Anda di halaman 1dari 17

https://kesehatan.kontan.co.

id/news/bukan-corona-berikut-10-virus-paling-mematikan-di-
bumi?page=all

KONTAN.CO.ID - Data World Health Organization (WHO) membuktikan, mayoritas pasien


virus corona baru yang tersebar di berbagai dunia berhasil sembuh. Dari angka infeksi
mencapai 157.476 orang di 155 negara per 15 Maret lalu, angka kesembuhan mencapai
75.953 orang. 

Secara virologi, jenis virus corona yang menyebabkan penyakit Covid-19 memang tidak
terlalu mematikan. Sedikitnya, ada 10 virus lainnya yang lebih mematikan dibanding virus
corona baru, melansir Live Science, yakni sebagai berikut: 

.1.Marburg 

Para ilmuwan menemukan virus Marburg pada 1967, saat outbreak dalam skala kecil
merebak di antara para pekerja di Jerman. Mereka terkena infeksi dari monyet yang dibawa
dari Uganda. 

Marburg mirip dengan Ebola, yang menyebabkan demam tinggi. Demam yang sangat tinggi
ini kerap menimbulkan syok, gagal organ, kemudian kematian. 

Angka kematian pada outbreak pertama bahkan mencapai 25%. Namun, pada 1998-2000,
angka kematiannya mencapai 80% saat terjadi outbreak di Kongo. 

Baca Juga: Mengenal gejala awal terjangkit virus corona dari hari ke hari

2. Ebola 

Outbreak Ebola pertama pada manusia diketahui terjadi di Sudan dan Kongo, tepatnya pada
1976. Ebola ditularkan lewat kontak dengan darah atau cairan tubuh lainnya, serta kontak
langsung dari orang atawa hewan yang terinfeksi. 

Terdapat lebih dari satu jenis virus Ebola, dan tingkat bahayanya bervariasi. Elke
Muhlberger, pakar virus Ebola di Boston University, menjelaskan, salah satu jenis virus,
Ebola Reston, tidak membuat orang sakit. 

Namun, jenis Bundibugyo memiliki tingkat kematian sampai 50%, bahkan sampai 71% saat
outbreak di Kongo.

3. Rabies 

Meski pada 1920-an vaksin rabies telah ditemukan, kasusnya masih sangat banyak di India
dan Afrika. “Virus rabies menghancurkan sel-sel otak. Penyakit yang sangat, sangat parah,”
tutur Muhlberger. 
Sejatinya, manusia punya antibodi untuk memerangi rabies. Tapi, jika hewan tidak divaksin
rabies dan terkena virus, kemudian menggigit kita, “Hampir bisa dipastikan 100% Anda akan
meninggal,” lanjut dia. 

Baca Juga: Catat, ini daftar barang yang tidak harus Anda borong saat wabah corona

4. HIV 

Dalam dunia modern saat ini, HIV bisa jadi virus paling mematikan. Diperkirakan 32 juta
orang meninggal karena HIV sejak penyakit tersebut pertama kali ditemukan pada awal
1980-an. 

“HIV adalah salah satu pembunuh paling sadis,” tutur Dr Amesh Adalja, ahli penyakit
menular untuk Infectious Disease Society of America. 
Obat antiviral yang telah diciptakan memungkinkan seseorang untuk hidup bertahun-tahun
meski terkena HIV. Tapi, di beberapa negara miskin, infeksi HIV masih sangat tinggi. 

WHO menyebutkan, di negara-negara miskin dan kurang berkembang, HIV menginfeksi


sebanyak 95% populasi. Sebanyak satu dari 25 orang Afrika positif HIV. 

5. Cacar 

Pada 1980-an, World Health Assembly mendeklarasikan “dunia bebas dari virus cacar”.
Tetapi, sebelum itu, manusia sudah memerangi virus ini selama ribuan tahun. 

Penyakit cacar membunuh satu dari tiga orang yang terinfeksi. Para pejuang cacar kerap
bertahan dengan luka permanen dan kebutaan. 

Angka kematian di negara-negara luar Eropa lebih tinggi. Pada abad ke-20 saja, cacar
membunuh 300 juta orang di seluruh dunia.

Hantavirus 

Hantavirus Pulmonary Syndrome (HPS) pertama kali menjadi perhatian di Amerika Serikat
pada 1993. Saat itu, seorang warga dan pasangannya yang tinggal di wilayah Four Corners
meninggal dunia karena kehabisan napas. 

Beberapa bulan setelahnya, petugas medis menemukan hantavirus dari tikus yang hidup di
rumah tersebut. Kini, lebih dari 600 orang di Amerika Serikat terkena HPS, dengan angka
kematian sebesar 36% berdasarkan Centers of Disease Control and Prevention. 

Virus tersebut tidak menular antarmanusia, tetapi dari kotoran tikus yang terinfeksi. 

7. Influenza 
Saat musim flu, lebih dari 500.000 orang di dunia meninggal karena virus influenza. Namun,
terkadang beberapa jenis virus influenza menyebar lebih cepat sehingga menimbulkan
angka kematian yang lebih tinggi. 

Pandemi flu terburuk sepanjang sejarah adalah Spanish flu (flu Spanyol) yang merebak
tahun 1918. Virus ini menginfeksi sepertiga warga dunia, dan membunuh 50 juta orang. 

Virus dengue pertama kali muncul di Filipina dan Thailand pada 1950-an. Virus ini hidup di
wilayah tropis, termasuk Indonesia, dan ditransmisikan lewat nyamuk Aedes aegepti. 

Tiap tahun, dengue menginfeksi 50 sampai 100 juta orang di seluruh dunia. Di Indonesia ,
dengue terus mewabah dari tahun ke tahun. 

