Anda di halaman 1dari 89

BI5225 PATOLOGI SERANGGA

sem II 12/13 tjandra anggraeni 1


Pendahuluan
Kebanyakan serangga hidup
berdampingan dengan mikroorganisma 
mudah terkena infeksi  memerlukan
sistem pertahanan / sistem imun yang
mendukung

sem II 12/13 tjandra anggraeni 2


Sistem Pertahanan Tubuh :
Serangga
 Serangga mempunyai sistem
pertahanan tubuh yang efisien
 Tergantung pada :
1. Spesies
2. Umur dan Tahapan
3. Faktor Nutrisi
Faktor Diet
Faktor antimikroba exogenus

sem II 12/13 3 tjandra anggraeni


4. Faktor Fisik
5. Pertahanan Morfologi dan Fisiologi
• Integumen
• Sekresi glandular
• Sistem Respirasi
• Saluran Pencernaan
Membran Peritrofik
Epitel midgut
pH
Oksigen
Substansi antimikroba
Mikroflora pada Midgut

sem II 12/13 4 tjandra anggraeni


 Serangga yang berperan sebagai vektor
untuk sejumlah mikroorganisma  akan
tinggal pada jaringan tertentu sementara,
sebelum selanjutnya ditransmisikan

 Serangga menghadapi infestasi parasit


multiseluler  jamur, telur parasitoid

  Sistem pertahanan yang relatif


kompleks

 Larva Drosophila yang diinjeksi E. coli,


memerlukan waktu 6 jam untuk
membersihkan hemolimf dari infeksi

sem II 12/13 tjandra anggraeni 5


Pertahanan larva Drosophila pada infeksi

sem II 12/13 tjandra anggraeni 6


 Pembatas utama terhadap infeksi adalah
kutikula dan saluran pencernaan (bagian
yang kontak langsung dengan lingkungan)

 Pembatas juga termasuk : trakea, tubulus


Malpighi, dan saluran reproduksi 
peptida anti fungi / anti bakteri terhadap
infeksi dan aberasi

sem II 12/13 tjandra anggraeni 7


Kemungkinan respon terhadap invasi parasit. Sel epidermal
menghasilkan komponen antimikroba, pola pengenalan dan
protein pengoptimasi agar dapat diserang hemosit. Badan
lemak menghasilkan respon antimikroba yang sistemik

sem II 12/13 tjandra anggraeni 8


 Peptida mirip dengan anti mikroba pada
paru, saluran reproduksi, saluran
pencernaan dan saliva yang dihasilkan
oleh epitel vertebrata

sem II 12/13 tjandra anggraeni 9


 Luka atau sobeknya kutikula dapat
menyebabkan terjadinya clotting
hemolimf dengan cepat yang dilanjutkan
dengan melanisasi pada area luka.

 Clotting mencegah kehilangan cairan yang


berlebih yang dapat mengganggu tekanan
hemolimf dan keseimbangan
hidroskeleton, serta infeksi
mikroorganisma.
sem II 12/13 tjandra anggraeni 10
Struktur Sistem Sirkulasi Serangga

sem II 12/13 tjandra anggraeni 11


Organ Pulsatile

sem II 12/13 tjandra anggraeni 12


Heartbeat dan Pengaturannya
 Dilatasi ruang pada jantung karena
adanya otot alary menyebabkan hemolimf
masuk kedalam ostia. Ostia akan
menutup saat jantung berkontraksi.

 Gelombang kontraksi peristaltik sepanjang


jantung menyebabkan hemolimf bergerak
ke ruang bagian depan saat ostia
berelaksasi.

sem II 12/13 tjandra anggraeni 13


Kecepatan kontraksi dipengaruhi oleh :

 Spesies
 Tahapan pertumbuhan
 Suhu
 Stimulus syaraf dan endokrin

sem II 12/13 tjandra anggraeni 14


Hemolimf
 Adalah cairan ekstraseluler utama,
volumenya berkisar antara 15% sampai
75%, tergantung spesies dan tahapan
hidup
 Terdiri dari : hemosit (sel darah) dan
plasma
 Fungsi : Penting dalam pengangkutan :
 Makanan dari sal. Pencernaan & jaringan
penyimpanan ke tempat metabolisme
 Hasil pembuangan ke tb. Malpighi
 Hormon dari organ endokrin

sem II 12/13 tjandra anggraeni 15


Komposisi hemolimf pada 6 ordo serangga

sem II 12/13 tjandra anggraeni 16


Hemosit

 Jumlah hemosit umumnya : 25000 –


100000 / mm3

 Heteroptera 100 / mm3


 Periplaneta 15.000.000
 Galleria 1.000.000

sem II 12/13 tjandra anggraeni 17


Hemosit
 Seringkali melekat pada jaringan tubuh
dibandingkan bersirkulasi

 Berasal dari jaringan mesoderm saat


embrio yang selanjutnya berdiferensiasi
menjadi berbagai tipe sel.

