Anda di halaman 1dari 44

TUGAS MAKALAH

INSTRUMENTASI DAN PENGUKURAN

Oleh :
Alfiyah Khusnul Khotimah (171010950022)
Dewi Wulandari (171010950024)
Nico Albarino Saputra (171010950004)
Fahlevi Qolbi Ramadhan (171010900132)
Risma (171010950020)
Siti Latifah (171010950021)

PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS PAMULANG
PAMULANG
2021
I. PERTEMUAN KE-1 INSTRUMENTASI, ALAT UKUR DAN
PENGUKURAN

A. Instrumentasi
Instrumentasi adalah alat-alat dan piranti (device) yang dipakai untuk
pengukuran dan pengendalian dalam suatu sistem.
lnstrumentasi (Instrumentation) merupakan:

1. Penggunaan piranti ukur (instrumen) untuk menentukan harga besaran yang


berubah-ubah, yang seringkali pula untuk keperluan pengemudian besaran
yang perlu berada di batas-batas harga tertentu.

2. Semua piranti (kimia, listrik, hidrolik, magnit, mekanik, optik, pneumatik)


yang digunakan untuk: menguji, mengamati, mengukur, memantau,
mengubah, membangkitkan, mencatat, menera/memelihara, atau
mengemudikan sifat-sifat fisik gerakan atau karakteristik lain.
Instrumentasi merupakan seperangkat instrument - instrument yang digunakan
untuk mengontrol, memanipulasi, mengukur ,menunjukkan atau menghitung nilai
suatu variabel proses. Kemampuan indera manusia untuk melakukan pengamatan
sangat terbatas, sedangkan hampir semua industri perminyakan, proses pengolahannya
melalui jalur yang tertutup. Artinya media / bahan yang diolah tidak dapat dilihat atau
diukur secara langsung. Maka dalam hal ini diperlukan instrumentasi yang dapat
melakukan fungsi melihat, mengukur dan mengendalikan variable - variabel proses
seperti suhu, tekanan, jumlah, aliran, level, PH, Viskositas dan sebagainya.

Instrumen adalah Alat ukur yang mempunyai sifat KOMPLEK, yang minimal
terdiri atas komponen :
1. Transducer atau Sensor atau Elemen Pengindera,
Sensor dipakai untuk menangkap adanya perubahan sinyal
2. Pengkondisi Sinyal tercakup : Amplifier/penguat, Peredam, dan
Penyaring,
Pengkondisi Sinyal untuk merubah nilai kekuatan sinyal yang ditangkap.
3. Unit Keluaran Analog (Skala Jarum dan lain-lain) atau Peraga Digital
atau Monitor.
Monitor sebagai penunjuk pengukuran atau sinyal yang diperoleh.
Fungsi instrumen yang banyak digunakan di industri maupun di Lab.
pengujian antara lain : alat ukur kadar air, alat ukur suhu, alat ukur tekanan, alat ukur
gaya, alat ukur getaran, alat ukut tingkat kebisingan, tachometer digital dan lain-
lain, dan yang harus mampu secara akurat mendeteksi setiap perubahan.

Fungsi instrumentasi secara umum di golongkan menjadi empat yaitu :


1. Instrumentasi sebagai alat ukur Fungsinya merubah besaran fisis atau
variabel proses kedalam bentuk satuan yang dapat diamati,dimengerti
sehingga dapat dimanfaatkan untuk keperluan data pengukuran / monitoring
maupun untuk analisa. Secara umum variabel proses akan diubah kedalam
bentuk sajian berupa tampilan, record, maupun print ditentukan oleh alat
ukur tersebut yang terdiri atas elemen-elemen pengukuran yaitu:
a. Transducer Element
b. Signal Conditioning Element
c. Data Presentation Element
2. Sebagai alat pengendali ( Control )
Berfungsi mengendalikan jalannya operasi agar variabel proses yang sedang
diukur dapat diatur dan dikendalikan,tetap pada nilai yang ditentukan (set
point).
3. Sebagai alat pengaman ( Safety )
Instrumentasi memberikan tanda bahaya atau tanda gangguan apabila
terjadi gangguan atau kondisi yang tidak normal yang diakibatkan oleh
tidak berfungsinya suatu peralatan pada suatu proses, serta berfungsi untuk
mengetripkan suatu proses apabila gangguan tersebut tidak teratasi dalam
waktu tertentu.
4. Sebaga alat analisa ( Analyze )
Instrumentasi berfungsi sebagai alat untuk menganalisa produk yang
dikelola, apakah sudah memenuhi spesifikasi seperti yang diingikan atau
sesuai dengan standar, misalkan untuk mengetahui polusi dari hasil buangan
sisa produksi yang diproses agar tidak membahayakan dan merusak
lingkungan.
Contoh Peralatan Instrumentasi Dalam Dunia Industri

Dalam menjalankan pekerjaan di dunia industri di butuhkan alat


instrumentasi guna sebagai pembanding dan pembaca sinyal dan pengontrol
peralatan.berikut ini alat instrumentasi pada di
1. Pressure Transmitter
Pressure transmitter adalah salah satu elemen dari sistem pengendalian
proses. Seperti yang sudah diketahui untuk mengukur besaran fisik atau
proses digunakan alat ukur yang sering disebut sebagai sensor / primary
element ( bagian yang berhubungan langsung dengan medium yang diukur )
keluaran (output) dari sensor tersebut di pasang (local indicator) atau bisa
juga dikirim untuk kemudian ditunjukan ditempat lain ( secara remote ) di
control room.
2. Differensial Presure Transmitter
Sama dengan halnya dengan pressure transmitter,prinsip kerja
differensial pressure transmitter adalah mengukur tekanan pada komponen
pembangkitan tetapi hanya saja differensial pressure transmitter ini
menggunakan dua hasil tekanan, sehingga perlu di buat rata-rata dari hasil
pengukuran. Differensial Pressure Transmitter dibagi menjadi 2 jenis yaitu :
a. Flow Differensial Pressure Transmitter
Dalam flow differensial pressure transmitter ada istilah yang
disebut orifice. Alat ukur terdiri dari pipa dimana bagian dalamnya diberi
pelat berlubang lebih kecil dari ukuran diameter pipa. Sensor tekanan
diletakkan disisi pelat bagian inlet (P1) dan satu lagi dibagian sisi pelat
bagian outlet (P2). Jika terjadi terjadi dari aliran inlet ke outlet, mka
tekanan P1 akan lebih besar dari pada tekanan outlet P2.
Flow transmitter berfungsi untuk membaca sinyal pada aliran
dalam pipa penyaluran, air dan mengubahnya menjadi sinyal yang dapat
mengerti oleh controller, sehingga operator didalam rungan dapat
langsung mengetahui kondisi dalam lapangan tanpa harus melihat
langsung ke lapangan
b. Level Diffrensial Presure Transitter Level transmitter adalah alat
yang mendeteksi ketinggian atau level dari suatu volume benda cair
pada suatu tabung atau tangki.

