Analisa Metode Perhitungan Evaporasi Potensial Di Karangploso Kabupaten Malang Jawa Timur Ersty Nurul Frida Asmara 125060400111061 PDF
Analisa Metode Perhitungan Evaporasi Potensial Di Karangploso Kabupaten Malang Jawa Timur Ersty Nurul Frida Asmara 125060400111061 PDF
1
Mahasiswa Jurusan Teknik Pengairan Fakultas Teknik Universitas Brawijaya
2
Dosen Jurusan Teknik Pengairan Fakultas Teknik Universitas Brawijaya
Teknik Pengairan Fakultas Teknik Universitas Brawijaya Malang, Jawa Timur, Indonesia
email : erstynfa@gmail.com
ABSTRAK : Pendekatan perhitungan evapotranspirasi, baik potensial maupun aktual sangat bervariasi.
Metode-metode yang digunakan untuk menaksir besarnya evapotranspirasi, khususnya di Stasiun
Klimatologi Klas II Karangploso, Kabupaten Malang didasarkan pada anggapan bahwa air tersedia secara
berlebihan, sehingga yang didapat adalah nilai evaporasi potensial. Metode-metode tersebut, antara lain
Metode Blaney-Criddle, Metode Radiasi, Metode Penman Modifikasi FAO, Metode Penman-Monteith,
Metode Thornthwaite, dan Model Regresi Linier Berganda, dimana seluruh metode tersebut menggunakan
data iklim, seperti suhu udara, kelembaban udara, lama penyinaran matahari, dan kecepatan angin dalam
perhitungannya. Dengan demikian, perlu dilakukan suatu analisa kesesuaian metode terhadap hasil
pengamatan agar dapat mengetahui metode yang sesuai menurut hasil Uji Efisiensi Nash-Sutcliffe (ENS), Uji
Stasioner, Mean Absolute Error (MAE), Koefisien Determinasi (R2), dan Kesalahan Relatif (Kr). Berdasarkan
hasil analisa kesesuaian metode tersebut didapatkan suatu metode terpilih, yaitu Metode Penman-Monteith,
dengan nilai ENS sebesar 0,755, nilai MAE sebesar 0,281, nilai R2 sebesar 0,7981, dan nilai Kr sebesar 0,809.
Kata kunci : evaporasi potensial, suhu udara, kelembaban udara, lama penyinaran matahari, analisa
kesesuaian,
ABSTRACT : The approach to measure evapotranspiration was variated, either for potential or actual
occurences of evapotranspiration. There were some methods available to estimate evapotranspiration rates,
and these methods were applied at the Climatology Station Class II Karangploso, Malang Regency. It was
assumed that the availability of water was plentiful, and therefore, the measurement was directed to estimate
potential evaporation rate. The methods for this measurement included Blaney-Criddle Method, Radiation
Method, FAO-Modification Penman Method, Penman-Monteith Method, Thornthwaite Method, and Multiple
Linear Regression Model. All these methods were used climate-related data, such as air temperature, air
humidity, sunbeam length, and wind speed. An analysis was done to understand the compatibility between the
result of measurement methods and the result of observation on field. The outcome of this analysis could be
the most compatible method. This analysis itself involved several tests such as Nash-Sutcliffe Efficiency Test
(ENS), Stationary Test, Mean Absolute Error (MAE), Coefficient of Determination (R2), and Relative Error
(Kr). The result of the analysis indicated that the selected method with the best compatibility was Penman-
Monteith Method, proved by ENS of 0.755, MAE rate of 0.281, R2 rate of 0.7981, and Kr of 0.809.