8.Rotavirus 

Rotavirus adalah penyebab utama diare parah pada bayi dan anak-anak. Virus ini juga
menyebar sangat cepat. Di negara-negara miskin, angka kematian akibat rotavirus sangat
tinggi karena pasien yang dehidrasi. 

WHO memperkirakan 453.000 anak-anak di bawah usia lima tahun meninggal dunia karena
rotavirus pada 2008. 

10. SARS-CoV 

Virus yang menyebabkan gangguan pernapasan, atau SARS, pertama kali ditemukan pada
2002. Virus ini berbeda dari SARS-CoV-2, penyebab Covid-19 yang saat ini merebak. 

WHO menyebutkan, virus ini pertama kali muncul dari Provinsi Guangdong, China. Usai
mewabah di China, virus ini kemudian menyebar ke 26 negara. 

Penyakit ini mengakibatkan demam, nyeri sendi, dan pneumonia. Angka kematian akibat
penyakit ini mencapai 9,6%, dan sampai saat ini belum ada vaksinnya.
EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN DARING DI MASA PANDEMI COVID-19

Sebagai upaya untuk mencegah pandemi Covid-19, pemerintah mengeluarkan kebijakan


agar sekolah-sekolah meminta siswanya untuk belajar di rumah. Mulai 16 Maret 2020
sekolah menerapkan metode pembelajaran siswa secara daring. Lalu, efektifkah
pembelajaran daring ini?

Saat ini Corona menjadi pembicaraan yang hangat. Di belahan bumi manapun, corona masih
mendominasi ruang publik. Dalam waktu singkat saja, namanya menjadi trending topik,
dibicarakan di sana-sini, dan diberitakan secara masif di media cetak maupun elektronik.
Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus 2 (SARS-COV-2) yang lebih dikenal dengan
nama virus corona adalah jenis baru dari coronavirus yang menyebabkan penyakit menular
ke manusia.

Covid-19 adalah penyakit menular yang disebabkan oleh jenis coronavirus yang baru
ditemukan. Walaupun lebih banyak menyerang ke lansia, virus ini sebenarnya bisa juga
menyerang siapa saja, mulai dari bayi, anak-anak, hingga orang dewasa. Virus corona ini bisa
menyebabkan ganguan ringan pada sistem pernapasan, infeksi paru-paru yang berat, hingga
kematian.

Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) pertama kali ditemukan di kota Wuhan, China pada
akhir Desember 2019. Virus ini menular sangat cepat dan telah menyebar hampir ke semua
negara, termasuk Indonesia, hanya dalam waktu beberapa bulan saja. Sehingga WHO pada
tanggal 11 Maret 2020 menetapkan wabah ini sebagai pandemi global.

Hal tersebut membuat beberapa negara menetapkan kebijakan untuk memberlakukan


lockdown dalam rangka mencegah penyebaran virus corona. Di Indonesia sendiri,
diberlakukan kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) untuk menekan
penyebaran virus ini.Karena Indonesia sedang melakukan PSBB, maka semua kegiatan yang
dilakukan di luar rumah harus dihentikan sampai pandemi ini mereda.

Beberapa pemerintah daerah memutuskan menerapkan kebijakan untuk meliburkan siswa


dan mulai menerapkan metode belajar dengan sistem daring (dalam jaringan) atau online.
Kebijakan pemerintah ini mulai efektif diberlakukan di beberapa wilayah provinsi di
Indonesia pada hari Senin, 16 Maret 2020 yang juga diikuti oleh wilayah-wilayah provinsi
lainnya. Tetapi hal tersebut tidak berlaku bagi beberapa sekolah di tiap-tiap daerah.
Sekolah-sekolah tersebut tidak siap dengan sistem pembelajaran daring, dimana
membutuhkan media pembelajaran seperti handphone, laptop, atau komputer.

Sistem pembelajaran daring (dalam jaringan) merupakan sistem pembelajaran tanpa tatap
muka secara langsung antara guru dan siswa tetapi dilakukan melalui online yang
menggunakan jaringan internet. Guru harus memastikan kegiatan belajar mengajar tetap
berjalan, meskipun siswa berada di rumah. Solusinya, guru dituntut dapat mendesain media
pembelajaran sebagai inovasi dengan memanfaatkan media daring (online).
Hal ini sesuai dengan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia terkait Surat
Edaran Nomor 4 Tahun 2020 tentang Pelaksanaan Kebijakan Pendidikan dalam Masa
Darurat Penyebaran Corona Virus Disease (COVID-19).

Sistem pembelajaran dilaksanakan melalui perangkat personal computer (PC) atau laptop
yang terhubung dengan koneksi jaringan internet. Guru dapat melakukan pembelajaran
bersama diwaktu yang sama menggunakan grup di media sosial seperti WhatsApp (WA),
telegram, instagram, aplikasi zoom ataupun media lainnya sebagai media pembelajaran.
Dengan demikian, guru dapat memastikan siswa mengikuti pembelajaran dalam waktu yang
bersamaan, meskipun di tempat yang berbeda.

Semua sektor merasakan dampak corona. Dunia pendidikan salah satunya. Dilihat dari
kejadian sekitar yang sedang terjadi, baik siswa maupun orangtua siswa yang tidak memiliki
handphone untuk menunjang kegiatan pembelajaran daring ini merasa kebingungan,
sehingga pihak sekolah ikut mencari solusi untuk mengantisipasi hal tersebut. Beberapa
siswa yang tidak memiliki handphone melakukan pembelajaran secara berkelompok,
sehingga mereka melakukan aktivitas pembelajaran pun bersama. Mulai belajar melalui
videocall yang dihubungkan dengan guru yang bersangkutan, diberi pertanyaan satu
persatu, hingga mengapsen melalui VoiceNote yang tersedia di WhatsApp. Materi-
materinya pun diberikan dalam bentuk video yang berdurasi kurang dari 2 menit.