3. Vacuum Transmitter
Vacuum transmitter adalah alat ukur yang digunakan untuk mengukur
tekanan sebuah sIstem yang bekerja dibawah atmosfir yakni dari nol ke nol
absolute ( -1 bar )
4. Pressure Gauge
Pressure gauge adalah alat instrumentasi yang berfungsi sebagai
pengukur tekanan yang biasannya ditempatkan dilokal. Sehinnga pressure
gauge ini bisa sebagai pembanding jika ada perbedaan diruang control
dengan dilapangan.
5. Temperature Switch
Temperature switch adalah alat yang berfungsi sebagai switch
pengukuran temperature. Prinsip kerjanya adalah ketika lubang masukan
mendapat temperature hingga melebihi batas pengaturan atau setting, maka
temperature switch akan bekerja dan kontak didalamnya akan bekerja dari on
ke off. Salah satu pemakaiannya yang sering kita jumpai adallah pada mesin
compressor sudah penuh maka compressor akan mati dengan sendirinya
6. Level Switch
Level switch adalah alat yang mendeteksi ketinggian atau level dari suatu
volume benda cair pada suatu tabung atau tangki .misalkan level switch di
pasang pada tangki air untuk mendeteksi jumlah jumlah atau atau volume air
yang masuk kedalam tangki, kemudian alat ini dihubungakan dengan mesi
pompa air, pada saat volume air didalam tabung sudah mencapai level
tertentu (high) dan terdeteksi oleh sensor, maka level sensor switch akan
bekerja sebab bagian depan dari level switch terendam oleh air, ketika itu
pula level switch akan memerintahkan mesin pompa air untuk bekerja
berputar untuk mengisi tangki, demikian seterusnya.
Contoh Instrumen Ukur :
B. Alat Ukur

Alat untuk mengetahui harga suatu besaran atau suatu variabel. Prinsip kerja
alat ukur harus dipahami agar alat ukur dapat digunakan dengan cermat dan sesuai
dengan pemakaian yang telah direncanakan.

Contoh alat ukur untuk :

1. Demensi PANJANG : Meteran Kain, Pengaris/Mistar , Roll Meter,


Caliper, dan lain-lain.

2. Demensi BOBOT / MASSA : Timbangan Pegas, Timbangan Skala,


Timbangan Balance, dan lain-lain.

3. Demensi SUHU : Termometer

4. Demensi WAKTU : Jam tangan , Stop Watch, dan lain-lain.

Contoh Gambar Alat Ukur :


C. Pengukuran

Pengukuran adalah penentuan besaran, dimensi, atau kapasitas, biasanya


terhadap suatu standar atau satuan ukur. Serangkaian kegiatan yang bertujuan untuk
menentukan nilai suatu besaran dalam bentuk angka (kwantitatif).
Jadi mengukur adalah suatu proses mengaitkan angka secara empirik dan
obyektif pada sifat-sifat obyek atau kejadian nyata sehingga angka yang diperoleh
tersebut dapat memberikan gambaran yang jelas mengenai obyek atau kejadian yang
diukur.
Secara Umum (sederhana) adalah Membandingkan suatu besaran yang tidak
diketahui harganya dengan besaran lain yang telah diketahui nilainya. Alat ukur
digunakan untuk keperluan pengukuran.
Pengukuran akan memberikan arti penting bagi manusia untuk menggambarkan
berbagai fenomena alam dalam bentuk kuantitatif atau angka. Lord Kelvin
menyatakan “Bila anda dapat mengukur apa yang anda bicarakan serta
menyatakannya dalam bentuk angka, maka anda mengerti apa yang anda bicarakan.
Tetapi bila anda tidak dapat mengukurnya dan tidak dapat menyatakannya dalam
bentuk angka, maka pengetahuan anda tidak memuaskan atau bahkan
mengecewakan”.

1. Manfaat Pengukuran
Sarana untuk mendapatkan data guna mengambil keputusan perlu/
tidaknya meng-adjust proses pengeringan gabah. Sarana untuk menentukan
keterkaitan antara 2 variable atau lebih ( misalnya, Temperatur pengeringan
gabah dengan daya perkecambahan gabah )
2. Sistem Pengukuran

Sekumpulan proses atau aktifitas atau prosedur, dengan masukan (INPUT)


berupa alat ukur, software dan orang dengan tujuan (OUTPUT) mendapatkan
data pengukuran terhadap karakteristik yang sedang diukur.

3. Sumber Kesalahan
Yang sering menjadikan masalah dalam pengukuran adalah tingkat
kesalahan yang terjadi, dalam hal ini sangat diperlukan, untuk mengerti :

a. Karakteristik operasional alat ukur dan cara pengujian,

b. Mematuhi kinerja yang telah ditentukan dalam panduan yang


disertakan.

Secara umum tingkat kesalahan dapat dibagi atas 3 bagian :


1) Gross errors (Kesalahan umum)
Penyebabnya adalah kesalahan manusia misalnya salah
menafsirkan nilai pembagian skala. Kesalahan ini dapat dikurangi
dengan cara melakukan pengukuran oleh beberapa orang kemudian
ditentukan harga rata-rata dari hasil pengukuran. Cara seperti ini perlu
waktu yang lama maka dilakukan apabila benar-benar perlu.

contoh => loading effect, setting yang tidak tepat,


ketidaktepatan penggunaan alat ukur

2) Kesalahan Sistematis
Kesalahan ini terjadi karena sistem pengukuran (dapat
diakibatkan kesalahan pada : alat ukur, metoda, atau kesalahan
manusia / human faktor).

Kesalahan Sistemis dapat dikelompokkan menjadi :

a) Kesalahan statis => batasan sifat fisika alat ukur =>


Instrumental errors
b) Kesalahan dinamis => respon pada perubahan measuran =>
Enviromental

Instrumental errors

Penyebabnya adalah struktur mekanis alat ukur (usia alat ukur, gesekan
pada tumpuan alat penunjuk, suhu, peneraan).
Cara mengatasi kesalahan instrumental

• Pemilihan instrument yang tepat untuk pemakaian tertentu

• Menggunakan faktor koreksi untuk kondisi tertentu

• Kalibrasi terhadap instrument standart

Enviromental errors

Penyebabnya adalah keadaan disekitar alat ukur seperti pengaruh


medan magnet dan medan listrik, suhu, kelembaban serta tahanan
bocor. Kesalahan seperti ini dapat dikurangi dengan memilih alat ukur
yang tepat dan menerapkan metode yang benar.
3) Kesalahan acak
Kesalahan seperti ini tidak diketahui penyebabnya dan tetap selalu
terjadi meskipun telah diantisipasi semua sumber kesalahan.
Pada pelaksanaan pengukuran harus dipilih alat ukur, cara, kondisi
dan prosedur pengukuran yang benar agar sumber-sumber kesalahan
yang akan terjadi dapat dihindari sehingga hasil pengukuran memiliki
tingkat akurasi tinggi.
Kesalahan alat ukur biasanya sering dinyatakan dalam spesifikasi
alat yang dikeluarkan oleh pabrik berupa rekomendasi besar kesalahan
yang mungkin terjadi, contoh :
• Osiloskop memiliki spesifikasi kesalahan alat ukur 3%. Hasil
suatu pengukuran menunjukkan amplitudo sebesar 10 volt. Maka
harga sebenarnya dari hasil pengukuran adalah : 10 volt ± 3%.
• Range alat ukur penunjuk 10 volt sedangkan jarum penunjuknya
pada angka 10 volt skala penuh. Harga tegangan sebenarnya
adalah 10,2 volt.
Maka prosentase kesalahan alat ukur jarum penunjuk :
(Harga sebenarnya – Harga Pengukuran) / (Harga Sebenarnya) *
100 %
= {[(10,2) – (10) ] / (10,2)} / (100 %) = 2 %
PERTEMUAN KE 2 - PEMONITORAN & PENGENDALIAN PROSES DAN
OPERASI

 Pemakaian Alat Ukur


Sebagai dasar studi yang terinci mengenai instrument pengukuran serta
karakteristiknya secara umum pemakaian alat ukur dikelompokkan menjadi:
1. Pemonitoran proses dan operasi.
2. Pengendalian proses dan operasi.
3. Analisa keteknikan eksperimental.
 
