Anda di halaman 1dari 17

Nama : Adhe Aprilia Nurshavira

NIM : 6411418107
Rombel : 3 Kesehatan Masyarakat
Mata Kuliah : Dasar Epidemiologi
Dosen Pengampu : Dr. Arulita Ika Fibriana, M.Kes (epid)

Pertemuan 1
A. Sejarah Perkembangan Ilmu Epidemiologi
Epidemiologi berasal dari bahasa Yunani yaitu Epi yang berarti pada, demos yang artinya
penduduk atau rakyat, dan logos yang berarti ilmu, jadi epidemiologi adalah ilmu yang
memperlajari hal-hal yang terjadi pada populasi / sekelompok masyarakat (penduduk).
Epidemiologi juga disebut sebagai ilmu yang mempelajari penyebaran, perkembangan atau
perluasan suatu penularan penyakit didalam suatu kelompok masyarakat. Dulu epidemiologi
diartikan sebagai studi tentang epidemi yang berarti epidemiologi hanya mempelajari penyakit-
penyakit menular saja. Seiring perkambangannya, masalah kesehatan yang dialami masyarakat
tidak hanya penyakit menular, namun juga penyakit tidak menular, penyakit jiwa, kecelakaan
lalu lintas, penyakit yang berhubungan dengan gizi, bencana alam, peledakan penduduk, dan
lain-lain.
Epidemiologi merupakan ilmu yang dalam perkembangannya, berkembang secara bersamaan
dengan ilmu kedokteran, karena kedua ilmu ini saling berkaitan. Dalam pelaksanaan program
pencegahan dan pemberantas penyakit, epidemiologi butuh ilmu kedokteran berupa biokimia,
patologi, faal, mikrobiologi, dan genetika. Perbedaan keduanya terletak pada cara penanganan
masalah kesehatan. Ilmu kedokteran lebih menekankan pelayanan kasus perindividu, sedangkan
epidemiolgi menekankan pada kasus kelompok masyarakat.
Saat 1000 SM Cina dan India telah mengenal variolasi. Abad ke 5 SM, Hipocrates yang
memperkenalkan bukunya tentang air, water, and places, selanjutnya Galen melengkapi dengan
faktor atmosfer, faktor internal, dan faktor predisposisi. Abad ke 14 dan 15 karantina penyakit
oleh V. Fracastorius dan Sydenham, lalu John Graunt pada tahun 1662 memperkenalkan ilmu
biostat dengan mancatat kematian PES dan data metriologi.
Di tahun 1839 William Farr mengembangkan analisis statistik, dengan mengembangkan
sistem pengumpulan data rutin tentang jumlah dan penyebab kematian dibandingkan dengan
kematian antara orang-orang yang berisiko. Upayanya ini berhasil mengangkat nama William
Farr sebagai the founder of modern epidemiology.
Selanjutnya tahun 1848, John Snow menggunakan metode epidemiologi untuk menjawab
epidemic cholera di London. Kemudian berkembang usaha vaksinasi, analisis wabah, terakhir
penggunaan metode epidemiologi pada penyakit keracunan dan kanker. Edwin Chadwik pada
tahun 1892 melakukan riset tentang masalah sanitasi di Inggris, serta Jacob Henle, Robert Koch,
Pasteur mengembangkan teori kontak penularan.
Konsep-konsep epidemiologi yang masih berlaku hingga kini, yaitu :
1. Pengaruh lingkungan terhadap kejadian suatu penyakit
2. Penggunaan data kuantitatif dan statistic
3. Penularan penyakit
4. Eksperimen manusia
Pada zaman kerajaan Yunani dan Romawi Kuno, sudah dikenal proses penularan penyakit
yang erat kaitannya dengan faktor lingkungan. Hal ini dikemukakan oleh Hipocrates (abad ke-5
SM), beliau mempelajari masalah penyakit di masyarakat dan mencoba mengemukakan teori
tentang hubungan sebab akibat terjadi penyakit dalam masyarakat. Teori ini tidak sesuai dengan
kenyataan, namun telah memberikan dasar pemikiran tentang hubungan penyakit dengan faktor
lingkungan.
Di Inggris pada tahun 1842, Edwin Chadwik menerbitkan laporan mengenai peranan
lingkungan terhadapa kejadian penyakit beserta sejumlah gambaran dalam bentuk table. Dalam
laporan diuraikan bahwa faktor kemiskinan dan kurangnya pengetahuan menjadi peran yang
penting sebagai sebab terjadinya kematian yang tinggi. Chadwik dengan didasarkan pada teori
miasma dan dianggap berhasil dalam menggunakan pengumpulan, pengolahan, dan interpretasi
data itu, Chadwik juga telah melakukan pengamatan longitudinal yang didasarkan pada “before
and after experiment”.
Selanjutnya dikembangkan oleh beberapa ahli, seperti William Farr, John Snow, dan John
Simon, dengan demikian berkembanglah konsep lingkungan dan sistem pendekatan numerik
dalam memahami masalah kesehatan masyarakat dan hubungannya dengan lingkungan yang
dikembangkan melalui dasar pemikiran Epidemiologis.
Dengan perkembangan Mikrobiologi didapatkan mikroorganisme penyebab penyakit.
Perkembangan selanjutnya mengarah pada pemahaman proses hubungan sebab akibat terhadap
berbagai peristiwa penyakit dan gangguan kesehatan ( The evolution of causal model ) dengan
melalui pendekatan metode epidemiologi.
Dari berbagai perkembangan tersebut, maka para ahli epidemiologi mulai mengembangkan
apa yang sekarang dikenal dengan epidemiologi, yakni suatu sistem pendekatan ilmiah yang
diarahkan pada analisis faktor penyebab serta hubungan sebab akibat disamping
dikembangkannya epidemiologi sebagai bagian dari ilmu kesehatan masyarakat.

