PENDAHULUAN
proses fraksinasi. Suhu feed sebelum masuk pada kolom fractionator harus dijaga
pada suhunya, oleh karena itu kinerja furnace harus dipertahankan agar suhu feed
penting pada proses ini. Selain itu hal penting lainnya yang juga harus diperhatikan
adalah faktor safety dari furnace itu sendiri. Kegagalan pada system pengaman
biasanya terjadi akibat system failure pada Emergency Shutdown System (ESD
System) yaitu terjadi kerusakan pada salah satu komponen penyusunnya atau karena
system sudah tidak layak untuk digunakan. Hal itu berarti tidak memenuhi kategori
biasanya menggunakan relay, PLC, ataupun microprocessor yang mana akan kontak
tepat. Hal ini didasari beberapa alasan seperti kecepatan operasi scan time yang
sangat cepat dalam hitungan millisecond, memiliki jumlah kontak yang cukup
1
banyak, memudahkan pada saat maintenance sistem pengaman dan masih banyak lagi
Berikut adalah rumusan-rumusan masalah yang muncul dari latar belakang yang
tertera di atas:
Furnance ?
1.3. Tujuan
Adapun tujuan dan manfaat yang ingin dicapai melalui pembuatan proposal
skripsi bagi mahasiswa PEM Akamigas Program Studi Teknik Instrumentasi Kilang,
furnance.
2
1.4. Batasan Masalah
System (ESD System) di furnance. Adapun batasan yang ada dalam tulisan ini adalah:
system di furnance.
furnance.
3
II. TINJAUAN PUSTAKA
agar besaran proses tersebut berada dalam batas daerah tertentu yang diinginkan (set
point). Adapun besaran proses yang dapat dideteksi, diukur, dan dikendalikan oleh
a. Tekanan ( Pressure )
b. Aliran ( Flow )
c. Suhu ( Temperature )
berikut:
Instrumentasi sebagai alat ukur adalah untuk merubah besaran fisis atau variabel
proses ke dalam bentuk satuan yang dapat diamati, dimengerti, sehingga dapat
operasi agar variabel proses yang sedang diukur dapat diatur dan dikendalikan, tetap
4
3. Sebagai Alat Pengaman
gangguan atau kondisi yang tidak normal yang diakibatkan oleh tidak berfungsinya
suatu peralatan pada suatu proses apabila gangguan tersebut tidak teratasi dalam
waktu tertentu.
Instrumen berfungsi sebagai alat untuk menganalisa produk yang dikelola, apakah
sudah memenuhi spesifikasi sperti yang diinginkan atau sesuai dengan standar.
Misalkan untuk mengetahui polusi dari hasil buangan sisa produksi yang diproses
2.2 Furnace
memanaskan fluida yaitu furnace. Alat ini bisa disebut heater atau sering disebut
fired heater (dalam bahasa sehari-hari disebut dapur), adalah suatu peralatan yang
digunakan untuk memanaskan cairan di dalam tube, dengan sumber panas yang
berasal dari proses pembakaran yang menggunakan bahan bakar gas atau cairan
secara terkendali di dalam burner. Tujuan pemanasan ini adalah agar diperoleh
kondisi operasi (suhu) yang diinginkan pada proses berikutnya dalam suatu peralatan
yang lain. Supaya proses pemanasan berlangsung optimal, maka tube furnace
dipasang atau diatur sedemikian rupa sehingga panas yang dihasilkan dari
5
pembakaran dapat dimanfaatkan. Terdapat berbagai jenis furnace yang umum
a. Tube bundle
Merupakan rangkaian tube dapur yang berfungsi sebagai alat untuk mengalirkan
fluida yang dipanaskan. Rangkaian tube biasanya terbuat dari pipa lurus, tanpa
sambungan yang disusun paralel dan antara satu dengan yang lain dihubungkan
dengan 180° return bend yang disambung pada pipa atau sambungan khusus yang
disebut plug header. Tube yang dipergunakan harus tahan terhadap suhu dan tekanan
operasi tertentu sehingga tidak terjadi perubahan bentuk dan mempunyai daya hantar
b. Tube support
Tube support berfungsi untuk menahan tube agar tidak melengkung akibat panas
pembakaran pada saat furnace beroperasi. Material yang digunakan harus tahan
terhadap flue gas, oksidasi, korosi karena liquid sisa bahan bakar (sulfat) dan
c. Dinding dapur
Dinding dapur terdiri atas 4 lapisan, lapisan paling dalam disebut refractory yang
berfungsi sebagai penahan dan pemantul panas, lapis ke dua berupa susunan batu
tahan api yang berfungsi selain untuk tempat melekatnya refractory juga sebagai
isolator, lapis ke tiga berupa glass wool berfungsi sebagai isolator, lapis ke empat
6
berupa plat baja yang berfungsi sebagai penyekat dapur dari udara luar dan juga
d. Air register
Pelat berlubang yang berfungsi untuk mengatur masuknya udara pembakaran pada
tiap-tiap burner.
