Anda di halaman 1dari 14

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

UNIVERSITAS GADJAH MADA

FAKULTAS TEKNIK

DEPARTEMEN TEKNIK GEOLOGI

TUGAS MATA KULIAH GEOLOGI INDONESIA


TEKTONIK INDONESIA BARAT

DISUSUN OLEH:
IQBAL
(17/415156/TK/46445)

DOSEN PENGAMPU:
SALAHUDDIN HUSEIN, S.T., M. Sc., Ph. D.

YOGYAKARTA
MARET
2020
PENAMPANG KARANGBOLONG – SEMPOR – PEMALANG

Gambar 1. Sayatan pada Pantai Selatan hingga Pantai Utara

Sayatan A-B-C dimulai dari Samudera Hindia di selatan Pulau Jawa yaitu di
Karangbolong – Sempor – Pemalang dan berhenti di titik pantai utara Pulau Jawa. Menghasilkan
profil sayatan geomorfologi seperti berikut.

Gambar 2. Profil Sayatan A – B – C Daerah Karang Bolong Hingga Pekalongan

Selanjutnya penampang geologi regional dibuat berdasarkan peta geologi lembar


Banyumas (Asikin dkk., 1992) dan lembar Purwokerto dan Tegal (Djuri, M., dkk., 1996)
diperoleh seperti gambar di bawah.
Gambar 3. Peta Geologi Regional Banyumas-Purwokerto dan Tegal

Gambar 4. menunjukkan penampang geologi A-B-C berdasarkan peta geolpogi regional lembar
Banyumas (Asikin, S. dkk., 1992) dan lembar Purwokerto-Tegal (Djuri M. dkk., 1996), dimodifikasi.
KORELASI STRATIGRAFI DI SEPANJANG LINTASAN KARANGBOLONG-
SEMPOR-PEMALANG

