Anda di halaman 1dari 7

Integrasi PLC S7 Lite 300 dan DCS Centum CS 3000 Untuk

Sistem Kontrol Aliran Uadara Melalui Control Valve


Samsul Rajab - 2206100188
Jurusan Teknik Elektro - FTI, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya 60111
rajab@elect-eng.its.ac.id

Abstract – Semakin kompleks permasalahan kontrol, agar terjadi pembagian tugas dari peralatan
yang dihadapi dalam suatu industri proses kontrol tersebut untuk mengontrol sebuah proses yang
mengakibatkan semakin banyak konfigurasi sangat besar. Dengan adanya pembagian tugas pada
peralatan kontrol yang akan digunakan oleh industri peralatan kontrol, maka akan terdapat peralatan
tersebut. Peralatan yang digunakan oleh suatu kontrol yang dijadikan sebagai kontroler utama (main
industri biasanya berasal dari vendor yang berbeda. controller) dan sub-kontroler. Kontroler utama
Oleh karena itu, perlu adanya integrasi masing- berfungsi untuk mengatur, mengkoordinasi dan
masing peralatan kontrol agar dapat bekerja sama mengawasi seluruh proses yang ada pada suatu
untuk membentuk suatu kesatuan sistem. Adanya industri. [3]
celah (open system) pada masing-masing vendor Isu yang sangat sentral dalam integrasi
penyedia peralatan kontrol menyebabkan integrasi peralatan kontrol proses adalah open system. Open
antara peralatan kontrol dari vendor yang berbeda system merupakan kemampuan dari suatu peralatan
dapat direalisasikan. kontrol untuk dapat saling berkomunikasi dengan
Pada tugas akhir ini dirancang suatu sistem peralatan kontrol lainnya, yang berasal dari vendor
pengendalian secara terdistribusi. Control valve yang berbeda. [8]
akan dikontrol dengan menggunakan kontroler Makalah ini tersusun dari Bagian 1 merupakan
proportional, integral dan derivative (PID) yang pendahuluan, Bagian 2 dasar teori mengenai
dibangun pada Distributed Control System (DCS) distributed control system dan control valve. Bagian 3
Centum CS 3000 Yokogawa. Sementara itu, menjelasakan perancangan sistem. Bagian 4
Programmable Logic Control (PLC) yang akan membahas mengenai implemntasi dan analisa. Bagian
digunakan adalah PLC Siemens S7 lite 300 yang 5 menjelaskan kesimpulan dan saran.
akan difungsikan sebagai kontrol sekuensial. Proses
kerja yang akan dikontrol adalah persentase II. DISTRIBUTED CONTROL SYSTEM DAN
perbandingan antara bukaan control valve 1 dan CONTROL VALVE
bukaan valve 2. Hasil akhir dari penilitian ini agar
kontroler dapat menjaga nilai bukaan control valve 1 DCS merupakan pengembangan dari sistem
dan control valve 2 selalu sama, dengan toleransi kontrol model supervisory dengan unit-unit kontroler yang
kesalahan yang diberikan sebesar 10%. tersebar diseluruh jaringan sistem. DCS mampu
melakukan monitoring [3].
Kata Kunci : Distributed Control System, PID, Pada dasarnya komponen utama DCS dapat
Programmable Logic Controller, Control Valve. dibagi menjadi beberapa bagian yaitu : [3] Operator
console berfungsi untuk memberikan informasi umpan
I. PENDAHULUAN balik tentang kondisi dari plant di lapangan. Selain itu,
operator console dapat menampilkan perintah yang
Perkembangan dunia kontrol proses dalam diberikan pada sistem kontrol untuk memberikan
industri semakin hari semakin pesat. Adapun perintah instrumen-instrumen di lapangan.
perkembangan yang terjadi dapat berupa penggunaan Engineering station merupakan stasiun yang
