Normalitas menyatakan jumlah mol ekivalen zat terlarut dalam 1 liter larutan.
N = M x valensi
Contoh soal :
98 gr H2SO4 dilarutkan dalam 500 ml larutan, berat jenis larutan 1,1 gr/ml. Hitung :
A . Molaritas (M)
B. Molalitas (m)
C. Normalitas (N)
(Ar H=1, S=32, O=16)
Pembahasan :
A. Molaritas (M)
B. Molalitas (m)
Langkah pertama kita harus mencari gr pelarut, dengan cara gr larutan dikurang dengan gr zat
terlarut. cara untuk mencari gr larutan :
Langkah pertama kita harus mencari BE(Berat Ekivalen), dengan cara mr/n, dimana n adalah
tara kimia atau banyaknya muatan asam/basa yang dilarutkan. Contoh HCL → H+ + Cl- (n=1).
Jadi larutan H2SO4 memiliki n=2.
Normalitas yang bernotasi (N) merupakan satuan konsentrasi yang sudah memperhitungkan
kation atau anion yang dikandung sebuah larutan. Normalitas didefinisikan banyaknya zat dalam
gram ekivalen dalam satu liter larutan. Secara sederhana gram ekivalen adalah jumlah gram zat
untuk mendapat satu muatan.
Sebagai contoh: 1 mol H2SO4 dalam 1 liter larutan, H = 1, S = 32 dan O = 16, kita dapat
tentukan gram ekivalennya. Dalam hal ini kita telah mengenal konsep ionisasi. 1 mol H2SO4 =
98 gram. (Ingat konsep mol).
Normalitas (N) ditentukan oleh banyaknya gram ekivalen zat terlarut dalam 1000 ml larutan.
Berat ekivalen (BE) dapat ditentukan berdasarkan jenis reaksi, sebagai berikut :
Dalam reaksi netralisasi , setiap senyawa akan melepaskan atau menerima atom hidrogen. Jadi
berat ekivalen (BE) berdasarkan reaksi netralisasi (asam basa) dapat ditentukan sebagai berikut :
Berat ekivalen suatu senyawa dalam reaksi pengendapan dan pengomplekan ditentukan oleh
valensi dari senyawa tersebut.
Berat ekivalen (BE) dalam reaksi oksidasi reduksi didasarkan pada banyaknya elektron yang
dilepaskan atau diikat dalam suatu reaksi oksidasi atau reduksi.
Contoh Perhitungan :
Berapa normalitas (N) dari HCl pekat yang mempunyai BJ = 1,1878 dan konsentrasinya
37% (Mr = 36,5)
Jawab :
- BJ = 1,1878 gram berarti di dalam 1 Liter larutan terdapat 1187,8 gram
- Konsentrasi 37%
439,486
= _______ = 12,04
36,5
Secara langsung dapat dihitung sebagai berikut :
Berapa Normalitas (N) H2SO4 pekat dengan BJ= 1,19 dan konsentrasinya 98% (Mr=98).
Jawab :
- BJ H2SO4 = 1,19
Berarti dalam 1 Liter larutan terdapat 1190 gram
-Konsentrasi 98 %
Jadi untuk membuat larutan HCl 0,1 N sebanyak 1000 mL yang dibuat dari HCl pekat
dengan konsentrasi 37% dan BJ 1,1878 yang mempunyai normalitas 12,04 (hasil
perhitungan nomor 1). Maka HCl pekat tersebut yang dibutuhkan dapat dihitung dengan
rumus :
Untuk membuat larutan dengan bahan yang digunakan dalam bentuk padatan, maka
banyaknya bahan yang dibutuhkan dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :
Contoh:
Untuk membuat larutan AgNO3 0,1 N sebanyak 500 mL, maka AgNO3 padatan yang dibutuhkan
dapat dihitung sebagai berikut :
Untuk membuatlarutan NaCl 10% sebanyak 500 mL, maka bahan padatan NaCl yang
dibutuhkan adalah 50 gram NaCl dilarutkan sampai dengan 500 mL. Jadi AgNO3 yang
dibutuhkan sebanyak 9 gram
Untuk membuat larutan NaCl 100 ppm maka dilarutkan sebanyak 100 mg kedalam 1
Liter larutan.
Cara menghitung :
mol (mol)
Molaritas (mol/L)
Mol STP
Hasil bagi mol per koefisien reaksi yang terkecil adalah zat yang habis bereaksi (pereaksi pembatas).
Hasil bagi mol yang besar adalah zat yang bersisa.
Tentukan mol zat yang berx dengan cara bandingkan koefisien dengan mol zat prx pembatas.
Mol Mg brx =
Mol zat sisa = mol awal – mol brx, kemudian tentukan massa sisa.
Untuk seterusnya bisa ditentukan dengan cara-cara sebelumnya adalah sama.