e. Pilot burner
Burner kecil yang harus selalu menyala selama furnace sedang beroperasi. Ini juga
f. Burner
Berfungsi sebagai tempat terjadinya reaksi pembakaran antara bahan bakar dengan
udara.
g. Peep hole
Berfungsi untuk mengamati bentuk dan warna api (flame patern) dari masing-masing
burner.
h. Snuffing steam
Pipa tempat mengalirkan steam yang berfungsi untuk mengusir (purging) gas-gas sisa
dari dalam ruang pembakaran furnace sebelum dilakukan penyalaan api awal, untuk
mematikan api apabila terjadi kebakaran di dalam dapur dan membantu menciptakan
i. Explotion door
Berfungsi sebagai pengaman terhadap furnace apabila terjadi tekanan lebih di dalam
ruangan furnace.
7
j. Stack damper
Katup yang berfungsi untuk mengatur tekanan dan kecepatan aliran gas hasil
pembakaran yang keluar melewati stack, agar tekanan di dalam furnace lebih rendah
k. Shoot blower
agar tidak menghalangi transfer panas. Alat ini dilengkapi dengan nozzle untuk spray
Untuk sistem pengaman pada furnance ada beberapa variabel proses yang dijaga
atau dikendalikan agar sistem di furnance bekerja sesuai dengan range kerjanya
sehingga menciptakan kondisi kerja yang aman. Sistem pengaman sendiri nantinya
akan memberitahukan kepada operator yang bertugas melalui nilai indikator yang ada
Apabila nilai tersebut melebihi batas atas maupun bawah dari set point, maka
akan muncul alarm (final element) berupa horn dan light pada tampilan Human
area. Apabila pemasalahan tersebut tidak segera diperbaiki dan nilai variabel proses
terus berada pada nilai batas paling atas atau batas paling bawah maka sistem
8
Fungsi shutdown (trip) tersebut sebagai upaya lanjutan atas pencegahan
kerusakan alat dan timbulnya bahaya yang lebih besar. Pada dasarnya sistem
f. Kondisi abnormal (pipa pecah, kebakaran, kebocoran fluida, over pressure cabin
dan lain-lain).
Oleh karena itu, untuk mengamankan kondisi tersebut diperlukan system pengaman
kondisi operasi tidak normal atau berbahaya, Peralatan instrument yang membentuk
9
2.3.1 Transmitter
proses untuk selanjutnya mentransmisikan sinyal output yang sebanding dengan arus
listrik searah 4-20 mA, tegangan 1-5 V atau signal pneumatic 3-15 psi atau 0,2-1
kg/cm² ke controller untuk dibandingkan dengan set point. Besaran proses biasanya
dinyatakan dalam bentuk prosentase yaitu 0% - 100% dari besaran range pengukuran.
Solenoid valve adalah gabungan dari dua unit fungsi dasar yaitu sebuah
solenoid (electro magnet) dengan plunger-nya (core/coil) dan sebuah valve yang
mengandung orifice didalam disc atau plug yang berfungsi untuk menghentikan atau
melewatkan suatu aliran, valve dibuka atau ditutup oleh gerakan plunger magnetic
(core/coil) saling tolak menolak yang dialiri ke solenoid-nya ketika solenoid dalam
keadaan energized, maka air supply masuk dan akan membuka valve. Sebaliknya bila
10
keadaan de-energized air supply akan membalik dan akan membuang angin ke
Shutdown valve merupakan valve yang hanya memiliki dua aksi, buka valve
atau tutup valve. Dalam dunia industri yang berhubungan dengan aliran fluida, alat ini
digunakan sebagai pengontrol sistem, ataupun pencegah bahaya yang akan timbul
pada kondisi ekstrim. Sinyal yang diberikan pada shutdown valve merupakan sinyal
digital, dimana logika 1=”tutup”, dan logika 0=”buka”, atau sebaliknya tergantung
setting perintah yang diberikan pada sistem kontrol atau sistem keamanan. Untuk
aktuator baik itu motor aktuator, diaphragma, piston, ataupun aktuator lainnya.
