Menurut Capiel (1982), PLC adalah sistem elektronik yang beroperasi secara digital dan
didisain untuk pemakaian di lingkungan industri, dimana sistem ini menggunakan memori
yang dapat diprogram untuk penyimpanan secara internal instruksi-instruksi yang
mengimplementasikan fungsi-fungsi spesifik seperti logika, urutan, perwaktuan, pencacahan
dan operasi aritmatik untuk mengontrol mesin atau proses melalui modul-modul I/O dijital
maupun analog.
Fungsi PLC
Fungsi dan kegunaan dari PLC dapat dikatakan hampir tidak terbatas. Tapi dalam prakteknya
dapat dibagi secara umum dan khusus.
1. Kontrol Sekuensial
Memproses input sinyal biner menjadi output yang digunakan untuk keperluan pemrosesan
teknik secara berurutan (sekuensial), disini PLC menjaga agar semua step / langkah dalam
proses sekuensial berlangsung dalam urutan yang tepat.
2. Monitoring Plant
Secara khusus, PLC mempunyai fungsi sebagai pemberi masukan (input) ke CNC
(Computerized Numerical Control) untuk kepentingan pemrosesan lebih lanjut. CNC
mempunyai ketelitian yang lebih tinggi dan lebih mahal harganya jika dibandingkan dengan
PLC. Perangkat ini, biasanya dipakai untuk proses finishing, membentuk benda kerja,
moulding dan sebagainya.
Pada tulisan kali ini akan dicoba untuk dibahas prinsip operasi PLC secara singkat.
Programmable Control Logic (PLC) biasanya terdiri dari dua bagian utama:
CPU mengendalikan semua aktivitas PLC. CPU terdiri dari komponen-komponen sebagai
berikut:
1. Processor
2. Sistem memory
3. Sistem Power supply
1. PLC membaca atau menerima data dari field devices melalui antarmuka input.
2. PLC mengeksekusi atau menjalankan program yang tersimpan di sistem memorinya
berdasarkan data yang diterima dari field devices.
3. PLC menulis atau memperbarui keadaan dari output devices melalui antarmuka
output.
4
Tiga proses tersebut, membaca masukan, mengeksekusi program, dan memperbarui keadaan
dari output devices dikenal sebagai scanning.
Sistem input/output membentuk sistem antarmuka sehingga field devices dapat terhubung
dengan controller. Tujuan utama dari antarmuka adalah untuk mengkondisikan sinyal yang
berbeda-beda yang diterima atau dikirim ke field devices agar dapat berkomunikasi dengan
baik dengan controller. Sinyal-sinyal yang diterima dari sensor-sensor (contoh: push buttons,
limit switches, analog sensors, selector switches, dan tumbwheel switches) dihubungkan ke
terminal yang terdapat pada antarmuka input.
Walaupun sebenarnya bukan bagian dari PLC, programming devices dibutuhkan untuk
memasukkan (download) program ke memory PLC. Programming devices dapat berupa
sebuah Personal Computer atau sebuah unit miniprogrammer yang khusus dibuat oleh
produsen PLC.
5
Gambar 5. (a) PC yang digunakan sebagai programming device. (b) sebuah mini-programmer
unit
Sebelum PLC diciptakan, sistem kontrol yang digunakan untuk membantu kegiatan produksi
di industri-industri pada masa itu masih berbasis relay logic.
Sistem berbasis relay logic menggunakan relay untuk melakukan kegiatan pengendalian
system. Namun, sayangnya penggunaan relay ini tidak terlalu memuaskan karena kurang
fleksibel terhadap perubahan dalam sistem. Apabila suatu pabrik ingin meningkatkan
kapasitas produksinya, maka sistem kontrol yang mengendalikan kegiatan produksi di pabrik
tersebut juga harus dirubah.
Dalam sistem kendali berbasis relay logic, perubahan tersebut membutuhkan biaya yang
besar dan sangat melelahkan. Selain itu sistem berbasis relay logic juga menyita ruang yang
banyak dan biaya pemeliharaannya juga sangat besar.
