Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH MODE PENGENDALI,UREA,DAN MINYAKBUMI

Disusun Oleh :

Nama : ERYDA DWI ROSSA

NPM 061940411964

Kelas : 2EGA

Dosen Pengampu : Dr. Yohandri Bow, S.T.,M.Si.

POLITEKNIK NEGERI

SRIWIJAYA
KATA PENGANTAR

Segala puji hanya milik Allah SWT. Shalawat dan salam selalu tercurahkan
kepada Rasulullah SAW. Berkat limpahan dan rahmat-Nya lah penyusun mampu
menyelesaikan tugas makalah ini guna memenuhi tugas mata kuliah instrumentasi dan control.

Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentangs sistem diskrit dan
kontinu,urea , dan minyak bumi, yang kami sajikan berdasarkan berbagai sumber informasi,
referensi, dan berita.

Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan menjadi sumbangan
pemikiran kepada pembaca. Saya sadar bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh
dari sempurna.Untukitu, kepada dosen pembimbing saya meminta masukannya demi
perbaik an pembuatan makalah saya di masa yang akan datang dan mengharapkan kritik
dan saran dari para pembaca.

Palembang, Juli 2020

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Alat pengendalian didefinisIkan sebagai alat pengendali yang membangitkan suatu sinyal
pengendalian elemen akhir, berdasarkan pada penyimpangan terukur dari variable dinamis
terhadap set-point.
Era modernisai ikut berimbas terhadap modernisasi alat baik di industri kecil maupun di
industri besar. Peralatan di sebuah industry yang dulunya digerakkan manual oleh manusia kini
mulai teritimatisasi mesin dikenal dengan istilah sistem kontrol atau ada juga yang menyebut
sistem pengendalian. Pentingnya mempelajari sistem pengendalian ini erat kaitannya dengan
mengefisiensikan dan mengoptimalkan kerja mesin agar mampu kita atur sesuai dengan apa
yang kita harapkan.
Perancangan dan pengoperasian yang sukses dari sebuah pabrik memerlukan pemilihan
instrumentasi dan peralatan kontrol yang optimum dan keahlian menginstal, memonitor dan
memelihara peralatan tersebut. Teknisi dan ahli teknik memerlukan training dalam bidang
instrumentasi dan kontrol, terutama dengan semakin majunya teknologi pengendali dan
elekrtonika saat ini. Untuk itu penulis menulis makalah in agar dapat mengetahui mode
pengendali yang akan digunakan saat proses.
Pada bagian ini akan dijelaskan berbagai mode alat pengendalian yang memeperlihatkan
perubahan diskontinyu pada keluaran alat pengendalian ketika error variabel yang dikendalikan
muncul. Kita perluy mengetahui jenis mode ini karena pemakaiannya yang sering dalam
pengendalian proses.

1.2 Tujuan Penulisan


1. Mampu menguraikan mode pengendalian diskontinyu (on-off) dan mode pengendalian
kontinyu.
2. Mampu mendefinisikan mode alat pengendalian proporsional.

1.3 Rumus Masalah


1. Apa pengertian mode pengendalian diskontinyu (on-off) dan mode pengendalian kontinyu ?
2. Apa pengertian mode alat pengendalian proporsional?
3. Apa saja aplikasi dalam mode alat pengendalian ?
BAB II
PEMBAHASAN

1. Mode Pengendalian Diskontinyu (Mode dua posisi)

Mode diskontinyu atau lebih dikenal dengan mode dua posisi (on-off) atau pengendalian
tidak menerus merupakan mode pengendalian yang paling dasar digunakan dalam sistem
pengendalian.

Mode on-off ini paling sederhana, juga paling murah dan sering kali cukup memadai dan
kelemahannya bias ditolerir. Walaupun kita dapat menuliskan suatu persamaan yang analitik,
secara umum kita dapat menuliskan seperti pada persamaan 8.1.

P= {1000 %%Ep<0
Ep>0

Hubungan ini menunjukkan pada waktu harga yang diukur melampaui set-point dihasilkan
keluaran alat pengendalian penuh. Pada waktu lebih kecil dari set-point, keluaran alat
pengendalian adalah nol. Jika suhu turun dibawah set-point, pemanas akan dinyalakan. Jika
suhu berada di atas set-point maka pemanas dimatikan.