 Fungsi : Penting dalam pengangkutan :


 Makanan dari sal. Pencernaan & jaringan
penyimpanan ke tempat metabolisme
 Hasil pembuangan ke tb. Malpighi
 Hormon dari organ endokrin

sem II 12/13 tjandra anggraeni 18


Morfologi Hemosit
 Bervariasi pada spesies yang berbeda

 Diklasifikasikan berdasarkan : ukuran,


bentuk, karakter inti, karakter sitoplasma,
dan kemungkinan fungsinya

 Secara umum : prohemosit, plasmatosit,


adipohemosit, granulosit, sel spherule,
koagulosit, oenocytoid

sem II 12/13 tjandra anggraeni 19


Morfologi Hemosit

sem II 12/13 tjandra anggraeni 20


Prohaemocyte
 Sel kecil (diameter 6-13 um), bulat-lonjong
 Perbandingan inti : sitoplasma Besar
 Banyak ribosom bebas, sedikit RE kasar,
beberapa mitokondria
 Indeks mitosis besar
 Jumlah < 5 %

Plasmatocyte
 Bentuk sangat berubah-ubah, inti besar
ditengah
 Banyak ribosom bebas, RE kasar berkembang
baik tetapi tidak membesar
 Penting dalam pertahanan seluler
 Jumlah 30 – 60 %

sem II 12/13 tjandra anggraeni 21


Granular cell
 Bentuk bulat-lonjong, bergranul
 Sangat tidak stabil
 Proses degranulasi merupakan pusat dari
banyak mekanisme imunologi (aktivasi PPO,
pembentukan plasma gel, kemungkinan
pelapisan dan pengenalan benda asing)
 Jumlah < 60 %

Cystocyte (coagulocyte)
 Bentuk bulat – oval, lebih kecil dari pl. atau gr.
 Kondisi in vitro sangat tidak stabil ~
degranulasi ~ membentuk “islet of
coagulation”
 Apabila ada, jumlah 40 – 60 %

sem II 12/13 tjandra anggraeni 22


Spherule cell
 Terdapat pada sp. tertentu, bentuk ovoid
 Terdapat sedikit-banyak butiran bulat / lonjong
 RE kasar berkembang baik
 Stabil in vitro
 Diduga mensintesis mucopolysccharide pada darah
 Jumlah < 5%

Adipohemocytes
 Sel bundar
 Memiliki inti kecil yang dikelilingi oleh sitoplasma yang
besar yang mengandung vakuola beridi lipid
Oenocytoid
 Sel yang besar (diameter > 20 um)
 Perb. Inti : sitoplasma kecil
 Terdapat pada beb. Spesies
 Inti sering eksentris
 Sitoplasma mengandung aktivitas phenoloxidase
 Jumlah 1-2 %

sem II 12/13 tjandra anggraeni 23


A. Prohemosit B. Spherulle cell C. Oenocytoid
D. Granular cell E. Plasmatocyte

sem II 12/13 tjandra anggraeni 24


 Hemosit diproduksi oleh organ
hemopoietic, yaitu agregasi hemosit
permanen, dengan cara mitosis
 Organ hemopoietic terletak di dekat
jantung dan otot alary

 Pada larva Drosophila, disebut kelenjar


lymph, yang merupakan diferensiasi dari
jaringan mesodermal.
 Terdiri dari 6 pasang lobus yang berlokasi
di sepanjang pembuluh dorsal.

sem II 12/13 tjandra anggraeni 25


Lobus anterior dan posterior larva Drosophila yang
menghasilkan hemosit

sem II 12/13 tjandra anggraeni 26


Kemungkinan skema diferensiasi hemosit

sem II 12/13 tjandra anggraeni 27


 Seperti sel serangga yang lain, hemosit
memerlukan oksigen untuk respirasinya;
namun tidak seperti sel lainnya, hemosit
terdapat dalam hemolimf yang
menyulitkan perolehan oksigen dasi
sistem trakea