Ex. Sebanyak 4,8 g logam magnesium direaksikan dengan 30 mL larutan HCl 1 M menghasilkan garam
MgCl2 dan gas Hidrogen. Tentukan massa garam MgCl2 yang terbentuk, volume gas hidrogen yang
terbentuk pada STP dan pereaksi yang habis dan jumlah sisa pereaksi? (Ar Mg = 24, Cl = 35)
Jawab:
Mg (s) + MgCl2(aq) + H2 (g)2HCl
Mula2 0.2 0.3
D. Hukum gas
Juga bisa digunakan untuk perbadingan dua gas dan pada gas dalam tekanan dan suhu yang sama.
Berlaku hukum-hukum gas.
Hukum Avogadro
Pada tekanan dan suh yang sama, gas-gas yang bervolume sama akan memiliki mol yang sama. Dengan
rumus sebagai berikut:
Ex. Reaksi logam aluminium dengan asam sulfat encer menghasilkan gas H2 sebanyak 6 liter. Berapa
gram Al telah bereaksi jika gas H2 diukur pada tekanan dan suhu dimana 0.5 liter gas NO massanya 0.75
g?
Jawab:
Al2(SO4)3 + 3H22Al + 3H2SO4
Mol NO = g/Mr = 0,75 g / 30 g/mol = 0,025 mol
V NO = 0,5 liter
V H2 = 6 L
n H2 =
Mol Al =
= = 0.2 mol
Massa Al = gram x Ar = 0,2 mol x 27 g/mol = 5,4 gram
Dalam ilmu kimia, stoikiometri (kadang disebut stoikiometri reaksi untuk membedakannya
dari stoikiometri komposisi) adalah ilmu yang mempelajari dan menghitung hubungan kuantitatif
dari reaktan dan produk dalam reaksi kimia (persamaan kimia). Kata ini berasal dari bahasa
Yunani stoikheion (elemen) dan metriā (ukuran).
STOIKIOMETRI LARUTAN
A. PERSAMAAN ION
Suatu cara pemaparan reaksi kimia yang melibatkan larutan elektrolit disebut
persamaan ion. Dalam persamaan ion, zat elektrolit kuat dituliskan sebagai ion-ionnya
yang terpisah, sedangkan elektrolit lemah, gas, dan zat padat tetap ditulis sebagai
molekul atau senyawa netral tak terionkan.
contoh soal
Tulislah reaksi rumus dan reaksi ion untuk reaksi ;
karbon dioksida dengan larutan natrium hidroksida membentuk larutan natrium
karbonat dan air.
jawab :
CO2(g) + NaOH(aq) Na2CO3(aq) + H2O(l) (belum setara)
CO2(g) + 2NaOH(aq) Na2CO3(aq) + H2O(l) (setara)
contoh :
HCl dan H2SO4 yang mengion sebagai berikut :
HCl(aq) H+(aq) + Cl-(aq)
H2SO4(aq) 2H+(aq) + SO42-(aq)
b. Basa
Basa adalah zat-zat yang dalam air menghasilkan ion OH- dan suatu kation logam.
contoh :
NaOH dan Ca(OH)2
NaOH(aq) Na+(aq) + OH-(aq)
Ca(OH)2(aq) Ca2+(aq) + 2OH-(aq)
c. Garam
Garam adalah suatu senyawa ion yang terdiri dari kation basa dan anion asam.
contoh :
NaCl, Ca(NO3)2, dan Al2(SO4)3
NaCl(aq) Na+(aq) + Cl-(aq)
Ca(NO3)2(aq) Ca2+(aq) + 2NO3-(aq)
Al2(SO4)3(aq) 2Al3+(aq) + 3SO42-(aq)
d. Oksida Basa dan Oksida Asam
Senyawa yang tersusun dari suatu unsur dengan oksigen disebut oksida. Bergantung
pada jenis unsurnya (logam atau nonlogam), oksida dapat dibedakan atas oksida logam
dan oksida nonlogam. Oksida logam yang bersifat basa disebut oksida basa. Oksida
nonlogam yang bersifat asam disebut oksida asam.
1. Oksida Basa
Oksida basa tergolong senyawa ion, terdiri dari kation logam dan anion oksida (O2-).
contoh :
Na2O dan CaO
Na2O mengandung ion Na+ dan O2-, sedangkan CaO terdiri dari ion Ca2+
dan O2-
2. Oksida Asam
Oksida asam merupakan senyawa molekul dan dapat bereaksi dengan air membentuk
asam.
contoh :
Oksida Asam Rumus Asam
SO2 H2SO3 e. Logam
SO3 H2SO4 Logam bertindak sebagai spesi yang melepas
N2O3 HNO2 elektron. Pelepasan elektron akan
N2O5 HNO3 menghasilkan ion logam. Jumlah elektron
yang dilepaskan bergantung pada bilangan
oksidasi logam tersebut.
contoh :
Natrium melepas 1 elektron membentuk ion Na+
Kalsium melepas 2 elektron membentuk ion Ca2+
2. Kelarutan Elektrolit
Semua asam mudah larut dalam air. Adapun basa dan garam ada yang mudah larut
dan ada pula yang sukar larut.
