu dilakukannya selama 16
tahun.
Setelah sekian lama mengembara, ia lalu kembali ke Bukhara
dan merampungkan penysunan kitab yang berisi kumpulan hadis
sahih berjudul Al Jami’ Al Sahih. Kitab hadis yang menjadi rujukan
para ulama itu berisi 7.275 hadis sahih. Pada usia 54 tahun, dia
berkunjung ke Nishapur, sebuah kota di Asia Tengah. Di kota itu,
Imam Bukhari diminta untuk mengajar hadis. Salah seorang
muridnya adalah Imam Muslim yang juga terkenal dengan kitabnya
Sahih Muslim. Imam Bukhari lalu hijrah ke Khartank, sebuah
kampung di dekat Bukhara. Para penduduk desa memintanya untuk
tinggal di tempat itu. Imam Bukhari pun tinggal di Desa Khartank
hingga tutup usia pada usia 62 tahun. Ia meninggal dunia pada
tahun 256 H/ 870 M. Meski telah meninggal 13 belas abad yang
M
.
F
a
l
r
e
B
h
i
t
lalu, namun cahaya dari Bukhara itu tak pernah padam dan terus
menerangi kehidupan umat Muslim.

As-Sama

‫سمعت‬
....
....
....
....
Al-‘Ardlu

....
Disadur dari Imam Bukhari:
Cahaya Kemilau dari Bukhara.

a. Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut dengan jawaban yang


benar!
1. Jelaskan pengertian tahammul hadis
2. Sebutkan syarat-syarat periwayatan hadis
3. Jelaskan periwayatan hadis oleh anak-anak
4. Jelaskan perbedaaan antara J‫ سمعت‬dengan J‫سمعنا؟‬
5. Sebutkan syarat-syarat diperbolehkannya periwayatan
dengan makna!

b. Tugas
Setelah saudara mempelajari

Lafad ‘ada al-


Hadis
Al_ijazah

....
hadis

taḥammul wa al-ada’ , maka


lengkapilah tabel berikut untuk lebih mempermudah pemahaman
saudara!

Al-
Munawwalah
....

PERLU DIINGAT
Al-
Mukatabad
....

Jujur adalah benih kepercayaan dalam modal


membangun sejarah yang dapat menjauhkan
diri dari fitnah untuk menuju masa depan
cerah,menunjukkan seseorang kepada
kebaikan,menciptakan
kedamaian,menyebabkan kemakmuran, yang
dapat menjauhkan dari korupsi.
DAFTAR PUSTAKA Ranuwijaya, Utang. Ilmu Hadis. Jakarta: Gaya Media Pratama, 2001.

Rosidin, Mukarom Faisal dkk, Hadis, Kartasura, PT Wangsa Jatra


Aziz, Abdul. Pelajaran Hadis Ilmu Hadis. Semarang: Lestari, 2012
Wicaksana, 1988. Suparta, Munzier. Ilmu Hadis. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
2002.
CD Mausu’ah al-Ḥadῑṡ al-Syarῑf al-Kutub al-Tis’ah.

Fatchurrahman. Ikhtisar Mushthalahul Hadis. Bandung: PT Ma’arif,


1974.

Hassan, A. Qadir. Ilmu Musthalah Hadis. Bandung: Diponegoro,


2007.

http://wikipedia.org.

Abu Syuhbah, Muhammad Muhammad, Fῑ Rihᾱb al-Sunnah, Mesir,


Majma’ al Buhūṡ al-Isamiyyah, 1979

Abu Zahwu, Muhammad Muhammad, al-Hadῑs wa al-Muhaddisūn,


Beirut; Dar al-Kutub al-’Arabai, 1984

Al-Khatib, M. Ajjaj. Uṣul al Ḥadῑṡ Ulumūhu wa Muṣṭalahuhu. Beirut:


Dār al Fikr, 1989.

--------- al-Sunnah Qabla al-Tadwῑn. Beirut: Dar al-Fikr, 1981.

Ash-Shidiqi, TM. Hasbi. Sejarah dan Pengantar Ilmu Hadis. Jakarta:


Bulan Bintang, 1954.

As-Shalih, Subhi. Ulūm al-Ḥadῑṡ wa Muṣṭalahuhu. Beirut: Dār al’Ilmi


lil Malayin, 1997.

At-Thahan, Mahmud. Taisῑral-Muṣṭalahil Ḥsdῑṡ. Beirut: Dār al-Fikr,


t.th.

--------- Uṣul al-Takhrῑj wa Dirasat al-Asānῑd. Riyadh, Arab Saudi:


Maktabah al-Rasyid, 1983.

Anda mungkin juga menyukai