Anda di halaman 1dari 18

Proses Kendali Level Pada Ammonia Flash Tank

(204 Kk) Dan Elemen-Elemen Pengendali Di


Dalamnya

I. PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang
Sistem kendali sangat diperlukan dalam dunia industri terutama industri

pengolahan bahan baku yang mengandalkan kontrol proses. Perkembangan system


kendali saat ini dipengaruhi oleh beberapa faktor sebagai berikut:
Kebutuhan industri akan teknologi yang lebih maju dan mudah dioperasikan,
karena bertambahnya ukuran, kapasitas dan kompleksitas proses produksi.
Perkembangan teknologi DCS pada sistem skala besar dan sistem instrumentasi
yang mengarah pada pengendalian kontrol proses.
PT. Multi Nitrotama Kimia (MNK) Cikampek sebagai suatu industri
pengolahan bahan baku (ammonium nitrat) merupakan salah satu indutstri yang
menggunakan sistem kendali otomatis dalam proses produksinya. Sistem kendali
otomatis sangat diperlukan dalam operasi-operasi industri misalnya untuk
pengontrolan tekanan, temperature, level, kelembapan, viskositas dan laju alir dalam
proses produksi. Otomatisasi saat ini tidak hanya diperlukan sebagai pendukung
keamanan operasi, faktor ekonomi maupun mutu produksi namun telah menjadi
suatu kebutuhan pokok bagi proses industri.
Dalam proses produksi ammonium nitrat terdapat 2 plant utama yaitu NA
(Nitric Acid) plant dan AN (Ammonium Nitrat) plant. NA plant merupakan plant
untuk produksi nitrit acid (asam nitrat). Sedangkan AN plant merupakan plant untuk
produksi ammonium nitrat yang merupakan lanjutan dari NA plant. Pengendalian
level tangki 204KK merupakan proses paling awal pada AN plant. Terdapat elemenelemen pengendali atau sistem instrumentasi yang berperan dalam pengaturan level.
1.2 Tujuan
Tujuan dari tugas ini adalah untuk mempelajari secara khusus mengenai
proses level control pada ammonia flash tank (204KK) di PT. MNK dan sistem
instrumentasi di dalamnya.

1.3 Pembatasan Masalah


Makalah ini hanya untuk mempelajari secara khusus mempelajari proses
level control pada ammonia flash tank (204KK) di PT. MNK Cikampek dan sistem
instrumentasi di dalamnya tidak mempresentasikan tentang:
1.Estimasi pemodelan dan respon sistem pada kendali level
2.Metode tuning yang digunakan
3.Pemorgraman DCS pada loop kendali level
4.Installasi dan kalibrasi pada instrumentasinya
5.Kegagalan dan penanganan dalam proses kendali
6.Sistem interlock dan safety
7.Teknologi DCS secara detail.
8.Sistem ketenagaan (power supply)

AI.
2.1

DASAR TEORI

Sistem Instumentasi
Secara definisi ada yang memberikan pernyatan mengenai pengertian dari

instrumentasi yang berbunyi Instrumentation is technology of using instrument device to


measure and to control phsical and chemical properties material, yang artinya
instrumentasi adalah suatu teknologi dalam menggunakan alat/instrumen untuk mengukur
dan mengendalikan sifat-sifat fisis dan kimia dari suatu bahan. Dari definisi tersebut jelas
bahwa dalam instrumentasi terdapat dua kegiatan yang merupakan prinsip dasar
instrumentasi yaitu mengukur dan mengendalikan. Di mana kualitas hasil pengukuran akan
sangat menentukan hasil dari pengendalian.
Di PT MULTI NITROTAMA KIMIA Cikampek, parameter utama yang selalu
diukur antara lain: suhu (temperature), aliran (flow), tekanan (pressure), tinggi permukaan
(level). Gabungan serta kerja alat-alat pengendalian otomatis ini dinamakan sistem
pengendalian, sedangkan semua peralatan yang membentuk sistem pengendalian disebut
instrumentasi sistem kendali.
2.2 Istilah Dalam Instrumentasi
Beberapa istilah yang sering digunakan di dalam bidang pengendalian proses antara
lain, yaitu:
1. Pengendalian
adalah pekerjaan dengan tujuan utama membuat agar sesuatu yang dapat keluaran disini
adalah besaran output dari suatu proses yang bisa terukur dan bisa disebut dengan
variabel proses.
2. Proses
Adalah rangkaian peralatan yang mempunyai suatu fungsi tertentu. Dan masing-masing
mempunyai perilaku dan dinamika yang berlainan. Tergantung karakteristik elemenelemen yang dimiliki.
3. Set point
Adalah nilai acuan yang diberikan oleh operator, dengan tujuan agar variable proses
selalu berusaha menyamakan ke nilai tersebut.
4. Controller variable
Adalah besaran proses yang dikendalikan. Besaran ini diukur dari kondisi atau hasil
proses, sehingga disebut juga process variable.

