Anda di halaman 1dari 4

Tahapan Anestesi Umum

Tahapan anestesi sangat penting untuk diketahui terutama dalam menentukan


tahapan terbaik untuk melakukan pembedahan, memelihara tahapan tersebut sampai batas
waktu tertentu, dan mencegah terjadinya kelebihan dosis anestetikum.
Tahapan anestesi dapat dibagi dalam beberapa langkah(McKelvey dan Hollingshead
2003) , yaitu:
1. preanestesi,
Tahap preanestesi merupakan tahapan yang dilakukan segera sebelum dilakukan
anestesi, dimana data tentang pasien dikumpulkan, pasien dipuasakan, serta dilakukan
pemberian preanestetikum.
2. induksi,
Induksi adalah proses dimana hewan akan melewati tahap sadar yang normal atau
conscious menuju tahap tidak sadar atau unconscious. Agen induksi dapat diberikan
secara injeksi atau inhalasi. Apabila agen induksi diberikan secara injeksi maka akan
diikuti dengan intubasi endotracheal tube untuk pemberian anestetikum inhalasi atau
gas menggunakan mesin anestesi. Waktu minimum periode induksi biasanya 10 menit
apabila diberikan secara intramuskular (IM) dan sekitar 20 menit apabila diberikan
secara subkutan (SC). Tahap induksi ditandai dengan gerakan tidak terkoordinasi,
gelisah dan diikuti dengan relaksasi yang cepat serta kehilangan kesadaran. Idealnya,
keadaan gelisah dan tidak tenang dihindarkan pada tahap induksi, karena
menyebabkan terjadinya aritmia jantung.
Preanestesi dan induksi anestesi dapat diberikan secara bersamaan, seperti
pemberian acepromazin, atropine, dan ketamine dicampur dalam satu alat suntik dan
diberikan secara intravena (IV) pada anjing. (Adams 2001; McKelvey dan
Hollingshead 2003; Tranquilli et al. 2007).

3. pemeliharaan,
Selanjutnya hewan akan memasuki tahap pemeliharaan status teranestesi. Pada
tahap pemeliharaan ini, status teranestesi akan terjaga selama masa tertentu dan pada
tahap inilah pembedahan atau prosedur medis dapat dilakukan. Tahap pemeliharaan
dapat dilihat dari tanda-tanda hilangnya rasa sakit atau analgesia, relaksasi otot
rangka, berhenti bergerak, dilanjutkan dengan hilangnya refleks palpebral, spingter
ani longgar, serta respirasi dan kardiovaskuler tertekan secara ringan. Begitu mulai
memasuki tahap pemeliharaan, respirasi kembali teratur dan gerakan tanpa sengaja
anggota tubuh berhenti. Bola mata akan bergerak menuju ventral, pupil mengalami
konstriksi, dan respon pupil sangat ringan. Refleks menelan sangat tertekan sehingga
endotracheal tube sangat mudah dimasukkan, refleks palpebral mulai hilang, dan
kesadaran mulai hilang. Anestesi semakin dalam sehingga sangat nyata menekan
sirkulasi dan respirasi. Pada anjing dan kucing, kecepatan respirasi kurang dari 12
kali per menit dan respirasi semakin dangkal. Denyut jantung sangan rendah dan
pulsus sangat menurun karena terjadi penurunan seluruh tekanan darah. Nilai CRT
akan meningkat menjadi 2 atau 3 detik. Semua refleks tertekan secara total dan terjadi
relaksasi otot secara sempurna serta refleks rahang bawah sangat kendor. Apabila
anestesi dilanjutkan lebih dalam, pasien akan menunjukkan respirasi dan
kardiovaskuler lebih tertekan dan pada keadaan dosis anestetikum berlebih akan
menyebabkan respirasi dan jantung berhenti. Dengan demikian, pada tahap
pemeliharaan sangat diperlukan pemantauan dan pengawasan status teranestesi
terhadap sistim kardiovaskuler dan respirasi (McKelvey dan Hollingshead 2003;
Tranquilli et al. 2007 ).

