PENDAHULUAN
1.1
Tujuan Percobaan
Dapat
pengendalian
memperagakan
proses
dan
karakteristik
tanggapan
proporsional
terhadap
dalam
pengubahan
merah
dan
hitam,
kabel
1.3
dan coklat
PCT-14 aksesori pengendali tekanan
Modul pengatur tekanan
PCT 10/11 recorder proses 2 saluran
Udara yekan dengan tekanan 2 bar gauge
Prosedur Percobaan
1 Hubungkan power supplay dengan arus listrik
2 Buat rangkaian alat antara PCT 10 dan PCT 14 (sesuai
gambar)
3 Buka katup aliran udara hingga menunjukkan Pmax 22Psi
(1,5 Bar)
4 Tutup valve V3, V5, V6 dan buka valve V1, V2,V4.hingga
pembacaan P4 = 8 Psig
5 Set pengendalian proses pada operasi manual.
6 Atur Pr pada 0% untuk membeka pengendali peunumatic
secara penuh.
7 Atur Pr secara
bertahap
dari
0%
100%
dengan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Manometer adalah alat ukur tekanan dan manometer tertua adalah manometer
kolom cairan. Alat ukur ini sangat sederhana, pengamatan dapat dilakukan langsung
dan cukup teliti pada beberapa daerah pengukuran. Manometer kolom cairan
biasanya digunakan untuk pengukuran tekanan yang tidak terlalu tinggi (mendekati
tekanan atmosfir).
Fungsi manometer
Manometer adalah alat yang digunakan secara luas pada audit energi untuk
mengukur perbedaan tekanan di dua titik yang berlawanan. Jenis manometer tertua
adalah manometer kolom cairan. Versi manometer sederhana kolom cairan adalah
bentuk pipa U) yang diisi cairan setengahnya (biasanya berisi minyak, air atau air
raksa) dimana pengukuran dilakukan pada satu sisi pipa, sementara tekanan (yang
mungkin terjadi karena atmosfir) diterapkan pada tabung yang lainnya. Perbedaan
ketinggian cairan memperlihatkan tekanan yang diterapkan.
Bentuk paling sederhana dari manometer adalah bahwa dari sebuah tabung
berbentuk U diisi dengan cairan. tekanan yang akan diukur diterapkan ke ujung
terbuka tabung. Jika ada perbedaan tekanan, maka ketinggian cairan pada dua sisi
tabung akan berbeda. Perbedaan ketinggian adalah tekanan proses dalam mm air
(atau mm merkuri).
2.3.2 Barometer
Definisi barometer adalah alat untuk mengukur tekanan udara luar (tekanan
atmosfer). Barometer sederhana adalah barometer raksa atau barometer Torricelli.
Pengukur tekanan dengan barometer ini dengan cara menghitung tinggi permukaan
raksa pada bejana (bentuk lurus) atau selisih tinggi permukaan raksa pada bejana
(bentuk J) barometer Torricelli ditemukan oleh ilmuwan fisika berkebangsaan Italia,
bernama Evangelista Torricelli (1608 1647) mula-mula tabung kaca yang
panjangnya 1 meter diisi raksa, kemudian tabung kaca diubalik dan dipasang pada
statif. Ternyata, sebagian raksa turun ke bejana dan pada bagian atas tabung terdapat
ruang hampa yang disebut ruang hampa Torricelli. Tinggi raksa dalam tabung adalah
76 cm. tekanan raksa setinggi 76 cm inilah yang dimaksudkan tekanan 1 atmosfer.
Jenis barometer yang lain adalah barometer logam atau barometer aneroid.
Untuk kasus tekanan tinggi dan laju alir yang tinggi, biasanya implementasi
dari pengontrolnya terdiri dari (1) elemen pengukuran adalah pressure
transmitter (PT), (2) elemen pengontrol adalah pressure controller (PC), (3)
dan untuk elemen pengendali akhir adalah pressure control valve (PCV atau
PV).
operasi tertentu. Peran pengendalian proses pada dasarnya adalah usaha untuk
mencapai tujuan proses agar berjalan sesuai yang diinginkan. Pengendalian proses
adalah bagian dari pengendalian automatik yang diterapkan di bidang teknologi
untuk menjaga kondisi operasi agar sesuai yang diinginkan.
Salah satu karakteristik pengendali yang penting adalah metoda atau cara
pengendali mengevaluasi sinyal galat untuk menghasilkan sinyal kendali.