Permasalahan yang terjadi bukan hanya terdapat pada sistem media pembelajaran akan
tetapi ketersediaan kuota yang membutuhkan biaya cukup tinggi harganya bagi siswa dan
guru guna memfasilitasi kebutuhan pembelajaran daring. Kuota yang dibeli untuk
kebutuhan internet menjadi melonjak dan banyak diantara orangtua siswa yang tidak siap
untuk menambah anggaran dalam menyediakan jaringan internet.

Hal ini pun menjadi permasalahan yang sangat penting bagi siswa, jam berapa mereka harus
belajar dan bagaimana data (kuota) yang mereka miliki, sedangkan orangtua mereka yang
berpenghasilan rendah atau dari kalangan menengah kebawah (kurang mampu). Hingga
akhirnya hal seperti ini dibebankan kepada orangtua siswa yang ingin anaknya tetap
mengikuti pembelajaran daring.

Pembelajaran daring tidak bisa lepas dari jaringan internet. Koneksi jaringan internet
menjadi salah satu kendala yang dihadapi siswa yang tempat tinggalnya sulit untuk
mengakses internet, apalagi siswa tersebut tempat tinggalnya di daerah pedesaan, terpencil
dan tertinggal. Kalaupun ada yang menggunakan jaringan seluler terkadang jaringan yang
tidak stabil, karena letak geografis yang masih jauh dari jangkauan sinyal seluler. Hal ini juga
menjadi permasalahan yang banyak terjadi pada siswa yang mengikuti pembelajaran daring
sehingga kurang optimal pelaksanaannya.

Ramai diberbagai media sosial yang menceritakan pengalaman orangtua siswa selama
mendampingi anak-anaknya belajar baik positif maupun negatif. Seperti misalnya ternyata
ada orangtua yang sering marah-marah karena mendapatkan anaknya yang sulit diatur
sehingga mereka tidak tahan dan menginginkan anak mereka belajar kembali di sekolah.

Kejadian ini memberikan kesadaran kepada orangtua bahwa mendidik anak itu ternyata
tidak mudah, diperlukan ilmu dan kesabaran yang sangat besar. Sehingga dengan kejadian
ini orangtua harus menyadari dan mengetahui bagaimana cara membimbing anak-anak
mereka dalam belajar. Setelah mendapat pengalaman ini diharapkan para orangtua mau
belajar bagaimana cara mendidik anak-anak mereka di rumah.

Perlu disadari bahwa ketidaksiapan guru dan siswa terhadap pembelajaran daring juga
menjadi masalah. Perpindahan sistem belajar konvensional ke sistem daring amat
mendadak, tanpa persiapan yang matang. Tetapi semua ini harus tetap dilaksanakan agar
proses pembelajaran dapat berjalan lancar dan siswa aktif mengikuti walaupun dalam
kondisi pandemi Covid-19.

Kegagapan pembelajaran daring memang nampak terlihat di hadapan kita, tidak satu atau
dua sekolah saja melainkan menyeluruh dibeberapa daerah di Indonesia. Komponen-
komponen yang sangat penting dari proses pembelajaran daring (online) perlu ditingkatkan
dan diperbaiki. Pertama dan terpenting adalah jaringan internet yang stabil, kemudian
gawai atau komputer yang mumpuni,aplikasi dengan platform yang user friendly, san
sosialisasi daring yang bersifat efisien, efektif, kontinyu, dan integratif kepada seluruh
stekholder pendidikan.

Solusi atas permasalahan ini adalah pemerintah harus memberikan kebijakan dengan
membuka gratis layanan aplikasi daring bekerjasama dengan provider internet dan aplikasi
untuk membantu proses pembelajaran daring ini. Pemerintah juga harus mempersiapkan
kurikulum dan silabus permbelajaran berbasis daring. Bagi sekolah-sekolah perlu untuk
melakukan bimbingan teknik (bimtek) online proses pelaksanaan daring dan melakukan
sosialisasi kepada orangtua dan siswa melalui media cetak dan media sosial tentang tata
cara pelaksanaan pembelajaran daring, kaitannya dengan peran dan tugasnya.

Dalam proses pembelajaran daring, penting untuk ditambahkan pesan-pesan edukatif


kepada orangtua dan peserta didik, tentang wabah pandemi Covid-19. Dengan demikian
kita dapati pembelajaran yang sama dengan tatap muka tetapi berbasis online. Efeknya
sangat bagus, programnya tepat sasaran, dan capaian pembelajarannya tercapai.

Ada sebuah pelajaran yang dipetik dari dunia pendidikan di tengah pandemi Covid-19, yakni
kegiatan belajar tatap muka dengan guru terbukti lebih efektif ketimbang secara daring
(online). Hal tersebut dipaparkan oleh pakar pendidikan Universitas Brawijaya (UB) Aulia
Luqman Aziz bertepatan dengan Hari Pendidikan Nasional 2020. “Selamanya profesi guru
tidak akan tergantikan oleh teknologi” papar Luqman dalam keterangannya di laman resmi
UB, Sabtu (2/5/2020). Menurutnya pembelajaran penuh secara daring, akhir-akhir ini
banyak menimbulkan keluhan dari peserta didik maupun orangtua.
Beberapa guru di sekolah mengaku, jika pembelajaran daring ini tidak seefektif kegiatan
pembelajaran konvensional (tatap muka langsung), karena beberapa materi harus dijelaskan
secara langsung dan lebih lengkap. Selain itu materi yang disampaikan secara daring belum
tentu bisa dipahami semua siswa. Berdasarkan pengalaman mengajar secara daring, sistem
ini hanya efektif untuk memberi penugasan, dan kemungkinan hasil pengerjaan tugas-tugas
ini diberikan ketika siswa akan masuk, sehingga kemungkinan akan menumpuk.

