PENDAHULUAN
Sistem kendali atau sistem control (control system) adalah suatu alat untuk
mengendalikan,memerintah, dan mengatur keadaan dari suatu sistem. Istilah sistem kendali ini
dapat dipraktekkan secara manual untuk mengendalikan alat yang sering digunakan masyarakat.
Dan dalam bidang industri juga banyak menggunakan sistem kendali. Dalam makalah ini akan
menjelaskan mengenai Sistem dengan Kendali Tidak Kontinyu (Saklar On-Off), Pengaturan
Sistem dengan Menggunakan Kontaktor Magnet, dan Praktikum Sistem Pengontrolan dengan
Kontaktor Magnet.
Seiring dengan perkembangan teknologi yang meningkat maka teknologi yang digunakan
dalam pengendalian pun semakin canggih. Namun masih terdapat sistem kendali sederhana
seperti yang terdapat dalam pembahasan makalah ini. Berikut jenis sistem kendali senderhana
yaitu : jenis pengendali ini sangat penting untuk dipahami karena di samping banyak digunakan
dalam kontrol proses, juga menjadi dasar dari pengendali kontinyu. Pengendali dua-posisi adalah
pengendali yang paling dasar dalam sistem kendali. Karena karakteristiknya, pengendali ini
sangat populer dengan sebutan pengendali On-Off. Pengendali ini paling sederhana dan paling
murah namun mencukupi untuk aplikasi di mana tidak diperlukan ketelitian yang sangat tinggi.
B. Rumusan Masalah
Dari latarbelakang masalah diatas sehingga rumusan masalah makalah ini adalah sebagi
berikut:
1. Apakah yang dimaksud dengan Pengaturan Sistem dengan Kendali Tidak Kontinyu
(Saklar On-Off)?
2. Bagaimana cara yang dilakukan dalam Pengaturan Sistem dengan Menggunakan
Kontaktor Magnet?
3. Bagaimana hasil yang diperoleh dari Praktikum Sistem Pengontrolan dengan Kontaktor
Magnet?
1
C. Tujuan Makalah
Dengan rumusan masalah yang dibuat maka tujuan makalah ini adalah :
1. Untuk mengetahui tentang apa itu Pengaturan Sistem dengan Kendali Tidak Kontinyu
(Saklar On-Off),
2. Aagar dapat paham cara yang dilakukan dalam Pengaturan Sistem dengan Menggunakan
Kontaktor Magnet , dan
3. Supaya mengerti hasil yang diperoleh dari Praktikum Sistem Pengontrolan dengan
Kontaktor Magnet.
2
BAB II
PEMBAHASAN
P= {1000%% EpEp <0> 0 } , dimana : P: Keluaran pengendali (%); Ep: sinyal error (%)
Jika harga yang terukur (x) melampaui setpoint (w), pengendali akan memberikan keluaran
penuh atau On. Sebaliknya, apabila x kurang dari w maka pengendali akan memberikan keluaran
nol atau Off. Misalnya, seterika listrik yang menggunakan bimetal sebagai pengendali panasnya.
Bila temperatur seterika melebihi setpointnya, maka seterika akan off, sebaliknya bila
temperaturnya lebih rendah dari setpoint, maka akan on. On-off diartikan menyambung dan
memutus aliran arus listrik dari sumber ke pengguna.
3
Gambar 2.1 Bilah-bimetal sebagai pengendali on-off
(Sumber: Prih Sumadrjati, dkk. 2008. Teknik Pemanfaatan Tenaga Listrik. Jld. 2. Untuk
SMK. Jakarta: Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan, Direktorat Jenderal
Manajemen pendidikan Dasar dan Menengah, Departemen Pendidikan Nasional)
Pengendali on-off sering disebut kontrol dua posisi atau bang-bang control. Gambar 2.2.
meperlihatkan sistem pemanas ruangan dengan menggunakan kontrol on-off.
Selenoid
Supply Voltage Thermostat Furnace
Control Fuel Valve
Fuel In
Thermostat adalah instrument yang merasakan penurunan temperatur di bawah set point,
maka thermostat akan menutup dan menggerakkan katup minyak ke dapur pemanas. Dengan
tertutupnya secara penuh thermostat akan membuka katup minyak dan menyemburkan minyak
ke dapur pembakaran sehingga memanasi ruangan. Sebaliknya jika temperatur ruangan melebihi
setpoint, maka thermostat membuka saklar dan menutup katup minyak, sehingga api dipisahkan
dari bahan bakar sehingga tidak terjadi pemanasan. Gambar 2.3. memperlihatkan ilustrasi grapik
operasi thermostat dan katup minyak pemanas.