5. Manipulated Variable
Adalah variable masukan suatu proses atau keluaran dari pengendali yang besarnya
dapat berubah-ubah (dimanipulasi) agar keluaran proses sama besarnya dengan
acuannya (set point).
6. Disturbance (gangguan proses)
Merupakan besaran yang tidak kita kehendaki, yang dapat menyebabkan berubahnya
keluaran proses pada kondisi set point tetap. Istilah gangguan ini biasa disebut dengan
load atau beban.
7. Sensing Element
Bagian ini biasa disebut dengan sensor atau primary element. Elemen ini merupakan
bagian ujung paling depan pada suatu sistem pengukuran yang fungsinya mengubah
besaran-besaran fisik menjadi besaran lainnya.
Contoh : thermocouple, orifice, dll.
8. Transmitter
Adalah alat yang berfungsi untuk membaca sinyal sensing elemen, dan mengubahnya
menjadi sinyal yang dapat dimengerti oleh controller.
9. Tranducer
Adalah alat pengubah sinyal, biasanya rancu dengan istilah transmitter. Transducer
disini digunakan untuk mengartikan sebagai alat pengubah dari besaran satu ke besaran
lainnya.
Contoh : I/P transducer adalah alat pengubah dari besaran arus listrik ke tekanan udara,
yang merupakan kelengkapan sebuah control valve.
10.

Control Valve

Adalah alat untuk mengatur besaran proses dengan cara membuka atau menutup dengan
menggunakan penggerak angin instrument atau elektrik yang diatur controller. Untuk
control valve dengan penggerak angin instrument ada dua jenis control valve yaitu
ATO/FC (Air To Open/Failure Close) dan ATC/FO(Air To Close/Failure Open).
11.

Positioner

Alat ini berfungsi sebagai buffer atau penguat agar kerja dari control valve lebih cepat.
2.3 Sinyal Instrumentasi
Di dalam ilmu instrumentasi industri dikenal istilah sinyal. Sinyal yaitu besaran
yang saling menghubungkan suatu instrumen dengan instrumen lainnya. Sinyal tersebut
bisa berupa sinyal keluaran maupun masukan dari instrumen-instrumen pengukuran,
instrumen pengendali, maupun instrumen pengendali akhir. Sistem transmisi dapat berupa
sinyal pneumatik dan sinyal elektrik. Adapun sinyal sinyal tersebut memiliki standar yang

digunakan di dunia internasional.


Sinyal pneumatik standar instrumentasi yaitu sebesar 3-15 psi atau 0.2-1 kg/cm 2.
Sementara sinyal elektrik standar instrumentasi yaitu sebesar 1-5 VDC atau 4-20 mA.
Sinyal inilah yang biasanya dipergunakan dalam suatu instrumen, baik sebagai masukan
dari instrumen maupun sebaiga keluaran dari instrumen tersebut.
Di dalam instrumentasi juga dikenal konversi sinyal. Konversi sinyal yaitu
mengubah suatu sinyal ke dalam sinyal yang lain yang dapat dimengerti oleh alat
instrumen itu sendiri, alat itu disebut converter, namun dalam instrumen dikenal dengan
sebutan transducer. Alat ini bisa berupa pengubah sinyal pneumatik ke sinyal elektrik atau
biasa disebut P to I (P/I) Transducer. Sebaliknya alat yang mengubah sinyal elektrik ke
sinyal pneumatik disebut I to P (I/P) Transducer.

