Anda di halaman 1dari 12

TUGAS KESEHATAN LINGKUNGAN

Semua tentang Virus Corona/SARS

Oleh :

Jeans Prima Simaremare

14117018

Program Studi Teknik Informatika Jurusan Teknologi Produksi dan Industri – Institut Teknologi
Sumatera Jalan Terusan Ryacudu, Desa Way Huwi, Kec. Jati Agung, Lampung Selatan
Virus Corona/SARS

Virus Corona saat ini menjadi trending pembicaraan di seluruh dunia. Diawal tahun 2020 ini, dunia
digemparkan dengan menyebarnya virus baru yaitu coronavirus atau virus corona yang mematikan.
Diketahui, asal mula virus ini berasal dari Wuhan, Cina. Ditemukan pada akhir Desember tahun 2019.
Kondisi terkini, wirus yang memiliki nama resmi Novel 201 Coronavirus (2019-nCoV) ini dilaporkan
telah menjangkit lebih dari 5.974 orang dan telah menewaskan lebih dari 132 orang (data
kompas per 29 Januari 2020). Sampai saat ini sudah dipastikan terdapat 16 negara yang telah
terjangkit virus mematikan satu ini. Selain Cina, 15 negara lainnya yang sudah dikonfirmasi
terjangkit virus corona yaitu Kanada, Australia, Perancis, Jepang, Thailand, Malaysia, Nepal,
Singapura, Korea Selatan, Taiwan, Vietnam, Jerman, Kamboja, Sri Lanka dan Amerika Serikat (data
dari People’s Daily, China per 29 Januari 2020).
7 Fakta penting tentang virus corona antara lain :

1. Virus Corona Memiliki Kesamaan dengan SARS dan MERS

Virus corona dikatakan masih satu keluarga dengan SARS dan MERS yang juga merupakan virus
mematikan dan pernah menggegerkan dunia pada tahun 2002 dan 2012. Sama seperti corona, SARS
juga pertama kali ditemukan di Cina, tepatnya di Guangdong. Sedangkan viurs MERS pertama kali
diindentifikasi di Jeddah, Arab Saudi. SARS dan MERS sama-sama telah menyebar ke puluhan
negara, menjangkit ribuan orang dan menewaskan ratusan orang. Kesamaan dari ketiga virus ini
sama-sama berhasil menyebar melalui hewan. Untuk kasus SARS dan corona, keduanya berasal dari
kelelawar sedangkan MERS melalui daging unta dan susunya. Tidak hanya itu, ketiganya juga sama-
sama memiliki gejala yang hampir sama yaitu gangguan pernapasan seperti batuk dan sesak napas.

2. Virus Corona Telah Berevolusi

Sejak pertama kali diidentifikasi pada bulan Desember 2019, Menteri Komisi Kesehatan Nasional
China, Max Xiaowei mengatakan virus corona telah berevolusi sehingga penyebarannya menjadi lebih
cepat. Bisa berkembang hingga berevolusi dengan cepat, ditakutnya kasus terjangkit virus ini akan
semakin cepat dan semakin luas.

3. Belum Ada Vaksin yang Bisa Menjinakkan Virus Corona

Dilansir dari WHO (World Health Organization), sampai sekarang baik pihak Cina atau negara-negara
lain yang sudah dikonfirmasi terjangkit virus ini belum menemukan vaksin untun menyembuhkan atau
memusnahkan virus mematikan corona.

Untuk saat ini, penanganan yang bisa diberikan oleh pihak medis terhadap korban-korban yang
terjangkit penyakit ini adalah penanganan medis penerapan sistem isolasi terhadap kepada korban
yang terjangkit.
4. Virus Corona Pertama Kali Ditularkan dari Hewan Liar

Virus corona dipercaya pertama kali muncul di akhir tahun lalu di sebuah pasar makanan di Wuhay
yang ditelah dikatakan secara ilegal menjual satwa liar. Diduga virus ini bisa menular ke manusia
berasal dari ular dan kelelawar. Kedua jenis binatang ini biasa dijual di Pasar Makanan Laut Huanan
untuk dikonsumsi.