4
Thermostat closed, valve fully100
open
Val ON ON
Ve
Ope
Ning
%
Thermostat open, valve fully closed
Off Off
0
Time
Gambar 2.3. Graph illustrating operation of thermostat and furnace fuel valve
Respon thermostat terhadap perubahan panas tidaklah seperti bentuk pulsa on-off akan
tetapi membentuk sinyal sinusoida atau bergelombang. Lebar gelombang tergantung pada
differential Gap (dead band) Thermostat. Thermostat memiliki differential gap yang berbeda-
beda, ada yang lebar dan ada yang sempit. Differential gap tersebut mempengaruhi kepekaan
thermostat merespon panas. Differential gap thermostat untuk peralatan rumah adalah antara
40% hingga 90%. Interfal differential gap adalah (90 – 40 = 50). Differential gap (dead band)
diberi satuan %, sehingga dapat dicari persentase differential gap sebuah thermostat, dengan
persamaan berikut.
Differential gap
% differential gap ( dead band) = =4/50 = 0 ,08 =8
Interval Differential gap
ON ON
Setpoint
Off Off
valve Closed 0
Time
Gambar 2.4. Respon thermostat terhadap perubahan panas berbentuk gelombang
5
Sistem kendali dengan menggunakan saklar on-off tidak dapat merekayasa besar
tegangan atau arus yang disuplai kepada plant, sehingga jika dipergunakan untuk mengendalikan
motor-motor listrik, hanyalah untuk mensuplai ataupun memadamkan aliran listrik sehingga
motor beroperasi ataupun berhenti beroperasi. Perpaduan saklar dan tahanan geser dapat
dipergunakan untuk mengendalikan kecepatan motor listrik, mulai dengan kecepatan putar
ω =0 rpm hingga kecepatan nominalnya. Tahanan geser dapat juga dipergunakan untuk
mengendalikan tingkat luminasi lampu penerangan.
Pengontrolan dua posisi dengan target aksi kontrol m(t) sebesar setpoint (M1) atau (M2),
dalam mana M1 adalah posisi “on” dan M2 adalah posisi “off”, biasanya mengalami kesalahan
sebsar “e(t)” yang sering juga disebut celah diferensial. Keadaan tersebut adalah:
M(t) = M1, untuk e(t) > 0
= M2, untuk e(t) > 0
Pengontrolan dua posisi secara simbolik diperlihatkan pada gambar-gambar berikut.
M1
+ e m
- M2
M1
+ e m
- M2
Celah diferensial
6
Sistem pengontrolan tinggi permukaan air dengan menggunakan pelampung seperti yang
ditampilkan pada gambar berikut adalah salah satu pengontolan dua posisi yang memiliki celah
diferensial. Celah diferensial muncul disebabkan banyak faktor, diantaranya adalah permukaan
air yang tidak stabil, komponen pengontrol tidak standar atau sudah tua sehingga menimbulkan
penyimpangan-penyimpangan, sistem mekanik yang sudah kaku, dan lain sebagainya.
220 V
Q1
pelampung
C
Q2
R
Gambar 2.7. Kontak utama & TOR arus lebih (Thermal Overload Relay).
Kontak Bantu:
Konstruksi kontak-kontaknya berdimensi lebih sempit dan tipis, karena arus yang
melaluinya relatif kecil (arus untuk rangkaian kontrol). Penulisan terminal kontak-kontak bantu
pada kontaktor magnit ditulis dengan angka dan digit, yaitu untuk kontak-kontak NC, digit kedua
dari terminal-terminalnya dengan angka 1 dan 2 untuk kontak-kontak NO, digit kedua dari
terminal-terminalnya dengan angka 3 dan 4.
Sedangkan kontak-kontak bantu untuk fungsi tertentu (misal dengan timer), kontak-
kontak NC, digit kedua dengan angka 5 – 6. dan untuk kontak-kontak NC nya, digit kedua
dengan angka 7 – 8.