The Hydramatic Division pada General Motors Corporation lah yang pertama kali
menspesifikasikan kriteria-kriteria untuk Programmable Logic Controller (PLC) yang
pertama pada tahun 1968. Tujuan mereka saat itu adalah untuk menggantikan sistem kontrol
berbasis relay yang mereka gunakan karena tidak fleksibel dan memakan biaya yang sangat
besar.
6
Untuk itu, mereka mengumumkan untuk menerima proposal yang sanggup untuk
menggantikan sistem kontrol relay mereka dengan suatu perangkat elektronik yang handal
dengan spesifikasi – spesifikasi sebagai berikut:
1. Sistem kontrol yang baru tersebut harus mempunyai harga yang bersaing dengan
sistem kontrol berbasis relay yang digunakan saat itu.
2. Sistem tersebut harus tahan terhadap kondisi lingkungan industri yang berat.
3. Antarmuka input dan output harus mudah untuk diganti-diganti.
4. Controller harus didesain dalam bentuk modul-modul sehingga bagian-bagian tertentu
dapat dilepas sewaktu-waktu untuk penggantian atau perbaikan.
5. Sistem kontrol mempunyai kemampuan untuk mengumpulkan data dan
mengirimkannya ke central system.
6. Sistem kontrol tersebut harus dapat digunakan lagi untuk kondisi yang berbeda.
7. Metode untuk memprogram controller harus sederhana sehingga mudah dipahami
oleh karyawan pabrik.
Proposal yang menang dan memenuhi spesifikasi yang diinginkan oleh Hydramatic Division
adalah proposal yang dimenangkan oleh Bedford Associates. Dick Morley salah satu
anggota tim dari Bedford Associates yang memenangkan proposal tersebut dianggap sebagai
“bapak” dari PLC. PLC pertama yang diciptakan oleh Bedford Associates tersebut memenuhi
semua kriteria yang diinginkan oleh Hydramatic Division.
Dalam waktu singkat penggunaan PLC mulai menyebar ke industri-industri lain. Pada tahun
1971, PLC mulai digunakan untuk menggantikan relay pada industri-industri seperti: industri
makanan dan minuman, industri pengolahan metal, industri manufaktur, dan industri pulp dan
kertas.
Kemampuan PLC terus dikembangkan hingga sekarang. PLC saat ini mempunyai scan
times yang lebih cepat karena menggunakan teknologi mikroprosesor yang lebih maju.
Kemampuan input-output nya juga meningkat menjadi lebih hemat ruang dan berbiaya lebih
7
rendah. Walaupun kemampuan PLC terus meningkat sehingga mempunyai scan times yang
lebih cepat, tipe-tipe antarmuka yang lebih bervariasi, kemampuan memproses data yang
lebih canggih, namun spesifikasi PLC tetap mempertahankan tujuan awal penciptanya, yaitu
mudah untuk digunakan dan dipelihara.
Pada umumnya, teradapat 5 (lima) komponen utama yang menyusun suatu PLC. Semua
komponen tersebut harus ada untuk dapat menjalankan suatu PLC secara normal. Komponen-
komponen utama dari suatu PLC, sebagai berikut:
Merupakan bagian yang berfungsi sebagai otak bagi sistem. CPU berisi mikroprosesor yang
menginterpretasikan sinyal-sinyal input dan melaksanakan tindakan-tindakan pengontrolan
sesuai dengan program yang telah tersimpan , lalu mengkomunikasikan keputusan-keputusan
yang diambilnya sebagai sinyal kontrol ke output interface. Scan dari program umumnya
memakan waktu 70 ms , tetapi halitu tergantung dari panjang pendeknya program serta
tingkat kerumitannya.
2. Unit Memori
Memori didalam PLC digunakan untuk menyimpan data dan program. Secara fisik, memori
ini berupa chip dan untuk pengaman dipasang baterai back-up pada PLC. Unit memori ini
sendiri dapat dibedakan atas 2 jenis, yaitu:
Volatile Memory, adalah suatu memori yang apabila sumber tegangannya dilepas
maka data yang tersimpan akan hilang . Karena itu memori jenis ini bukanlah media
penyimpanan permanen. Untuk penyimpanan data dan program dalam jangka waktu
yang lebih lama maka memori ini harus mendapat daya terus-menerus.hal ini biasanya
dilakukan dengan menggunakan baterai. Ada beberapa jenis memori volatil yaitu
RAM (Random Access Memory), SRAM (Static RAM)dan DRAM (Dynamics RAM).
