menyelenggarakan Program Pasar Aman dari Bahan Berbahaya. Salah satu strategi implementasi
program penyelenggaraan pasar aman dari bahan berbahaya adalah Program Pengawasan Keamanan
Pangan Pasar. Bentuk kegiatan yang dilakukan untuk mendukung program ini adalah
1. Identifikasi pasar tradisional untuk pengendalian bahan berbahaya
2. Identifikasi pedagang pasar dan inventarisasi bahan berbahaya dan pangan yang diduga
mengandung bahan berbahaya
3. Pengambilan contoh (sampling) bahan berbahaya dan pangan yang diduga mengandung bahan
berbahaya
4. Pengujian dan pelaporan hasil pengujian bahan berbahaya dan pangan yang diduga
mengandung bahan berbahaya
5. Monitoring dan evaluasi
Kegiatan pengujian sampel bahan berbahaya dan pangan yang diduga mengandung bahan berbahaya
dalam rangka penyelenggaraan program pasar aman dari bahan berbahaya bertujuan untuk :
a. Mengidentifikasi jenis-jenis produk apa saja yang merupakan bahan berbahaya dan pangan yang
mengandung bahan berbahaya yang masih beredar di pasar.
b. Mengetahui kondisi/status keamanan produk-produk pangan dari penyalahgunaan bahan
berbahaya yang dijual pada setiap pasar. Data ini sangat bermanfaat untuk tahapan kegiatan
selanjutnya yaitu monitoring dan evaluasi.
Pengujian bahan berbahaya pada produk-produk hasil sampling di pasar dilakukan menggunakan kit
pengujian cepat (rapid test kit). Pengujian sampel harus dilakukan sesuai dengan prosedur yang
diberikan oleh masing-masing kit pengujian.
1.2 Tujuan
Modul Pengujian Dan Pelaporan Hasil Pengujian Bahan Berbahaya Dan Pangan Yang Diduga Mengandung
Bahan Berbahaya ini disusun sebagai panduan yang dapat digunakan oleh para pemangku kepentingan
khususnya Fasilitator Program Pasar Aman dari Bahan Berbahaya atau petugas yang berwenang untuk
melakukan pengujian dan pelaporan hasil pengujian sampel bahan berbahaya dan pangan yang diduga
mengandung bahan berbahaya.
1.3 Ruang Lingkup
Modul ini akan menjelaskan cara pengujia cepat bahan-bahan berbahaya pada sampel-sampel yang
diduga sebagai bahan berbahaya dan pangan yang mengandung bahan berbahaya.
Ada 4 (empat) pengujian bahan berbahaya yang mengandung kit pengujian cepat ( rapid test kit) yang
dijelaskan pada modul ini, yaitu
a. Kit pengujian cepat boraks
b. Kit pengujian cepat formalin
c. Kit pengujian cepat kuning metanil (Methanyl Yellow)
d. Kit pengujian cepat rhodamin B
Selain itu, dijelaskan pula cara pelaporan hasil pengujian sampel yang telah dikerjakan.
2. CARA PENGUJIAN CEPAT SAMPEL BAHAN BERBAHAYA DAN PANGAN YANG DIDUGA
MENGANDUNG BAHAN BERBAHAYA
Saat ini alat uji cepat bahan berbahaya dan pangan yang diduga mengandung bahan berbahaya banyak
terseda di pasaran dengan berbagai merk dagang sesuai produsen pembuatnya. Masing-masing alat uji
cepat tersebut dilengkapi dengan petunjuk cara penggunaan, oleh karena itu penting untuk diperhatikan
bahwa penggunaan alat uji cepat atau rapid test kit harus mengikuti petunjuk penggunaan yang
diberikan oleh produsen. Pada prinsipnya pengujian cepat menggunakan rapid test kit untuk setiap
parameter bahan berbahaya sama namun karena merk rapid test kit yang digunakan berbeda-beda
setiap tahunnya maka cara penggunaan agar menyesuaikan dengan petunjuk penggunaan yang
diberikan oleh produsen. Pada modul ini akan dijelaskan cara penggunaan alat pengujian cepat ( rapid
test kit) yang digunakan oleh Badan POM yang masih mengacu kepada cara penggunaan rapid test
kit sesuai merk yang digunakan pada tahun lalu.