Dari pernyataan analitis persamaan 8.1 dapat dinyatakan bahwa jenis pengendali on-off
hanya dapat mengeluarkan keluaran 0 dan 100%. Pemakaian je nis pengendalian on-off jarang
dijumpai pada industri karena pengendalian dengan menggunakan jenis pengendalian ini
menghasilkan penyimpangan yang cukup besar. Pada insutri kimia pengubah yang
dikendalikan pada umumnya tidak memiliki galat yang terlalu besar.

1.1 Daerah Netral

Pada jenis pengendalian on-off untuk memnberikan batas rentang maksimum dan
minimum saat pengendalian bekerja dibatasi oleh daerah netral.

Pengertian daeran netral seperti terlihat pada Gambar 8.1 yang dapat dijelaskan seperti
berikut ini.

Misalkan pengendalian off pada posisi E=0. Apabila pengendalian off, pengubah yang
dikendaliankan turun ke bawah harga yang diinginkan, error bergerak dari E-0 menuju ke
daeran E yang bertanda negative (-). Pada saat tepat mencapai titik yang bertanda (-)
pengendalian akan berubah on yang menyebabkan variabel yang dikendalikan mulai naik.
Error berubah dari titik yang beretanda (-) menuju titik yang bertanda (+). Pada saat posisi
E tepat sampai adanya perubahan error yang makin besar dengan ΔE p mencapai tanda (+)
alat pengendali akan off, demikian siklus terjadi seterusnya. Daerah rentang kerjanya alat
pengendalian di mulai titik E (-) sampai E (+) yang disebut Daerah Netral atau Daerah
Diferensial. Makin sempit daerah netral semakin cepat pengendali bekerja berubah posisi
dari on ke posisi off, begitu juga sebaliknya.
Gambar 8.1 Cara kerja alat pengendalian dua posisi dengan daerah netral

Contoh 8.1

Sebuah sistem pengendalian ketinggian cairan secara linier mengkonversikan


perpindahan 20 – 30 m menjadi sinyal pengendalian 4 – 20Ma. Sebuah relay akan bekerja
sebagai alat pengendalian dua posisi guna membuka atau menutup sebuiah katup masukan.
Relay membuka pada 10Ma dan menutup pada 12 mA.

a. Carilah hubungan antara perpindahan dan arus.


b. Daerah netral atau kesenjangan diffrensial dalam m.

Penyelesaian:

a. Hubungan antara ketinggian fluida dan arus adalah linier, seperti:


H = KI + Ho
Kita cari K dan Ho dengan menuliskan dua buah persamaan :
20m = K (4 mA) + Ho
30m = K (20mA) + Ho
Penyelesain kedua persamaan ini secara serentak menghasilkan K = 0.625m/mA
dan Ho = 17.5m pada perpotongan dari hubungan linier.
b. Sekarang relai menutup pada 12mA yang merupakan level tingi dari HH
HH = (0.625m/mA) (12mA) + 17.5m = 25m
Level HL terjadi pada 10mA, yaitu:
HL = (0,625m/mA) (10mA) + 17,5m = 23,75m
Jadi daerah netral adalah:
HH –HL = (25 – 23,75)m = 1,2m.

1.2 Aplikasi Mode Diskontinyu

Umumnya, cara pengendalian dua posisi paling baik diapakai untuk sistem-sitem
skala besar dengan laju yang relative rendah. Jadi, dalam contoh pemanas fruangan
maupun sistem pengkondisian udara (AC), kapasitas sistem amat besar dalam arti
mempunyai volume udara yang besar sekali, dan efek keseluruhan dari pemanasan atau
pendinginan relative lambat. Perubahan – perubahan skal besar secara mendadak tidak
merupakan hal yang umum terjadi bagi sistem seperti ini. Proses yang mepergunakan cara
pengendalian dua posisi harus membolehkan kondisi ini karena selalu menghasilkan
osilasi sperti ini. Unutuk sitem – sitem besar, osilasi seperti ini mempunyai durasi panjang,
yang sebagian merupakan fungsi dari ukuran daerah netral. Untuk mengilustrassikan hal
ini, marilah kita perhatiakn contoh berikut ini.

Contoh 8.2

Pada waktu tangki air kehilangan panas, suhu turun dengan laju 2K/menit. Pada waktu
pemanas dinyalakan , sistem mempertinggi suhu dengan kenaikan 4K/menit. Sebuah alat
pengendalian dua posisi mempunyai kelambatan pengendalian sebesar 0,5 menit dan
daerah netral sebesar ± 4% dari set-point disekitar set-point yang besarnya 323K. Plot
suhu pemanas versus waktu. Cari juga periode osilasinya.