1. Pemonitoran Proses dan Operasi
Pemakaian tertentu dari instrument pengukuran bisa dilihat dari fungsi
pemonitoran, umumnya bisa dilihat dari fungsi pemonitoran, indikator pada mesin
seperti termometer, barometer yang dipakai untuk mengetahui temperatur dan
juga tekanan seperti pada refrigator yakni dipakai untuk mengukur temperatur dan
juga tekanan kondensor. Untuk fungsi pemonitoran cukup memakai alat ukur
manual.
 
2. Pengendalian Proses dan Operasi
Untuk jenis pengukuran instrumen ini, instrumen juga bertindak sebagai sistem
pengendalian otomatis. Sebagai contoh, instrumen pengukuran dan pengendalian
di plat atau pabrik yang dipakai untuk pengendalian mesin serta proses pada
bidang industri, instrument pesawat terbang serta mesin lainnya.

Contoh penggunaan alat ukur untuk proses pengendalian sederhana dapat dilihat
pada gambar dibawah ini.

Gambar 2. Sistem Pengontrol Ketinggian Air


Dalam gambar disajikan Mekanisme tuas dan pelampung, selain berfungsi untuk
mengukur tinggi air juga berguna sebagai pengendalian pasokan air.

3. Analisa Keteknikan Eksperimental


Untuk menyelesaikan masalah keteknikan ada dua metode umum yakni teoritis
dan juga eksperimental yang harus dipandang saling melengkapi. Kalibrasi harus
dilakukan secara periodik. interval kalibrasi alat tergantung dari beberapa faktor
seperti jenis instrumen, frekuensi penggunaan dan juga cara pemeliharaan
instrumen. Semakin sering instrumen dipakai, maka interval kalibrasinya juga
sebaiknya harus lebih singkat seperti satu tahun sekali.
Ada beberapa hal yang diperlukan dalam proses kalibrasi alat ukur, yakni:
a. Adanya kalibrator.
b. Adanya objek ukur atau unit under test.
c. Adanya prosedur kalibrasi yang mengaju pada standar kalibrasi yang
mengacu pada standar kalibrasi internasional, nasional atau prosedur yang
dikembangkan sendiri dari laboratorium yang sudah teruji dengan lebih dulu
dilakukan kalibrasi.
d. Adanya teknisi yang sudah memenuhi persyaratan memiliki kemampuan
teknisi kalibrasi dan sebaiknya juga bersertifikat.
PERTEMUAN KE 3 - KONSEP ALAT PENGUKURAN ANALOG DAN
DIGITAL

 Alat ukur dapat dibedakan atas dua jenis, yaitu alat ukur analog dan alat ukur digital.
 Alat ukur analog merupakan alat ukur yang hasil pengukurannya ditunjukkan oleh
jarum pada skala meter.
 Alat ukur digital menggunakan jumlah digit tertentu untuk menampilkan hasil
pengukuran (tinggal membaca pada layar display).

Gambar 1. Penunjukan meter analog dan meter digital


 Kelebihan alat ukur analog, antara lain:
1. Harga yg lebih murah
2. Dapat mengukur fluktuasi yg bersifat sementara dan cepat berubah. Dalam
batas-batas tertentu
3. Pembacaan sangat cepat ketika probe mulai di tes pada rangkaian. Sehingga
manuver dalam melakukan usaha perbaikan dapat dengan cepat teratasi.
4. Sangat baik untuk pekerjaan tuning rangkaian elektro ke nilai-nilai tertentu.
Sebagai contoh saat menyetel keluaran output tegangan dan nilai potensiometer.
Jika pada tipe digital terlebih yg berharga murah naik dan turunnya angka
terkadang membingungkan belum lagi harus menghitung koma pada digitnya.

 Kekurangan alat ukur analog, antara lain :


1. Akurasi yg terbatas. Berkisar dari plus 1% sampai 5% skala penuh.
2. Tidak disediakan fitur autorange, sehingga sebelum melakukan ritual
pengukuran harus memilih selektor yg pas pada perkiraan arus atau besaran yg
akan diukur.
3. Human Reading sangat besar sekali potensi salah menetapkan nilai ukur, terlebih
pada teknisi-teknisi atau orang yg baru belajar menggunakan alat ukur dan
belum familiar.
4. Pembacaan skala yg rumit. Harus membagi dan mengkali besaran dengan
selektor yg dipilih.
5. Rentan terhadap kerusakan terutama di bagian lilitan kumparan dan jarum
terlebih bila terjatuh.
6. Ukuran fisik yg biasanya lebih besar dibandingkan alat ukur digital.

 Beberapa kelebihan dari alat ukur digital, antara lain:


1. Akurasi bisa mencapai 90 % dari nilai sesungguhnya. Apalagi jika berasal dari
merk-merk yg memang sudah dikenal cukup baik.
2. Auto range adalah fitur dimana ritual pemilihan selektor batas pengukuran dapat
ditiadakan.
3. Ukuran fisikal yg kecil bahkan dapat diselip ke dalam saku baju.
4. Membaca secara langsung tanpa perlu membagi atau pun meng kali hasil lagi
dengan batas ukur.
5. Hemat baterai dan mempunyai fitur auto power off.
6. Dilengkapi grafik batang seperti pembacaan analog.

 Terdapat kekurangan pada alat ukur jenis digital ini, antara lain:
1. Harganya lebih mahal. Mengingat banyak komponen di dalamnya.
2. Untuk multimeter yg berharga murah pembacaan skala terkadang kurang
nyaman yaitu angka display yg tidak stabil. Semakin tinggi Count Display nya
semakin stabil dan cepat juga refresh hasil ukur yg ditampilkan. Untuk saat ini
6000 Count display adalah standar terkini.
3. Masih terdapat jeda waktu saat perpindahan  angka display pembacaan  yg naik
turun. Belum lagi situasi tangan saat memegang probe test yg tidak stabil
berpotensi salah dalam mengukur.
4. Tidak boleh terlalu lama terpapar sinar matahari yg akan merusak dan
mengeringkan cairan liquid pada display. 
PERTEMUAN KE 4 – KONFIGURASI MASUKAN DAN KELUARAN

Konfigurasi input-output Penyesuaian yang dilakukan dalam alat ukur (instrumentasi)


dengan mengabaikan (nullify) beberapa hal yang bisa mengganggu dan memodifikasi
input untuk mengurangi kesalahan.

Characteristics:
Statik : Pengukuran yang bersifat konstan atau variasinya sangat kecil. Di boleh kan
mendefinisikan : dimungkinkan criteria kinerja yang bisa memberikan gambaran yang
benar pada suatu pengukuran tanpa mempertimbangkan gambaran dinamisnya dan
sebagai karakteristik dinamisnya.

