Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH TENTANG ALAT KONTROL TEMPERATURE

Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pengendalian Proses (A3)

DISUSUN OLEH :
Kelompok 4

Safira Ramadani NIM. 190140104


Anggieta Putri NIM. 190140106
Fatnia NIM. 190140108
Ari Irawan NIM. 190140111
Alwi Bimantoro NIM. 190140120
Hadyan NIM. 190140136

JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK


UNIVERSITAS MALIKUSSALEH
LHOKSEUMAWE
2022
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Sistem kendali atau sistem kontrol (control system) adalah suatu alat untuk
mengendalikan, memerintah, dan mengatur keadaan dari suatu sistem. Istilah
sistem kendali ini dapat dipraktekkan secara manual untuk mengendalikan stir
mobil pada saat kita mengendarai/menyetir mobil kita, misalnya, dengan
menggunakan prinsip loloh balik. Dalam sistem yang otomatis, alat semacam ini
sering dipakai untuk peluru kendali sehingga peluru akan mencapai sasaran yang
diinginkan. Banyak contoh lain dalam bidang industri / instrumentasi dan dalam
kehidupan kita sehari-hari dimana sistem kendali sering dipakai (Wikipedia,
2013). Dalam penelitian ini akan membangun sebuah sistem kendali pada alat
pendingin dengan suhu ruangan yang dapat dikendalikan sehingga ruangan berada
pada suhu yang kita inginkan.
Definisi suhu ruang yang terkendali adalah suhu yang dipertahankan
secara thermostatik yang meliputi suhu ruang dan suhu lingkungan. Pada suhu
200C -250C dengan penyimpanan sebesar 150C -300C untuk ruang farmasi, rumah
sakit dan tempat penyimpanan obat (Depkes RI, 2007).
Pengukuran, pemantauan dan tampilan nilai suhu adalah bagian yang
seringkali dibutuhkan pada suatu alat elektronika, yang biasanya digunakan dalam
industri. Alat pengontrol suhu juga merupakan salah satu yang paling penting
dalam dunia kesehatan, industri makanan, industri elektronika, pertanian,
peternakan, dan lain-lain. Pengukuran suhu secara konvensional, banyak
kelemahan misalnya pembacaan kurang akurat, alat harus sering dikalibrasi, dan
pengoperasian terutama dalam dunia industri lebih merepotkan apabila suhu harus
dipantau terus menerus. Permasalahannya bagaimana kita bisa membuat alat
pengendalian suhu dan alat ukur temperature dengan lebih mudah, ekonomis,
dengan waktu yang lebih singkat, dan dengan data akurat. Salah satu solusinya
adalah dengan membuat alat secara otomatisasi dengan menggunakan
mikrokontroler. Sistem pengendalian otomatisasi adalah sistem pengendalian
subyek yang digantikan oleh suatu alat controller, dengan tugas untuk membuka
dan menutup valve yang tidak lagi dikerjakan oleh operator, akan tetapi atas
perintah controller (Gunterus, 1994).
Merancang sebuah temperature control system dengan konsep tube dan
shell heat exchanger dan dipadukan dengan sistem pengendali terpisah. Udara
panas dihembuskan ke permukaan pipa aliran kecap yang dikendalikan sistem
pengendali. Hal ini masih memiliki kendala. Hasil pengujian terhadap penelitian
Temperature Control System prototipe I tersebut menunjukkan bahwa saat menit
awal temperatur optimal dapat terjaga, namun dalam kurun waktu pemantauan
selama kurang lebih satu jam terdapat 19 titik pengukuran yang menunjukkan
pembacaan temperatur di luar area optimal sebesar 0,5oC. Bahkan terjadi
frekuensi penyimpangan itu menjadi lebih tinggi ketika sistem setelah menit ke
25. Dari hasil yang didapat maka sistem dikatakan mengalami overshoot
(temperatur kecap berada di luar batas area optimum). Selain beberapa hal di atas,
kondisi teknis yang menyangkut dalam pengendalian sensor, pengkondisian
output yang berupa pemanas dan blower melalui pemrograman juga belum
dilakukan perancangan yang lebih dalam dan detail.
Maka dalam penelitian perancangan sistem pengendali ini diharapkan
dapat meningkatkan performansi dari penelitian terdahulu (Permatasari, 2010).
Pemilihan komponen yang lebih baik, pengkondisian pemrograman, sensor, serta
sinkronisasi dengan pengembangan desain konstruksi temperature control system
untuk internal flow fluida viscous merupakan beberapa alternatif yang akan
digunakan untuk pengembangan penelitian ini.
Sistem pengaturan temperature diperlukan beberapa pengujian, hal ini
karena besaran fisika dapat berubah seiring dengan perubahan temperature, antara
lain volume suatu ruangan, tekanan udara pada volume konstan, dan volume udara
pada tekanan konstan (Serway, 2004). Melalui sistem pengontrolan ini,
temperature dalam mobile kulkas dapat diatur dan dijaga pada nilai tertentu,
walaupun faktor tekanan dan temperature lingkungan berubah.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Temperatur Controller


