Jurnal Forum Pendidikan APRIL 2018
Jurnal Forum Pendidikan APRIL 2018
FORUM PENDIDIKAN
Fakultas Ilmu Pendidikan UNIMA
Volume 14 Nomor 1 APRIL 2018
TIM REDAKTUR
PENGARAH
KETUA REDAKSI
PENYUNTING PELAKSANA
STAF REDAKSI
Giovanni Poluakan, S.Psi
PANDUAN PENULISAN NASKAH
Forum Pendidikan, sebagai jurnal ilmiah bidang pendidikan, menerima kiriman naskah
dari para penulis yang berhasrat mengkomunikasikan hasil penelitian dan telaah/kajian
teoritik yang konseptual dalam bidang pendidikan.
Naskah yang masuk dan diterima redaksi akan dipertimbangkan untuk dimuat, apabila
memenuhi persyaratan sebagai berikut :
1. Naskah diketik spasi tunggal, dengan huruf Times New Roman, dalam kertas
kuarto sepanjang maksimum 10 halaman.
2. Naskah diketik melalui komputer dengan program microsoft (MS Word) dan bila
terdapat gambar, bagan atau foto maka disertakan dalam bentuk file gambar, dan
disertai dalam bentuk print out dan CD.
3. Naskah ditulis dalam Bahasa Indonesia sesuai dengan kaidah-kaidah yang
berlaku
4. Untuk laporan penelitian, sistematika penulisan terdiri atas : (a) Abstrak, (b)
Pendahuluan, (c) Metodologi Penelitian, (d) Hasil dan Pembahasan, (e) Simpulan
dan Saran, dan (f) Daftar Pustaka
5. Untuk telaah/Kajian sistematika penulisan terdiri atas : (a) Abstrak, (b)
Pendahuluan, (c) Pembahasan, (d) Simpulan dan Saran, dan (f) Daftar Pustaka.
6. Setiap penulisan mencantumkan biodata yang meliputi identitas diri, riwayat
pendidikan dan pekerjaan, karya dan aktifitas lain yang dianggap penting.
7. Setiap naskah yang masuk ke redaksi akan disunting kembali oleh Tim
Penyunting. Apabila dianggap layak akan diterbitkan dan dipertimbangkan tidak
dapat dimuat akan dikembalikan atau diinformasikan.
PENERBITAN
Frekuensi terbit Jurnal Forum Pendidikan dalam satu volume sebanyak dua nomor
per tahun (April dan Oktober)
ALAMAT
Fakultas Ilmu Pendidikan UNIMA
Jl. Kaaten Matani I Tomohon
Telp. 0431-353685
Email :
Alinrikputal@yahoo.com
DAFTAR ISI
JURNAL FORUM PENDIDIKAN
Fakultas Ilmu Pendidikan UNIMA
Volume 14 Nomor 1 APRIL 2018
ii
“Pengaruh Komunikasi Interpersonal Terhadap Motivasi Belajar ....” Anderson Sengkey
Anderson Sengkey
Fakultas Ekonomi UNIMA
ABSTRAK
Tujuan penelitian untuk mengetahui apakah motivasi interpersonal guru berpengaruh terhadap motivasi
belajar siswa. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survey penelitian. Metode survey
penelitian yang mengambil sampel dari satu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data
yang pokok. Hasil dari penelitian ini ialah (1) komunikasi interpersonal guru mempunyai pengaruh terhadap
motivasi belajar siswa pada mata pelajaran Ekonomi di SMK, (2) komunikasi belajar interpersonal guru juga
mempunyai hubungan yang signifikan dengan motivasi belajar, semakin baik komunikasi siswa dan guru maka
motivasi belajar siswa juga akan semakin meningkat, dan (3) komunikasi interpersonal guru sangat penting dan
perlu dilakukan kepada siswa, karena apabila motivasi belajar siswa semakin tinggi maka pada akhirnya prestasi
belajar siswa juga akan semakin meningkat.
Kata Kunci : komunikasi interpersonal, motivasi belajar.
PENDAHULUAN
Bagi bangsa Indonesia, usaha di pendidikan nasional. Hal ini dipandang
bidang pendidikan mengacu pada tujuan penting karena pembangunan di bidang
pendidikan nasional Nomor 20 tahun 2003, pendidikan merupakan salah satu kunci
khususnya tentang fungsi dan tujuan keberhasilan. Berbagai cara telah dilakukan
pendidikan nasional yaitu : “Pendidikan oleh pemerintah agar tercapai sasaran
nasional berfungsi mengembangkan pendidikan antara lain dengan
kemampuan dan membentuk watak serta penyempurnaan kurikulum, pemerataan
peradaban bangsa yang bermartabat dalam guru-guru, juga mengadakan sarana dan
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, prasarana yang memadai. Semua itu untuk
bertujuan untuk mengembangkan potensi menunjang kebijakan pemerintah dalam
peserta didik agar menjadi manusia yang rangka meningkatkan mutu pendidikan.
beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Kemampuan interpersonal ini harus
Maha Kuasa, berakhlak mulia, sehat, dimiliki oleh guru untuk mengetahui respon
berilmu, cakap, berkreatif, mandiri, dan balik dari peserta didik dalam proses belajar
menjadi warga yang demokratis serta mengajar, apakah respon yang positif, netral,
bertanggung jawab” (R. Eko Indrajit dan R. ataupun negatif. Selanjutnya guru dapat
Djokopranoto, 2006:376). Pembangunan menentukan tindakan dalam rangka
pendidikan selalu terkait dengan menindaklanjuti respon yang diberikan oleh
peningkatan mutu hasil belajar. Peningkatan siswa, yang tentunya mempunyai respon
mutu pendidikan adalah salah satu upaya yang beragam sesuai dengan karkater yang
dalam rangka pembangunan di bidang ada dalam masing-masing siswa. Misalnya
ada yang merespon dengan langsung siswa dalam arti guru tidak mau mengikuti
bertanya kepada guru, merespon dengan adanya kesetaraan guru dan siswa; guru
menganggukkan kepala, dan hanya kurang menunjukkan perasaan positif dalam
tersenyum. Oleh karena itu respon yang bentuk sikap dan perilaku, perhatian guru
harus dilakukan oleh guru pun harus hanya kepada beberapa siswa, misalnya
bervariasi sesuai dengan respon masing- siswa yang mengikuti ekstrakurikuler
masing siswa. tertentu, yang seharusnya guru harus
Kemampuan komunikasi interpersonal memberikan perhatian yang sama kepada
guru inilah dapat juga mempengaruhi semua siswa.
motivasi belajar siswa. Dalam melaksanakan Hal ini mengakibatkan siswa belum
aktivitas belajarnya siswa memerlukan mampu menerima materi dengan baik,
motivasi baik intrinsik maupun ekstrinsik motivasi belajar siswa masih rendah, siswa
agar dapat menghasilkan prestasi belajar kurang aktif dalam kegiatan belajar dan
sesuai dengan tujuan pembelajaran. Peranan mengajar, dan iklim bertanya siswa yang
guru sebagai motivator sangat diperlukan kurang kondusif. Kemampuan komunikasi
untuk meningkatkan gairah dan semangat interpersonal guru dan respon positif dari
belajar siswa, disinilah guru dituntut untuk siswa ini merupakan modal yang kuat dalam
memiliki kemampuan komunikasi yang baik mewujudkan tujuan belajar, karena semakin
(Nurhidayah, 2013:41). banyak siswa melakukan komunikasi
Rendahnya hasil belajar di sekolah dengan para siswa, siswa akan merasa
dikarenakan siswa tidak memiliki motivasi termotivasi untuk belajar. Masalah seperti
belajar yang tentunya datang dari kurangnya komunikasi interpersonal guru
komunikasi interpersonal guru, ini dengan siswa ini membutuhkan
disebabkan juga karena komunikasi antara penyelesaian yang serius, karena siswa
guru dan siswa masih kurang optimal, hal ini sebagai penerus bangsa harus diperhatikan
dapat dilihat dari kurangnya empati guru oleh semua kalangan, khususnya oleh semua
terhadap keadaan siswa, contohnya, pihak yang terkait di sekolah seperti salah
kurangnya perhatian guru ketika ada siswa satunya guru, karena gurulah yang paling
yang sudah berhari-hari tidak masuk berperan penting untuk membuat siswanya
sekolah; kurang bersedia terbuka dalam bias mencapai tujuan pembelajaran yaitu
menerima masukan siswa, guru hanya mempunyai pengetahuan yang banyak dan
sebagai pemberi materi belajar, ketika prestasi belajar siswa akan lebih meningkat
selesai memberikan materi guru langsung lagi.
memberikan tugas tertulis tanpa Hal inilah yang menarik perhatian
memberikan kesempatan kepada siswa peneliti untuk melakukan penelitian dengan
untuk bertanya; kurangnya interaksi yang berkolaborasi bersama 2 (dua) mahasiswa
terbuka dengan siswa; guru hanya yang sama-sama membahas tentang hal-hal
melaksanakan tugasnya sebagai seorang yang perlu diperhatikan demi terwujudnya
pengajar tanpa mau mendekatkan diri keberhasilan dalam belajar.
kepada siswa, adanya jarak antara guru dan
METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan dalam bernama Calvein El Roy Orah (NIM
penelitian ini adalah metode survey 11310905) dengan judul penelitiannya
penelitian. Metode survey penelitian ini “Pengaruh Kondisi Ekonomi Keluarga
adalah penelitian yang mengambil sampel Terhadap Minat Belajar Siswa Kelas XI IPS
dari satu populasi dan menggunakan di SMA Negeri I Kawangkoan” dan
kuesioner sebagai alat pengumpulan data mahasiswa yang bernama Petrinella Kandis
yang pokok (Sugiyono, 2008). (NIM 12313413) dengan judul penelitiannya
Penelitian dilaksanakan dengan “Pengaruh Pengelolaan Kelas Terhadap
berkolaborasi bersama 2 mahasiswa dengan Hasil Belajar Siswa Kelas VII Pada Mata
subjek penelitian dan lokasi penelitian yang Pelajaran IPS Terpadu di SMP Negeri I
berbeda. Penelitian oleh mahasiswa yang Airmadidi.
NO X Y X2 Y2 XY
1 80 83 6400 6889 6640
2 85 90 7225 8100 7650
3 85 85 7225 7225 7225
4 90 92 8100 8464 8280
5 80 82 6400 6724 6560
6 87 90 7569 8100 7830
7 89 90 7921 8100 8010
8 85 85 7225 7225 7225
9 90 85 8100 7225 7650
10 80 81 6400 6561 6480
11 85 86 7225 7396 7310
12 85 84 7225 7056 7140
13 80 80 6400 6400 6400
14 90 90 8100 8100 8100
15 90 85 8100 7225 7650
16 82 85 6724 7225 6970
17 86 85 7396 7225 7310
18 85 87 7225 7569 7395
19 85 85 7225 7225 7225
20 80 85 6400 7225 6800
21 80 81 6400 6561 6480
NO X Y X2 Y2 XY
22 80 82 6400 6724 6560
23 85 87 7225 7569 7395
24 85 84 7225 7056 7140
25 80 80 6400 6400 6400
26 86 88 7396 7744 7568
27 90 89 8100 7921 8010
28 79 80 6241 6400 6320
29 80 80 6400 6400 6400
30 85 85 7225 7225 7225
31 80 80 6400 6400 6400
32 80 72 6400 5184 5760
Jumlah 2689 2703 227222 228843 227508
11889 t= 3,80
r=
14691 x 9260 Dari hasil analisis data sudah didapat
thitung = 3,80 > ttabel = 2,04 yang
11889
r= membuktikan bahwa hipotesis (H0) ditolak.
