NPM : 15700158
Kelas : 2015D
c) Prevalensi
Prevalensi adalah bagian dari studi epidemiologi yang membawa pengertian
jumlah orang dalam populasi yang mengalami penyakit, gangguan atau
kondisi tertentu pada suatu tempoh waktu dihubungkan dengan besar
populasi dari mana kasus itu berasal.
Contoh : jika sampel yang dipilih secara acak dihasilkan 53% perempuan
dan 47% laki-laki, tetapi populasi sebenarnya adalah 51% perempuan dan
49% laki-laki, maka bobot statistik pada proporsi perempuan dan laki-laki
dalam sampel akan sejalan dengan proporsi wanita dan pria dalam populasi
target.
d) Insidens
Angka insidensi (Insiden rate) adalah jumlah kasus baru penyakit tertentu
yang dilaporkan pada periode waktudan tempat tertentu dibagi dengan
jumlah penduduk dimana penyakit tersebut berjangkit.
Contoh : Pada suatu daerah dengan jumlah penduduk tgl 1 Juli 2005
sebanyak 100.000 orang semua rentan terhadap penyakit Diare ditemukan
laporan penderita baru sebagai berikut : bulan januari 50 orang, Maret 100
orang, Juni 150 orang, September 10 orang dan Desember 90 orang.
4. Jelaskan dan beri contoh 5 level of prevention menurut Leavell and Clarke (1
penyakit berdasarkan level pencegahannya)!
Jawab:
. Five levels of prevention terbagi menjadi 3 kelompok utama, yaitu:
a) Primary prevention
Health promotion: Pada tingkat ini dilakukan tindakan umum untuk menjaga
keseimbangan proses bibit penyakit-pejamu-lingkungan, sehingga dapat
menguntungkan manusia dengan cara meningkatkan daya tahan tubuh
dan memperbaiki lingkungan. Tindakan ini dilakukan pada seseorang yang
sehat.
Contoh : Perbaikan hygiene dan sanitasi lingkungan, misalnya penyediaan
air bersih, pembuangan sampah, pembuangan tinja dan limbah, seminar
kesehatan kehamilan untuk menghindari BBLR, Olahraga secara teratur
sesuai kemampuan individu., kesempatan memperoleh hiburan demi
perkembangan mental dan social, dan nasihat perkawinan dan pendidikan
seks yang bertanggung jawab.
Specific protection: tindakan yang masih dimaksudkan untuk mencegah
penyakit, menghentikan proses interaksi bibit penyakit-pejamu-lingkungan
dalam tahap prepatogenesis, tetapi sudah terarah pada penyakit tertentu.
Tindakan ini dilakukan pada seseorang yang sehat tetapi memiliki risiko
terkena penyakit tertentu.
Contoh: Isolasi terhadap penderita penyakit menular, misalnya yang
terkena flu burung ditempatkan di ruang isolasi, Imunisasi polio, vaksin
Hepatitis. APD.
b) Secondary prevention
Early diagnosa: tindakan menemukan penyakit sedini mungkin dan
melakukan penatalaksanaan segera dengan terapi yang tepat.
Contoh: Pada ibu hamil yang sudah terdapat tanda – tanda anemia
diberikan tablet Fe dan dianjurkan untuk makan makanan yang
mengandung zat besi, mencari penderita dalam masyarakat dengan jalan
pemeriksaan . Misalnya pemeriksaan darah, rontgent paru, mencari semua
orang yang telah berhubungan dengan penderita penyakit menular (contact
person) untuk diawasi agar bila penyakitnya timbul dapat segera diberikan
pengobatan, dan melaksanakan skrining untuk mendeteksi dini kanker
Dissability limitation: mencegah kecacatan dengan menerapkan early
diagnosa dan memastikan pengobatan berjalan baik untuk memperkecil
komplikasi.
Contoh: Pengobatan dan perawatan yang sempurna agar penderita
sembuh dan tak terjadi komplikasi, misalnya menggunakan tongkat untuk
kaki yang cacat, Pencegahan terhadap komplikasi dan kecacatan dengan
cara tidak melakukan gerakan – gerakan yang berat atau gerakan yang
dipaksakan pada kaki yang cacat, Perbaikan fasilitas kesehatan sebagai
penunjang untuk dimungkinkan pengobatan dan perawatan yang lebih
intensif.
c) Tertiary prevention
Rehabilitation
Contoh:
Mengembangkan lembaga-lembaga rehabilitasi dengan mengikutsertakan
masyarakat. Misalnya, lembaga untuk rehabilitasi mantan PSK, mantan
pemakai NAPZA dan lain-lain, Menyadarkan masyarakat untuk menerima
mereka kembali dengan memberikan dukungan moral setidaknya bagi
yang bersangkutan untuk bertahan. Misalnya dengan tidak mengucilkan
mantan PSK di lingkungan masyarakat tempat ia tinggal, Mengusahakan
perkampungan rehabilitasi sosial sehingga setiap penderita yang telah
cacat mampu mempertahankan diri, serta Penyuluhan dan usaha-usaha
kelanjutan yang harus tetap dilakukan seseorang setelah ia sembuh dari
suatu penyakit.