8
Penulisan kontak bantu NC maupun NO sebagai berikut :
Untuk kontak bantu biasa
NC .1 - .2
NO .3 - .4
Untuk kontak bantu dengan fungsi tertentu
NC .5 - .6
NO .7 - .8
Penggunaan kontaktor magnet dalam menjalankan motor listrik secara langsung (direct
on line) digunakan untuk otor-motor berkapasitas kecil (dibawah 4 KVA). Untuk
mengoperasikan motor, cukup sederhana, yaitu dengan memutar saklar putar S1 ke posisi “on”,
sehingga ada arus listrik pada “coil” K1 dan kontaktor menghubungkan jaringan dengan motor.
Motor berputar disertai kontak K1 menyambung, sehingga lampu tanda H1 menyala.
9
Bila pada rangkaian motor terjadi hubung singkat, maka sekering F7 akan putus,
sehingga motor berhenti. Sedangkan dalam kondisi normal, untuk menghentikan motor dengan
memutar saklar S1 ke posisi “off”.
Memelihara pengendali motor ini, dilakukan dengan cara rangkaian pengendalinya
dikelilingi panel, sehinggga bebas dari debu ataupun percikan air. Secara berkala yang perlu
dilakukan untuk pemeliha raan antara lain semua sambungan pada terminal jangan sampai ada
yang kendor, dan juga permukaan kontaktor dijaga tetap bersih dengan menyemprotkan
pembersih kontak-kontak (contact cleaner). Pembersih ini harus terbuat dari bahan yang sifatnya
tidak konduktif, sehingga jika setelah pembersihan dilakukan dan bahan tersebut masih ada
dalam kontak-kontak dan saat terkoneksikan tidak akan terjadi hubung singkat.
Pengendali motor ini hampir sama dengan Pengendali Motor Langsung (DOL), hanya
yang membedakan adalah adanya tambahan pengaman arus lebih TOR (Thermal Overload
Relay). Jadi pengaman arusnya ada dua yaitu pengaman arus lebih oleh TOR dan pengaman arus
hubung singkat oleh F7. Arus lebih dapat terjadi saat motor bekerja pada tegangan yang tidak
nominal sehingga torsi memaksa aliran arus yang lebih besar. Arus lebih juga dapat terjadi jika
beban motor terlalu besar, sehingga hal yang sama, torsi motor memaksa arus yang lebih besar
bahkan aliran arus melebihi arus nominal yang dipersyaratkan. Jika arus lebih dibiarkan melebihi
batas waktu tertentu, maka sistem pengendalian dan motor yang dikendalikan dapat mengalami
kerusakan, disebabkan pada sistem terjadi panas yang berlebihan (sebagaian atau seluruh
komponen sistem terbakar)
Rangkaian TOR disambungkan secara seri pada saklar magnit. Bila ada arus lebih, maka
bimetal TOR menjadi panas dan melengkung, sehingga kontak NC F1 dan aliran arus listrik coil
magnit terputus. Dengan demikian kontak saklar magnit lepas dan motor berhenti. Gambar 2.10
memperlihatkan pengendali langsung dengan TOR.
10
Gambar 2.10 Pengendali motor langsung dengan Thermal Over Load Relay (TOR)
Bila saklar S1 ditekan, maka coil k1 aktif karena adanya aliran arus ke coil. Saklar
magnit bekerja dan putaran motor kearah kanan. Untuk menghentikan motor ada dua, yaitu
kemungkinan pertama adanya gangguan / arus lebih sehingga F1 lepas dan k1 trip, atau memang
sengaja dihentikan dengan menekan tombol SO. Arah putaran motor berbalik menjadi kearah
kiri jika tombol S2 ditekan. Pembalik arah putaran ini dikendalikan oleh 2 saklar magnit. Saklar
magnit K1 menghubungkan L1 – U ; L2 – V ; L3 – W, sehingga motor berputar ke kanan.
Sedangkan saklar magnit K2 menghubungkan L1 – W ; L2 – V ; L3 – U, sehingga motor
bergerak ke kiri. Untuk mengantisipasi kejadian hubung singkat pada rangkaian pengendali,
11
maka saat S1 ditekan (sambung), maka rangkaian yang ke K2 terputus akibat kontak NC dari S1
yang dihubung seri kondisi lepas. Demikian juga sebaliknya, saat S2 340 Sistem Pengendalian
ditekan, kontak NC yang disambung seri pada K1 akan lepas. Pengendali motor ini diproteksi
pengaman arus hubung singkat F9 dan pengaman arus lebih TOR F1. Gambar 2.11.
memperlihatkan pengendali putar kanan-kiri.