677222910
Ini berarti dalam taraf nyata = 0,05.
11889
r= Penelitian ini memperlihatkan bahwa
26023506873 komunikasi interpersonal guru mempunyai
r = 0,57 pengaruh terhadap motivasi belajar siswa
Untuk mengetahui seberapa besar
kelas XI Jurusan AP pada mata pelajaran
tingkat signifikansi hubungan antara Ekonomi di SMK.
variabel dependen dengan variabel
Pembahasan Hasil Penelitian
independen, maka digunakan koefisien Sebagaimana yang telah diuraikan bab
determinasi (r2 x 100) = 0,57 x 0,57 x 100 =
terdahulu bahwa penulisan ini bertujuan
33. untuk mengetahui seberapa besar pengaruh
r = 0,33 Komunikasi Interpersonal Guru terhadap
r2 = 33% Motivasi Belajar Siswa Kelas XI Jurusan AP
Untuk mengetahui diterima tidaknya pada mata pelajaran Ekonomi di SMK. Dan
hipotesis dari penulis maka dilakukan uji t juga telah diuraikan pada kajian teori bahwa
dengan derajat kebebasan (n – 2) yaitu (32 – penelitian juga untuk mengetahui adanya
2) 30. Besarnya ttabel yaitu t0,95 = 2,04 dengan hubungan antara komunikasi interpersonal
@ (taraf nyata) 0,05. guru motivasi belajar siswa.
H0 = Komunikasi Interpersonal guru
Maka dengan berlandaskan teori-teori
mempunyai pengaruh terhadap tersebut, telah diadakan penelitian di SMK
motivasi belajar siswa kelas XI pada mata pelajaran Ekonomi. Setelah
Jurusan AP pada mata pelajaran selesai menjalankan pengolahan data dan
Ekonomi di SMK.
analisis data melalui teknik pengolahan data
r n2 maka dapat dibahas hasil penelitian sebagai
t=
1 r2 berikut :
Komunikasi interpersonal guru
0,57 32 2 mempunyai pengaruh terhadap motivasi
t=
1 (0,57) 2 belajar siswa ini menunjukkan bahwa
komunikasi antara guru dan siswa sangatlah
0,57 30
t= penting dan perlu dilakukan agar siswa lebih
1 0,33
termotivasi lagi untuk belajar, karena
0,57 x 5,47 gurulah yang berperan penting di sekolah
t=
1 0,33 untuk memotivasi siswa agar semakin guat
0,57 x 5,47 untuk belajar. Apabila motivasi belajar
t= siswa semakin meningkat maka pada
0,67
akhirnya prestasi belajar siswa juga akan
3,1179
t= semakin baik.
0,67
DAFTAR PUSTAKA
Agus M. Hardjana, 2003. Komunikasi Mulyana, Deddy. 2012. Ilmu Komunikasi:
Interpersonal. Yogyakarta: Graha Suatu Pengantar. Bandung: Remaja
Ilmu. Rosdakarya.
Anwar, Arifin. 1984. Strategi Komunikasi Nasution, 1982. Teknologi Pendidikan.
Sebuah Pengantar Ringkas. Bandung: Bandung: Bumi Aksara.
Armico. Rosmawati, 2010. Mengenal Ilmu
Devito, Joseph. 1997. Komunikasi Antar Komunikasi. Widya Pajajaran.
Manusia. Jakarta: Profesional Books. Uno, Hamzah. 2007. Motivasi Dalam
Hamalik, Oemar. 2008. Proses Belajar Pembelajaran. Malang: UIN-Malang
Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara. Press.
Aldjon Dapa
Fakultas Ilmu Pendidikan UNIMA
e-mail : aldjondapa@unima.ac.id
ABSTRAK
Tujuan penelitian untuk meningkatkan kemampuan motorik halus anak autis dengan terapi Musik di SLB
Khusus Autis Hiskia Manado. Penelitian ini menggunakan penelitian subjek tunggal (single subject research) atau
SSR yang termasuk penelitian eksperimental yang lebih mengfokuskan pada skor atau kinerja individual dari pada
kinerja kelompok. Desain SSR yang digunakan adalah desain Metode A-B-A dan telah menunjukkan sebab akibat
antara variable independen dan variable dependen. Sasaran perilaku dicatat pada kondisi baseline A1 dengan periode
waktu tertentu dan hal ini dilakukan pada kondisi Intervensi B. Subyek penelitian adalah seorang anak yang duduk
di Sekolah Khusus Autis Hizkia School Manado. berdasarkan data hasil penelitian yang telah disajikan pada grafik
persentase di kelas, grafik batang tentang rata-rata persentase meningkatnya kemampuan motorik halus, beserta
dengan analisis hasil penelitian yang telah dipaparkan, memberikan gambaran bahwa kemampuan motorik halus
anak autis di Sekolah Khusus Autis Hizkia Manado dapat ditangani dengan terapi musik, secara signifikan
mendukung penanganan dan peningkatan kemampuan motorik halus anak Autis.
Kata Kunci : Terapi Musik, Motorik Halus, Anak Autis.
PENDAHULUAN
Autisme merupakan fenomena yang sebelumnya, perkiraan terbaru adalah 6 dari
masih menyimpan banyak rahasia walaupun 1.000 anak menderita kelainan ini (Papalia,
telah diteliti lebih dari 60 tahun yang lalu. Olds, dan Feldman, 2007). Sampai saat ini
Autisme, sebuah kelainan fungsi otak yang belum dapat ditemukan penyebab pasti dari
parah, ditandai dengan kemunduran gangguan autisme ini, sehingga belum dapat
interaksi sosial, kelemahan dalam dikembangkan cara pencegahan maupun
berkomunikasi dan berimajinasi, dan penanganan yang tepat. Pada awalnya
memiliki lingkup aktivitas dan ketertarikan autisme dipandang sebagai gangguan yang
yang sangat terbatas. Kelainan tersebut disebabkan oleh faktor psikologis, yaitu pola
biasanya muncul pada tiga tahun pertama pengasuhan orangtua yang tidak hangat
dan akan terus berlangsung hingga rentang secara emosional. Barulah sekitar tahun
waktu yang bervariasi. Empat dari lima 1960 dimulai penelitian neurologis yang
autisme adalah laki-laki (Papalia, Olds, dan membuktikan bahwa autisme disebabkan
Feldman, 2007). oleh adanya abnormalitas pada otak. Pada
Autisme adalah salah satu kelompok awal tahun 1970, penelitian tentang ciri-ciri
Autistic Spectrum Disorders (ASD) yang anak autisme berhasil menentukan kriteria
dapat merentang dari ringan sampai parah, diagnosis yang selanjutnya digunakan dalam
dan semakin menjadi umum ketimbang DSM-III. Gangguan autisme didefinisikan
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan penelitian kinerja individual dari pada kinerja
subjek tunggal (single subject research) atau kelompok. SSR merupakan simple and
SSR yang termasuk penelitian eksperimental repeated time series design (Campbell &
yang lebih mengfokuskan pada skor atau Stanley, 1966) dalam Tombokan Runtukahu
(2005). SSR cocok digunakan pada (mainan), makanan atau hal-hal istimewa
penelitian pendidikan khusus untuk yang disukai anak.
implemntasi prosedur atau strategi Penelitian ini dilaksanakan di dalam
modifikasi perlaku pada anak berkebutuhan ruangan terapi/kelas yang hanya
khusus dengan kemapuan terbatas (servere dikhususkan untuk satu anak autis dan satu
handicaps) (Homer, 2005). guru, yang di dalamnya berisi meja, kursi,
Desain SSR yang digunakan adalah satu tempat tidur, alat-alat terapi beserta
desain Metode A-B-A dan telah instrument yang sudah di siapkan oleh
menunjukkan sebab akibat antara variable peneliti. Dengan posisi satu kursi untuk guru
independen dan variable dependen. Sasaran dan satu kursi untuk anak,dengan posisi
perilaku dicatat pada kondisi baseline A1 guru berhadapan langsung dengan anak
dengan periode waktu tertentu dan hal ini yang dibatasi meja. Posisi pelaksanaan
dilakukan pada kondisi Intervensi B. Setelah intervensi di sudut ruangan terapi/kelas yang
pengukuran perilaku pada kondisi B, berada jauh dari pintu keluar ruangan.
lakukan pengukuran perilaku pada kondisi Ruangan dan posisi seperti ini bertujuan
baseline ke dua (A2). untuk menghindarkan anak dari intervensi
Pada saat anak diberikan instruksi dan yang lain sehingga memudahkan proses
anak tidak dapat melakukan maka diberikan intervensi.
prompt untuk memudahkan dia melakukan Subyek penelitian adalah seorang anak
latihan. Adapun latihan intruksi yaitu yang duduk di Sekolah Khusus Autis Hizkia
sebagai berikut: School Manado.
1. Pertama anak dibantu untuk memahami Data dalam penelitian ini dikumpulkan
tentang pengertian konsentrasi. dengan teknik cara yaitu :
2. Kedua anak bisa memahami konsep dari 1. Observasi, pengamatan langsung yang
konsentrasi. dilakukan dengan sengaja dan sistematis
3. Setelah anak memahami konsep,anak di 2. Wawancara, untuk mendapatkan
latih untuk berkosentrasi. informasi dan pendapat tentang
4. Anak dibantu untuk sudah bisa kemampuan berbicara anak autis
konsentrasi dengan baik dan benar. Pengolahan data dilakukan secara
5. Dan terakhir, mendengarkan musik kualitatif mengacu pada catatan yang ada
dilakukan secara berulang-ulang agar dengan menganalisis peningkatan
anak bisa berkosentrasi dengan baik. kemampuan berkosentrasi pada anak autis.
Apabila anak sudah bisa berkosentrasi Hipotesis tindakan dalam penelitian
dalam dengan baik dan benar, maka adalah sebagai berikut : “terapi musik dapat
berikan imbalan berupa pujian, benda meningkatkan kemampuan berkosentrasi
pada anak autis.”
7. 30
8. 30
9. 40
10. 40
11. 30
12. 30
13. 40
14. 30
15. 40
16. 40
17. 40
18. 50
19. 40
20. 50
21. 50
22 50
Rekapitulasi di atas adalah secara data awal kosentrasi belajar, kemudian
keseluruhan sesi-sesi yang dilakukan dilakukan Intervensi dengan menggunakan
peneliti mulai baseline awal, intervensi dan musik selama 14 sesi. Dan 4 Sesi terakhir
baseline akhi. 4 sesi awal dimulai dengan adalah data akhir setelah intervensi.
Gambar.4.1 Grafik Peningkatan Kemampuan Motorik Halus
60
50
Jumlah % Kosentrasi Belajar
40 0
10
30 20
30
20 40
50
10
60
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22
Sesi
Melihat tampilan data pada Grafik di variabel, berada pada rentang terbesar
atas yang terjadi pada setiap kondisi dapat 50% dan terkecil 10%. Jejak data
dijelaskan seperti berikut : menurun dan efek positif dapat diartikan
1. Peningkatan Kemampuan Motorik Halus adanya perubahan peningkatan
Untuk baseline A1 Kosentrasi belajar kemampuan motorik halus pada anak
anak terhadap pelajaran yaitu 10%, 20%, autis.
10%, dan 0%. Perubahan level pada Pada fase baseline A2 data diperoleh
pengamatan sesi pertama adalah 10% dan sebanyak 4 sesi dengan skor Sesi pertama
sesi ke dua 20%, sesi ketiga 10% dan ke 40%, sesi kedua 50%, sesi ketiga 50%
empat 0% dengan demikian peningkatan dan sesi keempat 50%. Level perubahan
kemampuan motorik halus menurun, dan skor pertama 40% dan terakhir 50% dan
rentang berada pada skor 20% dan 0%. demikian skor perubahan 10% membaik.