4. Pemulihan
Ketika tahap pemeliharaan berakhir, hewan memasuki tahap pemulihan yang
menunjukkan konsentrasi anestetikum di dalam otak mulai menurun. Metode atau
mekanisme bagaimana anestetikum dikeluarkan dari otak dan sistem sirkulasi adalah
bervariasi tergantung pada anestetikum yang digunakan. Sebagian besar anestetikum
injeksi dikeluarkan dari darah melalui hati dan dimetabolisme oleh enzim di hati dan
metabolitnya dikeluarkan melalui sistem urinari. Pada hewan kucing, ketamine tidak
mengalami metabolisme dan dikeluarkan langsung tanpa perubahan melalui ginjal.
Kadar anestetikum golongan tiobarbiturat di dalam otak dapat dengan cepat menurun
karena dengan cepat disebarkan ke jaringan terutama otot dan lemak, sehingga hewan
akan sadar dan terbangun dengan cepat mendahului ekskresi anestetikum dari dalam
tubuh hewan. Anestetikum golongan inhalasi akan dikeluarkan dari tubuh pasien
melalui sistem respirasi, molekul anestetikum akan keluar dari otak memasuki
peredaran darah, alveoli paru-paru, dan akhirnya dikeluarkan melalui nafas. Tanda
tanda adanya aktivitas refleks, ketegangan otot, sensitivitas terhadap nyeri pada
periode pemulihan dinyatakan sebagai kesadaran kembali (McKelvey dan
Hollingshead 2003).
Durasi atau lama waktu kerja anestetikum dan kualitas anestesi dapat dilihat
dari pengamatan perubahan fisiologis selama stadium teranestesi. Dikenal dua waktu
induksi pada durasi anestesi. Waktu induksi 1 adalah waktu antara anestetikum
diinjeksikan sampai keadaan hewan tidak dapat berdiri. Waktu induksi 2 adalah
waktu antara anestetikum diinjeksikan sampai keadaan hewan tidak ada refleks pedal
atau hewan sudah tidak merasakan sakit (stadium operasi). Durasi adalah waktu
ketika hewan memasuki stadium operasi sampai hewan sadar kembali dan merasakan
sakit jika daerah disekitar bantalan jari ditekan. Waktu siuman atau recovery adalah
waktu antara ketika hewan memiliki kemampuan merasakan nyeri bila syaraf
disekitar jari kaki ditekan atau mengeluarkan suara sampai hewan memiliki
kemampuan untuk duduk sternal, berdiri atau jalan (Moens dan Fargetton 1990;
Verstegen dan Petcho 1993; McKelvey dan Hollingshead 2003).
McKelvey dan Hollingshead (2003) dan Tranquilli et al. (2007) menyatakan
bahwa untuk memonitor anestesi dilakukan pengamatan tahap-tahap anestesi umum.
Kualitas status teranestesi dapat dilihat dari perubahan fisiologis sebagai tanda
kedalaman anestesi, seperti disajikan pada Tabel 1.
STADIUM ANASTESI :
Stadium 1 atau stadium analgesi adalah stadium awal anestesi yang terjadi
segera setelah dilakukan anestesi secara inhalasi atau injeksi. Hewan pada stadium ini
masih sadar tetapi kehilangan orientasi dan menurunnya sensitifitas terhadap rasa
nyeri. Respirasi dan denyut jantung masih normal atau meningkat, dan semua refleks
masih ada;
Stadium 2 atau stadium delirium atau eksitasi adalah stadium yang dimulai
dari hilangnya kesadaran. Semua refleks masih ada dan bisa muncul berlebihan.
Hewan masih dapat mengunyah, menelan, dan mulut umumnya menganga. Kondisi
pupil yang dilatasi tetapi akan berkontriksi apabila ada rangsangan sinar. Stadium ini
berjalan cepat dan bahkan akan terlewati apabila diberikan preanestesi yang baik.
Stadium 2 akan berakhir apabila hewan menunjukkan tanda relaksasi otot, respirasi
menurun, dan terjadi penurunan refleks;
Stadium 3 atau stadium pembedahan adalah stadium melakukan tindakan
bedah dan dibagi menjadi empat plane, yaitu plane 1 atau anestesi ringan, plane 2
atau anestesi pembedahan, plane 3 atau anestesi dalam, dan plane 4 atau paralisa; dan
Stadium 4 atau stadium terminal (stadium kelebihan dosis).

Anda mungkin juga menyukai