Anda di halaman 1dari 12

Makalah Seminar Nasional,

Makassar, Kamis s/d Sabtu, 3 s/d 5 Oktober 2019

Tema:
Tantangan Penyelesaian Pembangunan dan Pengelolaan 65 Bendungan Serta
Keberlanjutan Program di Masa Mendatang

Sub Tema:
Inovasi Perencanaan, Pelaksanaan dan Pengelolaan untuk Menjaga Kapasitas Tampungan
Waduk

Judul:
Perencanaan Pola Operasi Bendungan Poso-1 Dalam Menopang Fungsi
PLTA Poso 515 MW Sebagai Pembangkit Peaker

Penulis
1. Sulistianto, ST., MT. (hydropower engineer PT Poso Energy)
2. Asmaruddin, ST (dam engineer PT Poso Energy)
3. Mega Sherly Suljati, ST., MT. (hydrologist PT Poso Energy)
PERENCANAAN POLA OPERASI BENDUNGAN POSO-1 DALAM
MENOPANG FUNGSI PLTA POSO 515 MW SEBAGAI
PEMBANGKIT PEAKER
(Oleh: Sulistianto, Asmaruddin, Mega Sherly Suljati)

1. PENDAHULUAN

Bendungan Poso-1 adalah bendungan beton gravitasi yang terletak di Sungai Poso,
Kota Poso, Provinsi Sulawesi Tengah. Bendungan ini merupakan bagian dari rangkaian
sistem pembangkit PLTA Poso (515 MW) yang terletak 13,6 km dari outlet Danau Poso
dengan elevasi muka air selevel dengan Danau Poso. Fungsi dari bendungan ini adalah,
meregulating tampungan Danau Poso, menambah head pada PLTA Poso Extension Stage-
1 menjadi 56,2 m, menyediakan tampungan lokal yang cukup untuk memberi cadangan air
pada saat fase kenaikan debit, dari debit dasar menuju debit puncak.
Sebagai pembangkit peaker PLTA Poso harus memiliki debit andalan yang optimal
dengan probabilitas terpenuhi mencapai 95%. Debit andalan ini disebut firm discharge dan
hasil produksi dari firm discharge adalah firm energy. Debit andalan ini akan digunakan
untuk memenuhi produksi sesuai daya terpasang pembangkit sebesar 515 MW pada beban
puncak selama 5 jam per hari sepanjang tahun. Untuk mencapai target ini maka dilakukan
kajian pola operasi dengan batasan yang bisa diterima secara sosial dan lingkungan.

2. TATA LETAK BENDUNGAN POSO-1 DAN PLTA POSO 515 MW

Sungai Poso berlokasi di Kota Poso, Provinsi Sulawesi Tengah. Aliran sungai ini
berasal dari outlet Danau Poso dan bermuara di Teluk Tomini Kota Poso sepanjang ±70
km. Danau Poso yang menjadi hulu Sungai Poso merupakan danau tektonik yang memiliki
tangkapan hujan seluas 1754,7 km2. Danau ini secara alami berfungsi sebagai tampungan
air Sungai Poso. Luas Danau Poso beserta Daerah Tangkapan Air sebagaimana terlihat
pada Gambar 1.

Kondisi hidrologi dan morfologi Sungai Poso pada km. 13+600 hingga km. 28+000
dari outlet danau menjadikan lokasi tersebut berpotensi untuk dimanfaatkan sebagai
pembangkit listrik. Hal ini terlihat pada Gambar 2, yaitu profil Sungai Poso dari outlet
Danau Poso hingga Muara.

1
Gambar 1. Daerah Tangkapan Air

Gambar 2. Profil Sungai Poso

Proyek PLTA Poso 515 MW yang terletak di Sungai Poso, direncanakan terdiri
dari pembangkit kaskade-1 yaitu PLTA Poso Extension Stage-1 (4x30 MW), pembangkit
kaskade-2 terdiri dari PLTA Poso Existing (3x65 MW) dan PLTA Poso Extension Stage-2
(4x50 MW).

