Anda di halaman 1dari 41

PREMEDIKASI &

ANESTESI

Fakultas Kedokteran Hewan


Universitas Pendidikan
Mandalika
Anestesi
 Muncul pertama kali: dokter Oliver Wendell Holmes
(1809-1894) berkebangsaan Amerika.
 Berasal dari dua kata Yunani : 

◦ An berarti tidak
◦ Aesthesis berarti rasa atau sensasi nyeri
 Ketiadaan rasa atau sensasi nyeri

 Anestesi berarti suatu keadaan hilangnya rasa


terhadap suatu rangsangan.
Klasifikasi Anestesi
Berdasarkan rute penggunaannya:
1. Topikal misalnya melalui kutaneus atau membrana
mukosa;
2. Injeksi seperti intravena, subkutan, intramuskular,
dan intraperitoneal;
3. Gastrointestinal secara oral atau rektal
4. Respirasi atau inhalasi melalui saluran nafas.
Anastesi berdasarkan daerah atau luas pada tubuh yang
dipengaruhinya:

1. Anestesi lokal, terbatas pada tempat penggunaan dengan


pemberian secara topikal, spray, salep atau tetes, dan
infiltrasi.
2. Anestesi regional, mempengaruhi pada daerah atau regio
tertentu dengan pemberian secara perineural, epidural, dan
intratekal atau subaraknoid.
3. Anestesi umum, mempengaruhi seluruh sistem tubuh
secara umum dengan pemberian secara injeksi, inhalasi,
atau gabungan (balanced anaesthesia). Ada yang volatile
(inhalasi) dan non volatile (injeksi).
Anastesi Umum
 Adalah keadaan hilangnya nyeri di seluruh tubuh dan
hilangnya kesadaran yang bersifat sementara yang
dihasilkan melalui penekanan sistem syaraf pusat karena
adanya induksi secara farmakologi atau penekanan sensori
pada syaraf.

 Bersifat reversible, ditandai dengan :


◦ Analgesia : Hilangnya respon rasa nyeri
◦ Amnesia : Hilangnya ingatan
◦ Immobility : Hilangnya respon terhadap rangsangan atau refleks
dan hilangnya gerak spontan
◦ Unconsciousness : Hilangnya kesadaran
Tujuan Utama Anastesi
 Menciptakan kondisi sedasi, analgesi, relaksasi, dan
penekanan refleks yang optimal dan adekuat untuk dilakukan
tindakan dan prosedur diagnostik atau pembedahan tanpa
menimbulkan gangguan hemodinamik, respiratorik, dan
metabolik yang dapat mengancam

 KRITERIA ANASTESI :
a. Trias anastesi  sedasi, analgesi, relaksasi
b. Penekanan refleks
c. Ketidaksadaran
d. Aman untuk sistem vital (sirkulasi dan respirasi)
e. Mudah diaplikasikan dan ekonomis
Syarat Ideal Anastesi Umum
 Memberi induksi yg halus dan cepat.
 Timbul situasi tak sadar / tak berespons
 Timbulkan keadaan amnesia
 Hambat refleks-refleks
 Timbulkan relaxasi otot skeletal,bukan otot

pernafasan.
 Hambat persepsi rangsang sensorik
 Berikan keadaan pemulihan yg halus cepat dan
 Balanced anesthesia : Anestetikum dapat
digabungkan atau dikombinasikan antara
beberapa anestetikum atau dengan zat lain
sebagai preanestetikum untuk mendapatkan
efek anestesi yang diinginkan dengan efek
samping minimal.
Tahapan/Fase anestesi
 Preanestesi
 Induksi (induction)
 Pemeliharaan (maintenance)
 Pemulihan (recovery)
Preanestesi/Premedikasi
 Yaitu Pemberian zat kimia sebelum tindakan anestesi umum

 Tujuan :
1. menenangkan pasien,
2. menghasilkan induksi anestesi yang halus,
3. mengurangi dosis anestetikum,
4. mengurangi atau menghilangkan efek samping
anestetikum, dan
5. mengurangi nyeri selama operasi maupun pasca operasi
Penggolongan Premedikasi Secara
Umum:
Sediaan dan Dosis Anjuran
Atropin Sulfat :
 Sediaan  0,25 mg/mL

 Dosis anjuran  0,02-0,04 mg/kg BB Note: Xylazine dan


Ketamine bisa digabung
(SC)
dalam 1 spuit.