Gambar 5. Korelasi Statigrafi Zona Serayu Selatan dengan Serayu Utara

Formasi yang membedakan daerah utara dan selatan yaitu Formasi Gunung api yang
menyusun, dibedakan dari karakteristi batuannya. Pada zona serayu selatan pun terlihat memiliki
susunan formasi yang lebih kompleks dan lebih beragam ditandain adanya beberapa formasi yang
tidak dijumpai di Zona Serayu Utara dikarenakan mekanisme tektonik yang berkembang berbeda.
Stratigrafi penampang A-B-C dimulai dari tersingkapnya batuan malihan yaitu kompleks
melange di Lhok Ulo sehingga batuannya bercampur aduk berumur Eosen. Kandungan kompleks
ini dimulai dengan batuan tertua yaitu batuan metamorf berupa sekis hijau, gneiss, sekis mika,
sekis biru, filit, amfibolit, serpentinite, eklogit, dan marmer. Batuan berikutnya berupa batuan beku
ultrabasa yang terdiri dari batuan ofiolit yaitu peridotit, gabro dan basalt yang berasosiasi dengan
batuan sedimen pelagic. Selanjutnya didapati batuan sedimen pelagic berupa rijang dan
batugamping merah dan batuan sedimen berupa perselingan batuan pellitic yaitu batupasir
greywacke dan metagreywacke.
Di bagian selatan, secara terpisah terlihat bahwa terdapat Formasi Gabon berumur
Oligosen – Miosen Awal yang diintrusi oleh Andesit pada Miosen Awal (Asikin, S., dkk., 1992).
Formasi Gabon tersusun oleh breksi dengan komponen andesit dan massa dasar tuf,dan batupasir
kasar, lava dan endapan lahar, yang umumnya teralterasi. Sedangkan Andesit muncul sebagai
intrusi dike yang memotong Formasi Gabon yang lebih tua umurnya. Secara tidak selaras, di atas
Formasi Gabon terendapkan batugamping terumbu pada Miosen Awal yang membentuk Formasi
Kalipucang. Fomasi ini mempunyai serpih bitumen di bagian bawahnya.
Di bagian utara berdekatan Kebumen terendapkan Formasi Karangsambung dengan batuan
penyusun batugamping sisik dan batugamping bongkah, konglomerat, batupasir, batulempung, dan
basalt. Formasi ini diperkirakan berumur Eosen Tengah hingga Eosen Akhir (Warmada, I. W.
dkk., 2018). Kemudian dari penampang geologi terlihat bahwa di atasnya terendapkan secara tidak
selaras Formasi Waturanda yang tersusun oleh batupasir kasar. Semakin ke atas, batuan berubah
menjadi breksi dengan komponen berupa andesit, basalt, dan massa dasar batupasir dan tuf.
Kehadiran Anggota Tuf Waturanda menandakan aktivitas vulkanik pada Miosen Awal dengan
komposisi berupa perselingan tuf kaca, tuf kristal, batupasir gampingan, dan napal tufan.
Di atas Formasi Waturanda terendapkan secara selaras Formasi Penosogan dengan
komposisi berupa perselingan batupasir gampingan, batulempung, tuf, napal, dan kalkarenit.
Formasi ini berumur Miosen Awal hingga Miosen Tengah. Pada Miosen Tengah juga terendapkan
Formasi Rambatan dengan komposisi serpih, napal, dan batupasir gampingan menunjukkan muka
air laut yang semakin mendangkal. Pada formasi ini ditemukan banyak lapisan kalsit tipis yang
tegak lurus dengan bidang perlapisan serta banyak mengandung fosil foraminifera kecil.
Secara selaras di atas Formasi Waturanda dan Formasi Rambatan terendapkan Formasi
Halang berumur Miosen Akhir – Pliosen yang terdiri atas perselingan batupasir, batugamping,
batulempung, tuf, napal, dengan sisipan breksi Formasi Halang tersebar meluas terbukti dengan
keterdapatan formasi ini di bagian utara. Di bagian selatan, Formasi Halang mempunyai Anggota
Breksi Halang dengan komponen penyusun berupa andesit, basalt, dan batugamping dengan massa
dasar batupasir tufan, sisipan batupasir dan lava basalt.
Lapisan menerus batuan dijumpai dibagian selatan dengan persebaran berupa Formasi
Kumbang, Formasi Tapak. dan Formasi Kalibiuk. Formasi Kumbang tersusun atas litologi breksi,
lava andesit, dan tuf. Jika dilihat dari morfologi, formasi ni merupakan kawah dan kerucut
gunungapi Tersier. Selanjutnya, diendapkan secara selaras di atasnya Formasi Tapak yang
mempunyai Anggota Breksi dan Anggota Batugamping yang terbentuk di tempat-tempat tertentu.
Formasi Tapak disusuh oleh litologi berupa batupasir berbutir kasar dan konglomerat serta breksi
andesit. Di atasnya pula, terendapkan secara tidak selaras Formasi Kalibiuk dengan litologi berupa
mapal lempungan dengan sisipan batupasir. Ketiga-tiga formasi ini berumur Miosen Tengah –
Miosen Akhir.
Pada Kala Pleistosen pula terendapkan Formasi Ligung dan Anggota Lempung Ligung.
Formasi Ligung mempunyai litologi penyusun aglomerat andesit, breksi, dan tuf sedangkan Anggota
Lempung Ligung didominasi oleh batulempung tufan, batupasir tufan, dan konglomerat dengan sedikit
sisa tumbuhan dan batubara muda. Hal ini mengindikasikan bahwa Formasi Ligung terendapkan di
lingkungan air yang tenang, kemungkinan besar di rawa (Asikin S., dkk., 1992).
Pada Kala Holosen, di bagian utara terendapkan secara tidak selaras Endapan Lahar Gunung
Slamet menutupi Formasi Rambatan. Endapan ini didominasi oleh bongkahan batuan gunungapi
dengan komposisi andesit-basaltik dan berasal dari Gunung Slamet Tua. Persebarannya terbatas di
bagian timur laut Gunung Slamet Muda sebelum kemudian ditutup oleh endapan aluvial.

EVOLUSI PALEOGEOGRAFI

• Paleosen – Eosen

Pada masa Paleosen terjadinya kolisi yang menghasilkan adanya endapan post-orogeny

yang merupakan endapan hasil erosi batuan mélange yang merupakan batuan dasar dari

kompleks Luk-Ulo. Batuan yang mengisi cekungan pertama kali adalah endapan erosional.

Gambar 6. Ilustrasi Tektonik yang Terjadi Pada Akhir Eosen


• Oligosen - Miosen Awal

Gambar 7. Ilustrasi Tektonik yang Terjadi Pada Akhir Oligosen

Pada Kala Oligosen mulai terjadi rekahan benua yang membentuk cekungan belakang
bususr (back arc basin). Subduksi yang terjadi mengakibatkan pelelehan magma yang kemudian
membentuk busur gunung api (volcanic arc). Kompleks gunungapi ini yang menjadi penyusun
utama dalam Formasi Gabon dan Formasi Waturanda.

