Diawal tahun 2020 ini, dunia digemparkan dengan menyebarnya virus baru
yaitu coronavirus atau virus corona yang mematikan. Diketahui, asal mula
virus ini berasal dari Wuhan, Cina. Ditemukan pada akhir Desember tahun
2019.
Kondisi terkini, wirus yang memiliki nama resmi Novel 201 Coronavirus
(2019-nCoV) ini dilaporkan telah menjangkit lebih dari 5.974 orang dan
telah menewaskan lebih dari 132 orang (data kompas per 29 Januari
2020).
Faktor penyebaran Virus Corona diyakini kuat terjadi karena adanya kontak
secara langsung dengan orang yang baru saja berkunjung di Wuhan atau
Cina. Hingga saat ini, berita seputar virus Corona masih menjadi perhatian
utama semua negara untuk waspada dan tetap siaga menghadapi virus
corona yang belum ditemukan vaksinnya.
Nah, biar Anda dan keluarga lebih waspada, sebaiknya ketahui 7 fakta
penting virus corona berikut ini.
Virus corona dikatakan masih satu keluarga dengan SARS dan MERS
yang juga merupakan virus mematikan dan pernah menggegerkan dunia
pada tahun 2002 dan 2012. Sama seperti corona, SARS juga pertama kali
ditemukan di Cina, tepatnya di Guangdong. Sedangkan viurs MERS
pertama kali diindentifikasi di Jeddah, Arab Saudi.
Untuk saat ini, penanganan yang bisa diberikan oleh pihak medis terhadap
korban-korban yang terjangkit penyakit ini adalah penanganan medis
penerapan sistem isolasi terhadap kepada korban yang terjangkit.
Virus corona dipercaya pertama kali muncul di akhir tahun lalu di sebuah
pasar makanan di Wuhay yang ditelah dikatakan secara ilegal menjual
satwa liar. Diduga virus ini bisa menular ke manusia berasal dari ular dan
kelelawar. Kedua jenis binatang ini biasa dijual di Pasar Makanan Laut
Huanan untuk dikonsumsi.
Jika Anda salah satu pengguna produk smartphone Xiaomi bisa mencoba
mendownload dan menggunakan fitur ini untuk melindungi diri. Terutama
ketika Anda sedang berpergian keluar negeri dan ke lokasi wisata yang
banyak dikunjungi wisatawan internasional.
Kabar baik, pasien pertama yang sembuh dari virus corona adalah pria
berusia 23 tahun yang merupakan seorang pekerja di stasiun kereta
Hankou tapi menetap di Wuhan. Selain itu ada juga wanita lansia usia 87
juga dinyatakan telah sembuh dari virus corona. Sampai saat ini telah
dikonfirmasikan sudah ada 51 pasien yang dinyatakan sembuh dari virus
corona (kompas, 29 Januari 2020)
Tapi, dicover atau tidak yang terpenting adalah tetap berhati-hati ketika
Anda bepergian kemanapun. Jangan lupa untuk membawa obat-obatan
pribadi, mengonsumsi makanan bersih dan hindari mendatangi tempat-
tempat kumuh. Corona atau tidak, virus penyakit apapun tidak boleh
dipandang sebelah mata, karena semua tetap bertujuan untuk merusak
kesehatan Anda
Plt Kepala Biro Kerja sama dan Humas Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Ade Erlangga mengatakan, libur diberikan sesuai masa inkubasi Virus Corona.
“Libur hanya kami berikan kepada siswa, pengajar, dan karyawan lembaga
kependidikan yang melakukan perjalanan ke negara yang teridentifikasi suspect
Virus Corona,” jelasnya di Jakarta, Senin (9/3/2020).
Ade menjelaskan, hak libur selama dua pekan diberikan setelah mendapatkan
persetujuan dari sekolah. Selain itu peserta didik atau guru yang bersangkutan
menunjukkan gejala klinis mengarah pada infeksi Virus Corona dengan adanya
demam, batuk dan pilek. “Kami juga mengidentifikasi dalam satu bulan terakhir.
Apa siswa itu melakukan perjalanan ke daerah episentrum, terutama perjalanan ke
luar negeri dan tidak melakukan kegiatan-kegiatan di luar sekolah,” jelasnya.
Ade mengimbau agar peserta didik dan guru untuk berkonsultasi dengan pihak
Dinas Kesehatan (Dinkes) setempat untuk mengetahui lebih pasti kondisi
kesehatannya, usai melakukan perjalanan ke daerah yang teridentifikasi Virus
Corona. “Secepatnya, mereka melakukan koordinasi dengan tenaga kesehatan atau
dengan lembaga pelayanan kesehatan di wilayah setempat, bila usai berkunjung
dari wilayah teridentifikasi wabah Virus Corona,” katanya.
“Belum ada laporan, tapi nanti kami cek ya ke Dinas Pendidikan karena ada di
ranah pemerintah daerah (pemda). Kami koordinasi terus dengan dinas kesehatan
dan juga dinas pendidikan,” tegasnya.