Namun ketika sistem mekanis actuator membutuhkan daya yang cukup besar dan
butuh waktu yang cepat, kebanyakan menggunakan diaphragma, atau piston yang
11
keduanya merupakan pneumatic actuator. Seperti yang ditunjukkan gambar 2.3 di
bawah ini:
2.3.4 Handswitch
Hand switch dapat digunakan oleh operator sistem pengaman untuk sewaktu-
waktu diperlukan untuk keadaan darurat (Emergency Shut down) atau sebagai by pass
switch (bila ada perbaikan pada salah satu instrumentasi sistem pengaman tersebut).
Alat ini ditempatkan pada control room dan ada juga yang dilapangan.
2.3.5 Alarm
Alarm dibagi menjadi 2 (dua) Audible dan Visible. Audible adalah bunyi-bunyian
yang bisa didengarkan sedangkan visible adalah cahaya (lampu) yang bisa dilihat
mata. Alarm atau lampu indikator dipasang terutama karena pertimbangan safety,
kepada operator, sehingga dapat melakukan tindakan korektif secara lebih cepat.
12
2.4 Programmable Logic Control ( PLC )
tercipta dari hasil perpaduan antara teknologi komputer “solid–state” dan “traditional
sequence controller“ kontrol manual. Secara khusus PLC adalah komputer yang
dengan pengontrolan atau pengendalian dan masalah kerja mesin atau proses dalam
suatu industri.
(Programmable Logic Control) adalah suatu peralatan listrik yang beroperasi digital
internal sebagai pengganti kerja dari peralatan yang mempunyai fungsi spesifik,
seperti logic, sequence, timer, counter, dan aritmatichs, untuk mengontrol kerja dari
mesin-mesin atau proses, melalui modul input output secara analog– digital.
data dan dapat menyelesaikan masalah-masalah control yang bersifat kompleks. PLC
beroperasi dengan cara memeriksa input dari sebuah proses untuk mengetahui
statusnya, kemudian sinyal input ini diproses berdasarkan instruksi logika yang telah
berikut:
13
2. Lebih mudah melakukan pelacakan apabila terjadi gangguan sistem.
Merupakan otak dari PLC yang mengerjakan berbagai operasi, antara lain
kondisi/nilai input serta mengatur nilai output, memeriksa adanya kerusakan (self-
b. Input Modul
memberikan masukan kepada CPU. Perangkat luar input dapat berupa push button,
c. Output Modul
memberikan keluaran dari CPU. Perangkat luar output dapat berupa lampu, katub
d. Memori
Merupakan tempat untuk menyimpan program dan data yang akan dijalankan dan
diolah oleh CPU. Dalam memori PLC terdiri atas memori program untuk
14
menyimpan program yang akan dieksekusi, memori data untuk menyimpan nilai-
nilai hasil operasi CPU, nilai timer dan counter, serta memori yang menyimpan
e. Fasilitas Komunikasi
dan monitoring.
f. Power Supply
15
fungsi atau digabungkan dengan fungsi blok lain. Pada dasarnya, terdapat 3
macam blok fungsi logic, yaitu: AND, OR dan NOT (INVERSE). Sedangkan
baris dari Structure Text Ptogram. FBD dikenalkan oleh standar IEC 61131- 3
untuk mengatasi kelamahan yang ada pada Structure Text dan Ladder
Bahasa pemrograman yang yang dibuat dari persamaan fungsi logika dan
fungsi-fungsi lain berupa pemrosesan data atau fungsi waktu dan pencacahan.