3. Kekuatan Elektrolit
Asam basa yang tergolong elektrolit kuat adalah :
Asam kuat : HCl, H2SO4, HNO3, HBr, HI, dan HClO4
Basa kuat : NaOH, KOH, Ba(OH)2, Sr(OH)2, Ca(OH)2, Mg(OH)2
(semua basa dari golongan IA dan IIA, kecuali Be(OH) 2).
4. Senyawa-senyawa Hipotesis
Beberapa senyawa yang tidak stabil dan peruraiannya adalah :
a. Asam
Asam karbonat (H2CO3) H2O(l) + CO2(g)
Asam nitrit (HNO2) H2O(l) + NO(g) + NO2(g)
b. Basa
Amonium hidroksida (NH4OH) H2O(l) + NH3(g)
Perak hidroksida (2AgOH) Ag2O(s) + H2O(l)
c. Garam
Besi (III) iodida (2FeI3) 2FeI2(aq) + I2(s)
Tembaga iodida (2CuI2) 2CuI2(s) + I2(s)
5. Deret Keaktifan Logam
Logam mempunyai kereaktifan yang berbeda-beda. Urutan kereaktifan dari beberapa
logam, dimulai dari yang paling reaktif adalah sebagai berikut :
Li–K-Ba-Ca-Na-Mg-Al-Zn-Cr-Fe-Ni-Sn-Pb-(H)-Cu-Hg-Ag-Pt-Au
Sebelah kiri (H) lebih aktif dibandingkan sebelah kanan (H)
C. BERBAGAI JENIS REAKSI DALAM LARUTAN ELEKTROLIT
1. Reaksi-Reaksi Asam-Basa
a. Reaksi Asam dengan Basa
ASAM + BASA GARAM + AIR
b. Reaksi Oksida Basa dengan Asam
OKSIDA BASA + ASAM GARAM + AIR
c. Reaksi Oksida Asam dengan Basa
OKSIDA ASAM + BASA GARAM + AIR
d. Reaksi Amonia dengan Asam
NH3 + ASAM GARAM AMONIUM
2. Reaksi Pergantian (Dekomposisi) Rangkap
Reaksi pergantian (dekomposisi) rangkap dapat dirumuskan sebagai berikut :
AB + CD AD + CB
Senyawa AB dan CD dapat berupa asam, basa atau garam. Reaksi dapat berlangsung
apabila AD atau CB atau keduanya memenuhi paling tidak satu dari kriteria berikut :
1. sukar larut dalam air
2. merupakan senyawa yang tidak stabil
3. merupakan elektrolit yang lebih lemah dari AB atau CD
3. Reaksi Redoks
Reaksi redoks adalah reaksi yang disertai perubahan bilangan oksidasi.
a. Reaksi Logam dengan Asam Kuat Encer (ex : HCl dan H2SO4)
LOGAM + ASAM KUAT ENCER GARAM + GAS H2
b. Reaksi Logam dengan Garam
LOGAM L + GARAM MA GARAM LA + LOGAM M
Reaksi hanya akan berlangsung jika logam L terletak di sebelah kiri logam M dalam
deret keaktifan logam (logam L lebih aktif daripada logam M).
D. STOIKIOMETRI REAKSI DALAM LARUTAN
1. Hitungan Stoikiometri Sederhana
Normalitas yang bernotasi (N) merupakan satuan konsentrasi yang sudah memperhitungkan
kation atau anion yang dikandung sebuah larutan. Normalitas didefinisikan banyaknya zat dalam
gram ekivalen dalam satu liter larutan. Secara sederhana gram ekivalen adalah jumlah gram zat
untuk mendapat satu muatan. Sebagai contoh: 1 mol H2SO4 dalam 1 liter larutan, H = 1, S = 32
dan O = 16, kita dapat tentukan gram ekivalennya. Dalam hal ini kita telah mengenal konsep
ionisasi. 1 mol H2SO4 = 98 gram. (Ingat konsep mol).
Stoikiometri Larutan
Stoikiometri Larutan
Reaksi kimia bisanya berlangsung antara dua campuran zat bukannya antara dua zat murni. Satu bentuk
yang paling lazim dari campuran adalah larutan. Di alam sebagian besar reaksi berlangsung dalam
larutan air. Sebagi contoh, cairan tubuh baik tumbuhan maupun hewan merupakan larutan dari
berbagai jenis zat. Dalam tanah pun reaksi pada umumnya berlangsung dalam lapisan tipis larutan yang
diadopsi pada padatan.
Perhitungan kimia untuk reaksi yang berhubungan dalam larutan disebut juga stokiomeri. Di dalam
stokiometri larutan, materi-materi yang akan dibahas adalah sebagai berikut :
4.1 Sifat-sifat Berbagai Macam Zat yang Terkait dengan Reaksi dalam
Larutan Elektrolit.
