Anda di halaman 1dari 7

ANALISA KEHANDALAN KONTROL PADA VESEL 240V117 DI LOC III

PT. PERTAMINA RU IV CILACAP

Roron Wicaksono

Abstrak. PT. PERTAMINA RU IV Cilacap merupakan salah satu industri yang menggunakan sistem
kendali otomatis dalam proses produksinya. Selama ini kebanyakan industri besar menggunakan
metode kontrol PID dan on-off. Metode kontrol tersebut biasanya sudah diaplikasikan pada kontrol
berbasis komputer yaitu Distributed Control System (DCS). Namun demikian terkadang dalam
penggunaannya dalam lapangan kontrol tersebut masih kurang handal, dikarenakan oleh beberapa
faktor antara lain faktor luar seperti hujan, getaran dan Faktor yang lain adalah karena parameter
kontrol yang kurang ideal. Vesel adalah salah satu perangkat yang ada pada setiap unit yang ada di
PT.PERTAMINA RU IV Cilacap yang berfungsi untuk tempat penampungan sementara hasil proses
yang kemudian akan diproses kembali atau disimpan di storage sesuai dari keinginan proses.
Sehingga pada vesel tersebut perlu dikontrol untuk menjaga proses tetap lancar. Salah satu contoh
kontrol pada vesel adalah kontrol level dan kontrol flow. Namun demikian masih ada vesel yang
dikontrol secara manual dengan alasan tertentu, hal tersebut membuktikan bahwa kontrol tersebut
tidak ideal. Disini penulis mencoba menganalisa kehandalan kontrol secara off-line untuk mencari
parameter P dan I pada vesel 240V117 agar kontrol menjadi lebih stabil dan dapat mengatur plant
labih baik

Kata kunci : vessel, parameter control, tuning ziegler nichols

PT. PERTAMINA RU IV Cilacap merupakan menerus sesuai dengan perubahan proses,


salah satu industri yang menggunakan sistem sehingga hal tersebut tidak efisien. Jadi pada
kendali otomatis dalam proses produksinya. kesempatan ini penulis mencoba mencari
Saat ini, setiap unit produksi yang terdapat di parameter kontrol level dan flow pada vessel
Kilang Pertamina RU IV Cilacap dilengkapi 240V117 secara off-line dengan dengan
dengan instrumentasi dan sistem kendali yang menggunakan simulasi pada matlab.
dapat mendukung kualitas dan kuantitas hasil
produksi yang diharapkan. PT. PERTAMINA RU IV CILACAP
Sistem kendali sangat diperlukan dalam PERTAMINA didirikan pada tahun 1972
dunia industri dan memegang peranan penting berdasarkan pada Undang-Undang Republik
untuk pengendalian proses produksi. Indonesia No.8 tahun 1972. PERTAMINA
Perkembangan system kendali saat ini merupakan penggabungan dari PN Pertamin dan
dipengaruhi oleh beberapa factor sebagai PN Permina pada tahun 1968. Berdasarkan
berikut: Peraturan Pemerintah No. 31 Tahun 2003
 Kebutuhan user (industri) akan teknologi sebagai amanat dari Pasal 60 Undang-Undang
yang lebih maju dan bersifat user friendly No. 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas
karena bertambahnya ukuran, kapasitas Bumi serta Akta Pendirian PT (Persero)
dan kompleksitas proses produksi. PERTAMINA yang dilakukan oleh Menteri
 Perkembangan teknologi elektronika dan Keuangan, dilaksanakan pengalihan Badan
komputerisasi yang mengarah pada Hukum serta pengalihan Direksi dan Komisaris.
penggunaan teknologi digital PERTAMINA RU IV Cilacap terletak di desa
Pada vesel 240V117 di unit LOC III Lomanis, Kecamatan Cilacap Tengah,
kendali level dan flow dilakukan secara manual Kabupaten Cilacap.
karena pada kondisi set point tertentu respon Loc III (Lube Oil Complex III)
keluaran system tidak dapat mengikuti set point dibangaun pada Proyek Debottlenecking RU IV
dan berosilasi. Pada mode control manual Cilacap pada awal oktober 1998 yang
operator akan memberikan set-point terus dilaksanakan oleh Flour Daniel dan perancang
1
dan sekaligus pemilik lisensi adalah SIPM pengukur yang digunakan pada sistem kontrol
(Shell International Petroleun Maatschppij). aliran pada vesel ini adalah jenis diferensial
Tujuan didirikannya kilang minyak ini untuk pressure yaitu plate orifice.
memenuhi kebutuhan BBM di Indonesia yang Sedangkan pengukuran level ada dua
semakin meningkat. Pada Loc III dibagi macam, yaitu secara langsung yaitu dengan
menjadi 3 unit yaitu Propane Despalting Unit, visual menggunakan gauge stik yang berskala
Metyhl Etyhl, Ketone Dewaxing Unit, dan dan pengukuran yang tidak langsung yang
Hydrotreating Unit. menggunakan prinsip gerakan pelampung,
hidrostatic head dan konduktivitas listrik.
Transmiter
Transmitter adalah individual instrument
LOC III