5. Cina Mengeluarkan Uang Hingga Rp199 Triliun karena Coronavirus

Pemerintah Cina mengatakan telah melakukan alokasi dana sebesar US$8,74 miliar atau sekitar
Rp199 triliun untuk memerangi penyebaran virus corona. Komisi Reformasi dan Pembangungan
Nasional Cina mengatakan telah menggelotorkan dana hingga mencapai 300 juta yuan atau sekitar
Rp589 miliar untuk pembangunan rumah sakit dadakan untuk merawat korban terjangkit virus ini.

6. Perusahaan Smartphone Asal Cina Ciptakan Aplikasi Pendeteksi Coronavirus

Perusahaan smartphone asal Cina, Xiaomi menciptakan aplikasi pendekteksi virus corona, bernama
Xiaomi xiaoAi Shorcut dengan nama fitur ‘Real-Time Pneumonia Epidemic’. Fitur ini memungkinkan
pengguna melihat informasi terbaru mengenai informasi epidemi corona virus.

7. Pasien Virus Corona di China Sembuh Tanpa Vaksin

Kabar baik, pasien pertama yang sembuh dari virus corona adalah pria berusia 23 tahun yang
merupakan seorang pekerja di stasiun kereta Hankou tapi menetap di Wuhan. Selain itu ada juga
wanita lansia usia 87 juga dinyatakan telah sembuh dari virus corona. Sampai saat ini telah
dikonfirmasikan sudah ada 51 pasien yang dinyatakan sembuh dari virus corona (kompas, 29 Januari
2020)

Pengertian Virus Corona


Apa itu virus Corona? Bentuk virus yang masih bersaudara dengan penyebab SARS dan MERS ini
persis mahkota. Bentuk mahkota ditandai protein S berupa sepatu yang tersebar di sekeliling
permukaan virus.

Dikutip dari situs LIPI, virus corona  memiliki satu rantai RNA sehingga kerap disebut virus RNA. Virus
jenis ini bermutasi lebih cepat dibanding DNA hingga satu juta kali.

Virus Corona Paramyxovirus sempat muncul dalam mesin pencarian Google. Keduanya adalah virus
yang berbeda meski sama-sama bisa menginfeksi manusia dari hewan. Penyakit yang disebabkan
Paramyxovirus adalah Respiratory Syncytial Virus (RSV), Newcastle disease, dan parainfluenza.

2. Gejala virus corona

Dikutip dari situs Centers for Disease Control and Prevention (CDC), kasus infeksi virus Corona yang
dilaporkan ada yang menunjukkan gejala dan tidak. Untuk kasus Coronavirus yang dilaporkan
gejalanya adalah:
a. Demam

b. Batuk

c. Napas pendek

Menurut CDC, gejala virus corona mungkin sudah terlihat mulai 2-14 hari. Perkiraan ini dibuat
berdasarkan masa inkubasi virus Corona dalam kasus MERS. Namun berbeda dalam kasus MERS,
infeksi 2019-nCoV bisa menyebar dari pasien yang tidak menunjukkan gejala namun sempat
berkomunikasi dekat dengan orang lain.

3. Virus Corona menyerang siapa?

Hingga saat ini riset masih terus dilakukan terkait virus Corona 2019-nCoV dan penanganan terbaik
untuk korban. yang diketahui hingga saat ini, Coronavirus adalah keluarga besar virus yang banyak
ditemukan di beberapa binatang misal unta, kucing, dan hewan ternak. Dalam beberapa kasus, virus
Corona menginfeksi manusia dan menyebar seperti pada kasus MERS, SARS, dan 2019-nCoV. Virus
corona  menyerang siapa? Dikutip dari The Guardian, korban yang meninggal karena Coronavirus
umumnya sudah tua dan sudah memiliki masalah kesehatan sebelumnya. Mereka memiliki daya
tahan tubuh yang lemah sehingga mudah terinfeksi virus Corona 2019-nCoV. Namun pemerintah
China punya lima kasus kematian akibat virus Corona yang usianya kurang dari 60 tahun, yaitu 36,
50, 53, 55, dan 58 tahun. Karena itu, sangat penting melakukan usaha preventif untuk melindungi diri
dan infeksi virus. Usaha preventif harus dilakukan dari berbagai lapisan usia, meski punya daya tahan
tubuh yang baik.