Kondisi Intervensi B1, pengamatan dan Perubahan skor awal dan akhir adalah
pengumpulan data dilakukan dalam 14 sesi pertama 40% dan sesi akhir
sesi. Skor peningkatan kemampuan 50%.berdasarkan estimasi kecenderungan
motorik halus yaitu sesi pertama 10 %, arahnya meningkat, jejak data meningkat
sesi kedua 20%, sesi ketiga 30%, sesi dengan efek positif.
keempat 30%, sesi kelima 40%, sesi Data tersebut dimasukkan kediagram
keenam 40%, sesi ketujuh 30%, sesi batang dengan persentase 3 sesi baseline
kedelapan 30%, sesi kesembilan 40%, A1 yaitu 10% pada 14 Intervensi
sesi kesepuluh 30%, sesi kesebelas 40%, kemampuan motorik halus meningkat
sesi keduabelas 40%, sesi ketigabelas menjadi 33% dan pada baseline akhir
50%. perilaku meningkat menjadi 47,55 dan
Perubahan level pada sesi pertama skor semakin menetap sampai selesai
10%dan sesi keempatbelas dengan skor penelitian seperti yang ditunjukkan pada
50% ada peningkatan dan membaik diagram Batang di bawah ini :
sedangkan kecenderungan stabilitas
Gambar. 4.2 Grafik Persentase Rata-rata Peningkatan kemampuan motorik halus
50
65
45
60
40
55
35
50
Rata - rata
30
25 45
20 40
15 35
10 30
5 25
0
20
A1 B1 A2
Perbandingan B1/A1-A2
Jumlah Variabel yang berubah 1
Perubahan Stabilitas Trend dan Efek Turun (-) datar (=)
Perubahan Level (7-13) (40-55)
(-6) (-15)
PND Persentasi Tumpang Tindih 1:13=75% 1:4=25%
Ket: PND – Persentase tumpang tindih = jumlah titik data yang sama pada A1 dan B di bagi dengan panjang kelas
pada kondisi B dikalikan 100%.
Pembahasan dengan menggunakan musik melalu musik
Untuk menjawab pertanyaan “apakah nyanyian.
kemampuan motorik halus pada anak autis Pelaksanaan intervensi dilaksanakan
di Sekolah Khusus Autis Hizkia Manado bersamaan dengan waktu belajar rutin siswa
dapat ditangani secara tepat? Dan Apakah disekolah disemua jam terapi dan proses
Penggunaan musik dapat meningkatkan belajar mengajar di kelas, bahwa proses
kemampuan motorik halus pada anak pelaksanaan penelitian tidak melibatkan
autis?,” maka berdasarkan data hasil peneliti untuk memberikan materi pelajaran
penelitian yang telah disajikan pada grafik dan terapi, agar memudahkan peneliti
persentase di kelas, grafik batang tentang melihat secara mendetail aktifitas di dalam
rata-rata persentase meningkatnya kelas.
kemampuan motorik halus, beserta dengan Musik merupakan aplikasi atau
analisis hasil penelitian yang telah penerapan unik untuk meningkatkan
dipaparkan, memberikan gambaran bahwa kehidupan manusia dengan menciptakan
kemampuan motorik halus anak autis di perubahan-perubahan positif dalam perilaku.
Sekolah Khusus Autis Hizkia Manado dapat Musik merupakan cara mudah yang
ditangani secara tepat dan benar, jika ada bermanfaat positif bagi tubuh, psikis,
upaya dan kerjasama semua pihak yang meningkatkan daya ingat, dan hubungan
terkait dan pemilihan prosedur yang tepat sosial, dapat digunakan sebagai kesempatan
juga turut mendukung penanganan berinteraksi dan berkomunikasi dalam
kemampuan motorik halus tersebut, musik, agar dapat mengungkapkan dengan
kemudian diperoleh hasil yang valid bahwa segala cara baik menggunakan anggota
dengan penggunaan musik untuk tubuh, suara dan alat.
kemampuan motorik halus terdapat Terapi musik merupakan suatu usaha
peningkatan yang cukup signifikan. mendidik melalui pelajaran musik untuk
Dengan analisis yang telah menumbuhkan cipta, karsa, rasa estetik anak
digambarkan pada kondisi intervensi dapat didik dalam rangka mempengaruhi
kita lihat perilaku subyek mengalami perkembangan dan pertumbuhan
peningkatan sampai pada angka yang psikomotorik secara optimum.
ditargetkan yaitu 50. Peningkatan perilaku Terapi musik merupakan penggunaan
subyek disebabkan karena tepatnya musik (suara, irama, melodi dan harmoni)
penanganan intervensi yang dilakukan oleh seorang guru terhadap anak atau
sekelompok anak dalam proses membangun antara lain, keluarga, guru, latihan-latihan,
komunikasi, meningkatkan relasi media pembelajaran, dan harapan peneliti.
interpersonal, belajar, meningkatkan Akan tetapi R, harus sering mendengarkan
mobilitas, mengungkapkan ekspresi, menata musik dan melatih kosentrasi belajarnya
diri, mengembangkan potensi, memperbaiki setelah program ini berakhir agar tidak
fungsi individu atau mencapai tujuan terjadi penurunan.
lainnya agar dapat mencapai keberhasilan Efektivitas program juga didukung
dan kualitas hidup yang lebih baik oleh media yang digunakan berupa materi
(Djohan:2005). audio. Selama pembelajaran terlihat bahwa
Musik juga telah dikenal sejak lama R menikmati materi yang diberikan baik
sebagai salah satu alat yang digunakn untuk berupan musik intrumen,dan musik
memperbaiki kesehatan fisik, interaksi sosial nyanyian, maupun aktifitas – aktivitas
yang positif, ekspresi emosi secara alamiah tambahan yang menggunakan media audio,
dan meningkatkan kesadaran diri. Dalam ia lebih mudah berkosentrasi dalam hal
musik biasanya juga dilakukan dengan belajar selama intervensi.
kegiatan bernyanyi, belajar dengan gerakan, Faktor terakhir yang juga
kegiatan bernyanyi juga memiliki manfaat mempengaruhi keberhasilan program adalah
fisik karena itu termasuk dalam aktifitas harapan peneliti. Oleh karena peneliti sendiri
yang meningkatkan kadar oksigen dalam yang memberikan intervensi, maka peneliti
peredaran darah dan melatih otot utama dari memiliki harapan besar untuk mencapai
tubuh bagian atas. Kemampuan dasar target program. Hal ini merupakan
yang sudah dimiliki subyek merupakan keuntungan karena harapan ini memotivasi
karakteristik yang menunjang prgram. Di peneliti untuk mengerahkan usaha yang
samping itu, faktor internal dan eksternal besar dalam penelitian.
juga mempengaruhi keberhasilan program
DAFTAR PUSTAKA
Handoyo, Y. (2004). Petunjuk praktis dan Sunanto, Juang, dkk. (2007). Pengantar
pedoman materi untuk mengajar anak Penelitian Subjek Tunggal. Jakarta :
normal, autis, dan prilaku lain. Jakarta: Depdiknas.
PT Bhuana Ilmu Populer. Siegel., Bryna, M.B. & Kronberg, R. (1996).
. . . .. .. .. . (2009). Autisme (Menyiapkan Understanding and Treating Autistic
anak autis untuk mandiri dan masuk Spectrum Disorders. New York:
sekolah regular dengan metode ABA Oxford University.
Basic). Jakarta:Pt.Buana Ilmu popular Sutadi R. dkk. (2000). Penatalaksanaan
Judarwanto, W. (2006). Deteksi Dini dan Holistik Autisme. Jakarta: FKUI.
Skrening Autis, (Makalah) Jakarta Tita, F. (2000). Autisma dan Imunisasi.
Mulana, M. (2007). Mendidik Anak Autis Bandung: Pusat Pengembangan
dan Gangguan Mental Lain Menuju Potensi Anak YSK.
Anak Cerdas dan Sehat, Katahati, New Tombokan-Runtukahu, J. (2001).
York Pemaparan dan Analisa Grafik
Purwanta, Edi. (2005). Modifikasi Perilaku, Penelitian dengan Subjek Tunggal.
Alternatif Penanganan Anak LB. Makalah tidak dipublikasikan. FIP-
Jakarta : Depdiknas. UNIMA.
Jeconya E. Lengkong
Fakultas Ilmu Pendidikan UNIMA
ABSTRAK
Tujuan penelitian untuk mendeskripsikan sejauhmana kemampuan berbicara anak dapat meningkat melalui
penerapan kegiatan bermain peran di TK. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas dan model yang
digunakan adalah model proses. Penerapan kegiatan bermain peran dengan dua model pembelajaran dikembangkan
melalui dua siklus penelitian. Dalam setiap siklus penelitian ditempuh melalui empat tahap penelitian menyangkut :
perencanaan, pelaksanaan kegiatan, pengamatan dan refleksi. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini ialah : (1)
Pembelajaran dengan menggunakan metode bermain peran yang dilakukan dengan baik dapat meningkatkan
kemampuan berbicara pada anak kelompok B TK, dan (2) Pembelajaran rata-rata mencapai 50% pada siklus
pertama, dan 80% pada siklus kedua.
Kata Kunci : bermain peran, kemampuan berbicara.
PENDAHULUAN
Pendidikan TK merupakan wadah prasekolah, dan partisipasi masyarakat
untuk membantu pertumbuhan dan dalam menyelenggarakan Taman kanak-
perkembangan anak prasekolah lebih lanjut kanak terus didorong sekalipun pendidikan
yang tentu memerlukan wadah untuk prasekolah tidak termasuk syarat untuk
membantu mengembangkannya serta memasuki pendidikan dasar. Walaupun
perlunya disediakan fasilitas dan sarana tidak bersifat wajib, tetapi usia prasekolah
pendukung dalam berbagai bentuk seperti merupakan usia yang cukup menentukan
sarana pendidikan yang menunjang. Dalam dalam perkembangan dan pertumbuhan
ruang lingkup program kegiatan belajar TK karena anak berada dalam keadaan yang
yang meliputi: pembentukan perilaku sangat penting untuk menerima rangsangan-
melalui pembiasaan dalam pengembangan rangsangan dari luar. Masa 5-6 tahun dalam
moral pancasila, agama, disiplin, perasaan/ kehidupan anak merupakan masa dimana
emosi dan kemampuan bermasyarakat, serta perkembangan fisik motorik, intelektual,
pengembangan kemampuan dasar melalui emosional, bahasa serta sosial berlangsung
kegiatan yang dipersiapkan oleh guru dengan sangat cepatnya, sehingga
meliputi pengembangan kemampuan menentukan masa depan anak. Dengan
berbahasa, daya pikir, daya cipta, demikian betapa pentingnya pendidikan
keterampilan dan jasmani. awal bagi hidup selanjutnya. Telah
Untuk itu peran TK sebagai tempat disebutkan bahwa pada usia TK,
pembinaan proses perkembangan anak usia perkembangan bahasa berlangsung begitu
4-6 tahun merupakan upaya memberikan cepat, karena itu stimulasi yang diberikan
kesempatan belajar bagi anak usia dalam bidang bahasa juga harus tepat.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian bermain bilangan buah pada gambar pohon
tindakan kelas dan model yang digunakan dan metode bercerita dengan media gambar.