Ladder diagram terdiri dari susunan kontak-kontak dalam satu grup perintah
secara horizontal dari kiri ke kanan, dan terdiri dari banyak grup perintah
16
secara vertikal. Contoh dari ladder diagram ini adalah kontak normally open,
kontak normaly close, output coil, pemindahan data. Garis vertikal paling kiri
dan paling kanan diasumsikan sebagai fungsi tegangan, bila fungsi dari group
vertikal), dengan instruksi input di sebelah kiri dan instruksi output di sebelah
Bahasa program yang dibuat dan disimpan dalam chart. Bagian-bagian chart
memiliki status proses dan bisa terdiri dari struktur yang berurutan. Semua
17
terjadi dalam sistem yang dikendalikan. Semua instruksi dalam program akan
dieksekusi oleh modul CPU, dan penulisan program itu bisa dilakukan pada
Dalam skripsi ini proses upgrading terabagi menjadi dua bagian dalam
upgrading Emergency Shutdown System (ESD System) pada furnance. Yakni tahapan
upgrading dari segi safetynya dan tahapan upgrading dari segi instrumentasinya.
Dalam skripsi ini proses upgrading yang pertama merupakan tahapan upgrading
dari sisi safetynya yakni melakukan Fault Tree Analysis (FTA) dan Safety Integrity
Level (SIL) berdasarkan standar IEC 61508 dan IEC 61511. Selain dua standar
tersebut dalam skripsi ini, proses Upgrading juga mengacu pada Standar
Automation), dimana pada standar ini berisi standar - standar instrumentasi untuk
18
Safety Instrumented System (SIS) atau yang lebih dikenal Basic Proses Control
System (BPCS) .
system/SIS) – Part 1 to 7.
intstrument system.
19
flame propagation).
kebakaran.
yang didirikan pada tahun 1906 yang bertugas sebagai penyusunan dan penerbitan
semua teknologi listrik, elektronik, dan yang terkait dengannya. Standar tersebut
baik itu berbasis elektrik sebagai komponen safety system terhadap proses yang ada
di industri.
20
Gambar 2.5 Cakupan Standar IEC 61511 dan 61508 EN
Safety Instrumented System (SIS) memiliki nama lain yaitu shutdown system /
(HIPS). Definisi Safety Instrumented System (SIS) sesuai standard ISA S84
dalam suatu plant dan melakukan aksi apabila terjadi kondisi berbahaya atau kondisi
dimana jika tidak dilakukan aksi maka akan menimbulkan bahaya. Peralatan / sistem
ini akan menghasilkan output yang akan mencegah bahaya ataupun mengurangi
akibatnya.
21
SIS dapat dibagi menjadi tiga subsistem yaitu input elements, logic solver, dan
berbahaya, logic solver berfungsi untuk memutuskan apa yang harus dilakukan, dan
final element berfungsi untuk melaksanakan aksi sesuai dengan keputusan. SIS
sendiri terdiri dari satu atau lebih dari SIF (Safety Instrumented System). Berikut ini
Seperti yang ditunjukkan pada gambar 2.6, Safety Instrumented System bekerja
pada tingkat safety layer. Tingkat safety layer merupakan tingkat terakhir sebelum
terjadi kejadian berbahaya yang tidak diinginkan. Ada beberapa tingkatan sebelum
22
tingkat safety layer, yaitu process control layer ketika kondisi normal dan process
control layer ketika kondisi tidak normal dan dilakukan process shutdown. Pada saat
proses berjalan normal sistem pengaman tidak bekerja namun yang bekerja adalah
sistem kontrol. Ketika proses mulai berjalan tidak normal dan menyebabkan process
alarm aktif, maka sistem kontrol akan memulai menjalankan process shutdown agar
proses yang berjalan tidak normal tersebut dapat diatasi. Namun jika process
shutdown tidak mampu mengatasinya dan menyebabkan proses terus berjalan tidak
normal yang kemudian menyebabkan trip alarm aktif, maka pengendalian akan
berpindah dari sistem kontrol ke sistem pengaman, dimana sistem pengaman akan
bertugas untuk mencegah agar proses yang tidak normal tidak menyebabkan kejadian
Sistem pengaman harus segera bereaksi ketika trip alarm aktif, karena jika sistem
23
Pada gambar 2.7 diatas merupakan contoh hubungan antara sistem kontrol
dengan sistem pengaman. Pada gambar ditunjukkan bahwa pada kondisi normal,
maka BPCS yang akan aktif, namun jika proses mengalami kegagalan maka sistem
proteksi akan aktif secara bertahap untuk memastikan agar kegagalan proses tidak
menyebabkan kejadian yang berbahaya. Dari gambar 2.6 dan 2.7 dapat diketahui
bahwa sistem kontrol dan sistem pengaman bekerja sama dalam menjaga keamanan
proses
Safety Instrumented Function (SIF) adalah sebuah fungsi yang diterapkan dan
mencapai atau menjaga kondisi aman proses dengan mengacu pada sebuah kejadian
berbahaya (hazardous) yang spesifik. Jadi SIS ini nantinya akan terdapat banyak SIF.
