UNIVERSITAS MALIKUSSALEH LHOKSEUMAWE 2022 BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Sistem kendali atau sistem kontrol (control system) adalah suatu alat untuk mengendalikan, memerintah, dan mengatur keadaan dari suatu sistem. Istilah sistem kendali ini dapat dipraktekkan secara manual untuk mengendalikan stir mobil pada saat kita mengendarai/menyetir mobil kita, misalnya, dengan menggunakan prinsip loloh balik. Dalam sistem yang otomatis, alat semacam ini sering dipakai untuk peluru kendali sehingga peluru akan mencapai sasaran yang diinginkan. Banyak contoh lain dalam bidang industri / instrumentasi dan dalam kehidupan kita sehari-hari dimana sistem kendali sering dipakai (Wikipedia, 2013). Dalam penelitian ini akan membangun sebuah sistem kendali pada alat pendingin dengan suhu ruangan yang dapat dikendalikan sehingga ruangan berada pada suhu yang kita inginkan. Definisi suhu ruang yang terkendali adalah suhu yang dipertahankan secara thermostatik yang meliputi suhu ruang dan suhu lingkungan. Pada suhu 200C -250C dengan penyimpanan sebesar 150C -300C untuk ruang farmasi, rumah sakit dan tempat penyimpanan obat (Depkes RI, 2007). Pengukuran, pemantauan dan tampilan nilai suhu adalah bagian yang seringkali dibutuhkan pada suatu alat elektronika, yang biasanya digunakan dalam industri. Alat pengontrol suhu juga merupakan salah satu yang paling penting dalam dunia kesehatan, industri makanan, industri elektronika, pertanian, peternakan, dan lain-lain. Pengukuran suhu secara konvensional, banyak kelemahan misalnya pembacaan kurang akurat, alat harus sering dikalibrasi, dan pengoperasian terutama dalam dunia industri lebih merepotkan apabila suhu harus dipantau terus menerus. Permasalahannya bagaimana kita bisa membuat alat pengendalian suhu dan alat ukur temperature dengan lebih mudah, ekonomis, dengan waktu yang lebih singkat, dan dengan data akurat. Salah satu solusinya adalah dengan membuat alat secara otomatisasi dengan menggunakan mikrokontroler. Sistem pengendalian otomatisasi adalah sistem pengendalian subyek yang digantikan oleh suatu alat controller, dengan tugas untuk membuka dan menutup valve yang tidak lagi dikerjakan oleh operator, akan tetapi atas perintah controller (Gunterus, 1994). Merancang sebuah temperature control system dengan konsep tube dan shell heat exchanger dan dipadukan dengan sistem pengendali terpisah. Udara panas dihembuskan ke permukaan pipa aliran kecap yang dikendalikan sistem pengendali. Hal ini masih memiliki kendala. Hasil pengujian terhadap penelitian Temperature Control System prototipe I tersebut menunjukkan bahwa saat menit awal temperatur optimal dapat terjaga, namun dalam kurun waktu pemantauan selama kurang lebih satu jam terdapat 19 titik pengukuran yang menunjukkan pembacaan temperatur di luar area optimal sebesar 0,5oC. Bahkan terjadi frekuensi penyimpangan itu menjadi lebih tinggi ketika sistem setelah menit ke 25. Dari hasil yang didapat maka sistem dikatakan mengalami overshoot (temperatur kecap berada di luar batas area optimum). Selain beberapa hal di atas, kondisi teknis yang menyangkut dalam pengendalian sensor, pengkondisian output yang berupa pemanas dan blower melalui pemrograman juga belum dilakukan perancangan yang lebih dalam dan detail. Maka dalam penelitian perancangan sistem pengendali ini diharapkan dapat meningkatkan performansi dari penelitian terdahulu (Permatasari, 2010). Pemilihan komponen yang lebih baik, pengkondisian pemrograman, sensor, serta sinkronisasi dengan pengembangan desain konstruksi temperature control system untuk internal flow fluida viscous merupakan beberapa alternatif yang akan digunakan untuk pengembangan penelitian ini. Sistem pengaturan temperature diperlukan beberapa pengujian, hal ini karena besaran fisika dapat berubah seiring dengan perubahan temperature, antara lain volume suatu ruangan, tekanan udara pada volume konstan, dan volume udara pada tekanan konstan (Serway, 2004). Melalui sistem pengontrolan ini, temperature dalam mobile kulkas dapat diatur dan dijaga pada nilai tertentu, walaupun faktor tekanan dan temperature lingkungan berubah. BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Temperatur Controller