4. Pencegahan Virus Corona

Usaha pencegahan virus Corona makin penting karena hingga kini belum ditemukan vaksinnya.
Pencegahan menghadapi virus Corona harus dilakukan setiap hari dari segala lapisan usia. Berikut ini
usaha pencegahan virus Corona dikutip dari CDC:

a. Cuci tangan dengan air dan sabun minimal 20 detik, atau pencuci tangan yang minimal
mengandung 60 persen alcohol

b. Hindari menyentuh mata, hidung, dan mulut dengan tangan yang tidak dicuci

c. Hindari kontak dekat dengan orang yang sakit

d. Tinggal di rumah jika sedang sakit

5. Gunakan masker dan bersihkan permukaan yang sempat disentuh

Terkait masker, sebaiknya menggunakan pelindung daerah hidung dan mulut dengan ukuran pori
yang kecil. Dikutip dari situs LIPI, virus Corona yang menyebabkan SARS berbentuk bulat dengan
diameter 100-120 nm (nanometer). Karena itu, pencegahan infeksi virus corona  lebih efektif bila
menggunakan masker yang berpori-pori lebih kecil dari 100 nm.
6. Seputar Wuhan, China

Wuhan, China, menjadi lokasi awal ditemukannya kasus virus corona  2019-nCoV dan terus
menyebar di antara penduduknya. Dikutip dari CNN, virus Corona menyebabkan 300 kematian dan
14.300 kasus telah terkonfirmasi di seluruh China.

Beberapa wilayah menyesalkan lambatnya reaksi pemerintah dalam menangani, memberi penjelasan,
dan mencegah kasus seperti yang terjadi di Hong Kong. Dikutip dari situs National Public Radio, virus
Corona Hong Kong menyebabkan tenaga kesehatan memprotes bila pemerintah tak juga menutup
pintu perbatasan dengan China. Para suster mengancam akan walkout dari fasilitas kesehatan akibat
aksi minim dari pemerintah setempat.

Perkembangan lain terkait virus Corona Jepang kini telah menjadi 20 kasus. Dikutip dari Japan
Times, Perdana Menteri Shinzo Abe telah memerintahkan penanganan lebih lanjut untuk mencegah,
menangani, dan memulangkan warganya dari Wuhan, China. Untuk virus Corona Batam, Indonesia
hingga saat ini belum ada kasus yang terkonfirmasi.

Virus Corona: Mungkinkah terinfeksi tapi tidak sakit?


Terinfeksi, tapi tidak sakit.

Sekretaris Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan,


Achmad Yurianto, mengatakan ia menyebut pria Jepang yang dinyatakan positif virus corona setelah
pulang berlibur di Bali itu bukan merupakan kasus COVID-19, karena otoritas kesehatan Jepang
berkali-kali mengatakan bahwa wisatawan tersebut terinfeksi SARS Coronavirus Tipe 2 (SARS CoV-
2). "Kita mengklarifikasi ke otoritas kesehatan Jepang, mereka menjawab bahwa turis tersebut dirawat
dengan infeksi SARS Coronavirus Tipe 2 (SARS CoV-2). Kita konfirmasi lagi, tetap jawabannya
adalah SARS Coronavirus Tipe 2," ujarnya kepada BBC News Indonesia. "Ini berbeda dengan
statemen otoritas kesehatan Jepang juga terhadap para ABK kita yang ada di [kapal] Diamond
Princess, yang sudah tegas disebut sebagai COVID-19." Achmad menjelaskan bahwa bahwa
berdasarkan pendapat sejumlah pakar, SARS CoV-2 memiliki perbedaan yang merupakan bentuk
mutasi dari virus yang awal ada di Wuhan yang dikenal dengan novel coronavirus. Mutasi tersebut
diyakini menyebabkan beberapa kasus positif SARS CoV-2 menunjukkan gejala klinis yang ringan
atau bahkan tidak menunjukkan gejala sama sekali alias asimptomatik. Pasien yang dinyatakan positif
SARS CoV-2 di Jepang, kata Achmad, menunjukkan "ada gejala, tapi ringan, tidak seperti yang di
Wuhan itu." Keyakinan akan mutasi itu membuat Kementerian Kesehatan memperpanjang masa
observasi para WNI yang bekerja di kapal Diamond Princess menjadi 28 hari dari yang biasanya
hanya dua pekan.