Sedangkan sebuah SIF sendiri terdiri dari berbagai tingkatan Safety Integrity Level
(SIL). Setiap SIF juga dapat mempunyai arsitektur yang sama atau pun berbeda
antara yang satu dengan yang lainnya. Berikut adalah tabel Safety Instrumented
Function (SIF).
24
Tabel 2.2 Tabel SIF
No Vote Keterangan
1 1oo1 one out of one, terdapat 1 keluaran dari 1 SIF
2 1oo2 one out of two, terdapat 1 keluaran dari 2 SIF
3 1oo3 one out of three, terdapat 1 keluaran dari 3 SIF
4 2oo2 two out of two, terdapat 2 keluaran dari 2 SIF
5 2oo3 two out of three, terdapat 2 keluaran dari 3 SIF
6 2oo4 two out of four, terdapat 2 keluaran dari 4 SIF
Safety Integrity Level (SIL) adalah tingkat relatif pengurangan risiko yang
disediakan oleh fungsi keamanan dari sebuah alat instrumen dan proses untuk
yang diperlukan untuk Safety Instrumented System (SIS). SIL sendiri adalah angka
target untuk PFD (Probability Failure on Demand) dari suatu SIF (Safety
Instrumented Function). SIL adalah nilai ukur dari performansi Safety Instrumented
System (SIS) yang hanya dihubungkan dengan device yang mengkonfigurasi SIS.
Sedangkan SIS terdiri dari beberapa SIF (Safety Instrumented Function). Masing-
masing SIF terdiri dari input device (sensor), logic solver, dan output device (Final
Control Element). SIL bukanlah nilai ukuran dari frekuensi kejadian, tetapi SIL
didefinisikan sebagai probabilitas dari SIS untuk gagal ketika ada permintaan
kondisi trip dan menyebabkan SIS untuk melakukan tindakan keamanan. Ada empat
derajat SIL yang terdapat pada standar- standar tersebut meliputi SIL1, SIL 2, SIL 3,
dan SIL 4. Semakin tinggi nilai SIL semakin tinggi ketersediaan fungsi safety nya.
25
Tabel 2.3 Probability Failure
Probabilities of Failure
Safety Integrity Mode of operation – on Mode of operation –
System demand (average continuous (probability of
probability of failure to dangerous failure per hour)
perform its design function
upon demand)
4 10⁻⁵ to < 10⁻⁴ 10⁻⁹ to < 10⁻⁸
3 10⁻⁴ to < 10⁻³ 10⁻⁸ to < 10⁻⁷
2 10⁻³ to < 10⁻² 10⁻⁷ to < 10⁻⁶
1 10⁻² to < 10⁻¹ 10⁻⁶ to < 10⁻⁵
terintegrasi untuk mengendalikan risiko yang muncul dari bahan kimia berbahaya
yang dihasilkan oleh proses operasi dengan menerapkan prinsip-prinsip desain yang
baik, rekayasa dan prosedur-prosedur operasi yang tepat. PSM berhubungan dengan
pencegahan dan pengendalian insiden yang berpotensi untuk melepaskan energi dan
termasuk dalam PSM adalah analisa bahaya proses. Suatu proses analisa yang
proses. Analisa bahaya harus dilakukan secara tepat untuk memperkecil risiko dan
penting untuk mengendalikan potensi bahaya yang telah diidentifikasi dan dianalisa.
Analisa bahaya proses tergantung pada pertimbangan yang tepat dari tim yang
26
menganalisa bahaya tersebut. Asumsiasumsi yang dibuat selama analisa tersebut
harus didokumentasikan dan dipahami oleh tim yang menganalisa dan pengkaji
(reviewer) kemudian disimpan sebagai data pada analisa bahaya proses selanjutnya.