Ade menjelaskan, kebijakan membolehkan libur setelah pulang dari luar negeri
episentrum Virus Corona untuk mengantisipasi penyebaran penyakit ini di sekolah-
sekolah dan perguruan tinggi di Indonesia. Diketahui negara-negara yang telah
menjadi episentrum Corona selain China adalah Korea Selatan (Korsel), Iran, dan
Italia.
Ketujuh, jika terdapat ketidakhadiran dalam jumlah besar karena sakit yang
berkaitan dengan pernapasan, Dinas Pendidikan berkoordinasi dengan Dinas
Kesehatan setempat.
Kedelapan, mengalihkan tugas pendidik dan tenaga kependidikan yang absen
kepada tenaga kependidikan lain yang mampu. (dalam hal ini bukan kewenangan
Kementerian Kesehatan untuk menetapkan, sehingga Kementerian Kesehatan tidak
memberikan masukan).
Ke-14, melakukan skrining awal berupa pengukuran suhu tubuh terhadap semua
tamu yang datang ke institusi pendidikan. Ke-15, warga sekolah dan keluarga yang
berpergian ke negara dengan transmisi lokal Covid-19 (Informasi daftar negara
dengan transmisi lokal COVID-19 dapat diakses di www.covid19.kemkes.go.id
dan mempunyai gejala demam atau gejala pernapasan seperti batuk/pilek/sakit
tenggorokan/sesak napas diminta untuk tidak melakukan pengantaran,
penjemputan, dan berada di area sekolah.
Kepala Seksi Kesiswaan dan Sumber Belajar Dinas Pendidikan DKI Jakarta
Momon Sulaeman saat dikonfirmasi mengatakan, pihaknya masih menunggu
laporan terkait sekolah yang meliburkan siswanya terkait Corona.
Selain itu, pihak sekolah tidak bisa dihubungi karena sudah libur. Ia juga
mengatakan, pembinaan sekolah internasional berada di bawah Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan bukan dari Dinas Pendidikan sehingga tidak bisa
melakukan intervensi.
Beberapa waktu lalu, Team Leader Security sekolah itu Firmansyah ketika ditemui
di Jakarta, Selasa (3/3/2020) menyampaikan keputusan pihak sekolah meliburkan
kegiatan pendidikan dikarenakan salah satu pengajar diduga terkena Virus Corona.
“Sambil menunggu hasilnya tes guru itu negatif atau tidak, selama 14 hari
diliburkan,” kata Firmansyah.
Menurut dia, guru yang dites tersebut telah dibawa ke RSPI Sulianti Saroso di
Jakarta Utara untuk diperiksa oleh tim medis. Guru tersebut berusia 40 tahunan,
berjenis kelamin perempuan. Sebelum menjalani pemeriksaan guru tersebut sudah
tidak masuk sejak Senin (2/3/2020).
Di lain pihak, Pengamat Kesehatan Universitas Indonesia (UI) Ratna Sitompul
mengatakan, ada banyak dampak tragedi endemik Virus Covid-19 terhadap dunia
pendidikan. Dampak Corona terhadap dunia pendidikan, khususnya perguruan
tinggi bidang kesehatan sangat positif. Ini karena mereka akan berlomba-lomba
melakukan penelitian untuk mendapatkan obat pencegah Virus Covid-19.
Sedangkan dampak negatif terjadi terhadap dunia pendidikan jenjang SD sampai
SMA adalah ketakutan saat diliburkan.
“Karena sudah beda pengetahuan, makanya ada yang takut, dan yang lain
semangat buat meneliti obatnya. Harus dapat dipahami psikologis di antara dunia
pendidikan ini. Makanya, jika diliburkan akan membuat mereka bertambah takut,”
ujarnya.
Dan karena dampaknya sangat besar terhadap dunia pendidikan, sambung Ratna,
sosialisasi pencegahan persebaran Virus Corona di lingkungan pendidikan penting.
Sebab wilayah pendidikan merupakan sarana yang paling dekat untuk
mengedukasi generasi muda dalam hal kesehatan. Hal utama yang harus dilakukan
generasi muda untuk mencegah persebaran Virus Corona, yakni tetap menerapkan
pola hidup sehat, serta menjaga kebersihan diri ataupun lingkungan.
“Pencegahannya sudah bisa dikerjakan. Buat apa takut karena ini penyakit biasa
saja. Kalau tubuh sehat mana ada virus yang masuk. Jadi tetap memelihara
kebiasaan hidup bersih dan sehat,” pungkasnya.
Anak-Anak Dikucilkan
Ketua Umum LPAI Seto Mulyadi mengatakan, pengembalian rasa percaya diri
anak-anak di perumahan tempat pasien pengidap Virus Corona ini perlu dilakukan
Pemkot Depok. Mengingat, dampak dari banyaknya pemberitaan tentang Virus
Covid-19 ini membuat anak-anak di lokasi tersebut kerap dikucilkan di sekolah.