Input:
1. Diinginkan
2. Yang mempengaruhi input
3. Yang dimodifikasi (karena akan mempengaruhi output)
FUNGSI DAN BAGIAN ALAT-ALAT

1. JANGKA SORONG

Sejarah dan Pengertian Jangka Sorong


Jangka sorong merupakan alat ukur panjang yang mempunyai batas ukur sampai 10 cm
dengan ketelitiannya 0.1 mm atau 0.01 cm. (Agustiana dan Tika, 2013). Jangka sorong
memiliki berbagai ukuran dengan rentang pengukuran dari 100 mm hingga 3000 mm (4
inci sampai 120 inci). (Flack, 2014:6)
Jangka sorong tidak hanya digunakan untuk mengukur panjang tetapi jangka sorong
juga dapat digunakan untuk mengukur diameter sebuah cincin, diameter bagian dalam
pipa dan juga dapat digunakan untuk mengukur kedalam sebuah benda serta dapat
digunakan untuk mengukur luas benda.
Jangka sorong yang dapat digunakan untuk mengukur bagian dalam dan luas suatu
benda terdiri dari bilah utama atau bilah yang dibagi dalam mm dan suatu bilah
pembantu yang dibagi 100.

Bagian-bagian Jangka Sorong

Gambar 1. Bagian-bagain jangka sorong

Bagian-bagian dari jangka sorong adalah sebagai berikut:


1. Skala utama

Skala utama merupakan pembagian vernier untuk memperoleh pengukuran yang


baik.

2. Skala vernier (nonius)


Skala vernier (nonius) merupakan pembagian sama panjang pada jangka sorong
yang ditandai dengan satuan pengukuran.

3. Rahang tetap

Rahang tetap merupakan bagian runcing di ujung penggaris yang menyokong


benda yang diukur; benda diletakkan diantara dua rahang yang dirapatkan.
Terdapat dua rahang tetap, yakni rahang tetap atas dan rahang tetap bawah

4. Rahang gerak

Rahang gerak merupakan bagian runcing yang dipasang di ujung vernier yang
dapat bergeser sepanjang penggaris ke objek yang diukur.Terdapat dua rahang
gerak, yakni rahang gerak atas dan rahang gerak bawah.
5. Kunci peluncur
Kunci peluncur berfungsi untuk menjaga pengukuran yang diperoleh.
6. Kunci penggerak halud
Kunci penggerak halus berfungsi untuk mengatur posisi rahang secara halus.
7. Ruler (ekor)
Peralatan berskala di ujung rahang untuk mengukur ketebalan atau kedalam
sebuah benda.

Kegunaan atau Manfaat Jangka Sorong


Ada tiga kegunaan atau manfaat dari jangka sorong yaitu:
a. Untuk mengukur dimensi luar sebuah benda
b. Untuk mengukur dimensi dalam sebuah benda
c. Untuk mengukur kedalaman sebuah benda

Prinsip Kerja Jangka Sorong


Langkah-langkah yang harus diperhatikan dalam menggunakan jangka sorong
adalah:
1. Tutup rapat rahang tetap dan rahang geser pastikan agar kedudukan skala
berada di nol.
2. Letakkan benda tepatnya ditengah tempat ukur.

3. Agar skala tidak berubah-ubah, kuncilah jangka sorong dengan cara memutar
bagian kunci peluncur.
4. Setelah terkunci lepaskan benda dari pengukur jangka sorong. Kemudian baca
pada skala utama dan skala nonius dengan cara mencari garis angka yang segaris
antara skala utama dan skala nonius.

Konsep Fisika Jangka Sorong


Suatu Pengukuran yang akurat dan presisi sangat bergantung pada metode pengukuran
dan alat ukur. Hasil yang baik akan berarti atau bermanfaat jika pengolahan dilakukan
secara tepat. (Hikam,Prasetyo dan Saleh, 2005:15).
Secara umum, konsep alat ukur dapat digambarkan dalam dua kategori pokok pertama
operasi dan daya guna dilihat dari unsur-unsur fungsional sistem alat ukur, dan kedua
dilihat dari karakteristik statis dan dinamisnya.
Unsur-unsur fungsional alat ukur atau sistem pengukuran secara umum meliputi unsur
penginderaan primer, unsur pengkonversi peubah (variabel), unsur pengubah
(manipulator), peubah unsur pengiriman data dan unsur penyaji data dalam bentuk yang
dapat ditanggapi oleh indera manusia.
Unsur pengindera primer adalah unsur pertama yang pertama menerima energi dari
medium yang diukur dan menghasilkan keluaran yang dalam batas-batas tertentu
tergantung pada kuantitas yang diukur. Tidak diragukan bahwa alat ukur menyerap
sejumlah energi dari medium yang diukur. Karena itu kuantitas yang diukur selalu
terganggu oleh tindakan pengukuran, menyebabkan suatu pengukuran yang sempurna
adalah mustahil.
Unsur pengkonversi peubah, jika diperlukan, dapat menukar keluaran dari unsur
pengindera primer dengan peubah yang lebih cocok, sedangkan informasi dalam peubah
sebelumnya tetap disimpan.
Unsur manipulasi peubah secara spesifik menimbulkan perubahan-perubahan nilai
numerik sesuai aturan tertentu sehingga mempertahankan sifat fisik peubah.
Informasi yang telah diolah perlu dikirimkan dan disajikan oleh unsur pengirim data
dan unsur penyaji data kepada manusia untuk tujuan pemantauan, pengendalian atau
analisis.

Cara Membaca Hasil Pengukuran pada Jangka Sorong

Gambar 6. Contoh hasil pengukuran


Hasil pengukuran ini sebesarcm. cara mendapatkan hasil pengukuran ini adalah
dengan cara sebagai berikut:
1. Amati dan baca skala utamanya adalah 1,4 cm
2. Skala nonius yang berimpit tegak lurus dengan satu tanda skala utama adalah
garis ke-sepuluh
3. Mengingat tingkat ketelitian jangka sorong adalah 0,1 mm, maka nilai lebih
adalah 10 x 0,1 mm = 1 mm = 0,1 cm
4. Jadi, bacaan jangka sorong adalah 1,4 cm ditambah 0,1 cm sama dengan 1,5 cm.
(Agustiana dan Tika, 2013:9)
PERTEMUAN KE 5 – KONFIGURASI MASUKAN DAN KELUARAN
PADA INSTRUMENTASI PENGUKURAN

CONTOH KASUS : MANOMETER

MANO METER

Definisi manometer. Manometer adalah alat pengukur tekanan udara di dalam ruang


tertutup. Ada beberapa macam manometer sebagai berikut :

1. Manometer zat cair


Manometer zat cair biasanya merupakan pipa kaca berbentuk U yang berisi
raksa. Manometer jenis ini dibedakan menjadi manometer raksa yang terbuka dan
manometer raksa yang tertutup.
a. Manometer raksa ujung terbuka 

Manometer raksa ujung terbuka digunakan untuk mengukur tekanan gas


dalam ruang tertutup bila tekanannya sekitar 1 atmosfer. Pada pipa U berisi
raksa, pada salah satu ujungnya dihubungkan dengan ruangan yang akan diukur
tekanannya, sedangkan ujung yang lain berhubungan dengan udara luar
(atmosfer). Sebelum digunakan, permukaan raksa pada kedua pipa U adalah
sama tinggi. Setelah dihubungkan dengan ruang yang akan diukur tekanannya,
maka permukaan raksa pada kedua pipa menjadi tidak sama tingginya. 
Jika tekanan gas dalam ruanagn tertutup lebih besar dari pada tekanan
udara luar, maka akan mendorong raksa dalam pipa U. permukaan raksa pada
pipa terbuka lebih tinggi daripada permukaan raksa pada pipa yang berhubungan
dengan ruang tertutup. Misalkan selisih tinggi raksa adalah Δh, maka tekanan
ruangan sebesar  

                                                              P = Bar + Δh .  