Metode analisa bahaya proses yang digunakan dapat menggunakan satu atau lebih
metode berikut yang sesuai untuk mengidentifikasi dan mengevaluasi bahaya proses
yang akan dianalisis. Dalam menentukan Safety Integrity Level yang akan menjadin
dasar dalam perancangan Emergency Shutdown System juga menggunakan salah satu
No Metode Deskripsi
1 What-If Analysis Teknik untuk
memperkirakan bahaya
yang
timbul dalam proses
operasi
27
terjadi penyimpangan
terhadap standar
program yang berkelanjutan dan terpadu untuk menjaga peralatan proses yang
fabrikasi, pemeliharaan dan pasca operasi suatu fasilitas yang dilaksanakan sesuai
dengan standar, prosedur dan sistem pengelolaan yang baik. Persyaratan keterpaduan
Setalah melakukan analisa Safety Integrity Level (SIL) dan Fault Tree Analysis
1. Tahap Preparation
Site survey
Prepare material
28
2. Tahap Comissioning Test
1. Perancangan P&ID
Symbol and Identification, ISA, North Carolina, USA, 2009 sebagai standar
selanjutnya akan dilakukan perancangan cause and effect table yang sesuai dengan
penyebab dan dampak yang ditimbulkan sebagai akibat dari munculnya sistem alarm
dan sistem trip pada sebuah peralatan industri. Sehingga melalui cause and effect
table dapat dilakukan pemetaan, peralatan apa saja yang menyebabkan alarm dan
trip.
29
2.5.2.3 Perancangan Block Diagram
merancang blok diagram. Blok diagram berfungsi sebagai pemetaan antara field
memiliki jenis yang berbeda beda tergantung kebutuhan, seperti Analog Input (AI),
Analog Ouput (AO), Digital Input (DI), Digital Output (DO). Perancangan blok
diagram juga bertujuan untuk mengetahui wiring diagram dari sistem pengaman dan
sistem pengendalian.
Setelah melakukan tinjauan data dari P&ID dan cause and effect table maka
peralatan instrument apa saja yang termasuk kedalam project ini. Mulai dari peralatan
instrument analog hingga digital baik itu peralatan input ataupun peralatan output.
dilakukan terlebih dahulu yakni identifikasi tag number yang akan dimasukkan ke
dalam logic PLC untuk menentukan jumlah Analog Input, Analog Output, Diskrit
Input dan Diskrit Output. Input Ouput List didapatkan dari perancangan instrument
index.
30
2.5.2.6 Perancangan Logic PLC
seusai dengan kebutuhan proses. Perancangan logic yang mengacu pada standar IEC
61131-3 untuk Function Blok Diagram (FBD) maupun dalam bentuk Ladder
Diagram (LD) yang juga mengacu pada standar IEC 61131-3. Penggunaan Ladder
Function Blok Diagram lebih mudah dalam hal analisa program karena menggunakan
berhasil menjalankan fungsi dan tugasnya untuk suatu periode waktu tertentu.
Analisis keandalan dapat membantu untuk menentukan peluang suatu komponen atau
tertentu. Fungsi keandalan (reliability) dinotasikan sebagai R(t) dari sistem jika
dipakai selama t (satuan waktu). Probabilitas sistem dapat berfungsi dengan baik
selama pemakaian.
Dimana:
31
2.6.1 Laju Kegagalan (Failure Rate)
Laju kegagalan (λ) adalah banyaknya kegagalan per satuan waktu. Laju
terjadi selama selang waktu tertentu, dengan total waktu operasi komponen,
subsistem, atau sistem. Laju kegagalan secara matematis dirumuskan sebagai berikut.
λ = 𝐹 / 𝑇 … … … … … … … … … … … … … … … … … … … . . … … … (2.2)
Dimana :
F = Banyaknya kegagalan
yang artinya rata - rata waktu peralatan atau komponen dari mulai operasi sampai
dengan mengalami kegagalan. Sedangkan untuk peralatan yang tidak bisa diperbaiki
istilah dalam reliability adalah Mean Time To Failure (MTTF). MTBF juga dapat
dianggap sebagai kombinasi antara MTTF dan waktu perbaikan Mean Time To
Repair (MTTR). Mengingat nilai MTBF biasanya diukur dalam beberapa tahun,
sedangkan nilai MTTR biasanya diukur dalam jam, sehingga dalam skripsi ini
menggunakan MTBF.