Mengamati pengalaman dari beberapa guru tersebut, maka guru juga harus siap
menggunakan teknologi sesuai dengan perkembangan zaman. Guru harus mampu membuat
model dan strategi pembelajaran yang sesuai dengan karakter siswa di sekolahnya.
Penggunaan beberapa aplikasi pada pembelajaran daring sangat membantu guru dalam
proses pembelajaran ini. Guru harus terbiasa mengajar dengan memanfaatkan media daring
kompleks yang harus dikemas dengan efektif, mudah diakses, dan dipahami oleh siswa.

Dengan demikian guru dituntut mampu merancang dan mendesain pembelajaran daring
yang ringan dan efektif, dengan memanfaatkan perangkat atau media daring yang tepat dan
sesuai dengan materi yang diajarkan. Walaupun dengan pembelajaran daring akan
memberikan kesempatan lebih luas dalam mengeksplorasi materi yang akan diajarkan,
namun guru harus mampu memilih dan membatasi sejauh mana cakupan materinya dan
aplikasi yang cocok pada materi dan metode belajar yang digunakan.

Hal yang paling sederhana dapat dilakukan oleh guru bisa dengan memanfaatkan WhatsApp
Group. Aplikasi WhatsApp cocok digunakan bagi pelajar daring pemula, karena
pengoperasiannya sangat simpel dan mudah diakses siswa. Sedangkan bagi pengajar online
yang mempunyai semangat yang lebih, bisa menngkatkan kemampuannya dengan
menggunakan berbagai aplikasi pembelajaran daring.

Namun sekali lagi, pilihlah aplikasi yang sesuai dengan kebutuhan guru dansiswa itu sendiri.
Tidak semua aplikasi pembelajaran daring bisa dipakai begitu saja. Namun harus
dipertimbangkan sesuai kebutuhan guru dan siswa, kesesuaian terhadap materi,
keterbatasan infrastrukur perangkat seperti jaringan. Sangat tidak efektif jika guru mengajar
dengan menggunakan aplikasi zoom metting namun jaringan atau signal di wilayah siswa
tersebut tinggal tidaklah bagus.

Keberhasilan guru dalam melakukan pembelajaran daring pada situasi pandemi Covid-19 ini
adalah kemampuan guru dalam berinovasi merancang, dan meramu materi, metode
pembelajaran, dan aplikasi apa yang sesuai dengan materi dan metode. Kreatifitas
merupakan kunci sukses dari seorang guru untuk dapat memotivasi siswanya tetap
semangat dalam belajar secara daring (online) dan tidak menjadi beban psikis.

Di samping itu, kesuksesan pembelajaran daring selama masa Covid-19 ini tergantung pada
kedisiplinan semua pihak. Oleh karena itu, pihak sekolah/madrasah di sini perlu membuat
skema dengan menyusun manajemen yang baik dalam mengatur sistem pembelajaran
daring. Hal ini dilakukan dengan membuat jadwal yang sistematis, terstruktur dan simpel
untuk memudahkan komunikasi orangtua dengan sekolah agar putra-putrinya yang belajar
di rumah dapat terpantau secara efektif.

Dengan demikian, pembelajaran daring sebagai solusi yang efektif dalam pembelajaran di
rumah guna memutus mata rantai penyebaran Covid-19, physical distancing (menjaga jarak
aman) juga menjadi pertimbangan dipilihnya pembelajaran tersebut. Kerjasama yang baik
antara guru, siswa, orangtua siswa dan pihak sekolah/madrasah menjadi faktor penentu
agar pembelajaran daring lebih efektif.

Semoga pandemi Covid-19 ini cepat berlalu seiring dengan new normal yang telah
diberlakukan oleh pemerintah. Sehingga proses pembelajaran bisa terlaksana seperti
semula dengan kehadiran guru dan siswa yang saling berinteraksi langsung. Aamiin Ya
Rabbal’alamin

Sumber :

Penulis : Sri Harnani

Editor : Ika Berdiati


Pandemi COVID-19 menghantam berbagai sektor di Indonesia. Tak hanya sektor ekonomi
yang mulai kewalahan, sektor pariwisata, sektor transportasi, dan sektor manufaktur pun
kebakaran jenggot menghadapi pandemi ini. Sektor pendidikan juga mengalami perubahan
besar. Kini, sektor pendidikan di Indonesia memiliki wajah dan sistem baru yang sekaligus
menimbulkan pro dan kontra di masyarakat.

Mengacu pada Surat Edaran Kemendikbud Nomor 40 Tahun 2020 Tentang “Pelaksanaan
Kebijakan Pendidikan dalam Masa Darurat Penyebaran Corona Virus Disease (COVID-19)”,
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud), Nadiem Makarim, mengambil sejumlah
kebijakan untuk menghadapi pandemi. Kebijakan tersebut di antaranya adalah
penghapusan Ujian Nasional; perubahan sistem Ujian Sekolah; perubahan regulasi
Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB); dan penetapan belajar dari rumah (pembelajaran
daring).  Dari beberapa kebijakan tersebut, penetapan pembelajaran daring adalah
kebijakan yang paling menuai pro dan kontra di masyarakat.

Berdasarkan survei penulis, pada mulanya kebijakan ini dirasa tepat di masa awal pandemi.
Wali murid dan pegiat pendidikan menilai bahwa ini adalah cara terbaik untuk melindungi
para siswa dari paparan COVID-19. Namun, kegelisahan mulai timbul selaras dengan
diperpanjangnya waktu pembelajaran daring. Kegelisahan pertama digadangi oleh wali
murid yang merasa kerepotan dengan tugas-tugas dari pengajar. Khususnya, untuk siswa TK
dan SD, yang mana peran wali murid sangat dibutuhkan untuk menyelesaikan tugas daring.
Pembelajaran dirasa tidak efektif karena siswa menganggap “rumah” adalah tempat untuk
bermain dan bersantai. Wali murid yang tidak mawas teknologi juga agaknya turut pening
dengan pembelajaran daring yang serba digital.