Jika tekanan dalam gas dalam ruangan tertutup lebih rendah daripada
tekanan udara luar, maka permukaan raksa pada pipa terbuka akan lebih rendah
daripada permukaan raksa pada pipa yang berhubungan dengan ruang tertutup.
Misalkan selisih tinggi raksa adalah Δh, maka tekanan gas dalam ruang an
sebesar

                                        P = Bar . Δh 

Keterangan : 
Bar : tekanan udara luar 
Δh : tekanan gas dalam ruang tertutup

b. Manometer raksa ujung tertutup 

Manometer ini pada prinsipnya sama dengan manometer ujung terbuka,


tetapi digunakan untuk mengukur tekanan ruangan lebih dari 1 atmosfer.
Sebelum digunakan, tinggi permukaan raksa sama dengan tekanan di dalam pipa
tertutup 1 atmosfer. Jika selisih tinggi permukaan raksa pada kedua pipa adalah
Δh cm, maka tekanan ruang tersebut sebesar :

                                                          P₂ = (P₁+Δh) cmHg


Keterangan : 
P₁ : tekanan udara mula-mula dalam pipa 
Dh : selisih tinggi permukaan raksa kedua pipa 
P₂ ; besarnya tekanan udara yang diukur

2. Manometer logam
Manometer logam digunakan untuk mengukur tekanan gas yang sangat
tinggi, misalnya tekanan gas dalam ketel uap. Cara kerja manometer ini didasarkan
pada plat logam yang bergerak naik turun bila ada perubahan tekanan. Gerak ujung
plat logam diterusakan oleh jarum jam penunjuk skala. Beberapa manometer logam
antara lain manometer Bourdon, manometer Shaffer Budenberg, dan manometer ban.

3. Manometer Mac Leod


Manometer mac leod digunakan untuk mengukur tekanan udara yang lebih
kecil dari 1 mmHg. Cara kerja manometer ini pada prinsipnya sama seperti
manometer raksa ujung tertutup. Jika selisih tinggi raksa di pipa S dengan pipa E
adalah Δh cmHg, maka tekanan yang terukur sebesar P = 1 / 10.000 x Δh cmHg
PERTEMUAN KE 6 – KONSEP AKURASI, PRESISI DAN BIAS

Akurasi : bebas dari kesalahan atau cacat; konsisten dengan standar, aturan, atau
model; tepat; tepat.
Presisi: status atau kualitas yang tepat
Bias: kecenderungan, atau pendapat, yang ngambang / unreasoned.
Presisi Akurasi
Definisi Suatu derajat yang
memberikan informasi sejauh Suatu derajat memberikan
mana pengukuran ulang dari informasi sejauh mana
variable yang sama pengukuran dekat dengan nilai
memberikan nilai sama. sebenarnya.

Dinilai oleh Perbandingan antara


pengukuran berulang kali Perbandingan dengan bahan
refrensi yang bersertifikasi,
metode criteria atau criteria
antropometris
Manfaat untuk Meningkatkan kekuatan untuk Meningkatkan validitas
studi mendeteksi efek kesimpulan
Dipengaruhi Kesalahan acak dikontribusi
Kesalahan sistematik
oleh oleh :
dikontribusi oleh :
- Pengukur
- Pengukur
- Responden, atau
- Responden
- Instrumen
- Instrumen

Bias adalah sebuah penyajian bahan yang dipenuhi prasangka. Ia juga berarti


kesalahan yang konsisten dalam memperkirakan sebuah nilai. Sebuah bias kognitif
adalah kesalahan dalam berpikir, menilai, mengingat, atau proses kognitif. Yaitu,
sebuah pola penyimpangan dari standar dalam pertimbangan, di mana inferensi bisa
terjadi secara tidak wajar.Orang-orang membuat "realitas sosial subjektif" mereka
berdasarkan persepsi mereka, pandangan dunia mereka bisa menentukan tingkah laku
mereka. 
Karena itu, bias kognitif bisa menyebabkan penyimpangan persepsi,
pertimbangan yang tidak tepat, penafsiran yang tidak logis, atau yang sering
disebut keirasionalan. Akan tetapi sebagian bias kognitif bisa dibuat menjadi adaptif,
dan bisa menyebabkan keberhasilan dalam situasi yang tepat. Selain itu, bias kognitif
bisa membantu memilih pilihan yang lebih cepat ketika kecepatan lebih penting dari
ketepatan. Bias kognitif lain adalah "produk sampingan" dari keterbatasan kemampuan
manusia memproses informasi, terjadi karena ketiadaan mekanisme mental yang tepat,
atau hanya dari keterbatasan manusia dalam pemprosesan informasi.
Sebuah konflik kepentingan adalah apabila seseorang atau
sebuah asosiasi memiliki kepentingan yang bersinggungan (keuangan, pribadi, dan lain-
lain) yang berpotensi korup. Konflik tersebut tidak harus terdiri dari perbuatan yang
buruk, konflik tersebut bisa ditemukan dan dipadamkan sebelum terjadi korupsi atau
kemunculan korupsi. "Sebuah konflik kepentingan adalah sebuah kumpulan keadaan
yang menyebabkan risiko pertimbangan atau perbuatan profesional mengenai
kepentingan primer secara tidak semestinya dipengaruhi oleh sebuah kepentingan
sekunder." Konflik ada bila keadaan dianggap memberikan bahaya bahwa pilihan bisa
secara tidak semestinya dipengaruhi oleh kepentingan lain.
PERTEMUAN KE 7 – KONSEP AKURASI, PRESISI DAN BIAS

Akurasi adalah ukuran kedekatan hasil pengukuran dengan nilai sebenarnya


atau nilai target. Akurasi dapat dinyatakan sebagai persen perolehan kembali (%
recovery) dari nilai yang diukur terhadap nilai sebenarnya atau nilai target. Dengan
istilah ‘akurasi’, kita memaksudkan derajat pemenuhan terhadap pengukuran standar,
yaitu yang mana menjangkau pengukuran aktual mendekati ukuran standar, yaitu tepat
sasaran. Akurasi mengarah pada ketepatan dan kemiripan hasil pada waktu yang sama
dengan membandingkannya terhadap nilai absolut. Akurasi menjangkau pengukuran
aktual mendekati ukuran standar, yaitu tepat sasaran. Maka, semakin mendekati
ukurannya, semakin tinggi level akurasi.

Presisi adalah kemampuan metode atau instrumen analitis untuk mereproduksi


pengukurannya sendiri. Ini merupakan ukuran variabilitas, atau kesalahan acak (random
error), dalam pengambilan sampel, penanganan sampel dan dalam analisis.
Analisa/pengukuran dilakukan berulang untuk memperoleh hasil yang paling mendekati
nilai sebenarnya. Perbadaan antara hasil pengulangan analisa dinamakan presisi. Jika
selisihnya kecil, maka bisa dikatakan hasil analisanya mempunyai nilai presisi yang
tinggi. Presisi menggambarkan keseragaman dan pengulangan pada pengukuran. Presisi
merupakan derajat keunggulan dari suatu teknik yang digunakan untuk mendapatkan
hasil. Presisi mengukur tingkat yang mana hasilnya mendekati satu sama lain, yaitu
pengukuran berkerumunan bersama-sama. Maka, semakin tinggi level presisi, semakin
kecil variasi antar pengukuran.