 Pada ujung abdomen dekat ke jantung


larva Calpodes, terdapat tokus yang
berperan dalam mengaerasi hemosit
sebelum bersirkulasi.
sem II 12/13 tjandra anggraeni 28
Tokus pada larva Calpodes

sem II 12/13 tjandra anggraeni 29


(mengulang…..)
 Luka atau sobeknya kutikula dapat
menyebabkan terjadinya clotting
hemolimf dengan cepat yang dilanjutkan
dengan melanisasi pada area luka.

 Clotting mencegah kehilangan cairan yang


berlebih yang dapat mengganggu tekanan
hemolimf dan keseimbangan
hidroskeleton, serta infeksi
mikroorganisma.
sem II 12/13 tjandra anggraeni 30
 Pada sistem sirkulasi terbuka, proses clotting
relatif lebih sulit dibandingkan dengan
verterbrata yang memiliki sistem sirkulasi
tertutup.
 Perlu peran enzim „cascade‟ (phenoloxidase)
pada darah arthropoda untuk menghasilkan clot
yaitu ikatan protein yang lembut hingga menjadi
keras dengan mengkatalisis perubahan phenol
menjadi quinone.
 Prophenoloxidase (inactive phenoloxidase) harus
diaktifkan dahulu oleh serine protease
(prophenoloxidase activating enzyme) yang akan
bekerja bila mengenal adanya komponen
mikroorganisma.
 Selanjutnya protein disekitar luka akan mengeras
(sclerotized) dan menjadi gelap serta memblok
sem II 12/13 tjandra anggraeni 31
invasi mikroorganisma.
Proses sclerotized dan melanized

sem II 12/13 tjandra anggraeni 32


Lectin
 Adalah carbohydrate-binding protein
dengan subunit yang terdiri dari 30 – 40
kDa dan mampu meng-agglutinasi sel
darah merah vertebrata.
 Produksi lectin diinduksi oleh adanya luka
 Bersirkulasi dalam plasma dan berikatan
dengan karbohidrat dinding sel
mikroorganisma sehingga memberikan
sinyal „opsinization‟ berupa tanda
pengenalan dan imobilisasi hemosit

sem II 12/13 tjandra anggraeni 33


 Tahapan imun diawali dengan pola
pengenalan molekul sehingga serangga
dapat membedakan „self‟ dan „non-self‟
Contoh : Peptidoglycan Recognition
Protein (PGRP)
 Thioester-containing protein :
„opsinization‟ fagositosis bakteri Gram-
negatif pada serangga

sem II 12/13 tjandra anggraeni 34


Kelompok Sistem Imun Serangga

1. Komponen non-hemosit :
Kutikula, gut, jaringan hemopoietik, nephrocytes /
pericardial cells, dan badan lemak

2. Seluler :
Koagulasi hemolimf, fagositosis, pembentukan
kapsul dan nodul

3. Humoral :
Prophenoloxidase, lectin, faktor antibakteri

sem II 12/13 tjandra anggraeni 35


sem II 12/13 tjandra anggraeni 36
1.1.Kutikula dan Saluran Pencernaan

 Pembatas fisika-kimia yang efektif


 Perlindungan saluran makanan fore- dan
hind-gut = kutikula
 Midgut ~ membran Peritrophic

sem II 12/13 tjandra anggraeni 37


1.2. Jaringan Hemopoietik

 Hewan tinggi : sel darah dibentuk,


penghilangan sisa materi, terlibatnya
limfosit dan plasmatocyte

 Pada serangga : Locusta migratoria,


Gryllus bimaculatus berkembang dari
reticullar cell (mesoderm) ~ fagositosis
(organ fagositik)

sem II 12/13 tjandra anggraeni 38


1.3. Nephrocytes / Pericardial Cells

 Adalah sekelompok sel yang terletak pada


suatu posisi di hemosol Arthropoda yang
mampu menyeleksi substansi koloid dari
hemolimf.