B. Pengertian Epidemiologi
1). Greenwood ( 1934 )
Professor di School of Hygiene and Tropical Medicine, London, mengemukakan
epidemiologi mempelajari tentang penyakit dan segala macam kejadian penyakit yang mengenai
kelompok penduduk. Kelebihan pengertian in adalah dengan adanya penekanan pada kelompok
penduduk yang memberikan arahan pada distribusi dan metode terkait.

2). Brian Mac Mahon ( 1970 )


Epidemiologi adalah studi tentang penyebaran kejadian penyakit pada manusia dan
mengapa terjadi distribusi semacam itu.

3). Wade Hampton Frost ( 1972 )


Beliau adalah guru besar epidemiologi di School of Hygiene, mengatakan bahwa
epidemiologi adalah pengetahuan tentang fenomena missal penyakit infeksi sebagai riwayat
alamiah penyakit menular. Disini tampak bahwa pada waktu itu penekanan perhatian
epidemiologi hanya ditujukan pada masalah penyakit infeksi yang mengenai massa
(masyarakat).

4). Definisi lama


Ilmu yang memperlajari penyebaran dan perluasan suatu penularan penyakit di dalam
suatu kelompok penduduk (masyarakat).

5). Hacmohan dan Pugh ( 1970 )


Ilmu yang mempelajari penyebaran penyakit dan faktor-faktor yang menentukan
terjadinya pada masyarakat.

6). Omran ( 1974 )


Suatu study mengenai terjadinya dan didistribusi keadaan kesehatan, penyakit, dan
perubahan pada penduduk, begitu juga determinannya dan akibat-akibat yang terjadi pada
kelompok penduduk, masyarakat.

7). WHO (Regional Commite Necting ke-42 di Bandung)


Epidemiologi adalah ilmu yang mempelajari tentang ditribusi dan determinan peristiwa
kesehatan dan peristiwa lainnya yang berhubungan dengan kesehatan yang menimpa sekelompok
masyarakat dan menerapkan ilmu tersebut untuk memecahkan masalah-masalah tersebut.

C. Ruang Lingkup, Tujuan , dan Manfaat Epidemiologi

 Ruang Lingkup Epidemiologi :


a). Epidemiologi penyakit menular
Sebagai bentuk upaya manusia untuk mengatasi gangguan penyakit menular yang saat ini
hasilnya sudah tampak sekali.

b). Epidemiologi penyakit tidak menular


Upaya untuk mencegah penyakit yang tak menular seperti : kanker, penyakit sistemik,
penyakit akibat kecelakaan lalu lintas, penyalahgunaan obat termasuk penyakit gangguan
industri.
c). Epidemiologi klikik
Bentuk yang saat ini sedang dikembangkan para klinisi yang bertujuan untuk membekali
para klinisi atau dokter / para medis tentang cara pendekatan masalah melalui disiplin ilmu
epidemiologi.

d). Epidemiologi kesehatan jiwa


Salah satu pendekatan dan analisis masalah gangguan jiwa dalam masyarakat, baik
mengenai keadaan kelainan jiwa kelompok penduduk tertentu, maupun analisis berbagai faktor
yang mempengaruhi timbulnya gangguan jiwa dalam masyarakat.

e). Epidemiologi lingkungan dan kesehatan kerja


Occupational ad environment epidemiology merupakan salah satu bagian epidemiologi
yang mempelajari serta menganalisis keadaan kesehatann tenaga kerja akibat pengaruh
keterpaparan pada lingkungan kerja baik yang bersifat fisik, kimia, biologis, maupun sosial
budaya serta kebiasaan hidup para pekerja. Kegunaannya untuk analisis tingkat kesehatan para
pekerja serta untuk menilai keadaan dan lingkungan kerja serta penyakit akibat kerja (PAK).