"Gejala yang muncul sekarang lebih ringan, ada beberapa malah tanpa gejala. Dan inkubasinya tidak
lebih dari 14 hari, tapi ada beberapa laporan yang memanjang sampai lebih dari dua kali 14 hari,
seperti yang terjadi di Diamond Princess," kata Achmad kepada BBC News Indonesia.
Laporan situasi COVID-19 yang diterbitkan WHO pada tanggal 21 Februari menyebutkan bahwa dari
1.200 laporan kasus di luar China, 30 pasien yang terdeteksi tidak menunjukkan gejala atau
asimptomatik. Ilmuwan di China juga melaporkan bahwa dalam studi terhadap satu keluarga,
ditemukan orang-orang yang terdeteksi positif SARS-CoV 2 namun tidak menunjukkan gejala.
Dalam laporan yang diterbitkan di jurnal ilmiah Lancet, seorang laki-laki bepergian dari kota Wuhan
ke Guangzhou menggunakan kereta api bersama istri dan anaknya. Ketiganya dinyatakan positif
SARS-CoV 2 lewat uji qRT-PCR namun hanya sang suami yang mengalami gejala sakit seperti
kenaikan suhu tubuh, radang tenggorokan, dan berkurangnya jumlah limfosit.

Tri Yunis Miko Wahyono, pakar epidemiologi dari Universitas Indonesia (UI), mengatakan bahwa
seseorang bisa saja terinfeksi SARS-CoV 2 tapi tidak menderita sakit Covid-19. Hal itu tergantung dari
jumlah virus yang masuk ke dalam tubuh dan ketahanan tubuh orang tersebut. "Semakin banyak virus
yang masuk, semakin berat melawannya. ... Yang pertahanan tubuhnya menang, bisa asimptomatik
atau [gejala] ringan," ujarnya kepada BBC News Indonesia. Namun orang yang asimptomatis tetap
bisa menyebarkan virus, kata Miko. Karena itu ia mengatakan otoritas kesehatan perlu memperketat
pengawasan dan pemantauan pada mereka yang menjalani karantina rumah karena ada
kemungkinan terdapat kasus yang tidak terdeteksi oleh skrining di bandara. Ia memperingatkan
bahwa dinas kesehatan dan Puskesmas di sejumlah daerah wisata seperti Bali bisa kesulitan dalam
melakukan pengawasan karena jumlah wisatawan yang begitu banyak.

"Jumlah dinas kabupaten dan Puskesmasnya kan terbatas, stafnya juga terbatas untuk mengawasi
begitu banyak, ya agak sulit," ujarnya. Sekretaris Ditjen Kementerian Kesehatan Achmad Yurianto
mengatakan pihaknya telah memeriksa orang-orang yang diduga kontak dengan turis Jepang yang
positif SARS CoV-2 sekaligus memantau kasus pneumonia di daerah itu — namun sejauh ini belum
menemukan apa-apa. "Artinya, kita meyakini tidak ada penularan di daerah itu meskipun kita harus
berpikir dengan masa inkubasi yang dua kali 14 hari berarti kita harus memantaunya sejak tanggal 15
Februari ketika ia datang sampai dengan 2 kali 14 hari ke depan."

Jumlah korban meninggal akibat virus corona


Update jumlah korban meninggal akibat virus corona COVID-19 menunjukkan peningkatan hingga
menjadi 2.470 orang pada Senin (24/2/2020) pukul 09.30 WIB. Sementara itu hingga pagi ini, 79.152
orang di lebih dari 30 negara dilaporkan terjangkit virus corona COVID-19. Jumlah orang yang
berhasil sembuh hingga hari ini mencapai 23.546 orang, atau naik sekitar 100 orang dari Minggu
(23/2/2020) kemarin, demikian menurut data yang dicatatkan Johns Hopkins CSSE. Taiwan juga
mengonfirmasi dua kasus baru virus corona COVID-19 pada Minggu (23/2/2020), sehingga jumlah
kasus di daerah itu menjadi 28. Kedua pasien baru yang dilaporkan itu adalah ayah dan anak masing-
masing berusia 80-an tahun dan 50-an tahun, menurut Central Epidemic Command Center.Mereka
tidak melakukan perjalanan ke manapun belakangan ini, tetapi para ahli kesehatan percaya mereka
mungkin tertular virus dari kerabat yang baru-baru ini mengunjungi Cina, demikian
dilaporkan CNN.com. Pejabat kesehatan masyarakat di Ontario, Kanada, juga mengonfirmasi ada
"dugaan kasus positif" dari virus corona COVID-19.Kasus tersebut melibatkan seorang wanita yang
tiba di Kanada dari Cina pada hari Jumat (21/2/2020), menurut Kementerian Kesehatan Ontario
mengatakan dalam rilis berita. Dia mengalami "batuk intermiten yang terus meningkat," kata rilis berita
itu, dia dirujuk pergi ke departemen darurat di North York General Hospital di Toronto atas saran
Telehealth Ontario. Pengujian laboratorium menunjukkan pasien itu "diduga positif" virus corona
COVID-19. Para pejabat sedang menunggu konfirmasi akhir dari National Microbiology Lab di
Winnipeg