 Pada serangga, pericardial cells terdiri dari dua


rantai sel yang tersusun secara linear pada
suatu sisi jantung di sinus pericardial ; sel
nephrocytes hanya terdiri dari satu rantai yang
terletak pada rongga badan dibawah usus
depan dan melekat ke kelenjar ludah melalui
kedua ikatannya (pada larva Diptera)
sem II 12/13 tjandra anggraeni 39
Nephrocyte : Drosophila

sem II 12/13 tjandra anggraeni 40


 Pada larva Calliphora (pericardial) : 12 –14 sel besar (Ф 140
- 200 um), ratusan sel kecil (Ф 25 – 60 um)

 Crossley (1972) : “horse radish peroxidase” : dikeluarkan


oleh pericardial cells kemudian dihidrolisa oleh vakuola
lysosome

 Ratcliffe & Rowley (1987) menduga : nephrocytes /


pericardial cells terlibat dalam detoksifikasi dan pelenyapan
materi setelah proses melarutnya agen makro / mikrobiologi

 Crossley (1972) : lysozyme merupakan hasil dari pericardial


cells untuk memberikan respons terhadap injeksi bakteri
(pada larva Calliphora)

sem II 12/13 tjandra anggraeni 41


1.4. Badan Lemak

 Badan lemak pada serangga terbentuk dari


agregasi sel darah, bentuknya merupakan
jaringan yang tidak teratur, terletak tepat dibawah
dinding tubuh
 Fungsi : tempat penyimpanan dan sintesa lipid,
protein dan karbohidrat
 Dalam sistem pertahanan : Cecropin pada
Hyalophora cecropia (Faye & Wyatt, 1980); Lectin
pada Sarcophaga peregrina (Komano et al., 1983)

sem II 12/13 tjandra anggraeni 42


sem II 12/13 tjandra anggraeni 43
2.1. Koagulasi
Fungsi untuk menutup luka, mencegah hilangnya
hemolimf secara berlebihan, mencegah masuknya
bakteria, penyembuhan luka

 Proses bervariasi, contoh :


 Perubahan struktur hemosit ~ vakuola ~
pembesaran secara radial dari sitoplasma ~
pembengkakkan inti ~ sitoplasma dan materi inti
keluar
 Terbentuk kabut sekitar sel granular
 Presipitasi semakin tebal ~ menutupi sel
 Disebut “Island of coagulation” (Gregoire, 1974)

sem II 12/13 tjandra anggraeni 44


 Pada Locusta migratoria plasma protein turun menjadi 80 %

 Protein koagulasi adalah plasma koagulogen yang


merupakan kompleks lipo-glycoprotein dengan BM antara
600 – 1000 kDa ~ lipophorin

 Pada Leucophaea maderae : pentingnya plasma koagulogen


dan hemosit koagulogen
 Hemosit pecah (diinduksi oleh stimulus kimia / mekanik +
Ca 2+)
 Hemosit koagulogen lepas ~ berasosiasi dengan plasma
koagulogen ~ gumpalan (memerluka Ca 2+ + SH factor)

 Peran PPO ?

sem II 12/13 tjandra anggraeni 45


sem II 12/13 tjandra anggraeni 46
2.2. Fagositosis
 Sel fagositik yang terpenting dalam dunia hewan :
nutrisi dan metamorfosis ( penghilangan jaringan mati)

 Pada serangga, sistem pertahanan yang paling umum


 Plasmatocyte ~ predominan (in vitro / in vivo)
 Tergantung pada : Tipe sel lain , mis granular cell (G.
mellonella)
 Jumlah bakteri yang menginfeksi ( < 103 / ul)
 Waktu / suhu / pH, konsentrasi
 Empat tingkatan proses :
1) Kemotaksis
2) Pelekatan
3) Pemakanan
4) Pembunuhan
sem II 12/13 tjandra anggraeni 47
1. Kemotaksis

 Terlibat dalam proses kontak dengan benda asing


~ mengaktifkan seluruh reaksi pertahanan seluler
 Belum dipelajari detail, cepatnya pembentukan gel
 Penelitian :
 - hemosit G. mellonella ~ konidia A. flavus in vitro
 - migrasi : nodul, kapsul, menutup luka

sem II 12/13 tjandra anggraeni 48


2. Pelekatan

 Sharon (1984) : dipengaruhi oleh lectin, ada 3


cara interaksi :
 antara gula fagosit & lectin partikel asing
 antar lectin fagosit & gula partikel asing
 cara ekstraseluler lectin yang membentuk
jembatan antara gula pada kedua tipe sel
 Selain lectin : PPO, sifat fisika-kimia