Bias adalah kesalahan sistematis (systematic error) baik yang melekat dalam
metode analisis (misalnya efisiensi ekstraksi) atau disebabkan oleh artefak sistem
pengukuran (misalnya kontaminasi).Apabila perbedaan hasil suatu analisa dengan hasil
yang dianggap benar selalu lebih kecil atau selalu lebih besar, maka peristiwa tersebut
disebut bias. Nilai bias ini tidak bisa kita hilangkan. Kita hanya bisa meminimalisirnya,
salah satunya dengan meningkatkan akurasi dan presisi. Karena bias dapat positif atau
negatif, dan karena beberapa jenis bias dapat terjadi secara bersamaan, hanya total bias
dapat dievaluasi dalam sebuah pengukuran.
Akurasi dan presisi.

Akurasi dan presisi didefinisikan dalam hal kesalahan sistematis dan acak.
Definisi umum mengaitkan akurasi dengan kesalahan sistematis dan presisi dengan
kesalahan acak. Definisi lain, dikemukakan oleh ISO, mengaitkan trueness dengan
kesalahan sistematis dan presisi dengan kesalahan acak, dan mendefinisikan akurasi
sebagai kombinasi dari trueness dan presisi. Walaupun perbedaan definisi akan terus
terjadi, hal definisi yang umumnya digunakan yaitu: akurasi adalah kedekatan nilai
diukur dan nilai sebenarnya.

Sedangkan presisi adalah kedekatan nilai tiap pengukuran independen di bawah


kondisi yang sama. Presisi adalah pengukuran yang memiliki nilai yang hampir sama
untuk setiap pengukuran yang dilakukan. Presisi mengukur seberapa baik kerja suatu
alat. Jadi, presisi menentukan apakah suatu alat itu bekerja dengan baik. Level
kecocokkan antara pengukuran aktual dan pengukuran absolut disebut akurasi. Tingkat
keberagaman yang terletak pada nilai beberapa pengukuran dari factor yang sma disebut
presisi.

Akurasi menggambarkan kedekatan dari pengukuran dengan pengukuran aktual.


Di sisi lain, presisi menunjukan kedekatan dari masing-masing pengukuran dengan yang
lain. Akurasi adalah derajat kesesuaian, yaitu tingkat yang mana pengukuran adalah
tepat ketika dibandingkan dengan nilai absolut. Sementara, presisi adalah derajat
reprodusibilitas, yang mana menjelaskan konsistensi dari pengukuran. Akurasi berdasar
pada factor tunggal, sedangkan presisi berdasarkan pada lebih dari satu factor. \

Akurasi adalah pengukuran perkiraan statikal sementara presisi adalah


pengukuran keberagaman statistical. Akurasi berfokus pada kesalahan sistematik, yakti
kesalahan yang diakibatkan oleh masalah pada peralatan. Sebaliknya, presisi terkait
dengan kesalahan acak, yang mana terjadi secara periodic tanpa pola yang
dikenali.Dalam segi pengetahuan pengetahuan, industri rekayasa, dan statistik, akurasi
dari suatu sistem pengukuran yaitu tingkat kedekatan pengukuran kuantitas terhadap
nilai yang sebenarnya. Kepresisian dari suatu sistem pengukuran, disebut juga
reproduktifitas (bahasa Inggris: reproducibility) atau pengulangan bahasa Inggris:
repeatability, yaitu sejauh mana pengulangan pengukuran dalam kondisi yang tidak
berubah mendapatkan hasil yang sama.
PERTEMUAN KE 8 – SISTEM ORDE NOL

Pengertian system orde nol

System orde nol Adalah sistem yang respons dinamik nya dapat diabaikan,
sehingga jika mendapatkan input akan langsung respons seperti yang diharapkan Sistem
orde nol adalah system teoritis, karena tidak akan terjadi pada situasi riil. Persamaan
Persamaan sistem orde nol adalah:

eo = K ei

Dikarakterisir oleh parameter sensitivitas saja (K) Jika respons transien tidak
menjadi perhatian, maka suatu sistem dinyatakan sebagai sistem orde nol. Instrumen
orde nol, respon instrumen persis seperti inputnya.
CONTROL TEKANAN

Sistem Kontrol Ketinggian Air Boiler

Boiler uap banyak digunakan dalam indusri, karena daya uap sangat berguna.
Penggunaan uap dalam indusri diantaranya melakukan pekerjaan mekanikal, pemanas
dan menambah proses kimia.

Proses mengubah air menjadi uap sangat sederhana, memanaskan air sampai
mendidih. Membuat uap secara terus menerus sedikit sulit. Variabel penting untuk
mengukur dan mengendalikan boiler yaitu ketinggian air pada “steam drum”. Agar
aman dan efisien menghasilkan aliran uap secara terus menerus, kita harus memastikan
air pada steam drum tidak boleh kekurangan atau berlebihan. Jika air tidak cukup dalam
drum, tube akan kekeringan dan terbakar. Jika air dalam drum terlalu berlebihan, air
dapat terbawa bersama aliran uap.

Ilustrasi gambar dibawah ini, kita dapat melihat elemen penting dari sistem kontril
ketinggian air, menunjukan transmitter, controller dan katup kontrol.

Gambar 1.2 Sistem kontrol ketinggian air pada boiler


 

Instumen pertama dalam sistem kontrol ini adalah level transmitter atau LT.
Tujuan dari perangkat ini adalah untuk mendeteksi ketinggian air dalam drum dan
mengirim pengukuran tersebut ke controller dalam bentuk sinyal. Dalam kasus ini, jenis
sinyalnya adalah pneumatik, variabel tekanan udara  dikirim melalui pipa. Semakin
besar ketinggian air dalam drum, output tekanan udara semakin besar. Karena
transmitter berjenis pneumatik, transmitter harus dipasok dengan tekanan udara yang
bersih agar bekerja dengan baik. Arti A.S pada gambar yaitu air supply yang masuk dari
atas transmitter.

Sinyal pneumatik dikirim ke instrumen berikutnya dalam sistem yaitu LIC


(Level Indicating Controller). Tujuan instrumen ini adalam membandingkan sinyal dari
level transmitter terhadap nilai setpoint yang dimasukan oleh operator. Kemudian
controller menghasilkan sinyal output yang memberitahu katup kontrol untuk
memasukan air lebih besar atau lebih kecil ke boiler untuk menjaga ketinggian air pada
drum sesuai setpoint. Controller pada sistem ini berjenis pneumatik, yang bekerja
berdasarkan tekanan udara. Artinya output Controller juga sinyal tekanan udara seperti
sinyal output dari level transmitter.

Instrumen terakhir adalah katup kontrol, dioperasikan secara langsung oleh


sinyal tekanan udara dari controller. Tujuannya yaitu mempengaruhi aliran air kedalam
boiler, mengatur aliran lebih banyak atau lebih sedikit sesuai yang diperintahkan oleh
controller. Jenis katup kontrol ini menggunakan diafragma dan per untuk menggerakan
katup yang terbuka ketika sinyal tekanan besar atau menutup ketika tekanan kecil.

Ketika controller berada dalam mode automatic, akan menggerakan katup


kontrol keposisi manapun yang diperlukan untuk menjaga ketinggian air dalam drum
tetap konstan. Jika controller mendeteksi ketinggian air diatas setpoint, controller akan
menutup katup seperlunya untuk mengurangi ketinggian air agar sesuai setpoint.
Sebaliknya, ketika controller mendeteksi ketinggian air dibawah setpoint, controller
akan membuka katup seperlunya untuk menambah ketinggian air sesuai setpoint.