Pembangkit PLTA Poso Extension Stage-1 berjenis reservoir dengan


memanfaatkan tampungan Danau Poso seluas 362 km 2, dengan live storage sebesar

2
±577.250.000 m3 yang dihasilkan oleh fluktuasi muka air antara El. +510,1 m dpl (MOL)
s.d El. +511,7 m dpl (FSL). Elevasi banjir Q 25 direncanakan berada pada El. +512,2 m dpl.
Bendungan Poso-1 merupakan bagian dari rangkaian sistem pembangkit PLTA
Poso Peaker 515 MW. Fungsi dari bendungan ini adalah,
1) Meregulating tampungan Danau Poso,
2) Menambah head pada PLTA Poso Extension Stage-1 menjadi 56,2 m,
3) Menyediakan tampungan lokal yang cukup untuk memberi cadangan air pada saat
fase kenaikan debit, dari debit dasar menuju debit puncak.

Untuk mampu mendapatkan fungsi tersebut di atas, maka Bendungan Poso-1 ini
dirancang dengan kriteria antara lain,
1) Memiliki tinggi yang cukup sehingga muka air pada bendungan sejajar dengan
muka air Danau Poso,
2) Memiliki kapasitas pintu pelimpah sesuai debit banjir Danau Poso.
3) Memiliki stabilitas yang cukup untuk menerima rapid drawdown.

Secara tata letak, posisi bendungan yang berjarak 13,6 km dari outlet Danau Poso
ini bisa dilihat pada Gambar 3. Penampang memanjang dari Danau Poso hingga ke
Bendungan Poso-1 terlihat pada Gambar 4.

Sta. 00+000

Sta.04+000
Sta.09+600 Sta.13+600

(Dam)

Gambar 3. General Plan Outlet Danau Poso sampai ke Bendungan Poso-1

Gambar 4. Profil Sungai Poso dari Outlet Danau Poso sampai ke Bendungan Poso-1

3
Dengan mempertimbangkan sisi keamanan, ekonomi, pelaksanaan, dan operasi,
maka dipilih posisi pada 13,6 km dari outlet Danau Poso. Tampungan Bendungan Poso-1
akan menjadi satu kesatuan dengan Danau Poso. Tinggi bendungan 23,5 m, lebar 162,5 m
terbuat dari beton, dengan konsep struktur beton gaya berat (gravity dam). Gambar
Bendungan Poso-1 terlihat pada Gambar 5.

Gambar 5. Gambar Bendungan Poso-1 dari Sisi Hulu

3. KARAKTERISTIK HIDROLOGI DAERAH HULU BENDUNGAN POSO-1

Sebagai hulu Bendungan Poso-1 debit rata-rata harian outflow Danau Poso adalah
139,86 m3/dt berdasar data tahun 1972-2016. Debit bulanan rata-rata maksimum terjadi
pada bulan Mei dan mininum pada bulan Oktober. Debit tertinggi yang tercatat adalah
537,00 m3/dt dan debit terendah adalah 21,30 m 3/dt. Karakteristik muka air dan debit
Danau Poso terlihat pada Gambar 6, Gambar 7, Gambar 8 dan Gambar 9.

4
Gambar 6. Elevasi Danau Poso (1972-2016)

Gambar 7. Aliran Inflow menuju Danau Poso (1972-2016)

5
Gambar 8. Aliran Outflow dari Danau Poso (1972-2016)

Gambar 9. Kurva Durasi Aliran Inflow dan Outflow Danau Poso Kondisi Natural
4. KONDISI BATAS OPERASI BENDUNGAN POSO-1

Tampungan dari Bendungan Poso-1 ini terdiri dari Danau Poso dan ruas genangan
sungai dari outlet danau sampai Km 13+600. Secara alami Danau Poso berfluktuasi dari
El. +509,30 m dpl sampai El. +512,66 m dpl. Luas permukaan rata-rata danau adalah 362
km2 pada El. +511,10 m dpl.

Kondisi batas yang ditetapkan yaitu,

1) Batas muka air Danau Poso untuk banjir Q 50 adalah El. +512,40 m dpl,
2) Batas muka air Danau Poso untuk banjir Q 25 adalah El. +512,20 m dpl,

6
3) Batas muka air minimum Danau Poso untuk operasi beban puncak adalah El.
+510,10 m dpl, sebagaimana terlihat pada Gambar 10.
4) Batas debit outflow maksimum Q50 adalah 500 m3/dt,
5) Batas debit outflow maksimum Q25 adalah 450 m3/dt, dan
6) Batas debit outflow minimum pada operasi base adalah 46 m3/dt.