Thermo control ( temperatur controller ) adalah suatu komponen atau sparepart listrik yang dapat memutuskan dan menyambung arus listrik secara otomatis dengan cara mendeteksi suhu pada suatu media agar tetap terjaga pada suhu yang telah di atur . Atau secara garis besarnya Thermo control adalah alat untuk mengatur suhu . Sistem pengontrolan temperatur memegang peranan penting untuk mengendalikan temperatur pada suatu level yang diinginkan. Sistem kendali atau control system adalah susunan komponen fisika yang dihubungkan sedemikian rupa sehingga membentuk suatu kesatuan utuh yang fungsinya untuk mengatur, memerintah sistem itu sendiri atau sistem lainnya (Imam, M: 1995). Sesuai dengan namanya suatu instrumen yang digunakan untuk mengontrol temperatur. Pengontrol temperatur mengambil input dari suatu sensor temperatur dan mempunyai suatu output yang dihubungkan. Sistem ini berfungsi untuk mengatur besarnya temperatur dalam ruang nitridasi supaya diperoleh besarnya temperatur operasi yang konstan. Temperatur alat nitridasi didesain mampu memberikan temperatur ruang dan bahan sampel sampai 700oC. Untuk sumber pemanas digunakan heater yang diperkuat dengan rangka keramik. Bagian dari peralatan terdiri dari sistem pengukur temperatur, instrumentasi kontrol untuk settingtemperatur dan sistem relai. Untuk sensor dan pengukuran temperatur digunakan termokopel dengan maksimum temperature yang bisa diukur diatas 700oC. Hasil pengukuran termokopel diterima oleh kontrol temperatur, kemudian dari kontrol temperatur ini sinyal dibawa oleh termokopel dan dicocokkan setting temperatur yang sebelumnya diatur sesuai dengan kebutuhan. Prinsip kerja dari termokopel didasarkan pada efek Seeback yaitu suatu perbedaan potensial akan terjadi jika material homogen mempunyai mobilitas muatan yang mempunyai perbedaan temperatur pada masing-masing kontak pengukuran jika temperatur yang sudah mencapai derajat yang diinginkan sesuai dengan setting temperatur maka kontrol temperatur akan memberikan sinyal agar tegangan 12V DC yang diberikan kepada relai diputus. Dengan terputusnya aliran tegangan tersebut, maka posisi SSR terputus yang menyebabkan pemanas (heater) tidak menyala. Pemanas akan menyala bila temperatur sudah dibawah setting temperatur pada kontrol temperatur. Dengan demikian akan diperoleh sistem hidup-mati (on-off) dengan memutus aliran arus menggunakan relai dan diperoleh suhu yang berkisar pada setting temperatur. Suatu pengontrol on-off adalah bentuk yang sederhana dari piranti pengontrol temperatur. Output dari piranti salah-satu dari on atau off, tanpa ada keadaan pertengahan. Pengontrol on-off akan mengalihkan output hanya bila temperatur menyeberang titik set (setpoint). Untuk kontrol pemanas, output on bila temperatur dibawah titik set, dan off bila temperatur di atas titik set. Suatu contoh kontrol on-off yang sering digunakan secara domestik adalah termostat. Bila oven lebih dingin dari temperatur titik set maka pemanas dikembalikan pada daya maksimum, dan bila oven lebih panas dari temperatur titik set maka pemanas dialihkan ke keadaan off. Dengan kata lain suatu bagian set mengendalikan sinyal pada nilai maksimumnya bila plan berkurang aktivitasnya, dan nilainya maksimum bila plan bertambah aktivitasnya. Strategi ini disebut kontrol on-off Plant dari suatu sistem kontrol merupakan bagian dari sistem yang akan dikontrol. Untuk mengindera temperatur pada sistem kontrol diperlukan suatu sensor. Salah- satu sensor temperatur yang cukup populer, mempunyai jangkauan temperatur dan linear adalah sensor termokopel. Termokopel adalah suatu piranti dua kawat yang disusun dari logam yang tidak sama atau campuran logam yang disambung pada salah satu sisinya (Tompkin, W.J: 1992). Sebagai variabel bebas adalah temperatur dan waktu yang nilainya dapat divariasikan, variabel terikat adalah tegangan keluaran sensor termokopel dan tegangan pada rangkaian dasar elektronika, sedangkan variabel kontrol adalah nilai dari tahanan, tegangan catu daya dan faktor penguatan dari transistor. Karena itu penelitian ini termasuk pada penelitian eksperimen. Sistem kontrol temperatur ini secara umum terdiri dari sensor temperatur termokopel; rangkaian pengolahan sinyal yaitu penguat diferensial, penguat tak membalik, ADC, mikrokontroler, rangkaian komparator dengan relay; dan display seven segment. Komponen aktif pada rangkaian elektronika dioperasikan oleh catu daya teregulasi. Blok diagram sistem pengontrolan temperatur terlihat pada gambar 1.