f). Epidemiologi pengolahan pelayanan kesehatan


Salah satu sistem pendekatan manajemen dalam menganalisis masalah, mencari faktor
penyebab timbulnya suatu masalah serta penyusunan rencana pemecahan maslaah tersebut secara
menyeluruh dan terpadu. Bentuk pendekatan ini dapat digunakan oleh para perencana pelayanan
kesehatan, baik dalam bentuk penilaian hasil suatu kegiatan kesehatan yang bersifat umum
maupun sebagai sasaran yang khusus.

g). Epidemiologi gizi


Banyak digunakan dalam analisis masalah gizi masyarakat, dimana masalah ini erat
kaitannya dengan berbagai faktor yang menyangkut pola hidup masyarkat. Pendekatan ini
bertujuan untuk menganalisis faktor yang bersifat biologis dan terutama yang berkaitan dengan
maslah sosial.

h). Epidemiologi kependudukan


Cabang epidemiologi yang menggunakan sistem pendekatan epidemiologi dalam
menganalisis berbagai permasalahan yang berkaitan dengan bidang demografi serta faktor-faktor
yang mempengaruhi berbagai perubahan demografi yang terjadi didalam masyarakat.
Memberikan analisis tentang sifat karakteristik penduduk secara demografi dalam hubungannya
dengan masalah kesehatan dalam masyarakat. Juga berperan dalam berbagai aspek
kependudukan serta keluarga berencana. Juga digunakan sebagai dasar dalam mengambil
kebijakan dan menyusun perencanaan yang baik.
 Ruang Lingkup “6E”
1. Etiologi : penyebab penyakit.
2. Efikasi : efek atau daya optimal intervensi kesehatan.
3. Efetivitas : besarnya hasil yag diperoleh dari suatu intervensi, serta perbedaan antar
intervensi.
4. Efisiensi : pengaruh yang diperoleh berdasarkan biaya yang diberikan.
5. Evaluasi : penilaian keberhasilan suatu program kesehatan masyarakat.
6. Edukasi : intervensi berupa peningkatan pengetahuan tentang kesehatan masyarakat yang
bertujuan sebagai upaya pencegahan penyakit.

 Tujuan
1. Mempelajari riwayat alamiah penyakit
2. Menentukan masalah komunitas
3. Melihat risiko dan pengaruhnya
4. Menilai dan meneliti
5. Menyempurnakan gambaran penyakit
6. Identifikasi sindrom
7. Menentukan penyebab dan sumber penyebab

 Manfaat
1. Membantu pekerjaan administrasi kesehatan
Yaitu membantu pekerjaan dalam perencanaan (planning) dari pelayanan kesehatan,
pemantauan (monitoring), dan penilaian (evaluation) suatu upaya kesehatan. Data yang
diperoleh dari pekerjaan epidemiologi akan dapat dimanfaatkan untuk melihat apakah
upaya yang dilakukan telah sesuai dengan rencana atau tidak (pemantauan) dan ataukah
tujuan yang ditetapkan telah tercapai atau tidak (evaluation).

2. Dapat menerangkan penyebab suatu masalah kesehatan


Dengan diketahuinya penyebab suatu masalah kesehatan, maka dapat disusun langkah-
langkah penanggulangan selanjutnya, baik yang bersifat pencegahan ataupun yang
bersifat pengobatan.

3. Dapat menerangkan perkembangan alamiah suatu penyakit


Dapat diterangkan riwayat alamiah perkembangan suatu penyakit (natural history of
disease) untuk menggambarkan perjalanan suatu penyakit. Pemanfaatan penyakit
terutama penyebaran penyakit menurut waktu. Dengan pengetahuan tersebut dapat
dilakukan berbagai upaya untuk menghentikan perjalanan penyakit sedemikian rupa
sehingga penyakit tidak sampai berkelanjutan.