teknologi yang semakin canggih maupun teknik dan digunakan para teknisi untuk mengkonfigurasi sistem
metode yang digunakan semakin praktis, sehingga dan mengimplementasi algoritma kontrol yang
dapat memudahkan para pemakainya. Dengan dipakai. History module bagian yang digunakan untuk
semakin banyaknya variabel proses yang akan menyimpan konfigurasi DCS dan konfigurasi semua
dikontrol pada suatu pabrik, diperlukan konfigurasi titik di pabrik. Alat ini juga bisa digunakan untuk
dari masing-masing peralatan kontrol untuk menyimpan data dalam bentuk grafik yang dapat
membentuk suatu sistem guna mengatur seluruh ditampilkan melalui konsol. Data historian berupa
variabel proses tersebut. [8] perangkat lunak yang digunakan untuk menyimpan
Konfigurasi antara beberapa peralatan kontrol variabel-variabel proses, masukan dan keluaran dari
dapat dilakukan dengan koneksi secara langsung seluruh sistem. Perangkat lunak ini memiliki
dengan menggunakan modul analog, maupun kemampuan laju sken yang tinggi dibandingkan
konfigurasi dalam hal sharing data antara kedua history module. Control modules merupakan otak dari
peralatan kontrol tersebut dengan menggunakan DCS ynag berfungsi untuk menjalankan fungsi-fungsi
protokol komunikasi.[3] kontrol, seperti kontrol PID, kontrol pembandingan,
Tujuan dilakukan inetegrasi beberapa peratan ratio control, operasi-operasi aritmatika sederhana
maupun kompensasi dinamik. Modul input output maupun PLC dengan peralatan kontrol lainnya, seperti
(I/O) untuk menangani masukan dan keluaran dari DCS. Untuk PLC siemens modul komunikasi yang
DCS. Masukan dan keluaran tersebut bisa berupa banyak digunakan adalah profibus.
analog atau digital. Gambar 2.1 menunjukkan Jenis aktuator yang banyak digunakan di
antarmuka dari DCS. [5] industri proses adalah control valve. Control valve
atau biasa disebut dengan aktuator adalah bagian
sistem kontrol yang menerima sinyal dari kontroler
dan merubah aliran variable proses sesuai keluaran
dari kontroler [2]. Secara umum control valve terdiri
atas dua bagian dasar yang meliputi aktuator dan
valve. Gambar 2.3(a) menunjukkan bagian-bagian
control valve. Aktuator adalah bagian yang
mengerjakan gerak buka tutup valve, sementara valve
merupakan komponen mekanis yang menentukan
besarnya aliran fluida pada proses. Valve harus
mempunyai plug yang dapat ditempatkan secara tepat
oleh aktuator dan mempunyai kapasitas yang cukup
untuk mengalirkan fluida yang akan diatur.
Pada penelitian ini, jenis aktuator yang adalah
Pneumatic Actuator EL-O-MATIC seperti yang
tampak pada Gambar 2.3 (b). Jenis aktuator ini
bekerja menggunakan dua masukan udara sehingga
Gambar 2.1 Antarmuka dari DCS memungkinkan untuk melakukan gerakan berputar
(rotary) dua arah. Gerakan memutar inilah yang
DCS biasanya digunakan sebagai peralatan mengatur pergerakan dari katup.
kontrol utama dalam suatu industri. Sementara itu,
Kontroler yang menangani secara langsung plant di
lapangan digunakan PLC [3]. PLC bekerja dengan
cara menerima data dari peralatan-peralatan yang
berupa saklar-saklar, tombol-tombol, sensor-sensor
dan lain sebagainya. Kemudian masukan-masukan
tersebut oleh PLC dibentuk menjadi keputusan-
keputusan yang bersifat logika untuk menentukan aksi
keluran selanjutnya. [4]
Gambar 2.3 (a) Bagian-bagian control valve, (b) Pneumatic
Actuator EL-O-MATIC

