Bagianku Alk Kamis
Bagianku Alk Kamis
Menurut model biaya historis, nilai aset dan liabilitas ditentukan berdasarkan harga yang
diperoleh dari transaksi aktual yang terjadi di masa lalu. Laba terutama ditentukan dengan mengakui
pendapatan yang diterima dan direalisasi selama periode yang bersangkutan dan mengaitkan biaya
dengan pendapatan yang diakui. Beberapa penyimpangan dari biaya historis diperbolehkan terutama
atas dasar konservatif.
Altrenatif lain untuk model biaya historis adalah akuntansi nilai wajar (fair value). Menurut
model Akuntani nilai wajar, nilai aset dan liabilitas ditentukan berdasarkan nilai wajar (biasanya haarga
pasar) pada tanggal pengukuran (sekitar tanggal laporan keuangan).
SFAS 157 menyediakan pedoman dasar untuk mengadopsi model akuntansi nilai wajar dan SFAS 159
merekomendasikan adopsi sukarela untuk kelompok aset dan liabilitas yang luas. Untuk menjadi lebih
baik atau buruk, adopsi akuntansi nilai wajar secara fundamental akan mengubah sifat laporan
keuangan.
Pengertian Akuntansi Nili Wajar
Pada Laporan Posisi Keuangan model biaya historis melaporkan kondominium sebesar nilai
penyusutannya dan obligasi sebesar nilai pari. Sebaliknya, model nilai wajar melaporkan kondominium
dan obligasi sebesar nilai pasar kini.
Perbandingan Model Biaya Historis Dengan Nilai Wajar
Transaksi versus penilaian saat ini. Menurut akuntansi biaya historis, nilai aset dan liabilitas sebagian
besar ditentukan oleh transaksi aktual entitas bisnis di masa lalu, penilaian tidak perlu mencerminkan
kondisi ekonomi saat ini.
Sebaliknya, menurut model nilai wajar, jumlah aset atau liabilitas ditentukan oleh sebagian besar nilai
kini dengan menggunakan asumsi pasar; penilaian tidak perlu didasarkan pada transaksi aktual.
Biaya historis versus harga berbasis pasar. Penilaian historis terutama ditentukan oleh biaya yang
terjadi melalui bisnis, sedangkan menurut model nilai wajar ini didasarkan pada penilaian pasar (asumsi
berbasis pasar), sedangkan menurut model nilai wajar akan mencerminkan harga penjualan neto, yaitu
nilai yang pasar bersedia membayar untuk barang tersebut.
Pendekatan penghasilan alternatif. Berdasarkan model biaya historis, laba ditentukan dengan
mengaitkan biaya dengan pendapatan yang diakui, yang harus direalisasi dan diterima. Berdasarkan
model nilai wajar, laba ditentukan hanya dengan perolehan neto nilai wajar atas aset dn liabilitas.
Pertimbangan Dalam Mengukur Nilai Wajar
Mendefinisikan Nilai Wajar
Secara formal, SFAS 157 mendefinisikan nilai wajar sebagai harga pertukaran yaitu harga yang
akan diterima untuk menjual asset (atau yang akan dibayar untuk mengalihkan liabilitas) dalam transaksi
teratur (orderly transaction) antara pelaku pasar pada tanggal pengukuran. 5 aspek mengenai definisi
nilai wajar, yaitu:
Pada tanggal pengukuran. Nilai wajar dari aset atau liabilitas ditentukan saat tanggal pengukuran, yaitu
tanggal laporan posisi keuangan bukan tanggal ketika aset dibeli pertama kalinya ( atau liabilitas
pertama kali diasumsikan).
Transaksi hipotesis. Transkasi yang membentuk dasar penilaian merupakan hipotesis. Tidak ada
penjualan aktual atas aset (atau penghasilan liabilitas). Dengan kata lain, nilai wajar ditentukan “seolah-
olah” aset sudah terjual pada tanggal pengukuran.