Penyelesaian

Marilah kita asumsikan kita berangkat dari harga set-point, dan selanjutnya suhu akan
turun secara linier pada :

T1 (t) = T (ts) – 2 (t – ts) ......................................................................(8.2)

Pemanasan akan mulai bekerja pada suhu 310 K (4 % di bawah set-point) sehingga
setelah itu suhu akan naik sesuai dengan hubungan :

T2 (t) = T (ts) + 4 (t – ts) .............................................................. (8.3)

Pada waktu suhu mencapai 336K, pemanas akan mati, dan suhu akan turun sebesar
2K/menit sampai mecapai 310K, dan seterusnya. Tanggapan sistem selanjutnya diplot
sehingga menghasilkan Gambar (4.2), dengan mempergunakan persaman (8.2) dan (8.3).
Perhatikan bahwa periodenya adalah 21,5 menit. Disini juga ada undershoot sebesar 1 K
dan overshoot sebesar 2 K akibat ketinggalan pengendalian. Secara umum akan terjadi
sejumlah overshoot dan undershoot sebagaimana diperlihatkan pada gambar (8.2). Hal ini
disebabkan oleh waktu terhingga yang dibutuhkan elemen – elemen pengendalian guna
memberikan efek sepenuhnya pada proses,Jadi, waktu pemanasan dan pendinginan
pemanas nakan mengakibatkan sejumlah overshoot dan undershoot suhu. Pada beberapa
kasus, jika kelambatan elemen pengendalian akhir ini besar, akan dihasilkan error yang
besar, dan daerah netral perlu dikurangi guna mengurangi error – error ini. Secara umum,
sikling sebagaimana terlihat pada contoh sebelumnya, merupakan fungsi dari daerah
netral. Jika daerah netral dari contoh ini dikurangi menjadi ± 2%, pembaca bias
membuktikan bahwa walaupun sekarang pengendalian di jaga lebih ketat, periode sikling
adalah 10,7 menit.
Gambar 8.2 Aplikasi siklus mode pengendalian kontinyu

Pengendalian on-off baru bekerja apabila errornya telah melewati rentang daerah
netral yang ditentukan. Pengendalian jenis ini hanya bekerja pada dua posisi dengan
keluaran 0% dan 100%. Pada pengendalian menerus keluarannya terus menerus. Setiap
manerima masukan galat, pengendalaian memberikan keluaran yang bergeser pada rentang
0% sampai 100% sebanding dengan galatnya.

1.3 Mode Multi Posisi

Perkembangan logis dari mode pengendalian dua posisi adalah memberikan beberapa
pengaturan lanjutan (intermediate setting). Mode pengendalian tak kontinyu ini
dipergunakan sebagai usaha untuk memgurangi tingkah laku sikling dan juga overshoot
serta undershoot yang ada pada mode dua posisi. Pada kenyataannya, memang akan lebih
baik jika memakai mode multi posisi tidak memadai. Mode ini direpresentasikan oleh :

P = Pi Ep ¿ Ei i = 1,2,......,n......(8.4)

Artinya adalah bahwa pada waktu error melampaui batas – batas tertentu ± Ei,
keluaran alat pengendalian akan diatur guna mengatur harga Pi. Contoh yang paling umum
adalah alat pengendalian tiga posisi dimana :

100 Ep> E ₁

{
P = 50−E1 < Ep< E ₁
0−Ep<−E ₁

Ini berarti bahwa selam error ada diantara E2 dan E1 dari set-point alat pengendalian
tetap ada pengaturan nominal yang diindikasikan oleh keluaran alat pengendalian 50%.
Jika error melampaui set-point dengan E 1 atau lebih, keluaran akan dinaikkan sebesar
100%. Jika lebih rendah dari set-point dengan –E 1 atau lebih, keluaran alat pengendalaian
akan berkurang menjadi 0%.
Gambar 8.3 Cara kerja alat pengendalian tiga posisi

Gambar 8.3 mengilustrasikan mode ini secara grafik. Biasanya ada sedikit daerah
netral disekitar titik – titik perubahan tetapi bukan disebabkan oleh rancang bangunnya,
dan karenanya tidak diperhatikan. Tipe mode ini biasanya membutuhkan elemen
pengendalian akhir yang rumit karena mempunyai pengaturan (setting) yang lebih dan
Gambar 8.4 memperlihatkan sebuah grafik variabel dinamis dengan pengaturan elemen
pengendalian akhir versus waktu untuk kasus hipotesis dari pengendalian tiga posisi.
Perhatikan bahwa perubahan pengaturan elemen pengendalian sebagai variabel yang
berubah di sekitar dua titik perjalanan. Pada grafik ini, waktu yang dibutuhkan oleh
elemen pengendalian akhir untuk berubah dari posisi yang satu ke posisi yang lain
diperhatikan juga. Perhatikan juga overshoot dan undershoot erroe disekitar set-point atas
dan set-point bawah. Hal ini disebabkan oleh waktu kelambatan proses dan waktu
kelambatan alat pengendalaian yang diindikasikan oleh waktu tertentu yang dibutuhkan
elemen pengendalian guna mencapai suatu pengaturan baru.