Kegelisahan kedua datang dari pengajar yang merasa pembelajaran daring tidak cukup
efektif. Beberapa materi ajar (seperti materi matematika, kesenian, dan olahraga) tidak
dapat tersampaikan dengan baik. Pengajar juga belum memiliki pengalaman dan bekal
cukup dengan sistem pembelajaran daring sehingga cara dan media mengajar masih
cenderung repetitif dan kurang inovatif. Biaya internet yang membengkak juga digelisahkan,
terlebih subsidi internet dari pihak sekolah nihil. Tak lupa para siswa, khususnya mahasiswa,
juga mengeluhkan sistem pembelajaran daring. Banyak mahasiswa yang harus menunda
penelitian mereka karena tidak bisa mengambil data di lapangan. Konsultasi tugas akhir pun
terhambat. Akibatnya, target lulus terancam tertunda.

Lantas, apa jawaban pemerintah atas berbagai kegelisahan tersebut? Sampai saat ini,
Nadiem Makarim tetap memberlakukan sistem pembelajaran daring. Ikatan Dokter Anak
Indonesia (IDAI) juga menganjurkan pemerintah untuk tetap menerapkan sistem ini,
setidaknya sampai Desember 2020. IDAI menyebut kasus infeksi COVID-19 pada anak
Indonesia cukup tinggi, yakni sebanyak 2.712 kasus dan setidaknya 51 kematian (data Juli
2020). Gayung bersambut, Kemendikbud juga telah mengalokasikan dana sebesar Rp 8.9 T
untuk subsidi kuota internet dan tunjangan profesi pendidik. “Ini yang sedang kami
akselarasi secepat mungkin agar bisa cair,” ujar Menteri Pendidikan dan Kebudayaan,
Nadiem  Makarim, pada Rapat Kerja bersama Komisi X DPR RI, yang berlangsung semi daring
di Jakarta, Kamis (27/8/2020). Agaknya, Pemerintah tidak punya banyak pilihan selain
meneruskan sistem pembelajaran daring sampai keadaan membaik. Namun, partisipasi dan
suara publik adalah khazanah yang harus didengar oleh Pemerintah untuk meningkatkan
sistem pembelajaran ini. Dengan demikian, berbagai kegelisahan  masyarakat dapat
terjawab dan Pemerintah juga mawas diri akan hal-hal yang dibutuhkan oleh masyarakat.

Dalam pembelajaran daring selama pandemi Covid-19, banyak kendala yang dihadapi guru
sebagai pendidik dan pengajar. Pembelajaran yang semula tatap muka (luring), akibat
pandemi tersebut berubah dengan banyak dilakukan secara online (daring).

Adapun kendala dalam pembelajaran daring seperti: (1) Lokasi rumah tidak terjangkau
jaringan internet, termasuk quota internet murid minimalis, (2) Media pembelajaran yang
digunakan para guru dominan monoton dan membuat para murid merasa jenuh atau bosan.
Kemudian, (3) Pembelajaran dominan belum interaktif, (4) Karakter ataupun perilaku para
murid sulit dipantau, (5) Pembelajarannya cenderung tugas online, (6) Tugas diberikan para
murid menumpuk. Kedala lain, (7) Penyerapan materi pelajaran sangat minimalis, dan (8)
Penilaian yang dilakukan guru berupa Penilaian Harian (PH), Penilaian Tengah Semester
(PTS), Penilaian Akhir Semester (PAS) termasuk Ujian Sekolah (US) kurang berintegritas.

Sebagai seorang guru, harus mencari berbagai solusi dalam mengatasi kendala tersebut.
Adapun alternatif solusi yang dapat ditempuh yaitu: (1) lokasi di dekat lingkungan rumah
yang sulit terjanggkau jaringan internet untuk sementara pindah lokasi yang terjangkau
jaringan internet. Apabila minimalis quota internetnya diatasi bergabung dengan temannya
yang punya WIFI di rumah, maksimum 3 siswa dan mematuhi protokol kesehatan cegah
Covid-19.

Berikutnya, (2) Digunakan media pembelajaran daring yang variatif sehingga siswa tidak
jenuh. (3) Diupayakan menggunakan media daring variatif  yang bias untuk interaktif. (4)
Apabila menggunakan media daring yang bisa live misalnya zoom meeting, google
meet, webinar dan lain-lain agar karakter atau perilaku para murid relatif terpantau.

Solusi berikutnya, (5) Materi yang akan disampaikan dalam pembelajaran sebaiknya sehari
sebelumnya sudah diberikan kepada siswa untuk dibaca terlebih dahulu. Ketika guru
menjelaskan materi para murid dominan bisa lebih memahami, bila masih ada kesulitan bisa
ditanyakan. Tugas yang diberikan ada batas waktu untuk mengumpulkan dan dinilai.

Kemudian, (6) Mengumpulkan tugas tidak terlambat. Bila tugas sudah diterima segera
dikoreksi/dinilai dan hasilnya segera diinfokan kepada para murid. (7) Dengan media daring
yang variatif dan dominan live akan mampu menyerap materi pelajaran mendekati optimal.

Terakhir, (8) Memanfaatkan media daring yang variatif dan dominan live akan bisa dipantau
terus menerus perilaku siswa selama mengikuti kegiatan penilaian. Caranya dengan
menghidupkan kamera pada media daring yang digunakan sehingga kejujurannya dapat
dipantau mendekati baik. Akan lebih baik apabila pada pembelajaran dan penilaian dengan
melibatkan orang tua/wali murid bisa membantu mengawasinya dengan baik di rumah
masing-masing.
KENDALA PEMBELAJARAN JARAK JAUH DAN SOLUSINYA

leh: MUKHLISON
Guru MTsN 1 Pelalawan

Sejak kasus pertama Coronavirus Disease 2019 (Covid-19) diumumkan oleh Presiden Joko
Widodo pada awal Maret 2020 yang lalu, Indonesia kemudian dihadapkan pada masa
pandemi. Banyak sektor kehidupan yang lumpuh, termasuk bidang pendidikan. Negara
berkewajiban mencarikan solusi demi keberlangsungan pendidikan agar proses
pembelajaran tidak terhenti.