4. Dapat menerangkan keadaan suatu masalah kesehatan


Karena epidemiologi mempelajari tentang frekuensi dan penyebaran masalah kesehatan,
maka akan diperoleh keterangan tentang keadaan masalah kesehatan tersebut. Keadaan
yang dimaksud disini merupakan perpaduan dari keterangan menurut ciri-ciri orang,
tempat dan waktu.
Pertemuan 2

Konsep kejadian penyakit


Pengertian penyakit didefinisikan oleh DR. Eko Dudiarto sebagai kegagalan mekanisme
adaptasi suatu organism untuk bereaksi secara tepat terhadap rangsangan atau tekanan sehingga
timbul gangguan pada fungsi atau struktur organ atau sistem tubuh. Sedangkan dalam
ensiklopedia bebas Wikipedia, pengertian penyakit adalah suatu keadaan tidak normal pada
badan maupun pikiran sehingga dapat dibedakan antara penyakit menular ataupun penyakit tidak
menular tergantung apa penyebabnyadan bagaimana penyebarannya.
Penyebab kejadian penyakit dalam epidemiologi berkembang dari rantai sebab akibat
kesuatu proses kejadian penyakit, yaitu suatu proses interaksi antara manusia (host), dengan
berbagai sifatnya (biologis, fisiologis, sosiologis, dan antropologis) dengan penyebab (agent)
serta dengan lingkungan (environment).
Dalam teori keseimbangan, interaksi antara host, agent, dan environment harus
dipertahankan keseimbangannya.
Bila terjadi gangguan keseimbangan antara ketiganya, akan menyebabkan timbulnya
penyakit tertentu. Pada keadaan normal, kondisi keseimbangan interaksi tersebut dapat
dipertahankan, baik melalui intervensi alamiah terhadap salah satu dari ketiga unsure tersebut.
Maupun melalui usaha tertentu dalam bidang pencegahan maupun dalam bidang peningkatan
derajat kesehatan.

Segitiga Epidemiologi ( epidemiology triangle )

Komponennya terdiri dari host, agent, environment. Perubahan pada salah satu faktor /
komponen akan mengubah keseimbangan. Hubungan ketiga komponen digambarkan sebagai
tuas dalam timbangan:environment sebagai penumpu.
Dalam konsep penyakit terdapat interaksi antar tiga komponen, yaitu :
a). Host dalam hal ini adalah manusia dengan sifatnya baik sebagai makhluk biologis maupun
makhluk sosial.
b). Agent adalah penyebab terjadinya suatu penyakit yang meliputi banyak unsur,antara lain :
- Unsur penyebab biologis : semua unsur penyebab yang tergolong makhluk hidup termasuk
kelompok mikroorganisme seperti virus, bakteri, protozoa, jamur, kelompok cacing dan
insekta.
- Unsur kimiawi : semua unsur dalam bentuk senyawa kimia yang dapat menimbulkan
gangguan kesehatan atau penyakit tertentu. Pada umumnya berasal dari luar tubuh
termasuk berbagai jenis zat racun, obat-obatan keras, berbagai senyawa kimia dan lain
sebagainya. Unsur tersebut dalam bentuk padat, cair atau gas. Ada juga zat yang
merupakan hasil produksi tubuh (dari dalam) yang dapat menimbulkan penyakit seperti
ereum, kolesterol dan lain-lain.
- Unsur nutrisi : semua unsur penyebab yang termasuk golongan zat nutrisi dan dapat
menimbulkan penyakit tertentu karena kekurangan maupun kelebihan zat nutrisi tertentu
seperti protein, lemak, hidrat arang, vitamin dan mineral.
- Unsur fisika : semua unsur yang dapat menimbulkan penyakit melalui proses fisika
misalnya panas (luka bakar), irisan, pukulan, tikaman, radiasi dan lain-lain. Proses
kejadian dalam hal ini terutama melalui proses fisika yang dapat menimbulkan kelainan
dan gangguan kesehatan.
- Unsur psikis : semua unsur yang berkaitan dengan kejadian penyakit gangguan jiwa serta
gangguan tingkah laku normal.
- Unsur genetika : disebabkan oleh sifat keturunan (gen).
c). Environment adalah lingkungan sekitar host, termasuk didalamnya :
- Biologis : segala flora, fauna, dan mikroorganisme yang ada disekitar manusia
- Fisik : kondisi udara, cuaca, geografis, geologis, pencemaran udara, tanah, air, radiasi
- Sosial : kehidupan sosial budaya, ekonomi, politik, pendidikan, sistem organisasi serta
institusi atau peraturan yang berlaku didaerah tersebut.

Suatu penyakit dapat timbul di masyarakat apabila terjadi ketidakseimbangan antara ketiga
komponen itu, hal ini karena perubahan pada salah satu komponen akan mengubah
keseimbangan secara keseluruhan.
Interaksi antara host, agent, dan environment :
1. Interaksi antara agent penyakit dan lingkungan

Suatu keadaan terpengaruhnya penyakit secara langsung oleh lingkungan yang


menguntungkan agent penyakit. Terjadi pada saat prepatogenesis suatu penyakit, missal
viabilitas bakteri terhadap sinar matahari.
2. Interaksi antara manusia dengan lingkungan

Suatu keadaan terpengaruhnya manusia secara langsung oleh lingkungannya dan terjadi
pada saat prepatogenesis suatu penyakit, misalnya udara dingin, hujan, kebiasaan
mambuat makan.