Gambar 8.4 Hubungan anatara error dan cara kerja alat pengendalian tiga posisi yang
mencakup efek kelambatan pengendalaian
2. Mode Alat Pengendalian Kontinyu (Mode pengendalian menerus)

Tindakan alat pengendalai yang paling umum yang dipakai pada pengendalian proses
adalah satu atau kombinasi dari beberapa mode alat pengendalian kontinyu.

Mode pengendalian kontinyu ada beberapa macam, yaitu:

 Mode pengendalian proporsional (P)


 Mode pengendalian proporsional Integral (PI)
 Mode pengendalian proporsional Derivatif (PD)
 Mode pengendalian proporsional Intergran Derivatif (PID)

Pada mode- mode ini keluaran alat pengendali berubah secar mulus dalam menanggapai
error atau laju perubahan error. Mode – mode ini merupakan pengembangan dari tipe tak
kontinyu yang telah dibicarakan sebelumnya.

Gambar 8.5 Lajun perubahan alat pengendali mempunyai pengaruh yang kuat terhadap
pemulihan error

2.1 Mode Pengendali Proporsional

Alat pengendali mode dua posisi mempunyai keluaran 100% atau 0%, tergantung
pada error yang lebih besar atau lebih kecil dari daerah netral. Pada mode tingkat banyak,
dikembangkan lebih banyak pembagian dari keluaran alat pengendali versus error.

Kelanjutan dari konsep ini adalah mode pengendali proporsional, pada mode
pengendali proporsional terjadi hubungan linier yang mulus antara keluaran alat
pengendali terhadap error. Jadi, pada daerah error sekitar set-point, masing –masing harga
error mempunyai harga yang unik dari keluaran alat pengendali dari 0% sampai 100%
disebut jalur proporsional (proportional band) karena korespondensi satu – satunya hanya
ada untuk error yang ada di daerah ini.

Cara ini direpresentasikan oleh :

P = Kp Ep + Po ..............................................................................(8.6)
Dimana :

Kp = konstanta proporsional antara error dan keluaran alat pengendali (%/%)

Po = keluaran alat pengendali tanpa error (%)(E=0)

P = keluaran pengendali

Jalur proporsional ini diberikan dalam bentuk persen oleh 100/Kp. Keluaran alat
pengendali untuk error – error yang melampaui jalur proporsional mengalami kejenuhan
10% atau 0% tergantung pada tanda error. Pada Gambar 4.6 berikut, grafik mode
pengendali ini di perlihatkan. Konstanta proporsionallitas menentukan jalur proporsional.
Harga Po sering kali di pilih pada 50% guna memberikan ayunan keluaran alat pengendali
yang sama ketika error mumcul di atas dan di bawah set-point.

Gambar 8.6 Jalur proporsional dari sebuah alat pengendali proporsional tergantung pada
penguatan di suatu tindakan balik

Karakteristik penting dari mode pengendali proporsional adalah dihasilkannya error


residu permanen di titik kerja variabel yang dikendalikan ketika terjadi perubahan beban.
Error ini disebut offset.

Offset bisa diminimumkan oleh konstanta Kp yang besar, yang juga akan mengurangi
jalur proporsional. Untuk melihat bagaimana offset ini muncul, perhatikan sistem dengan
beban nominal yang dilengkapi oleh alat pengendali pada 50% dan error nol seperti
disajikan oleh gambar 8.7. Jika muncul error transien, sistem memberikan tanggapan
dengan cara mengubah keluaran alat pengendali sesuai dengan transien untuk kembali ke
error nol. Anggapan terjadi perubahan beban yang membutuhkan perubahan pemanas di
keluaran alat penggendali guna menghasilkan keadaan error nol. Karena adanya hubungan
satu-satu antara keluaran alat pengendali dan error, jelas bahwa keluaran alat pengendali
error nol yang baru tidak akan pernah bisa dicapai. Bahkan, sistem menghasilkan offset
permanen yang kecil dalam mencapai posisi kompromi dari keluaran alat pengendali
untuk beban-beban baru.
Gambar 8.7 Error offset pada pengendali proporsional