Gambar 8. Ilustrasi Tektonik yang Terjadi Pada Awal Miosen

Pada Kala Miosen Tengah proses magmatisme Serayu Selatan terhenti, diduga akibat
gangguan proses rotasi oleh Sundaland. Jawa Tengah mengalami pemendekan dengan kondisi
muka air laut maksimum (highstand) sehingga mendorong pertumbuhan batugamping terumbu
sebagai penyusun Formasi Kalipucang.
• Miosen Akhir - Holosen (Saat ini)

Gambar 9. Ilustrasi Tektonik yang Terjadi Pada Akhir Miosen

Pada Miosen Tengah proses magmatisme Serayu Selatan berhenti, diduga


terganggu oleh proses rotasi Sundaland yang baru berjalan. Jawa Tengah mulai
mengalami pemendekan (shortening).Kondisi genang laut maksimum (highstand)
mendorong pertumbuhan batugamping terumbu Formasi Kalipucang.Pada Miosen Akhir
terbentuk dua busur vulkanik (double-arc) di Zona Serayu, dengan reaktifasi vulkanisme
Serayu Selatan dan munculnya vulkanisme Serayu Utara.Beban dari tubuh gunungapi
Serayu Utara menekan Formasi Rambatan dan Wora-Wari sehingga mereka bergerak ke
arah luar dari tepi cekungan.Akibat rotasi dan shortening, Karangsambung mulai
terangkat dan terlipat.
Gambar 10. Ilustrasi Tektonik yang Terjadi Pada Pliosen

Pada Kala Pliosen terjadi perubahan tatanan subduksi akibat rotasi Sundaland beserta
pemendekan dan kompresi Jawa Tengah. Pada masa ini, magmatisme dan vulkanisme di Jawa
Tengah terhenti sementara waktu. Pengendapan Formasi Tapak berlangsung sedangkan Formasi
Karangsambung dan Formasi Wora-Wari terus terangkat.

Gambar 11. Ilustrasi tektonik Kala Pleistosen Eosen


Pada Kala Pleistosen, vulkanisme Serayu Selatan kembali aktif sehingga beban tubuh
gunungapi kembali menekan Formasi Rambatan dan Formasi Wora-Wari sehingga kedua formasi
ini bergerak naik ke arah selatan. Lembah Serayu terbentuk di antara tinggian Karangsambung dan
Wora-Wari.
Gambar 12. Ilustrasi Pembentukan Karangsambung

Kala Holosen daerah ini mengalami proses denudasi yang sangat tinggi. Di
Karangsambung, proses erosi berhasil menyingkap Formasi Karangsambung sebagai inti dari
Antiklin Karangsambung, sedangkan di daerah Wora-Wari erosi menyingkap Formasi Rambatan
hingga batuan Wora-Wari.
POTENSI SUMBERDAYA GEOLOGI

1. Minyak dan gas bumi


Cekungan Banyumas memiliki potensi migas karena tersusun oleh Formasi
Karangsambung yang mempunyai litologi penyusun berupa batulempung hitam yang
terkersihkan. Batuan jenis ini kaya dengan bahan organik. Formasi Halang pada bagian
bawah juga mempunyai lapisan-lapisan tipis batulempung yang mengandung bahan
organik yang berpotensi menghasilkan minyak dan gas bumi dengan porositas sekunder
dari rekahan akibat proses vulkanisme di daerah ini.
2. Panas bumi
Salah satu manifestasi panas bumi yang ada di Jawa Tengah adalah Gunung Ungaran di
utara Pulau Jawa. Manifestasi ini berupa kolam air panas dan fumarol yang berada di
Kawasan wisata Candi Gedongsongo sehingga lebih diguna pakai sebagai obyek tarikan
wisata. Gunung Ungaran merupakan bagian dari siklus vulkanisme kedua di Pulau Jawa,
yang aktif antara kala Pliosen hingga Pleistosen (Claproth, 1989 dalam Wahyudi, 2006).
3. Batu dimensi
Daerah studi merupakan daerah yang mempunyai banyak sumberdaya yang dapat
dimanfaatkan sebagai keramik dan batu dimensi atau batu hias. Marmer serta batuan beku
seperti granit yang dipoles sehingga dapat dijadikan ubin lantai dan hiasan dinding,
maupun diolah menjadi keramik, patung, maupun berbagai hiasan rumah lainnya.
4. Bahan bangunan dan pondasi jalan.
Batuan beku seperti andesit dan basalt banyak digunakan sebagai bahan bangunan serta
pondasi jalan. Karakteristik kedua batuan beku ini yang cukup keras dengan porositas
rendah menjadikan batuan ini berpotensi sebagai pondasi dan telah digunakan sejak dulu.
5. Bahan-bahan baku industri
Batugamping dapat digunakan dalam bahan baku pembuatan semen, sedangkan basalt berguna
dalam pembuatan campuran beton. Sekis dan filit yang terlapukkan akan membentuk mineral
lempung, sehingga berpotensi sebagai bahan baku pembuatan genteng. Beberapa mineral
lempung juga digunakan dalam industri kecantikan, pelapis tahan panas, pelapis dan pengisi
kertas, bahan baku pembuatan cat, dan industri perobatan (farmasi).
POTENSI BENCANA GEOLOGI