Pasien dipulangkan dan dalam isolasi. Pejabat mengatakan kemungkinan besar pasien itu belum
menularkan ke siapa pun, sebab ia tak bertemu banyak orang sejak tiba di Kanada. Pejabat provinsi
sedang bekerja untuk menghubungi penumpang pesawat yang mungkin dekat dengan pasien atau
duduk di sebelahnya. Pertumbuhan ekonomi global saat ini melambat karena wabah coronavirus yang
menimbulkan risiko terbesar, ujar para menteri keuangan dan bankir saat bertemu di KTT G20 Arab
Saudi. Terlepas dari pandangan itu, G20 mengatakan pertumbuhan ekonomi global diperkirakan akan
meningkat secara "perlahan" pada tahun 2020 dan 2021. Tuan rumah pertemuan G20, Menteri
Keuangan Saudi Mohammed Al Jadaan, mengatakan negara-negara akan siap untuk bertindak atas
risiko yang ditimbulkan oleh virus corona terhadap perdagangan.
APAKAH PENYEBARAN VIRUS CORONA DI WUHAN CHINA KARENA
KEBOCORAN LABORATORIUM?
Pandangan dunia serentak tertuju ke Wuhan China. Kejadian ini bermula di kota Wuhan, di mana 27
orang dilaporkan menderita penyakit mirip pneumonia, demam, kesulitan bernafas, dan paru-paru
yang tidak normal. Kasus yang terjadi pada awal Desember 2019 hingga mendekari akhir Januari
2020 jumlah korbannya terus menanjak. Tercatat lebih dari 1400 orang di seluruh dunia terkena virus
corona dengan korban tewas lebih dari 40 orang. Dugaan awal penyebaran virus ini dari salah satu
pasar makanan laut di Kota Wuhan, yang juga menjual kelinci, ular, dan unggas lainnya. WHO
mengidentifikasikan virus misterius ini menjadi virus baru yang bernama Novel Corona Virus atau
dikenal dengan 2019-nCoV. Diawali pada 13 Januari 2020, kasus virus corona yang terjadi di luar
China ditemukan di Thailand. Selanjutnya pada 16 Januari lalu, seorang pria berkewarganegaraan
China yang tinggal di Jepang dinyatakan positif terkena virus corona. Pria ini diketahui tidak pernah
mengunjungi pasar di Wuhan, sehingga diduga pria tersebut terkena virus karena kontak dengan
orang yang sudah kena, atau penularan dari manusia ke manusia. Pada 17 Januari 2020, College
London menyebutkan terdapat 1.700 kasus virus corona di China. Pada 19 Januari 2020, virus corona
diketahui menyebar ke Korea Selatan, melalui seorang perempuan China yang telah berkunjung dua
kali ke Wuhan bulan sebelumnya.