Contoh 8.3

Perhatikan sistem pengendali ketinggian fluida mode pengendali proporsional pada


gambar 8.8. Katup A linier dengan faktor skala aliran sebesar 10 m3/jam per persen
keluaran alat pengendali. Keluaran alat pengendali nominal 50% dengan konstanta Kp =
100%. Perubahan beban terjadi pada waktu cairan yang mengalir melalui katup B berubah
dari 500 m3/jam menjadi 600 m3/jam. Hitung keluaran alat pengendali baru dan error
offset.

Gambar 8.8 Sistem pengendali ketinggian cairan

Penyelesaian

Katup A harus bergerak ke posisi baru untuk aliran 600 m 3/jam karena jika hal ini tidak
dilakukan akan kosong. Hal ini dilakukan oleh keluaran alat pengendali sebesar 60%
karena :

m3 / jam
QA = (10 )(60%) = 800 m3/jam
%

Karena ini merupakan alat pengendali proporsional maka:

P = Kp Ep + Po
Dengan kondisi nominal Po = 50 %

P−Po 60−50
Jadi, Ep = = %=1 %
Epi 10

Dengan demikian error offset sebesar 1% terjadi sebagai akibat perubahan beban

Aplikasi

Error offset membatasi penggunaan mode pengendali proporsional pada sejumlah


kasus saja, khususnya jika reset secara manual dari titik kerja guna mengeliminasi offset
memungkinkan. Pengendali proporsional umumnya dipakai pada proses-proses yang
perubahan-perubahan beban secara besar-besaran tidak dikehendaki atau pada proses
waktu kelambatan yang moderat sampai kecil. Jadi, jika waktu kelambatan proses tersebut
kecil, jalur proporsional bisa dibuat menjadi sangat kecil (yang berarti Kp yang besar)
guna mengurangi error offset.

 Urea
Urea adalah senyawa organik yang tersusun dari unsur karbon, hidrogen, oksigen dan
nitrogen dengan rumus CON2H4 atau (NH2)2CO. Urea juga dikenal dengan nama carbamide
yang terutama digunakan di kawasan Eropa. Nama lain yang juga sering dipakai adalah
carbamide resin, isourea, carbonyl diamide dan carbonyldiamine. Senyawa ini adalah senyawa
organik sintesis pertama yang berhasil dibuat dari senyawa anorganik, yang akhirnya
meruntuhkan konsep vitalisme.
 penemuan urea

Urea ditemukan pertama kali oleh Hilaire Roulle pada tahun 1773. Senyawa ini
merupakan senyawa organik pertama yang berhasil disintesis dari senyawa anorganik.

 Biosintesis

Urea terbentuk melalui proses oksidasi yang terjadi pada hati. Eritrosit atau sel darah
merah yang sudah rusak (120 hari) dirombak menjadi 'haemo' dan'globin'. Selanjutnya
'haemo' akan diubah menjadi zat warna empedu yaitu bilirubin dan urobilin yang
mengandung urea dan amonia yang akan keluar bersama urin dan feses.

 Pupuk Urea

Sekitar 90% urea industri digunakan sebagai pupuk kimia. Urea dalam bentuk butiran
curah (prill) digunakan dalam pertanian sebagai pupuk kimia pemasok unsur nitrogen. Di
tanah, urea akan terhidrolisis dan melepaskan ion amonium. Kandungan N pada urea adalah
46%, tetapi yang tergunakan oleh tanaman biasanya separuhnya.

Karena penting dalam pembangunan pertanian, pupuk urea sering kali disubsidi oleh
pemerintah suatu negara, termasuk Indonesia. Di pasaran Indonesia, pupuk urea dipasarkan
dalam dua bentuk: bersubsidi (berwarna merah muda, digunakan untuk bantuan
pembangunan) dan tidak bersubsidi (berwarna putih, untuk dipasarkan secara komersial).

`Pupuk urea dihasilkan sebagai produk samping pengolahan gas alam atau pembakaran batu
bara. Karbon dioksida yang dihasilkan dari kegiatan industri tersebut lalu dicampur dengan
amonia melalui proses Bosch-Meiser. Dalam suhu rendah, amonia cair dicampur dengan es
kering (karbondioksida) menghasilkan amonium karbamat. Selanjutnya, amonium karbamat
dicampur dengan air ditambah energi untuk menghasilkan urea dan air.