BI. PROSES KENDALI LEVEL AMMONIA FLASH TANK (204 KK)


DAN ELEMEN-ELEMEN PENGENDALI DI DALAMNYA
Pada tahapanya operasi pembuatan ammonium nitrat terbagi atas 2 tahap, yaitu:
1. Tahap operasi basah (wet section)
2. Tahap operasi kering (dry section)
Proses yang menjadi bahan laporan ini merupakan tahap awal dari wet section
yaitu tahap pembentukan ammonia cair menjadi ammonnia gas.
Ammonia di sini merupakan ammonia yang masih dalam keadaan cair dengan
konsentrasi 99.7% yang kemudian dilewatkan ke alat penguap untuk diubah menjadi
ammonia gas dengan merubah fasanya, caranya dengan melewatkan ammonia liquid pada
komponen penguap yang disebut vaporizer.
Serangkaian proses penguapan ini terdiri atas dua tahap yaitu pada ammonia flash
tank (204KK) dan ammonia vaporizer (203KE).
Pada saat uap air basah berada pada di fase saturasinya dan berada pada
temperatur serta tekanan tertentu, akan mengalami penurunan temperatur secara instan
apabila ia secara tiba-tiba dikeluarkan ke area bertekanan rendah. Sebagai akibat dari
penurunan temperatur ini akan terjadi pelepasan energi panas oleh kondensat membentuk
uap air yang biasa disebut flash steam. Sebagian lagi mengalami kondensasi dan
membentuk kondensat. Flash tank menggunakan media kerja uap air bertekanan tinggi
seperti boiler. Karena bahan yang digunakan adalah ammonia, maka perlu digunakan
pengendalian tekanan pada ammonium flash tank. Mengingat sifat dari gas adalah
memenuhi ruangan, sehingga apabila tidak dikendalikan pada tekannannya maka akan
berbahaya.
Ammonia flash tank (204KK) berfungsi sebagai penampung sementara awal
ammonia cair dengan konsentrasi 99.7% dan menurunkan tekanan kondensat maupun air
secara cepat. Pada tahap awal ini merupakan tahap yang cukup penting dalam pengubahan
ammonia cair yang akan diubah ke dalam bentuk gas dengan konsentrasi 99.9%. Dengan
bantuan flash tank atau penampung sementara ammonia cair dari ammonia storage tank
(151KK) yang kemudian dipompakan ke ammonia vaporizer (203KE). Dari vaporizer
terbentuklah gas ammonia dengan konsentrasi 99.9%. Gas tersebut dimasukkan ke dalam
pipe reactor (206KK) yang kemudian diolah untuk mencapai karakteristik standar yang
dibutuhkan untuk dapat dijadikan ammonium nitrat.
Agar suplai ammonia cair ke ammonia vaporizer (203KE) tetap stabil, dipasang
loop level control untuk menstabilkan proses di ammonia vaporizer (203KE). Loop level

control terpasang pada tangki ammonia flash tank (204KK).

Gambar 3.1 Loop level

IV. ELEMEN-ELEMEN YANG BERADA PADA LOOP LEVEL

(LIC

201)
Feed yang masuk pada ammonia flash tank adalah ammonia dengan fase gas,
maka diperlukan alat yang dapat melakukan pengisian, pengosongan dan mengontrol level
gas yang terdapat pada tangki-tangki tersebut secara otomatis. Level Indicator Controller
adalah jawaban dari semua itu. Alat ini menggunakan PC sebagai pusat dari keseluruhan
system dan memanfaatkan sensorsensor untuk mengetahui tingkat level gas yang berada
di dalam tangki. Data dari sensor akan dikirimkan ke PC untuk diolah sehingga dengan
adanya alat ini volume atau level dari ammonia dapat dipantau dengan baik. Sedangkan
Level Controller (LC) adalah alat/instrumen yang dipakai untuk mengatur ketinggian
(level) cairan dalam suatu alat dimana cairan tersebut bekerja. Pengukuran tinggi
permukaan cairan dilakukan dengan operasi dari sebuah control valve, yaitu dengan
mengatur rate cairan masuk atau keluar proses
Di dalam suatu Loop Level tersebut digambarkan terdapat blok-blok bagian
penting yang berfungsi antara lain control unit atau controller lalu measuring drive unit
atau final control element serta measuring element dan transmitter yang masing-masing
mempunyai fungsi yang berbeda-beda dan bekerjasama untuk bisa mendapatkan hasil
pengukuran yang sama dan meminimalisir errror.
4.1 Sensing Element
Sensing element pada pengendalian level ini adalah sensor perbedaan tekanan
(differential pressure sensor) dengan seri DPharp (Differntial Pressure high accuracy
resonant pressure) produksi dari YOKOGAWA.

