Anda di halaman 1dari 7

ETIKA DAN PRAKTEK

BERARSITEKTUR (B)

TUGAS 2
Menggali, mengkaji, dan menginterpretasikan
masalah etika dalam akademik

EKA APRILIAWATI (08111740000021)


I GUSTI LANANG SATWIKA D. (08111740000051)
ISYANA GITA PRAMESWARI (08111740000074)
BAB 1 : Studi Kasus

Saat ini dengan segala teknologi yang ada, bukan hal yang mustahil bagi
manusia untuk menciptakan sesuatu, tak terkecuali dengan melakukan pemalsuan /
manipulasi data. Memalsukan ijazah dan nilai IPK merupakan salah satu bentuk
pemalsuan dalam bidang akademik. Di zaman yang tengah bersaing untuk
mendapatkan pendidikan yang bagus, hal tersebut ternyata tidak terlalu asing di
kalangan para pelajar. Dalam beberapa media, terdapat cukup banyak studi kasus
mengenai pemalsuan ijazah dan IPK yang tengah terjadi di kalangan pelajar dan
masyarakat.

Salah satunya adalah pemalsuan nilai IPK yang dilakukan oleh seorang
warga negara Singapura, Kieffer Tay Kai Xian. Dilansir dari Tempo.co, pria 24 tahun
ini memalsukan nilai IPK pada transkrip nilai Temasek Polytechnic (pendidikan yang
ditempuh sebelumnya) dari 1,76 menjadi 2,76 demi menempuh pendidikan di
universitas impiannya, yaitu Singapore University of Social Sciences (SUSS). Ia
berfikir dengan memalsukan nilai IPK nya, peluangnya untuk diterima di SUSS akan
menjadi lebih tinggi. Diduga hal ini juga dilatarbelakangi oleh tekanan yang diberikan
ibunya agar bisa masuk universitas ternama. Atas perbuatannya ini, Xian di denda
S$ 5.000 atau sekitar Rp. 56.000.000 dengan tuduhan pemalsuan.

Di Indonesia sendiri, pemalsuan nilai IPK ini ternyata tidak asing di kalangan
mahasiswa. Contohnya di Jakarta, beberapa tempat jasa pengetikan yang juga
menyediakan jasa pemalsuan dokumen pun sudah menjadi rahasia umum yang
keberadaannya tersebar dari mulut ke mulut atau bahkan melalui beberapa forum
online seperti Kaskus.com. Salah satu tempat penyedia jasa yang cukup terkenal
adalah di kawasan Pramuka. Dilansir dari Kompas.com, di kawasan Pramuka, Jalan
Salemba Raya, Jakarta Pusat terdapat beberapa penyedia jasa pemalsuan
dokumen yang dilakukan di kios-kios berkedok jasa pengetikan. Beberapa oknum
sudah diamankan pihak kepolisian dalam penggerebekan yang dilakukan pada
21/11/2015. Selain pemalsuan transkrip nilai, jasa yang disediakan meliputi
pemalsuan dokumen KTP, KK, akta notaris, buku nikah, akta kelahiran, ijazah
sekolah, buku rekening bank, akta tanah, dan dokumen lain sesuai dengan
permintaan pemesan.
BAB 2 : Kajian

Kasus memanipulasi ijazah dan nilai IPK ini termasuk dalam sebuah
pelanggaran etika akademik tentang ‘pemalsuan’ dalam bentuk ijazah untuk
memperoleh gelar akademik. Lalu di dalam hukum, pemalsuan ijazah merupakan
bentuk tindak pidana pemalsuan surat sebagaimana diatur dalam Pasal 263 Kitab
Undang-Undang Hukum Pidana (“KUHP”) yang memuat ancaman pidana berupa
pidana penjara selama-lamanya enam tahun.

Pasal 263 KUHP:


1) Barang siapa membuat surat palsu atau memalsukan surat, yang
dapat menerbitkan sesuatu hak, sesuatu perjanjian (kewajiban) atau
sesuatu pembebasan utang, atau yang boleh dipergunakan sebagai
keterangan bagi sesuatu perbuatan, dengan maksud akan
menggunakan atau menyuruh orang lain menggunakan surat-surat itu
seolah-olah surat itu asli dan tidak dipalsukan, maka kalau
mempergunakannya dapat mendatangkan sesuatu kerugian dihukum
karena pemalsuan surat, dengan hukuman penjara selama-lamanya
enam tahun.
2) Dengan hukuman serupa itu juga dihukum, barangsiapa dengan
sengaja menggunakan surat palsu atau yang dipalsukan itu seolah-
olah surat itu asli dan tidak dipalsukan, kalau hal mempergunakan
dapat mendatangkan sesuatu kerugian.