Selanjutnya pada 20 Januari 2020, China menyatakan terdapat 139 kasus akibat virus corona. Selain
itu China juga menyebutkan virus corona telah terdeteksi di Beijing dan provinsi Guangdong.
Pemerintah juga menyatakan bahwa virus corona dapat menular dari manusia ke manusia. Berbagai
spekulasi dan dugaan muncul terkait kejadian virus corona di Wuhan China dan kemudian menyebar
ke berbagai tempat. Namun menganggap bahwa hal tersebut adalah alamiah adalah sangat aneh.
Hal yang mungkin terjadi adalah virus tersebut kemungkinan hasil rekayasa yang secara sengaja
disebarkan (sebagai alat bioterorisme) atau tidak sengaja tersebar (kecerobohan). Laboratoriun
penelitian virus paling maju di China dikenal dengan Wuhan Institute of Virology. Dany Showan
menyebutkan bahwa Wuhan memiliki dua laboratorium yang terhubung dengan program bio-warfare.
Shoham juga menduga bahwa virus corona berasal dari laboratorium Wuhan. Dany Shoham, mantan
perwira intelijen militer Israel yang mempelajari perang bio Cina, menyebutkan bahwa institut tersebut
terkait dengan program senjata biologi rahasia Beijing. Shoham adalah doktor mikrobiologi medis dan
analis senior intelijen militer Israel dengan pangkat Letnan Kolonel.

Meskipun demikian kabar ini masih sulit diterima secara logis karena jika virus tersebut berasal dari
laboratorium Wuhan maka potensi terpapar pertama kali justru dari petugas laboratorium tersebut.
Logika lainnya jika penyebaran ini memang disengaja oleh China tentu kurang masuk akal karena jika
ingin menyebarkan virus corona pasti bukan di daerahnya sendiri. Shoham tentu mempunyai tujuan
khusus dengan pernyataan di atas. Shoham adalah orang Israel. Bukan menjadi rahasia lagi bahwa
Israel sangat dekat dengan Amerika Serikat yang saat ini sedang menghadapi perang dagang cukup
sengit dengan China. Pernyataan Shoham dibantah oleh China. Selain itu China juga membantah
memiliki senjata biologis ofensif. China menyebutkan bahwa virus tersebut tidak diketahui asal
usulnya.

Virus corona sangat berbahaya secara global karena wilayah Wuhan adalah salah satu pusat industri
di China. Dari 500 perusahaan terbesar di dunia, 230 diantaranya berinvestasi di Wuhan. Hal ini
berkorelasi dengan konektivitas Wuhan dengan kota-kota besar di negara lain sangat tinggi. Data di
Bandar Udara Internasional Wuhan beberapa tahun yang lalu saja sudah melayani lebih dari 3.300
penumpang setiap hari dengan penerbangan langsung ke Asia, Eropa, Amerika, Timur Tengah dan
Australia. Propaganda yang mengarah kepada kecerobohan China dan narasi-narasi menggiring opini
bahwa virus corona ini menyebar karena kesalahan atau bahkan ulah China terus terjadi, dengan
dukungan banyak pihak yang mempunyai kepentingan medeskreditkan China. Namun hal yang lebih
penting adalah bagaimana semua pihak melakukan langkah-langkah yang tepat agar kasus virus
corona ini tidak menjadi bencana global dan tidak menjadi inspirasi untuk melemahkan negara
tertentu.

Satu hal yang sangat penting, China justru menunjukkan kehebatannya dalam melakukan
penanganan dan pemulihan atas serangan virus corona ini. Bahkan dengan sangat cepat mampu
membangun infrastruktur pendukung yang luar biasa. China menunjukkan bahwa mereka mampu
bertahan dari serangan yang dahsyat. Kejadian di Wuhan juga menjadi sinyal serius bagi intelijen
Indonesia agar terus meningkatkan kemampuan deteksi dini dan cegah dini atas ancaman yang terus
berubah. Ancaman saat ini bersifat asimetris, sulit ditebak, dan terjadi secara mendadak, bentuknya
juga diluar dugaan tapi mempunyai dampak yang siginifikan. Indonesia harus waspada.

Dampak Virus Corona, Pelayaran Hadapi Kongesti Pelabuhan dan Turunnya

Permintaan.
Rapat Terbatas yang dipimpin oleh Presiden Joko Widodo pada Selasa (4/2), salah satunya
memutuskan bahwa pengiriman barang/kargo dari dan ke negara China, baik melalui pelabuhan dan
bandara, tetap berjalan seperti biasa. Indonesia hanya menghentikan sementara pengiriman hewan
hidup (life animal) dari China. Sementara untuk penerbangan, yang mengangkut orang, dari dan
ke mainland China dihentikan sementara. Sikap Indonesia di atas sejalan dengan sikap WHO dan
IMO yang menyarankan tindakan untuk membatasi risiko penyebaran virus Corona, tanpa
pembatasan terhadap lalu lintas barang internasional. Kementerian Perhubungan cq. Direktorat
Jenderal Perhubungan Laut (DJPL) menyatakan akan mengawasi secara ketat pelaksanaan
rekomendasi IMO terkait peningkatan pengawasan dan pencegahan terhadap masuknya virus Korona
ke tanah air. Demikian menurut Direktur Kesatuan Penjagaan Laut dan Pantai (KPLP) Ahmad pada
hari Rabu (5/1).