adalah model proses (Kemmis & Taggart, Dalam penelitian ini yang menjadi
1988). Penerapan kegiatan bermain peran data utama adalah mahasiswa, dosen, guru
dengan dua model pembelajaran TK dan siswa yang menjadi subjek
dikembangkan melalui dua siklus penelitian. penelitian. Mahasiswa tersebut secara
Dalam setiap siklus penelitian ditempuh kolaboratif dilibatkan dalam penelitian dan
melalui empat tahap penelitian menyangkut pembekalan pembelajaran dengan penerapan
: perencanaan, pelaksanaan kegiatan, kegiatan bermain peran. Tujuan
pengamatan dan refleksi. diadakannya pembekalan adalah untuk
Penelitian kolaborasi di bawah ini menyamakan persepsi tentang penerapan
menggambarkan jenjang dan tahapan kegiatan bermain peran antara dosen,
penelitian kaji tindak dan pengembangan mahasiswa dan guru-guru TK di mana
pembelajaran melalui penerapan kegiatan penelitian ini dilaksanakan. Mahasiswa yang
bermain peran dengan menggunakan dua dilibatkan dalam penelitian ini harus
metode pembelajaran, yakni melalui menerapkan penerapan kegiatan bermain
peran ketika mereka mengajar untuk digunakan check-list berskala 0-100% atas
kepentingan penelitian di sekolah dasar. beberapa komponen yang dinilai. Data yang
Untuk setiap model pelaksanaan diperoleh akan dianalisis dengan
pembelajaran yang diterapkan selalu perhitungan persentase dan rata-rata hasil
dipantau oleh tim peneliti. Teknik dan alat belajar siswa dilakukan dengan
pemantauan yang digunakan adalah membandingkan hasil pencapaian kegiatan
pengamatan partisipan dengan lembar belajar mengajar melalui siklus penelitian,
observasi, check list dan catatan lapangan, dengan menggunakan rumus:
wawancara dengan guru dan siswa, dan data T
dokumen sekolah. Data-data yang terkumpul KB = Tt
X 100%
dianalisis dengan teknik analisis sesuai sifat Sedangkan data lainnya diolah dengan
data. Penilaian rancangan model teknik analisis yaitu untuk pengujian dalam
pembelajaran oleh dosen dan mahasiswa menemukan jawaban pertanyaan-
calon guru serta efektivitas pembelajaran pertanyaan.
Indikator Penilaian
No Nama Anak Nilai
1 2 3 4 5
1 Anak 1 V - V V - ***
2 Anak 2 V V V V - ****
3 Anak 3 V - V V V ****
4 Anak 4 V - V V V ****
5 Anak 5 V - - - - *
6 Anak 6 V - - - - *
7 Anak 7 V V - - - **
8 Anak 8 V V - - V ***
9 Anak 9 V V - - - **
10 Anak 10 V V - - V ***
11 Anak 11 V V - V V ****
12 Anak 12 V V V V V *****
13 Anak 13 V V V V ****
14 Anak 14 V - V V V ****
15 Anak 15 V V V V V *****
16 Anak 16 V - - - - *
17 Anak 17 V V - - - **
18 Anak 18 V V V V V *****
19 Anak 19 V V V - V ****
20 Anak 20 V V V V V *****
Jumlah nilai * : 3 anak
Jumlah nilai ** : 3 anak
Jumlah nilai *** : 3 anak
Jumlah nilai **** ; 7 anak
Jumlah nilai ***** : 4 anak
4 Anak 4 V - 3 - 3 ***
5 Anak 5 V V V - V ****
6 Anak 6 V V V V - ****
7 Anak 7 V V - V V ****
8 Anak 8 V V - - V ***
9 Anak 9 V V V V V *****
10 Anak 10 V V V V V *****
11 Anak 11 V V - V V ****
12 Anak 12 V V V V V *****
13 Anak 13 V V V V V ****
14 Anak 14 V - V V V ****
15 Anak 15 V V V V V *****
16 Anak 16 V V A/ V - ****
17 Anak 17 V V V V - ****
18 Anak 18 V V V V V *****
19 Anak 19 V V V - V ****
20 Anak 20 V V V V 3 *****
Jumlah nilai * : - anak
Jumlah nilai ** : - anak
Jumlah nilai *** : 3 anak
Jumlah nilai **** : 11 anak
Jumlah nilai ***** : 6 anak
% meningkat menjadi 85%. Dengan bermain peran ini baik untuk diterapkan
demikian terjadi kenaikan dari siklus 1 ke dalam pembelajaran terutama dalam
siklus 2 kenaikannya 17% (85%- pengembangan kemampuan berbicara dan
68%=17%). berbahasa. Namun harus diperhatikan dalam
Tingkat keberhasilan pelaksanaan penyediaan alat bermain peran haruslah
siklus 1 adalah 68 % anak aktif mengikuti yang dapat menarik minat anak, walaupun
pembelajaran, sedangkan pada siklus 2 anak alat atau media tersebut dalam bentuk yang
berhasil 85%. Jika kedua siklus tadi paling sederhana sekalipun.
dibandingkan maka siklus 2 lebih berhasil Sehingga untuk menerapkan metode
dari siklus 1, maka pada siklus 2 terdapat ini perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut
keunggulan-keunggulan sebagai berikut: 1) antara lain:
menunjukkan rata-rata anak tertarik pada 1. kesiapan guru dalam pengguasan metode
kegiatan bermain peran; 2) anak menjadi yang akan digunakan;
berani tampil dan dapat mengungkapkan 2. ketersediaan media;
imajinasinya dalam bermain peran; 3) anak 3. kemampuan guru mengelola
mampu memainkan beberapa peran dengan pembelajaran.
baik; 4) anak terlibat aktif dalam Berdasarkan hasil belajar secara
pembelajaran di kelas; 5) anak dapat klasikal individual dan kelompok serta
melaksanakan kegiatan dengan pencapaian indikator yang ditetapkan maka
menyenangkan melalui bermain peran. penelitian ini masih menyisakan
Melihat hasil dari penelitian tindakan permasalahan, untuk itu penelitian tindakan
kelas ini, maka dapat dikatakan metode kelas ini perlu ditindaklanjuti.
DAFTAR PUSTAKA
Aisyah, Siti, dkk. 2009. Pembelajaran Nurbiana Dhieni, dkk. 2007. Metode
Terpadu. Jakarta: Universitas Terbuka. Pengembangan Bahasa. Jakarta:
A. Wasik. 2008. Pendidikan Anak Usia Universitas Terbuka.
Dim. Jakarta: PTINDEKS. Siti Aisyah dkk. 2007 Perkembangan dan
Depdikbud. 1998. Petunjuk Teknis Proses Konsep Dasar Pengembangan Anak
Belajar Mengajar di Taman Kanak- Usia Dini. Jakarta: Universitas
kanak. Jakarta. Terbuka.
Departemen Pendidikan Nasional. 2007. Sudjiono N.Yuliani.2009. Konsep Dasar
Pedoman Pembelajaran Bidang PAUD. Jakarta:Indeks.
Pengembangan Bahasa di Jakarta. Suhartono. 2005. Pengembangan
Direktorat Pembinaan PAUD,2010, Keterampilan Bicara Anak Usia Dini.
Membangun Pengetahuan Anak Usia Jakarta: Departemen Pendidikan
dini, Jakarta. Nasional.
Hurlock. 1995. Perkembangan Anak. Sofia Hartati. 2005. Perkembangan Belajar
Erlangga. Pada Anak Usia Dini. Jakarta:
Katiandago.Johnly. 2012, Materi Diklat Departemen Pendidikan Nasional.
Guru PAUD Main Peran. Manado Suryadi. 2007. Cora Efektif Memahami
Kemdiknas, 2010, Membangun Pengetahuan Perilaku Anak Usia Dini. Jakarta:
Anak Usia Dini. Jakarta. Dir. PAUD. EDSA Mahkota.
Luluk Asmawati, dkk. 2008. Pengelolaan Trianto,Y. 2001. Metodologi Penelitian
Kegiatan Pengembangan Anak Usia Pendidikan. Surabaya : SIC.
Dini. Jakarta: Universitas terbuka. Wardhani Igak, Wihardit Kuswaya, (2008)
Mayke S. Tedjasaputra. 2000. Bermain, Penelitian Tindakan Kelas Jakarta :
Main dan Permainan. Jakarta :PT. Universitas Terbuka.
Gramedia Widiasarana Indonesia. Yusuf, S. 2004. Psikologi Perkembangan
Mulyadi ,Seto, 2004. Bermain dan Anak dan Remaja. Bandung: Remaja
Kreatifitas. Jakarta: Papas Sinar Rosdakarya.
Sinanti. Zainal, A.2006. Penelitian Tindakan Kelas.
Irama Widya: Bandung.
ABSTRAK
Penelitian bertujuan ingin mengungkap sejauh mana persepsi kepala sekolah tentang pelaksanaan MBS pada
sekolah dasar Negeri dikabupaten Minahasa Utara.Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
penelitian survey. Jumlah sampel adalah 11 orang, masa jabatan kepala sekolah kurang dari 10 tahun berjumlah 5
orang dan lebih dari 10 tahun berjumlah 6 orang. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan kuesioner yang di
sebarkan kepada para kepala sekolah untuk diisi.Teknik analisis data diolah menggunakan teknik analisis uji-t untuk
menguji perbedaan persepsi antara dua kelompok kepala sekolah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada
kesamaan persepsi di kalangan para kepala sekolah, baik yang mempunyai masa kerja lebih dari 10 tahun dan
kurang dari 10 tahun.
Kata Kunci : Persepsi, Manajemen Berbasis Sekolah, Kepala Sekolah.
PENDAHULUAN
Pembangunan nasional dalam bidang Era reformasi yang sedang kita jalani
pendidikan adalah upaya mencerdaskan ditandai oleh beberapa perubahan dalam
kehidupan bangsa dan meningkatkan berbagai bidang kehidupan seperti politik,
kualitas manusia Indonesia yang beriman, hankam dan kebijakan mendasar lain
bertakwa, dan berakhlak mulia serta (Mulyasa,2002). Perubahan tersebut antara
menguasai ilmu pengetahuan, teknologi, dan lain melahirkan Undang-Undang no.22
seni dalam mewujudkan masyarakat yang tahun 1999 tentang Otonomi Daerah dan
maju, adil, makmur, dan beradab Undang-Undang no. 25 tahun 1999 tentang
berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah.