4.1.1. Jenis Zat yang Direaksikan
4.1.1.1. Asam
Terkait dengan pelarut air, maka pengertian asam dan basa umumnya dikaitkan dengan teori asam basa
Arrhenius. Jadi asam adalah zat-zat yang dalam air menghasilkan ion H+ dan ion sisa asam.
Contoh : HCl dan H2SO4 yang mengion sebagai berikut :
HCl(aq) → H+(aq) + Cl-(aq) H2SO4(aq) → 2H+(aq) + SO42-(aq)
HCN(aq) ↔ H+(aq) + CN-(aq) CH3COOH ↔ H+(aq)+ CH3COO-(aq)
4.1.1.2. Basa
Zat yang dalam air menghasilkan ion OH- dan suatu kation logam.
Contoh : NaOH dan Ca(OH)2
NaOH(aq) → Na+(aq) + OH-(aq)
Ca(OH)2 → Ca2+(aq) + 2OH-(aq)
NH4OH ↔ NH4+ + OH-(aq)
4.1.1.3 Garam
Garam adalah suatu senyawa ion yang terdiri dari kation basa dan anion sisa asam.
Contoh NaCl, Ca(NO3)2
NaCl(aq) → Na+(aq) + Cl-(aq)
Ca(NO)2(aq) → Ca2+(aq) + 2NO3-(aq)
4.1.1.4. Oksida Basa dan Oksida Asam
Senyawa yang tersusun dari suatu unsur dengan oksigen disebut oksida. Bergantung pada jenis
unsurnya (logam atau non logam). Oksida dapat dibedakan atas oksida logam dan oksida non logam.
Oksida logam cenderung berifat asam.
Oksida logam yang bersifat basa disebut oksida basa, sedangkan oksida non logam yang bersifat asam
disebut oksida asam.
(1) Oksida Basa
Oksida basa tergolong senyawa ion, terdiri dari kation logam (selain Mn(4,6,7), Cr(6) dan semilogam kiri
dengan anion oksida (O-).
Contoh : Na2O mengandung ion Na+ dan ion O2-, sedangkan CaO terdiri dari ion Ca2+ dan O2-.
(2) Oksida Asam
Oksida asam merupakan senyawa molekul. Oksida asam dapat bereaksi dengan air membentuk asam.
Penyusunnya non logam kecuali C(2), S(2), N(1,2,4), semilogam kanan, Cr(6), Mn(6,7),.
4.1.1.5 Logam
Di dalam reaksi-reaksinya, logam bertindak sebagai spesi yang melepas elektron. Pelepasan elektron
akan menghasilkan ion logam. Jumlah elektron yang dilepaskan bergantung pada bilangan oksidasi
logam tersebut.
(3) Reaksi :
Contoh : H2SO4(aq) + 2NH3(aq) → (NH4)2SO4(aq)
(4) Reaksi :
Contoh : SO3(g) + 2NaOH(aq) → Na2SO4(aq) + H2O(l)
Amonia (NH3) termasuk basa yang berupa senyawa molekul sehingga dibedakan dari dua jenis basa
lainnya, yakni senyawa ion yang dapat melupas ion OH- dan oksida basa. Terdapat molekul senyawa
basa lainnya seperti metalamina (CH3NH2), tetapi reaksinya tidak umum seperti halnya ammonia.
4.2.2. Reaksi Pendesakan Logam
Reaksi yang terjadi antara logam Zn dan larutan HCl dapat ditunjukkan oleh persamaan reaksi sebagai
berikut :
Zn(s) + 2HCl (aq) → ZnCl(aq) + H2(g)
Reaksi ini dapat ditulis dengan menggunakan reaksi ion bersihnya sebagai berikut :
Zn(s) + 2H+(aq) + Cl-(aq) → Zn+(aq) + 2Cl-(aq) + H2(g)
Diperoleh:
Zn(s) + 2H+(aq) → Zn+(aq) + H2(g)
Dari reaksi tersebut terlihat bahwa logam Zn dapat mendesak atau menggantikan posisi H dalam
senyawanya. Urutan kemampuan suatu logam lainnya dan unsur H ditunjukkan dengan deret volta yang
telah disebutkan dalam keaktifan logam. Secara umum anggota deret volta yang lebih kiri dapat
mendesak anggota deret volta yang lebih kanan. Reaksi pendesakan oleh logam ini disebut juga reaksi
pendesakan logam (reaksi perpindahan). Reaksinya secara umum dapat ditulis sebagai :
A + BC → AC + B
A disebelah kiri B dalam deret Volta
Reaksi ini terdiri dari :
(1) Reaksi
Contoh : Cu(s) + AgNO3(aq) → CuNO3(aq) + Ag(s)
Cu(s) + Na2SO4(aq) ≠ Tidak bereaksi karena Cu
ada di kanan Na
(2) Reaksi
Semua logam di sebelah kiri unsur H dalam deret volta dapat mendesak H dalam asam ( selain
HNO3encer/pekat dan H2SO4pekat) membentuk garam dan gas hidrogen.