Permintaan Anjok
Di China sendiri, untuk membatasi penyebaran virus Corona di dalam negeri, Pemerintah telah
memperpanjang libur Tahun Baru Imlek hingga 9 Februari. Diterapkan di setidaknya 14 kota dan
provinsi. Tujuh di antaranya berada di pesisir timur China, antara lain Guangdong, Fujian, Zhejiang,
Shanghai, Jiangsu, Shandong, dan Hebei. Semuanya adalah pusat industri dan perdagangan dengan
dukungan fasilitas pelabuhan modern dan berkapasitas besar. Perpanjangan libur Imlek di atas
membuat produksi dan aktivitas logistik menurun. Penerapan prosedur pemeriksaan yang lebih ketat
terhadap kapal dan awaknya, membuat arus barang terlambat. Kombinasi keduanya berdampak
besar terhadap industri pelayaran dunia. Merujuk PR News Service, firma riset kontainer yang
berbasis di Inggris, dampak dari kongesti dan anjloknya demand membuat perusahan pelayaran
dunia membatalkan beberapa skedulnya. Maersk line membatalkan dua pelayaran Asia-Eropa. Dua
kapal yang awalnya dijadwalkan berlayar dalam dua minggu ke depan, dengan kapasitas setara
26.000 kaki (TEU). Ocean Alliance, yang dipimpin CMA CGM, membatalkan tiga jadwal pelayaran
rute Asia-Eropa untuk tiga minggu ke depan, yang melibatkan kapal CMA CGM Laperouse (13,380-
TEU), Ever Globe (20,160-TEU), dan CSCL Saturn (14,074-TEU). Walau terlalu dini, keadaan di
China saat ini memang membuat dunia khawatir. Sepuluh pelabuhan terbesar dan tersibuk di dunia
berada di negara tersebut.  Pemilik dan operator armada terbesar ketiga di dunia, yaitu COSCO
berpusat di China untuk kargo, awak kapal dan logistik. Sekitar 70 persen lalu lintas barang di dunia
melewati kawasan Asia, dimana dan 50 persen didominasi kargo dan armada China.

Para peneliti dari University of Washington dan Institute for Protein Design telah menciptakan peta
protein kunci virus corona COVID-19 skala atom 3D pertama. Apa yang dilakukan para ahli biokimia
itu membuka kemungkinan baru untuk mengembangkan perawatan dan vaksin. Peta tersebut
menunjukkan susunan protein 3D dalam lonjakan molekul yang digunakan virus corona memaksa
masuk ke dalam sel yang terinfeksi. Setelah virus masuk, ia memberikan kode genetik yang
mengendalikan sel untuk menyebarkan infeksi. Menemukan cara untuk menghentikan infeksi adalah
tugas besar. Sejak virus itu muncul di kota Wuhan, Provinsi Hubei, Cina, akhir tahun lalu, ada lebih
dari 75.000 kasus COVID-19 di 29 negara, yang mengakibatkan lebih dari 2.000 kematian. Virus
corona mengacu pada kelas virus, termasuk flu biasa, yang memiliki lonjakan protein berbentuk
mahkota di atasnya (Corona adalah kata latin untuk mahkota). Gejala yang terkait dengan COVID-19
adalah demam, batuk dan sesak napas, pada tingkat yang jauh lebih serius daripada yang terlihat
pada penderita pilek. Pemerintah di seluruh dunia melakukan karantina untuk mengurangi
penyebaran virus, dan memberikan perawatan terbaik yang mereka miliki untuk melawan virus itu.

