Anda di halaman 1dari 9

Proses dalam kata pengendalian proses dan industry proses menunjuk pada“cara perubahan”

materi atau energi untuk memperoleh produk akhir. Mengendalikan adalah “memperoleh”
keadaan yang diinginkan dengan cara mengatur variable tertentu dalam sistem. Pengendalian
proses adalah “cara memperoleh” keadaan proses agar sesuai dengan yang diinginkan

Keamanan (safety): menjalankan operasi dengan aman dari suatu proses kimia adalah
persyaratan utama. Sehingga kondisi operasi dilakukan pada Batasan tertentu. • Spesifikasi
produk: suatu pabrik memproduksi produk dengan jumlah dan kualitas produk sesuai yang
diharapkan. • Peraturan lingkungan: memperhatikan peraturan lingkungan, seperti temperatur,
konsentrasi bahan kimia, dan laju aliran keluaran dari pabrik harus dalam Batasan tertentu.

Batas operasional: mempertahankan kondisi tetap dalam batas operasional (operational


constraint) sehingga produktivitas dankualitas produk terjaga. • Keuntungan (profitability):
operasi yang dijalankan harus memperhatikan ketersediaan bahan baku dan kebutuhan produk
oleh konsumen. Selain itu, pemanfaatan bahan baku, energi, tenaga buruh harus optimal. Proses
yang berjalan optimum akan menghasilkan keuntungan maksimum

Piping & Instrumentation Diagram (P&ID) adalah sebuah diagram alir yang menjelaskan isi
proses dalam PFD secara lebih detail. Di dalam P&ID akan dijelaskan detail tentang proses alir
sebuah sistem disertai dengan equipment dan instrument yang ada didalamnya, mulai dari jenis
pipa yang digunakan, alat mekanik yang digunakan, katup (valve) yang digunakan, kontrol
masukan dan keluaran, interfaces, tekanan (pressure) dan lain-lain. P&ID seperti sebuah
rangkuman keseluruhan proses, mulai dari diagram alir, komponen yang digunakan, jenis
komponen, nomer, bahkan hingga kontrol sistem yang ada pada proses tersebut.

PFD adalah sebuah diagram alir yang menggambarkan secara garis besar seluruh proses dalam
sebuah plant, dengan membaca sebuah PFD kita akan lebih mudah memahami bagaimana
sebuah plant pada pabrik atau industri bekerja.

Sensor mengindera suhu minyak keluar, Lalu informasi suhu dari sensor diolah oleh transmitter
dan dikirimkan ke pengendali dalam bentuk sinyal listrik atau pneumatik. Dalam pengendali,
variabel proses terukur dibandingkan dengan setpoint (Tr). Perbedaan antara keduanya disebut
error (e). Berdasar besar error, lamanya error, dan kecepatan error, pengendali suhu (temperature
controller) melakukan perhitungan sesuai algoritma kendali untuk menghasilkan sinyal kendali
(controller output) yang berupa sinyal listrik atau pneumatik yang dikirimkan ke elemen kendali
akhir (final control element biasanya berupa katup kendali atau control valve). Perubahan pada
sinyal kendali menyebabkan perubahan bukaan katup kendali. Perubahan ini menyebabkan
perubahan manipulated variable (laju alir air panas, S).
1. Fungsi Manipulasi Kontrol valve memanipulasi process variable secara langsung dengan
memanipulasi laju alir dari aliran fluida dan secara tidak langsung dengan memanipulasi
variable proses lainnya seperti temperatur fluida, tekanan atau level (tinggi) cairan di
dalam tangki. Dalam industri LNG, kontrol valve memiliki peran yang sangat penting. 2.
Fungsi Distribusi Selain sebagai final control element dalam kontrol proses, kontrol valve
juga memiliki peranan dalam distribusi fluida. Pemindahan cairan proses, dari sumber ke
peralatan tertentu, dilakukan di dalam pipa industri yang dilengkapi dengan control valve.
Sebuah proses distribusi yang terorganisir untuk mencapai hasil yang efisien dan efektif
didukung oleh peran kontrol valve untuk mengatur laju aliran fluida.Controller
merupakan otak pada suatu sistem yang berfungsi sebagai: 1. Membandingkan output
plant (nilai actual) dengan input referensi (set point) 2. Mengirim sinyal yang sesuai ke
elemen control akhir untuk menjaga variable yang dikontrol berada pada set point
2. Aktuator atau driver adalah bagian dari kontrol valve yang terpasang pada body valve
yang dapat disesuaikan dengan posisi dimana valve dipasang ke seat-nya. Pergerakan
valve plug, memungkinkan valve mengatur aliran dari terbuka penuh ke tertutup penuh.
Aktuator memungkinkan pengaturan otomatis oleh valve dapat dilakukan dari jarak jauh
dengan menggunakan sinyal kontrol pneumatik atau listrik.
3. Aktuator pneumatik umumnya dianggap sebagai perangkat penyimpanan energi.
Aktuator pneumatik menggunakan udara yang menggerakkan posisi plug valve dari
sepenuhnya terbuka ke posisi tertutup penuh. Sinyal input dari valve pneumatik
memberikan informasi dari power yang diperlukan untuk mengatur pegas pada valve
yang pada akhirnya mengendalikan seberapa besar valve dibuka/ditutup. Gaya pada
pegas oleh sinyal pneumatik mengubah fungsi pegas dari yang semula menyimpan energi
ke bentuk energi untuk membuka/menutup valve jika sinyal inputnya hilang. Aktuator
valve telah dalam posisi fail to close atau membuka jika sinyal input hilang
4. Terdapat dua macam aktuator valve pneumatic: 1. Fail Open Actuator : actuator akan
membuka penuh jika sinyal input mengalami gangguan/hilang. 2. Fail Close Actuator :
actuator akan menutup penuh jika sinyal input mengalami gangguan/hilang