Dasar Negara Republik Indonesia. Undang-Undang tersebut membawa
Pendidikan memberikan kontribusi konsekuensi terhadap bidang-bidang
yang sangat besar terhadap kemajuan suatu kewenangan daerah sehingga lebih otonom,
bangsa, dan merupakan wahana dalam termasuk di bidang pendidikan.
menerjemahkan pesan-pesan konstitusi serta Mulyasa (2002) mengatakan bahwa
sarana dalam membangun watak bangsa. keinginan pemerintah yang digariskan dalam
Masyarakat yang cerdas akan memberi haluan Negara agar pengelolaan pendidikan
nuansa kehidupan yang cerdas pula, dan diarahkan pada desentralisasi, menuntut
secara progresif akan membentuk partisipasi masyarakat secara aktif untuk
kemandirian. merealisasikan otonomi daerah.Karena itu
perlu kesiapan sekolah, sebagai ujung
yang lebih produktif dan memberdayakan Sekolah (MBS) pada sekolah dasar negeri di
otoritas daerah setempat, serta kecamatan Dimembe Kabupaten Minahasa
mengefisienkan system dan menghilangkan Utara.
birokrasi yang tumpang tindih. Persepsi menurut Kamus Inggris
MBS memberi peluang bagi kepala Indonesia perception adalah tanggapan daya
sekolah, guru, dan peserta didik untuk memahami/menanggapi (Echols dan
melakukan inovasi dan improvisasi di Shadily). Persepsi adalah proses yang
sekolah, berkaitan dengan masalah dengannya individu menerima dan
kurikulum, pembelajaran, manajerial dan menafsirkan informasi tentang lingkungan.
lain sebagainya yang tumbuh dari aktivitas, Persepsi juga berarti proses yang dengannya
kreativitas dan profesionalisme yang seorang individu menyaring, memilih,
dimiliki. Pelibatan masyarakat dalam dewan mengorganisasikan, dan
sekolah di bawah monitoring pemerintah, menginterpretasikan rangsangan atau
mendorong sekolah untuk lebih terbuka, stimulus sehingga rancangan-rancangan itu
demokratis dan bertanggung jawab. Bahkan bermakna bagi individu tersebut
dikatakan, jika MBS benar-benar diterapkan, (Griffin,Ricky,Gregory).
kewenangan untuk merekrut tenaga guru, Dalam penelitian ini persepsi diartikan
merekrut dan mengangkat kepala sekolah, sebagai tanggapan, interpretasi, pendapat
system pembayaran gaji, penetapan kalender tertentu mengenai suatu aspek dari tugas-
sekolah, penetapan biaya pendidikan di tugas yang dipercayakan kepada seseorang
sekolah, bahkan juga kurikulum, semuanya dalam hal ini kepala sekolah sebagai
menjadi kewenangan sekolah. pemimpin sekolah juga sebagai menejer
Menjadi permasalahan bahwa sekolah maupun sebagai guru professional
berdasarkan pengamatan di lapangan dengan tugas tambahan sebagai kepala
pelaksanaan MBS belum dilaksanakan sekolah.
secara maksimal bahkan ada sekolah yang Manajemen berbasis sekolah
belum memahami benar bagaimana merupakan salah satu upaya pemerintah
pelaksanaan Manajemen Berbasis Sekolah untuk mencapai keunggulan masyarakat
khusus di sekolah dasar walaupun bangsa dalam penguasaan ilmu dan
sebenarnya MBS ini sudah dimulai sejak teknologi, yang ditunjukkan dengan
tahun 1999. pernyataan politik dalam Garis-Garis Besar
Oleh karena itu peneliti tertarik untuk Haluan Negara (GBHN) menurut Mulyasa
meneliti bagaimana Persepsi Kepala Sekolah (2001).Selanjutnya dikatakannya hal
tentang Pelaksanaan Manajemen Berbasis tersebut diharapkan dapat dijadikan landasan
Sekolah (MBS) pada Sekolah Dasar Negeri dalam pengembangan pendidikan di
di Kecamatan Dimembe Kabupaten Indonesia yang berkualitas dan
Minahasa Utara. Oleh sebab itu yang berkelanjutan baik secara makro, meso
menjadi permasalahan dalam penelitian ini maupun mikro.
adalah “Bagaimana persepsi kepala sekolah Menurut edy setiawan (2016) Konsep
tentang pelaksanaan Manajemen Berbasis MBS ini merupakan pendekatan politik
peserta didik dan pendidikan khusus yang sesuai dengan besarnya dana yang
dan pendidikan anak usia dini; dikeluarkan.
l. Tenaga lapangan diknas (TLD) yaitu Sarana dan Prasarana Pendidikan,
tenaga pendidikan non formal (PNF) Segenap proses pengadaan dan
yang berlatar belakang pendidikan pendayagunaan sarana dan prasarana agar
sarjana, berstatus sebagai tenaga mendukung tercapainya tujuan pendidikan
kontrak yang diberi tugas membantu secara tepat guna dan tepat sasaran.
penilik dan berkedudukan di Pengelolaan hubungan sekolah dan
kecamatan; masyarakat,
m. Fasilitator desa binaan intensif (FDI) Segenap proses komunikasi antara
yaitu tenaga kontrak berpendidikan sekolah dengan masyarakat untuk menarik
sarjana yang bertugas di pedesaan simpati masyarakat agar mendukung proses
(satu sarjana eksakta dan satunya pendidikan di sekolah
lagi non eksakta) yang bertugas Manajemen pelayanan khusus lembaga
memberikan layanan PNF yang pendidikan
merata dan berkualitas, terutama Segenap proses pelayanan kepada
bagi masyarakat yang bermukim di petugas perpustakaan, keamanan,
desa-desa dengan kategori kebersihan, klinik sekolah untuk tercapainya
terpencildan tertinggal; tujuan sekolah.
n. Teknisi teknologi informasi, yaitu Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam
tenaga yang memiliki ketrampilan konteks Manajemen MBS
dan keahlian pada bidang teknologi Kepala sekolah memegang peranan
dan informasi yang diberi tugas dan kunci dalam keberhasilan pelaksanaan MBS.
kewenangan mengelola teknologi Ketrampilan, keahlian dan kemampuan
dan informasi pada suatu lembaga menjadi keniscayaan bagi kepala sekolah
penyelenggara satuan PNF; untuk menjalankan roda lembaganya secara
o. Tenaga kebersihan sekolah bertugas berbasis MBS.Ada berbagai tipe kepala
dan bertanggung jawab kebersihan sekolah dalam menjalankan tugasnya. Di
lingkungan sekolah. bawah ini akan diuraikan tipe-tipe
Kesiswaan kepemimpinan menurut Danim (2006)
Segenap proses berkaitan dengan 1. Pemimpin Otokratik
kesiswaan yaitu mulai dari masuknya siswa Pemimpin otokratik diartikan sebagai
sampai dengan keluarnya dari lembaga tindakan kemauan sendiri, setiap produk
pendidikan atau sekolah. Pemikiran dipandang benar, keras kepala
Keuangan, atau rasa “aku” yang kebertrimanya pada
Segenap proses perencanaan alokasi khalayak bersifat dipaksanakan.
dana dengan penuh perhitungan dan 2. Pemimpin Demokratis
pengawasan penggunaan dana, baik untuk Adalah keterbukaan dan keinginan
keperluan operasional, maupun keperluan memosisikan pekerjaan dari, oleh dan
investasi disertai dengan bukti-bukti fisik untuk bersama.
METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan dalam 11 orang. Jabatan Kepala Sekolah kurang
penelitian ini adalah penelitian survey. dari 10 tahun berjumlah 5 orang dan lebih
Dalam survey, informasi dikumpulkan dari dari 10 tahun berjumlah 6 orang.
responden dengan menggunakan kuesioner. Teknik Pengumpulan Data
Data diolah akan menggunakan teknik 1. Menyebarkan kuesioner, Kuesioner
analisa uji-t untuk menguji perbedaan disebarkan kepada para kepala sekolah
persepsi antara dua kelompok kepala 2. Mengumpulkan data, data dikumpulkan
sekolah yang berlatar belakang masa jabatan dan di olah.
kurang dari 10 tahun dan di atas 10 tahun Teknik Analisis Data
Populasi dalam penelitian ini adalah Data diolah menggunakan teknik
semua Kepala Sekolah Dasar Negeri yang analisis uji-t untuk menguji perbedaan
ada di kecamatan Dimembe Kabupaten persepsi antara dua kelompok kepala
Minahasa Utara yang berjumlah 11 orang. sekolah yang mempunyai pengalaman
Dalam penelitian ini sampel sama jabatan kepala sekolah kurang dari 10 tahun
dengan populasi. Jadi jumlah sampel adalah dan lebih dari 10 tahun.
DAFTAR PUSTAKA
Agung Iskandar, 2012. Stratergi Jurnal Ilmiah Didakdiktika agustus 2013
Mengembangkan Organisasi VOL XIV No. 1 “meningkatkan mutu
Pembelajar di sekolah, Bee Media pendidikan melalui manajemen
Indonesia berbasis Sekolah” oleh Nurdin Mansur
Bafadal Ibrahim, 2006, Manajemen tanggal akses 6 juni 2016.
Peningkatan Mutu Sekolah Dasar, PT Hasibuan S. P, 2004, Manajemen SUmber
Bumi AKsara, Jakarta daya Manusia, Manado, Triganesha
Barnawi dan Arifin M., 2012, Manajemen Nusantara
Sarana & Prasarana sekolah, AR-Ruzz Mulyasa, 2002, Manajemen berbasis
Media. Sekolah, PT Remaja Rosdakarya,
Danim Sudarwan, 2006, Visi Baru Bandung.
Manajemen Sekolah, PT Bumi Undansg-undang No. 20 tahun 2003, system
Aksara, Jakarta pendidikan nasional, Jakarta
Profesi Kependidikan, 2016, CV Undang-undang No.14 tahun 2005, guru dan
ALFABETA, Bandung dosen, Jakarta
Griffin, W., Rickey, Moorhead, Gregory, Jurnal Implementasi Manajemen Berbasis
1986, Organizational Behavior, Sekolah (Mbs) Di Smk Negeri 1
Houghton Mifflin Company, Boston Bantul.Edy Setyawan (2016)
Hadi S., 1999, Statistik 3, Jogyakarta, UGM Universitas Negeri Jogyakarta.tanggal
Hamalik Oemar, 2007, Manajemen akses 6 juni 2016.
Pengembangan Kurikulum, PT
Remaja Rosdakarya, Bandung.
ABSTRAK
Tujuan penelitian untuk mengetahui pengaruh pola asuh orang tua terhadap penyesuaian diri anak. Metode
penelitian yang di gunakan adalah metode studi kasus artinya penelitian dilakukan secara mendalam yang
bermaksud untuk mendapatkan gambaran dampak pola asuh orang tua yang otoriter terhadap penyesuaian diri anak
usia 9 dan 12 tahun di desa Rambunan Raya. Dengan menggunakan pendekatan Deskriptif dengan menuturkan dan
menggambarkan data yang diperoleh secara apa adanya sesuai dengan permasalahan yang diteliti barulah kemudian
peneliti menarik kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh pola asuh terhadap kenakalan
remaja di SMA. Pola pengasuhan otoriter tampaknya sangat beresiko bagi anak. Pasalnya pola asuh otoriter
cenderung menetapkan standar yang mutlak harus dituruti, biasanya dibarengi dengan ancaman-ancaman yang
memungkinkan atau menyebabkan anak untuk melakuklan kenakalan remaja .
Kata Kunci : pola asuh, penyesuaian diri, remaja.