Pupuk Urea adalah pupuk kimia mengandung Nitrogen (N) berkadar tinggi. Unsur
Nitrogen merupakan zat hara yang sangat diperlukan tanaman. Pupuk urea berbentuk butir-
butir kristal berwarna putih. Pupuk urea dengan rumus kimia NH2 CONH2 merupakan
pupu yang mudah larut dalam air dan sifatnya sangat mudah menghisap air (higroskopis),
karena itu sebaiknya disimpan di tempat yang kering dan tertutup rapat. Pupuk urea
mengandung unsur hara N sebesar 46% dengan pengertian setiap 100kg mengandung 46
Kg Nitrogen, Moisture 0,5%, Kadar Biuret 1%, ukuran 1-3,35MM 90% Min serta
berbentuk Prill.

Ciri-ciri pupuk Urea:


 Mengandung Nitrogen (N) berkadar tinggi.
 Berbentuk butir-butir Kristal berwarna putih.
 Memiliki rumus kimia NH2 CONH2.
 Mudah larut dalam air dan sifatnya sangat mudah menghisap air (higroskopis).
 Mengandung unsur hara N sebesar 46%.
 Standar SNI 2801:2010

Unsur hara Nitrogen dikandung dalam pupuk urea sangat besar kegunaannya bagi tanaman
untuk pertumbuhan dan perkembangan, diantaranya :
 Membuat daun tanaman lebih hijau segar dan banyak mengandung butir hijau
daun (chlorophyl) yang mempunyai peranan sangat penting dalam proses
fotosintesa.
 Mempercepat pertumbuhan tanaman (tinggi, jumlah anakan, cabang dan lain-lain)
 Menambah kandungan protein tanaman
 Dapat dipakai untuk semua jenis tanaman baik tanaman pangan, holtikultura,
tanaman perkebunan.
 Dengan pemupukan yang tepat & benar (berimbang) secara teratur, tanaman akan
tumbuh segar, sehat dan memberikan hasil yang berlipat ganda dan tidak merusak
struktur tanah.

Dalam rangka pengamanan dan menghindari penyalahgunaan oleh pihak yang tidak
bertanggung jawab untuk Penyaluran Pupuk Bersubsidi, maka dilakukan perubahan pupuk
urea berwarna PUTIH menjadi pupuk urea berwarna PINK (merah muda). Pupuk urea pink
tidak mengubah komposisi dan kandungannya, pupuk urea pink tetap aman gunakan,
ramah lingkungan dan tidak meracuni tanaman. Adapun bahan pewarna yang digunakan
terbuat dari bahan kimia organik yang tidak berbahaya bagi tanaman karena larut dalam
air.
 Minyak Bumi

Minyak bumi (bahasa Inggris: petroleum, dari bahasa Latin petrus – karang dan oleum
– minyak), dijuluki juga sebagai emas hitam, adalah cairan kental, berwarna coklat
pekat/gelap, atau kehijauan yang mudah terbakar, yang berada di lapisan atas dari beberapa
area di kerak bumi. Minyak bumi terdiri dari campuran kompleks dari berbagai hidrokarbon,
sebagian besar seri alkana, tetapi bervariasi dalam penampilan, komposisi, dan kemurniannya.
Minyak bumi diambil dari sumur minyak di pertambangan-pertambangan minyak. Lokasi
sumur-sumur minyak ini didapatkan setelah melalui proses studi geologi, analisis sedimen,
karakter dan struktur sumber, dan berbagai macam studi lainnya. Setelah itu, minyak bumi
akan diproses di tempat pengilangan minyak dan dipisah-pisahkan hasilnya berdasarkan titik
didihnya sehingga menghasilkan berbagai macam bahan bakar, mulai dari bensin dan minyak
tanah sampai aspal dan berbagai reagen kimia yang dibutuhkan untuk membuat plastik dan
obat-obatan. Minyak bumi digunakan untuk memproduksi berbagai macam barang dan
material yang dibutuhkan manusia.

 Proses Pembentukan
Minyak bumi adalah hasil dari peruraian (dekomposisi) materi tumbuhan dan hewan di
suatu daerah yang subsidence (turun) secara perlahan. Daerah tersebut biasanya berupa
laut,batas lagoon (danau) sepanjang pantai ataupun danau dan rawa di daratan. Sedimen
diendapkan bersama-sama dengan materi tersebut dan kecepatan pengendapan sedimen
harus cukup cepat sehingga paling tidak bagian materi organik tersebut dapat tersimpan
dan tertimbun dengan baik sebelum terjadi pembusukan. Pada kondisi sirkulasi dan reduksi
tertentu akumulasi hidrokarbon banyak ditemukan pada bagian air laut dalam.