Xylazine : Rumus penghitungan


 Sediaan  20 mg/mL dosis:
 Dosis anjuran  1-3 mg/kg BB (IM)
JB
Ketamine :
 Sediaan  100 mg/mL

 Dosis anjuran Cat  10-30 mg/kg atau


(JB adalah Jumlah obat yang
11-33 mg/kg BB (IM) diberikan)
 Dosis anjuran Dog  10-15 mg/kg BB

(IM)
Contoh –contoh preanastesi :

 Atropine digunakan untuk mengurangi salivasi, peristaltik dan


mengurangi bradikardia akibat anestesi.
 Acepromazin digunakan sebagai penenang atau tranquilizer.
 Xylazine, medetomidin, diazepam, dan midazolam digunakan
sebagai agen sedatif dan merelaksasi otot.
Induksi
 Proses dimana hewan akan melewati tahap sadar yang
normal atau conscious menuju tahap tidak sadar atau
unconscious.
 Waktu minimum periode induksi 10 menit secara
intramuskular (IM) dan sekitar 20 menit secara subkutan (SC)

Tahap induksi ditandai:


 Gerakan tidak terkoordinasi,

 Gelisah dan diikuti dengan relaksasi yang cepat serta

kehilangan kesadarn.
• Keadaan gelisah dan tidak tenang dihindarkan pada tahap
induksi, karena menyebabkan terjadinya aritmia jantung.

• Preanestesi dan induksi anestesi dapat diberikan secara


bersamaan, seperti pemberian xylazine dan ketamine
dicampur dalam satu alat suntik dan diberikan secara
intramuscular
Pemeliharaan
Status teranestesi akan terjaga selama masa tertentu.
 Hilangnya rasa sakit atau analgesia,

 Relaksasi otot rangka,

 Berhenti bergerak,

 Hilangnya refleks palpebral,

 Spingter ani longgar,

 Respirasi dan kardiovaskuler tertekan secara ringan.

 Bola mata akan bergerak menuju ventral,

 Pupil mengalami konstriksi

 Refleks menelan sangat tertekan

 Refleks rahang bawah sangat kendor.


Stadium anastesi umum
 Stadium I (analgesia)
 Stadium II (delirium)
 Stadium III (surgical anaesthesia)

Tingkatan pada stadium III :


◦ Plane 1 (light)
◦ Plane 2 (medium)
◦ Plane 3 (deep)
 Stadium IV (paralysis)
Stadium 1 (analgesia)
 Stadium awal anestesi yang terjadi segera setelah
dilakukan anestesi secara inhalasi atau injeksi.
 Hewan masih sadar, kehilangan orientasi, dan

menurunnya sensitifitas terhadap rasa nyeri.


 Respirasi dan denyut jantung normal atau meningkat,

dan semua refleks masih ada;


Stadium II (delirium)
 Stadium yang dimulai dari hilangnya kesadaran.
 Semua refleks masih ada dan bisa muncul berlebihan.
 Hewan masih dapat mengunyah, menelan, dan mulut
umumnya menganga. Kondisi pupil dilatasi dan
berkontriksi apabila ada rangsangan sinar.
 Stadium ini berjalan cepat dan bahkan akan terlewati
apabila diberikan preanestesi yang baik.
 Stadium 2 akan berakhir apabila hewan menunjukkan
tanda relaksasi otot, respirasi menurun, dan terjadi
penurunan refleks;
Stadium III (surgical anesthesia)
Adalah stadium melakukan tindakan bedah.
 plane 1 (light /ringan) 

 plane 2 (medium)

 plane 3 (deep/ anestesi dalam)

PLANE RESPIRASI REFLEKS RELAKSASI

okuler Laryng & Pharyng

1 (light) Reguler Bolamata bergerak gerak, Muntah & menelan absen, Hanya otot
Thoraco- palpebra, konjunctiva kornea batuk masih ada anggota gerak
abdominal segera terdepres
2 (medium) Reguler, Bola mata di ventral medial Batuk masih ada sampai Semua otot
Thoraco- Kornea pertengahan stadium ini kecuali otot perut
abdominal,
amplitude
menurun
3 (deep) Reguler, Bola mata kembali ke tengah Batuk (-) Otot perut
abdominal,
amplitude
minimal
Stadium IV (paralyisa)
 Adalah stadium terminal atau stadium kelebihan dosis
 Menyebabkan death
Metode anastesi umum dilihat dari
cara pemberian obat
I. Parenteral
 Anastesi umum yang diberikan secara parenteral baik intravena

maupun intra muscular biasanya digunakan untuk tindakan yang


singkat/ untuk tindakan yang singkat atau untuk indikasi
anesthesia. 