Cara kerja kontrol valve yang digerakkan dengan pneumatic : 1. Sinyal pneumatik, udara atau
gas, masuk di bagian atas atau bawah diafragma (tergantung pada aksi dari kontrol valve). 2.
Sinyal tekanan menekan diafragma, menyebabkan pelat diafragma, yang terhubung ke valve
stem, bergerak ke arah plug, yang akhirnya menggerakkan plug ke atas atau ke bawah 3. Ketika
plug bergerak naik atau turun maka akan ada hambatan pada port (lubang) yang mengakibatkan
aliran fluida yang lebih rendah atau lebih besar pada sistem pemipaan. 4. Karakteristik valve
dapat dimodifikasi dengan menggunakan kombinasi desain plug dan cage.

Body control valve mengontrol kecepatan aliran fluida melalui valve untuk mengontrol atau
memanipulasi proses. Kontrol suhu, tekanan, aliran dan level, semua dapat diatur menggunakan
kontrol valve, dimana pengaturan aliran dilakukan pada body kontrol valve. Hal ini dilakukan
dengan memvariasikan posisi valve plug dalam body valve.

Final Control Element dibagi menjadi 2 yaitu: 1. Final control element untuk pengendalian
ON/OFF Ex : Solenoid valve, Heating element, Electrical contactor dll 2. Final control element
untuk pengendalian continue Ex : Control valve dll Dengan menggunakan pengendali P ; PI ; PD
atau PID

Final Control Element dibagi menjadi 2 yaitu: 1. Final control element untuk pengendalian
ON/OFF Ex : Solenoid valve, Heating element, Electrical contactor dll 2. Final control element
untuk pengendalian continue Ex : Control valve dll Dengan menggunakan pengendali P ; PI ; PD
atau PID

Kontrol PID akan secara otomatis menggunakan mekanisme umpan balik yang sering digunakan
pada system kontrol di industry. Kontrol PID akan terus melakukan perhitungan secara continue
nilai kesalahan sebagai pembanding (feedback) dengan set point yang telah ditentukan.
Kontroller akan mencoba meminimalkan nilai kesalahan setiap waktu dengan penyetelan
variable control seperti posisi control valve atau pada elemen pemanas.

Kontrol P jika G(s) = kp, dengan k adalah konstanta. Jika u = G(s) . E maka u =Kp . e dengan Kp
adalah konstanta Proporsional. Kp berlaku sebagai Gain (penguat) saja tanpa memberikan efek
dinamik kepada kinerja kontroler. Penggunaan control P memiliki keterbatasan karena sifat yang
tidak dinamik ini. Walaupun demikian dalam aplikasi-aplikasi dasar yang sederhana control P ini
cukup mampu untuk memperbaiki respon transien khususnya rise time dan setting time.

Pengontrol Integral berfungsi menghasilkan respon system yang memiliki kesalahan keadaan
mantap nol (Error Steady State = 0). Jika sebuah pengontrol tidak memiliki unsur integrator,
pengontrol proporsional tidak mampu menjamin keluaran system dengan kesalahan keadaan 0.
Kontrol I dapat memperbaiki sekaligus menghilangkan respon steady state, namun pemilihan Ki
yang tidak tepat dapat menyebabkan respon transien yang tinggi.

Kontrol D tidak dapat berdiri sendiri Kontrol D hanya berubah saat ada perubahan error sehingga
saat error statis control ini tidak akan bereaksi, hal ini juga yang menyebabkan kontroler D tidak
dapat dipakai sendiri
HUMAN MACHINE INTERFACE
Instrumentasi Safety ➢ Pendahuluan ➢ Filosofi sistem shutdown ➢ Fire and Gas System
(FGS) ➢ Safety Shutdown System (SSS) ➢ Penerapan Safety Integrated Level (SIL) ➢ Gas
Detector ➢ Katup Relief (Pressure Safety Valve) ➢ Proteksi untuk Lokasi Berbahaya