Thermo control ( temperatur controller ) adalah suatu komponen atau
sparepart listrik yang dapat memutuskan dan menyambung arus listrik secara
otomatis dengan cara mendeteksi suhu pada suatu media agar tetap terjaga pada
suhu yang telah di atur . Atau secara garis besarnya Thermo control adalah alat
untuk mengatur suhu .
Sistem pengontrolan temperatur memegang peranan penting untuk
mengendalikan temperatur pada suatu level yang diinginkan. Sistem kendali atau
control system adalah susunan komponen fisika yang dihubungkan sedemikian
rupa sehingga membentuk suatu kesatuan utuh yang fungsinya untuk mengatur,
memerintah sistem itu sendiri atau sistem lainnya (Imam, M: 1995). Sesuai
dengan namanya suatu instrumen yang digunakan untuk mengontrol temperatur.
Pengontrol temperatur mengambil input dari suatu sensor temperatur dan
mempunyai suatu output yang dihubungkan. Sistem ini berfungsi untuk
mengatur besarnya temperatur dalam ruang nitridasi supaya diperoleh besarnya
temperatur operasi yang konstan. Temperatur alat nitridasi didesain mampu
memberikan temperatur ruang dan bahan sampel sampai 700oC. Untuk
sumber pemanas digunakan heater yang diperkuat dengan rangka keramik.
Bagian dari peralatan terdiri dari sistem pengukur temperatur, instrumentasi
kontrol untuk settingtemperatur dan sistem relai. Untuk sensor dan pengukuran
temperatur digunakan termokopel dengan maksimum temperature yang bisa
diukur diatas 700oC. Hasil pengukuran termokopel diterima oleh kontrol
temperatur, kemudian dari kontrol temperatur ini sinyal dibawa oleh
termokopel dan dicocokkan setting temperatur yang sebelumnya diatur sesuai
dengan kebutuhan. Prinsip kerja dari termokopel didasarkan pada efek Seeback
yaitu suatu perbedaan potensial akan terjadi jika material homogen mempunyai
mobilitas muatan yang mempunyai perbedaan temperatur pada masing-masing
kontak pengukuran jika temperatur yang sudah mencapai derajat yang
diinginkan sesuai dengan setting temperatur maka kontrol temperatur akan
memberikan sinyal agar tegangan 12V DC yang diberikan kepada relai diputus.
Dengan terputusnya aliran tegangan tersebut, maka posisi SSR terputus yang
menyebabkan pemanas (heater) tidak menyala. Pemanas akan menyala bila
temperatur sudah dibawah setting temperatur pada kontrol temperatur. Dengan
demikian akan diperoleh sistem hidup-mati (on-off) dengan memutus
aliran arus menggunakan relai dan diperoleh suhu yang berkisar pada
setting temperatur.
Suatu pengontrol on-off adalah bentuk yang sederhana dari piranti pengontrol
temperatur. Output dari piranti salah-satu dari on atau off, tanpa ada keadaan
pertengahan. Pengontrol on-off akan mengalihkan output hanya bila temperatur
menyeberang titik set (setpoint). Untuk kontrol pemanas, output on bila
temperatur dibawah titik set, dan off bila temperatur di atas titik set. Suatu contoh
kontrol on-off yang sering digunakan secara domestik adalah termostat. Bila oven
lebih dingin dari temperatur titik set maka pemanas dikembalikan pada daya
maksimum, dan bila oven lebih panas dari temperatur titik set maka pemanas
dialihkan ke keadaan off. Dengan kata lain suatu bagian set mengendalikan sinyal
pada nilai maksimumnya bila plan berkurang aktivitasnya, dan nilainya
maksimum bila plan bertambah aktivitasnya. Strategi ini disebut kontrol on-off
Plant dari suatu sistem kontrol merupakan bagian dari sistem yang akan dikontrol.
Untuk mengindera temperatur pada sistem kontrol diperlukan suatu sensor. Salah-
satu sensor temperatur yang cukup populer, mempunyai jangkauan temperatur dan
linear adalah sensor termokopel. Termokopel adalah suatu piranti dua kawat yang
disusun dari logam yang tidak sama atau campuran logam yang disambung pada
salah satu sisinya (Tompkin, W.J: 1992).
Sebagai variabel bebas adalah temperatur dan waktu yang nilainya dapat
divariasikan, variabel terikat adalah tegangan keluaran sensor termokopel dan
tegangan pada rangkaian dasar elektronika, sedangkan variabel kontrol adalah
nilai dari tahanan, tegangan catu daya dan faktor penguatan dari transistor. Karena
itu penelitian ini termasuk pada penelitian eksperimen.
Sistem kontrol temperatur ini secara umum terdiri dari sensor temperatur
termokopel; rangkaian pengolahan sinyal yaitu penguat diferensial, penguat tak
membalik, ADC, mikrokontroler, rangkaian komparator dengan relay; dan display
seven segment. Komponen aktif pada rangkaian elektronika dioperasikan oleh
catu daya teregulasi. Blok diagram sistem pengontrolan temperatur terlihat pada
gambar 1.