2.1 Petunjuk Penggunaan Rapid Test Kit Boraks*
Prinsip uji cepat boraks adalah pembentukan senyawa rososianin berwarna merah dari Boron dan
Kurkumin.
1. Siapkan sampel makanan
yang akan diuji
Jika sampel
berbentuk
padatan, potong
menjadi bagian-
bagian kecil,
tambahkan air 2-
3 ml dan kocok
sampel yang
telah
ditambahkan air
Jika sampel
berbentuk cairan,
ambil ± 1 ml dan
masukkan ke
dalam tabung
reaksi.
2. Ke dalam tabung reaksi
berisi sampel, tambahkan
± 20 pereaksi I Boraks.
Kocok campuran dengan
hati-hati selama beberapa
menit
3. Ambil Pereaksi II boraks
(kertas kuning). Celupkan
ujung kertas Pereaksi II
Boraks ke dalam tabung
reaksi yang berisi sampel.
4. Angin-anginkan kertas
pereaksi II Boraks dan
biarkan terkena cahaya
matahari selama 10
menit
5. Perhatikan, jika hasil
pengujian, jika kertas
pereaksi II Boraks
berubah menjadi
kemerahan atau merah
bata berarti sampel
makanan positif (+)
mengandung boraks.
Hasil positif merah bata
Hasil positif konsentrasi
pekat
Hasil negatif
Perhatian :
a. Jika pereaksi I Boraks terkena kulit, cuci segera dengan air dan sabun
b. Jauhkan rapid test kit dari jangkauan anak-anak.
Penyimpanan :
a. Simpan pada suhu ruang
b. Simpan kertas pereaksi II Boraks dalam wadah tertutup rapat dan tidak terkena sinar secara
langsung
2.2 Petunjuk Penggunaan Rapid Test Kit Formalin*
Prinsip uji cepat formalin adalah pembentukan senyawa kompleks berwarna merah ungu dari reaksi
antara formaldehid dan 4-amino-3-hidrazino-5-mercapto-1,2,4-Triazole.
1. Siapkan sampel makanan
yang akan diuji
a. Jika sampel
berbentuk
padatan, cuci
dengan sejumlah
air, kocok sampel
yang telah
ditambahkan air.
Ambil kurang
lebih 1 ml cairan
sampel dan
masukkan ke
dalam tabung
reaksi.
b. Jika sampel
berbentuk cairan,
ambil ± 1 ml dan
masukkan ke
dalam tabung
reaksi.
2.
Tambahkan 20 tetes
(tetes demi tetes)
pereaksi I Formalin
dengan hati-hati dan
segera tutup botol
pereaksi. Biarkan selama
± 5 menit
3.
4.
5.
Tambahkan sampel
dengan pereaksi II
Formalin ± 1 mg
(gunakan ujung stick
yang tersedia) ke dalam
tabung. Kemudian kocok.
6.
Perhatikan, jika hasil
pengujian terbentuk
warna ungu kebiruan
(violet), maka sampel
positif mengandung
Formalin
Perhatian :
a. Jika pereaksi I Formalin terkena kulit, cuci segera dengan air dan sabun
b. Jauhkan rapid test kit dari jangkauan anak-anak.
Penyimpanan :
a. Simpan pada suhu ruang
2.3 Petunjuk Penggunaan Rapid Test Kit Kuning Metanil (Methanyl Yellow)*
Prinsip uji cepat kuning metanil adalah pembentukan warna ungu kecokelatan dari kuning metanil
dengan asam.
1. Siapkan sampel makanan
yang akan diuji
Jika sampel
berbentuk
padatan, potong
menjadi bagian-
bagian kecil,
tambahkan air 2-3
ml dan kocok
sampel yang telah
ditambahkan air.
Masukkan sekitar 1
ml sampel ke
dalam tabung
reaksi
Jika sampel
berbentuk cairan,
ambil ± 1 ml dan
masukkan ke
dalam tabung
reaksi.
2. Ke dalam sampel,
tambahkan 3-5 tetes
peraksi Methanyl Yellow
tetes demi tetes. Kocok
tabung reaksi dengan hati-
hati.
3. Perhatikan perubahan
warna yang terjadi, jika
hasil pengujian terbentuk
warna violet kecokelatan
berarti sampel positif
mengandung methanyl
yellow.