Berdasarkan metode evaluasinya, pengedali dibedakan atas :
1. Pengendali diskontinyu
2. Pengendali kontinyu
merupakan batas-batas hidup dan mati dari suatu daya secara kontinyu dan akan
memberikan tanggapan/keluaran yang besarnya sebanding dengan perbedaan harga
antara variabel yang diukur dengan titik pengesetan yang dinyatakan sebagai error
(e). Besar keluaran dari aksi proporsional dinyatakan secara matematis sebagai
berikut :
U = (100/PB)e + Uo
Dengan :
U = keluaran daya
PB = proposional band
E = sinyal error
Uo = keluaran daya saat error = 0
U = keluaran daya
F = laju pengulangan integral per menit
e = sinyal error
t = waktu
Uo = keluaran daya pada saat e = 0
Titik pengesetan
50
Keluaran daya
Pr
Proporsi band
Prop
Waktu integral
Int
0-02
Menit
Waktu devirative
Der
Detik
Waktu perputaran
Cy-t
20
Detpk
Tidak digunakan
+CI-G
Tidak digunakan
CI-0
Tidak digunakan
Up-t
Histerisis
Hyst
Batas Daya
Pr-L
100
Batas titik
Sp-L
100
Batasan
Cs-I
0.58
Kerja kebalikan
Cs-2
Dif
Tidak digunakan
Cs-3-7
Span
Span
Zero
Zero
pengesetan
masuk dalam pipa maka tekanan udara di dalam sistem tersebut tekanan atmosfer,
sehingga tekanan min 0 Psig yang dimaksud adalah tekanan atm yang tidak di dapat
dalam aliran udara pipa.
aksesori yang lain di dalam jajaran. Soket-soket ini akan menyala bila console
dinyalakan.
2.9 Lampu indikator 24 VAC
Terdiri atas lampu 24 volt yang terpasang pada Jack plug. Bila plug di
masukan ke salah lubang keluaran 24 VAC, lampu tersebut akan menujukan bila
suplai menyala.
2.10 Transformer
Suatu transformer step up terpasang di dalam Console bila diperlukan
untuk mengubah sumber listrik menjadi non standard.
2.11 Antaran penghubung
Seperangkat antaran penghubung di suplai bersama dengan Console
antaran ini di beri kode warna atau polaritas untuk mencegah kesalahan pada
perangkai sinyal masuk atau keluaran yang bervariasi ke Console. Seperangkat alat
ini mencukupi rangkaian mayoritas perangkat asesori dalam jajaran PCT dan antaran
tidak termasuk pada masing-masing aksesori. Bila suatu aksesori membutuhkan
antaran khusus, maka pasti di suplai beserta dengan aksesori tersebut. suatu rak kabel
yang dapat di pasang di dinding dan di suplai untuk penyimpanan antaran
penghubung bila tidak sedang di pakai.
2. 12 PRESSURE TRANSDUCER AND BACKPRESSURE REGULATOR
Tekanan adalah variabel proses yang sering kita jumpai untuk dimonitor dan
dikendalikan di dalam industri minyak dan gas. Pengendalian tekanan dari suatu
fluida proses pada beberapa tempat malah menjadi fokus utama dan dengan berbagai
tujuan tentunya.
Dalam suatu lup pengendalian, juga lup pengendalian tekanan, selalu terdiri dari 3
elemen dasar:
Elemen pengukuran. Besaran variabel proses diukur dan ditransmisikan ke
elemen pengontrol
Elemen Pengontrol. Perbedaan antara variabel proses yang terukur (Process
Variable/PV) dan variabel proses yang diinginkan (Setpoint/SP) dikalkulasi
berdasarkan algoritma tertentu (umumnya kontrol PID). Hasilnya akan
diteruskan berupa perintah aksi terhadap elemen pengendali akhir
Elemen pengendali akhir. Perintah aksi dari elemen pengontrol akan dilakukan
oleh elemen pengendali akhir. Control valve adalah elemen pengendali akhir
yang paling banyak digunakan.
Meskipun terdapat tiga elemen dasar dalam melakukan pengendalian proses, belum
tentu secara fisik juga terdapat tiga perangkat.
Untuk kasus tekanan tinggi dan laju alir yang tinggi, biasanya implementasi
dari pengontrolnya terdiri dari (1) elemen pengukuran adalah pressure
transmitter (PT), (2) elemen pengontrol adalah pressure controller (PC), (3)
dan untuk elemen pengendali akhir adalah pressure control valve (PCV atau
PV).
