Anda di halaman 1dari 5

STUDI SISTEM KONTROL DAN INSTRUMENTASI LEVEL PADA BAK

MENARA PENDINGIN di PT. PERTAMINA (PERSERO) REFINERY UNIT


(RU) VI BALONGAN, INDRAMAYU
Lazyo Rahmando1) dan Sumardi, ST.MT2)
Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro,
Jln. Prof. Sudharto, Tembalang, Semarang, Indonesia
E-mail :lazyo.rahmando@gmail.com

Abstrak
PT. Pertamina (Persero) merupakan perusahaan minyak dan gas milik negara yang mengolah minyak mentah
menjadi Bahan Bakar Minyak (BBM) dan Non Bahan Bakar Minyak (NBBM). Perusahaan ini telah berdiri sejak tahun
1957, dan mengalami banyak perubahan nama perusahaan, hingga pada tahun 2003 menjadi PT. Pertamina (Persero).
Untuk memasok kebutuhan energi di dalam negeri, PT. Pertamina (Persero) membangun tujuh unit pengolahan minyak
yang tersebar di Indonesia, salah satunya adalah RU VI Balongan yang terletak di Indramayu, Jawa. Barat
Dalam menjalankan suatu proses, PT. Pertamina RU VI Balongan telah dilengkapi dengan banyak sistem kontrol
loop tertutup, salah satu contohnya adalah sistem pengontrolan level air pada Cooling Water System. Sistem pengontrolan
level air ini bertujuan untuk menjaga level air agar tetap sesuai dengan set point yang ditetapkan agar tidak merusak
pompa dan sesuai kebutuhan pada proses, kontrol valve 56-LV-001 digunakan untuk mengatur level air sedangkan sensor
element yang digunakan adalah tipe displacement.
Kata kunci : Cooling water system, Instrument, Displacement.

Abstract
PT. Pertamina (Persero) is a state oil and gas company that process crude oil into fuel oil (BBM) and Non Fuel
Oil (NBBM). This company has been established since 1957, and have many change company name, until 2003 became
to PT Pertamina (Persero). To supply energy needs, PT. Pertamina (Persero) built seven units of refinery unit oil and gas
spreads in Indonesia, one of them is Refinery Unit VI Balongan that is located in Indramayu, West Java.
In carrying out a process, PT. Pertamina RU VI Balongan has been equipped with many closed loop control
system, for example is control system for water level in Cooling Water System. Water level control system is intended to
keep level of water to the specified set point so it is not dangerous for pump and process need. Control Valve 56-LV-001
is an actuator that is used to control the level of water, while the sensor element that used is type displacement.
Keyword : Cooling water system, Instrument, Displacement.

1.Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
PT. PERTAMINA (persero) RU VI Balongan
dibangun pada tanggal 1 September 1990. Kapasitas total
yang dihasilkan dari kilang ini adalah 125000 BBL per
stream day. Start up kilang minyak PT. PERTAMINA
(persero) RU VI Balongan dilaksanakan pada bulan
Agustus 1994, tetapi baru diresmikan oleh Bapak Presiden
Soeharto pada tanggal 24 Mei 1995.
Pengembangan yang sedang di laksanakan pada
semua bidang sangat membutuhkan tenaga ahli terutama
tenaga ahli yang mempunyai kemampuan di bidang
rekayasa teknologi dan kopetensi keterampilan profesional.
Fakultas Teknik Universitas Diponegoro menjadi
salah satu Fakultas yang dikenal dan diakui di Nasional

1)

Mahasiswa Teknik Elektro UNDIP

2)

Dosen Teknik Elektro UNDIP

maupun Internasional, dalam menghasilkan lulusan yang


profesional dan kompetitif.
Di dalam dunia industri, dituntut suatu proses kerja
yang aman dan berefisiensi tinggi untuk menghasilkan
produk dengan kualitas dan kuantitas yang baik serta dengan
waktu yang telah ditentukan.

1.2

Tujuan

Adapun tujuan penulisan laporan praktek industri ini


adalah sebagai berikut:
1. Mempelajari sistem kontrol dan instrumentasi pada
56 - LC - 001 A/B di PT. PERTAMINA (Persero) RU
VI Balongan.
2. Untuk mengetahui secara umum alat-alat yang
dipakai dalam sistem air pendingin CWS 56 - ZT 101 di PT. PERTAMINA (Persero) RU - VI
Balongan.