Hasil positif violet
kecokelatan
Hasil positif konsentrasi
pekat
Hasil negatif
Perhatian :
a. Jika pereaksi I Formalin terkena kulit, cuci segera dengan air dan sabun
b. Jauhkan rapid test kit dari jangkauan anak-anak.
Penyimpanan :
a. Simpan pada suhu ruang
2.4 Petunjuk Penggunaan Rapid Test Kit Rhodamin B*
Prinsip uji cepat rhodamin B adalah pembentukan senyawa kompleks berwarna ungu lembayung dari
rhodamin B dengan Garam Antimon yang larut dalam pelarut organik.
1. Siapkan sampel makanan
yang akan diuji
a. Jika sampel
berbentuk
padatan, potong
menjadi bagian-
bagian kecil,
tambahkan air 2-
3 ml dan kocok
sampel yang
telah
ditambahkan air.
Masukkan sampel
ke dalam tabung
reaksi
b. Jika sampel
berbentuk cairan,
ambil ± 1 ml dan
masukkan ke
dalam tabung
reaksi.
2. Ke dalam sampel,
tambahkan 10 -20 tetes
peraksi I Rhodamin B
3. Tambahkan 5 tetes
pereaksi II Rhodamin B
Hasil positif violet
kecokelatan
4. Tambahkan 10-20 tetes
pereaksi III Rhodamin B
(gunakan pipet yang
disediakan). Kocok
tabung reaksi dengan
hati-hati
Hasil positif konsentrasi
pekat
5. Perhatikan, jika hasil
pengujian terbetuk warna
ungu (violet) pada lapisan
atas, berarti sampel
positif (+) mengandung
Rhodamin B.
Hasil negatif
Perhatian :
a. Jika pereaksi I Formalin terkena kulit, cuci segera dengan air dan sabun
b. Jauhkan rapid test kit dari jangkauan anak-anak.
Penyimpanan :
a. Simpan pada suhu ruang
2.5 Jenis Bahan Berbahaya yang Diujikan Pada Sampel Pangan
Hal yang harus diperhatikan oleh petugas yang akan melakukan pengujian bahan berbahaya
pada sampel produk pangan adalah tidak seluruh jenis bahan berbahaya (Boraks, Formalin,
Kuning Metanil, dan Rhodamin B) diujikan pada satu sampel pangan.
Berikut adalah parameter uji bahan berbahaya yang harus dilakukan pada jenis-jenis produk
pangan yang telah di-sampling
No Nama Produk Parameter yang diuji
1. Boraks, Formalin, dan
Mie basah Kuning Metanil (Methanyl
Yellow)
2. Lontong Boraks
Ketupat
Empek-empek
Siomay
Bakso
Cilok
Kerupuk gendar/kerupuk
puli/kerupuk karak
Otak-otak
Kerupuk jangek
Cincau hitam
3. Tahu warna putih
Ayam potong
Formalin
Ikan segar
Ikan segar
4. Formalin dan Methanyl
Tahu warna kuning
Yellow (Kuning Metanil)
5. Boraks dan kuning
Kerupuk warna kuning
metanil
6. Kerupuk warna merah
Es/Sirup atau minuman
ringan warna merah
Kue ku
Cabe merah giling
Saus tomat
Saus Cabe
Manisan warna merah Rhodamin B
Arumanis warna merah
Kembang gula warna
merah
Cenil warna merah
Cendol warna merah
Sagu mutiara marna merah
Kolang-kaling warna merah
3. PELAPORAN HASIL PENGUJIAN SAMPEL BAHAN BERBAHAYA DAN PANGAN YANG
DIDUGA MENGANDUNG BAHAN BERBAHAYA
3.1 Cara Pelaporan Hasil Pengujian
Data hasil pengujian sampel yang diduga mengandung bahan berbahaya dari setiap pedagang
pada satu pasar yang sama dilaporkan ke dalam Tabel Pelaporan Hasil Pengujian
Setelah semua data hasil pengujian dimasukkan dengan benar, data tersebut diolah dengan
program Ms.Excel untuk mengetahui jumlah sampel yang tidak memenuhi syarat
Berikut contoh pelaporan hasil pengujian sampel
Lampiran 1. Pelaporan hasil pengujian sampel bahan berbahaya dan pangan yang diduga mengandung
bahan berbahaya
Form P04
PELAPORAN HASIL PENGUJIAN BAHAN BERBAHAYA DAN PANGAN
YANG DIDUGA MENGANDUNG BAHAN BERBAHAYA
Terminologi
