KELOMPOK 7 :
1. SITI LATIFAH
2. SISKA WULANDARI
3. IMANDA SETIANI
MATERI : 1. NORMALITAS
2. KONSEP STOIKIOMETRI LARUTAN
NORMALITAS(N)
Normalitas menyatakan jumlah mol ekivalen zat terlarut dalam 1 liter larutan.
+
Untuk asam, 1 mol ekivalennya sebanding dengan 1 mol ion H .
-
Untuk basa, 1 mol ekivalennya sebanding dengan 1 mol ion OH .
Berat ekivalen suatu senyawa dalam reaksi pengendapan dan pengomplekan ditentukan oleh
valensi dari senyawa tersebut.
Berat ekivalen (BE) dalam reaksi oksidasi reduksi didasarkan pada banyaknya elektron yang
dilepaskan atau diikat dalam suatu reaksi oksidasi atau reduksi.
O Contoh Perhitungan :
Berapa normalitas (N) dari HCl pekat yang mempunyai BJ = 1,1878 dan konsentrasinya 37% (Mr =
36,5)
Jawab :
- BJ = 1,1878 gram berarti di dalam 1 Liter larutan terdapat 1187,8 gram
- Konsentrasi 37%
O 439,486
= _______ = 12,04
36,5
Stoikiometri larutan
Stoikiometri (stoi-kee-ah-met-tree) merupakan bidang dalam ilmu kimia yang menyangkut
hubungan kuantitatif antara zat-zat yang terlibat dalam reaksi kimia, baik sebagai pereaksi maupun
sebagaihasil reaksi. Stoikiometri juga menyangkut perbandingan atom antar unsur-unsur dalam
suatu rumus kimia, misalnya perbandingan atom H dan atom O dalam molekul H O. Kata
2
stoikiometri berasal dari bahasa Yunani yaitu stoicheon yang artinya unsur dan metron yang berarti
mengukur. Seorang ahli Kimia Perancis, Jeremias Benjamin Richter (1762-1807) adalah orang yang
pertama kali meletakkan prinsip-prinsip dasar stoikiometri. Menurutnya stoikiometri adalah ilmu
tentang pengukuran perbandingan kuantitatif atau pengukuran perbandingan antar unsur kimia
yang satu dengan yang lain.
Stoikiometri berasal dari bahasa Yunani, yaitu dari kata stoicheion yang berarti unsur dan metron yang
berarti mengukur. Stoikiometri membahas tentang hubungan massa antarunsur dalam suatu senyawa
(stoikiometri senyawa) dan antarzat dalam suatu reaksi (stoikiometri reaksi). Pengukuran massa dalam
reaksi kimia dimulai oleh Antoine Laurent Lavoisier (1743 – 1794) yang menemukan bahwa pada reaksi
kimia tidak terjadi perubahan massa (hukum kekekalan massa). Selanjutnya Joseph Louis Proust (1754 –
1826) menemukan bahwa unsur-unsur membentuk senyawa dalam perbandingan tertentu (hukum
perbandingan tetap). Selanjutnya dalam rangka menyusun teori atomnya, John Dalton menemukan
hukum dasar kimia yang ketiga, yang disebut hukum kelipatan perbandingan.
Ketiga hukum tersebut merupakan dasar dari teori kimia yang pertama, yaitu teori atom yang
dikemukakan oleh John Dalton sekitar tahun 1803. Menurut Dalton, setiap materi terdiri atas atom,
unsur terdiri atas atom sejenis, sedangkan senyawa terdiri dari atom-atom yang berbeda dalam
perbandingan tertentu. Namun demikian, Dalton belum dapat menentukan perbandingan atom –
atom dalam senyawa (rumus kimia zat). Penetapan rumus kimia zat dapat dilakukan berkat
penemuan Gay Lussac dan Avogadro. Setelah rumus kimia senyawa dapat ditentukan, maka
perbandingan massa antaratom (Ar) maupun antarmolekul (Mr) dapat ditentukan. Pengetahuan
tentang massa atom relatif dan rumus kimia senyawa merupakan dasar dari perhitungan kimia.
Stoikiometri Larutan
Reaksi kimia bisanya berlangsung antara dua campuran zat bukannya antara dua zat murni. Satu
bentuk yang paling lazim dari campuran adalah larutan. Di alam sebagian besar reaksi berlangsung
dalam larutan air. Sebagi contoh, cairan tubuh baik tumbuhan maupun hewan merupakan larutan
dari berbagai jenis zat. Dalam tanah pun reaksi pada umumnya berlangsung dalam lapisan tipis
larutan yang diadopsi pada padatan.
Perhitungan kimia untuk reaksi yang berhubungan dalam larutan disebut juga stokiometri.
O STOIKIOMETRI LARUTAN
O Rumus : 1. n = n = mol
O 2. V = n x 22,4 V = volum pada keadaan standar
stp stp
O 3. Pengenceran ; M X V = M x V
1 1 2 2
O 4. M = ket: M = Molaritas ( mol/L), a= massa ( gram ) , V= volum (L) ,
O Mr = Massa molekul relatif
O 5. M= , n= M x V
STOIKIOMETRI LARUTAN
O A. PERSAMAAN ION
Suatu cara pemaparan reaksi kimia yang melibatkan larutan elektrolit disebut persamaan ion.