Non-Volatile Memory, merupakan kebalikan Volatile Memory yaitu suatu memori
yang meski sumber tegangan dilepas data yang tersimpan tidak akan hilang.Salah satu
jenis memori ini adalah ROM (Read Only Memory). Memori jenis ini hanya dapat
dibaca saja dan tidak dapat di tambah ataupun dirubah. Isi dari ROM berasal dari
pabrik pembuatnya yang berupa sistem operasi dan terdiri dari program-program
pokok yang diperlukan oleh sistem PLC. Untuk mengubah isi dari Rom maka
diperlukan memori jenis : EPROM (Erasable Programmable ROM) yang dapat
dihapus dengan mengekspos chip pada cahaya ultra violet pekat.
8
Unit power supply atau unit catu daya diperlukan untuk mengkonversi tegangan masukan AC
(220Volt ~ 50Hz) atau DC (24Volt) sumber menjadi tegangan rendah DC 5 Volt yang
dibutuhkan oleh prosesor dan rangkaian-rangkaian dala input/outpur interface. nKegagalan
dalam pemenuhan tegangan oleh power suply dapat menyebabkan kegagalan operasi PLC.
Untuk itu diperlukan adanya baterai cadangan dengan tujuan agar pada saat
voltage=dropping, data yang ada pada memori tidak hilang.
4. Unit Programmer
Komponen programmer merupakan alat yang digunakan untuk berkomunikasi dengan PLC.
Programmer mempunyai beberapa fungsi yaitu :
RUN, untuk mengendalikan suatu proses saat program dalam keadaan aktif.
OFF, untuk mematikan PLC sehingga program dibuat tidak dapat dijalankan.
MONITOR, untuk mengetahui keadaan suatu proses yang terjadi dalam PLC.
PROGRAM, menyatakan suatu keadaan dimana programmer/ monitor digunakan
untuk membuat suatu program.
5. Unit Input/Output
Unit Input/output menyediakan antarmuka yang menghubungkan sistem dengan dunia luar,
memungkinkan dibuatnya sambungan-sambungan/koneksi antara perangkat-perangkat input,
semisal sensor, dengan perangkat output, semisal motor dan selenoida, melalui kanal-kanal
input/output. Demikian pula, melalui unit input/output, program-program dimasukkan dari
panel program. Setiap titik input/output memiliki sebuah alamat unik yang dapat digunakan
oleh CPU.
Unit input/output atau sering disingkat dengan Unit I/O pada PLC, menyediakan antarmuka
yang menghubungkan sistem dengan dunia luar. Keadaan tersebut memungkinkan untuk
dibuat sambungan-sambungan antara perangkat-perangkat input, seperti sensor, dengan
perangkat output, seperti motor dan selenoida, melalui panel-panel yang tersedia. Demikian
pula, melalui unit input/output, program-program dimasukkan dari panel program. Masing-
masing point input/output memiliki sebuah alamat spesifik yang dapat digunakan oleh CPU
untuk mengaksesnya.