Sampel adalah contoh produk hasil sampling yang diuji keberadaan satu atau lebih jenis bahan
berbahaya. Kelompok sampel dibedakan ke dalam dua kolom :
i. Bahan berbahaya, jenis produk yang diisikan pada kolom ini adalah produk yang teridentifikasi ke
dalam kelompok bahan berbahaya pada Formulir Pendataan Pedagang
ii. Pangan, jenis produk yang diisikan pada kolom ini adalah produk-produk yang teridentifikasi ke
dalam kelompok pangan yang diduga mengandung bahan berbahaya pada formulir pendataan
pedagang
Petunjuk Pengisian :
1. Formulir ini diperuntukkan untuk data suatu pasar
2. Isilah hasil pengujian sampel bahan berbahaya dan pangan yang diduga mengandung bahan
berbahaya dari setiap pedagang pada kolom yang tersedia
3. Apabila pengujian sampel memberikan hasil positif, isikan angka “1” pada kolom hasil uji bahan
berbahaya yang diujikan
4. Apabila pengujian sampel memberikan hasil negatif, isikan angka “0” pada kolom hasil uji bahan
berbahaya yang diujikan
Tanggal Nama
N Lo
Pemeriksa Pedaga Sampel Parameter Uji Hasil Uji
o s
an ng
Pangan
Kunin Kunin
Bahan yang
Bora Formal g Rhodam Bora Formal g Rhodam
Berbaha diduga
ks in Meta in B ks in Meta in B
ya mengandu
nil nil
ng BB
Jumlah TMS
% TMS
* Diisi “1” pada kolom yang tepat jika sampel positif mengandung bahan kimia yang diuji (merupakan
produk TMS = Tidak Memenuhi Syarat); atau “0” pada kolom yang tepat jika sampel negatif (tidak
mengandung Bahan kimia yang diuji)
Uji Boraks
Siapkan sample pangan olahan (padat dan cair) aneka mie, tahu, ikan asin, ikan pindang dan bakso
6. Ambil kertas pereaksi II Boraks lalu angin-anginkan biarkan terkena sinar matahari selama 10
menit
Uji Formalin
Siapkan sample pangan olahan (padat dan cair) aneka mie, tahu, ikan asin, dan bakso
Uji Rhodamin B
Siapkan sample pangan olahan (padat dan cair) aneka snack, cincau, cenil, dawet, kolang kaling
berwarna merah.
2. Masukkan ke tabung reaksi tambahkan air 2-3 ml. Apabila sample berupa cairan, ambil 1 ml
masukkan ke tabung reaksi.
Apakah sample dalam tabung reaksi pada lapisan diatasnya berwarna ungu atau violet?
Siapkan sample pangan olahan (padat dan cair) aneka snack, cincau, cenil, dawet, kolang kaling
berwarna kuning.
2. Masukkan ke tabung reaksi tambahkan air 2-3 ml. Apabila sample berupa cairan, ambil 1 ml
masukkan ke tabung reaksi.
3. Tambahkan 3-5 tetes pereaksi Metanil Yellow lalu dikocok-kocok selama 5 menit
Apakah sample dalam tabung reaksi pada lapisan diatasnya berwarna ungu atau violet kecoklatan?
Dilakukannya pengambilan sampel dengan cara yang benar akan menghasilkan analisis
praktikum yang representatif dengan keadaan yang sebenar-benarnya pada sampel yang akan
diteliti (Raymond, 2003). Dari pengambilan sampel praktikum ini digunakan sampel yaitu
daging ayam potong, bubur, dan agar-agar yang memiliki warna merah. Perlakuan untuk
sampel ayam potong yaitu dengan cara memasukkan sampel langsung ke dalam kantong
plastik tebal setelah dilakukan pembelian. Karena pembelian dilakukan satu hari sebelum
dilakukannya praktikum maka sampel diletakkan di alat pendingin agar sampel daging ayam
potong tidak berbau busuk. Dimasukkannya sampel ke dalam alat pendingin ini tidak akan
berpengaruh ke zat-zat yang terkandung di daging ayam potong yang dijadikan sampel.