Keywords : potential evaporation, temperature, air humidity, sun radiation length, compatibility test
Y
n
900 Yobs
2
(0,408 Rn ) U 2 (e s e a ) obs
T 273 i 1
ET0
( (1 (0,34 U 2 ))) Keterangan:
Keterangan: ENS : koefisien Nash-Sutcliffe
Δ : kemiringan kurva tekanan uap air n : jumlah data
terhadap suhu (kPa/0C) YSim : nilai hasil pemodelan (mm/hari)
Rn : radiasi matahari netto diatas Yobs : nilai pengamatan (mm/hari)
permukaan tanaman (MJ/m2/hari) Yobs : rata-rata nilai pengamatan
γ : konstanta psikrometrik (kPa/0C)
T : suhu udara (0C) (mm/hari)
U2 : kecepatan angin pada ketinggian 2 Nilai efisiensi Nash-Sutcliffe berkisar
m diatas permukaan tanah (m/s) antara minus (-) tak hingga sampai
es : tekanan uap air jenuh (kPa) dengan 1. Menurut Moriasi et al. (2007)
ea : tekanan uap air aktual (kPa) dalam Ilhamsyah (2012), hasil pengujian
5. Metode Thornthwaite dikatakan:
Metode ini menggunakan data suhu a. Sangat baik, apabila 0,75 < ENS < 1,00
udara dan letak lintang lokasi studi dalam b. Baik, apabila 0,65 < ENS < 0,75
perhitungannya. c. Memuaskan, apabila 0,50 < ENS < 0,65
ET0 C ET0 (0) d. Kurang memuaskan, apabila ENS ≤
0,50
Keterangan: 2. Uji Stasioner
c : koefisien, tegantung letak Uji stasioner dilakukan untuk menguji
lintang kestabilan varian dan rata-rata dari deret
ET0 (0) : ET0 untuk garis lintang 00 berkala (Soewarno, 1995:95). Pengujian
6. Model Regresi Linier Berganda dengan uji stasioner dilakukan dengan 2
Apabila variabel bebas yang digunakan tahapan, yaitu Uji-F, dimana Uji-F
lebih dari satu, maka model yang dilakukan untuk menguji kestabilan
diperoleh disebut dengan model regresi varian dan Uji-t, dimana Uji-t dilakukan
linier berganda. Berikut ini adalah untuk menguji kestabilan rata-rata dari
persamaan umum model regresi linier deret berkala.
berganda (Soewarno, 1995:202): a. Uji-F
^
Y A0 A1 X 1 ... Ai X i Am 1 X m 1 N1 S1 ( N 2 1)
2
F
N 2 S2 ( N1 1)
2
Keterangan:
Keterangan:
N1 : jumlah sampel kelompok Metode terpilih tersebut akan diuji verifikasi
sampel ke-1 terhadap hasil pengamatan. Dalam uji
N2 : jumlah sampel kelompok verifikasi ini tahapan yang digunakan sama
sampel ke-2 dengan tahapan dalam penentuan metode
S1 : deviasi standar kelompok terpilih, dimulai dari perhitungan evaporasi
sampel ke-1 potensial sampai dengan analisa kesesuaian
S2 : deviasi standar kelompok metode. Yang membedakan adalah data iklim
sampel ke-2 dan data evaporasi hasil pengamatan yang
b. Uji-t digunakan adalah selama 3 tahun, yaitu tahun
X1 X 2 2011 sampai dengan tahun 2013.
t 1
1 1 2
HASIL DAN PEMBAHASAN
N1 N 2 1. Perhitungan Evaporasi Potensial (ET0)
Keterangan:
: rata-rata hitung sampel set ke-1
: rata-rata hitung sampel set ke-2
3. Mean Absolute Error (MAE)
untuk mendeskripsikan kesalahan rata-
rata dari kesalahan absolut dalam sebuah
pemodelan. Semakin kecil nilai MAE
suatu model, maka semakin kecil
penyimpangan dari nilai pengamatan.
n
MAE n 1 ei Gambar 3. Grafik ET0
i 1
Sumber: Hasil Perhitungan
ei Pi Oi
Keterangan: Grafik diatas merupakan hasil
Pi : nilai hasil pemodelan (mm/hari) perhitungan evaporasi potensial (ET0)
Oi : nilai pengamatan (mm/hari) rata-rata bulanan dari Metode Blaney-
n : jumlah data Criddle (BC), Metode Radiasi (R),
4. Koefisien Determinasi (R2) Metode Penman Modifikasi FAO
untuk mengetahui seberapa besar (PFAO), Metode Penman-Monteith
variabel-variabel independen secara (PM), Metode Thornthwaite (T), dan
bersama mampu memberikan penjelasan Model Regresi Linier Berganda (RLB),
mengenai variabel dependen, dimana serta rata-rata bulanan evaporasi hasil
nilai R2 berkisar antara 0 sampai dengan pengamatan (P). Dari grafik tersebut
1 (0 ≤ R2 ≤ 1). Semakin besar nilai R2, dapat dilihat bahwa Metode Thorntwaite
maka semakin besar variasi variabel memiliki nilai ET0 terendah bila
dependen yang dapat dijelaskan oleh dibandingkan dengan metode lain pada
variasi variabel-variabel independen. Bulan Agustus. Sedangkan Metode
Sebaliknya, jika nilai R2 semakin kecil, Penman Modifikasi FAO memiliki nilai
maka akan semakin kecil pula variasi ET0 tertinggi yang terjadi pada bulan
variabel dependen yang dapat dijelaskan Oktober.