32
III. METODOLOGI PENELITIAN
Tree Analysis (FTA) dan safety integrity level (SIL), terdapat berbagai objek yang
3. Analisis Fault Tree Analysis (FTA) dan safety integrity level (SIL) pada
Besaran nilai investasi saat dilakukannya perancangan sistem proteksi pada furnace
melalui analisis Fault Tree Analysis (FTA) dan safety integrity level (SIL)
33
3.2 Waktu dan Tempat Penelitian
Tempat penelitian skripsi ini dilakukan di PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit
III Plaju, Sumatera Selatan. Perusahaan ini merupakan Badan Usaha Milik Negara
Penelitian skripsi ini mulai dilakukan pada tanggal 10 Desember 2019 hingga 31
January 2020. Adapun rancangan kegiatan untuk penelitian skripsi ini sebagai berikut
Dalam penyusunan skripsi ini, terdapat beberapa metode yang akan digunakan
34
1. Studi Literatur dan Dokumen
Teknik pengumpulan data ini dilakukan untuk mengumpulkan berbagai data dari
dokumen dan literatur sebagai bahan analisis dari penulis dalam menyusun skripsi.
Adapun literatur ini terdiri atas jurnal, handbook, datasheet, instrument standard
2. Wawancara (Interview)
Teknik pengumpulan daa ini dilakukan melalui tanya jawab langsung terhadap
narasumber, dimana sasaran narasumber yang akan dipilih antara lain instrument and
technician, shift supervisor, dan operator proses. Dalam skripsi ini, akan dilakukan
terstruktur.
3. Observasi
lapangan dan pengambilan data-data aktual lapangan. Dalam skripsi ini akan
dilakukan dua teknik pengumpulan data observasi, yaitu teknik pengumpulan data
participat observation (terlibat langsung dalam kegiatan atau situasi yang diamati
sebagai sumber data) dan Non participant observation (tidak ikut langsung dalam
35
3.4 Tahapan Metodologi Penelitian
dibagi atas dua, yaitu tahapan metodologi penelitian sisi safety dan sisi interumentasi
yang pada dasarnya dua metodologi ini masih saling berhubungan satu sama lain.
a. Study literature
Pengumpulan data lapangan yang diambil berupa alur proses kerja furnance,
melalui metode fault tree analysis. Setiap komponen PFD (probabillity failure
demand) akan mewakili setiap kejadian yang mungkin timbul. Nilai SIL dari
sistem proteksi furnance akan diperoleh dari keseluruhan PFD dari komponen
36
d. Penentuan Target SIL
Hasil kalkulasi SIL existing pada sub bab selanjutnya akan menjadi tindak
melalui peningkatan nilai SIL. Peningkatan nilai SIL ini dapat dilakukan
upaya penurunan risiko. Sasaran yang diharapkan yaitu SIL akan meningkat
proteksi furnance.
Hasil rancangan SIS akan dievaluasi lebih lanjut untuk menentukan apakah
sistem SIS yang dirancang memenuhi nilai SIL target yang ditentukan
37
MULAI
STUDI LITERATUR
PENGUMPULAN
DATA KONDISI
LAPANGAN
IDENTIFIKASI DAN
ANALISIS FTA
PERHITUNGAN SIL
EXITING
PENENTUAN
TARGET SIL
PERANCANGAN
SIS
TARGET SIL
TERCAPAI
TIDAK
YA
38
1. Perancangan Sistem Proteksi
safety, telah diketahui cause dan effect dari setiap parameter dari Furnance.
diagram dan overview dari Human Machine Interface dari sistem proteksi
furnance.
Pada tahapan ini hasil rancangan akan dilakukan pengujian dan dievaluasi
apakah sesuai dengan rancangan SIS dan sistem proteksi yang diharapkan.
Pada tahapan ini dilakukan kembali pengujian dan evaluasi dari ladder
skripsi. Isi dari penelitian skripsi ini berupa hasil analisis dan rancangan
39
sistem proteksi furnance, serta beberapa dokumen hasil rancangan antara lain
P&ID, tabel cause and effect, instrument index, logic solver berupa ladder
40
DAFTAR PUSTAKA
41