Perlakuan terhadap sampel bubur yaitu setelah sampel dibeli langsung dimasukkan ke
dalam kantong plastik tebal. Pembelian sampel bubur dilakukan pada hari dilakukannya
praktikum, hal ini dilakukan karena sampel bubur yang mudah basi jika dibeli beberapa hari
sebelum dilakukannya praktikum. Untuk perlakuan sampel agar-agar yang berwarna merah
yaitu dengan cara memasukkan ke alat pendingin setelah beberapa selang waktu pembelian.
Dimasukkannya sampel berupa agar-agar ke alat pendingin berfungsi untuk sampel lebih
bertahan lama karena pembelian sampel agar-agar dilakukan satu hari sebelum dilakukannya
praktikum.
Teknik pengambilan sampel makanan harus dilakukan dengan benar. Tidak tepat dalam
pengambilan sampel, hasil analisis kimia yang diperoleh tidak dapat menggambarkan kondisi
yang representatif atau mewakili keseluruhan dari bahan yang akan dianalisis. Untuk mencapai
tujuan tersebut maka dalam pengambilan sampel perlu diperhatikan beberapa parameter
sebagai berikut :
1. Homogenitas Sampel
Efek ukuran dan berat partikel sangat berpengaruh terhadap homogenitas bahan, dimana bagian yang
berukuran dan berat lebih besar cenderung akan berpisah dengan bagian yang lebih kecil dan ringan
(segregasi). Oleh karena itu sebelum sampel diambil, bahan harus dicampur secara merata atau sampel
diambil secara acak dari beberapa bagian baik bagian dasar, tengah maupun bagian atas sehingga
diperoleh sampel yang representatif. Demikian juga pada tanaman disuatu lahan, kualitas pada tiap
bagian tanaman atau lahan mempunyai kualitas yang berbeda.
Sampel dari bahan dapat diambil secara non-selektif atau selektif. Non-selektif adalah pengambilan
sampel secara acak dari keseluruhan bahan tanpa memperhatikan atau memisahkan bagian dari bahan
tersebut.
3. Jumlah Sampel
Jumlah sampel yang diambil akan sangat berpengaruh terhadap tingkat representatif sampel yang
diambil. Jumlah sampel yang diambil tergantung dari kebutuhan untuk evaluasi dan jumlah bahan yang
diambil sampelnya. Sebagai pedoman jumlah sampel yang diambil adalah 10 persen dari jumlah bahan.
4. Penanganan Sampel
Sampel yang telah diambil harus segera diamankan agar tidak rusak atau berubah sehingga mempunyai
sifat yang berbeda dari mana sampel tersebut diambil. Misalnya terjadi penguapan air, pembusukan
ataupun tumbuhnya jamur. Sampel yang mempunyai kadar air rendah (kurang dari 15 persen)
kemungkinan terjadinya kerusakan sampel kecil sekali. Sampel demikian dapat langsung dimasukkan ke
kantong plastik dan dibawa ke laboratorium. Sampel dengan kadar air tinggi seperti silase, maka
kemungkinan terjadinya penguapan air sangat besar. Sehingga untuk mengontrol penguapan air, maka
sampel yang telah diambil harus segera ditimbang, dimasukkan ke dalam kantong plastik kedap udara,
dibawa ke laboratorium dan segera dianalisis kadar bahan keringnya. Jika tidak dianalisis segera maka
sampel yang telah diambil segera timbang, dikeringkan atau dijemur sampai beratnya konstan.
Kemudian baru dibawa ke laboratorium.
5. Prosesing Sampel
Untuk tujuan evaluasi terutama evaluasi secara mikroskopis, kimia dan biologis, semua sampel harus
digiling sehingga diperoleh sampel yang halus.
Cara pengambilan sampel dan pengiriman sampel ke laboratorium harus dilakukan secara benar
sehingga dapat menggambarkan kondisi yang representatif atau mewakili keseluruhan dari bahan yang
akan dianalisis. Pengambilan sampel dan pengiriman sampel ke laboratorium berasaskan kaidah sanitasi
dan memperhatikan faktor lingkungan yang sesuai agar sampel tidak mengalami kerusakan.