Batasan di atas menghasilkan drawdown sebesar 1,6 m dengan tampungan efektif


sebesar 577,25 juta m3 volume air sebagaimana terlihat pada Gambar 10. Jika elevasi air
melebihi FSL maka air harus dilimpaskan, sedangkan elevasi air dibawah MOLpeak, maka
operasi peaker harus dialihkan menjadi operasi base selama 24 jam dengan debit base
sebesar Q95%.

Gambar 10. Grafik Hubungan Antara TMA dengan Volume Danau dan Grafik Hubungan antara
TMA dengan Luas Permukaan Danau.
5. SIMULASI OPERASI BERDASARKAN DATA PENCATATAN TAHUN
1972-2016 UNTUK PENETAPAN POLA OPERASI WADUK

Pemilihan debit andalan dengan probabilitas tercapai 95% dilakukan dengan cara
melakukan simulasi operasi untuk beberapa alternatif debit 75 m 3/det, 90 m3/det, 100
m3/det, 110 m3/det, 120 m3 dan 125 m3/det. Hasilnya terlihat dengan membuat Kurva
Durasi Aliran dan Kurva Durasi Elevasi Tampungan Danau Poso sebagaimana terlihat
pada Gambar 11 dan Gambar 12. Dari Kurva tersebut dipilih debit andalan sebesar 110
m3/det sebagai debit operasi pembangkit PLTA Poso (515 MW).

7
Gambar 11. Kurva Durasi Aliran Outflow di Danau Poso Hasil Simulasi

Gambar 12. Kurva Durasi Elevasi Danau Poso Hasil Simulasi


Setelah ditetapkan debit andalan 110 m3/det, maka dilakukan evaluasi terhadap data
11 tahun terakhir dari tahun 2006 hingga 2016. Evaluasi fluktuasi debit outflow dan muka
air tampungan menggunakan debit andalan 110 m 3/det berdasarkan data 11 tahun terakhir
tertera dalam Gambar 13. dan Gambar 14.

8
Gambar 13. Water Level Harian Hasil Simulasi Operasi Dengan Q andalan 110 m3/dt

Gambar 14. Debit Harian Hasil Simulasi Operasi dengan Qandalan 110 m 3/dt

Dengan pola operasi menggunakan debit andalan 110 m 3/det, terlihat bahwa pada
outflow pada musim kering lebih baik dari kondisi alami. Fluktuasi elevasi muka air dan
debit baik terendah maupun tertinggi masih termasuk dalam rentang alami Danau Poso,
sehingga tidak berdampak pada masalah sosial dan lingkungan. Pola operasi yang
diterapkan terlihat pada Gambar 15. Kurva Masa Kumulatif terdapat pada Gambar 16.

9
Gambar 15. Pola Operasi Bendungan Poso-1 untuk operasi PLTA Poso (515 MW)

Gambar 16. Kurva Masa Kumulatif

6. PENINGKATAN FIRM ENERGY DAN PERUNTUKANNYA SEBAGAI


ENERGI PADA PEAK LOAD

Setelah diterapkan pola operasi pada Bendungan Poso-1 terjadi peningkatan Firm
Energy yang dihasilkan dari PLTA Poso (515 MW) dari 511 GWh/tahun menjadi 1478
GWh/tahun. Dari peningkatan Firm Energy ini, maka sebesar 894 GWh/tahun dari
sebagian firm energy dimanfaatkan sebagai energi pada Peak Load dengan memproduksi
daya sebesar 515 MW selama 5 jam per hari sepanjang tahun. Energi yang dihasilkan
sebelum dan setelah diterapkan pola operasi terlihat pada Gambar 17 dan Gambar 18.

10
Gambar 17. Produksi Energi PLTA Poso Peaker (515 MW) Secara Alami

Gambar 18. Produksi Energi PLTA Poso Peaker (515 MW) Setelah Menerapkan Pola Operasi

7. KESIMPULAN

Pola operasi Bendungan Poso-1 memberikan manfaat sebagai berikut,


1) Meningkatkan debit andalan probabilitas 95% dari 46 m 3/det menjadi 110 m3/det.
2) Meningkatkan energi primer, dari rata-rata 511 GWh/tahun menjadi 1478
GWh/tahun.
3) Mampu menopang kebutuhan energi untuk peak load sebesar 894 GWh/tahun yang
diambil dari energi primer sebesar 1478 GWh/tahun. Hal ini membuat PLTA Poso
(515 MW) bisa beroperasi sebagai pembangkit peaker.

11

Anda mungkin juga menyukai