1. Gempa Bumi

Merupakan getaran yang terjadi di permukaan bumi akibat dari pelepasan energi dari
dalam bumi sehingga mengakibatkan gelombang seimik yang dapat disebabkan oleh aktivitas
tektonik ataupun vulkanik ataupun aktivitas magma dari dalam bumi. Jawa Timur bagian
Selatan berbatasan langsung dengan jalur penunjaman lempeng Indo-Australia di bawah Eurasia
sehingga gempa akibat subduksi sering terjadi di selatan Pulau Jawa. Jawa Timur bagian Selatan
merupakan batas langsung penunjaman lempeng Indo – Australia di bawah Eurasia sehingga
gempa akibat subduksi sering terjadi. Salah satu sesar aktif yang berada di wilayah ini yakni
Sesar RMKS (Rembang-Madura-Kangean-Sakala) yang merupakan zona inversi pada
Cekungan Jawa Tmur. Pada pete sebaran gempa juga menunjukkan bahwa sesar-sesar aktif di
Jawa terhubung termasuk yang ada di wilayah Jawa Timur seperti sesar naik di Zona Kendeng.

Gambar 13. Sebaran Sumber Gempa Akibat Sesar Naik di Zona Kendeng

2. Tanah Longsor
Daerah studi mempunyai beberapa perbukitan yang tersusun oleh batuan metamorf, batuan
beku dan batuan sedimen. Beberapa daerah mempunyai kelerengan yang sangat curam sehingga
rentan terjadi gerakan massa batuan yang mengakibatkan bencana longsor terutama jika kondisi
batuan terlapukkan.
3. Banjir
Di antara perbukitan, wilayah studi juga meliputi daerah lembah serta pesisir pantai yang
datar di utara dan selatan. Di Karangbolong dan Pemalang yang berbatasan dengan laut rentan
dengan banjir pasang ketika air laut naik, sedangkan pada daerah tengah seperti Purbalingga rawan
terjadi banjir pada musim hujan yang bersumber dari pegunungan sekitar.
4. Erupsi Gunungapi
Daerah studi berdekatan dengan beberapa gunungapi aktif yang terbentuk akibat proses
subduksi di selatan Pulau Jawa. Apabila magma dari dalam perut bumi terdorong naik, dengan
tekanan tertentu maka magma akan mencoba mencari jalan keluar. Maka, kemungkinan terjadi
erupsi gunungapi baik erupsi efusif maupun erupsi eksplosif.
5. Tsunami
Bagian selatan daerah studi berbatasan langsung dengan Samudera Hindia, yang juga
merupakan daerah subduksi samudera tersebut ke bawah lempeng Eurasia. Daerah subduksi
merupakan daerah yang rawan terjadi gempa bumi sehingga dapat memicu terjadinya tsunami.
DAFTAR PUSTAKA

Asikin, S., Handoyo, A., Pratistho, B., dan Gafoer, S. 1992. Peta Geologi Lembar Banyumas,
Jawa. Bandung: Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi. Skala 1:100000.

Djuri, M., Samodra, H., Amin, T. C., dan Gafoer, S. 1996. Peta Geologi Lembar Purowkerto dan
Tegal, Jawa. Bandung: Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi. Skala 1:100000.

Husein, S., Jyalita, J., dan Nursecha, M. A. Q. 2013. Kendali Stratigrafi dan Strujtur Gravitasi
Pada Rembesan Hidrokarbon Sijenggung, Cekungan Serayu Utara. Yogyakarta:
Prosiding Seminar Nasional Kebumian ke -6 Teknik Geologi Universitas Gadjah Mada.

Satyana, A. (2005). Structural Indentation of Central Java: A Regional Wrench Segmentation.


Proceedings Joint Convention Surabaya 2005 - the 30th HAGI, the 34th IAGI, and the 14th
PERHAPI Annual Conference and Exhibition, Surabaya. Surabaya.

Wahyudi. 2006. Kajian Potensi Panas Bumi Panas Bumi dan Rekomendasi Pemanfaatannya pada
Daerah Prospek Gunungapi Ungaran Jawa Tengah. 2006. Yogyakartra: BERKALA
MIPA 16 (1), Jurusan Fisika Fakultas MIPA UGM. Hal 41-48.

Van Bemmelen, R. W. 1949. The Geology of Indonesia. Netherland: The Hague.

Anda mungkin juga menyukai