3.

1.3

Untuk mengetahui pengaplikasian teori - teori yang


di dapatkan dalam perkuliahan lapangan di PT.
PERTAMINA (Persero) RU - VI Balongan.

Pembatasan Masalah

Untuk memudahkan penyusunan laporan agar lebih


terarah, maka penulis membuat batasan masalah untuk
penulisan laporan ini. Batasan masalahnya adalah sebagai
berikut:
1. Teori dan prinsip dari Level Control dan Sensor tipe
Displacement
2. Sistem kontrol dan instrumentasi pada 56 - LC - 001
A/B
3. Alat yang dipakai dalam Sistem Air Pendingin

2.Dasar Teori
2.1 Air Pendingin
Sistem pendinginan adalah suatu rangkaian untuk
mengatasi terjadinya over heating (panas yang berlebihan)
pada mesin agar mesin bisa bekerja secara stabil. Air
pendingin adalah air yang berasal dari aliran air yang
digunakan untuk penghilang panas dan tidak berkontak
langsung dengan bahan baku, produk antara atau produk
akhir. Sistem air pendingin merupakan bagian yang
terintegrasi dari proses operasi pada industri untuk
produktifitas pabrik yang kontinu. Sistem tersebut
memerlukan pengolahan kimia yang tepat, tindakan
pencegahan dan perawatan yang baik.
Kebanyakan proses produksi pada industri
memerlukan air pendingin untuk efisiensi dan operasi yang
baik. Air pendingin sistem mengontrol suhu dan tekanan
dengan cara memindahkan panas dari fluida proses ke air
pending yang kemudian akan membawa panasnya. Total
nilai dari proses produksi akan menjadi berarti jika sistem
pendingin ini dapat menjaga suhu dan tekanan proses
dengan baik. Memonitor & mengatur korosi, deposisi,
pertumbuhan mikroba, dan sistem operasi sangat penting
untuk mencapai Total Cost of Operation (TCO) yang
optimal (Kumara dkk, 2013).

2.2

Sensor, Transmitter dan Transduser

Sensor adalah jenis tranduser yang digunakan untuk


mengubah besaran fisis menjadi tegangan atau arus listrik.
Jenis sensor bermacam-macam antara lain sensor
suhu atau sensor temperature, sensor cahaya, tekanan,
posisi, gerak dan besaran fisis lainnya.
Transmitter adalah pengubah besaran fisis dari
sensing element menjadi sinyal pengukuran yang kemudian
ditransmisikan ke control element, berdasarkan sinyal
keluarannya transmitter dibedakan menjadi dua macam :
a. Pneumatic transmitter, yaitu transmitter yang
mampu mengubah besaran mekanik menjadi sinyal
pneumatic (tekanan)
b. Electric transmitter, di dalamnya terdapat detector
armature yang berfungsi sebagai transducer yang
mengubah besaran mekanik menjadi sinyal elektrik.
Transducer dapat didefinisikan sebagai suatu piranti
yang dapat mengubah suatu energy ke bentuk energy lain.

Dari sisi pola aktivitasnya, transducer dapat di bagu menjadi


dua, yaitu :
a. Transducer pasif, yaitu transducer yang dapat bekerja
bila mendapat energy tambahan dari luar.
b. Transducer aktif, yaitu transducer yang bekerja tanpa
tambahan energy dari luar. Tetapi menggunakan
energy yang akan diubah oleh transducer itu sendiri.