Keuntungan dan kekurangan:


 cepat dicapai induksi dan pemulihan,
 sedikit komplikasi pasca anestetik

 efek analgesic dan relaksasi otot rangka sangat lemah. 

Contoh Obat : thiopental, barbiturat, ketamin, droperidol dan


fentanil.
II. Perektal
 Anastesi umum yang diberikan melalui rectal

kebanyakan dipakai pada anak, terutama untuk induksi


anesthesia atau tindakan singkat.

III. Perinhalasi
 Menggunakan gas atau cairan anestetika yang mudah

menguap (volatile agent).


Contoh:
Inhalasi gas (N2O etilen siklopropan)
anestetika menguap (eter, Isoflurance, halotan, fluotan,
metoksifluran, etilklorida, trikloretilen dan fluroksen)
Anestesi Lokal
 Teknik anestesi lokal biasanya sederhana, murah, dan
reversibel ke daerah yang relatif yang jelas dari tubuh.
 Hewan harus terkendali.
 Contoh; procain HCL 2%, 2% lidokain hidroklorida dan

hidroklorida mepivakain 2%
 Lidocaine tiga kali lebih kuat daripada prokain dan

berdifusi lebih luas dalam jaringan.


 Durasi antara 90-180 menit
kriteria yang harus dipenuhi
a. Tidak merangsang jaringan.
b. Tidak mengakibatkan kerusakan permanen terhadap
susunan saraf.
c. Toksisitas sistemik rendah.
d. Efektif dengan jalan injeksi atau penggunaan
setempat pada selaput lendir
Macam anastesi lokal:
 Topical Anesthesia
 Intrasynovial Anesthesia
 Infiltration Anesthesia
 Spinal Anesthesia
 Intravenous regional local anesthesia
 Regional anesthesia
Topical Anesthesia
 Merujuk pada anestesi yang digunakan pada mukosa
atau permukaan luka dan berdifusi ke organ akhir
sensorik dan ke percabangan saraf terminal.
 Spray pada kulit, tetes mata, swab pada laring, dll
Intrasynovial Anesthesia
 Di lakukan pada daerah persendian, bursa, dan tendon.
 Digunakan untuk mengurangi rasa sakit dan pada

penyakit kepincangan
 Harus di perhatikan sterilisasi saat melakukan.
Infiltration Anesthesia
 Anestetika local disuntikkan ke dalam jaringan,
termasuk juga diisikan ke dalam jaringan. Dengan
demikian organ dan ujung sensorik, juga batang-
batang saraf kecil dihambat.
Tipe:
Weal infilration
 Linear infiltration
 Weal infiltration
 Inverted L / T / V block
 Field block
 Ring block

Linier infkitration
Anestesi infiltrasi
Inverted L infiltration / Field block
L block

Ring block
Spinal Anesthesi
 Penyuntikan agent anestesi di sekitar sistem saraf
pusat.
 Terbagi:

1. Epidural: obat di suntikan di ruang extradural tetapi


tidak menembus meninges.
2. Spinal Anesthesi: jarum menembus dura meter dan
obat terdepositkan di ruang subarachnoid.
Intravenous Regional Local
Anesthesia Bier Block
 Tempatkan tourniquet sekitar ekstrimitas dengan pola
melingkar.
 Obat anesthesi kemudian di suntikan ke dalam vena.
 Bagian ekstrimitas akan teranesthesi dalam jangka 15 menit
sampai tourniquet di lepas
Regional Anesthesia
Paravertebral nerve Block
 Injeksi agent anestesi pada daerah saraf yang keluar
atau bercabang dari canalis vertebrae.
SEMOGA BERMANFAAT
Next week

Anda mungkin juga menyukai