sem II 12/13 tjandra anggraeni 49


 Phagocyte – Lectin - Carbohydrate

sem II 12/13 tjandra anggraeni 50


3. Pemakanan
Dengan pseudopodia

4. Pembunuhan
Sekresi lisosomal ke fagosom, misal
melanin

sem II 12/13 tjandra anggraeni 51


sem II 12/13 tjandra anggraeni 52
2.3. Pembentukan Kapsul (bila objek >
hemosit)
A. Secara Seluler
 Studi I : Metalnikov (1908)
Bacillus tuberculosis ~ hemosol G. mellonella ~
hemosit yang bersifat fagositik beragregasi ~
kapsul ~ Bacillus dicerna (melanisasi)

 Penelitian thp : araldite, potongan cellophane,


butiran lateks, serabut nilon, bag. dari mahluk
hidup, parasitoid serangga, nematoda, jamur, dsb.

 Sel yang terlibat plasmatocyte (granullar cell)

sem II 12/13 tjandra anggraeni 53


Proses pembentukkan kapsul secara seluler

 Kontak random antara hemosit & benda asing


 Sel granular bereaksi ~ degranulasi
 Materi yang dilepaskan akan melekat pada permukaan
benda asing
 Plasmatocyte yang teraktivasi akan memipih pada
permukaan benda asing dan melekat karena adanya materi
dari sel granular
 Plasmatocyte memipih untuk menstabilkan kontak antar sel
~ pembentukan desmosom, mikrotubul dan mikrofilamen ~
memberi sumbangan pada kekuatan mekanik sel
 Materi elektron yang padat terlihat pada ruang antar selular
antara plasmatocyte yang memipih
 Terjadi melanisasi, dimulai dari sel granular yang tidak
berintegrasi, dan melepaskan materi didekat permukaan
sembenda
II 12/13 asing tjandra anggraeni 54
 Pembentukan kapsul dipengaruhi oleh : materi
asing & spesies serangga, suhu, hormon, umur
inang, kelamin, kesehatan, nutrisi

 Ratner & Vinson, 1983 : pada proses terlabat satu


seri komponen humoral : Encapsulation Promoting
Factor (EPF)

 Ketebalan kapsul bervariasi, tergantung : jumlah


total danproporsi dari tipe hemosit yang ada,
selain itu : sifat permukaan benda asing (muatan,
sifat hidrofobik, komposisi karbohidrat)

sem II 12/13 tjandra anggraeni 55


Kegagalan membentuk kapsul karena tidak
ada plasmatocyte

sem II 12/13 tjandra anggraeni 56


Terbentuk kapsul karena adanya partisipasi
granullar cell dan plasmatocyte

sem II 12/13 tjandra anggraeni 57


sem II 12/13 tjandra anggraeni 58
B. Secara Humoral

 Proses pembentukan kapsul melanin


disekeliling benda asing tanpa partisipasi yang
nyata dari hemosit
 Pertama : Culicidae ; Kemudian :
Chironomidae, Psychodidae, Stratiomyidae,
Syrphidae

 Ada hubungan dengan jumlah sel hemosit


yang rendah : < 6000 sel / mm3

sem II 12/13 tjandra anggraeni 59


 Dikontrol oleh berbagai faktor termasuk B-1,3-
glucan, ion bervalensi 2, serin protease

 Bila phenoloxidase dihambat ~ melanisasi


terhambat ~ kapsul bertambah tebal. Diduga
: proses melanisasi termasuk kedalam faktor
pengatur yang mengontrol ketebalan kapsul
humoral

 Tidak dapat diinduksi oleh materi anorganik


sem II 12/13 tjandra anggraeni 60
 Penelitian dengan larva Chironomus in vivo
dan in vitro
 In vivo : dengan materi uji : nematoda, jamur
~ 100 %, jumlah bakteri 105
 In vitro : inkubasi hemolimf + materi asing ;
setelah 2-5 menit ~ droplet ~ membesar ~
kapsul lembut ~ kapsul keras
 Kapsul terdiri dari kompleks protein &
polyphenol, terbentuk dari agregasi materi
fibilar dengan ketebalan 1 – beberapa
mikrometer

sem II 12/13 tjandra anggraeni 61


2.4. Pembentukan Nodul
 Terjadi bila fagositosis tidak dapat secara efektif
membersihkan dosis yang besar dari materi asing yang
masuk dalam hemosol