Transakasi teratur. Konsep transaksi “teratur” mengeliminasi pertukaran yang terjadi dalam kondisi
yang tidak biasa.
Pengukuran berbasis pasar. Pengukuran nilai wajar merupakan pengukuran berbasis pasar bukan
pengukuran entitas spesifik.
Harga keluar. Nilai wajar aset adalah harga hipotesis di mana bisnis dapat menjual aset (harga keluar-
exit price). Harga tersebut bukan harga yang perlu dibayar untuk membeli aset (harga masuk).
Hierarki Input
Nilai wajar dapat diestimasi untuk aset (atau liabilitas) bahkan ketika pasar primer aktif ada dari
mana harga dapat secara langsung dipastikan. Ada 2 jenis input nilai wajar (yaitu asumsi yang
membentuk dasar untuk memperoleh estimasi nilai wajar). (1) input yang dapat diobservasi (observable
inputs), dimana harga pasar diperoleh dari sumber independen pada peerusahaan pelapor. (2) input
yang tidak dapat diobservasi (observable inputs), di mana nilai wajar ditentukan dengan asumsi yang
diberikan oleh perusahaan pelapor karena aset atau liablitas tidak diperdagangkan.
Tiga level hierarki input yaitu:
Input level 1
Input level 2
Input level 3
Tekhnik Penilaian
Tekhnik penilaian yang tepat tergantung pada ketersediaan input data. Ada 3 dasar pendekatan untuk
penilaian.
Pendekatan pasar. Pendekatan pasar (market approach) menggunakan harga baik secara langsung atau
tidak langsung dari transaksi pasar yang sebenarnya.
Pendekatan penghasilan. Dalam pendekatan penghasilan (income approach), nilai wajar diukur dengan
mendiskontokan harapan arus kas (atau laba) masa depan untuk periode berjalan.
Pendekatan biaya. Pendekatan biaya (cost approach) digunakan untuk menentukan biaya pengganti
saat ini untuk aset, yaitu menentukan biaya untuk mengganti kapasitas manfaat (service kapacity) yang
tersisa dari suatu aset.
Implikasi Analisis
Adopsi akuntansi nilai wajar mempunyai implikasi yang signifikan bagi analisis laporan keuangan.
Keunggulan Dan Kelemahan Akuntansi Nilai Wajar
Keunggulan:
Mencerminkan Informasi terkini
Kriteria pengukuran yang konisten.
Komparabilitas
Tidak ada bias konservatif.
Lebih berguna untuk analisis ekuitas.
Kelemahan:
Objektivitas lebih rendah.
Kerentanan terhadap manipulasi.
Penggunaan input level 3.
Tidak adanya konservatisme.
Volatilitas laba yang berlebihan.
Implikasi untuk Analisis
Masalah penting yang perlu dipertimbangkan dalam menganalisis laporan keuangan yang dibuat
dengan model nilai wajar.
Berfokus pada laporan keuangan. Secara khusus, analisis ekuitas cenderung kurang memberi perhatian
pada laporan posisi keuangan. Alasannya adalah bahwa laporan posisi keuangan tidak terlalu informatif
dalam model biaya historis.
Menyatakan kembali laba. Laba bottom-line pada model akuntansi nilai wajar hanya mengukur
perubahan neto nilai wajar aset dan liabilitas.
Menganalisis penggunaan input. Tugas utama dalam analisis laporan kuangan ketika menggunakan
informasi akuntansi nilai wajar adalah menganalisis level input yang telah digunakan untuk menentukan
nilai aset dan liabilitas.
Menganalisis Liabilitas Keuangan. Nilai wajar dari efek utang berkurang dengan adanya penururnan
kelayakan kredit dari peminjam.