Tak hanya pembuat surat palsu saja yang menerima hukuman, akan tetapi si
pengguna juga akan menerima hukumannya apabila dilakukan dengan sengaja.
Khusus pengguna ijazah palsu di luar KUHP telah ada pengaturannya tersendiri,
Pasal 69 ayat [1] UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang
mengatur bahwa “Setiap orang yang menggunakan ijazah, sertifikat kompetensi,
gelar akademik, profesi, dan/atau vokasi yang terbukti palsu dipidana dengan pidana
penjara paling lama lima tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp
500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).”
Pada akhirnya, kedua belah pihak dapat dikenakan sanksi atas perbuatannya
di dalam hukum dan melanggar kaidah etika akademik karena telah memalsukan
ijazah/surat penting dengan maksud kepentingan pribadi yang mana berarti
membenarkan segala cara dalam mencapai tujuannya. Selain itu, perbuatan seperti
ini tidak hanya berimbas pada diri sendiri, namun juga dapat berimbas terhadap
orang lain seperti merusak citra kampus yang bersangkutan.
BAB 3 : Usulan Penyelesaian

Dalam menyelesaikan masalah tersebut, kami mengusulkan dua cara yakni,


terhadap pembuat/pemalsu ijazah serta IPK dan terhadap penggunanya.
Untuk pembuat ijazah palsu, tindakan awalnya dapat diperingatkan untuk
menutup usahanya dan dilakukan masa uji coba yang diperankan oleh oknum
tersebut hingga usaha sebelumnya tidak berjalan lagi dan berganti dengan usaha
lain. Namun, apabila hal tersebut masih saja terjadi, oknum tersebut dapat
dikenakan sanksi dengan hukuman penjara atau denda sesuai dengan peraturan
yang ada.Tentu saja, hal ini juga harus didorong dengan pengawasan yang ketat
dan kerja sama antara pihak keamanan dan masyarakat setempat terkait dugaan
pembuatan ijazah/surat palsu.Sehingga, pihak kepolisian dapat menyelidiki dan
menindak lanjuti.
Bagi seorang pengguna ijazah palsu, terdapat dua upaya penanggulangan
yaitu, secara preventif dan represif. Penanggulangan secara preventif ini dilakukan
untuk pencegahan dengan mengadakan penyuluhan dan pembinaan terhadap
masyarakat dan pelajar mengenai kejahatan menggunakan ijazah/surat palsu dan
sanksi yang didapat. Sedangkan penanggulangan secara represif berupa
penindakan terhadap pelaku setelah melakukan tindakan dengan proses sesuai
hukum yang berlaku.
Tak hanya itu, penting bagi
instansi terkait untuk mengetahui apakah
surat tersebut palsu atau tidak. Dilansir dari
Republika.co.id, pemerintah sendiri memiliki
usulan terkait maraknya penggunaan ijazah
palsu, yakni dengan membuat sistem
informasi ijazah secara elektronik.
Daftar Pustaka

Sekarwati, Suci. (2019, Desember 20). Laki-laki Ini Palsukan IPK Demi Bisa Masuk
Universitas Favorit. Dunia.tempo.co. Diakses pada 22 Maret 2020.
https://dunia.tempo.co/read/1286154/laki-laki-ini-palsukan-ipk-demi-bisa-masuk-
universitas-favorit

Cahya, Kahfi Dirga. (2015, November 22). Polisi Bongkar Praktik Pemalsuan
Dokumen di Kawasan Pramuka. Money.kompas.co. Diakses pada 22 Maret 2020.
https://money.kompas.com/read/2015/11/22/16500281/Polisi.Bongkar.Praktik.Pemal
suan.Dokumen.di.Kawasan.Pramuka

Jata, Tri Ayu. (2015, Februari 17). Pemalsuan Ijazah 15 Tahun Lalu, Masih Bisakah
Dituntut ?. hukumonline.com. Diakses pada 22 Maret 2020.
https://m.hukumonline.com/klinik/detail/ulasan/lt4ec22ad3b59a0/ancaman-hukuman-
buat-pengguna-ijazah-palsu

Kusumasari, Diana. (2011, November 26). Ancaman Hukuman Buat Pengguna


Ijazah Palsu. Hukumonline.com. Diakses pada 22 Maret 2020.
https://m.hukumonline.com/klinik/detail/ulasan/lt54df82aa4aab3/pemalsuan-ijazah-
15-tahun-lalu--masih-bisakah-dituntut/

Rostanti, Qommaria. (2016, Desember 04). Cara Kemenristekdikti Cegah Ijazah


Palsu di Perguruan Tinggi. Republika.co.id. Diakses pada 22 Maret 2020.
https://www.google.com/amp/s/m.republika.co.id/amp/ohnoxz368

Pemerintah Indonesia. 2003. UU No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan


Nasional. Lembaran RI Tahun 2003 No. 20. Jakarta:Sekretariat Negara

Pemerintah Indonesia. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (“KUHP”) Pasal 263.


Lembaran RI Tahun 2003 No. 20. Jakarta:Sekretariat Negara

Anda mungkin juga menyukai