Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PRAKTIKUM LAB.

ELEKTRONIKA DAYA

AUTOMATIC TEMPRATURE CONTROL USING TWO-POSITION


CONTROLLER WITHOUT AND WITH HYSTERESIS

Nama Kelompok VIII:

KURNIAWAN NUR IHSAN / 42119038

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO


PROGRAM STUDI TEKNIK LISTRIK
POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG
2021
POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG

Lab. Elektronika Automatic temperature control using a D4 Teknik


Daya daya two-position controller without and with Listrik/2B D4
hysteresis
I. Tujuan Percobaan
Setelah melakukan percobaan, anda diharapkan dapat:
a. Menngetahui karakteristik pengatur suhu otomatis dua posisi tanpa histerisis
b. Menngetahui karakteristik pengatur suhu otomatis dua posisi dengan histerisis
c. Mengetahui fungsi histerisis pada pengatur suhu otamatis dua posisi

II. Dasar Teori


Pada dasarnya ada 2 jenis Pengatur suhu otomatis :

1. ON/OFF = Yang katup nya antara terbuka secara penuh atau tertutup secara penuh
2. Continuous = katupnya dapat disesuaikan antara terbuka penuh,tertutup penuh atau di
antaranya (tidak penuh terbuka/tertutup)

Pengatur suhu otomatis 2 posisi(ON/OFF) dapat terdiri dari katup, aktuator,


pengontrol dan sensor yang mendeteksi suhu ruangan di dalam ruangan. Sistem kontrol
dapat dikatakan 'seimbang' ketika sensor suhu ruang tidak mencatat suhu lebih atau kurang
dari yang dibutuhkan oleh sistem kontrol. Apa yang terjadi pada katup kontrol ketika sensor
ruang mencatat perubahan suhu (deviasi suhu) tergantung pada jenis sistem kontrol yang
digunakan. Hubungan antara pergerakan katup dan perubahan suhu dalam media yang
dikontrol dikenal sebagai mode kontrol atau aksi kontrol.

A. Pengatur suhu otomatis 2 posisi (ON/OFF) tanpa Histerisis

Sebuah pengatur suhu otomatis 2 posisi (ON/OFF) termasuk pada jenis kontroler yang
tidak terus menerus (kebalikan dari Continuous) , walaupun variabel input e(t) berubah
secara terus menerus variabel output y(t) yang dihasilkan berubah secara tiba tiba yakni
tidak terus menerus,ketika variabel input mencapai nilai tertentu, kemungkinan nilai yang
dihasilkan adalah 2 nilai berbeda yang terpisah dan tidak terus menerus yakni yn dan yb.

Pergantian antara 2 nilai diskrit di atas terjadi ketika input e(t)=0.Maka dari itu
kontroler seperti ini diberi nama kontroler Switching.
Kontroler Switching cocok apabila ingin digunakan pada sebuah relay yang relatif
sederhana dan memiliki harga yang terjangkau untuk tujuan pemakaiannya atau untuk
memicu aktuator yang menggunakan 2 fungsi operasi(ON/OFF).

Gambar 2.1 Kontroler temperatur suhu 2 Posisi berdasarkan Liquid Capillary Sensor

Berikut ini adalah grafik karakteristik umum dan simbol dari kontroler temperatur
suhu 2 posisi:

Gambar 2.2 Grafik & Simbol Kontroler temperatur suhu 2 posisi

Pada umumnya perubahan nilai variabel terjadi pada titik yN=0 dan batas atas dan
bawah dipengaruhi oleh variabel yang diberubah simetris terhadap titik (yN=-yP)

Ketika menggunakan kontroler yang tidak Continuous seperti kontroler temperatur


suhu 2 posisi(ON/OFF) sering terjadi keadaan dimana variabel terkontrol dan variabel
diubah, berada pada osilasi yang terus menerus, yang disebabkan oleh perubahan secara
periodik antara kedua pengendali kontroler(ON/OFF). Osilasi memiliki amplitudo dan
frekuensi yang bergantung pada parameter sistem yang dikendalikan dan pengontrol.
Gambar 2.3 Contoh output controller dua posisi tanpa histerisis