3. Interaksi antara manusia dengan agent penyakit

Suatu keadaan agent penyakit yang menetap, berkembang biak, dan dapat merangsang
manusia untuk menimbulkan respons berupa tanda-tanda dan gejala penyakit, missal
demam terjadi perubahan fisiologis jaringan dan pembentukan kekebalan mekanisme
pertahanan tubuh lainnya. Interaksi yang terjadi dapat berupa sembuh, kecacatan atau
mati.

4. Interaksi antara agent penyakit, manusia dan lingkungan


Suatu keadaan saling mempengaruhi antara agent penyakit, manusia, dan lingkungan
secara bersama-sama dan keadaan tersebut memperberat satu sama lain sehingga
memudahkan agent penyakit baik secara langsung mau tidak masuk ke dalam tubuh
manusia, misalnya pencernaan air sumur oleh kotoran manusia akan menimbulkan
penyakit muntaber.
Contoh :
- Kasus : Raka adalah seorang anak sekolah. Pada musim hujan, Raka terserang flu dan
kemudian seluruh anggota keluarga serta teman-temannya ikut menderita flu.
- Host : host pertama yang diserang penyakit flu adalah Raka, lalu penyakitnya menular
pada host-host yang lain yaitu keluarga dan teman-temannya.
- Agent : penyebab flu adalah virus yang termasuk dalam kelompok unsur penyebab
biologis.
- Environment : lingkungan yang memiliki pengaruh dalam kasus ini adalah lingkungan
rumah, sekolah, jalan raya dan cuaca.
- Terjadinya penyakit : virus flu tersebar secara bebas diudara sekitar host dan dapat
menyerang siapa saja yang tubuhnya mengalami kekurangan daya tahan. Berdasarkan
model segitiga, penyakit flu menyerang Raka dapat terjadi karena ketidakseimbangan
pada :
o Host : daya tahan tubuh host tidak sanggup melawan agent karena kurang
vitamin, kurang istirahat, dan kurang minum air putih, kebiasaan merokok juga
menyebabkan sistem pernafasan kering sehingga lebih mudah terserang virus.
o Populasi agent penyakit (virus flu) meningkat karena kondisi cuaca mendukung
dan mudah masuk ke tubuh host karena kebiasaan tidak mencuci tangan sebelum
memegang makanan dan kontak dengan penderita lain.
o Kondisi lingkungan : cuaca hujan mengakibatkan tubuh host memerlukan energi
lebih untuk bertahan pada udara dingin sehingga membutuhkan asupan yang lebih
banyak disbanding ketika cuaca tidak hujan. Hujan juga menyebabkan aktivitas
terganggu, terjadi kekacauan pada aktivitas normal sehingga host membutuhkan
energi lebih untuk dapat beraktivitas. AC (air conditioner) ysng terdapat di
lingkungan rumah dan sekolah jarang dibersihkan sehingga menjadi sumber /
sarang virus flu.
Pertemuan 3

 Ukuran Epidemiologi
Ukuran epidemiologi rata (angka, rasio, dan proporsi) adalah tiga serangkai bentuk dasar
ukuran epidemiologi. Ketiga bantuk dasar perhitungan ini merupakan bentuk yang paling sering
dipakai untuk mengukur dan menjelaskan peristiwa kesakitan, kematian, dan nilai statistik vital,
misalnya kesakitan bila diukur dengan angka insidensi dan angka seraman, dan kematian dengan
angka kematian ( mortatily rate ).
Penggunaan perhitungan ini dimaksudkan untuk member ukuran yang lebih objektif
terhadap peristiwa yang diukur. Dengan hanya mengetahui jumlah bilangan angka mutlak kasus
atau kematian, maka tidak cukup untuk memberikan gambaran, ukuran suatu masalah
epidemiologis, terlebih jika dimaksudkan untuk menentukan peluang (risk) infeksi/kematian
anggota populasi. Disini angka lebih tepat dipakai.

Ada 3 macam ukuran yang digunakan dalam epidemiologi, yaitu :


a. Ukuran frekuensi penyakit : mengukur kejadian penyakit, cacat, atau kematian pada
populasi. Ukuran ini merupakan dasar dari epidemiologi deskriptif. Frekuensi kejadian
yang amati diukur menggunakan prevalens dan insidens.
b. Ukuran dari akibat pemaparan : mengukur keeratan hubungan statistik antara faktor
tertentu dan kejadian penyakit yang diduga merupakan akibat pemaparan tersebut.
Hubungan antara pemaparan dan akibat diukur menggunakan relative risk atau odds ratio.
c. Ukuran dari potensi dampak : menggambarkan kontribusi dari faktor yang diteliti terhadap
kejadian suatu penyakit dalam populasi tertentu. Ukuran yang digunakan dalam
attributable risk percent dan population attributable risk. Ukuran ini berguna untuk
meramalkan efficacy atau effectiveness suatu pengobatan dan strategi intervensi pada
populasi tertentu.