Contoh : Mg(s) + 2HCl(aq) → MgCl2(aq) + H2(g)
Ag(s) + HCl(aq) ≠ Tidak bereaksi karena
Ag ada di kanan H
(3) Reaksi
Logam bereaksi dengan HNO3encer/pekat dan H2SO4pekat menghasilkan garam, air dan gas. Jenis gas
tergantung dari jenis dan kepekatan asam.
Contoh: 2Fe(s) + H2SO4(aq)pekat → Fe2SO4(aq)+6H2O(l)+ 3SO2(g)
3Cu(s)+HNO3(aq)encer → 3Cu(NO3)2(aq)+4H2O(l)+2NO(g)
4.2.3. Reaksi Metatesis (Pertukaran Pasangan)
Reaksi yang terjadi antara larutan Pb(NO3)2 dan larutan KI dapat
ditunjukkan oleh persamaan reaksi sebagai berikut :
Pb(NO3)2(aq) + 2KI(aq) → PbI2(s) + KNO3(aq)
Reaksi ini dapat ditulis dengan menggunakan reaksi ion bersihnya sebagai berikut :
Pb2+(aq) + 2NO3-(aq) + 2K+(aq) + 2I-(aq) → PbI2(s) +2K+(aq) +2NO3-(aq)
Diperoleh :
Pb2+(aq) + 2I-(aq) → PbI2(s)
Pada reaksi di atas, terjadi pertukaran pasangan ion dari dua elektrolit dimana ion Pb2+ (aq) dari
senyawa Pb(NO3)2(aq) bergabung dengan ion I dari senyawa KI. Reaksi demikian disebut reaksi
metatesis (reaksi pertukaran pasangan ). Pada reaksi ini, setidaknya satu produk reaksi akan membentuk
endapan, gas atau elektrolit lemah. Gas dapat berasal dari peruraian zat hipotesis yang bersifat tidak
stabil. Rumus umumnya dapat ditulis sebagai berikut :
AB + CD →AD + CB
(1) Reaksi
Contoh : AgNO3(aq) + HBr(aq) → AgBr(s) + HNO3(aq)
(2) Reaksi
Contoh : CuSO4(aq) + 2NaOH(aq) → NaSO4(aq) + Cu(OH)2(aq)
(3) Reaksi
Contoh : Na2CO3(aq) + CaNO3(aq) → 2NaNO3(aq) + CaCO3(aq)
KNO3(aq) + MgCl2(aq) ≠ Tidak bereaksi
4.3. Stoikiometri Reaksi dalam Larutan
Pada dasarnya, stikiometri reaksi dalam larutan sama dengan stoikiometri pada umumnya, yaitu bahwa
perbandingan mol zat-zat yang terlibat dalam reaksi sama dengan koefisien reaksinya. Hitungan
stoikiometri reaksi dapat digolongkan sebagai stoikiometri sederhana, stoikiometri dengan pereaksi
pembatas, dan stoikiometri yang melibatkan campuran.
4.3.1. Hitungan Stoikiometri Sederhana
Hitungan stoikiometri dengan salah satu zat dalam reaksi diketahui atau dapat ditentukan jumlah
molnya, digolongkan sebagai stoikiometri sederhana.
Penyelesaiannya dilakukan menurut langkah-langkah sebagai berikut :
(1) Menuliskan persamaan setara.
(2) Menentukan jumlah mol zat yang diketahui (yang dapat ditentukan jumlah molnya)
(3) Menentukan jumlah mol zat yang ditanyakan dengan
menggunakan perbandingan koefisien.
(4) Menyesuaikan jawaban dengan hal yang ditanyakan.
4.3.2. Hitungan Stoikiometrri dengan Pereaksi Pembatas
Jika zat-zat yang direaksikan tidak ekivalen, maka salah satu dari zat itu akan habis lebih dahulu yang
disebut pereaksi pembatas. Banyaknya hasil reaksi akan bergantung pada jumlah mol pereaksi
pembatas. Oleh karena itu, langkah penting dalam menyelesaikan hitungan seperti ini adalah
menentukan pereaksi pembatas.
4.3.3. Hitungan Stoikiometri yang Melibatkan Campuran
Jika suatu campuran direaksikan, maka masing-masing komponen mempunyai persamaan reaksi sendiri.
Pada umumnya hitungan yang melibatkan campuran diselesaikan dengan pemisalan. Langkah-langkah
yang dapat ditempuh adalah sebagai berikut :
(1) Menuliskan persamaan setara.
(2) Memisalkan salah satu komponen dengan x, maka komponen
lainnya sama dengan selisihnya.
(3) Menentukan jumlah mol masing-masing komponen.
(4) Menentukan jumlah mol zat lain yang diketahui.
(5) Membuat persamaan untuk menentukan nilai x.