oleh variabel independen. 2. Analisa Kesesuaian Metode
5. Kesalahan Relatif (Kr) a. Uji Efisiensi Nash-Sutcliffe
Untuk memperoleh keyakinan terhadap Tabel 1. Hasil Perhitungan Uji
nilai hasil pemodelan. Efisiensi Nash-Sutcliffe
X Xb Metode ENS
K r a 100%
Xa Blaney-Criddle -0,655
Keterangan: Radiasi -0,102
Kr : kesalahan relatif (%) Penman Modifikasi FAO -0,384
Xa : nilai pengamatan (mm/hari) Penman-Monteith 0,755
Xb : nilai hasil pemodelan (mm/hari) Thornthwaite -2,943
Dari analisa kesesuaian metode tersebut, Regresi Linier Berganda 0,766
akan menghasilkan suatu metode terpilih. Sumber: Hasil Perhitungan
Untuk Metode Penman-Monteith dan yang didapat, untuk Metode Blaney-
Model Regresi Linier Berganda Criddle dan Metode Thornthwaite
termasuk dalam kriteria sangat baik memiliki nilai R2 terkecil apabila
karena nilai ENS untuk kedua metode dibandingkan dengan metode lain
tersebut berada pada 0,75 < ENS < karena kedua metode tersebut hanya
1,00. memiliki satu variabel dependen,
b. Uji Stasioner yaitu suhu udara. Sedangkan metode
Tabel 2. Hasil Perhitungan Uji lainnya memiliki variabel dependen
Stasioner lain selain suhu udara, yaitu
Metode Stasioner kelembaban udara, lama penyinaran
Blaney-Criddle √ matahari, dan kecepatan angin.
Radiasi - Sehingga Metode Blaney-Criddle
Penman Modifikasi FAO - dan Metode Thornthwaite variasi
Penman-Monteith √ variabel dependen yang dapat
Thornthwaite - dijelaskan oleh variabel independen
Regresi Linier Berganda √ semakin kecil.
Sumber: Hasil Perhitungan Tabel 4. Hasil Perhitungan Koefisien
Determinasi (R2)
Dimana (√) artinya metode tersebut Metode R2
dapat dikatakan homogen atau Blaney-Criddle 0,0031
stasioner apabila kedua uji (Uji-F Radiasi 0,7928
dan Uji-t) pada uji stasioner nilai Penman Modifikasi FAO 0,8743
Fhitung < Fkritis dan nilai thitung < tkritis. Penman-Monteith 0,7981
Sedangkan (-) artinya metode Thornthwaite 0,0106
tersebut tidak homogen karena salah Regresi Linier Berganda 0,7723
satu uji yang digunakan pada uji Sumber: Hasil Perhitungan
stationer tidak memenuhi kriteria. e. Kesalahan Relatif (Kr)
c. Mean Absolute Error (MAE) Tabel 5. Hasil Perhitungan
Tabel 3. Hasil Perhitungan Mean Kesalahan Relatif (Kr)
Absolute Error (MAE) Metode Kr
Metode MAE Blaney-Criddle 7,253
Blaney-Criddle 0,737 Radiasi -14,532
Radiasi 0,601 Penman Modifikasi FAO -16,955
Penman Modifikasi FAO 0,713 Penman-Monteith 0,809
Penman-Monteith 0,281 Thornthwaite 21,002
Thornthwaite 0,993 Regresi Linier Berganda 0,176
Regresi Linier Berganda 0,227 Sumber: Hasil Perhitungan
Sumber: Hasil Perhitungan
Dari tabel diatas, Metode Penman-
Semakin kecil nilai MAE suatu Monteith dan Model Regresi Linier
model, maka semakin kecil pula Berganda memiliki nilai Kr terendah.
penyimpangan dari nilai pengamatan. Untuk nilai (+) pada hasil diatas
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa menunjukkan bahwa hasil
metode yang memiliki nilai MAE pengamatan lebih besar daripada
terendah adalah Metode Penman- hasil perhitungan, sedangkan nilai (-)
Monteith dan Model Regresi Linier menunjukkan bahwa hasil
Berganda. pengamatan lebih kecil dibandingan
d. Koefisien Determinasi (R2) hasil perhitungan.