Sebelum membahas ukuran frekuensi penyakit sebaiknya dipahami terlebih dahulu ukuran
dasar dari epidemiologi. Ada 2 komponen ukuran dasar, yaitu :
a. Pembilang (nominator) X : frekuensi atau jumlah kasus yang diamati (subjek pengamatan
yang mengalami kejadian atau akibat yang tidak diinginkan)
b. Penyebut (denominator) Y : jumlah populasi yang berisiko, yaitu sekelompok individu
yang mempunyai peluang untuk mengalami kasus yang diamati.

Setiap gangguan di dalam fungsi maupun struktur tubuh seseorang dianggap sebagai
penyakit. Penyakit, sakit, cedera, gangguan dan sakit, semuanya dikategorikan didalam istilah
tunggal yaitu morbiditas.
Morbiditas = kesakitan : merupakan derajat sakit, cedera, atau gangguan pada suatu populasi.
Morbiditas = juga merupakan suatu penyimpangan dari status sehat dan sejahtera atau
keberadaan suatu kondisi akit.
Morbiditas = juga mengacu pada angka kesakitan yaitu ; jumlah orang yang sakit dibandingkan
dengan populasi tertentu yang sering kali merupakan kelompok yang sehat atau kelompok yang
berisiko.
Didalam epidemiologi, ukuran utama morbiditas adalah : angka insidensi dan prevalensi
dan berbagai ukuran turunan dari kedua indicator tersebut. Setiap kejadian penyakit, kondisi
gangguan atau kesakitan dapat diukur dengan angka insidensi dan angka prevalensi.

1. Rate
Rate adalah perbandingan suatu kejadian dengan jumlah penduduk yang mempunyai
risiko kejadian tersebut. Rate digunakan untuk menyatakan dinamika dan kecepatan kejadian
tertentu dalam masyarakat. Insidensi merupakan kasus baru suatu penyakit yang terjadi dalam
kurun waktu tertentu. Ini merupakan cara terbaik untuk menentukan risiko tingginya penyakit.
Rumus :
x angka (atau yang dihar apkan)
=
y K
Contoh : - campak berisiko pada balita
- diare berisiko pada semua penduduk
- kanker servik berisiko pada wanita

Beberapa contoh ukuran angka :


 Insidensi
Adalah gambaran tentang frekuensi penderita baru suatu penyakit yang ditemukan pada
suatu waktu tertentu di satu kelompok masyarakat.
Untuk dapat menghitung angka insidensi suatu penyakit, sebelumnya harus diketahui
terlebih dahulu tentang :
- Data tentang jumlah penderita baru
- Jumlah penduduk yang mungkin terkena penyakit baru (population at risk ).
Secara umum angka insidensi ini dapat dibedakan menjadi 3 macam, yaitu :
a). Angka insidensi (incidence rate)
Angka insidensi adalah suatu ukuran frekuensi kejadian kasus baru penyakit dalam suatu
populasi tertentu selama suatu periode waktu tertentu. Merupakan jumlah penderita baru suatu
penyakit yang ditemukan pada suatu jangka waktu tertentu (umunya 1 tahun) dibandingkan
dengan jumlah penduduk yang mungkin terkena penyakit baru tersebut pada pertengahan jangka
waktu yang bersangkutan.
Rumus yang dipakai untuk menghitung angka insidensi adalah :
jumlah penderita baru
Angka = jumlah penduduk yang mungkin terkena penyakit x K
pada pertengahantahun
K = konstanta (100%, 1000%)
Manfaat incidence rate adalah :
- Mengetahui masalah kesehatan yang dihadapi
- Mengetahui risiko untuk terkena masalah kesehatan yang dihadapi
- Mengetahui beban tugas yang harus diselenggarakan oleh suatu fasilitas pelayanan
kesehatan.

b). Angka Serangan (attack rate)


Angka serangan adalah angka insidensi, biasanya dinyatakan dalam persen dan diterapkan
terhadap populasi tertentu yang sempit dan terbatas pada suatu periode misalnya dalam sautu
wabah (epidemic). Jumlah penderita baru suatu penyakit yang ditemukan pada suatu saat
dibandingkan dengan jumlah penduduk yang mungkin terkana penyakit tersebut pada saat yang
sama.
Rumus angka serangan adalah :
jumlsh penderita baru dalam satu saat
xK
Angka = jumlah penduduk yang mungkin terkena penyakit
pada saat yang sama
Manfaat attack rate adalah :
- Memperkirakan derajat serangan atau penularan suatu penyakit
- Makin tinggi nilai AR, maka makin tinggi pula kemampuan penularan penyakit tersebut.