Status Terkini Pengadopsian Nilai Wajar
Pada saat ini, akuntansi nilai wajar dapat diterapkan terutama untuk aset dan liabilitas yang
bersifat keuangan dalam asrti luas. Aset dan liabilitas ini mencakup efek yang dapat diperdagangkan,
investasi, instrumen keuangan, dan kewajiban utang.
FASB (dan IASB) Saat ini sedang terlibat dalam pengujian bagaimana penerapan model akuntansi
nilai wajar lebih komperhensif dapat dilakuakan termasuk, menggunakan nilai wajar untuk aset operasi
dan liabilitas.
Manajemen Laba
Manajemen laba dapat diidentifikasi sebagai “intervensi dengan tujuan tertentu oleh manajemen dalam
proses penentuan laba, biasanya untuk memenuhi tujuannya sendiri” (Schipper,1989). Manajemen laba
sering melibatkan window-dressing atas laporan keuangan, khususnya jumlah laba bottom-line.
Manajemen laba dapat berupa cosmetic, jika manajer memanipulasi akrual tidak memiliki konsekuensi
arus kas. Manajemen laba juga dapat menjadi real, jika manajer mengambil tindakan terkait dengan
konsekuensi arus kas untuk tujuan mengelola laba.
Manajemen laba kosmetik (cosmetic earnings management) merupakan hasil potensial dari
kekebasan dalam menerapkan akuntansi akrual. Manajer sering mengambil tindakan dengan
konsekuensi arus kas, biasanya merugikan untuk tujuan mengelola laba.
Strategi Manajemen Laba
Ada tiga strategi umum dalam manajemen laba. (1) Manajer meningkatkkan laba periode berjalan. (2)
Manajer melakukan big bath dengan mengurangi laba periode berjalan secara mencolok. (3). Manajer
mengurangi volatilitas laba dengan peralatan laba (income smoothing).
Meningkatkan Laba. Salah satu strategi manajemen laba adalah dengan meningkatkan laba yang
dilaporkan periode berjalan untuk menggambarkan keadaan perusahaan lebih baik. Perusahaan dapat
Mengelola kenaikan laba selama beberapa tahun dan kemudian membalikkan akrual seklaigus hanya
dengan biaya satu kali (one time-charge). Biaya satu kali sering dilaporkan “di bawah garis (below the
line)” yaitu dibawah laba dari lini operasi dilanjutkan pada laporan laba rugi-sehingga dipandang kurang
relevan.
Big Bath. “strategi big bath” dilakukan dengan cara pengahapusan sebanyak mungkin pada suatu
periode. Periode yang dipilih biasanya periode dengan kinerja yang sangat buruk atau periode saat
terjadi satu peristiwa seperti perubahan manajemen, merger, atau restrukuturisasi. Oleh karena sifat big
bath yang tidak biasa dan tidak berulang, penggunanya cenderung untuk mengabaikan dampak
keuangan.
Peralatan Laba. Peralatan laba merupakan bentuk umum manajemen laba. Dalam strategi ini, manajer
menurunkan atau menaikkan laba yang dilaporkan sehingga mengurangi flukutuasinya.
Pergeseran Laba. Pergeseran laba merupakan proses pengelolaan laba dengan mengalihkan laba dari
suatu periode ke periode lainnya. Pergeseran laba dilakukan dengan mempercepat atau menunda
pengakuan pendapatan atau beban. Bentuk manajemen laba biasanya mengakibatkan pembalikan dari
dampak dalam satu atau lebih periode di masa depan, seringkali pada periode berikutnya.
Klasifikasi Manajemen Laba. Laba juga dikelola dengan mengklasifikasikan beban (dan pendapatan)
secara selektif pada bagian-bagian tertentu dari laporan laba rugi. Bentuk yang paling umum dari
klasifikasi (penggolongan) manajemen laba adalah memindahkan beban dibawah garis, yang berarti
melaporkannya bersamaan dengan pos tidak biasa dan tidak berulang yang biasanya dianggap kurang
penting oleh analisis,