(6) Menyesuaikan jawaban dengan pertanyaan.
STOIKIOMETRI LARUTAN
Rumus : 1. n = n = mol
2. Vstp = n x 22,4 Vstp = volum pada keadaan standar
3. Pengenceran ; M1 X V1 = M2 x V2
4. M = ket: M = Molaritas ( mol/L), a= massa ( gram ) , V= volum (L) ,
Mr = Massa molekul relatif
5. M= , n= M x V
RUMUS TITRASI ASAM BASA
KIMIA : STOIKIOMETRI LARUTAN
REAKSI PENETRALAN
K-Ba-Ca-Na-Mg-Al-Mn-Zn-Cr-Fe-Cd-Co-Ni-Sn-Pb-(H)-Cu-Hg-AgPt-Au
Makin ke kiri letak suatu logam, sifat reduktornya makin kuat. Oleh karena itu, anggota deret
volta yang lebih kiri dapat mendesak anggota deret volta yang lebih kanan melalui reaksi redoks.
Reaksi ini disebut reaksi pendesakan logam.
Sebagai contoh alumunium dapat bereaksi dengan larutan asam, sebab Al terletak disebelah kiri
H, dilain pihak perak tidak bereaksi deengan larutan asam, sebab Ag terletak disebelah kanan H.
1. Logam yang direaksikan harus terletak disebelah kiri logam pada garam
2. Jika logam yang direaksikan memiliki 2 macam bilangan oksidasi, garam yang terbentuk
mengandung ion logam yang bermuatan 2+.
Contoh :
Adalah reaksi pertukaran pasangan ion dari 2 buah elektrolit . ada 3 jenis reaksi metatesis yaitu:
Salah satu zat yang terbentuk diruas kanan harus mengendap(berupa padatan yang tidak larut),
atau berupa gas, atau dapat terurai menjadi gas.
Asam yang terurai menjadi gas yaitu : H2CO3 à H2O + CO2(g)
Basa yang terurai menjadi gas yaitu : NH4OH à H2O + NH3(g)
Sebagai contoh: 1 mol H2SO4 dalam 1 liter larutan, H = 1, S = 32 dan O = 16, kita dapat
tentukan gram ekivalennya. Dalam hal ini kita telah mengenal konsep ionisasi. 1 mol H2SO4 =
98 gram. (Ingat konsep mol).
Stoikiometri
Stoikiometri berasal dari bahasa Yunani, yaitu dari kata stoicheion yang berarti unsur dan metron
yang berarti mengukur. Stoikiometri membahas tentang hubungan massa antarunsur dalam suatu
senyawa (stoikiometri senyawa) dan antarzat dalam suatu reaksi (stoikiometri reaksi).
Pengukuran massa dalam reaksi kimia dimulai oleh Antoine Laurent Lavoisier (1743 – 1794)
yang menemukan bahwa pada reaksi kimia tidak terjadi perubahan massa (hukum kekekalan
massa). Selanjutnya Joseph Louis Proust (1754 – 1826) menemukan bahwa unsur-unsur
membentuk senyawa dalam perbandingan tertentu (hukum perbandingan tetap). Selanjutnya
dalam rangka menyusun teori atomnya, John Dalton menemukan hukum dasar kimia yang
ketiga, yang disebut hukum kelipatan perbandingan. Ketiga hukum tersebut merupakan dasar
dari teori kimia yang pertama, yaitu teori atom yang dikemukakan oleh John Dalton sekitar tahun
1803. Menurut Dalton, setiap materi terdiri atas atom, unsur terdiri atas atom sejenis, sedangkan
senyawa terdiri dari atom-atom yang berbeda dalam perbandingan tertentu. Namun demikian,
Dalton belum dapat menentukan perbandingan atom – atom dalam senyawa (rumus kimia zat).
Penetapan rumus kimia zat dapat dilakukan berkat penemuan Gay Lussac dan Avogadro.
Setelah rumus kimia senyawa dapat ditentukan, maka perbandingan massa antaratom (Ar)
maupun antarmolekul (Mr) dapat ditentukan. Pengetahuan tentang massa atom relatif dan rumus
kimia senyawa merupakan dasar dari perhitungan kimia.
Ada beberapa cara dalam menyatakan konsentrasi suatu larutan, yaitu sebagai berikut :
MOLARITAS (M) : adalah banyaknya mol zat yang terlarut dalam 1000 mL larutan.
NORMALITAS (N) : adalah banyaknya gram ekivalen zat yang terlarut dalam 1000 mL larutan.
MOLALITAS (m) : adalah banyaknya mol zat yang terlarut dalam 1000 mg pelarut.
STOIKIOMETRI LARUTAN
STOIKIOMETRI LARUTAN
A. Zat yang mudah larut
Untuk menentukan jumlah volume larutan (V), mol (n), molaritas (M) zat yang hanya diketahui salah
satu zat yang bereaksi, dapat ditentukan dengan perbadingan koefisien reaksi.