5. Jelaskan kriteria KLB dan beri contoh 5 penyakit serta kriteria yang sesuai untuk
penyakit tersebut disebut KLB, kurva epidemologi (Common source, propagated,
mixed)!
Jawab:
- Timbulnya suatu penyakit menular tertentu yang sebelumnya tidak ada
atau tidak dikenal pada suatu daerah
- Peningkatan kejadian kesakitan terus-menerus selama 3 (tiga) kurun
waktu dalam jam, hari atau minggu berturut-turut menurut jenis
penyakitnya
- Peningkatan kejadian kesakitan dua kali atau lebih dibandingkan dengan
periode sebelumnya dalam kurun waktu jam, hari, atau minggu menurut
jenis penyakitnya
- Jumlah penderita baru dalam periode waktu 1 (satu) bulan menunjukkan
kenaikan dua kali atau lebih dibandingkan dengan angka rata-rata jumlah
per bulan dalam tahun sebelumnya
- Rata-rata jumlah kejadian kesakitan per bulan selama 1 (satu) tahun
menunjukkan kenaikan dua kali atau lebih dibandingkan dengan rata-rata
jumlah kejadian kesakitan per bulan pada tahun sebelumnya
- Angka kematian kasus suatu penyakit (Case Fatality Rate) dalam 1 (satu)
kurun waktu tertentu menunjukkan kenaikan 50% (lima puluh persen) atau
lebih dibandingkan dengan angka kematian kasus suatu penyakit periode
sebelumnya dalam kurun waktu yang sama
- Angka proporsi penyakit (Proportional Rate) penderita baru pada satu
periode menunjukkan kenaikan dua kali atau lebih dibanding satu periode
sebelumnya dalam kurun waktu yang sama
Contoh : Malaria, Ebola, Flu burung, Kusta
2) Jenis-jenis
a) Surveilans Individu Surveilans individu (individual surveillance)
mendeteksi dan memonitor individu-individu yang mengalami kontak
dengan penyakit serius, misalnya pes, cacar, tuberkulosis, tifus,
demam kuning, sifilis. Surveilans individu memungkinkan dilakukannya
isolasi institusional segera terhadap kontak, sehingga penyakit yang
dicurigai dapat dikendalikan.
b) Surveilans Penyakit Surveilans penyakit (disease surveillance)
melakukan pengawasan terus-menerus terhadap distribusi dan
kecenderungan insidensi penyakit, melalui pengumpulan sistematis,
konsolidasi, evaluasi terhadap laporan-laporan penyakit dan kematian,
serta data relevan lainnya. Jadi fokus perhatian surveilans penyakit
adalah penyakit, bukan individu.
c) Surveilans Sindromik Syndromic surveillance (multiple disease
surveillance) melakukan pengawasan terus-menerus terhadap
sindroma (kumpulan gejala) penyakit, bukan masing-masing penyakit.
Surveilans sindromik mengandalkan deteksi indikatorindikator
kesehatan individual maupun populasi yang bisa diamati sebelum
konfirmasi diagnosis. Surveilans sindromik mengamati indikator-
indikator individu sakit, seperti pola perilaku, gejala-gejala, tanda, atau
temuan laboratorium, yang dapat ditelusuri dari aneka sumber,
sebelum diperoleh konfirmasi laboratorium tentang suatu penyakit.
d) Surveilans Berbasis Laboratorium
Surveilans berbasis laboartorium digunakan untuk mendeteksi dan
menonitor penyakit infeksi. Sebagai contoh, pada penyakit yang
ditularkan melalui makanan seperti salmonellosis, penggunaan sebuah
laboratorium sentral untuk mendeteksi strain bakteri tertentu
memungkinkan deteksi outbreak penyakit dengan lebih segera dan
lengkap daripada sistem yang mengandalkan pelaporan sindroma dari
klinik-klinik (DCP2, 2008).
e) Surveilans Terpadu
Surveilans terpadu (integrated surveillance) menata dan memadukan
semua kegiatan surveilans di suatu wilayah yurisdiksi (negara/
provinsi/ kabupaten/ kota) sebagai sebuah pelayanan publik bersama.
Surveilans terpadu menggunakan struktur, proses, dan personalia
yang sama, melakukan fungsi mengumpulkan informasi yang
diperlukan untuk tujuan pengendalian penyakit. Kendatipun
pendekatan surveilans terpadu tetap memperhatikan perbedaan
kebutuhan data khusus penyakitpenyakit tertentu (WHO, 2001, 2002;
Sloan et al., 2006).
f) Surveilans Kesehatan Masyarakat
Global Perdagangan dan perjalanan internasional di abad modern,
migrasi manusia dan binatang serta organisme, memudahkan
transmisi penyakit infeksi lintas negara. Konsekunsinya, masalah-
masalah yang dihadapi negaranegara berkembang dan negara maju di
dunia makin serupa dan bergayut.