Berdasarkan Gambar 2.3 terlihat bahwa controller tanpa histerisis secara konstan
selalu berganti nilai outputnya dengan frekuensi tinggi disekitaran setpoint, dapat
membenani aktuoator dan mengarah ke potensi alat tidak berfungsi

Grafik selanjutnya menunjukkan kurva karakteristik khas untuk variabel terkontrol


(kurva biru) dan variabel yang diubah (kurva merah) dalam loop kontrol dengan pengontrol
dua posisi dan sebagai respons terhadap input perubahan set-point bertahap.

Gambar 2.4 Grafik kurva karakteristik khas Osilasi


Trise - adalah waktu yang dibutuhkan untuk mengubah variabel yang diubah untuk pertama
kalinya dari nilai maksimum ke nilai minimum.

Toff - adalah waktu yang dihabiskan variabel yang dimanipulasi pada tingkat minimumnya
dalam kondisi mapan.

Ton - adalah waktu yang dihabiskan variabel yang dimanipulasi pada tingkat maksimumnya
dalam kondisi stabil.

fz - adalah kebalikan dari siklus switching.

Tz - adalah jumlah total waktu mati dan waktu hidup.

T Z =T ON +T OFF

B. Pengatur suhu otomatis 2 posisi (ON/OFF) dengan Histerisis

Berdasarkan gambar 2.3 dapat diketahui bahwa terlalu sering terjadi pergantian dari
output y(t) terhadap wakti sehingga hal tersebut dapat membuat umur dari controller itu
sendiri dan alat alat yang terhubung pada rangkaian menjadi lebih pendek, untuk mencegah
hal tersebut terjadi diperlukan histerisis pada controller.

Gambar 2.4 Output controller dua posisi dengan histerisis

Histerisis adalah sebuah Temperature Band yang fungsinya untuk membantu


memperpanjang umur dari relay atau device yang terhubung pada relay.Histerisis dapat di
analogikan yaitu ketika ditekan tuas dari saklar, maka posisi saklar akan berubah antara dari
on ke off atau dari off ke on.

Dan meskipun sumber penyebab posisi saklar tersebut dihilangkan saklar tersebut
akan tetap pada posisinya dan tidak kembali ke keadaan yang semula. Lalu untuk
menjelaskan tidak adanya sifat atau perilaku histerisis dapat digambarkan dengan aksi atau
tindakan menekan push button switch (unlock) secara sesaat kemudian dilepaskan, maka
sistem push button tersebut dengan segera dan sepenuhnya kembali ke keadaan atau posisi
sebelumnya tanpa ada perilaku mengunci (latch).

Gambar 2.4 Contoh diagram Histerisis

III. Daftar Alat dan Bahan


a. Soft-lab
b. Experiment card untuk kontroler
c. Experiment card untuk pengukur suhu otomatis
d. Kabel
e. Set Komputer

IV. Rangkaian Percobaan

Gambar 4.1 Rangkaian percobaan tanpa histerisis (knob pengeturan histerisi diputar ke
paling kiri)
Gambar 4.2 Rangkaian percobaan dengan histerisis (knob pengeturan histerisis diputar ke
arah kanan sebesar 0.3 V, 0.8 V dan 1 V)

V. Langkah Percobaan
A. ON/OFF dua posisi tanpa histerisis
1. Setting dan memasang kabel sesuai gambar pada softlab
2. Mengkonfigurasi Controller Experiment Card ke ON/OFF dua posisi
3. Memutar knob histerisis dan Switching point full ke kiri sebisa mungkin mencapai 0 V
4. Membuka step response plotter dan mengkonfigurasi sesuai dengan tabel percobaan