Gambar 1. Blok Diagram Sistem Pengontrolan Temperatur
Rancangan peralatan kontrol temperatur berisikan konsep desain dalam skala prototipe yang disusun berdasarkan data dan spesifikasi komponen sistem kontrol temperatur. Penentuan komponen dan pemilihan material dilakukan dengan mengacu pada data desain peralatan kontrol temparatur dan studi referensi. Untuk menekan ongkos dan biaya pembuatan alat, komponen dirancang untuk dibuat dengan merakit bahan-bahan elemen dasar yang ada dipasaran lokal seperti Autonic TZ4M-14S. Untuk peningkatan efisiensi, rancangan peralatan ini didesain dengan beberapa pertimbangan sebagai berikut: 1. Casing dibuat sesuai dengan kebutuhan tempat atau ukuran komponen kontrol temperatur. 2. Kemudahan operasional dan perawatan yang memerlukan desain yang kompak, dan mudah dibongkar-pasang. 3. Sistem kontrol, pengukuran dan pengaturan yang baik dengan menjamin keselamatan alat dan operator dari bahaya elektrik. 2.2. Sistem kerja Thermo control Thermo control dilengkapi pendeteksi suhu ( Thermo couple ) yang mana Thermo couple akan di pasang pada media yang suhunya akan kita atur sehingga Thermo control dapat membaca suhu pada media tersebut . Jika suhu pada media tersebut belum memenuhi kebutuhan suhu yang kita inginkan maka NO pada Thermo control akan terhubung dengan Power input sehingga arus listrik akan mengalir mesin pendingin maupun pemanas dan mesin tersebut akan terus berkerja sampai batas suhu yang kita inginkan. Sedangkan jika suhu pada media tersebut telah memenuhi batas suhu yang kita inginkan atau bahkan melebihi suhu yang kita inginkan maka NO pada Thermo control akan terputus pada power input sehingga akan memutus arus listrik pada mesin pemanas maupun pendingin dan mesin tersebut akan berhenti berkerja. Untuk NC Thermo control sendiri berbanding kebalik dengan NO thermo control itu sendiri yang mana jika suhu belum terpenuhi maka NC akan terputus akan tetapi jika suhu telah terpenuhi dia akan terhubung. Dari sistem kerja itu kalian dapat berkreasi dalam mengaplikasikannya di lapangan tapi pada umum pemakaiannya seperti sistem kerja diatas. 2.3 Kegunaan Thermo control Dari pengertian diatas menjadi tidak heran jika Thermo control selalu digunakan pada setiap kegiatan manufacture yang menggunakan suhu dingin maupun panas pada saat mereka memproduksi produk / barang agar selalu terjaga kualitas barang / produk yang mereka buat. Sebagaimana yang kita ketahui jika mesin tersebut tidak diatur suhunya dapat dipastikan produk mereka mengalami kerusakan seperti gosong , membeku bahkan meleleh
2.4 Thermo control ( temperatur controller )
Thermo control sendiri terdapat banyak macam tapi jika di lihat dari modelnya terdiri dari dua jenis yaitu : Thermo control analog Thermo control digital 1. Kontrol Temperature pada Kolom Destilasi
E 104
Gambar 1. Pengendalian Temperatur pada Kolom Destilasi