Gambar 1. Blok Diagram Sistem Pengontrolan Temperatur


Rancangan peralatan kontrol temperatur berisikan konsep desain dalam
skala prototipe yang disusun berdasarkan data dan spesifikasi komponen
sistem kontrol temperatur. Penentuan komponen dan pemilihan material
dilakukan dengan mengacu pada data desain peralatan kontrol temparatur dan
studi referensi. Untuk menekan ongkos dan biaya pembuatan alat, komponen
dirancang untuk dibuat dengan merakit bahan-bahan elemen dasar yang ada
dipasaran lokal seperti Autonic TZ4M-14S. Untuk peningkatan efisiensi,
rancangan peralatan ini didesain dengan beberapa pertimbangan sebagai
berikut:
1. Casing dibuat sesuai dengan kebutuhan tempat atau ukuran komponen
kontrol temperatur.
2. Kemudahan operasional dan perawatan yang memerlukan desain yang
kompak, dan mudah dibongkar-pasang.
3. Sistem kontrol, pengukuran dan pengaturan yang baik dengan menjamin
keselamatan alat dan operator dari bahaya elektrik.
2.2. Sistem kerja Thermo control
Thermo control dilengkapi pendeteksi suhu ( Thermo couple ) yang mana
Thermo couple akan di pasang pada media yang suhunya akan kita atur sehingga
Thermo control dapat membaca suhu pada media tersebut . Jika suhu pada media
tersebut belum memenuhi kebutuhan suhu yang kita inginkan maka NO pada
Thermo control akan terhubung dengan Power input sehingga arus listrik akan
mengalir mesin pendingin maupun pemanas dan mesin tersebut akan terus
berkerja sampai batas suhu yang kita inginkan. Sedangkan jika suhu pada media
tersebut telah memenuhi batas suhu yang kita inginkan atau bahkan melebihi suhu
yang kita inginkan maka NO pada Thermo control akan terputus pada power input
sehingga akan memutus arus listrik pada mesin pemanas maupun pendingin dan
mesin tersebut akan berhenti berkerja. Untuk NC Thermo control sendiri
berbanding kebalik dengan NO thermo control itu sendiri yang mana jika suhu
belum terpenuhi maka NC akan terputus akan tetapi jika suhu telah terpenuhi dia
akan terhubung. Dari sistem kerja itu kalian dapat berkreasi dalam
mengaplikasikannya di lapangan tapi pada umum pemakaiannya seperti sistem
kerja diatas.
2.3 Kegunaan Thermo control
Dari pengertian diatas menjadi tidak heran jika Thermo control selalu
digunakan pada setiap kegiatan manufacture yang menggunakan suhu dingin
maupun panas pada saat mereka memproduksi produk / barang agar selalu terjaga
kualitas barang / produk yang mereka buat. Sebagaimana yang kita ketahui jika
mesin tersebut tidak diatur suhunya dapat dipastikan produk mereka mengalami
kerusakan seperti gosong , membeku bahkan meleleh