Tabel 5.1 step response plotter

Scaling of axes
X-axis Minimum: 0 Maximum: 360 Scale div.: 60 Lines: 1
Y-axis Minimum: 0 Maximum: 100 Scale div.: 10 Lines: 1
Input settings
Channel A Meas. range: 10 V Coupling: DC Range: 100 Offset: 0
Channel B Meas. range: 10 V Coupling: DC Range: 100 Offset: 0
Optional settings
Step change from 0 to 25%
Delay time/ms: 0
Number of measurements: 300

5. Jalankan Simulasi lalu copy hasilnya


6. Tentukan Ton,Toff,Trise,dan Tz dari diagram yang telah di copy
7. Membuka Voltmeter pada softlab lalu menunggu hinga voltmeter mencapai besaran 0
V lalu mengulangi kembali langkah 4-6 untuk besaran maks set point 40%.

Tabel 5.2 acuan ke voltmeter untuk memulai percobaan selanjutnya


Voltmeter A settings
Meas. range : 10 V DC
Operating mode: AV

B. ON/OFF dua Posisi dengan histerisis


1. Setting dan memasang kabel sesuai gambar pada softlab
2. Mengkonfigurasi Controller Experiment Card ke ON/OFF dua posisi
3. Memutar knob Switching point full ke kiri sebisa mungkin mencapai 0 V, lalu knob
histerisis diputar ke besaran 0.3 V
4. Membuka step response plotter dan mengkonfigurasi sesuai dengan tabel percobaan

Tabel 5.3 step response plotter

Scaling of axes
X-axis Minimum: 0 Maximum: 360 Division: 60 Lines: 1
Y-axis Minimum: 0 Maximum: 100 Division: 10 Lines: 1
Input settings
Channel A Meas. range: 10 V Coupling: DC Range: 100 Offset: 0
Channel B Meas. range: 10 V Coupling: DC Range: 100 Offset: 0
Optional settings
Step change from 0 to 25%
Delay time/ms: 0
Number of measurements: 300

5. Jalankan Simulasi lalu copy hasilnya


6. Tentukan Ton,Toff,Trise,dan Tz dari diagram yang telah di copy
7. Membuka Voltmeter pada softlab lalu menunggu hinga voltmeter mencapai besaran 0
V lalu mengulangi kembali langkah 4-6 untuk besaran maks set point 40%.

Tabel 5.4 acuan ke voltmeter untuk memulai percobaan selanjutnya


Voltmeter A settings
Measurement
10 V DC
range:
Operating mode: AV

VI. Tabel Percobaan

Gambar 6.1 diagram pengatur suhu otomatis tanpa hysteresis (diagram hasil setpoint simulasi
variabel terkontrol dan terubah, 25% yakni 2.5V)

Gambar 6.2 diagram pengatur suhu otomatis dengan hysteresis sebesar 0.3 V (set point step
change 25%)
Gambar 6.3 diagram pengatur suhu otomatis dengan hysteresis sebesar 0.8V (set point step
change 25%)

Gambar 6.4 diagram pengatur suhu otomatis dengan hysteresis sebesar 1 V (set point step
change 25%)

Tabel 6.1 Percobaan On/off dua posisi tanpa histeresis


Percobaan Trise Ton Toff Tz (Ton+Toff)
Tanpa 63 32.7 20 52.7
histerisis

Tabel 6.2 Percobaan On/off dua posisi dengan histeresis

Percobaan Trise Ton Toff Tz (Ton+Toff)


Histerisis 63.4 33.9 19.2 43.1
0.3V
Histeresis 27.49 38.91 39.6 78.51
0.8V
Histeresis 1V 39.9 33.6 50.5 83.1

Tabel 6.3 Percobaan teori On/off dua posisi tanpa histeresis

Percobaan Trise Ton Toff Tz (Ton+Toff)


Tanpa 70 32 24 56
histerisis

Tabel 6.4 Percobaan teori On/off dua posisi dengan histeresis

Percobaan Trise Ton Toff Tz (Ton+Toff)