1. Perangkat input
Pada PLC, perangkat input biasanya digunakan untuk perangkat-perangkat digital dan analog,
seperti saklar mekanis, potensiometer, termistor, strain gauge, dan thermocoupler. Beberapa
perangkat tambahan tadi bertindak sebagai sensor, yang nantinya akan menghasilkan output
digital(discrete), yaitu kondisi ‘ON(1)’/’OFF(2)’, dan dapat dihubungkan dengan mudah ke
port-port input PLC. Sensor-sensor yang menghasilkan sinyal-sinyal analog harus terlebih
dahulu diubah(diconvert) menjadi sinyal-sinyal digital sebelum dihubungkan ke port-port
PLC. Contoh beberapa sensor yang umum digunakan yaitu:
Saklar-saklar mekanik
Saklar-saklar jarak(proximity switch)
Sensor-sensor suhu
Straingauge
2. Perangkat output
Port-port pada output sebuah PLC dapat berupa tipe relay atau tipe isolator-optik dengan
transistor atau tipe triac, bergantung pada perangkat yang dihubungkan kepadanya, yang akan
dikendalikan. Umumnya, sinyal digital dari salah satu kanal output sebuah PLC digunakan
untuk mengendalikan sebuah aktuator yang pada saatnya mengendalikan suatu proses. Istilah
aktuator sendiri digunakan untuk perangkat yang dapat mengubah sinyal listrik menjadi
gerakan-gerakan mekanis untuk mengendalikan proses. Berikut ini beberapa contohnya:
Kontaktor
Motor
Motor Stepper
Katup-katup kontrol direksional
10
Selain komponen dasar yang telah dibahas pada topik sebelumnya, PLC juga memiliki
komponen tambahan yang dapat membuat fungsi maupun kinerjanya menjadi semakin
optimal. Hal tersebut karena sebuah PLC tersusun dari ratusan bahkan ribuan relay, counter,
timer dan juga memori.
Komponen ini dihubungkan ke dunia luar (antarmuka) PLC, dan secara fisik komponen ini
ada serta menerima sinyal dari source, sensor dan lain sebagainya.
Internal Relay tidak dapat diakses secara langsung untuk digunakan sebagai input maupun
output. Komponen ini merupakan relay semu yang merupakan bit digital (0/1) yang disimpan
pada internal image register. Dilihat dari sudut pandang pemrograman, semua internal relay
mempunyai satu coil dan mempunyai sebanyak contact sesuai yang diinginkan oleh
programer. Semua Iternal relay dimiliki oleh semua jenis maupun merk PLC, namun cara
penomeran dan jumlah maksimum yang diperbolehkan masing-masing berbeda. Bagi
kebanyakan programer, Internal Relay memberikan kebebasan untuk melaksanakan operasi
internal yang lebih rumit tanpa memerlukan penggunaan biaya mahal untuk beberapa output
relay. Dalam contoh pemrograman Internal Relay dapat disimbolkan dengan IR.
3. Counters
Counter sama dengan input relay yang secara fisik tidak ada. Komponen ini merupakan
simulasi counter dan dapat diprogram untuk menghitung banyak pulsa, dapat menghitung
naik atau turun atau keduanya naik dan turun. Selama waktu simulasi dapat dibatasi
kecepatan hitungnya. Beberapa perusahaan membuat counter berkecepatan tinggi dengan
bantuan tambahan hardware.
4. Timers
Timer juga merupakan komponen maya yang secara fisik tidak dapat ditemui. Komponen ini
dibuat dengan banyak ragam dan yang paling umum adalah tipe tunda saat ON (on delay) dan
tunda saat OFF (off delay) dan dua tipe yang dapat menyimpan data atau tidak dapat
menyimpan data (retentive dan nen-retentive type), variasi jenaikan 1 ms sampai dengan 1s.
Output relay merupakan komponen tambahan yang dihubungkan dengan dunia luar, memiliki
bentuk fisik dan melaksanakan tugas mengirimkan sinyal ON/OFF ke solenoid, lampu dan
komponen keluaran lain. Wujud dari output relay ini dapat berupa transistor, relay atau triac
tergantung pada model yang dipilih pengguna.
6. Data storage
Seperti yang kita ketahui bahwa PLC merupakan suatu perangkat pengendali yang dapat
diprogram. Metode pemrogramannya tak terlalu rumit dan biasanya vendor yang
memproduksi PLC memberikan pilihan kepada pengguna untuk memilih metode
pemrograman PLC yang bersangkutan. Metode yang umum diberikan sebagai pilihan antara
lain berupa metode pemrograman dengan diagram logika tangga (ladder logic diagram),
mneumonic (statement list), dan atau diagram fungsi blok (function block diagram). Adanya
pilihan metode tersebut dimaksudkan agar pengguna dapat dengan mudah membuat program
sesuai dengan keahlian maupun metode pemrograman yang disukai.