Pasokan air juga harus diperhatikan terutama ketika permintaan uap tinggi,
pasokan air harus mencukupi agar ketinggian air dalam drum dapat tetap terjaga.
Operator yang mengawasi boiler ini mempuyai pilihan untuk mengatur controller ke
mode manual. Dalam mode ini posisi katup kontrol dikendalikan langsung oleh
operator. Dalam mode ini controller menjadi indikator, faceplate pada controller tetap
menunjukan berapa banyak air dalam drum tetapi operator yang bertanggungjawab
untuk menggerakan katup kontrol keposisi yang sesuai untuk menjaga ketinggian air.
Mode manual berguna bagi operator ketika kondisi start-up dan shut-down. Teknisi
instrumenasi mungkin perlu mengatur controller ke mode manual untuk mendiagnosa
permasalahan transmitter atau katup kontrol.

Ini adalah contoh kontrol sistem pneumatik, dimana semua instrumen bekerja
pada tekanan udara dan menggunakan tekanan udara sebagai media sinyal. Instrumenasi
pneumatik adalah teknologi kuno, tetapi mash dapat ditemukan diindustri. Standar
indusri yang paling umum untuk tekanan pneumatik adalah 3 sampai 15 PSI. Rentang
tekanan alternative untuk sinyal pneumatik yang ditemui diindustri antara lain 3 sampai
27 PSI dan 6 sampai 30 PSI.

Disinfeksi Air Limbah

Langkah terakhir dalam pengolahan air limbah sebelum dilepaskan ke


lingkungan adalah dengan membunuh mikroorganisme berbahaya didalamnya
(misalnya virus, bakteri). Proses ini disebut disinfeksi dan gas chlorine adalah
disinfektan yang sangat efektif. Tetapi, tidak baik untuk mencampurkan chlorine terlalu
sedikit kedalam air yang keluar (efluen) karena mungkin tidak mendisinfeksi air secara
menyeluruh dan berbahaya juga menyuntikan chlorine terlalu banyak ke dalam air
karena mungkin akan meracuni hewan dan mikroorganisme yang bermanfaat
dilingkungan.

Untuk memastikan jumlah yang tepat, kita harus menggunakan analyzer chlorine
untuk mengukur larutan chlorine dalam air dan menggunakan controller untuk mengatur
katup kontrol chlorine secara otomatis dan menyuntikan jumah chlorine yang tepat
secara terus menerus. P&ID (Process and Instrumen Diagram) dibawah ini menunjukan
sistem kontrol disinfeksi air limbah.

 
Gambar 1.3 Sistem kontrol disinfeksi air limbah

Gas chlorine datang melalui katup kontrol dicampur dengan air yang datang
(influent) kemudian mempunyai waktu disinfeksi kedalam ruang kontak (cantact
chamber) sebelum keluar ke lingkungan.

Transmitter yang diberi label AT (Analytical Transmitter) berfungsi untuk


menganalisa kandungan chlorine yang larut dalam air dan mengirim informasi ke sistem
kontrol. CI₂ (Notasi kimia untuk molekul chlorine) ditulis dekat transmitter
mendeklarasikan ini adalah analyzer chlorine. Garis putus-putus dari transmitter
memberikan informasi sinyalnya adalah listrik, bukan pneumatik seperti contoh
sebelumnya (kontrol sistem boiler). Standar yang paling umum digunakan untuk sinyal
elektronik adalam 4-20mA DC, yang merepresentasikan kandungan chlorine.

Tabel 1 Contoh sinyal terhadap kandungan chlorine

Controller yang diberi label AIC (Analytical Indicating Controller), “Controller”


selalu di ditunjuk oleh variabel proses yang dibebankan padanya untuk pengendalian,
dalam hal ini analisis chlorine dari hasil keluaran. “Indicating” berarti ada beberapa
bentuk tampilan yang dimiliki menunjukan kandungan chlorine yang dapat dibaca oleh
operator atau teknisi. “SP” merujuk pada nilai setpoint yang dimasukan oleh operator,
yang mana controller mencoba menjaga nilai ini dengan mengatur posisi katup kontrol
chlorine.

Garis putus-putus dari controller ke katup kontrol mengindikasikan sinyal


elektronik 4-20mA. Jumlah arus listrik dalam sinyal ini berhubungan dengan posisi
katup.

Tabel 2 Contoh sinyal terhadap posisi katup

Perlu dicatat, mungkin dan dalam beberapa kasus bahkan lebih disukai, untuk
memiliki transmitter atau katup kontrol yang merespon secara terbalik. Sebagai contoh,
katup ini diatur untuk terbuka penuh pada sinyal 4 mA dan tertutup pada sinyal 20mA.

Kedua sinyal 4-20 mA dalam sistem merepresentasikan dua variabel yang


berbeda dan karena itu tidak akan sama satu dengan lainnya kecual kebetulan.
Kesalahpahaman umum untuk orang yang pertama kali belajar tentang sinyal
instrumenasi analog adalah dengan menganggap sinyal transmitter (PV) harus bernlai
sama dengan sinyal katup kontrol (MV) tetapi ini tidak benar.

Huruf “M” didalam lingkaran katup kontrol berarti katup ini adalah katup yang
digerakan oleh motor listrik yang memutar mekanisme gear-reduction. Mekanisme
gear-reduction memungkinkan untuk pergerakan yang lambat pada katup kontrol.
Sirkuit kontrol khusus dalam aktuator memodulasi daya listrik ke motor listrik agar
memastikan posisi katup akurat dengan sinyal yang dikirim dari controller.

 
Jenis Instrumen Lainnya

Sejauh ini kita hanya melihat instrumen seperti transmitter, controller dan katup kontrol.
Tetapi, terdapat jenis instrumen lain untuk melakukan fungsi-fungsi yang berguna.

Indikator

Kegunaan instrumen ini adalah menyediakan indikasi sinyal instrumen yang dapat
dibaca oleh manusia. Indikator memberikan cara yang mudah ke operator untuk melihat
output transmitter tanpa harus menghubungkan perangkat pengukuran dan melakukan
kalkulasi. Bahkan, indikator dapat ditempatkan jauh dari lokasi transmitter, memberikan
pembacaan dilokasi yang lebih nyaman daripada dilokasi transmitter itu sendiri.

Gambar dibawah ini menunjukan indikator numeric plus bargraph, dipasang pada panel
dalam ruang kontrol.

Gambar Contoh indikator numeric plus bargraph

Gambar berikut ini adalah jenis indikator tampilan numeric yang pemasangannya pada
panel.

 
Gambar Controh indikator numeric

Recorder

Fungsi recorder untuk menggambarkan grafik dari variabel proses terhadap


waktu. Biasanya recorder mempunyai indikasi yang tertananam didalamnya untuk
menunjukan nilai sesaat dari sinyal instrumen secara bersamaan dengan nilai historis
karena alasan ini biasanya disebut sebagai recorder.

Gambar dibawah ini menunjukan strip chart recorder (sebelah kanan) dan
paperless chart recorder (sebelah kiri). Strip chart recorder menggunakan gulungan
kertas yang digambar perlahan melewati satu pena atau lebih dan bergerak secara
lateral, sedangkan paperless recorder menghilangkan kertas seluruhnya dengan memplot
grafik garis trend pada layar.