Untuk kasus tekanan rendah dan laju alir rendah, impelementasi pengontrolnya
terintegrasi dalam satu perangkat yang biasa disebut pressure regulator.
2.13 Perbedaan Pressure Reducer dan Backpressure Regulator
Secara umum, konfigurasi suatu lup tunggal kontrol tekanan adalah sebagai berikut.
-
PRESSURE REGULATOR
yang
ingin
dikendalikan
Secara
logika,
jika
kita
ingin
mengendalikan tekanan dibagian hilir, tentunya harus ada yang mengatakan (baca:
mengukur) bahwa tekanan dihilir benar-benar berubah tentunya dengan meletakkan
pressure transmitter dibagian hilir setelah adanya aksi kontrol dari control valve,
inilah yang dinamakan pressure reducer. Demikian juga halnya untuk kasus
backpressure regulator, jika kita hendak mengendalikan tekanan dibagian hulu
tentunya harus ada yang mengatakan (baca: mengukur) bahwa tekanan di hulu benar-
benar berubah, yaitu dengan cara meletakkan pressure transmitter dibagian hulu
setelah adanya aksi kontrol dari control valve.
Pressure reducer bekerja dengan prinsip mengatur dan mereduksi pressure
yang lebih tinggi dari bagian hulu supaya tekanan di hilir lebih rendah dan stabil.
Sedangkan backpressure regulator bekerja dengan prinsip memonitor tekanan
dibagian hulu dan melakukan aksi pada control valve untuk menstabilkan tekanan
pada bagian hulu.
Apakah keduanya merupakan kontrol umpan balik? Mari kita sedikit
menyegarkan ingatan mengenai pengertian pengendali umpan balik (feedback
control) itu sendiri.
Blok diagram kontrol umpan balik (feedback control)
SV
PV
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
90
80
70
60
50
40
30
20
10
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
90
80
70
60
50
40
30
20
10
P1
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
Tekanan (Psi)
P2
P3
2
3,5
2
5
2
6,5
2
8
2
9
2
10
2
11
2
12
2
13,5
2
14,5
2
13,5
2
12,5
2
11
2
10
2
9
2
8
2
6,5
2
5
2
3,2
P4
1
2
2,5
3
3,5
4
5
5,5
6
7
6
6
5
4,5
4
3
2,5
2
1
Tekanan (Psi)
P1
P2
P3
P4
1
10
10
3
2
4
1
2
20
20
3
2
5
2
3
30
30
3
2
6
2,5
4
40
40
3
2
7,5
3
5
50
50
3
2
8,5
3,5
6
60
60
3
2
10
4,5
7
70
70
3
2
11
5
8
80
80
3
2
12
6
9
90
90
3
2
13
6,5
10
100
100
3
2
14
7
11
90
90
3
2
13
6
12
80
80
3
2
12
5,5
13
70
70
3
2
10,5
5
14
60
60
3
2
9,5
4
15
50
50
3
2
8,5
4
16
40
40
3
2
7,5
3
17
30
30
3
2
6
2,5
18
20
20
3
2
5
2
19
10
10
3
2
4
1,5
Tabel 3.3 Pengendalian Tekanan Aliran melalui Vessel Setelah di Konversi ke
kg/cm2
NO
SV
PV
3.1.
NO
SV
PV
10
10
0,21086
20
20
0,21086
30
30
0,21086
40
40
0,21086
50
50
0,21086
60
60
0,21086
70
70
0,21086
80
80
0,21086
90
90
0,21086
10
100
100
0,21086
11
90
90
0,21086
12
80
80
0,21086
13
70
70
0,21086
14
60
60
0,21086
15
50
50
0,21086
16
40
40
0,21086
17
30
30
0,21086
18
20
20
0,21086
19
10
10
0,21086
P1
Tekanan (Kg/cm2)
P2
P3
0,2460
0,14058
1
0,3514
0,14058
4
0,4568
0,14058
7
0,5623
0,14058
0
0,6325
0,14058
9
0,7828
0,14058
8
0,7731
0,14058
7
0,8434
0,14058
5
0,9488
0,14058
8
1,0191
0,14058
7
0,9488
0,14058
8
0,8785
0,14058
9
0,7731
0,14058 7
0,7028
0,14058
8
0,6325
0,14058
9
0,5623
0,14058
0
0,4568
0,14058
7
0,3514
0,14058
4
0,2460
0,14058
1
Pada P1
3 Psi 3 Psi
Pada P2
1 atm
1,03323 Kg/cm2
=0,21086 Kg/cm 2
14,7 Psi
1 atm
P4
0,07029
0,14058
0,17572
0,21086
0,24601
0,28115
0,35144
0,38658
0,42173
0,49201
0,42173
0,42173
0,35144
0,31629
0,28115
0,21086
0,17572
0,14058
0,07029
2 Psi 2 Psi
1 atm
1,03323 Kg/cm
=0,14058 Kg/cm2
14,7 Psi
1 atm
Pada P3
3,5 Psi 3,5 Psi
1 atm
1,03323 Kg /cm2
=0,24601 Kg/cm2
14,7 Psi
1 atm
Pada P4
1 Psi 1 Psi
1 atm
1,03323 Kg/cm 2
=0,07029 Kg /cm2
14,7 Psi
1atm
3.2.