Salah satu metode pemrograman PLC yang sangat umum dipergunakan yaitu pemrograman
menggunakan ladder diagram (diagram tangga). Metode yang praktis dan cukup mudah
dimengerti. Programer bertugas untuk menuliskan sebuah program selayaknya
menggambarkan sebuah rangkaian saklar elektronik. Dapat dirancang dengan melakukan
konversi dari rangkaian elektronik yang telah ada, lalu menggantikan fungsi saklar sesuai
dengan fungsi yang tersedia pada software programer. Diagram ini sendiri terdiri dari dua
buah garis vertikal yang melambangkan daya. Komponen-komponen rangkaian
disambungkan sebagai garis-garis horisontal yang merupakan anak tangga. Komponen-
komponen yang dimaksud ditempatkan di antara kedua buah garis vertikal.
1. Dua garis vertikal pada sheet (= media untuk meletakkan komponen rangkaian)
melambangkan daya. Di antara kedua garis tersebut komponen-komponen rangkaian
dihubungkan sesuai dengan rancangan.
2. Masing-masing baris ladder (baca: rung) mendefinisikan suatu operasi dalam proses
kendali.
3. Masing-masing baris ladder wajib untuk dimulai dengan menempatkan sebuah input
atau sejumlah input dan harus diakhiri dengan menempatkan sebuah output.
13
Antarmuka PLC
Perangkat antarmuka input pada PLC berada di antara jalur masukan yang sebenarnya dengan
unit CPU. Adapun manfaat dari perangkat antarmuka input sendiri yaitu untuk melindungi
CPU PLC dari sinyal-sinyal yang dapat merusak kinerja maupun ketahanan CPU tersebut.
Modul antarmuka ini berfungsi untuk mengubah sinyal-sinyal masukan dari luar ke sinyal-
sinyal yang sesuai (sinkron) dengan tegangan kerja CPU PLC yang bersangkutan. Misalnya,
input dari sensor dengan tegangan kerja 24 Volt DC harus diubah menjadi tegangan 5 Volt
DC agar sesuai dengan tegangan kerja CPUnya.
Dengan menggunakan pto-isolator, tak ada sambungan dengan menggunakan kabel antara
dunia luar dengan CPU. Keduanya dipisahkan secara optic, dimana sinyal-sinyal disampaikan
melalui cahaya. Prinsip kerjanya sederhana, piranti eksternal akan memberikan sinyal untuk
menghidupkan LED (dalam opto-isolator), sehingga phototransistor akan menerima cahaya
kemudian menghantarkan arus (ON=1). CPU akan melihat sinyal tersebut sebagai logika nol
(dimana catu antara kolektor dan emitor turun hingga di bawah 1 volt). Demikian pula
sebaliknya, ketika sinyal masukan tak ada lagi, LED akan mati dan phototransistor akan
berhenti menghantar (OFF). CPU akan melihat sinyal tersebut sebagai logika satu.
Tak berbeda dengan antarmuka masukan PLC, unit keluaran juga perlu adanya perangkat
antarmuka untuk memberikan perlindungan CPU dengan peralatan eksternal. Skema
perangkat antarmuka keluaran PLC dapat dilihat pada Gambar 4.
Cara kerjanya sama dengan perangkat antarmuka masukan PLC. Bedanya, perangkat yang
menyalakan dan mematikan LED didalam opto-isolator sekarang adalah CPU, sedangkan
yang membaca keadaan arus pada photo-transistor, yaitu perangkat eksternal.
Sebuah Programmable Logic Controller (PLC), berjalan secara kontinu berdasarkan pada
program yang didownload (dimasukkan) ke dalam unit prosesnya. Terdapat beberapa tahap
yang harus dilalui terlebih dahulu hingga akhirnya program menyampaikan perintah yang
harus dilaksanakan. Entah gerbang menjadi aktif maupun non aktif, sesuai dengan logika
permrograman yang diberikan pengguna.
Pada topik ini, akan kita bahas mengenai proses scanning (penyapuan) program pada sebuah
PLC. Nah, apa saja proses yang harus dilalui sebuah program hingga akhirnya menghasilkan
suatu pernyataan atau perintah dari perangkat masukan ke perangkat keluaran? bagaimana
pula arah pergerakan proses tersebut? Anda akan menemukan jawabannya di sini.