Rumus yang berhubungan dengan stoikiometri larutan ini adalah :
mol (mol)
Molaritas (mol/L)
Mol STP
Ex. Jika 11, 2 g logam besi (Ar Fe= 56 g/mol) direaksikan dengan larutan HCL 0,25 M. Tentukan volume
HCl yang diperlukan dan gas hidrogen yang dihasilkan pada keadaan STP.
Jawab:
2FeCl3(aq) + 3H2 (g)2Fe(s) + 6HCl(aq)
mol Fe = g/Ar = 11.2g/56 g/mol = 0.2 mol
mol HCl = koef HCl/koef Fe x mol Fe
= 6/2 x 0,2 mol= 0,6 mol
Vol HCl = mol HCl/M HCL
= 0.6 mol/0.25 M= 2.4 L
mol H2 = koef H2/ koef Fe x mol Fe
= 3/2 x 0,2 mol = 0,3 mol
Vol H2 = 0,3 mol x 22,4 L/mol = 6,27 L
C. Pereaksi pembatas
Dalam perhitungan kimia biasanya hanya diketahui jumlah mol mula-mula yang diketahui adalah satu
pereaksi saja. Jadi jumlah mol pereaksi yang lain dapat diketahui dengan cara membandingkan mol
sesuai dengan koefisien reaksi setiap zat. Dari sini bisa ditentukan reaksi pembatas (pereaksi yang habis
bereaksi.
Cara cepat untuk mengetahui pereaksi pembatas (pereaksi yang habis bereaksi):
Tentukan jumlah mol yang diketahui.
Buat persamaan reaksi setarakan koefisien reaksinya
Buat jumlah mol mula-mula dari masing-masing zat yang berx
Bandingan jumlah mol dengan koefisien rx masing-masing zat.
Ex.
Mg (s) + MgCl2(aq) + H2 (g)2HCl
Mula2 0.2 0.3
Hasil bagi mol per koefisien reaksi yang terkecil adalah zat yang habis bereaksi (pereaksi pembatas).
Hasil bagi mol yang besar adalah zat yang bersisa.
Tentukan mol zat yang berx dengan cara bandingkan koefisien dengan mol zat prx pembatas.
Mol Mg brx =
Mol zat sisa = mol awal – mol brx, kemudian tentukan massa sisa.
Untuk seterusnya bisa ditentukan dengan cara-cara sebelumnya adalah sama.
Ex. Sebanyak 4,8 g logam magnesium direaksikan dengan 30 mL larutan HCl 1 M menghasilkan garam
MgCl2 dan gas Hidrogen. Tentukan massa garam MgCl2 yang terbentuk, volume gas hidrogen yang
terbentuk pada STP dan pereaksi yang habis dan jumlah sisa pereaksi? (Ar Mg = 24, Cl = 35)
Jawab:
Mg (s) + MgCl2(aq) + H2 (g)2HCl
Mula2 0.2 0.3
D. Hukum gas
Juga bisa digunakan untuk perbadingan dua gas dan pada gas dalam tekanan dan suhu yang sama.
Berlaku hukum-hukum gas.
Hukum Avogadro
Pada tekanan dan suh yang sama, gas-gas yang bervolume sama akan memiliki mol yang sama. Dengan
rumus sebagai berikut:
Ex. Reaksi logam aluminium dengan asam sulfat encer menghasilkan gas H2 sebanyak 6 liter. Berapa
gram Al telah bereaksi jika gas H2 diukur pada tekanan dan suhu dimana 0.5 liter gas NO massanya 0.75
g?
Jawab:
Al2(SO4)3 + 3H22Al + 3H2SO4
Mol NO = g/Mr = 0,75 g / 30 g/mol = 0,025 mol
V NO = 0,5 liter
V H2 = 6 L
n H2 =
Mol Al =
= = 0.2 mol
Massa Al = gram x Ar = 0,2 mol x 27 g/mol = 5,4 gram
STOIKIOMETRI LARUTAN
A. Reaksi netralisasi (reaksi penggaraman )
Jika larutan asam di campurkan dengan larutan basa akan terjadi reaksi, yaitu: reaksi
pengikatan ion H+ dari asam oleh OH- dari basa menghasilkan air (H2O), reaksi ini di
sebut reaksi netralisasi.
· Contoh:
Jawabannya:
d) H+ + OH-
Jawabannya:
a) 3Ba(OH)2 + 2H3PO4 --> Ba3(PO4)2 + 6H2O
- Contoh :
- koefisien : - HCl = 3
- Al(OH)3 =1
- AlCl3 = 1
- H2O = 3
- mol : - HCl = 3
- Al(OH)3 =1
- AlCl3 = 1
- H2O = 3
c) tentukan jumlah massa masing-masing zat yang di hasilkan( Mr. K2SO4 =174, Mr.