c). Secondary Attack Rate


Adalah jumlah penderita baru suatu penyakit yang terjangkit pada serangan kedua
dibandingkan dengan jumlah penduduk dikurangi orang / penduduk yang pernah terkena
penyakit pada serangan pertama. Digunakan menghitung suatu penyakit menular dan dalam
suatu populasi yang kecil (misalnya dalam satu keluarga)
Rumus :
jumlah penderita baru pada serangan kedua
SAR = xK
jumlah penduduk yang terkena serangan pertama

 Prevalensi
Adalah gambaran tentang frekuensi penderita lama dan baru yang ditemukan pada suatu
jangka waktu tertentu. Pada perhitungan angka prevalensi, digunakan jumlah seluruh penduduk
tanpa memperhitungkan orang / penduduk yang kebal atau penduduk dengan risiko (population
at risk ). Sehingga dapat dikatakan bahwa angka prevalensi sebenarnya BUKAN-lah suatu
RATE yang murni, karena penduduk yang tidak mungkin terkena penyakit juag dimasukkan
dalam perhitungan.
Secara umum nilai prevalensi dibedakan menjadi 2,yaitu :
a). Period Prevalen Rate
Yaitu jumlah penderita lama dan baru suatu penyakit yang ditemukan pada suatu jangka
waktu tertentu dibagi dengan jumlah penduduk pada pertengahan jangka waktu yang
bersangkutan.
Nilai periode prevalen rate hanya digunakan untuk penyakit yang sulit diketahui saat
munculnya, misalnya pada penyakit kanker dan kelainan jiwa.
Rumus :
jumlah penderita lama∧baru
Periode Prevalen Rate = xK
jumlah penduduk pertengahan

b). Point Prevalen Rate


Adalah jumlah penderita lama dan baru suatu penyakit pada suatu saat dibagi dengan
jumlah penduduk pada saat itu. Dapat dimanfaatkan untuk mengetahui mutu pelayanan
kesehatan yang diselenggarakan.
Rumus :
jumlah penderita lama∧baru saat itu
Point Prevalen Rate = xK
jumlah penduduk saat itu

 Hubungan antara insidensi dan prevalensi


Prevalensi = semua. Angka prevalensi dipengaruhi oleh tingginya insidensi dan lamanya
sakit / durasi penyakit adalah periode muli didiagnosanya penyakit sampai berakhirnya penyakit
tersebut yaitu : sembuh, amti, maupun kronis.
Hubungan ketiga hal tersebut dapat dinyatakan dengan rumus :
P=IxD
- P = prevalensi
- I = insidensi
- D = lamanya sakit
Rumus hubungan insidensi dan prevalensi tersebut hanya berlaku jika dipenuhi 2 syarat, yaitu :
a). nilai insidensi dalam waktu yang cukup lama bersifat konstan : tidak menunjukkan perubahan
yang mencolok.
b). lama berlangsungnya suatu penyakit bersifat stabil : tidak menunjukkan perubahan yang
terlalu mencolok.

2. Proporsi
Proporsi adalah perbandingan yang pembilangnya merupakan bagian dari penyebut.
Proporsi digunakan untuk melihat komposisi suatu variabel dalam populasi. Proporsi adalah
suatu persen (yaitu proporsi dari jumlah peristiwa-peristiwa dalam kelompok data yang
mengenai masing-masing kategori atau sub kelompok) dari kelompok itu.
Rumus yang digunakan dalam menghitung proporsi adalah :
x
Persen = xK
y
X = banyaknya peristiwa atau orang dan lain-lain, yang terjadi dalam kategori tertentu
Y = jumlah peristiwa atau orang dan lain-lain, yang terjadi dalam semua kategori
K = selalu sama dengan 100
Contoh :
jumlah mahasiswa wanita
- Proporsi mahasiswa wanita = xK
jumlah mahasiswa wanita+ pria
- Proporsi mahasiswa berprestasi
Proporsi umumnya dipakai dengan keadaan dimana tidak mungkin menghitung angka
insidensi, karena X dan Y berada pada tempat yang sama, berbagai persen dalam kelompok data
yang ada dapat dan seharusnya saling ditambahkan bersama semua kategori data, dan jumlah
harus menjadi 100%. Sedangkan angka (rate) kalau tidak dijumlahkan tidaklah demikian.