yang berfungsi mengukur nilai flow, level,


pressure untuk selanjutnya mengubah sinyal
pengukuran standard yang sebanding dengan
arus listrik searah 4-20 mA, tegangan 1-5 V
atau sinyal pneumatic 3-15 psi atau 0,2-1
kg/cm². Transmitter dan sensor bersama-sama
Gambar 1. Lokasi LOC III melaksanakan proses pengukuran pada suatu
sistem kontrol.
SISTEM INSTRUMENTASI DAN
KENDALI DI LOC III
Teori Pengukuran
Kata pengukuran berasal dari kata ukur,
diartikan sebagai hal-hal yang berhubungan
dengan pengindraan suatu parameter dan
variable proses. Dengan menggabungkan kedua
pengertian tersebut, maka didapat definisi
sistem pengukuran, yaitu susunan beberapa Gambar 3. Contoh Flow transmitter
komponen fisik yang dihubungkan sedemikian
Control Valve
rupa yang dapat menginra parameter-parameter Valve adalah suatu peralatan mekanis
dan variable proses. yang melaksanakan suatu akasi untuk
mengontrol atau memberikan efek terhadap
Gambar 2. Blok diagram pengukuran suatu aliran fluida di dalam suatu system
perpipaan atau peralatan. Valve umumnya
Sistem Instrumentasi dihubungkan dengan pipa, fiting , vessel, tangki
Di PT PERTAMINA (Persero) RU IV dan lain-lain, dimana ujung-ujung dari bodinya
Cilacap parameter utama yang selalu diukur mempunyai sambungan berupa fleas, ulir
antara lain: suhu (temperature), aliran (flow), (screwed), las (but socket welding).
tekanan(pressure), tinggi permukaan (level). Sebuah control valve terdiri atas dua
Gabungan serta kerja alat-alat pengendalian bagian dasar yaitu actuator dan valve. Bagian
otomatis ini dinamakan sistem pengendalian, actuator adalah bagian yang mengerjaan gerak
sedangkan semua peralatan yang membentuk buka tutup valve. Dan bagian valve adalah
sistem pengendalian disebut instrumentasi komponen mekanis yang menentukan besarnya
sistem kendali. Kedua hal ini saling flow yang masuk ke proses. Dalam kesatuannya
berhubungan, tetapi keduanya memiliki hakekat sebagai unit control valve maka actuator dan
yang berbeda. valve harus melakukan tugas koreksi
Instrument Pengukur berdasarkan sinyal manipulated variable yang
Parameter yang diukur pada sistem ini keluar dari controller. Berikut gambar bentuk
adalah aliran dan level vesel. Instrument umum dari sebuah control valve:
2
Aksi Kontrol
Aksi kontrol yang digunakan pada
pengontrolan vesel ini adalah Proporsional
Integral. Bentuk diagram blok dari
pengendali tersebut adalah sebagai berikut:

Gambar 4. Control Valve


Kombinasi actuator dan valve berfungsi
untuk menciptakan action dari pada control
Gambar 6. Diagram blok kontrol proporsional &
valve yaitu: Air To Open / ATO dan Air To
integral
Close / ATC.
 Air To Close / ATC : apabila mendapat Sifat pengendali P yang selalu
signal input, maka control valve akan meninggalkan offset dapat ditutupi oleh
menutup. Semakin besar sinyal masukan kelebihan pengendali I, sedangkan sifat
yang diterima maka semakin besar pula pengendali I yang lambat dapat ditutupi oleh
gerakan stem kebawah. kelebihan pengendali P. Sehingga pengendali PI
 Air To Open / ATO: apabila mendapat memiliki respon yang lebih cepat dari
signal input, maka control valve akan pengendali I tetapi mampu menghilangkan
membuka. Semakin besar sinyal masukan offset yang ditinggalkan pengendali P.
yang diterima maka semakin besar pula Pengendali PI memang sangat efektif untuk
gerakan stem keatas banyak aplikasi pengendalian, yaitu untuk
Sistem Kontrol sistem pengendalian flow, level, pressure yang
Sistem kontrol adalah kombinasi dari memiliki time constant yang kecil dan memiliki
instrumen dan komponen yang dihubungkan noise yang besar.
oleh sebuah interaksi untuk melakukan
kerjasama dengan tujuan tertentu. Sistem ini ANALISA KEHANDALAN KONTROL
dapat berupa sistem fisika, biologi, ekonomi PADA VESEL 240V117 DI LOC III
dan sebagainya Slack Wax Solvent Recovery
Sistem kontrol dapat diaplikasikan pada Untuk pembuatan minyak pelumas HVI,
berbagai bidang, contohnya pada kontrol digunakan bahan dasar yang mengandung
terperatur, posisi, aliran, tekanan, level dan relatif banyak parafin. Bagaimanapun juga
masih banyak lagi. Pada dasarnya kontrol beberapa fraksi parafin dengan titik didih tinggi
terbentuk dari beberapa fungsi dasar. Kita seperti iso / siklo parafin menghasilkan rafinat
sering menyebutnya empat fungsi dasar kontrol. dengan titik tuang (pour point) yang tinggi.
Keempat fungsi dasar kontrol tersebut adalah Proses penghilangan minyak yang titik
Pengukuran (measurement), Perbandingan tuangnya tinggi disebut “de-waxing”.
(comparison) Koreksi (correction) dan hasi Proses de-waxing diperlukan
(judgement). penambahan pelarut (solvent) yang menurunkan
kekentalan umpan (feed) untuk kecepatan
larutan dan juga menjaga minyak dalam bentuk
larutan, demikian mencegah dua fasa cairan
terpisah pada temperatur dewaxing.
Uraian Aliran Slack Wax Solvent Recovery
Slack Wax Mix dari vessel 240V117
Gambar 5. Diagram Empat Fungsi Dasar
dipompa menuju ke sistem penguapan ganda
Kontrol
3
yaitu vessel 240C103A/B menggunakan pompa. yang berbeda. Saluran bagian atas akan menuju
Slack Wax Mix dipanasi dan kemudian masuk ke vesel 240V110, kemudian bagian bawah
ke vessel 240C103A pada suhu 103oC. sekitar akan menuju ke vesel 240V111 atau 240V110,
setengah dari pelarut yang ada teruapkan di kemudian aliran yang lain akan menuju ke vesel
vessel 240C103B yang bertekanan 0,2 kg/cm2 240V103A/B yang dikendalikan oleh satu
G dan kemudian diembunkan di 240E123 control valve. Pada intinya variable yang
sampai 55oC sebelum dialirkan ke penampung dikontrol pada vesel tersebut adalah level vesel,
pelarut basah 240V116. bila level vesel tinggi maka bukaan valve akan
Dari dasar 240C103B Slack Wax Mix semakin besar untuk mengantisipasi agar vesel
dipompa, melalui pemanas dengan minyak tidak luber. Tapi perlu diperhatikan juga bahwa
panas 240E117 ke vessel 240C103A. Suhu untuk proses selanjutnya yang menuju vesel
keluaran dari 240E117 dikontrol pada 204oC. 240V103 harus ada flow yang mengalir minimal
Di 240C103A hampir semua pelarut diuapkan 15% agar proses selanjutnya tidak terganggu.
dan diembunkan di 240E118 dan didinginkan di Analisa Kontrol Vesel 240V117
240E119, kemudian dialirkan ke 240V115.
Untuk menjaga kondisi operasi tetap
Disini juga dimungkinkan dialirkan ke
normal maka pada vesel 240V117 perlu
240V116. Tekanan di 240C103A dikontrol pada
dikontrol. Penulis hanya mengangkat kontrol