Integrasi peralatan kontrol telah banyak


dikembangkan. Proses pengintegrasian antara
peralatan kontrol dilakukan agar terjadi komunikasi
antara dua buah peralatan kontrol atau lebih, sehingga
terjadi pertukaran data. Komunikasi antara peralatan
kontrol dapat dilakukan dengan menggunakan
protokol komunikasi seperti modbus, profibus,
ethernet dan lain-lain atau dengan menggunakan
perangkat lunak Object Linked Embedded for Process
Control (OPC) yang merupakan perangkat lunak yang
Gambar 2.2 PLC Siemens step 7 lite 300 dikembangkan oleh sebuah perusahaan independen
untuk mengintegrasikan peralatan kontrol [8]. Dalam
PLC yang digunakan pada tugas akhir ini proses integrasi peralatan kontrol akan terjadi sharing
adalah PLC tipe Siemens step 7 lite 300. Gambar 2.2 memory dan mapping address antara peralatan
menunjukkan PCL Siemens step 7 lite 300. kontrol yang diintegrasikan. Gambar 2.5 menujukkan
Secara umum PLC terdiri dari beberapa bagian integrasi beberapa peralatan kontrol (DCS dan PLC)
utama meliputi Program Development Terminal [3].
(PDT), Central Processing Unit (CPU) untuk Untuk menganalisa dan mendesain suatu sistem
mengkalkulasi agoritma program yang dibangun, pengaturan, diperlukan pengetahuan mengenai
modul masukan, modul keluaran, peralatan masukan karakteristik sistem tersebut. Karakteristik sistem
dan keluaran (I/O device). Untuk jenis PLC akhir- merupakan ciri-ciri khusus dari respon keluaran
akhir ini telah banyak menambahkan modul sistem. Karakteristik suatu sistem dapat diketahui
komunikasi yang digunakan untuk dengan melakukan identifikasi, yaitu mengamati
mengkomunikasikan PLC dengan PLC lainnya
valve. Sensor flow 1 digunakan untuk membaca besar
bukaan control valve 1 dan sensor flow 2 digunakan
untuk membaca bukaan control valve 2. Dengan
menggunakan sensor flow dapat diketahui respon
bukaan control valve. Apabila sensor flow 2
mendeteksi ada perubahan aliran gas, maka control
valve yang pertama akan melakukan suatu aksi untuk
menjaga kestabilan sistem. Besar nilai masukan
control vale 1 ditentukan sesuai dengan hasil kontrol
rasio dari control valve 2. Gambar 3.2 menunjukkan
konfigurasi integrasi PLC,DCS dan control valve
DCS

FCS

H IS
Gambar 2.5 Integrasi beberapa peralatan kontrol (DCS
dan PLC)

respon sistem tersebut terhadap sinyal-sinyal uji


tertentu. Analisa terhadap respon sistem terhadap PLC 2 PLC 1

sinyal uji step digunakan untuk mendapatkan


karakteristik respon peralihan (transient state) dan
karakteristik respon keadaan tunak (steady state).
Proses identifikasi yang digunakan adalah metode C o n tro l S en so r
respon transien orde pertama. A l ir a n u d a r a
v a lv e 1 f lo w 1

Persamaan (2-1) memperlihatkan bentuk umum d a ri k o m p reso r

fungsi alih dari sistem orde dua [1]. C o n tr o l S ensor


v a lv e 2 fl o w 2

Y (s ) K
= Gambar 3.2 Konfigurasi integrasi PLC dan DCS
X (s) τs + 1 (2-1)

