kesehatan masyarakat di Indonesia, sejak tahun 1968 jumlah kasusnya cenderung meningkat dan
penyebarannya bertambah luas. Keadaan ini erat kaitannya dengan peningkatan mobilitas
penduduk sejalan dengan semakin lancarnya hubungan transportasi serta tersebar luasnya virus
Dengue dan nyamuk penularnya di berbagai wilayah di Indonesia (Supriyanto, 2011). Virus
penyebab penyakit demam berdarah merupakan anggota keluarga Flaviviridae dan terdiri atas
empat serotipe yang terkait erat, diantaranya DEN-1, DEN-2, DEN-3, dan DEN-4. Virus tersebut
dapat menginfeksi manusia melalui nyamuk genus Aedes, terutama jenis Aedes aegypti sebagai
vektornya. Peningkatan signifikan dalam hal populasi larva nyamuk terlihat selama musim hujan
tiba. Ini yang menjadi alasan mengapa epidemic Dengue cenderung bertepatan dengan musim
Demam Berdarah Dengue banyak ditemukan di daerah tropis dan sub tropis. Data dari
seluruh dunia menunjukkan Asia menempati urutan pertama dalam jumlah penderita DBD setiap
tahunnya. Di Indonesia DBD ini pertama kali ditemukan di Jakarta dan Surabaya pada tahun
1968, dimana sebanyak 58 orang terinfeksi dan 24 orang diantaranya meninggal dunia (angka
kematian 41,3%). Kasus DBD di Indonesia berfluktuasi setiap tahunnya dan cenderung semakin
meningkat angka kesakitannya dan sebaran wilayah yang terjangkit semakin luas. Penyakit ini
tidak hanya sering menimbulkan KLB tetapi juga menimbulkan dampak buruk sosial maupun
ekonomi. Kerugian sosial yang terjadi antara lain karena menimbulkan kepanikan dalam
keluarga, kematian anggota keluarga, dan berkurangnya usia harapan hidup (Kementerian
Penyakit ini termasuk dalam salah satu penyakit menular yang dapat menimbulkan
wabah, maka sesuai dengan Undang-Undang No. 4 Tahun 1984 tentang wabah penyakit menular
serta Peraturan Menteri Kesehatan No. 560 tahun 1989, setiap penderita termasuk tersangka
DBD harus segera dilaporkan selambat-lambatnya dalam jangka waktu 24 jam oleh unit
pelayanan kesehatan baik rumah sakit, puskesmas, poliklinik, balai pengobatan, dokter praktik
Prevalensi global dari spektrum demam berdarah telah tumbuh secara dramatis dalam
beberapa dekade terakhir. Setiap tahun sekitar 50-100 juta kasus infeksi dengue, 500.000 kasus
DBD, dan setidaknya 12.000 kematian terjadi di seluruh dunia. Diketahui pada tahun 1970,
hanya 9 negara yang diketahui memiliki epidemi Dengue demam berdarah. Jumlah ini
meningkat lebih dari empat kali lipat jika dibandingkan dengan prevalensi pada tahun 1995
(Shahid Ahmed et al., 2008). World Health Organization (1995) memperkirakan populasi di
dunia yang berisiko terhadap penyakit demam berdarah dengue (DBD) mencapai 2,5-3 miliar
terutama yang tinggal pada daerah perkotaan di negara tropis dan subtropis (Guha-Sapir &
Schimmer, 2005).
Diperkirakan untuk Asia Tenggara (ASEAN) terdapat 100 juta kasus demam dengue (DD) dan
500.000 kasus demam berdarah dengue (DBD) yang