2.3

Kontroler

Kontroler merupakan piranti utama yang digunakan


dalam menetukan aksi control pada sebuah plant. Terdapt
bermacam-macam tipe dan aksi pengontrolan, antara lain :
1. On Off Controller
Jenis ini memiliki sinyal output maksimum dan
minimum, on off saja. Controller ini dapat dikatakn
sebagai
digital
controller,
dimana
dalam
pengoprasiannya hanya bekerja dalam konsisi bernilai
high atau low
2. Proportional Controller
Jenis controller ini menghasilkan output yang
sebanding dengan inputnya trgantung dari
sensitivitasnya. Yang juga tergantung pada
proportional Band (PB). Maksud dari PB yaitu
perubahan input yang menghasilkan 100% perubahan
output controller. Secara matematis dapat dirumuskan
dalam persamaan (1).
MV = Kc E + b (1)
Dimana
Kc
: gain controller
E
: error
B
: harga awal manipulated variable
Gain controller (K) ditentukan oleh besarnya
nilai PB (Proportional Band) dimana hubungan
keduanya ditunjukan oleh persamaan (2)
K=100/PB
Proportional controller ini mempunyai
kelemahan pada model system P, mempercepat time
respon akan tetapi mengalami offset yang tinggi.
Untuk mengatasinya digunakan Proportional Integral
(PI) controller.
3. Proportional Integral Controller
Proportional integral controller digunakan
dalam aksi pengendalian untuk menghilangkan offset
yang terjadi pada proportional controller. Perubahan
konfigurasi yang ada di PI ini adalah adanya
proportional spring yang melawan proportional
bellows.
4. Proportional - Integral Derivative Controller
Untuk menutup semua kekurangan dari
pendalian PI maka dibuat suatu pengendali yang
menggabungkan unsur kendali secara proportional,
integral, dan derivative dimana masing-masing
bertujuan untuk mempercepat reaksi system,
menghilangkan offset dan mendapatkan energy
tambahan pada saat ke load. Modeini disebut PID
controller.

2.4

Control Valve

loop.

Control valve adalah elemen akhir control system


Fungsinya untukmengatur aliran fluida yang

melewatinya. Valve juga dapat dikatak sebagai actuator


akhir dari control system loop yang dilakukan. Ditinjau dari
tipe penggeraknya, control valve di bagi menjadi tiga
macam:
a. Automatic Valve tipe Pneumatic
b. Automatic Valve tipe Hydraulic
c. Automatic Valve tipe Electric

Sedangkan kelemahannya adalah mahal dan hanya produksi


berskala besar saja.

2.6

Yokogawa Centum CS 3000

Centum CS (Vigilant Plant) adalah produk unggulan


dari yokogawa dan merupakan smart system yang memiliki
beberapa konsep serta keunggulan dalam hal kemudahan
maintenance dan monitoring suatu plant.
Centum CS 3000 merupakan produk lanjutan dari
Yokogawa Centum CS 2000 dengan beberapa
penyempurnaan, seperti sistem konfigurasinya, kemudahan
dalam pemakaian, serta sistem grafis dan interface yang lebih
baik. Gambar 3 menunjukan logo Yokogawa Centum VP.

Gambar 3. Logo DCS Yokogawa Centum CS


Gambar 1. Control Valve

2.5

Distributed Control System

Distributed Control System (DCS) adalah suatu


sistem control yang terintegrasi terdiri dari beberapa
controller yang diatur oleh computer station (Man
Manchine Interfere) untuk mengendalikan, memonitor dan
mengatur nilai-nilai proses dilapangan. Sebuah controller
pada DCS disebut juga sebagai Field Control Station
(FCS), Field Control Unit (FCU), Process Manager, atau
sebagainya
DCS tersusun dari beberapa bagian, yaitu :
Engineering work station (EWS), Field Control Unit
(FCU) dan Operation Work Station (OWS), Operator
console, Historian data, Human Interface Station (HIS).
Arsitektur DCS dapat dilihat gambar 2.

3.Pembahasan
3.1 Plant Sistem Menara Pendingin
Sistem air pendingin terdiri dari menara pendingin
(56-K-101 A-F,56-K-102 A-F), jaringan distribusi, side filter
(56-S-101 A-C), 8 buah pompa sirkulasi CW (56-P-101 AF), side filter/start up pumps (56-P-102) dan kebutuhan
fasilitas- fasilitas pembantu yang lain. 56-P-101 C,F,G dan
56-P-102 digerakkan oleh motor, dan 56-P-101 A,B,D,E dan
H digerakkan oleh steam turbine.

Gambar 4. HMI Cooling Water System

Gambar 2. Arsitektur DCS

Keunggulan DCS sebagai teknologi modern saat ini ialah ;


1. Maintenance mudah
2. Waktu eksekusi lebih cepat
3. Bila terjadi fail maka DCS mempunyai fitur
redundant atau memiliki 1 memori yang stand by
mengcover memori yang sedang bekerja.
4. Ketika akan ditambahkan plant baru akan lebih
mudah instalsi dan programmingnya

Menara dirancang untuk kapasitas 33.400 t/m.