Mulai Senin, 16 Maret 2020 hingga saat ini, kegiatan belajar mengajar tidak lagi berlangsung
dengan tatap muka di sekolah, melainkan dengan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ). Peserta
didik belajar dari rumah dengan bimbingan dari guru dan orangtua. Kegiatan Ujian Akhir
Madrasah Berstandar Nasional Berbasis Komputer (UAMBNBK) yang seharusnya
diselenggarakan tiga hari mulai tanggal 16-18 Maret 2020 dibatalkan. Pihak madrasah mulai
mengatur strategi pembelajaran yang tepat untuk menghadapi masa pandemi. Pada awal
pandemi, media (aplikasi) yang digunakan untuk pembelajaran daring adalah WhatsApp.

Aplikasi ini mempunyai kelebihan relatif murah dalam pemakaian kuota internet dan hampir
semua orangtua Peserta didik sudah mengenalnya. Kekurangannya antara lain video grup
WhatsApp hanya bisa diikuti oleh empat orang, sehingga tidak bisa digunakan untuk
pembelajaran langsung yang maksimal. Selain itu, aplikasi ini juga tidak efektif untuk tempat
pengumpulan tugas peserta didik, sehingga perlu dicari alternatif yang lain.

Kemendikbud menayangkan sebuah program Belajar dari Rumah (BDR) yang disiarkan TVRI
pada pertengahan bulan April 2020. Program ini diisi dengan berbagai tayangan edukatif
dan menyenangkan sebagai alternatif pembelajaran bagi peserta didik, orangtua, dan guru.
Kelebihannya peserta didik tinggal menonton dari TVRI didampingi orangtuanya untuk
meringkas materi yang disampaikan. Kekurangannya adalah tidak semua peserta didik di
rumahnya ada televisi, ada juga yang mempunyai televisi, tapi tidak dapat menangkap
siaran TVRI, kemudian jadwal penayangannya kadang berubah dan tidak mencakup semua
mata pelajaran, sehingga masih perlu dicari alternatif aplikasi yang lain.

Media (aplikasi) Pembelajaran Daring yang bisa digunakan antara lain Zoom (platform video
conference), Jitsi Meet (platform video conference), Google meet (platform video
conference), Cisco Webex (platform video conference), Google Classroom, Google Form,
Qiuzizz, E-learning Madrasah, dan WhatsApp.

Sedangkan aplikasi yang dipakai diberbagai madrasah mulai akhir April 2020 adalah E-
learning Madrasah. E-learning Madrasah dipilih karena memiliki beberapa kelebihan antara
lain memiliki beragam fitur baik untuk guru maupun untuk peserta didik yang
memungkinkan guru bisa berinovasi dan berkreasi, guru madrasah di seluruh Indonesia bisa
berbagi informasi apapun yang bermanfaat dalam fitur guru berbagi, Peserta didik dan guru
dapat berbagi ide dan membuka forum diskusi sehingga bisa saling berkomuniasi antar guru
dan Peserta didik. Adapun alamat URL E- learning madrasah:
https://elearning.kemenag.go.id/ Secara umum hasil evaluasi pelaksanaan PJJ yang
dilakukan Kementerian Agama RI, menyebutkan bahwa tidak semua madrasah dapat
menjalankan kegiatan PJJ daring (dalam jaringan) secara penuh, sebagian besar
menyelenggarakan PJJ secara luring (luar jaringan).

Kendala yang dihadapi adalah keterbatasan SDM, keterbatasan sarana prasarana seperti
laptop atau HP yang dimiliki orangtua peserta didik, kesulitan akses internet, kondisi listrik
yang tidak stabil, dan keterbatasan kuota internet yang bisa disediakan oleh orangtua.
Menteri pendidikan pada kegiatan Webinar Penyesuaian Kebijakan Pembelajaran di Masa
Pandemi Covid-19, yang dilaksanakan secara virtual melalui Zoom dan disiarkan langsung
dari kanal YouTube Kemendikbud RI menyatakan terdapat beberpa kendala yang dihadapi
guru, orangtua, dan peserta didik selama PJJ setidaknya meliputi:

1. Guru mengalami hambatan dalam PJJ dan cenderung fokus kepada penuntasan
kurikulum.

2. Waktu pembelajaran menjadi berkurang, sehingga guru tidak dapat memenuhi


beban jam mengajarnya.

3. Guru mengalami kesulitan komunikasi dengan orangtua sebagai pembimbing


peserta didik di rumah

4. Belum semua orangtua bersedia dan mampu mendampingi anak belajar di rumah
karena ada tanggung jawab yang lain seperti urusan kerja, urusan rumah, dan
sebagainya.

5. Orangtua mengalami kesulitan dalam memahami pelajaran dan memotivasi anak


saat mendampingi belajar di rumah.

6. Peserta didik mengalami kesulitan untuk konsentrasi dalam belajar dari rumah dan
mengeluhkan banyaknya penugasan soal dari guru.

7. Meningkatnya rasa stress dan jenuh akibat isolasi di rumah secara berkelanjutan
berpotensi menimbulkan rasa cemas dan depresi bagi anak, akses ke sumber belajar
baik disebabkan karena masalah jangkauan listrik atau internet, maupun dana untuk
aksesnya.