Gambar 4.1 Konstruksi Dpharp Sensor

Inti dari Dpharp adalah dua resonator bentuk H. Terletak pada sensor itu sendiri,
dua jembatan beresonansi pada frekuensi alaminya yaitu 90 kHz yang membuat sensor
tetap stabil untuk periode waktu yang lama.
Kapan pun tekanan terdeteksi, tekanan tersebut memaksa pusat jembatan menjadi
menegang dan jembatan terluar menjadi mengendur. Hasilnya frekuensi resonansi berubah,
yang satu bertambah dan yang lainnya berkurang. Sebuah mikroprosesor menghitung
perbedaan perubahan pada frekuensi resonansi yang sebanding dengan tekanan yang
diterapkan.
4.2 Transmitter
Level transmitter adalah perangkat instrumen yang digunakan untuk mengirimkan
arus sinyal ke DCS (DistributedControlSystem) atau ke kontroler, keluaran yang
dikirimkan biasanya berupa arus sebesar 4-20 mA.
Transmitter yang digunakan pada pengendalian level pada ammonia flash tank
(204KK) adalah differential pressure transmitter model EJA110A buatan YOKOGAWA.
Pada transmitter ini terdapat sensor tekanan Dpharp seperti yang telah dijelaskan di atas.

Gambar 4.2 Differeential transmitter

Transmitter ini dapat digunakan pada industri minyak dan gas, pertambangan,
kimia, pembangkit, besi dan baja. Kemampuan differential pressure transmitter model
EJA110A dapat digunakan untuk mengukur cairan, gas, aliran steam sebaik ketinggian
cairan, densitas dan tekanan.
Transmitter ini memiliki sinyal output 4-20 mA DC berdasarkan beda tekanan
yang terukur.

Tabel 4.1 Spesifikasi Differential transmitter


Instrument

Differential transmitter

type

(electric)
YOKOGAWA ELECTRIC

Manufacturer
Model/ Type
No
Serial No
Accessory
Calibration
Details
Input

CORPORATION
EJA110-DM54B82DB/XI/D4/T02/Z
F570 FC 267
3 valve manifold

0-1250 mmH2O
4-20

Output
Indication
Supply

mA
0-100% linear

voltage

24 VDC 2 wire system


Digital Manometer

Test Tool
Used

1. 2655-12
Digital Multimeter
2. 7544-01

Tabel 4.2 Kalibrasi Transmitter


Input
(%)

Actual
mmH2O

Output
mA

DCS
Indication

reading

0
50
100
100
50
0

0.00
625.00
1250.00
1250.00
625.00
0.00

4.003
11.999
20.004
20.004
12.000
4.007

0.0
50.0
100.00
100.00
49.90
0.0

0.0
49.0
100.1
100.1
50.0
0.1

4.3 Control Station


Sinyal-sinyal yang datang dari transmitter, dapat berupa sinyal analog (4-20 mA)
dan digital (on-off) di proses dalam control room. Di control room terdapat beberapa
station yaitu:
1. Analog I/O Station
Kabinet analog ini berfungsi sebagai penerima sinyal analog dari field (lapangan)
sebagai input dan juga pengirim sinyal analog ke field (lapangan) sebagai output. Sinyal
analog di sini adalah sinyal standar 4-20 mA.
2. Digital I/O Station
Kabinet digital ini berfungsi sebagai penerima sinyal digital dari lapangan (field)
sebagai input dan juga pengirim sinyal digital ke lapangan (field) sebagai output. Sinyal
digital adalah sinyal on-off yang bisa berupa relay. Sinyal digital di sini di bagi menjadi 2
yaitu:
a. Wet contact
Wet contact adalah metode memutus dan menyambung sinyal tanpa contactor.
Dalam kasus ini menyambung adalah mengirimkan sinyal 24 V DC dan memutus
adalah mengirimkan sinyal 0 V DC.
b. Dry contact
Dry contact adalah metode memutus dan menyambung sinyal dengan
menggunakan contactor. Kelebihan dari metode ini adalah bisa memutus dan
menyambungkan sinyal dengan bermacam-macam variasi tegangan.
3. Field Control Station (FCS)
FCS yang digunakan adalah model CENTUM CS 1000 diproduksi oleh
YOKOGAWA. FCS terhubung ke FCS lain dan ke human interface station (HIS) dan
station lainya dan juga gateways melalui Vlnet. Komunikasi melalui Vlnet memungkinkan
database FCS didownload dan bermacam-macam penyetelan FCS dapat dilakukan dan
dibaca pada sebuah HIS. FCS juga memungkinkan sebuah HIS memberitahukan alarm.
FCS dilengkapi dengan jumlah modul input/output (I/O) yang berbeda yang
menghubungkan ke berbagai sinyal input/output analog dan digital. Sinyal tersebut
diperoleh modul I/O sebagai input processing, perhitungan kontrol, operasi logic, dan
output processing sebelum dikeluarkan dari I/O modul FCS.