Mendinginkan air dari temperature 45,5C dengan tipe
counter flow, induced draft. Menara terdiri dari 12 cell dan
12 induced draft fan dilengkapi dengan motor motor.
Selama normal operasi, air pendingin dipompa oleh 7
pompa dan 1 pompa standby, masing-masing pompa
mempunyai kapasitas 700 m3/h dengan tekanan 4.4 kg/cm2.
Masing-masing pompa sirkulasi air pendingin dilengkapi
dengan auto srat sequence bila tekanan turun (56-PI-002)
pada header discharge. Air pendingin didistribusikan
melalui dua header supply utama, satu untuk on-site area dan
yang lain untuk utility area, dan kembalinya melalui dua
header kembali ke menara.

Make up level dikontrol oleh kontrol level (56-LC001 A dan B) yang di pasang pada bak menara pendingin
(Cooling Tower Basin).

3.2

Proses Pengontrolan Level Air Menara


Pendingin

Gambar 5. Diagram Pengontrolan Level Air Menara Pendingin

Level Transmitter yang digunakan untuk mengukur


level yang mengalir pada sistem air pendingin ini adalah
56-LT-001 yang merupakan level transmitter yang bertipe
displacement. Transmitter tersebut memiliki pelampung
yang berfungsi untuk mengukur level air yang diperoleh
dari perbedaan gaya apung bedasarkan hukum archiemedes
dan kemudian mengkonversi perbedaan gaya apung itu
dalam besaran digital yang dapat menampilkan level air
pada bak menara pendingin.

3.2

Proses Instrumentasi Level Air Menara


Pendingin

Gambar 6. Diagram Instrument Loop Level Air Menara


Pendingin

Pada Gambar 6 diatas merupakan diagram


Instrument loop yang merupakan diagram yang
menjelaskan proses instrumentasi pada 56-LC-001 dari
wiring kabel dilapangan hingga proses alamat di terminal
hingga bisa di akses di control room.
Pada bagian ini merupakan bagian pembacaan level
air bak menara pendingin dari 56-LT-001 yang akan di
transmisikan melalui address 50.JS.002. Selanjutnya wiring
dari 56-LT-001 akan masuk M/S Rack no. 720 dengan
bagian Z1 alamat no. 21,22 dan no. 81,82.
M/S Rack berfungsi sebatas terminal masuk dan
keluarnya wiring instrumentasi di lapangan sehingga
wiring dapat tertata dengan baik. Selanjutnya wiring dari
M/S Rack akan masuk ke EB sebagai media penghubung
dengan EFCD Rack no 720 dengan media kabel elco. Kabel

elco merupakan sekumpulan kabel serabut halus untuk


instrumentasi.
EFCD Rack berisi kontroler, ADC dan DAC. Dari
kabel elco yang terhubung ke 56-LT-001 selanjutnya sinyal
akan di konversi menjadi digital dengan ADC dengan alamat
EA1 wiring no R7.2 dan R7.3. Dan selanjutnya akan di olah
kontroler dengan alamat F4.1.
Selanjutnya setelah data diolah, data akan di
tampilkan di HMI di Refinery Central Control Room (RCCR)
yang merupakan pusat proses kontrol di PERTAMINA RU
VI ini. DCS yang digunakan adalah Manufaktur Yokogawa
CS 3000.
Setelah diolah di controller dan ditampilkan di HMI
RCCR maka selanjutnya sinyal control dirubah menjadi
analog dengan DAC dengan alamat EC0 R7.2 lalu
ditransmisikan melalu media kabel elco hingga masuk ke
M/S Rack no.742 bagian Z1 alamat no 23,24 lalu terhubung
ke kontrol valve 56-LV-001 dengan alamat 50.JS.002.