Nilai dari gain overall (K) dan τ adalah time constant Proses control valve dijalankan dan dikontrol
yang nilainya diperoleh lamanya waktu respon dalam suatu sistem yang dibangun dari integrasi antara
mencapai 0.632K. PLC Siemens S7 Lite 300 dan DCS Centum CS 3000.
Gambar 3.2 menunjukkan struktur sistem secara
lengkap. Intgerasi antara PLC dan DCS menempatkan
III. PERANCANGAN SISTEM DCS sebagai kontroler utama yang berfungsi untuk
menjalankan regulator kontrol dan PLC sebagai sub-
Plant yang digunakan pada penelitian kontroler yang berfungsi untuk menjalankan
menggunakan dua buah control valve, dimana satu sekuensial kontrol. Operator dapat mengatur dari
control valve berfungsi sebagai valve utama (valve 1) Human Interface Station (HIS) apakah sistem
dan control valve lainnya berfungsi sebagai valve dijalankan dalam mode automatik atau mode manual.
pembanding (valve 2). Skema proses yang digunakan Mode automatik akan memerintahkan PLC untuk
terlihat seperti Gambar 3.1. mengaktifkan program sekuensial yang telah
dibangun, sehingga memungkinkan control valve 2
membuka secara automatik. Untuk mode manual besar
bukaan dari control valve 2 ditentukkan secara manual
oleh operator.
Untuk mendapatkan persamaan matematik
Control Sensor
valve 1 flow 1
plant, proses identifikasi dilakukan dengan
memberikan sinyal masukan ke plant berupa tegangan
tetap 2.5 volt dan control valve 1 dalam kondisi
nominal yakni membuka 50 %. Sinyal uji diberikan
Control Sensor
flow 2
dari komputer melalui perangkat lunak WinCC dan
valve 2
dikirimkan ke control valve melalui PLC. Respon
sinyal uji yang diberikan diterima oleh komputer yang
Gambar 3.1 Skema plant control valve
telah terpasang perangkat lunak WinCC yang dapat
Pada proses digunakan dua sensor flow untuk ditampilkan dalam bentuk grafik. Dari grafik tersebut
membaca besar bukaan dari masing-masing control dapat ditentukan nilai parameter-parameter plant.
Konfigurasi sistem untuk proses identifikasi dapat IV. IMPLEMNETAASI DAN ANALISA
pada Gambar 3.3.
Berdasarkan metodologi yang dibahas pada
bagian 3, maka selanjutnya dilakukan proses
implementasi terhadap plant. Gambar 4.1 merupakan
tampilan program implementasi sistem yang
dibangun pada perangkat lunak Centum CS 3000.

Kontrolrasio
Gambar 3.3 Diagram identifikasi control valve
Kontrol manual
Sinyal uji yang berupa sinyak digital KontrolerPID

dikonversi menjadi sinyal analog tegangan


menggunakan modul analog PLC yang telah
terintegrasi pada PLC Siemens step 7 lite 300.
Masukan plant adalah sinyal arus, maka sinyal tegran
tersebut dikonversi menjadi sinyal arus dengan
menggunakan voltage to current (V/I) converter. Pada
plant sinyal arus dikonversikan menjadi sinyal
pneumatik untuk menggerakan control valve. Aliran
yang melalui control valve 1 diukur menggunakan
sensor flow berupa sinyal arus. Sinyal arus dari sensor Masukkanvalve2 Masukkanvalve1 Sinyal kontrol menujuvalve1 Keluaranoperasi manual
flow dikonversikan menjadi tegangan melalui current
to voltage (I/V) converter. Sinyal tegrangan hasil Gambar 4.1 Implementasi sistem pada Centum CS 3000
pengukuran sensor tersebut dikonversi menjadi sinyal
digital agar dapat diolah oleh komputer. Sinyal dari Pada Gambar 4.1 dapat dilihat bahwa fungsi
sensor yang merupan respon dari plant kemudian dengan tag name %Z011102 digunakan sebagai
direpresentasikan dalam bentuk grafik. modul masukan dari sensor flow 2, tag name
%Z011101 digunakan sebagai modul masukan untuk
sensor flow 1, tag name %Z011105 digunakan
sebagai modul keluaran menuju ke control valve 1 dan
tag name %Z011106 digunakan untuk mengatur
bukaan control valve 2.
Hasil implementasi integrasi DCS dan PLC
untuk mengatur control valve, diperoleh bebreapa
respon plant akan diamati dengan memberikan
parameter kontroler PI yang berbeda dengan bukaan
control valve 2 dalam kondisi nominal (50%). Dengan
menggunakan nilai Kp = 200 dan Ki = 20 respon
plant yang dihasilkan terlihat pada Gambar 4.2.

Gambar 3.4 Grafik respon sistem hasil identifikasi

Respon control valve 1 dengan menggunakan


sinyal step ditunjukkan pada Gambar 3.4. Dari grafik
respon sistem terlihat bahwa sistem control valve
merupakan sistem orde satu [6]. Dari respon keluaran
pada Gambar 3.4 dapat diperoleh parameter –
parameter fungsi alih yang ditunjukkan pada
persamaan (2-5) sesuai dengan persamaan berikut. [6]

Y (s ) 2 .1
=
X (s ) 5.5s + 1
Gambar 4.2 Respon plant dengan gain kontroler Kp=200
Dari fungsi alih yang didapatkan, terlihat dan Ki=20
bahwa respon dari model terhadap masukan sinyal uji
yang sama pada proses identifikasi untuk melihat Masukan yang diberikan sebesar
kesesuaian model dengan real plant. 3
42.96 M / H (nilai rata-rata) dan nilai respon dari
control valve 1 menuju nilai 37.37 M 3 / H (nilai rata-
rata). Nilai kesalahan yang diperoleh sebesar 13.01%. terjasi pada saat pemberian parameter Kp=200 dan
Ki=20, nilai kesalahn yang dihasilkan sebesar 23.12%.
Sementara itu, parameter kontroler Kp=700 dan
Ki=20 terjadi kesalahan sebesar 13.01%.