Dalam persamaan ion, zat elektrolit kuat dituliskan sebagai ion-ionnya yang terpisah, sedangkan
elektrolit lemah, gas, dan zat padat tetap ditulis sebagai molekul atau senyawa netral tak terionkan.
O contoh soal
O Tulislah reaksi rumus dan reaksi ion untuk reaksi ;
O karbon dioksida dengan larutan natrium hidroksida membentuk larutan natrium karbonat dan
air.
O jawab :
O CO + NaOH Na CO +H O
2(g) (aq) 2 3(aq) 2 (l) (belum setara)
O CO + 2NaOH Na CO +H O
2(g) (aq) 2 3(aq) 2 (l) (setara)
O Keterangan : NaOH dan Na2CO3 tergolong elektrolit kuat, maka ;
O Persamaan ion lengkap :
+ - + 2-
O CO + 2Na + 2OH 2Na +CO +H O
2(g) (aq) (aq) (aq) 3 (aq) 2 (l)
O Persamaan ion bersih :
- 2-
O CO + 2OH CO +H O
2(g) (aq) 3 (aq) 2 (l)
O B. SIFAT BERBAGAI MACAM ZAT
Ada tidaknya reaksi dapat diketahui melalui pengamatan. Namun demikian, jika mengetahui sifat-
sifat zat yang dicampurkan, kita dapat menentukan terjadi-tidaknya reaksi. Untuk dapat
meramalkan reaksi dalam larutan elektrolit, perlu pemahaman tentang berbagai hal berikut :
O 1. Jenis zat yang direaksikan
O 2. Kelarutan elektrolit
O 3. Kekuatan elektrolit
O 4. Senyawa-senyawa hipotesis
O 5. Deret keaktifan logam
1. Jenis Zat Pereaksi
a. Asam
Asam adalah zat-zat yang dalam air menghasilkan ion H+ dan ion sisa asam.
contoh :
b. Basa
O Basa adalah zat-zat yang dalam air menghasilkan ion OH- dan suatu kation logam.
O contoh :
c. Garam
O Garam adalah suatu senyawa ion yang terdiri dari kation basa dan anion asam.
O contoh :
O NaCl, Ca(NO ) , dan Al2(SO )
32 43
+ -
O NaCl(aq) Na (aq) + Cl (aq)
2+ -
O Ca(NO ) (aq) Ca (aq) + 2NO (aq)
32 3
3+ 2-
O Al (SO ) (aq) 2Al (aq) + 3SO4 (aq)
2 43
O d. Oksida Basa dan Oksida Asam
O Senyawa yang tersusun dari suatu unsur dengan oksigen disebut oksida. Bergantung pada jenis
unsurnya (logam atau nonlogam), oksida dapat dibedakan atas oksida logam dan oksida
nonlogam. Oksida logam yang bersifat basa disebut oksida basa. Oksida nonlogam yang bersifat
asam disebut oksida asam.
O 1. Oksida Basa
O Oksida basa tergolong senyawa ion, terdiri dari kation logam dan anion oksida (O2-).
O contoh :
O Na2O mengandung ion Na+ dan O2-, sedangkan CaO terdiri dari ion Ca2+
+
O Kalsium melepas 2 elektron membentuk ion Ca2
O 2. Kelarutan Elektrolit
O Semua asam mudah larut dalam air. Adapun basa dan garam ada yang mudah larut dan ada pula
yang sukar larut.
O 3. Kekuatan Elektrolit
Asam basa yang tergolong elektrolit kuat adalah :
O Asam kuat : HCl, H SO , HNO , HBr, HI, dan HClO
2 4 3 4
O Basa kuat : NaOH, KOH, Ba(OH) , Sr(OH) , Ca(OH) , Mg(OH)
2 2 2 2
O (semua basa dari golongan IA dan IIA, kecuali Be(OH) ).
2
O 4. Senyawa-senyawa Hipotesis
O Beberapa senyawa yang tidak stabil dan peruraiannya adalah :
a. Asam
O Asam karbonat (H CO ) H O + CO
2 3 2 (l) 2(g)
O Asam nitrit (HNO ) H O + NO + NO
2 2 (l) (g) 2(g)
O b. Basa
O c. Garam
O Logam mempunyai kereaktifan yang berbeda-beda. Urutan kereaktifan dari beberapa logam,
dimulai dari yang paling reaktif adalah sebagai berikut :
O Li–K-Ba-Ca-Na-Mg-Al-Zn-Cr-Fe-Ni-Sn-Pb-(H)-Cu-Hg-Ag-Pt-Au
O a. Reaksi Logam dengan Asam Kuat Encer (ex : HCl dan H 2SO4)
O Reaksi hanya akan berlangsung jika logam L terletak di sebelah kiri logam M dalam deret
keaktifan logam (logam L lebih aktif daripada logam M).