PENDAHULUAN
Keluarga sebagai lembaga pertama asuh orang tua merupakan interaksi antara
dan utama dalam proses pendidikan anak, orang tua dengan anak. Selama proses
memainkan peranan yang amat besar dalam pengasuhan orang tua itulah yang memiliki
meletakkan dasar bagi pembentukan peranan penting dalam pembentukan
kepribadian anak. Di dalam keluarga anak di kepribadian anak.
didik untuk menempatkan nilai-nilai sebagai Mendidik anak dengan baik dan benar
sumber motivasi yang mendasari tingkah berarti menumbuh-kembangkan totalitas
laku dan perbuatannya. Anak juga diajari potensi anak secara wajar. Potensi jasmaniah
untuk mampu membedakan mana yang baik anak diupayakan pertumbuhannya secara
dan mana yang tidak, antara mana yang wajar melalui pemenuhan kebutuhan-
benar dan mana yang salah. kebutuhan jasmani, seperti pemenuhan
Dalam mengasuh anaknya orang tua kebutuhan sandang, pangan dan papan.
dipengaruhi oleh budaya yang ada di Sedangkan potensi rohaniah anak
lingkungannya. Di samping itu, orang tua diupayakan pengembangannya secara wajar
juga diwarnai oleh sikap-sikap tertentu melalui usaha pembinaan intelektual,
dalam memelihara, membimbing, dan perasaan dan budi pekerti. Upaya-upaya
mengarahkan putra-putrinya. Sikap tersebut tersebut dapat terwujud apabila di dukung
tercermin dalam pola pengasuhan kepada dengan pola pengasuhan orang tua yang
anaknya yang berbeda-beda, karena setiap tepat. Jika pola asuh orang tua tidak tepat,
masing-masing orang tua mempunyai pola maka potensi jasmaniah dan rohaniah anak
pengasuhan tertentu yang beda pula. Pola tidak akan berkembang dengan sewajaraya
dan dapat berbalik menjadi bumerang kendali atas kehidupan anak membawa
kepada keluarga bahkan orang-orang dampak yang kurang baik dalam
disekitarnya. Anak adalah aset bangsa. Masa penyesuaian dirinya.
depan bangsa dan Negara dimasa yang akan Berbicara tentang Anak saat ini seperti
datang berada di tangan anak sekarang. tidak ada habis-habisnya. Rasanya semakin
Semakin baik keperibadian anak sekarang menarik karena di balik itu semua terdapat
maka semakin baik pula kehidupan masa fakta-fakta menarik tentang permasalahan
depan bangsa. Begitu pula sebaliknya, anak» Anak juga merupakan cikal bakal
apabila keperibadian anak tersebut buruk lahirnya suatu generasi baru yang
maka akan bobrok pula kehidupan bangsa merupakan penerus cita-cita perjuangan
yang akan datang. bangsa dan sumber daya manusia bagi
Dalam kehidupan sehari-hari orang tua pembangunan Nasional.
tidak hanya secara sadar, tetapi juga Fakta di Indonesia bahwa pola asuh
terkadang secara tidak sadar memberikan yang otoriter dapat membentuk mental yang
contoh kurang baik kepada anak. Misalnya, tertekan. Bahkan imbas negatifnya dirasakan
meminta tolong kepada anak dengan nada langsung oleh anak dalam waktu 20 tahun
mengancam, tidak mau mendengarkan cerita berikutnya. Pola asuh anak dengan cara
anak tentang sesuatu hal, memberi nasehat yang otoriter akan membentuk anak yang
tidak pada tempatnya dan tidak pada waktu kurang mandiri, acuh, dan kurang memiliki
yang tepat, berbicara kasar kepada anak, rasa tanggung jawab terhadap dirinya, di
terlalu mementingkan diri sendiri, tidak man kemukakan oleh manajer rumah yatim area
mengakui kesalahan padahal apa yang telah Jawa Barat, Ahmad Fakih di damping
dilakukan adalah salah, mengaku serba tahu manajer komunikasi, Hadi Darmadji kepada
padahal tidak mengetahui banyak tentang "GM" di ancaekek, kab. Badun. minggu
sesuatu, terlalu mencampuri urusan anak, (30/6). Seperti dijelaskan dalam buku
membeda-bedakan anak, kurang Amazing parenting pola asuh anak dengan
memberikan kepercayaan kepada anak untuk cara otoriter tersebut dapat membuat mental
melakukan sesuatu dan sebagainya. anak tertekan, kata hadi. Dijelaskannya pola
Orang tualah yang memberikan tugas asuh otoriter adalah tipe pengasuhan dengan
dan menentukan berbagai aluran tanpa tuntutan yang tinggi. Selain tidak fleksibel
memperhirungkan keadaan dan keinginan atau kaku dan tidak responsif. "mendesak
anak. Perintah yang diberikan berorientasi anak mengikuti arahan orang tua selain lebih
pada sikap keras orang tua. Karena mengedepankan penerapan hukum dan
menurutnya tanpa sikap keras tersebut anak menghargai kerja keras", tuturnya.
tidak akan melaksanakan tugas dan Pola asuh yang otoriter akan
kewajibannya. Jadi anak melakukan perintah menghasilkan anak dengan tingkah laku
orang tua karena takut, bukan karena suatu pasif, cenderung menarik diri secara sosial
kesadaran bahwa apa yang dikerjakannya itu dan tidak memiliki spontanitas. Sikap orang
akan bermanfaat bagi kehidupannya kelak. tua yang keras akan menghambat inisiatif
Sikap orang tua yang seolah-olah memegang anak.
METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang di gunakan Dengan menggunakan pendekatan
adalah metode studi kasus artinya penelitian Deskriptif dengan menuturkan dan
dilakukan secara mendalam yang bermaksud menggambarkan data yang diperoleh secara
untuk mendapatkan gambaran dampak pola apa adanya sesuai dengan permasalahan
asuh orang tua yang otoriter terhadap yang diteliti barulah kemudian peneliti
penyesuaian diri anak usia 9 dan 12 tahun di menarik kesimpulan.
desa Rambunan Raya.
berarti terdapat pengaruh pola asuh otoriter kebutuhan anak yang tidak terpenuhi karena
terhadap timbulnya kenakalan remaja pada orangtua menerapkan aturan dan batasan
usia 15-17 tahun. yang mutlak harus ditaati, tanpa memberi
Menurut Gunarsa (2000), pola asuh kesempatan pada anak untuk berpendapat,
otoriter yaitu pola asuh di mana orangtua jika anak tidak mematuhi akan diancam dan
menerapkan aturan dan batasan yang mutlak dihukum.
harus ditaati, tanpa memberi kesempatan Penerapan pola asuh otoriter oleh
pada anak untuk berpendapat, jika anak orangtua terhadap anak, dapat
tidak mematuhi akan diancam dan dihukum. mempengaruhi proses pendidikan anak
Pola asuh otoriter ini dapat menimbulkan terutama dalam pembentukan
akibat hilangnya kebebasan pada anak, kepribadiannya. Karena disiplin yang dinilai
inisiatif dan aktivitasnya menjadi kurang, efektif oleh orangtua (sepihak), belum tentu
sehingga anak menjadi tidak percaya diri serasi dengan perkembangan anak bahkan
pada kemampuannya. mengakibatkan anak berperilaku
Munculnya perilaku nakal pada usia menyimpang di lingkungan sosialnya
remaja dipengaruhi oleh pola asuh orang tua (kenakalan remaja).
khususnya pola asuh otoriter dalam hal
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi A.H & Sholeh M. 2005. Psikologi Kartono.(2000).
Perkembangan. Jakarta: Rineka Cipta. http://id.shvoong.com/sociai-
Ali & Asrori (2005). sciences/counseling/-pengertian
http://id.shvoong.com/social- penyesuaian-diri-menurut-para-ahli
sciences/counseling/-pengertian Lindgren.1976: 306.
penvesuaian-diri-menurut-para-ahli http://www.poiaasuhpenuhcinta.com.
Chaplin, S. M. 2006. Kamus lengkap Lestari.S. 2012. Psikologi Keluarga.
psikohgi. Jakarta: Gramedia. Jakarta: Kencana.
Djamarah S.B. 2004. Pola komunikasi orang Mahrnud.(1990).;?0/a asuh otoriter.
tua dan anak dalam keluarga. Jakarta: http://www.pendidikankarakter.
Rineka Cipta. com/konfirmasipembavaran 03
Frazier (2000) .pola asuh Desember 2012.
otoriter.http://beranda.blogsome.com/p Petranto.I. 2005. Pola Asuh Anak.
ola-asuh-anak/ 17 Juni 2013. http://www.polaasuhanak.com. (8
Fudyartanta K. 2012. Psikologi April, 12.15) Rumini S & Sundari S.
Perkembangan. Yogyakarta: Pustaka 2004. Perkembangan anak dan remaja.
Pelajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Hariyadi, dkk (2003). Stewart & Koch (1983:203). Pola Asuh
http://id.shvoong.com/social- Anak. http://www.polaasuhanak.com.
sciences/counsenng/-pengertian C8 April, 12.15)
penvesuaian-diri-menurut-para-ahli Suryabrata S. 2010. Metodologi Penelitian.
Hurlock E B. 1999. Perkembangan Anak. Jakarta: Rajawali Pers. Sarosa S. 2012.
Jilid 2. Jakarta: Erlangga. Penelitian Kualitatif Dasar-dasar.
Indira.T.S. (2008). Pola Asuh Penuh Cinta. Jakarta: PT Indeks.
http://www.polaasuhpenuhcinta.com Taufik R.M. 2007. Pola Asuh Orang Tua.
(8 April,12.15) http://www.tabloid nakita.com. (8
April 12.15)
Julduz R. Paus
Fakultas Ilmu Pendidikan UNIMA
ABSTRAK
Tujuan Penelitian ini yaitu: (1) Diketahui persepsi kepala, pamong belajar dan staf tata usaha tentang budaya
organisasi di lokasi penelitian, (2) Dikatehui pelaksanaan budaya organisasi oleh kepala, pamong belajar dan staf
tata usaha di lokasi penelitian dan (3) Diketahui wujud budaya organisasi di lokasi penelitian. Penelitian ini
menggunakan metode kualitatif, informan sebanyak 9 orang ditentukan dengan teknik purposive sampling dan snaw
ball sampling. Data dijaring dengan teknik wawancara dan pengamatan dimana peneliti sebagai “alat” utama. Data
dianalisis dengan teknik Model Interaktif. Kepala SKB memandang bahwa tugas dan tanggungjawabnya untuk
menciptakan budaya organisasi sudah dilaksanakan, tetapi pamong belajar dan staf akademik, berpandangan bahwa
budaya kerja mereka sangat bergantung pada iklim kerja yang diciptakan oleh kepala. Wujud Budaya organisasi di
lokasi penelitian berhubungan dengan Inovation and risk taking yang belum tampak pada kinerja baik kepala
maupun pamong belajar dan staf tata usaha yang sama juga tampak pada pamong belajar memperlihatkan
kecermatan, analisis dan perhatian kepada rincian yang tergolong kurang.
Kata Kunci : Budaya Kerja, SKB, Kepala, Pamong Belajar, Staf tata Usaha.
PENDAHULUAN
Satu diantara ragam masalah nasional kepada keamanan masyarakat. Saat ini
yang dihadapi oleh bangsa Indonesia saat ini kemampuan sumber daya manusia masih
adalah rendahnya kualitas sumber daya rendah baik dilihat dari kemampuan
manusia. Jumlah sumber daya manusia yang intelektualnya maupun keterampilan teknis
besar apabila dapat didayagunakan secara yang dimilikinya.
efektif dan efisien akan bermanfaat untuk Masalahnya adalah bagaimana dapat
menunjang gerak lajunya pembangunan menciptakan sumber daya manusia yang
nasional yang berkelanjutan. Melimpahnya dapat menghasilkan kinerja yang optimal
sumber daya manusia dari sige kuantitatif sehingga tujuan organisasi dapat tercapai.
saat ini mengharuskan kita berfikir ulang Produktivitas kerja merupakan tuntutan
bagaimana dapat memanfaatkan sumber utama bagi organisasi agar kelangsungan
daya manusia secara optimal. Agar di hidup atau operasionalnya dapat terjamin.
masyarakat tersedia sumber daya manusia Produktivitas suatu organisasi usaha dapat
yang handal diperlukan pendidikan memberikan kontribusi kepada pemerintah
berkualitas, penyediaan berbagai fasilitas daerah maupun pusat, artinya dari
sosial, lapangan pekerjaan yang memadai. produktivitas regional maupun nasional,
Kelemahan dalam penyediaan berbagai dapat menunjang perekonomian baik secara
fasilitas tersebut akan menyebabkan makro maupun mikro.
keresahan sosial yang akan berdampak
Sanggar Kegiatan Belajar (SKB) merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi
sebagai satuan pendidikan nonformal atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang
memiliki peran strategis dalam mendukung berkaitan dengan budi dan akal manusia.
pengembangan potensi sumber daya Dalam Bahasa Inggris, kebudayaan disebut
manusia secara khusus bagi anak-anak culture, yang berasal dari kata Latin Colere,
bangsa karena beragam faktor tidak dapat yaitu mengolah atau mengerjakan, bisa
melanjutkan atau menyelesaikan pendidikan diartikan juga sebagai mengolah tanah atau
pada jenjang pendidikan dari SD sampai bertani. Kata culture dalam Bahasa Inggris
dengan SMA sederajat. Dengan demikian diterjemahkan dalam Bahasa Indonesia
dapat ditegaskan bahwa, SKB sebagai satu- sebagai "kultur" (http://id.wikipedia.org/
satunya satuan pendidikan terakhir yang wiki/Kebudayaan).