12
penghubungkan L1 – V ; L2 – V ; L3 – W, (dengan kondisi putaran motor ke kanan jika k2M /
k3M bekerja) atau menghubungkan L1 – V1 ; L2 – V1 ; L3 – W3 (dengan kondisi putar motor
ke kiri jika k2M / k3M bekerja). K1M dikopel dengan timer K1T yang bias diset satuan waktu
(missal 7 detik). Saklar magnit k2M berfungsi untuk hubung bintang / Y yaitu menghubungkan
U2 – V2 – V3 sebagai titik bintang. Sedangkan k2M berfungsi untuk menghubungkan U2 – W1 ;
V2 – U1 ; dan W2 – V1. Saat S1 ditekan, maka yang bekerja k1M dan k3M (hubung Y) dan
lampu tanda H1 menyala. Setelah 7 detik k1T bekerja sehingga k2M bekerja (hubung Δ) dan
k3M lepas karena kontak NC k1T setelah 7 detik lepas dan memutus rangkaian k3M. Untuk
mengantisipasi agar k2M dan k3M tidak bekerja bersamaan, maka di kontak NC k3M
dirangkaikan seri k2M dan kontak NC k2M dirangkaikan seri dengan k3M.
13
C. Praktikum Sistem Pengontrolan dengan Kontaktor Magnet
Praktikum pengendali motor dengan kontaktor magnet dapat dibuat enam paket, yaitu:
(1) pengendali motor secara langsung; (2) pengendali motor dengan TOR; (3) pengendali Motor
putar ke kiri dan putar ke kanan tanpa dan dengan pengunci; (4) pengendali motor dengan
pengasutan Y – Δ; (5) pengendali motor dari berbagai tempat; (6) Menjalankan beberapa motor
secara bergantian.
Praktikum tersebut dapat menggunakan buku Petunjuk Praktek Listrik 2 untuk STM yang
ditulis oleh Darsono dan Agus Ponidjo, Terbitan Depdikbud, Direktorat Pendidikan Menengah
Kejuruan. Buku tersebut dapat memberi pemahaman dan melatih keterampilan mahasiswa.
14
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil yang telah dijelaskan pada pembahasan dapat disimpulkan bahwa :
1. Pengaturan Sistem dengan Kendali Tidak Kontinyu (Saklar On-Off)
Pengaturan sistem dengan pengendalian tidak kontinu dengan saklar on-off yang sering
disebut kendali manual masih banyak dipergunakan saat ini, baik di rumah tangga maupun
industri. Misalnya saja, di rumah tangga, menghidupkan dan memadamkan lampu,
menghidupkan dan mematikan peralatan penghalus seperti blender, pencampur (mixer).
Demikian juga halnya peralatan yang lebih besar seperti mesin cuci, lemari pendingin (coolcas),
penyedot debu, air conditioner (AC), televisi, kipas angin, dan lain-lain.
2. Pengaturan Sistem dengan Menggunakan Kontaktor Magnet
Pengaturan sistem dengan menggunakan kontaktor magnet sering disebut pengendalian
semi otomatis. Operator atau ahli kendali akan lebih memiliki kesenggangan waktu dan sedikit
lebih santai. Industri yang menggunakan motor listrik sebagai driver atau actuator sangat banyak
menggunakan sistem kendali semi otomatis ini.
3. Praktikum Sistem Pengontrolan dengan Kontaktor Magnet
Praktikum pengendali motor dengan kontaktor magnet dapat dibuat enam paket, yaitu:
(1) pengendali motor secara langsung; (2) pengendali motor dengan TOR; (3) pengendali Motor
putar ke kiri dan putar ke kanan tanpa dan dengan pengunci; (4) pengendali motor dengan
pengasutan Y – Δ; (5) pengendali motor dari berbagai tempat; (6) Menjalankan beberapa motor
secara bergantian.
B. Saran
Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna karena pasti
masih ada kesalahan bagi dari segi penulisan,penyusunan dan materi yang masih kurang luas
ruang lingkupnya. Oleh sebab itu kami mohon maaf dan kami mengharapkan saran yang
membangun untuk penulisan makalah yang lebih baik untuk kedepannya. Serta semoga makalah
ini menambah wawasan pengetahuan kita
15
DAFTAR PUSTAKA
16
17