2,2 kg/cm2 G, yang mengatur aliran pelarut
240LIC_040 dan 240FIC_027 pada vesel
yang keluar dari 240E119. Reflux pelarut kering
240V117.
ke 240C103A dan 240C103B disuplai dari
240P107A/B.
Produk dari dasar 240C103A mengalir
ke SW stripper 240C104. Di SW stripper ini di
trip oleh LP steam. Kemudian produk dari
240C104 dipompa dengan 240P112 ke IFO.
Pengoperasian Vesel Slack Wax Mix.
Pada dasarnya vessel merupakan tempat
penampungan sementara hasil proses yang
kemudian akan diproses kembali atau disimpan Gambar 8. P&ID Vesel Slack Wax Mix
di storage sesuai dari keinginan proses. Pada
vesel 240V117 hasil dari pemisahan dialirkan Sistem kontrol level yang ada pada
kembali sebagai refluk pada suatu kolom untuk gambar di atas digunakan untuk mengontrol
diproses kembali sehingga pemisahan pada level yang ada pada vesel 240V117 dengan
kolom tersebut lebih maksimal. yang dihubungkan dengan sistem kontrol flow.
Sistem kerjanya dengan cara mengatur bukaan
valve untuk mengontrol level yang ada pada
vesel 240V117.
Di bagian ini sebenarnya ada 3 macam
pilihan untuk memanipulasi vesel 240V117,
yaitu Manual, Auto dan Cascade. Tapi pada
kenyataannya di control room operator
menggunakan pilihan manual. Padahal di zaman
yang semakin maju ini kontrol otomatis lebih di
utamakan karena segi keefisienannya dan untuk
Gambar 7. Flow Diagram Vesel Slack Wax Mix
menghindari kegagalan proses karena kesalahan
Pertama slack wax mix masuk ke vesel manusia karena jika menggunakan control
untuk ditampung sementara dan dipanasi oleh manual maka harus memantau secara terus
pemanas dari stem, didalam vesel ada 3 menerus plan tersebut. Hal ini yang akan kita
tingkatan wadah yang akan menuju ke tempat analisa.
4
PengendalianVesel 240V117 Dengan
Menggunakan Kontrol PI Secara Manual
Seperti pada penjelasan diatas bahwa
vesel 240V117 dikendalikan oleh kontrol level
dan kontrol flow yang menggunakan metode
kontrol PI secara manual. Dengan parameter Kp
= 0.25 dan Ki = 0.58 untuk 240FIC_027.
Gambar 10. Grafik scope 240LIC_040
Sedangkan untuk 240LIC_040 parameter Kp =
0.75 dan Ki = 1.5. Berikut ini adalah tabel yang Pada gambar diatas adalah gambar
menyatakan hubungan kedua kontroler itu simulink yang menggunakan parameter Kp =
dalam mengontrol vesel dengan mode manual. 0.75 dan Ki = 1.5 sedangkan gambar 4.11
Tabel 4.1 data kontrol pada vesel 240V117 adalah respon keluaran sistem kontrol saat
240LIC_ 240FIC BUKAAN LEVEL
diberi set point 1. Respon mencapai steady state
040 _027 VALVE VESEL pada detik ke 4. Tapi masih terjadi overshoot
34.87 19.98 20.00 35.48 yang lumayan banyak pada waktu tanjakan
35.02 20.06 20.00 35.54 yang pertama.
34.71 20.07 25.00 34.00 b) 240FIC_027
34.65 20.07 25.00 33.78
34.72 20.06 25.00 33.80
34.13 19.90 25.00 33.77
34.47 19.85 25.00 33.72
34.56 19.89 25.00 33.76
34.52 19.87 25.00 33.74
34.34 19.83 25.00 33.74
Dari data diatas dapat dilihat bahwa Gambar 11. Simulink 240FIC_027
dengan naiknya bukaan valve dari 20% ke 25%
yang berarti flow yang mengalir semakin besar
maka level pada vesel juga mengalami
penurunan dari 35.54 % menjadi sekitar 34%
dan turun lagi menjadi sekitar 33%. Hal tersebut
membuktikan bahwa semakin besar bukaan
control valve berarti level pada vesel juga akan
semakin berkurang dengan catatan tidak ada Gambar 12. Grafik scope 240FIC_027
perubahan flow yang masuk pada vesel.
Pada gambar diatas adalah gambar
Dengan menggunakan Simulink dari
simulink yang menggunakan parameter Kp =
MATLAB maka proses tersebut dapat
0.25 dan Ki = 0.58 sedangkan pada gambar 4.13
disimulasikan.
adalah gambar respon kontrol saat diberi set
a) 240LIC_040 point 1. Pada gambar dapat dilihat bahwa
respon mencapai steady state pada saat detik ke
4 serta respon yang ada sebenarnya sudah dapat
mengatasi perubahan set poin yang ada karena
respon keluarannya dapat mengikuti set point.
Pengendalian Vesel 240V117
Menggunakan Kontrol PI Secara Otomatis
Gambar 9. Simulink 240LIC_040
Simulasi Pengandalian Vesel 240V117
Sebelum di Tuning.