Safety Shutdown System (SSS) adalah salah satu jenis PLC yang berfungsi sebagai alat
pengamanan di dalam industri proses. Secara garis besar, SSS mampu mendeteksi kesalahan
yang terjadi dan kemudian mengambil tindakan untuk menginisiasi Emergency Shutdown (ESD)
level 1, 2 atau 3

Safeguarding system yaitu suatu sistem instrumentasi yang berfungsi mendeteksi variabel-
variabel proses yang berhubungan dengan peralatan proses, apabila variable-variable tersebut
tidak terkendali dan membahayakan peralatan proses maka sistem akan menghentikan proses
untuk menghindari terjadinya kerusakan pada peralatan proses. Sistem safeguarding sangat
penting dalam industri untuk menjaga bahaya kebakaran atau kerusakan peralatan lain seperti
motor-motor listrik, mesin turbin dan peralatan proses yang lain. Yang termasuk safeguarding
system antara lain safety valve, relief valve, alarm system, peralatan pengolah limbah, pendeteksi
polusi udara, gas detector, Flame cell. Oleh karena itu instrumentasi sangat penting dalam
industri untuk menjaga keselamatan (safeguarding system).

(Emergency Shutdown System) ESD biasanya berdasarkan Cause & Effect Chart, tabel dimana
dijabarkan akibat yang ditimbulkan, misalkan dari api/kebakaran akan menyebabkan shutdown
seluruh plant atau hanya satu sistem saja. Di dalam ESD, terdapat tingkatan-tingkatan ESD yang
dapat menyebabkan efek mulai dari yang ringan sampai ke tingkat yang fatal. Sistem ESD
biasanya didesain dengan fail safe. Maksudnya, ESD pada kondisi normal energized, sedangkan
pada kondisi abnormal de-energized (SDV akan Fail Close, BDV akan Fail Open). Sebenarnya
nama ESD secara internasional sudah diganti dengan Safety Instrumented System (SIS).

Prinsip kerja ESD adalah ESD menerima input dari detektor yang dipasang untuk mendeteksi
masalah selama proses berlangsung, seperti tekanan yang tinggi, level yang rendah, pendeteksi
pada gas dan lain sebagainya.

Combustible gas detectors (detektor gas yang mudah terbakar) adalah peralatan keselamatan
dasar yang diperlukan bila teridentifikasi adanya gas yang mudah terbakar di dalam area kerja.
Auto-ignition temperature dan Lower Explosive Limit (LEL) menggambarkan tentang potensi
bahaya dari gas mudah terbakar. Auto ignition temperature adalah suhu terendah di mana gas
yang mudah terbakar bisa dinyalakan secara spontan (pembakaran diri berkelanjutan), tanpa
adanya sumber penyalaan. Sementara itu, Lower Explosive Limit atau LEL adalah konsentrasi
terendah gas yang mudah terbakar di udara yang akan menyebarkan api ketika terkena sumber
pengapian.

Ada tiga jenis detektor gas yaitu tipe katalitik dan infrared. Katalitik Tipe pertama adalah
elektrokatalitik (manik-manik katalitik), yang juga disebut jenis pasif gas detektor. Jenis
elektrokatalitik banyak digunakan di berbagai industri dan umumnya digunakan sebagai detektor
pada satu titik dimana terdapat gas mudah terbakar.

Pemancar dan Detektor Inframerah Sistem akan bekerja jika sinar inframerah yang dipancarkan
terhalang oleh suatu benda yang mengakibatkan sinar infra merah tersebut tidak dapat terdeteksi
oleh penerima Pemancar yang digunakan pada system ini terdiri atas sebuah (LED). LED adalah
suatu bahan semikonduktor yang memancarkan cahaya monokromatik yang tidak koheren ketika
diberi tegangan maju. Receiver (penerima) yang digunakan oleh sensor inframerah adalah jenis
fototransistor

Open Path Gas Detector (OPGD) Prinsip kerja OPGD (Gambar 11.5) hampir sama dengan tipe
infrared yaitu dengan menggunakan pengetahuan akan fenomena penyerapan gelombang
infrared yang paling maksimum pada sekumpulan gas hydrocarbon Instrumen perdeteksian
kehadiran gas hydrocarbon menggunakan 2 buah gelombang infrared yang berdekatan, yaitu
referens dan pengukuran.

1. Venting Vent adalah alat untuk membuang gas, udara, atau uap air. Sistem pembuangan
ini terdapat pada pipa atau equipment. Vent dikategorikan kedalam 2 jenis penggunaan,
yaitu: "bekerja" dan "tidak bekerja". Untuk Vent dengan kategori "bekerja", yaitu bahwa
peralatan ini digunakan pada pipa atau equipment dalam keadaan kerja untuk jangka
waktu lama atau terus-menerus. Vent dengan kategori "tidak berkerja" hanya digunakan
pada waktu tertentu saja, misalnya saat pengetesan, start-up atau shutdown.
2. 2. Flare Flare system adalah sistem yang didesain untuk sebagai alat pembuangan
gas/fluida yang tidak terpakai dengan proses pembakaran

Anda mungkin juga menyukai