2.4 Thermo control ( temperatur controller )


Thermo control sendiri terdapat banyak macam tapi jika di lihat dari modelnya
terdiri dari dua jenis yaitu : Thermo control analog  Thermo control digital
1. Kontrol Temperature pada Kolom Destilasi

E 104

Gambar 1. Pengendalian Temperatur pada Kolom Destilasi


Temperatur adalah variable yang sangat penting untuk menghindari
explotion atau kecelakaan prosses, reaksi tiba-tiba dan reaksi yang tidak di
inginkan. E104 dikontrol untuk melihat spesifik pada inled destilasi kolom (T-
101). Apabila feed media pendingin dari heatexchanger (E-104) di konrol akan
berpengaruh terhadap suhu feed dari destilasi kolom (T-101) sehingga proses
pemisahan dapat terkontrol (berjalan) konsisten. Oleh karena itu maka dipasang
alat kontrol temperatur berupa TIC pada aliran dari HE menuju Feed destilasi dan
aliran pada media pendingin. Apabila terjadi perubahan suhu (T) pada aliran feed
destilasi diluar range yang diperbolehkan maka akan ada sinyal yang dikirim ke
TIC dan TIC akan mengontrol bukaan valve dari aliran HE dimana dari aliran HE
akan mempengaruhi suhu aliran pada feed destilasi. Flow Rate Freon pada HE
akan dialirkan apabila temperatur (T) aliran feed terlalu tinggi. Dan Flow rate
freon pada HE akan menurun apabila temperatur (T) terlalu rendah. Alat kontrol
Valve harus diletakkan pada suatu aliran yang bersifat independent
(mempengaruhi). Jika Suhu yang diinginkan telah tercapai maka aliran freon pada
kolom destilasi ditutup. 
2. Kontrol pada Reaktor
Reaktor adalah salah satu equipment yang perlu diperhatikan dengan benar
dalam kontrol prosesnya, karena jika terjadi kesalahan dalam kontrol prosesnya
maka proses untuk equipment selanjutnya tidak sesuai dengan hasil yang
diharapkan. R-101 adalah suatu reaktor isotermal dengan P tinggi jika tekanan dan
temperatur diluar dari range yang dikehendaki maka proses yang terjadi menjadi
tidak efektif bahkan mungkin akan menimbulkan produk yang dihasilkan tidak ses
uai. Sehingga salah satu solusinya yaitu:
1. Memasang control temperatur dengan cara memberi TIC pada aliran inlet
reaktor dan aliran media pemanas sehingga suhu feed masuk kedalam
reaktor sesuai dengan kondisi yang diharapkan.
2. Memasang control temperatur dengan cara memberi TIC pada badan
reaktor untuk mengontrol suhu didalam sehingga suhu didalam reaktor
dapat dipertahankan pada kondisi operasi yang istotermal dan tiddak
mengalami kenaikan maupun penurunan suhu. Jika reaksi bersifat
eksotermis (mengeluarkan panas) maka TIC akan dihubugkan dengan cool
water untuk mendinginkan atau menurunkan suhu sehingga tidak
mengalami kenaikan suhu yang ekstrim. Sedaangkan jika reaksi bersifat
endotermis (membutuhlan panas) maka TIC akan dihubungkan dengan
media pemanas seperti steam agar suhu didalam reaktor konsisten tetap
terjaga.
Gambar 2. Kontrol Proses pada Reaktor
DAFTAR PUSTAKA

Sujitno, T., Aplikasi Plasma dan Teknologi Sputtering untuk Surface


Treatment, Diktat Kuliah Workshop Sputtering Untuk
Rekayasa Permukaan Bahan, P3TM-BATAN, 2003.
Sudjatmoko, Teknologi Sputering, Diktat Kuliah Workshop Sputtering
Untuk Rekayasa Permukaan Bahan, P3TM-BATAN, 2003.
Ball, S., (2002), Temperature Measurement Technique, Embedded
System, TCP/ IP
Barr, M, (2002), Introduction to Closed-Loop Control, CPM Media, LLC.
Bluestein, I, (1999), Understanding Contact Temperature Sensors, Sensors
Online of Advanstar Communications Inc. SpecSearch.
Imam, M, (1995), Pengantar Sistem Kendali Otomatis, Depdikbud, Jakarta
Dally, J.W, (1993), Instrumentation for Engineering Measurement, John
Wiley & Sons, INC, New York.

Anda mungkin juga menyukai