3. Rasio
Rasio adalah suatu pernyataan frekuensi mutlak kejadian suatu peristiwa lainnya.
Merupakan perbandingan dua bilangan yang tidak saling tergantung dan digunakan untuk
menyatakan besarnya kejadian.
Rumus rasio adalah :
x
Rasio = xK
y
X : banyaknya peristiwa atau orang yang mempunyai satu atau lebih atribut tertentu
Y : banyaknya peristiwa atau orang yang mempunyai satu atau lebih atribut tertentu,tetapi
dalam hal berbeda atributnya dengan anggota x.
K:1
Contoh :
jumlah pria
- Sex ratio = xK
jumlah wanita
jumlah usia ( 0−¿ 14 th ) +( ¿ 65th)
- Dependency ratio = xK
jumlah usia(15−64 th)

4. Morbiditas Rate (Angka Kesakitan)


a). Incidence rate
Incidence rate adalah frekuensi penyakit baru yang terjangkit dalam masyarakat di suatu
tempat / wilayah / Negara pada waktu tertentu. IR dihitung berdasarkan jumlah penderita yang
jatuh sakit (kasus baru) pada suatu waktu tertentu dibagi dengan banyaknya populasi sehat yang
diamati dari awal penelitian.
Waktu pengumpulan data biasanya setahun atau bisa bertahun-tahun kalau mengenai
penyakit kronik, karena itu dalam menyatakan nilai IR perlu ditambahkan masa pengamatan
misalnya four-year atau ten-year periods. Dari sini bisa dilakukan rata-rata IR (average annual
IR) yang biasa disebut Cumulative Incidence (CI).
Rumus :
jumlah penyakit baru
IR = xK
jumlah populasi berisiko

b). Prevalance rate


Prevalence rate adalah frekuensi penyakit lama dan baru yang berjangkit dalam
masyarakat di suatu tempat / wilayah / Negara pada waktu tertentu. PR yang ditentukan pada
waktu tertentu (misalnya pada Juli 2000) disebut Point Prevalance Rate. PR yang ditentukan
pada periode tertentu (missal 1 januari 2000 s/d 31 desember 2000) disebut Periode Prevalance
Rate.
Rumus :
jumlah penyakit lama+baru
PR = xK
jumlah populasi berisiko

c). Attack rate


Attack rate adalah jumlah kasus baru penyakit dalam waktu wabah yang berjangkit dalam
masyarakat di suatu tempat / wilayah / Negara pada waktu tertentu.
Rumus :
jumlah penyakit baru
AR = xK
jumlah penyakit berisiko (dalam waktu wabah berlangsung)

5. Mortality Rate
a). Crude Death Rate
CDR adalah angka kematian kasar atau jumlah seluruh kematian selama satu tahun dibagi
jumlah penduduk pada pertengahan tahun.
Rumus :
jumlah semua kematian
CDR = xK
jumlah semua penduduk

b). Specific Death Rate


SDR adalah jumlah seluruh kematian akibat penyakit tertentu selama satu tahun dibagi
jumlah penduduk pada pertengahan tahun.
Rumus :
jumlah kematian penyakit x
SDR = xK
jumlah semua penduduk

c). Case Fatality Rate


CFR adalah presentase angka kematian oleh sebab penyakit tertentu, untuk menentukan
kegawatan / keganasan penyakit tersebut.
Rumus :
jumlah kematian penyakit x
CFR = xK
jumlah kasus penyakit

d). Maternality Mortality Rate


MMR = AKI = Angka Kematian Ibu adalah jumlah kematian ibu dan anak sebab
kehamilan / melahirkan / nifas (sampai 42 hari post partum) per 100.000 kelahiran hidup
Rumus :
jumlah kematian ibu
MMR = x 100.000
jumlah kelahiran hidup

e). Infant Mortality Rate


IMR = AKB = Angka Kematian Bayi adalah jumlah kematian bayi (umur <1 tahun) per
1000 kelahiran hidup.
Rumus :
jumlah kematian bayi
IMR = x 1000
jumlah kelahiran hidup

f). Neonatal Mortality Rate


NMR = AKN = Angka Kematian Neonatal adalah jumlah kematian bayi sampai umur < 4
minggu atau 28 hari per 1000 kelahiran hidup.
Rumus :
jumlah kematian neonatus
NMR = x 1000
jumlah kelahiran hidup

g). Perinatal Mortality Rate


PMR = AKP = Angka Kematian Perinatal adalah jumlah kematian janin umur 28 minggu
s/d 7 hari sesudah lahir per 1000 kelahiran hidup.
Rumus :
jumlsh kematian perinatal
PMR = x 1000
jumlah kelahiran hidup

Anda mungkin juga menyukai