Tabel 4.1 Hasil implementasi dengan menggunakan


parameter kontroler Kp yang berbeda

Pengujian kedua dilakukan dengan memberikan


parameter Ki yang berbeda dengan kondisi parameter
Gambar 4.3 Respon plant dengan gain kontroler Kp=700 Kp dibuat tetap. Gambar 4.5 menunjukkan hasil
dan Ki=20 implementasi dengan menggunakan parameter
kontroler Kp=50 dan Ki=10.
Gambar 4.3 menunjukkan hasil implementasi
dengan menggunakan parameter kontroler Kp=700
dan Ki=20, masukan yang diberikan sebesar
48.83 M 3 / H (nilai rata-rata) dan nilai respon dari
control valve 1 menuju nilai 37.54 M 3 / H (nilai rata-
rata). Nilai kesalahan yang diperoleh sebesar 23.12%.

Gambar 4.5 Respon plant dengan gain kontroler P=50 dan


I=10

Dari Gambar 4.5 diperoleh bahwa nilai


masukan yang diberikan sebesar 37.3 M 3 / H (nilai
rata-rata) dan nilai respon dari control valve 1 menuju
nilai 33.8 M 3 / H (nilai rata- rata). Nilai kesalahan
Gambar 4.4 Respon plant dengan gain kontroler P=50 dan yang diperoleh sebesar 9.38%.
I=20