4.4 Valve Positioner


Valve positioner yang dipakai pada loop level ammonia flash tank (204KK)
adalah Model YVP110 FOUNDATION fieldbusTM. Beberapa aplikasi, tekanan 0.2 1 bar
pada ruangan diapraghm tidaklah cukup untuk menangani gesekan dan perbedaan tekanan
yang tinggi. Kontrol tekanan yang lebih tinggi dan pegas yang lebih kuat dapat digunakan,
tapi pada praktiknya solusinya adalah dengan positioner. Positioner biasanya dipasang
pada yoke atau pilar aktuator, dan dihubungkan ke gelendong aktuator dengan lengan
feedback untuk mengetahui posisi valve. Positioner memerlukan tekanan yang tinggi untuk
mengatur posisi valve. Positioner pada loop level ammonia flash tank (204 KK) ini
memiliki supply sebesar 280 Kpa dan outputnya 80 200 Kpa.
Positioner YVP110 meminimalkan keterlambatan transmisi (transmission lag),
menambah karakteristik valve dan responyya dan mengurangi efek variasi aliran tekanan.

Gambar 4.3 Valve Positioner

4.5

Control Valve
Final control element pada loop level ammonia flash tank adalah control valve

tipe globe valve model 3889 produksi MOTOYAMA. Mempunyai gerakan stem dan plug
yang bergerak throttle pada 0 100% dengan aksi failure close/Air to Open (ATO) dan
karakteristik linear. Untuk input control valve ini di desain menggunakan input range
sebesar 240 Kpa atau 12 30 psi dengan bukaan valve 0 100%. Karena aliran fluida
(ammonia cair) yang dipompa dari pump 151KH A/B alirannya sangat cepat, maka
digunakan input besar untuk menanggulangi lag time proses.

Gambar 4.4 Control Valve

Tabel 4.3 Spesifikasi Control Valve


Type of
Valve
Air Failure

Globe type

Action
Manufactu

Close
MOTOYAMA
ENG.WORKS.

rer

LTD
Model/ Type
No
Serial No
Calibration

3889
578647

Details
Input
Rate travel

DC 4-20 mA

(mm)
Stem travel

15
Open to close

speed

2.1
Close to open

(sec)
Supply

4.05

voltage for

AC 110 V, 50
Hz

solenoid
Test Tool
Used

ALTEK 134

Tabel 4.4 Kalibrasi Control


Valve
Actu
Input
(%)

al
input

Opening

Remarks

mA
No
0
0
50

4
12

No move
0%
50%

move
Full
close
Full

100
50

20
12

100%
50%

open
Full

4
0

0%

close
No

No move

move

V. KESIMPULAN
1. Proses kontrol level pada ammonia flash tank (204 KK) merupakan proses awal
pembentukan ammonium nitrat pada wet section.
2. Tujuan kontrol level pada ammonia flash tank (204 KK) adalah untuk mengatur
masuknya aliran ammonia cair dari ammonia storage tank (151KK) secara stabil agar
pengolahan pembentukan konsentrasi tidak terus bercampur dengan volume fluida
yang baru.
3. Pembacaan level pada ammonia flash tank (204 KK) dilakukan dengan differential

pressure transmitter tipe EJA110 produksi YOKOGAWA.


4. Perhitungan level diperoleh dari perbedaan tekanan high dan low pada pembacaan
differential pressure transmitter.
5. Perhitungan dan aksi kontrol dilakukan oleh control station dan ditampilkan pada
human interface station (HIS).
6. Aktuator pada kontrol level pada ammonia flash tank (204 KK) adalah globe valve
singgle seat produksi MOTOYAMA.
7. Untuk mengetahui posisi valve digunakan alat bantu yang disebut valve positioner
yang dipasang pada yoke globe valve.
8. Valve positioner juga berfungsi untuk menambah kepresisian posisi valve dan
mengurangi waktu keterlambatan.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.

24.
25.

Proses Kendali Level Pada Ammonia Flash Tank

(204 Kk) Dan Elemen-Elemen Pengendali Di Dalamnya


26.

27.
28.
29. Disusun Oleh:
30. Kelompok 5
1. Elisabeth Kunti S

NIM 1114007

2. Noranda Jelfano

NIM 1114025

3. Abdul Bashiir

NIM 1114031

4. Thufail

NIM 1114032

5. Drajat Dzilfikri

NIM 1114034

31.
32.
33.
34.

35.JURUSAN TEKNIK KIMIA


36.FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
37.INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL MALANG
38. 2014

Anda mungkin juga menyukai