Waktu berjalan terus secara geologis dan daerah pengendapan semakin terbenam ke
dalam permukaan bumi yang lebih dalam, karena bertambahnya berat oleh sedimen
sedimen dan material yang menimbun di atasnya, atau karena gaya gaya tektonik yang
menimbulkan efek subsidence. Material organik terbenam semakin dalam sehingga
mengalami tekanan dan suhu yang semakin tinggi. Proses tersebut akan menimbulkan
perubahan perubahan kimiawi dari material organik tersebut. Perubahan material ini
merupakan cikal bakal terbentuknya campuran bahan hidrokarbon yang komposisinya
sangat kompleks, baik hidrokarbon yang berupa cairan maupun yang berbentuk gas.
Kenaikan suhu terhadap kedalaman rata rata di dunia ini sekitar 20 - 55 derajat celsius
per kilometer. Di Sumatra sendiri dapat mencapai kurang lebih sekitar 100 °C/km.
Sedangkan habitat minyak baru akan terbentuk pada suhu sekitar 65 - 150 °C yang
biasanya berada pada kedalaman 1.5 – 3 km. Pada kedalaman 3 – 6 km batuan reservoar
akan lebih didominasi oleh gas daripada minyak. Untuk kedalaman yang lebih dalam lagi
suhu akan menjadi lebih tinggi sehingga gas akan menjadi lebih tinggi sehingga gas akan
mengalami dekomposisi lebih lanjut.

Pada umumnya, minyak bumi biasanya terendapkan dalam batuan sedimen berpori baik
yang memiliki nilai porositas 45% (reservoar yang sangat baik). Karena semakin lama
batuan tersebut terendapkan dan tertimbun material di atasnya, maka batuan tersebut akan
terkompaksi dan hal ini mengakibatkan nilai porositasnya berkurang. Minyak, gas, dan air
akan terkumpul atau tersimpan di ruang pori pori dari batuan berpori tersebut. Oleh karena
tekanan gravitasi, maka fluida tersebut bergerak di dalam batuan perlahan-lahan. Batuan
yang dapat meloloskan fluida disebut sebagai batuan yang permeabel. Permeabilitas batuan
dapat memisahkan gas, minyak, dan air secara fisis, yaitu akibat perbedaan densitasnya.
Minyak dan gas yang berdensitas lebih ringan daripada air akan bergerak naik sampai ke
permukaan sebagai rembesan atau terperangkap di dalam jebakan lalu berhenti
terakumulasi sampai perangkap itu penuh.

 Komposisi
Minyak bumi hanya berisi minyak mentah saja, tetapi dalam penggunaan sehari-hari
ternyata juga digunakan dalam bentuk hidrokarbon padat, cair, dan gas lainnya. Pada
kondisi temperatur dan tekanan standar, hidrokarbon yang ringan seperti metana, etana,
propana, dan butana berbentuk gas yang mendidih pada -161.6 °C, -88.6 °C, -42 °C, dan -
0.5 °C, berturut-turut (-258.9°, -127.5°, -43.6°, dan +31.1 °F), sedangkan karbon yang
lebih tinggi, mulai dari pentana ke atas berbentuk padatan atau cairan. Meskipun begitu, di
sumber minyak di bawah tanah, proporsi gas, cairan, dan padatan tergantung dari kondisi
permukaan dan diagram fase dari campuran minyak bumi tersebut.

Sumur minyak sebagian besar menghasilkan minyak mentah, dan terkadang ada juga
kandungan gas alam di dalamnya. Karena tekanan di permukaan Bumi lebih rendah
daripada di bawah tanah, beberapa gas akan keluar dalam bentuk campuran. Sumur gas
sebagian besar menghasilkan gas. Tapi, karena suhu dan tekanan di bawah tanah lebih
besar daripada suhu di permukaan, maka gas yang keluar kadang-kadang juga mengandung
hidrokarbon yang lebih besar, seperti pentana, heksana, dan heptana dalam wujud gas. Di
permukaan, maka gas ini akan mengkondensasi sehingga berbentuk kondensat gas alam.
Bentuk fisik kondensat ini mirip dengan bensin.

Persentase hidrokarbon ringan di dalam minyak mentah sangat bervariasi tergantung


dari ladang minyak, kandungan maksimalnya bisa sampai 97% dari berat kotor dan paling
minimal adalah 50%.