 Ratcliffe & Gagen (1976, 1977) dengan G. mellonella :


pembentukan nodul terbagi 2 :
1. Sel yang mengandung granul, berdegranulasi ~ membentuk
substansi lengket / kelompok koagulum yang merupakan
perangkap bagi bakteri
2. Pelekatan / penempelan yang spesifik dari plasmatocyte
dalam jumlah yang besar untuk membentuk lapisan luar

 Jumlah bakteri > 103

 Pembunuhan : mungkin ada hubungannya dengan


dihasilkannya melanin dan prekusornya yang beracun, dan /
atau secara enzim bakteriolitik seperti B-glucuronidase dan
B-glucosaminidase
sem II 12/13 tjandra anggraeni 62
sem II 12/13 tjandra anggraeni 63
sem II 12/13 tjandra anggraeni 64
sem II 12/13 tjandra anggraeni 65
sem II 12/13 tjandra anggraeni 66
3.1. Prophenoloxidase
Pada serangga, dalam keadaan tidak aktif 
aktif (oleh PA system)  Phenoloxidase

 Peran PA system lain :


 Pengenalan benda asing
 Pembentukan melanin (oks. Fenol  quinon 
melanin)
 Opsonisasi
 Koagulasi
 Aktivitas fungisidal dan bakterisidal
 Pertahanan seluler : fagositosis, pembentukan nodul /
kapsul, pergerakan hemosit
 Kerjasama diantara sel-sel

sem II 12/13 tjandra anggraeni 67


sem II 12/13 tjandra anggraeni 68
 Pertentangan : letak / lokasi PPO dalam
hemolimf (plasma atau hemosit)

 Iwama & Ashida (1986) : PO disintesa oleh


oenocytoid B. mori

 PO pada kutikula berbeda dalam :


spesifisitas, pH, pergerakannya secara
elektron, zat pengaktif dan penghambatnya

sem II 12/13 tjandra anggraeni 69


Penelitian pemurnian prophenoloxidase;
misal:
 Heyneman (1965) : Tenebrio molitor
 Ashida (1971) : Bombyx mori :
Hemolimf : 40 ; 80 kDa
Kutikula : 33 – 35 kDa
 Munn & Bufton (1973) : Calliphora
erythrocephala : 115 kDa
 Andersson et al (1989) : Hyalophora
cecropia : 76 kDa

sem II 12/13 tjandra anggraeni 70


Penelitian pemurnian phenoloxidase, misal :

 Karlson et al (1964) : C. erythrocephala


 Ashida & Yoshida (1988) : Bombyx mori

PPO system ~~ Komplemen (Struktur,


pengaktifan, peran dalam fagositosis,
pelekatan, sitotoksisitas, antimikrobial)

sem II 12/13 tjandra anggraeni 71


 In vitro dapat diperantarai oleh : lipid,
larutan organik, protease, detergen,
produk dari mikroba, panas, pH,
konsentrasi.

 In vivo terutama oleh materi mikrobiologi


(enzim perantaranya diaktifkan)

sem II 12/13 tjandra anggraeni 72


3.2. Lectin

 Adalah protein (bukan enzim atau glikoprotein)


yang berikatan atau bereaksi dengan karbohidrat
dari partikel asing sehingga menyebabkan
agglutinasi)

 Terdapat pada organisma hidup

sem II 12/13 tjandra anggraeni 73


Telah dideteksi pada berbagai jaringan seperti :

 hemolimf H. cecropia
 membran epidermis Pieris brassicae
 membran perithrophic larva C. erythrocephala
 badan lemak Sarcophaga peregrina
 telur Leptinotarsa decemlineata

sem II 12/13 tjandra anggraeni 74


 Konsentrasi tergantung : luka, spesies,
tingkat perkembangan
 Heteroagglutinin
 Lokasi
 Biosintesa
 Fungsi
 Pemurnian

sem II 12/13 tjandra anggraeni 75


3.3. Faktor Antibakteri

BakteriHemolimf fagosistosis/kapsul/nodul

Bila bakteri tidak mati (agregat dg hemosit /


berasosiasi dg badan lemak atau pericardial cell)
 Sintesa RNA dan protein spesifik (dapat >1)
Meningkatkan aktivitas antibakteria hemolimf 
Membunuh bakteri

sem II 12/13 tjandra anggraeni 76


Penelitian misalnya :