dapat menjamin seseorang atau kelompok Koentjaraningrat (1998:5)
anak bangsa yang putus SD untuk mengemukakan budaya adalah keseluruhan
mendapatkan ijazah dan melanjutkan sistem gagasan tindakan dan hasil karya
pendidikan ke jenjang SMP, demikian juga manusia dalam rangka kehidupan
untuk anak putus sekolah SMP untuk masyarakat yang dijadikan miliki diri
mendapatkan ijazah melanjutkan ke SMA manusia dengan cara belajar. Budaya atau
sederajat dan anak putus SMA sederajat kebudayaan seperti sebuah piramida berlapis
untuk mendapatkan ijazah dan melanjutkan tiga. Lapisan di atas adalah hal-hal yang
ke perguruan tinggi. Sorotan terhadap dapat dilihat kasat mata seperti bentuk
kinerja SKB sebagai satuan pendidikan, bangunan, pakaian, tarian, music, teknologi,
menjadi alasan perlunya mengkaji beragam dan barang-barang lain. Lapisan tengah
faktor penyebab kinerja SKB yang belum adalah perilaku, gerak-gerik dan adat istiadat
sesuai harapan masyarakat. yang sering kali dapat juga dilihat. Lapisan
SKB sebagai satuan pendidikan bawah adalah kepercayaan-kepercayaan,
nonformal, jelas sebagai suatu organisasi asumsi, dan nilai-nilai yang mendasari
pendidikan yang memiliki aturan-aturan lapisan di atasnya.
organisasi pendidikan yang mengikat dan Hofstede (1986 : 21) bahwa budaya
mendorong hati, pikiran, sikap dan merupakan berbagai interaksi dari ciri-ciri
keterampilan mereka untuk mencapai tujuan kebiasaan yang mempengaruhi kelompok-
organisasi pendidikan tersebut. Salah satu kelompok orang dalam lingkungannya,
aturan tersebut adalah terciptanya budaya terdapat 5 (lima) dimensi budaya yaitu: a).
organsasi yang menjadi acuan bahkan Individualisme, kecenderungan akan
menyemangati mereka yang terlibat sebagai kerangka sosial yang terjalin longgar dalam
kepala, pamong belajar dan staf administrasi masyarakat dimana individu dianjurkan
sehingga memiliki budaya kerja yang untuk menjaga diri mereka sendiri dan
terwujud dalam kinerja yang tinggi. keluarga dekatnya. b). Kolektivisme,
Pemahaman dari perspektif bahasa, kecenderungan akan kerangka sosial yang
kata budaya atau kebudayaan berasal dari terjalin ketat dimana individu dapat
Bahasa Sansekerta yaitu buddhayah, yang mengharapkan kerabat, suku, atau kelompok
effect, the organization culture or harus ada ukuran yang jelas dan transparan
personality. These favorable or unfavorable misalnya berdasarkan outputnya (prestasi
perception then affect employee yang dicapai). Koesmono, Pengaruh
performance and satisfaction, with the Budaya Organisasi Terhadap Motivasi
impact being greater for stronger culture. Jurusan Ekonomi Manajemen, Fakultas
Faktor lain yang berperan dalam Ekonomi-Universitas Kristen Petra http://
menjadikan karyawan lebih berperilaku puslit.petra.ac.id/~puslit/journals/ 165.
terarah apabila ada unsur-unsur positif Dapat disimpulan bahwa sebagai
dalam dirinya masing-masing. Luthans essentialnya dalam pemberian compensation
(1992:165) mengemukakan: Porter and adalah fair and suitable. Biasanya
Lawler start with the premise that compensation dirupakan dalam bentuk
motivation (effort or force) does not equal financial dan non financial yang mana
satisfaction and/or performance. kedua-duanya akan diberikan dalam
Motivation, satisfaction and performance berbagai kesempatan yang berbeda.
are all separate variables and relate in ways Mengenai Expectancy, setiap orang akan
different from what was traditionally memiliki harapan-harapan yang akan
assumed. Hughes et al. (1999:388); diperoleh dalam melakukan kegiatannya,
Motivation, satisfaction and performance oleh karena itu tanpa adanya nilai harapan
seem clearly related. Pada umumnya dalam yang dimiliki, seseorang tidak akan
diri seorang pekerja ada dua hal yang melakukan usaha-usaha untuk memenuhi
penting dan dapat memberikan motivation kebutuhannya.
atau dorongan yaitu masalah Compensation Dalam expectancy theory dinyatakan
dan Expectancy. Khususnya masalah bahwa orang termotivasi bereaksi dalam
compensation sebagai imbal jasa dari kehidupannya, berkeinginan menghasilkan
pengusaha kepada karyawan yang telah kombinasi dari hasil-hasil yang diharapkan.
memberikan kontribusinya selalu Sehubungan dengan hal tersebut maka
menjadikan sebagai ukuran puas atau nampak jelas bahwa expectancy dapat
tidaknya seseorang dalam menjalankan mendorong seseorang untuk memenuhi
tugasnya atau pekerjaannya. Demikian pula kebutuhannya, hal ini wajar karena manusia
pemberian compensation dapat berdampak selalu mempunyai need yang berbeda-beda
negatif apabila dalam pelaksanaannya tidak menurut status sosialnya di masyarakat,
adil dan tidak layak yang pada akhirnya sehingga unsur pembentuk expectancy-nya
menimbulkan ketidakpuasan. berbeda-beda pula. Behavior merupakan
Besar kecilnya compensation yang bagian dari budaya yang berkaitan dengan
diberikan kepada karyawan seharusnya kinerja, hal ini tentunya logis sekali sebab
tergantung kepada besar kecilnya power of dengan berperilaku seseorang akan dapat
contribution and thinking yang disampaikan memperoleh apa yang dikehendaki dan apa
oleh pekerja kepada perusahaan. yang diharapkan. Jadi behavior merupakan
Sehubungan dengan hal tersebut mengingat tindakan yang nyata dilakukan oleh
pemberian compensation harus adil tentunya
METODE PENELITIAN
Untuk mencapai tujuan penelitian sumber data sekunder sebanyak 8 (delapan)
sebagaimana dirumuskan, maka penelitian orang.
secara keseluruhan menggunakan Penentuan sumber data primer dan
pendekatan kualitatif naturalis. Sebagai sekunder mengacu pada teknik purposive
sumber data dalam penelitian ini terdiri atas sampling dan snowball sampling. Data
dua bagian yaitu sumber data primer dan dalam penelitian ini dijaring dengan teknik
sumber data sekunder. Sumber data primer wawancara dan observasi sebelumnya
adalah Kepala SKB Kota Manado dan disusun pedoman untuk kedua alat tersebut.
Kepala SKB Tombariri Kabupaten Dalam proses penjaringan data tersebut,
Minahasa. Sedangkan sumber data sekunder peneliti menjadi “alat” utama. Data yang
antara lain Pamong Belajar dan staf tata terjaring melalui wawancara dan observasi
usaha pada kedua SKB tersebut. Sumber dianalisis dengan teknik interaktif dari Miles
data primer sebanyak 2 (dua) orang dan dan Huberman.
muncul jika dikondisikan oleh pimpinan tujuan bersama. Dengan demikian, suatu
yang dengan konsisten pemperhatikan organisasi tanpa adanya budaya organisasi
dan mengamatinya. Stability akan sulit bahkan tidak mungkin untuk
(Stabilitas), yaitu kegiatan organisasi mencapai tujuan organsasi tersebut.
menekankan status quo sebagai kontras SKB sebagai satuan Pendidikan
dari pertumbuhan. Faktor-faktor tersebut nonformal yang belakang ini mengalami
ada yang bersumber dari lingkungan SKB kendala dalam aspek kinerja dan komptensi
itu sendiri atau berasal dari luar baik melaksanakan tugas pokok dan fungsi
pemerintah daerah dan pemerintah pusat. (TUPOKSI), sepatutnya memiliki dan
Bagi SKB yang kepalanya memiliki mewujudkan budaya kerja dalam
semangat untuk membangun jejaring pelaksanaan TUPOKSI lembaga tersebut
social dengan berbagai pihak sebagai lembaga pendidikan diluar sekolah
dipemeritahan daerah baik eksekutif satu-satunya yang ber tanggng jawab untuk
maupun legislatif, maka kegiatan SKB memenuhi kebutuhan belajar warga
dapat didanai dari APBD, tetapi dalam masyarakat yang “terlepas” dari lembaga
hal lainnya tidak demikian. pendidikan formal. Mereka itu adalah anak
3. Budaya organisasi di lokasi penelitian bangsa yang dijamin oleh undang-undang
terwujud melalui berbagai pelaksanaan memiliki hak dan kewajiban yang sama
program Pendidikan Keaksaraan untuk mendapatkan pendidikan dan
Fungsional, Pendidikan Kesetaraan dan pengajaran. Terhadap mereka itu, negara
Pendidikan Anak Usia Dini. Pelaksanaan harus hadir dengan tanpa kecuali atau tanpa
ketiga program tersebut berawal dari syarat sebab warga negara tersebut memang
program direktorat GTK PAUD dan mereka tidak mampu dari berabgai aspek
DIKMAS setiap tahunnya dan usulan untuk memenuhi persyaratan yang biasanya
proposal kepada pemerintah Kabupaten yang menyebabkan mereka “terlempar”
dan Kota. kembali entah lembaga pendidikan apalagi
Pembahasan yang akan menampung mereka, kecuali
Budaya organisasi adalah suatu menjadi “lahan” yang paling subur untuk
kondisi dalam organisasi yang mengikat dan ditanami “kebencian, permusuhan antar
mendorong semua pihak yang terlibat dalam golongan dan ras. SKB sebagai lembaga dan
organisasi tersebut untuk melakukan satuan pendidikan non formal, patut
kegiatan secara bertanggung jawab. Budaya diberdayakan agar mampu melayani
organisasi adalah suatu iklim psikologis kebutuhan belajar warga belajar yang tidak
yang mengikat sikap-mental bahkan fisik mampu melalui pemberdayaan budaya
semua pihak dalam organisasi tersebut organisasi.
berkolaborasi, kerjasama untuk mencapai
Kepala SKB memandang bahwa tugas hasil terbaik masih menjadi harapan bagi
dan tanggungjawabnya untuk kepala, pamong dan staf tata usaha.
menyiptakan budaya organisasi di Adanya kenyataan bahwa, SKB saat ini
lingkungan kerjanya sudah dilaksanakan, masih tetap berjuang untuk mencari jati
tetapi pamong belajar dan staf akademik dirinya agar diperhatikan sejajar dengan
yang memiliki semangat kerja rendah dan lembaga pendidikan sekolah.
harus ditekan-tekan. Bagi pamong belajar 3. Budaya kerja di lokasi penelitian
dan staf tata usaha, berpandangan bahwa terwujud melalui berbagai pelaksanaan
budaya kerja mereka sangat bergantung program Pendidikan Keaksaraan
pada iklim kerja yang diciptakan oleh Fungsional, Pendidikan Kesetaraan dan
kepala. Mereka adalah bawahan akan Pendidikan Anak Usia Dini. Pelaksanaan
mengikuti apa yang diperintahkan oleh ketiga program tersebut berawal dari
kepala. program direktorat GTK PAUD dan
2. Pelaksanaan Budaya kerja terkait dengan DIKMAS.
hal-hal sebagai berikut: Inovation and Saran
risk taking, (Inovasi dan keberanian 1. SKB sebagai satuan pendidikan
mengambil risiko), yang belum tampak nonformal, harus tetap dipertahankan
pada kinerja baik kepala maupun pamong esksistensinya untuk menjawab
belajar dan staf tata usaha yang sama juga kebutuhan belajar masyarakat yang
tampak pada pamong belajar kurang beruntung. Sebab hanya SKBlah
memperlihatkan kecermatan, analisis dan lembaga pendidikan diberi tanggung
perhatian kepada rincian yang tergolong jawab untuk tugas stersebut.
kurang. Berkaitan dengan orientasi pada 2. Budaya organisasi menjadi salah satu
hasil hany tertuju pada hasil akhir bukan pilihan agar SKB, tetap eksis tidak hanya
pada prosesnya dalam penyelesaian suatu mengharapkan belas kasihan
pekerjaan. Harusnya SKB sebagai “pemerintah” walauun itu tidak juga
lembaga pendidikan orientasi keliru.
programnya pada manusia yang selama 3. Kepala, Pamong belajar dan Staf tata
ini masih sulut diwujudkan. Kerja tim, usaha, harus terus berssinergi menjamin
pasti tetapi selalu saja faktor dan menjaga keberlanjutan SKB lebagai
persahabatan dan kerabat menjadi lembaga pendidikan untuk masyarakat
pilihan. Untuk semangat juang meraih kurang beruntung.