H2O = 18 )
jawabannya:
M= 0,005 mol - - -
R= 0,005 mol 2/1x0,005 = 1/1x 0,005 = 2/1x 0,005 = 0,01
0,01 mol 0,005 mol mol
S= 0 0 0,005 mol 0,01 mol
c) Massa K2SO4 = mol x Mr. K2SO4 = 0,005 x 174 = 0,87 gram.
3. sebnyak 2,7 gram logam aluminium di larutkan dalam 100 ml larutan H2SO4:
c) tentukan jumlah massa masing-masing zat yang di hasilkan( Mr. Al2(SO4)3 = 342,
Mr. H2 = 2 )
jawabannya:
a) 2Al + 3H2SO4 --> Al2(SO4)3 + 3H2
M = 0,1 mol - - -
R = 0,1 mol 3/2 x 0,1mol= 1/3 x 0,15mol = 3/1x 0,05mol
0,15 mol 0,05mol = 0,15mol
S= 0 0 0,05 mol 0,15 mol
· Catatan :
- Buret
· Tirasi Asam-Basa dilarutkan untuk menemukan molaritas asam atau basa.
· Titik ekivalen, yaitu: saat jumlah mol asam = jumlah mol basa.
· Titik akhir titrasi, yaitu: saat di hentikannya titrasi yang ditandai dengan terjadinya
perubahan warna.
· Larutan titran ( larutan standar ) = larutan yang konsentrasinya sudah diketahui.
1. Tentukan molaritas larutan HCl. HCl dititrasi dengan NaOH 0,1 M, dengan data
sebagai berikut:
Jawabannya :
20 ml x M1 x 1 = 10 ml x 0,1 x 1
M1 = 1/20 = 0,05M
2. 2gram cuplikan Ca(OH)2 di larutkan dalam air sampai 20 ml. larutan ini dinetralkan
oleh 20 ml HCl 1,2 M. tentukan persen kemurnian Ca(OH)2 tersebut?(Mr. Ca(OH)2=
74)
Jawabannya:
20 ml x 1,2 x 1 = 20 ml x M2 x 2
M2 = 24/40 = 0,6 M
· Mol.Ca(OH)2 = M x V
= 0,6 x 0,02 L
= 0,012 mol
= 0,012 x 74
= 0,89 gram
Selama titrasi berlangsung terjadi perubahan PH. Ada 4 macam titrasi yang biasa
dilakukan :
a) Titrasi asam kuat dan basa kuat, titik ekivalen pada PH = 7
b) Titrasi basa kuat dan asam kuat, titik ekivalen pada PH = 7
c) Titrasi asam lemah dan basa kuat, titik ekivalen pada PH > 7
d) Titrasi basa lemah dan asam kuat, titik ekivalen pada PH <
Detik itu
Detik pukul satu
Ketika pancaroba hadir dalam hidup
Saat keraguan datang
Kemarau membayang
Panas terik mentari hingga ke jiwa
Tanaman hijau letih, lemah, dan layu
Menanti rintik air membasahi bumi
Jiwa-jiwa suci terasa hampa
Sunyi, sepi, tanpa kehidupan
Menahan kemarau berkepanjangan
Harapan hujan tertahan
Daun-daun kering berguguran
Tanah merintih gersang menerjang
Bumi menjerit kesakitan
Oh Tuhan, berikan kedamaian
Setiap jejak yang terpijak
Setiap irama yang terhembus
Rasa panas telah menemani jiwa
Mencoba tetap bersabar
Mencoba tetap tegar
Tuk menahan kemarau panjang di hati
Menanti hujan berjatuhan
Kini do’a telah terkabulkan
Kebahagiaan yang dinantikan
Musim hujan telah datang
Terima kasih wahai Tuhan
Namun ketika hujan datang
Kekeringan masih menghadang
Seakan hidup tertekan
Tak mampu lagi untuk bertahan
Ketika lisan tak sanggup mengatakan
Ketika hati tak sanggup merasakan
Ketika jiwa tak sanggup membuktikan
Rasa kedamaian yang telah datang
Bertemanlah wahai awan
Bersahabatlah wahai hujan
Biar terasa mekarnya kehidupan
Biar memberi warna keceriaan
Dengan harap aku lantunkan
Dengan ikhlas aku sajakkan
Do’a suci pada Ilahi
Agar Engkau memberikan kesegaran dalam hidup ini
Syair UAS
(masih) kemarau
Musim kemarau masih enggan berlalu
tetap tegak tak menyapa waktu
tak peduli melebur debu
menjilat rumah-rumah kayu
kemarau memprihatinkan
tetap menyemburkan debu-debu jalanan
bertahta menutupi hujan
mengingkari kesepakatan dengan bulan-bulan
Dewasalah sedikit
Wibawalah sedikit
Kuatlah sedikit
Hijrah
Hujan
Mitsaqon Gholizo
Kidung 49
PANTUN
Bibir di kulum makan daun katu
Buah asam di masak gulai santan
Assalammu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Terimalah salam kami wahai besan