Pada umumnya, proses scanning program pada PLC memiliki beberapa tahap tergantung dari
program yang diberikan dan masing-masing vendor. Namun, hanya 3 (tiga) tahap saja yang
utama. Adapun tahapan-tahapan dapat dijelaskan sebagai berikut:
Sebagai tahap pertama, PLC akan memeriksa status masing-masing keluaran. Bagaimana
kondisi yang sedang terjadi pada saat itu (ON atau OFF). Pemeriksaan dilakukan secara
menyeluruh dan detail pada masing-masing masukan sebagai langkah identifikasi terhadap
keadaan sebelum proses selanjutnya dilaksanakan. Hasil yang telah diperoleh selanjutnya
disimpan ke dalam suatu memori yang bersangkutan. Adapun data-data tersebut akan
dipergunakan pada tahap selanjutnya.
Sebagai tindakan berikutnya, PLC akan melakukan eksekusi terhadap program yang telah
dimasukkan oleh pengguna, instruksi demi instruksi dijalankan secara runtut dan teliti.
Perintah-perintah awal pada program yang dimasukkan akan sangat mempengaruhi terhadap
keadaan yang ada. Jika program diawali dengan memberikan logika 1 (ON) pada masukan
16
pertama, keluaran pertama akan bernilai 1 (ON) pula. Hal tersebut dapat terjadi karena PLC
sudah memperoleh data masukan yang mana saja yang ON dan OFF. Dari tahap pertama
dapat ditentukan bagaimana kondisi keluaran pertama, harus di-ON-kan atau tidak
(berdasarkan status masukan pertama). Tahap ini diakhiri dengan menyimpan hasil eksekusi
untuk digunakan kemudian.
Sebagai tahap utama yang terakhir, tindakan yang akan dilakukan PLC yaitu memperbaharui
atau mengupdate status keluaran. Pembaharuan status keluaran ini dipengaruhi oleh masukan
yang aktif (ON) selama tahap 1 dan hasil dari eksekusi program di tahap 2. Jika masukan
pertama statusnya ON, dari langkah 2, program akan menghasilkan keluaran pertama ON,
sehingga pada tahap 3 ini keluaran pertama akan diperbaharui menjadi ON.
Setelah tahap 3 selesai, PLC akan kembali lagi melaksanakan proses scanning program dari
tahap 1, demikian seterusnya. Waktu scan didefinisikan sebagai waktu yang diperlukan untuk
melaksanakan 3 tahap utama tersebut. Pada setiap tahapnya, bisa memiliki waktu tanggap
yang berbeda-beda. Waktu tanggap total (total response time) adalah jumlah semua waktu
tanggap masing-masing langkah. Sehingga dapat dikatakan bahwa waktu tanggap total
merupakan jumlah masukan ditambah waktu eksekusi program ditambah waktu tanggap
keluaran akan sama dengan waktu tanggap total. Logikanya, semakin banyak variabel input
maupun output yang ada dan banyaknya tingkat ekseskusi program mempengaruhi sekali
terhadap waktu scan dan waktu tanggap yang semakin besar.
Dalam merancang suatu sistem kendali diperlukan beberapa pendekatan yang sistematis
dengan prosedur yang telah diterapkan untuk memperoleh hasil yang maksimal sesuai dengan
yang diharapkan. Pendekatan-pendekatan sistematis dianjurkan untuk mengikuti prosedure
berikut:
Dalam tahap ini, programmer menentukan terlebih dahulu jenis sistem yang akan
dikendalikan, demikian pula proses yang harus dilaksanakan dalam sistem tersebut. Sistem
yang dikendalikan dapat berupa peralatan mesin ataupun proses yang terintegrasi yang pada
umumnya disebut dengan controlled system (sistem terkendali).
Pada tahap ini, semua bentuk perangkat masukan dan keluaran eksternal yang akan
dihubungkan ke PLC harus ditentukan. Perangkat masukan dapat berupa saklar, sensor, valve
dan lain-lain. Sedangkan perangkat keluaran dapat berupa solenoid valve, elektromangnetik,
dan lain-lain.