NO
SV
PV
10
10
20
20
30
30
40
40
50
50
60
60
70
70
80
80
90
90
10
100
100
11
90
90
12
80
80
13
70
70
14
60
60
15
50
50
16
40
40
17
30
30
18
20
20
19
10
10
P1
0,2108
6
0,2108
6
0,2108
6
0,2108
6
0,2108
6
0,2108
6
0,2108
6
0,2108
6
0,2108
6
0,2108
6
0,2108
6
0,2108
6
0,2108
6
0,2108
6
0,2108
6
0,2108
6
0,2108
6
0,2108
6
0,2108
6
Tekanan (Kg/cm2)
P2
P3
0,14058 0,28115
0,3514
0,14058
4
0,4217
0,14058
3
0,5271
0,14058 6
0,5974
0,14058
5
0,7028
0,14058
8
0,7731
0,14058
7
0,8434
0,14058
5
0,9137
0,14058
4
0,9840
0,14058
3
0,9137
0,14058
4
0,8434
0,14058
5
0,7380
0,14058
2
0,6677
0,14058
3
0,5974
0,14058
5
0,5271
0,14058
6
0,4217
0,14058
3
0,3514
0,14058
4
P4
0,07029
0,14058
0,17572
0,21086
0,24601
0,31629
0,35144
0,42173
0,45687
0,49201
0,42173
0,38658
0,35144
0,28115
0,28115
0,21086
0,17572
0,14058
2.
Pada P1
1 atm
1,03323 Kg/cm2
3 Psi 3 Psi
=0,21086 Kg/cm2
14,7 Psi
1 atm
Pada P2
2 Psi 2 Psi
3.
1 atm
1,03323 Kg/cm
=0,14058 Kg/cm 2
14,7 Psi
1 atm
Pada P3
1 atm
1,03323 Kg/cm 2
4 Psi 4 Psi
4.
1 Psi 1 Psi
1 atm
1,03323 Kg/cm 2
=0,07029 Kg /cm2
14,7 Psi
1atm
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini, percobaan yang dilakukan yaitu Pengendalian
Tekanan. Percobaan pengendalian ini menggunakan alat PCT 10 dan PCT 14
dimana pada alat PCT 10 proses pengendalian berjalan secara elektrik berbeda
dengan PCT 14 yang proses pengendaliannya berlangsung secara manual.
Percobaan ini dilakukan dengan dua cara yaitu pengendalian tekanan dengan
menggunakan vesel dan pengendalian tekanan tanpa vesel. Pada proses non vessel
valve V3,V5 danV6 di tutup sedangkan valve V1,V2 dan V4 dibuka. Kemudian
untuk proses dengan menggunakan vessel valve V1,V2,V3,V5 dan V6 dibuka
sedangkan yang i tutup hanya pada valve V4. Di dalam prose kedua cara tersebut
akan diatur nilai SV dan PV yang dinaikkan dari 10 -100 dan diturunkan kembali
dari 100 10.
Yang ingin dilihat dari percobaan ini
dihasilkan jika diberikan beberapa gangguan seperti mengubah nilai SV & PV,
kemudian nilai tekanan yang di dapat dalam satuan Psi dikonversi ke dalam satuan
Kg/cm2.
Dalam grafik berikut ini akan di bahas tentang hasil dari pengamatan yang
telah kami lakukan dengan proses vesel dan non vesel
10
tekanan (Psi)
P2
P3
P4
0
0
20
40
60
80
100
120
SV &PV
peningkatan tekanan yang teratur, demikian juga hal nya saat PV dan SV di turunkan
dari 100 10 maka akan terjadi perubahan penurunan tekanan.