Histerisis - 53 36 89
0.3V
Histeresis - 58 52 110
0.8V
Histeresis 1V - 62 59 121

VII. Analisa Hasil Percobaan


Data hasil percobaan diambil data pengukuran Trise, Ton, Toff dan Tz untuk
percobaan pengukuran suhu otomatis dua posisi tanpa hysteresis dan tanpa hysteresis. Data
hasil percobaan yang telah kami lakukan menunjukkan bahwa untuk pengukuran suhu
otomatis dua posisi tanpa hysteresis menunjukkan bahwa kontroller secara konstan selalu
berganti nilai outputnya dengan frekuensi tinggi disekitaran setpoint, dapat membenani
aktuoator dan mengarah ke potensi alat tidak berfungsi, sehingga hal tersebut dapat
membuat umur dari controller itu sendiri dan alat alat yang terhubung pada rangkaian
menjadi lebih pendek. Terjadinya pergantian dari output y(t) terhadap waktu dapat dilihat
pada gambar 6.1 yang diwakili dengan kurva merah (variabel yang diubah) atau dapat dilihat
nilai Tz-nya yang merupakan nilai penjumlahan dari Ton dan Toff pada tabel 6.1.

Untuk pengukuran suhu otomatis dua posisi dengan hysteresis menunujukkan tidak
terlalu seringnya terjadi pergantian dari output y(t) terhadap waktu sehingga hal tersebut
dapat membuat umur dari kontroller itu sendiri dan alat alat yang terhubung pada
rangkaian menjadi lebih panjang, terjadinya pergantian dari output y(t) terhadap waktu
tersebut dapat dilihat pada gambar 6.2, gambar 6.3 dan gambar 6.4 yang diwakili dengan
kurva merah (variabel yang diubah) atau dapat dilihat nilai Tz-nya yang merupakan nilai
penjumlahan dari Ton dan Toff pada tabel 6.1.

Selain itu, percobaan pengukuran suhu otamatis dua posisi tanpa hysteresis memiliki nilai
Trise (waktu yang dibutuhkan untuk mengubah variabel yang diubah untuk pertama kalinya
dari nilai maksimum ke nilai minimum) yang lebih tinggi saat output variabel terkontrol
(kurva biru) mencapai keadaan steady dibandingkan percobaan pengukuran suhu otamatis
dua posisi tanpa hysteresis. Dari hal tersebut dapat dikatakan bahwa percobaan pengukuran
suhu otamatis dua posisi tanpa hysteresis lebih baik outputnya dalam mencapai keadaan
steady dibandingkan dengan percobaan pengukuran suhu otamatis dua posisi dengan
hysteresis. Tentu hal ini berdampak pada efisiensi kerja dari rangkaian tersebut.

Perbandingan hasil pengamatan praktikum dengan hasil praktikum teori memiliki


perbedaan hasil yang cukup berbeda. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor yang
pertama; kesalahan dari software (softlab) yang digunakan, Ketika melakukan simulasi step
response plotter terjadi error beberapa kali saat simulasi pada channel A dan channel B,
dimana tools-nya tidak dapat diakses dan sulit untuk dioperasikan. Yang kedua; kesalahan
pada praktikan, yaitu penempatan kursor mouse untuk mendapatkan nilai variabel yang
terkadang kurang tepat. Yang ketiga; suhu peralatan yang mempengaruhi pengambilan hasil
simulasi.

VIII. Daftar Pustaka

Jobsheet Laboratorium Elektronika Daya Makassar: Politeknik Negeri Ujung Pandang.


Spirax Sarco. 2021. Basic control theory. (online) dalam https://www.spiraxsarco.com/learn-
about-steam/basic-control-theory/basic-control-theory, diakses tanggal 5 April 2021.

x-engineer. 2021. On-off control system. (online) dalam https://x-engineer.org/terms-conditions/


, diakses tanggal 5 April 2021.

Electrical4U. 2021. On-off control controller. (online) dalam https://www.electrical4u.com/on-off-


control-theory-controller/ , diakses tanggal 5 April 2021.

Anda mungkin juga menyukai