Solusi yang bisa diambil diantaranya guru mengikuti Program Guru Berbagi, Seri Bimtek
Daring, dan Seri Webinar, penyediaan kuota gratis, relaksasi BOS dan BOP, “Belajar dari
Rumah” di TVRI, belajar di radio RRI, Rumah Belajar, dan kerjasama dengan platform
pembelajaran daring. Langkah yang dapat ditempuh adalah menyusun kurikulum darurat.
Penyusunan kurikulum darurat menggunakan dasar hukum utama tentang Panduan
Kurikulum Darurat pada Madrasah yaitu SK Dirjen Pendis Nomor 2791 Tahun 2020. Selain
itu didukung juga dengan beberapa dasar hukum yang lain.

Kurikulum darurat merupakan penyederhanaan jumlah KD yang mengacu pada K-2013.


Kurikulum darurat diharapkan akan memudahkan proses pembelajaran di masa pandemi
dengan adanya pemilihan KD esensial. Dampak yang diharapkan setelah penerapan
kurikulum darurat bagi guru, orangtua, dan peserta didik antara lain tersedianya acuan
kurikulum yang sederhana, berkurangnya beban mengajar bagi guru, Peserta didik tidak lagi
merasa terbebani tuntutan untuk menuntaskan seluruh capaian kurikulum, guru dan
Peserta didik dapat lebih fokus pada pendidikan serta pembelajaran yang esensial dan
kontekstual, orangtua di rumah lebih mudah mendampingi anaknya belajar, sehingga
kesejahteraan psikososial guru, Peserta didik, dan orangtua menjadi lebih baik. Pelaksanaan
PJJ selama masa darurat Covid-19 untuk masing-masing madrasah sangat bervariasi, sesuai
dengan asumsi dan kesiapan madrasah tersebut.

Implementasi pelaksanaan kurikulum darurat menuntut guru untuk merubah paradigma


pada perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran, serta pada penilaian hasil belajar karena
kegiatan pembelajaran tidak lagi dilaksanakan di madrasah, tetapi dilaksanakan peserta
didik dari rumah. Kegiatan belajar dari rumah (BDR) menuntut adanya kerjasama antara
guru, orangtua dan peserta didik.

Belajar dari rumah pada hakikatnya tidak hanya untuk memenuhi tuntutan kompetensi (KI-
KD) pada kurikulum, tetapi lebih ditekankan pada pengembangan karakter, akhlak mulia,
ubudiyah dan kemandirian Peserta didik. Guru harus bisa lebih kreatif dan inovatif dalam
menyajikan materi pelajaran dan memberi tugas kepada peserta didik, agar terwujud
kegiatan pembelajaran yang lebih bermakna, menginspirasi, dan lebih menyenangkan agar
peserta didik tidak mengalami kejenuhan belajar dari rumah.
EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN MELALUI METODE DARING (ONLINE) DALAM MASA DARURAT
COVID-19

DESI EVAYANTI, S.Ag

(Guru Al-Qur’an Hadits MTs Nurul Yaqin Pekanbaru)

Adanya pandemi COVID-19 melanda seluruh negeri di belahan dunia termasuk Indonesia
telah menganggu aktifitas manusia diberbagai sektor kehidupan. COVID-19 merupakan
penyakit menular yang sangat cepat menyebar, baik secara langsung maupun tidak
langsung, dari satu orang ke orang lain. Kondisi ini menyerang sistem pernapasan seperti
hidung, tenggorokan, dan paru-paru. Rumitnya penanganan wabah ini karena belum
ditemukannya vaksin dan obat untuk penyembuhan bagi penderitanya. Hal ini diperparah
lagi dengan terbatasnya Alat Pelindung Diri (APD) bagi tenaga kesehatan membuat
pemerintah menerapkan kebijakan ketat untuk memutus rantai penyebaran COVID-19.

Salah satu cara untuk memutus mata rantai penyebaran COVID-19 adalah dengan
melakukan pembatasan interaksi masyarakat yang diterapkan dengan istilah physical
distancing. Namun, kebijakan physical distancing tersebut dapat menghambat laju
pertumbuhan dalam berbagai bidang kehidupan, baik bidang ekonomi, sosial dan tentu saja
pendidikan. Keputusan pemerintah untuk meliburkan para peserta didik, memindahkan
proses belajar mengajar di sekolah menjadi di rumah .

Beberapa negara melakukan isolasi terhadap warganegaranya dengan menempuh


kebijakan lockdown. Sedangkan pemerintah Indonesia melakukan kebijakan Pembatasan
Sosial Berskala Besar (PSBB) untuk menekan penyebaran virus ini. Di masa pelaksanaan
PSBB ini, semua aktivitas yang dilakukan diluar rumah harus dibatasi bahkan beberapa
kegiatan dihentikan sampai pandemi ini mereda.

Beberapa pemerintah daerah memutuskan menerapkan kebijakan untuk meliburkan


siswa dan mulai menerapkan metode belajar dengan sistem daring (dalam jaringan) atau
melalui system online. Kebijakan pemerintah ini mulai efektif diberlakukan di beberapa
wilayah provinsi dan kabupaten/kota di Indonesia. Sistem pembelajaran daring
merupakan sistem pembelajaran tanpa tatap muka secara langsung antara guru dan siswa
tetapi dilakukan melalui online yang menggunakan jaringan internet. Hal ini sesuai
dengan himbauan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia melalui Surat Edaran
Nomor 4 Tahun 2020 tentang Pelaksanaan Kebijaksanaan Pendidikan dalam masa Darurat
Penyebaran Corona Virus Disease ( COVID-19 )

Sistem pembelajaran dilaksanakan melalui perangkat personal computer (PC), Laptop


atau handphone yang terhubung dengan koneksi jaringan internet. Guru dapat melakukan
pembelajaran bersama diwaktu yang sama menggunakan grup di media sosial seperti
WhatsApp, telegram, Aplikasi Zoom Cloud Meeting ataupun media lainnya. Dengan
demikian, guru dapat memastikan siswa mengikuti pembelajaran dalam waktu yang
bersamaan, meskipun di tempat yang berbeda.