Koefisien determinasi (R2) 3. Uji Verifikasi
dimaksudkan untuk mengetahui 1. Perhitungan Evaporasi Potensial
seberapa besar variabel independen (ET0)
(tak bebas) secara bersama mampu Grafik dibawah merupakan hasil
memberikan penjelasan mengenai perhitungan evaporasi potensial
variabel dependen (bebas). Dari hasil (ET0) rata-rata bulanan dari Metode
Penman-Monteith dan Model Penman-Monteith, nilai ENS sebesar
Regresi Linier Berganda. Dari grafik 0,755, nilai MAE sebesar 0,281, nilai R2
diatas dapat dilihat bahwa Metode sebesar 0,7981, dan nilai Kr sebesar
Penman-Monteith memiliki nilai ET0 0,809. Sedangkan Model Regresi Linier
terendah yang terjadi pada Bulan Berganda, nilai ENS sebesar 0,766, nilai
Juli. Sedangkan metode yang MAE sebesar 0,227, nilai R2 sebesar
memiliki nilai ET0 tertinggi adalah 0,7723, dan nilai Kr sebesar 0,176.
Model Regresi Linier Berganda yang 2. Untuk uji verifikasi, Metode Penman-
terjadi pada Bulan September. Monteith memiliki nilai ENS sebesar
0,722, nilai MAE sebesar 0,344, nilai R2
sebesar 0,7782, dan nilai Kr sebesar -
1,802. Sedangkan Model Regresi Linier
Berganda memiliki nilai ENS sebesar
0,797, nilai MAE sebesar 0,301, nilai R2
sebesar 0,8401, dan nilai Kr sebesar -
2,740.
Dengan demikian, Metode Penman-
Monteith dipilih sebagai metode terpilih
untuk lokasi studi di Stasiun Klimatologi
Gambar 4. Grafik ET0 Pada Uji Klas II Karangploso. Hal ini dikarenakan
Verifikasi Metode Penman-Monteith telah digunakan
Sumber: Hasil Perhitungan dan diterapkan sebelumnya pada lokasi studi
lain. Sedangkan Model Regresi Linier
2. Analisa Kesesuaian Metode Berganda hanya dilakukan pada studi ini
Tabel 6. Hasil Analisa Kesesuaian saja. Sehingga Model Regresi Linier
Metode Pada Uji Verifikasi Berganda belum bisa digunakan secara
Uji PM RLB umum seperti Metode Penman-Monteith.
ENS 0,722 0,797
Stasioner √ √ DAFTAR PUSTAKA
Doorenbos, J. & Pruitt. 1977. Guidelines For
MAE 0,344 0,301
Predicting Crop Water Requirements.
R2 0,7782 0,8401
Rome: FAO
Kr -1,802 -2,740 Hadisusanto, Nugroho. 2010. Aplikasi
Sumber: Hasil Perhitungan
Hidrologi. Malang: Jogja Mediautama.
Ilhamsyah, Yopi. 2012. Analisis Dampak
Keterangan:
ENSO Terhadap Debit Aliran DAS
PM : Metode Penman-Monteith
Cisangkuy Jawa Barat Menggunakan
RLB : Model Regresi Linier Model Rainfall-Runoff.
Berganda http://www.unsyiah.ac.id. (19 Mei 2016).
Dari hasil perhitungan diatas, dapat
Nuryanto, Danang Eko. 2013. Perbandingan
dilihat bahwa perbedaan antara Evapotranspirasi Potensial Antara Hasil
Metode Penman-Monteith dan
Keluaran Model ReGCM 4.0 Dengan
Model Regresi Linier Berganda Perhitungan Data Pengamatan.
sangat kecil. Hal ini dapat dilihat Puslitbang.bmkg.go.id/jmg/index.php/jm
pada nilai ENS, MAE, dan Kr masing-
g/article/view/157 (18 Januari 2017)
masing metode. Sedangkan untuk Panjaitan, Djuang. 2014. Kajian
nilai R2, Model Regresi Linier
Evapotranspirasi Potensial Standar
Berganda memiliki nilai R2 paling Pada Daerah Irigasi Muara Jalai
besar. Kabupaten Kampar Provinsi Riau. e-
journal.upp.ac.id (18 Januari 2017).
KESIMPULAN
Soemarto, CD. Hidrologi Teknik. 1986.
1. Dari hasil analisa kesesuaian metode,
terpilih dua metode yang terbaik, yaitu Surabaya: Usaha Nasional.
Metode Penman-Monteith dan Model Soewarno. 1995. Hidrologi Aplikasi Metode
Regresi Linier Berganda. Untuk Metode Statistik untuk Analisa Data. Jilid 2.
Bandung: NOVA.