Pada Gambar 4.4 menunjukkan hasil


implementasi dengan menggunakan parameter
kontroler Kp=50 dan Ki=20. Masukan yang diberikan
sebesar 42,42 M 3 / H (nilai rata-rata) dan nilai respon
dari control valve 1 menuju nilai 37.38 M 3 / H (nilai
rata-rata). Nilai kesalahan yang diperoleh sebesar
11.88%. Nilai Kp yang kecil mengakibatkan nilai MV
yang besar untuk menjaga respon control valve 1
mendekati nilai masukan yang diberikan.
Tabel 4.1 menyajikan hasil implementasi
dengan pemberian parameter kontroler Kp yang
berbeda dengan parameter kontroler Ki yang sama.
Nilai kesalahan terkecil, perbandingan antara bukaan
control valve 1 dan control valve 2 diberikan oleh Gambar 4.6 Respon plant dengan gain kontroler P=50
parameter kontroler Kp=50 dan Ki=20 dengan nilai dan I=5
kesalahan sebesar 11.88%. Nilai kesalahan terbesar
Gambar 4.6 menunjukkan hasil implementasi nilai 38.62 M 3 / H (nilai rata-rata). Nilai kesalahan
dengan menggunakan parameter kontroler Kp=50 dan yang diperoleh sebesar 8.22%. Tabel 4.3 menunjukkan
Ki=5. Masukan yang diberikan sebesar hasil implementasi dengan pemberian masukan yang
28.97 M 3 / H (nilai rata-rata) dan nilai keluaran dari variatif.
control valve 1 menuju nilai 27.03 M 3 / H . Nilai
kesalahan yang diperoleh sebesar 6.69%. Tabel 4.3 Hasil implementasi dengan memberikan nilai
masukan yang variatif
Tabel 4.2 menyajikan hasil implementasi
dengan pemberian parameter kontroler Kp yang sama
dan parameter kontroler Ki yang berbeda. Nilai
kesalahan yang kecil dari perbandingan antara bukaan
control valve 1 dan control valve 2 terjadi ketika
diberikan parameter kontroler Kp=50 dan Ki=5
dengan nilai kesalahan sebesar 9.38%. untuk nilai
kesalahan yang besar terjadi ketika diberikan
parameter kontroler Kp=50 dan Ki=20 dengan nilai
kesalahan sebesar 16.8%. V. PENUTUP
Tabel 4.2 Hasil implementasi dengan menggunakan Pada penelitian ini telah dilakukan pengujian
parameter kontroler Kp yang berbeda dengan menggunakan kontroler PI. Dari hasil
implementasi terlihat bahwa nilai kesalahan terbesar
terjadi pada saat pemberian parameter Kp=700 dan
Ki=20 dengan nilai kesalahan sebesar 23.12%. Untuk
nilai kesalahan terkecil diperoleh pada saat
penggunaan parameter kontroler Kp=50 dan Ki=5,
dengan nilai kesalahan sebesar 6.69%. Pada pengujian
dengan pemberian masukan yang variatif, kesalahan
terkecil diperoleh pada saat masukan bukaan control
valve sebesar 50%. Nilai kesalahan yang diperoleh
Pengujian kedua dilakukan dengan sebesar 8.22%. Sehingga, dapat diambil kesimpulan
memberikan masukan yang berbeda pada control bahwa kontroler PI dapat menjaga perbandingan
valve 2 yang mengakibatkan set value pada control bukaan control valve 1 dan control valve 2 memiliki
valve 1 akan berubah-ubah. Adapun masukan yang nilai bukaan yang sama (toleransi kesalahan di bawah
digunakan berasal dari besar bukaan control valve 2 10%).
sebesar 25%, 50% (bukaan nominal) dan beban 75% Penelitian selanjutnya disarankan untuk
yang masing-masing disebut kondisi 1, 2 dan 3. Untuk menggunakan modul komunikasi yang sering
parameter yang digunakan adalah Kp = 500 dan Ki = digunakan dalam dunia industri misalnya modul
70. komunikasi modbus, sehingga dalam penelitian
selanjutnya dapat dipelajari mengenai mapping
address dan sharing memori dari DCS ke PLC atau
sebaliknya. Disamping itu, untuk konfigurasi yang
Kondisi bukaan 75%
Respon control digunakan dapat dikembangkan dengan menggunakan
valve 1 Kondisi bukaan plant dalam jumlah yang lebih banyak lagi, sehingga
50%
konsep sistem kontrol terdistribusi dapat direalisasikan
Kondisi bukaan semirip mungkin dengan kondisi real di industri.
25%
Set value

Manipulated variable

DAFTAR REFERENSI

[1] Ogata, K., “Modern Control Engineering”,


Prentice-Hall,Inc,1970.
Gambar 4.7 Respon plant untuk kondisi masukan yang [2] Johnson, D.C., “Process Control Instrumentation
variatif Technology”, Prentice-Hall,Inc,2003.
[3] …….,”Manual book Centum CS1000/3000 R3”,
Gambar 4.8 menunjukkan hasil implementasi Yokogawa Electric Corporation, Tokyo,
untuk pengujian dengan pemberian masukan variatif. Japan,2006.
Nilai kesalahan terkecil diperoleh Pada bukaan 50%. [4] ........,”Manual book training document for the
Masukan yang diberikan sebesar 42.08 M 3 / H (nilai company-wide outomation solution Totally
rata-rata) dan nilai respon dari control valve 1 menuju
Integrated Automation (TIA)”,
Seimens,Jerman,2000.
[5] Riyanto, B. Hakim, I., “Implementing Hybrid
System and Control Methods on Distributed
Control System Plantform”, Proceedings of
international Conference on Electrical Engineering
and Informatics, ITB,2007.
[6] Wahid, N.,”Desain dan Implementasi Kontroler
PID dan Fuzzy Pada Pengaturan Control Valve
Berbasis PLC”, Proceedings Seminar Tugas Akhir
Jurusan Teknik-Elektro FTI-ITS,2009.
[7] .......,”Manual book electro-pneumatic positioners
YT-1000R series”
[8] Fauzan, M.A., “Integrasi Matlab dan DeltaV
Untuk Implementasi Algoritma Model Predictive
Control (MPC) Pada DCS”, Proceedings Seminar
Tesis Jurusan Teknik Fisika,ITB,2007.

Anda mungkin juga menyukai