Aksi tersebut pun membuat tekanan psikis yang dirasakan anak.
“Ini yang harus cepat dicegah pemerintah daerah (pemda) di Depok. Ini berdampak
negatif bagi anak-anak di sana. Mereka sudah hidup dalam ketakutan dan kerap
dipergunjingkan teman-temannya di sekolah. Kalau dibiarkan efeknya nanti sangat
buruk sekali,” katanya saat dikonfirmasi, Senin (9/3/2020).
Selain itu, lanjut Kak Seto, sapaannya, dari laporan yang diterima pihaknya
tindakan diskriminasi terhadap anak-anak yang tinggal di perumahan tersebut
kerap terjadi di sekolah. Teman-temannya menganggap mereka dari perumahan itu
harus dijauhi karena suspect Virus Corona. Padahal pemahaman tentang hal itu
sangat minim diketahui anak di bawah umur.
“Mereka hanya menerka-nerka saja tanpa tahu kebenaran informasi tersebut. Yang
mereka tahu hanya menyebut teman-temannya dijauhi karena kena Corona. Ya
akhirnya diskriminatif pun terjadi di dalam dan luar sekolah,” paparnya.
Dijelaskan Kak Seto, pemberian trauma healing bagi anak-anak di sekolah terkait
Virus Corona perlu diberikan. Tugas itu dapat dikerjakan Dinas Pendidikan
(Disdik) bersama Dinas Kesehatan (Dinkes). Pemberian informasi untuk tidak
menjauhi anak-anak di perumahan itu pun perlu diberikan.
“Diberikan pengarahan, agar jangan sampai jauh diskriminasi ini terjadi di antara
anak-anak tersebut. Kalau perlu juga para guru diingatkan untuk memberikan ini
ke murid-murid. Jika ini berjalan, maka masalah ini cepat ditangani,” jelasnya.
Menurut Kak Seto, tidak ada yang perlu ditakutkan dengan virus tersebut selama
daya tahan tubuh terjaga dengan pola hidup bersih dan sehat. Apalagi pada anak
yang telah mendapatkan imun dari makanan yang dikonsumsi.
“Tidak usah takut datang ke Depok, dan mereka yang tinggal di sana juga tidak
perlu berkecil hati karena semua sudah ditangani pemerintah. Warga Depok harus
merasa bersih dan sehat. Tidak ada apa-apa,” tandasnya.
Salah satu warga Perumahan Studio Alam Indah, Kecamatan Sukmajaya, Depok,
Teguh Prawiro mengaku sejak adanya informasi temuan pasien Corona, kehidupan
warga dan anak-anak di sana berubah drastis. Mereka merasa terasingkan warga
Depok. Ini mulai dari diliburkan dari tempat kerja, sekolah hingga tak adanya
pedagang yang mau berjualan ke dalam perumahan.
“Kadang anak pulang dari sekolah sering ngadu, ya teman-temannya bilang jangan
mau salaman nanti kena Corona. Tentu mereka ini trauma dengan hal itu. Saya sih
hanya bilang itu tidak perlu didengarkan karena mereka tidak tau apa-apa soal ini,”
ungkapnya.
Teguh menegaskan, pembentukan Tim Trauma Healing dari Pemkot Depok sangat
diperlukan sekali. Karena hal itu untuk mengembalikan rasa percaya diri anak dan
warga perumahan itu yang telah mendapatkan tindak diskriminasi dari publik akan
temuan Virus Corona.
Dirinya juga berharap hal itu dapat membuat kehidupan warga seperti semula.
Menjawab itu Wakil Wali Kota Depok Pradi Supriatna menuturkan, pembentukan
Posko Trauma Healing di lokasi perumahan tersebut telah dibentuk. Kemudian
kegiatan itu juga dilakukan di sejumlah sekolah. Kegiatan tersebut telah dikerjakan
jajaran dua hari pasca temuan pasien pengidap Virus Corona.
“Memang pengembalian rasa trauma yang dihadapi warga butuh waktu lama.
Kami pun masih terus berusaha dengan itu semua. Tidak mungkin kami mau
meninggalkan mereka seperti itu sekarang,” tuturnya.
Anggota Fraksi PKS DPR RI, Abdul Fikri Faqih meminta Kemendikbud
mempertimbangkan opsi meliburkan sekolah dan perguruan tinggi. Dia
mengingatkan Mendikbud Nadiem Makarim bahwa World Health Organization
(WHO) atau Badan Kesehatan Dunia juga telah memberi rekomendasi untuk
meliburkan sekolah untuk menjaga kesehatan civitas akademika.
Wakil Ketua DPR RI Sufmi Dasco Ahmad menilai kebijakan meliburkan sekolah
belum perlu dilakukan. “Menurut saya, hal yang dilakukan sekolah belum perlu,
karena kita lihat penanganan di pusat di provinsi masing-masing ini sudah mulai
berjalan dengan sistem pencegahan,” katanya kepada INDOPOS di Kompleks
Parlenen, Senayan, Senin (9/3/2020).