 Hurlbert et al., 1989 : Manduca sexta (25 prot.,


pupa # larva)
 Casteels et al., 1989 : Apis mellifera
 Flyg et al., 1987 : Drosophila
Alami :
 Chadwick, 1975 : Galleria mellonella
 Kinoshita & Inoue, 1977 : Bombyx mori, terdapat
aktivitas bakterisidal ~ E. coli

sem II 12/13 tjandra anggraeni 77


3.3.1. Lisozyme

 Enzim yang bersifat basa, stabil thp panas


 BM 14 – 16.5 kDa
 Terdapat pada banyak organisma termasuk
serangga
 Menyebabkan lisis bakteri (G +) : menghidrolisa
hubungan glikosida antara as. N-acetylmuramat
& N-acetylglucosamine pada dinding
peptidoglikan

sem II 12/13 tjandra anggraeni 78


 Antibakteria pertama yang dimurnikan dari
hemolimf serangga G. mellonella (Powning &
Davidson, 1976)
 Bombyx mori (Croizier & Croizier, 1978)
 Locusta migratoria (Zachary & Hoffmann, 1984)
 Gryllus bimaculatus (Schneider, 1985)
 Dapat diinduksi, dapat secara alami

sem II 12/13 tjandra anggraeni 79


3.3.2. Cecropin
 Dapat diinduksi, sangat basa, BM 4 kDa
 Hyalophora cecropia : 3 cecropin utama : A, B, D
dan 4 komponen tambahan : Cecropin C, E, F
dan faktor G
 Aktif melawan beb. bakteri Gram + dan –
 Pada Drosophila melanogaster, cecropin diinduksi
oleh kromosom 99E
 Cecropin dapat diketemukan juga pada : Anthera
pernyi (Qu et al., 1982) dan B. mori (Morishima
et al., 1990)
 Diduga : bagian hidrofobik dari ujung C helix
bertanggung jawab dalam aktivitas lisis
sem II 12/13 tjandra anggraeni 80
3.3.3. Attacin

 Diisolasi dari hemolimf pupa H. cecropia


 Attacin A, B, C, D (basa)
 Attacin E, F (asam)
 Sangat efektif membunuh E. coli, Acinetobacter
calcoaceticus; Pseudomonas maltophila

sem II 12/13 tjandra anggraeni 81


3.3.4. Diptericin & Defensin

 Pada Phormia terranovae yang luka


 Diptericin A, B, C ; 8 kDa ; berbeda beberapa
asam amino ; aktif Gram –
 Defensin : 4 kDa ; Gram +

sem II 12/13 tjandra anggraeni 82


3.3.5. Apidaecin

 Pada Apis mellifera


 Melawan bakteri yang berasosiasi dengan
tumbuhan
 Apidaecin Ia, Ib, II  berbeda pada urutan as.
Amino ke 6 (valine vs isoleucin )
 BM 21 kDa

sem II 12/13 tjandra anggraeni 83


 Formaecins (semut)
 Drosocins & metchnikowins (drosophila)
 Pyrrhocoricins (kumbang pengisap sap)
 Metalnikowins (hemiptera)
 Selanjutnya : sarcotoxins, coleoptericins,
hemiptericins, gloverins, hymenoptaecins.

 Hemolin : mekanisme opsonization atau


menjebak bakteri dalam nodul

sem II 12/13 tjandra anggraeni 84


Pengaturan Sintesa Antibakteri
 Diduga tempat sintesa utama : badan lemak
 Bila ada induksi jumlah mRNA pada badan
lemak meningkat
 Jaringan lain : hemosit, tabung Malphigi,
pericardial
 Dipengaruhi oleh variasi gen, penginfeksi
 Waktu deteksi bervariasi, awalnya 2 – 3 jam
setelah infeksi  6 – 24 jam  menurun; 8 hari
 Peptidoglikan dari dinding sel bakteri

sem II 12/13 tjandra anggraeni 85


sem II 12/13 tjandra anggraeni 86
sem II 12/13 tjandra anggraeni 87
 Gen peptida antimikroba akan diekpresikan di sel
badan lemak dan diregulasi dan dikontrol oleh 2
faktor : Toll dan Immune deficiency (IMD)

sem II 12/13 tjandra anggraeni 88


Signaling Pathways : Toll & IMD

sem II 12/13 tjandra anggraeni 89

Anda mungkin juga menyukai