Semua sektor merasakan dampak corona. Dunia pendidikan salah satunya. Dilihat dari
kejadian sekitar yang sedang terjadi, baik siswa maupun orangtua siswa yang tidak
memiliki handphone yang memadai untuk menunjang kegiatan pembelajaran daring
(online) ini merasa kebingungan,sehingga pihak sekolah ikut mencari solusi untuk
mengantisipasi hal tersebut. Beberapa siswa yang tidak memiliki handphone melakukan
pembelajaran secara berkelompok, sehingga mereka melakukan aktifitas pembelajaran
pun bersama. Mulai belajar melalui videocall yang dihubungkan dengan guru yang
bersangkutan, diberi materi-materinya pun dalam bentuk video yang berdurasi kurang
dari 2 menit.

Permasalahan yang terjadi bukan hanya terdapat pada sistem media pembelajaran akan
tetapi ketersediaan kuota yang membutuhkan biaya cukup tingg bagi siswa dan guru guna
memfasilitasi kebutuhan pembelajaran daring. Kuota yang dibeli untuk kebutuhan
internet menjadi melonjak dan banyak diantara orangtua siswa yang tidak siap untuk
menambah anggaran dalam menyediakan jaringan internet.

Kendala yang dihadapi peserta didik selama pembelajaran daring, yakni jaringan internet
tidak stabil, tugas terlalu banyak, sulit fokus, pulsa kuota terbatas, aplikasi yang rumit,
dan lebih senang dengan pembelajaran tatap muka.

Pembelajaran daring tidak bisa lepas dari jaringan internet. Koneksi jaringan internet
menjadi salah satu kendala yang dihadapi siswa yang tempat tinggalnya di pinggiran kota.
Perlu disadari bahwa ketidaksiapan guru dan siswa terhadap pembelajaran daring juga
menjadi masalah. Kegagapan pembelajaran daring memang nampak terlihat dihadapan
kita, tidak satu atau dua sekolah saja melainkan menyeluruh di beberapa daerah di
Indonesia.

Solusi atas permasalahan ini adalah pemerintah harus memberikan kebijakan dengan
membuka gratis layanan aplikasi daring bekerjasama dengan penyedia internet dan
aplikasi untuk membantu proses pembelajaran daring ini. Bagi sekolah perlu untuk
melakukan bimbingan teknik (bimtek) online proses pelaksanaan daring dan melakukan
sosialisasi tentang tata cara pelaksanaan pembelajaran daring.

Ada sebuah pelajaran yang dipetik dari dunia pendidikan di tengah pandemi ini, yakni
kegiatan tatap muka dengan guru terbuki lebih efektif ketimbang secara daring (online).
Beberapa guru di sekolah mengaku, jika pembelajaran daring ini tidak seefektif kegiatan
pembelajaran konvensional (tatap muka langsung), karena beberapa materi harus
dijelaskan secara langsung dan lebih lengkap. Pembelajaran daring hanya efektif untuk
memberikan penugasan.
Dengan demikian guru dituntut mampu merancang dan mendesain pembelajaran daring
yang ringan dan efektif, dengan memanfaatkan perangkat atau media daring yang tepat
dan sesuai dengan materi yang diajarkan. Hal yang paling sederhana dapat dilakukan oleh
guru bisa dengan memanfaatkan group Whatsapp.

Namun sekali lagi, pilihlah aplikasi yang sesuai dengan kebutuhan guru dan siswa itu
sendiri. Tidak semua aplikasi pembelajaran daring bisa dipakai begitu saja. Namun harus
dipertimbangkan sesuai kebutuhan guru dan siswa, kesesuaian terhadap materi,
keterbatasan infrastruktur perangkat seperti jaringan. Sangat tidak efektif jika guru
mengajar dengan menggunakan aplikasi zoom metting namun jaringan atau sinyal di
wilayah siswa tersebut tinggal tidaklah bagus.

Keberhasilan guru dalam melakukan pembelajaran daring pada situasi pandemi ini adalah
kemampuan guru dalam berinovasi merancang, dan meramu materi, metode
pembelajaran, dan aplikasi apa yang sesuai dengan materi dan metode pembelajaran
serta aplikasi apa yang sesuai dengan materi dan metode. Kreatifitas merupakan kunci
sukses dari seorang guru untuk dapat memotivasi siswanya tetap semangat dalam belajar
secara daring (online) dan tidak menjadi beban psikis

Disamping itu, kesuksesan pembelajaran daring selama masa COVID-19 ini tergantung
pada kedisiplinan semua pihak. Oleh karena itu, pihak sekolah atau madrasah perlu
membuat skema dengan menyusun manajemen yang baik dalam mengatur sistem
pembelajaran daring. Hal ini dilakukan dengan membuat jadwal yang sistimatis,
terstruktur dan simpel untuk memudahkan komunikasi orangtua dengan madrasah agar
putra putrinya yang belajar di rumah dapat terpantau secara efektif.

Meskipun peserta didik lebih banyak menyukai pembelajaran secara tatap muka, namun
mereka menerima kenyataan pembelajaran daring sebagai konsekuensi pemberlakuan
work from home dari pemerintah. Hal tersebut membuat mereka semakin sering dan
semakin lama menggunakan handphone untuk daring dan untuk mengerjakan tugas
pelajaran. Hal itu juga yang membuat mereka mengalami keluhan fisik terbanyak seperti
mata kelelahan dan sakit kepala. Begitu pula dengan keluhan psikologis bahwa ingin
semuanya segera berakhir.
Semoga pandemi ini cepat berlalu seiring dengan new normal yang telah diberlakukan oleh
pemerintah. Sehingga proses pembelajaran bisa terlaksana seperti semula dengan
kehadiran guru dan siswa yang saling berinteraksi secara langsung. Aamiin .

Anda mungkin juga menyukai