Jenis hidrokarbon yang terdapat pada minyak bumi sebagian besar terdiri dari alkana,
sikloalkana, dan berbagai macam jenis hidrokarbon aromatik, ditambah dengan sebagian
kecil elemen-elemen lainnya seperti nitrogen, oksigen dan sulfur, ditambah beberapa jenis
logam seperti besi, nikel, tembaga, dan vanadium. Jumlah komposisi molekul sangatlah
beragam dari minyak yang satu ke minyak yang lain tetapi persentase proporsi dari elemen
kimianya dapat dilihat di bawah ini

 Penggunaan
Struktur kimia dari minyak bumi sangat heterogen, terdiri dari banyak rantai
hidrokarbon dengan panjang yang berbeda-beda. Maka dari itu, minyak bumi dibawa ke
tempat pengilangan minyak sehingga senyawa-senyawa hidrokarbon ini bisa dipisahkan
dengan teknik distilasi dan proses kimia lainnya. Hasil penyulingan minyak inilah yang
digunakan manusia untuk berbagai macam kebutuhan.
2.7.1 Bahan Bakar

 Produk turunan Lainnya


Beberapa produk hasil olahan hidrokarbon dapat dicampur dengan senyawa non-
hidrokarbon untuk membentuk senyawa lainnya:
 Alkena (olefin), dapat diproduksi menjadi plastik atau senyawa lain.
 Pelumas (oli mesin dan gemuk).
 Wax, digunakan dalam pengepakan makanan beku.
 Sulfur atau Asam sulfat. Merupakan senyawa penting dalam industri.
 Tar.
 Aspal.
 Kokas minyak bumi, digunakan sebagai bahan bakar padat.
 Parafin wax.
 Petrokimia aromatik, digunakan sebagai campuran pada produksi bahan-bahan
kimia lainnya.
PENUTUP

Berdasarkan uraian diatas dapat diambil beberapa poin, yang pertama, Sebuah system
merupakan kombinasi dari beberapa komponen yang bekerja bersama-sama dan melakukan
suatu sasaran tertentu dan tidak dibatasi hanya pada system fisik saja. hanya pada sistem fisik
saja. Kedua dari segi kekonntinyuan variabelnya dapat digolongkan menjadi dua yaitukontinyu
dan diskrit, yang keduanya mempunyai fungsi masing- masing pada penerapan sistem kontrol.
Untuk sistem kontrol kontinyu dibagi menjadi 4, yaitu:
1. Kontrol dengan Pengaturan
2. Kontrol Hantaran Kedepan (Feedforward Control)
3. Optimasi Keadaan Tetap
4. Kontrol Adaptif
Sistem kontrol diskrit dibagi menjadi 2, yaitu:
1. Perubahan gerak-kejadian (event drive changes)
2. Perubahan gerak-waktu (time drive changes)

Urea adalah senyawa organik yang tersusun dari unsur karbon, hidrogen, oksigen dan
nitrogen dengan rumus CON2H4 atau (NH2)2CO. Urea juga dikenal dengan nama carbamide
yang terutama digunakan di kawasan Eropa. Nama lain yang juga sering dipakai adalah
carbamide resin, isourea, carbonyl diamide dan carbonyldiamine. Senyawa ini adalah senyawa
organik sintesis pertama yang berhasil dibuat dari senyawa anorganik, yang akhirnya
meruntuhkan konsep vitalisme.

Minyak bumi (bahasa Inggris: petroleum, dari bahasa Latin petrus – karang dan oleum –
minyak), dijuluki juga sebagai emas hitam, adalah cairan kental, berwarna coklat pekat/gelap,
atau kehijauan yang mudah terbakar, yang berada di lapisan atas dari beberapa area di kerak
bumi. Minyak bumi terdiri dari campuran kompleks dari berbagai hidrokarbon, sebagian besar
seri alkana, tetapi bervariasi dalam penampilan, komposisi, dan kemurniannya.
DAFTAR PUSTAKA

https://adoc.tips/sistem-kontrol-kontinu-dan-diskrit.html
https://www.slideshare.net/stellaandikmarini/analisis-sistem-tentang-sistem-
kontrol-diskrit- dan-kontinu?from_action=save
https://id.wikipedia.org/wiki/Urea
https://www.pusri.co.id/ina/urea-
tentang-urea/
https://id.wikipedia.org/wiki/Miny
ak_bumi

Anda mungkin juga menyukai