O Mr v (liter)
Jika zat-zat yang direaksikan tidak ekivalen, maka salah satu dari zat itu akan habis lebih dahulu. Zat yang
habis lebih dahulu itu kita sebut pereaksi pembatas
O contoh soal :
O Hitunglah massa endapan yang terbentuk dari reaksi 50ml timbel(II) nitrat 0.1M dengan 50ml KI
0.1M (Pb = 207 ; I = 127)
O jawab :
O · Pb(NO3)2(aq) + 2KI(aq) PbI2(s) + 2KNO3(aq)
O menentukan pereaksi pembatas
O jumlah mol Pb(NO3)2 = 50ml x 0.1M
O = 5 mmol
O jumlah mol KI = 50ml x 0.1M
O = 5 mmol
O mol Pb(NO3)2 = 5/1 = 5
O koefisien Pb(NO3)2
O mol KI = 5/2 = 2.5
O koefisien KI
O pereaksi pembatas adalah KI karena hasil pembagi KI lebih kecil
O · Jumlah mol PbI2 (endapan) yang terbentuk dibandingkan dengan jumlah mol pereaksi
pembatas.
O Mol PbI2 = ½ x mol KI
O = ½ x 5 mmol
O = 2.5 mmol
O massa PbI2 = 2.5 mmol x 461 gr/mol
O = 1152.5 mg
O = 1.1525 gram
O 3. Hitungan Stoikiometri yang Melibatkan Campuran
O Jika suatu campuran direaksikan, maka masing-masing komponen mempunyai persamaan reaksi
sendiri. Pada umumnya hitungan yang melibatkan campuran diselesaikan dengan pemisalan.
O contoh soal :
O Sebanyak 5.1 gram campuran CaO – Ca(OH)2 memerlukan 150ml HCl 1M. Tentukanlah susunan
campuran tersebut.
O jawab :
O mol CaO = x gr
O 56 gr/mol
O = 0.15 mol
O = 2 x x/56 mol
O = x/28 mol
O = 2 x (5.1 – x) mol
O 74
O = (5.1 – x) mol
O 37
O 28 37
O 9x = 12.6
O x = 1.4
O Reaksi penetralan asam-basa dapat digunakan untuk menentukan kadar (konsentrasi) berbagai
jenis larutan, khususnya yang terkait dengan reaksi asam-basa. Proses penetapan kadar larutan
dengan cara ini disebut titrasi asam-basa.
O Sejumlah tertentu larutan asam dengan volume trtentu dititrasi dengan larutan basa yang telah
diketahui konsentrasinya menggunakan indikator sebagai penunjuk titik akhir titrasi. Titik
ekivalen dapat diketahui dengan bantuan indikator (tepat habis bereaksi). Titrasi dihentikan
tepat pada saat indikator menunjukkan perubahan warna, saat indikator menunjukkan
perubahan warna disebut titik akhir titrasi.
O RUMUS TITRASI ASAM BASA
O Contoh: a. HCl + NaOH → NaCl + H2O ( pH netral karena asam dan basa kuat )
O Catatan : Perubahan a. CO2 → CO3- b. SO3 → SO42- c. NO2 → NO3-
O Titrasi Asam-Basa
O - Titik ekivalen
O - Titik akhir titrasi
O · Tirasi Asam-Basa dilarutkan untuk menemukan molaritas asam atau basa.
O · Titik ekivalen, yaitu: saat jumlah mol asam = jumlah mol basa.
O · Titik akhir titrasi, yaitu: saat di hentikannya titrasi yang ditandai dengan terjadinya
perubahan warna.
O · Larutan titran ( larutan standar ) = larutan yang konsentrasinya sudah diketahui.
O · Larutan analit = larutan yang dicari konsentrasinya.
- Contoh soal :
1. Tentukan molaritas larutan HCl. HCl dititrasi dengan NaOH 0,1 M, dengan data sebagai berikut:
O Jawabannya :
O V1 x M1 x Valensi asam = V2 x M2 x Valensi basa
O 20 ml x M1 x 1 = 10 ml x 0,1 x 1
O M1 = 1/20 = 0,05M
Kurva titrasi Asam – basa
O Selama titrasi berlangsung terjadi perubahan PH. Ada 4 macam titrasi yang biasa dilakukan :
O a) Titrasi asam kuat dan basa kuat, titik ekivalen pada PH = 7
O b) Titrasi basa kuat dan asam kuat, titik ekivalen pada PH = 7
O c) Titrasi asam lemah dan basa kuat, titik ekivalen pada PH > 7
O d) Titrasi basa lemah dan asam kuat, titik ekivalen pada PH <
SOAL ;
gr
1. 98 gr H SO dilarutkan dalam 500 ml larutan, berat jenis larutan 1,1 / . Hitung :. Normalitas
2 4 ml
(N)
(Ar H=1, S=32, O=16)
Jawaban
Langkah pertama kita harus mencari BE(Berat Ekivalen), dengan cara mr/n, dimana n adalah tara kimia
atau banyaknya muatan asam/basa yang dilarutkan. Contoh HCL → H+ + Cl- (n=1). Jadi
larutan H2SO4 memiliki n=2.