0.8
tekanan (km/cm2)
P2
0.6
P3
0.4
P4
0.2
0
0
20
40
60
80
100
120
SV & PV
2
Gambar 4.2 tekanan tanpa melalui vessel dalam Kg cm
Gambar 4.2 adalah grafik pengukuran tekanan tanpa melalui vessel yang
2
telah di konversi dari satuan Bar ke dalam satuan Kg cm . Grafik ini sama saja
2
dengan grafik 4.1 hanya saja grafik ini dalam satuan Kg cm . Konversi ini
15
tekanan (Psi)
P2
10
P3
P4
0
0
20
40
60
80
100
120
SV &PV
grafik dapat terlihat bahwa nilai P1 dan P2 tidak mengalami perubahan (konstan)
sedangkan pada P3 dan P4 mengalami perubahan peningkatan tekanan yang cukup
stabil. Respon yang di terima cukup baik sehingga perubahan tekanan ini mengikuti
perubahan pada SV dan PV.saat di naikkan ataupun diturunkan. Dimana saat SV dan
PV dinaikkan tekanan mengalami peningkatan dan saat diturunkan tekanan juga ikut
turun.
0.8
Tekanan (kg/cm2)
P2
0.6
P3
0.4
P4
0.2
0
0
20
40
60
80
100
120
SV & PV
Kg/cm
Gambar 4,4 adalah grafik pengukuran dengan menggunakan vesel yang telah di konversi
dari satuan Bar ke dalam
Kg/c m2 . Grafik ini sama seperti grafik 4.3 hanya saja pada
grafik sebelumnya dalam satuan Psi. Konversi ini dilakukan untuk membuktikan
BAB V
PENUTUP
Kesimpulan
Dari percobaan dengan vessel maupun tanpa vessel, nilai P1 dan P2 tekanan
yang diperoleh 3 psi dan 2 psi. Selama set point yang diberikan tidak ada
terjadi perubah sedikit pun (konstan).
Semakin tinggi setting PV dan SV maka akan semakin tinggi pula tekanan
pada P3 dan P4 yang dihasilkan. Dan semakin rendah setting PV dan SV maka
tekanan pada P3 dan P4 yang dihasilkan akan semakin rendah juga.
Pada P3 dan P4 tekanan maksimum yang dihasilkan pada set point 100%.
Kemudian tekanan kembali mengalami penurunan dan tekanan minimum yang
dihasilkan pada set point 10%. Maka dapat disimpulkan semakin tinggi / besar
set point yang diberikan maka tekanan yang dihasilkan juga semakin besar
karena waktu yang dibutuhkan untuk mencapai set point lama sehingga
tekanan yang didapat juga semakin meningkat dan juga pengaruhi oleh bukaan
valve yang ikut membesar.
Jika alat yang digunakan dalam keadaan baik dan proses berjalan dengan
stabil, maka akan menghasilkan pembacaan yang lebih akurat.
DAFTAR PUSTAKA
LEMBAR PENGESAHAN
Judul Praktikum
: Pengendalian Tekanan
Mata Kuliah
: Pengendalian Proses
Nama
: Dwi Aidafitrah
NIM
: 1224301019
Kelas / Semester
: 2 B PSTKI/ IV ( Empat)
: Ir. Helmi,M.T
NIP
Ka Laboratorium
NIP
Tanggal Percobaan
: 17 April 2014
Dosen Pembimbing
Ir. Helmi, MT
NIP: 19620921 199303 1 001
LEMBAR TUGAS
Judul Praktikum
: Pengendalian Tekanan
Laboratorium
: Pengendalian Proses
Jurusan / Prodi
Nama
: Dwi Aidafitrah
Kelas / Semester
: 2 B PSTKI / IV ( Empat )
NIM
: 1224301019
Anggota Kelompok V
- Uraian Tugas
1. Lakukan praktikum sesuai dengan prosedur kerja.
2. Ambil data dengan satuan Psi dan ubah menjadi
Kg/cm
Dosen Pembimbing,
Ir. Helmi, MT
NIP: 19620921 199303 1 001
LAPORAN PRAKTIKUM
PENGENDALIAN PROSES
Judul praktikum
: Pengendalian Tekanan
Nama
: Dwi Aidafitrah
Nim
: 1224301019
Kelas /semester
: 2B PSTKI / IV