Temperatur adalah variable yang sangat penting untuk menghindari explotion atau kecelakaan prosses, reaksi tiba-tiba dan reaksi yang tidak di inginkan. E104 dikontrol untuk melihat spesifik pada inled destilasi kolom (T- 101). Apabila feed media pendingin dari heatexchanger (E-104) di konrol akan berpengaruh terhadap suhu feed dari destilasi kolom (T-101) sehingga proses pemisahan dapat terkontrol (berjalan) konsisten. Oleh karena itu maka dipasang alat kontrol temperatur berupa TIC pada aliran dari HE menuju Feed destilasi dan aliran pada media pendingin. Apabila terjadi perubahan suhu (T) pada aliran feed destilasi diluar range yang diperbolehkan maka akan ada sinyal yang dikirim ke TIC dan TIC akan mengontrol bukaan valve dari aliran HE dimana dari aliran HE akan mempengaruhi suhu aliran pada feed destilasi. Flow Rate Freon pada HE akan dialirkan apabila temperatur (T) aliran feed terlalu tinggi. Dan Flow rate freon pada HE akan menurun apabila temperatur (T) terlalu rendah. Alat kontrol Valve harus diletakkan pada suatu aliran yang bersifat independent (mempengaruhi). Jika Suhu yang diinginkan telah tercapai maka aliran freon pada kolom destilasi ditutup. 2. Kontrol pada Reaktor Reaktor adalah salah satu equipment yang perlu diperhatikan dengan benar dalam kontrol prosesnya, karena jika terjadi kesalahan dalam kontrol prosesnya maka proses untuk equipment selanjutnya tidak sesuai dengan hasil yang diharapkan. R-101 adalah suatu reaktor isotermal dengan P tinggi jika tekanan dan temperatur diluar dari range yang dikehendaki maka proses yang terjadi menjadi tidak efektif bahkan mungkin akan menimbulkan produk yang dihasilkan tidak ses uai. Sehingga salah satu solusinya yaitu: 1. Memasang control temperatur dengan cara memberi TIC pada aliran inlet reaktor dan aliran media pemanas sehingga suhu feed masuk kedalam reaktor sesuai dengan kondisi yang diharapkan. 2. Memasang control temperatur dengan cara memberi TIC pada badan reaktor untuk mengontrol suhu didalam sehingga suhu didalam reaktor dapat dipertahankan pada kondisi operasi yang istotermal dan tiddak mengalami kenaikan maupun penurunan suhu. Jika reaksi bersifat eksotermis (mengeluarkan panas) maka TIC akan dihubugkan dengan cool water untuk mendinginkan atau menurunkan suhu sehingga tidak mengalami kenaikan suhu yang ekstrim. Sedaangkan jika reaksi bersifat endotermis (membutuhlan panas) maka TIC akan dihubungkan dengan media pemanas seperti steam agar suhu didalam reaktor konsisten tetap terjaga. Gambar 2. Kontrol Proses pada Reaktor DAFTAR PUSTAKA
Sujitno, T., Aplikasi Plasma dan Teknologi Sputtering untuk Surface
Treatment, Diktat Kuliah Workshop Sputtering Untuk Rekayasa Permukaan Bahan, P3TM-BATAN, 2003. Sudjatmoko, Teknologi Sputering, Diktat Kuliah Workshop Sputtering Untuk Rekayasa Permukaan Bahan, P3TM-BATAN, 2003. Ball, S., (2002), Temperature Measurement Technique, Embedded System, TCP/ IP Barr, M, (2002), Introduction to Closed-Loop Control, CPM Media, LLC. Bluestein, I, (1999), Understanding Contact Temperature Sensors, Sensors Online of Advanstar Communications Inc. SpecSearch. Imam, M, (1995), Pengantar Sistem Kendali Otomatis, Depdikbud, Jakarta Dally, J.W, (1993), Instrumentation for Engineering Measurement, John Wiley & Sons, INC, New York.