Gambar Contoh recorder

Recorder sangat membantu dalam pelacakan masalah proses kontrol. Khususnya


recorder yang dikonfigurasi untuk merekam tidak hanya varibel proses tetapi juga
merekam setpoint dan variabel output. Dibawah ini adalah contoh trend yang
menunjukan hubungan antara variabel proses, setpoint dan output controller dalam
mode auto.

Gambar Contoh trend

Digambar ini, Setpoint (SP) ditandai oleh garis berwarna merah, process
variabel (PV) ditandai oleh garis berwarna biru dan ouput controller ditandai oleh garis
berwarna ungu. Kita dapat melihat bentuk trend ini, controller sedang melakukan apa
yang seharusnya, menjaga nilai variabel proses berdekatan dengan setpoint,
memanipulasi element kontrol akhir yang diperlukan. Garis sinyal output yang tidak
teratur bukan masalah, bertentangan dengan kesan pertama kebanyakan orang. Faktanya
proses variabel tidak pernah berdeviasi secara signifikan dari setpoint, ini menandakan
controller bekerja dengan baik. Banyak factor yang menyebabkan output controller
menjadi tidak stabil agar variabel proses tetap pada setpoint. Variasi pada beban proses
dapat menjadi salah satu penyebabnya, ketika variabel lain dalam proses berubah
seketika, controller diharuskan mengkompensasi variasi tersebut agar variabel proses
tidak keluar dari setpoint.
Jika trend diatas direferensikan terhadap contoh sebelumnya yaitu pengendalian
ketinggian air pada boiler, ketinggian air pada drum (PV) dan posisi katup pasokan air
(Output), variasi pada output controller dapat mengindikasikan permintaan uap yang
menaik atau menurun, controller memodulasi aliran air keboiler untuk mengkompensasi
beban secara tepat dan menjaga ketinggian air pada drum secara konstan.

Recorder menjadi alat diagnose yang sangat berguna ketika digabung dengan
controller dalam mode manual. Dibawah ini sebuah contor dari trend recorder untuk
sebuah proses dalam mode manual, dimana variabel proses merespon seperti yang
terlihat pada grafik dalam hubungan dengan output controller.

Gambar Contoh trend recorder dalam mode manual

Perhatikan waktu tunda antara sinyal ouput berubah ke nilai baru dan ketika
variabel proses merespon perubahannya. Waktu tunda ini disebut dead time dan
umumya merugikan terhadap kinerja kontrol sistem. Ini akan menjadi proses yang
sangat menantang untuk dikendalikan. Penyebab umum pada masalah ini diantaranya
keterlambatan transportasi (dimana ada keterlambatan fisik yang dihasilkan dari waktu
transit media proses dari titik kontrol ke titik pengukuran) dan masalah mekanis pada
elemen kontrol akhir.

 
Process Switch dan Alarm

Instrumen jenis lain yang sering dilihat dalam pengukuran dan kontrol sistem
adalah process switch. Tujuan switch ini untuk menyalakan dan mematikan berbagai
kondisi proses. Biasanya, switch digunakan untuk mengaktifkan alarm ke operator
untuk mengambil tindakan khusus. Dalam situasi lainnya,switch digunakan sebagai
perangkat kontrol.

Gambar P&ID dari sistem kontrol tekanan udara dibawah ini menunjukan
penggunaan kedua process switch.

Gambar P&ID daei sistem kontrol tekanan udara

PSH (pressure switch high) bekerja ketika tekanan udara dalam bejana mencapai
titik kontrol tertinggi. PSL (pressure switch low) bekerja ketika tekanan udara dalam
bejana turun ketitik kontrol terendah. Kedua switch memberikan sinyal diskrit ke
perangkat kontrol (disimbolkan oleh berlian) yang kemudian mengendalikan motor
compressor hidup atau mati.

PSHH (pressure switch high-high) bekerja hanya jika tekanan udara dalam
bejana memelebihi titik tertinggi dari PSH. Jika switch ini bekerja, ada sesuatu yang
salah dengan kontrol sistem compressor dan PAH (pressure alarm high) bekerja untuk
memberitahu operator.

Ketiga switch dalam kontrol sistem ini secara langsung digerakan oleh tekanan
udara dalam bejana. Namun dimungkinkan untuk membuat perangkat switch yang
menginterpretasikan sinyal standar instrumen sperti 3 – 15 PSI (pneumatik) atau 4 – 20
mA (elektronik analog), memungkinkan kita untuk membuat sitem kontrol on/off dan
alarm untuk semua jenis variabel proses yang dapat diukur dengan transmitter.

Sebagai contoh, kontrol sistem disinfeksi air limbah yang telah ditunjukan
sebelumnya bisa dipasang dengan beberapa alarm switch elektronik untuk memberitahu
operator jika larutan chlorine melebihi ambang batas atas atau bawah.

Gambar Sistem kontrol disinfeksi air limbah dengan memasang alarm switch
elektronik

Label AAL (analytical alarm low) dan AAH (analytical alarm high) adalah
alarm unit yang dihubungkan ke sinyal output (4 – 20 mA) AT (chorine analyzer). Ini
menginformasikan kita alarm unit AAL dan AAH hanya sirkuit elektronik yang aktif
jika sinyal analog transmitter turun dibawah AAL atau melebihi AAH.

Karena kedua alarm bekerja terhadap sinyal elektronik 4 – 20 mA dari AT,


bentuk dari unit alarm ini sangat sederhana.  Gambar dibawah ini adalah contoh modul
elektronik alarm (dipicu oleh sinyal arus 4 -20 mA yang datang dari transmitter).
 

Gambar Contoh modul elektronik alarm

Dengan cara yang sama, kita juga dapat menambahkan process alarm switch ke
sinyal pneumatk (3 – 15 PSI) yang datang dari transmitter pneumatik untuk
menambahkan kemampuan alarm terhadap sistem yang dirancang untuk pengukuran.
Sebagai contoh, jika dinginkan kemampuan alarm untuk proses ketinggian air pada
boiler yang telah dibahas sebelumnya, dapat ditambahkan saklar tekanan untuk sinyal
pneumatik ketinggian 3 – 15 PSI.

 
Gambar Penambahan alarm pada proses penegendalian ketinggian air boiler

Kedua saklar tekanan berfungsi sebagai alarm ketinggian air, karena sinyal
tekanan udara yang menggerakan keduanya berasal dari level transmitter. Meskipun
stimulus fisik yang menggerakan setiap saklar adalah tekanan udara, kedua saklar
tersebut tetap berfungsi alarm ketinggian cairan karena sinyal tekanan udara
merepresentasikan ketinggian air dalam drum.

Process alarm switch juga digunakan untuk memicu perangkat indikator yang
diketahui sebagai announciator. Anounciator adalah jajaran lampu indikator dan sirkuit
terkait yang dirancang untuk menimbulkan perhatian operator dengan berkedap-kedip
dan mengeluarkan suara ketika proses dalam kondisi abnormal. Kondisi alarm
kemudian dapat di acknowledge oleh operator dengan menekan tombol, menyebabkan
lampu alarm akan menyala penuh (tidak berkedap-kedip) dan mematikan suaranya.
Lampu indikator tidak akan mati sampai kondisi alarm actual kembali ke kondisi
normal.

Gambar Contoh announciator

Anda mungkin juga menyukai