5
Gambar 16. Simulink pengendalian cascade
sebelum dituning

Gambar 13. Simulink pengendalian 240LIC_040


sebelum dituning

Gambar 17. Grafik scope pengendalian cascade


sebelum dituning
Setelah dituning menggunakan matlab
dihasilkan respon seperti gambar dibawah ini.

Gambar 14. Grafik scope pengendalian


240LIC_040 sebelum dituning
Setelah dituning menggunakan matlab
dihasilkan respon seperti gambar dibawah ini.

Gambar 18. Grafik scope pengendalian cascade


setelah dituning
Grafik diatas adalah grafik hasil
pentuningan dengan set point 1. Pada grafik
dapat dilihat bahwa parameter baru yang
diperoleh adalah Kp = 0.6271 dan Ki = 0.00726
Gambar 15. Grafik scope pengendalian 240LIC_040 dengan respon keluaran kontrol terlihat pada
setelah dituning gambar diatas. Dari grafik dapat dilihat bahwa
Grafik diatas adalah grafik hasil sudah ada parbaikan respon output dari yang
pentuningan dengan set point 1. Pada grafik sebelumnya, akan tetapi masih terlihat bahwa
dapat dilihat bahwa parameter baru yang respon keluaran masih ada offset, hal ini
diperoleh adalah Kp = 0.1412 dan Ki = menunjukkan bahwa menggunakan konfigurasi
0.100073 dengan respon keluaran kontrol secara cascade kurang tepat untuk mengontrol
terlihat pada gambar diatas. Dari grafik dapat plan. Hal ini terjadi dimungkinkan karena
dilihat bahwa sudah ada parbaikan respon penurunan rumus plan yang kurang tepat karena
output dari yang sebelumnya. hanya menggunakan orde satu dan menganggap
Pengendalian Vesel 240V117 sistem ideal.
Menggunakan Kontrol PI Secara cascade Pengandalian secara cascade Setelah di
Tuning menggunakan metode Ziegler
Nichols I
Dari respon keluaran manual dapat
diperoleh parameter untuk kontrol aliran Kp =
2.28, Ki = 6.86 dan untuk kontrol level dengan
Kp = 2.96, Ki = 8.88

6
Sehingga didapatkan respon keluaran masih ada osilasi meskipun sudah dilakukan
menggunakan ZN I sebagai berikut. pentuningan secara optimal.
4) Setelah digunakan metode Ziegler Nichols I
ternyata respon keluarannya juga kurang
bagus.
5) Agar respon dari keluaran sistem lebih baik,
penulis menyarankan menggunakan kontrol
yang lebih modern seperti adaptif atau fuzzy

DAFTAR PUSTAKA
Gambar 19. Grafik pengendalian
cascade sesudah Gunterus, Frans, Falsafah Dasar Sistem
detuning dengan ZN I Pengendalian Proses, PT Elex Media
Grafik diatas adalah grafik hasil Komputibdo, Jakarta, 1994
pentuningan dengan set point 1. Pada grafik Suta’at Ir, Safeguard System, BPST XI angkatan
dapat dilihat bahwa parameter baru tahun 1987/1988, Pertamina UP IV Cilacap,
240LIC_040 yang diperoleh adalah Kp = 1987
2.96dan Ki = 8.88 dan parameter baru Ogata, Katsuhiko, Teknik Kontrol Automatik Jilid
240FIC_027 yang diperoleh adalah Kp = 2.28 1, Erlangga, Bandung, 1994
dan Ki = 6.86dengan respon keluaran kontrol Operating manual LOC III
terlihat pada gambar diatas. Dari grafik dapat
dilihat bahwa sudah ada parbaikan respon BIOGRAFI
output dari yang sebelumnya. Roron Wicaksono H.
Saat ini sedang menempuh
PENUTUP pendidikan tinggi di
1) Kontrol yang ada pada vesel 240V117 jurusan Teknik Elektro
adalah kontrol level dan flow yang Universitas Diponegoro
konfigurasinya secara cascade. Parameter pada konsentrasi kontrol.
yang dikontrol adalah level dari vesel dan
flow yang mengalir keluar ke 240V103
yang dikendalikan secara menual oleh
operator dengan cara memasukkan set point
secara terus menerus sesuai dengan
permintaan proses. Mengetahui,
2) Kontrol manual di pilih untuk Dosen Pembimbing
memanipulasi plan dengan alasan agar
proses tetap stabil, karena jika
menggunakan kontrol otomatis sistem
kadang akan berosilasi dan tidak dapat Budi Setiyono
mengikuti set point pada saat kondisi NIP 197005212000121001
tertentu.
3) Untuk simulasi menggunakan konfigurasi
secara cascade setelah dilakukan
pentuningan didapatkan parameter yang
baru sebagai berikut: Kp = 0.6271 dan Ki =
0.00726. mengacu pada keluaran output
untuk cascade dapat disimpulkan bahwa
untuk pilihan kontrol menggunakan
konfigurasi cascade tidak tepat karena

Anda mungkin juga menyukai