3. Desain Program
logic diagram maupun kode mnemonic, dengan mengikuti aturan dan urutan operasi sistem
kendali.
4. Pemrograman (Programming)
Tahapan untuk merancang program PLC dengan menggunakan software pendukung dari
masing-masing vendor yang bersangkutan. Hampir setiap vendor produsen PLC
mempersiapkan software yang sesuai demi pelayanan dan penggunaan PLC secara maksimal.
Ini merupakan tahap simulasi dari tahap-tahap sebelumnya.
Program yang telah dirancang dan disimulasikan selanjutnya diterapkan (download) ke dalam
PLC agar dapat dilakukan uji coba terhadap kebenaran secara real. Apakah sesuai dengan
harapan dan disain ataukah belum? Jika sudah maka dapat dikatakan program telah berhasil
dibuat. Operator tinggal menghubungkan pada plant atau perangkat lain yang akan digunakan
sebagai input maupun output.
Kelebihan PLC
Penggunaan PLC di dalam kehidupan sehari-hari dan dalam industri sudah menjadi suatu
kebutuhan, terutama untuk menggantikan sistem pengkabelan (wiring) yang masih
dipergunakan pada sistem sebelumnya. Para pengguna mulai mengalihkan perhatian kepada
PLC karena banyak kelebihan maupun keuntungan yang ditawarkan oleh sistem yang dapat
diprogram kembali ini. Adapun kelebihan maupun keuntungan tersebut antara lain:
1. Fleksibel
Jika kita melihat kembali kepada sisi fleksibilitasnya tentunya sudah menjadi jawaban,
dimana harga yang dikeluarkan jauh lebih sedikit (murah) jika dibandingkan dengan
menggunakan sistem sebelumnya. Ketika sistem lama (relay) masih banyak menggunakan
pengkabelan yang memakan banyak biaya, PLC menawarkan pengkabelan yang sederhana.
Pengkabelan dapat dilakukan dengan jumlah yang banyak hanya dengan sebuah PLC, karena
18
PLC mencakup relay, timer, counter, sequencer, dan beberapa fungsi yang dapat disesuaikan
sesuai dengan kebutuhan.
Banyaknya kontak yang dimiliki sebuah PLC memberikan banyak kemudahan kepada
pengguna. Tidak hanya dari segi finansial, tetapi juga sisi instalasi. Akan jauh lebih
sederhana dan mudah jika dibandingkan dengan relay. Misalnya saja pada PLC-5, sebuah
PLC keluaran Allen Bradley dengan jumlah kontak minimal 16-32 kontak, sementara itu
relay menyediakan kontak sejumlah 4-8 kontak.
4. Dapat Melakukan Pemrograman, Pemrograman Ulang dan Koreksi dengan Mudah
PLC memiliki kelebihan dimana sistemnya dapat diprogram ulang secara cepat, proses
produksi yang bercampurpun dapat diselesaikan dengan cepat. Bahkan ketika sistem sedang
dijalankan. Bila salah satu sistem akan diubah atau dikoreksi, pengubahannya hanya
dilakukan pada program yang terdapat di komputer, dengan waktu yang relatif singkat,
setelah itu baru didownload ke PLC. Jika dengan relay, diperlukan pengubahan pada
pengkabelannya, waktunya akan sangat lama dan beresiko tinggi sehingga harus mematikan
sistem yang sedang berjalan.
Banyak metode untuk membuat suatu program pada PLC. Seperti pada penjelasan
pemrograman pada PLC, disebutkan bahwa terdapat banyak metode yang ditawarkan untuk
membuat suatu program pada PLC, di antaranya Ladder Logic Diagram, Mneumonic dan
Function Block Diagram. Setiap programer dapat memiih metode sesuai dengan kebutuhan
dan kemampuan.
Dalam PLC juga terdapat timer, counter, relay dan komponen lainnya, sehingga tak lagi
membutuhkan komponen-komponen tersebut sebagai tambahan. Penggunaan relay
membutuhkan counter, timer atau komponen lain untuk perangkat tambahan.