4.Kesimpulan dan Saran


4.1 Kesimpulan
Adapun yang dapat kami simpulkan dari hasil kerja
praktek yang telah dilaksanakan adalah sebagai berikut.
1. pengontrolan level Air bak menara pendingin ini
adalah agar menjaga level air pada bak pendingin di
ketinggian 3.211 meter dari dasar Bak Air.
2. Bila level air di bak menara pendingin kurang dari set
point menyebabkan cavitasi / angin masuk sehingga
lifetime dari pump untuk mengalirkan air ke proses
dan utility berkurang.
3. Sistem pengontrolan level air pada bak menara
pendingin menggunakan dua instrument utama, yaitu
:
a) Level Transmitter sekaligus control dengan tag
number 56-LT-001
b) Level Control Valve dengan tag number 56-LV001
4. Berikut data yang diperoleh saat melakukan
pengamatan sistem pengontrolan level air di bak
menara pendingin.
a) SV atau set variable yang ditetapkan sebesar
75.0%
b) PV atau process variable yang mengalir sebesar
75.9%
c) %MV atau movement valve sebesar 20.0%
5. Sistem pengontrolan level air di bak menara
pendingin ini merupakan sistem dengan single loop
control yang berupa feedback control.
6. Metode tuning PID pada pengontrolan level air di bak
menara pendingin ini menggunakan metode trial &
error.
7. Terdapat dua mode pengoperasian control valve 56LV-001, yaitu mode AUTO dan mode MANUAL.
Ketika flow yang mengalir di bawah set point, maka
control valve akan membuka katupnya lebih besar
hingga flow yang mengalir sesuai dengan set point
yang telah ditentukan, begitu juga sebaliknya
8. Dari ketiga metode untuk analisa respon kontroler
PID tidak bisa dilakukan karena kekurangan data
pendukung.

4.2 Saran

Biografi

Adapun saran yang diusulkan setelah melakukan


kerja praktek di PT PERTAMINA (Persero) RU VI
Balongan yaitu :
1. Sebisa
mungkin
perusahaan
tetap
bisa
menumbuhkan sikap profesionalitas terhadap para
pekerja untuk meningkatkan sistem keselamatan
dan kesehatan kerja di lingkungan kerja perusahaan.
2. Melakukan Maintenance dan Over Haul secara rutin
dan sesuai dengan anjuran pihak Vendor untuk
menjaga performa agar dapat memproduksi produk
olahan minyak mentah yang optimal.
3. Membantu dan mendukung mahasiswa dalam
memberikan data yang dibutuhkan sehingga dapat
dianalisa sistem yang ada di lapangan sehingga
dapat diketahui apakah sistem tersebut sudah
bekerja optimal apa belum.
4. Human Machine Interface (HMI) pada Refinery
Central Control Room (RCCR) sebisa mungkin di
lakukan upgrading sehingga semua fungsi dapat di
monitor secara lebih detail.

DAFTAR PUSTAKA
[1] Sholihah, Rifatus. 2015. Analisa Cooling Water PT.
Pertamina RU VI Balongan. Yogya:
Universitas Islam Indonesia
[2] ekoharsono.wordpress.com/2012/08/29/mengenalinstrumentasi-04-control-valve-accessories/,
diakses tanggal 7 Agustus 2015.
[3] http://www.geyosoft.com/2013/dasar-sistem-kontrol,
diakses tanggal 10 Agustus 2015
[4] Afrino, Rendi. 2015. Laporan Pelaksanaan Kerja
Praktek PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit
III Plaju Sungai Gerong. Semarang:
Universitas Diponegoro.
[5] Handbook Pertamina, Dasar-dasar Pengukuran
Instrumentasi, 2008.
[6] Hariburhayati, Lina. 2015. Mehitung Material
Balance dan Efisiensi Cooling Water 056-CT101. Yogya: Universitas Pembangunan
Nasional.
[7] Pertamina. 1994. Pedoman Operasi Utilities.
Balongan
[8] Gumilar, Arie. 2011. Sistem Air Pendingin. Jakarta:
STE.
[9] Keister, Timothy. 2008. Cooling Water Management
Basic Principles and Technology. New York :
ProChemTech International.
[10] Ningsih, S.N., 2015. Laporan Praktik Kerja
Lapangan PT. Pertamina (Persero) RU VI
Balongan. Bandung : ITN.
[11] Roepandi, Opan. 2008. Pengoperasian Sistem Air
Pendingin. Surabaya : Pt. Indonesia Power.
[12] Ogata,
Katsuhiko.2010.
Modern
Control
Engineering. New Jersey. Pearson Education.

Lazyo Rahmando. Lahir di Jakarta, 6


Mei

1994.

Saya

telah

menempuh

pendidikan dari SD Muhammadiya 12


Pamulang, SMPN 19 Jakarta, SMAN 47
Jakarta

dan

sekarang

menempuh

pendidikan di S1- Teknik Elektro di


Universitas Diponegoro.

Semarang, 30 September 2015


Mengetahui dan Mengesahkan
Dosen Pembimbing

Sumardi, S.T.,M.T.
NIP 196811111994121001

Anda mungkin juga menyukai