Namun, para peneliti berlomba mengembangkan vaksin dan jenis lain dari perawatan antivirus yang
khusus untuk COVID-19 dalam jangka panjang, dan di situlah peran peta 3D yang diterbitkan oleh
jurnal Science. Institute for Protein Design telah menjadi yang terdepan dalam rekayasa protein untuk
memerangi penyakit. Tekniknya melihat pada struktur protein 3D, kemudian menciptakan kunci
molekuler yang cocok dengan protein tersebut, baik untuk memfasilitasi interaksi molekuler atau
memperbaiki reaksi dan mencegah interaksi. Untuk COVID-19, institut ini sedang mencari cara untuk
menyelesaikan pekerjaannya. Para peneliti telah melaporkan beberapa keberhasilan dalam
mengembangkan "Flu" yang mengikat dirinya dengan protein pada lapisan luar virus influenza yang
dikenal sebagai hemagglutinin atau influenza HA. Peta yang baru dirilis dapat membantu mereka
membuat protein mini serupa untuk COVID-19. Direktur Institut David Baker mengatakan para penulis
studi telah mengirim email kepadanya mengenai itu. "Kami menggunakannya untuk merancang
pengikat mini-protein yang stabil ke berbagai situs pada protein lonjakan, bekerja sama dengan David
Veesler di sini yang menyediakan protein dan keahlian," kata Baker kepada GeekWire. "Dengan
analogi protein mini yang kami rancang melawan influenza HA, kami berharap desain afinitas tinggi
untuk menetralkan virus."

Jika pengikat bekerja seperti yang mereka lakukan dengan virus flu, mereka bisa menjadi bagian dari
pengobatan pemblokiran virus yang efektif, atau berfungsi sebagai dasar untuk alat diagnostik baru.
Veesler dan rekan timnya juga di antara banyak peneliti di seluruh dunia yang bekerja untuk
mengembangkan vaksin COVID-19. Para pemburu vaksin juga termasuk para peneliti di University of
Texas, Austin dan National Institutes of Health yang membuat peta protein 3D untuk COVID-19.
Mereka memanfaatkan pengalaman mereka sebelumnya dalam mengunci dan memetakan lonjakan
protein untuk virus corona lain, seperti SARS dan MERS.
Hadijah, Siti.2020. “Fakta Penting Virus Corona, Gejala dan Tindakan Pencegahannya”,
https://www.cermati.com/artikel/fakta-penting-virus-corona-gejala-dan-tindakan-pencegahannya,
diakses pada 29 Februari 2020 pukul 12.02

Widiyani, Rosmha. 2020. “Virus Corona: Pengertian, Gejala, dan Seputar


Wuhan”,https://news.detik.com/berita/d-4882656/virus-corona-pengertian-gejala-dan-seputar-
wuhan, diakses pada 29 Februari 2020 pada pukul 12.15.
Lidwina, Anrea. 2020. “Virus Corona Sudah Tiba di Indonesia”,
https://katadata.co.id/infografik/2020/02/28/virus-corona-sudah-tiba-di-indonesia#, diakses pada
tanggal 29 Februari 2020 pada pukul 12.26.

Anugrah, Pijar. 2020. “Virus corona : Mungkinkah terinfeksi tapi tidaj sakit?”,
https://www.bbc.com/indonesia/indonesia-51655781, diakses pada tanggal 29 Februari 2020 pada
pukul 12.32.

Putsanra, Dipna Videlia. 2020. “Virus Corona 24 Februari: 2.470 Meninggal, 79.152 Kena COVID-19”,
https://tirto.id/virus-corona-24-februari-2470-meninggal-79152-kena-covid-19-eAY3, diakses
pada tanggal 29 Februari 2020 pada pukul 12.51.

Riyanta, Stanislaus. 2018. “APAKAH PENYEBARAN VIRUS CORONA DI WUHAN CHINA KARENA
KEBOCORAN LABORATORIUM?. Jurnal Kesehatan. Volume 2 (hlm. 12-15)

Naushad khan. Dan Mahrnoor Naushad. 2019. “Efek of corona virus ontheworld community. Journal
Ofphysics. Volume 6 (hlm 53-60)

Hui wen cen add all. 2016. “Synthetic virus-like particles prepared via protein corona formation enable
effective vaccine in an avian model of coronavirus infection. Journal of Biomaterials. Volume 106 (hlm
111-118)

Anda mungkin juga menyukai