Jika dilihat dari sisi keamanan, PLC tergolong perangkat yang luar biasa aman, dari segi
dokumentasi, perangkat dan hal-hal mengenai program. PLC mempunyai sistem penguncian
(lock), sehingga mengurangi dan dapat menghindarkan dari adanya pecurian dalam bentuk
apapun.
PLC dirancang untuk mampu menyimpan data-data yang diperlukan sesuai dengan
kebutuhan dan program. Dimudahkan dengan adanya interface yang dapat menampilkan
proses, data maupun perbandingan ke dalam suatu perangkat komputer (PC) yang terhubung
dengan PLC.
19
Sistem terbaru dari PLC yaitu dengan menawarkan sistem yang wireless dan dapat diakses
oleh penggunanya dengan mudah dan jarak jauh. Tak harus masuk ke dalam kantor atau
ruangan khusus.
Kekurangan PLC
Menyambung pada artikel sebelumnya, PLC tak hanya memiliki kelebihan. Sebagai hasil
ciptaan manusia, tentunya PLC masih mempunyai kekurangan dan kelemahan yang pada
setiap generasinya dilakukan koreksi dan penyempurnaan. PLC pada perannya sebagai sistem
kendali memiliki kelemahan yang cukup mendasar dan masih terus ditekan agar dapat
diperoleh hasil yang mendekati kesempurnaan dan harapan yang ada, baik oleh vendor
maupun oleh pengguna tentunya. Adapun kekurangan-kekurangan PLC dapat dijelaskan
sebagai berikut:
Pengubahan sistem lama yang mempergunakan relay ke dalam konsep komputer PLC masih
dianggap baru bagi sebagian orang. Tentunya hal ini menjadikan suatu tantangan besar bagi
vendor PLC untuk meningkatkan pengenalan PLC ke dalam masyarakat umum maupun
masyarakat teknologi (khususnya). Sementara ini, PLC banyak digunakan pada level industri
saja, belum banyak merambah dunia yang lebih luas yaitu masyarakat. Meskipun tak terlalu
mempengaruhi pasar industri, dengan mengenal sistem PLC orang akan dapat memiliki
ketertarikan tersendiri untuk mengasah ilmu khususnya dalam bidang kendali dengan PLC
dan membuat implementasinya dalam kehidupan sehari-hari.
Aplikasi-aplikasi PLC dapat mencakup beberapa fungsi sekaligus. Di lain sisi, beberapa
aplikasi merupakan aplikasu dengan satu fungsi. Jarang sekali dilakukan perubahan bahkan
tidak sama sekali atau statis. Hal tersebut membuat penggunaan PLC pada aplikasi dengan
satu fungsi dinilai tidak efektif bahkan dapat menghabiskan biaya yang besar alias boros.
Oleh sebab itu, penggunaan PLC pada aplikasi kecil tidak direkomendasikan oleh para ahli
sistem kendali.
Kinerja PLC menjadi tidak optimal dan efektif bahkan memboroskan biaya jika rangkaian
pada sebuah operasi tidak dilakukan perubahan secara menyeluruh. Proses justru akan
menjadi lambat dan membuat sistem terganggu, mempengaruhi pada hasil produksi dan
keluaran.
Menjadikan sebuah pertimbangan ketika suatu perangkat yang akan dipergunakan memiliki
kelemahan yang cukup mengkhawatirkan. Dalam suatu kalang proses industri, lingkungan
akan memiliki perubahan suhu dan keadaan yang tidak dapat diduga, seringkali pemanasan
yang sangat luar biasa terjadi, vibrasi yang berhubungan langsung dengan alat-alat elektronik
di dalam PLC dan keadaan lingkungan maupun lapangan yang tidak dapat dipungkiri dapat
menyebabkan debu yang mengotori perangkat PLC. Apabila hal-hal tersebut terjadi secara
terus menerus, kinerja pada sistem PLC akan terganggu dan tidak dapat berjalan secara
maksimal. Hal-hal tersebut banyak terjadi khususnya pada PLC generasi lama. Kekurangan
PLC ini untuk PLC generasi baru mulai dapat dikendalikan dan dikurangi secara perlahan
oleh vendor.