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Aziz Wahab. 2008. Anatomi Anonimus, 2003. Undang-Undang Nomor
Organisasi dan kepemimpinan 20 Tahun 2003 Tentang Sistem
Pendidikan. Telaahan Terhadap Pendidikan Nasional beserta
Organisasi dan Pengelolaan Organisasi penjelasannya. FM. Fokus Media.
Pendidikan. Alfabeta. Bandung. Bandung.
Margareta O. Sumilat
Fakultas Ilmu Pendidikan UNIMA
ABSTRAK
Tujuan penelitian adalah 1). Apakah Kepemimpinan Kepala Sekolah Berpengaruh Terhadap Kinerja Guru
SD se Kecamatan Lembeh Selatan Kota Bitung? 2). Seberapa Besar Pengaruh Kepemimpinan Kepala Sekolah
Terhadap Kinerja Guru SD tersebut? Menggunakan pendekatan kuantitatif. Hasil penelitian menunjukan bahwa
pengaruh Kepemimpinan Kepala Sekolah Terhadap Kinerja Guru signifikan dan linier karena Fhitung 35.120 > α
(0,05). Pengaruh Kepemimpinan Kepala Sekolah terhadap Kinerja Guru adalah 0.649 atau 64,9 %. Hal ini
menujukan bahwa 64,9 % Kepemimpinan Kepala Sekolah menentukan Kinerja Guru. Sedangkan 35,1 % Kinerja
Guru dipengaruhi oleh faktor lain. Simpulan bahwa Kinerja Guru dipengaruhi oleh kepemimpinan yang di miliki
kepala sekolah. Hal ini berarti semakin efektif kepemimpinan yang dibawakan oleh kepala sekolah maka semakin
tinggi kinerja guru, sebaliknya semakin kurangnya kepemimpinan seorang kepala sekolah, maka kinerja Guru
tersebut juga akan menurun.
Kata Kunci : Kepemimpinan, Kepala Sekolah, Guru SD, Kinerja.
PENDAHULUAN
Menjadi suatu persoalan yang belum dapat menghasilkan sumber daya
mendasar saat ini apabila kita berbicara sesuai dengan perkembangan dan kebutuhan
tentang kualitas sumber daya manusia. pembangunan.
Bukan rahasia lagi bahwa bahawa Di sisi lain juga berhasilnya
rendahnya kualitas SDM di kebanyakan pendidikan di sekolah juga ditentukan oleh
wilayah di negeri ini memberi dampak pada kemapuan kepala sekolah dalam mengelola
pembangunan dan perkembangan ekonomi tenaga kependidikan yang ada di sekolah.
nasional. Dengan kata lain Penataan sumber Kepala sekolah juga menjadi bagian dari
daya manusia harus terus-menerus dilakukan komponen pendidikan yang berpengaruh
secara bertahap melalui suatu sistem terhadap peningkatan kinerja guru. Kepala
pendidikan yang berkualitas baik pada jalur sekolah memiliki tanggung jawab terhadap
pendidikan formal, informal, maupun non terlaksananya kegiatan pendidikan, penataan
formal, yang dimulai dari pendidikan dasar administrasi sekolah, pembinaan tenaga
hingga pendidikan tinggi (Mulyasa 2004:4). pendidik lainnya dan pendayagunaan serta
Menurut Mulyasa upaya mengembangkan pemeliharaan sarana dan prasarana (Mulyasa
sistem pendidikan yang berkualitas perlu 2004:25). Persoalan ini makin penting sebab
lebih fokus, hal ini disebabkan berbagai makin kompleksnya tanggung jawab kepala
indikator memperlihatkan bahwa sistem sekolah, yang menginginkan terlaksanya
pendidikan yang laksanakan kita saat ini kinerja yang lebih efektif dan efisien.
tertentu (Ishak dan Tanjung 2003:235). Jadi Suatu kinerja dapat dilihat kuantitas
Kepemimpinan sesungguhnya merupakan dan kualitas kerja yang telah dicapai oleh
sifat-sifat yang harus ada dalam diri seorang seseorang karyawan dalam melaksanakan
pemimpin (Leader). Dengan demikian tugasnya sesuai dengan tanggung jawab
kepemimpinan merupakan suatu perilaku yang diberikan seperti dikatakan
seorang dengan memakai gaya Mangkunegara (2005:9). Demikian pula
kepemimpinan yang dibuat untuk menurut Nawawi (2005:234) yang
mempengaruhi aktifitas angota anggota menyatakan kinerja adalah hasil pelaksanaan
kelompok untuk mencapai tujuan bersama suatu pekerjaan, baik bersifat fisik/material
serta memberi manfaat bagi individu dan maupun non fisik/non material. Simanjuntak
organisasi. (2005:1) kinerja adalah tingkat pencapaian
Selznick dalam Wahjosumidjo (2010: hasil atas pelaksanaan tugas tertentu.
42-47) memperinci empat fungsi pemimpin, Simanjuntak juga mengartikan kinerja
yaitu: (1) Mendefinisikan misi dan peranan individu sebagai tingkat pencapaian atau
organisasi dalam hal ini pemimpin sebagai hasil kerja seseorang dari sasaran yang harus
visionaris; (2) pengejewantahan tujuan dicapai atau tugas yang harus dilaksanakan
organisasi berarti pemimpin harus dalam kurun waktu tertentu.
menciptakan kebijaksanaan ke dalam Kinerja individu menurut
tatanan atau keputusan terhadap sarana Mangkunegara (2005:15) adalah hasil kerja
untuk mencapai tujuan yang direncanakan; karyawan terbaik baik dari segi kualitas
(3) mempertahankan keutuhan organisasi, maupun kuantitas berdasarkan standar kerja
yang berarti pemimpin mewakili organisasi yang telaj ditentukan. Kinerja individu ini
kepada umum dan kepada para stafnya akan tercapai apabila didukung oleh atribut
seperti halnya pemimpin mencoba untuk individu, upaya kerja dan dukungan
mengajak para bawahan mengikuti organisasi. Hasibuan (2010: 94)
keputusannya agar fungsi tersebut dapat mengemukakam bahwa prestasi kerja
dilaksanakan; dan (4) mengendalikan merupakan hasil kerja yang dicapai
konflik internal yang terjadi di dalam seseorang dalam melaksanakan tugas-tugas
organisasi. yang dibebankan kepadanya yang
Menurut Mulyasa (2011: 19) Kepala didasarkan atas kecakapan, pengalaman, dan
sekolah yang efektif sedikitnya harus kesungguhan serta waktu. Prestasi kerja
mengetahui, menyadari dan memahami tiga adalah kumpulan beberapa faktor penting,
hal: (1) mengapa pendidikan yang yaitu kemampuan dan minat seorang
berkualitas diperlukan di sekolah; (2) apa pekerja, kemampuan dan penerimaan atas
yang harus dilakukan untuk meningkatkan penjelasan delegasi tugas serta peran dan
mutu dan produktivitas sekolah; dan (3) tingkat motivasi seorang pekerja. Semakin
bagaimana mengelola sekolah secara efektif tinggi ketiga faktor tersebut semakin besar
untuk mencapai prestasi yang tinggi. pula prestasi kerja pegawai. Kinerja guru
Kinerja berarti prestasi kerja baik secara kualitas
maupun kuantitas yang dihasilkan oleh guru
sebagai akibat dari pengaruh kinerja dimensi penilaian terhadap kinerja guru
kepemimpinan kepala sekolah dalam rangka dilakukan terhadap kegiatan pembelajaran
mencapai tujuan sekolah secara bersama- dikelas, (Nasution 2000:184) yaitu: (a).
sama. Glasser dalam Zamroni, (2009:12) Perencanaan Program Kegiatan
mengatakan bahwa kualitas sekolah erat Pembelajaran, (b). Pelaksanaan Kegiatan
hubungannya dengan kualitas guru dan Pembelajaran, (c). Evaluasi/Penilaian
kepemmimpinan kepala sekolah. Pembelajaran d). Hubungan antar Pribadi.
Dalam penelitian ini membahas Definisi Konsep Kepemimpinan
mengenai kinerja guru SD Negeri se Kepala Sekolah: Variabel bebas
Kecamatan Lembeh Selatan Kota Bitung kepemimpinan kepala sekolah dalam
yang dipengaruhi oleh faktor Kepemimpinan penelitian ini secara operasional
kepala sekolah. Kinerja guru mempunyai didefinisikan sebagai kepemimpinan kepala
spesifikasi/kriteria tertentu. Kinerja guru sekolah menurut persepsi guru adalah
dapat dilihat dan diukur berdasarkan derajat kemampuan yang dihasilkan oleh
spesifikasi/kriteria kompetensi yang harus kepala sekolah dalam pelaksanan tugas dan
dimiliki oleh setiap guru. Standar kinerja fungsi sebagai seorang pemimpin. Selznick
sangat penting dirumuskan untuk menjadi dalam Wahjusumidjo (2010:42) mengatakan
acuan dalam mengadakan penilaian, yaitu ada tujuh dimensi kepemimpinan kepala
membedakan apa yang dicapai dengan apa sekolah meliputi: (1) penggunaan pengaruh
yang diharapkan. Standar kinerja dapat (2) transformasi visi dan misi, (3)
dijadikan patokan dalam mengadakan pemberdayaan, (4) mobilisasi, (5) motivasi,
pertanggungjawaban terhadap apa yang (6) pengerahan dan bimbingan, serta (7)
telah dilaksanakan. pembentukan komitnen.
Sesuai dengan standar kinerja guru Definisi Konsep Kinerja Guru:
Sahertian dalam Kusmianto (2009:49) Variabel terikat kinerja guru dalam
menyatakan bahwa, standar kinerja guru itu penelitian ini didefinisikan sebagai prestasi
adalah kualitas guru dalam menjalankan kerja yang dihasilkan oleh guru berdasarkan
tugasnya seperti: (a) bekerja dengan siswa kemampuan melaksanakan proses belajar
secara individual, (b) persiapan dan mengajar dan membimbing siswa. Menurut
perencanaan pembelajaran, (c) Nasution (2009:184) Dimensi kinerja guru
pendayagunaan media pembelajaran, (d) meliputi: (1) Perencanaan Pembelajaran, (2)
melibatkan siswa dalam berbagai Pelaksanaan Pembelajaran, (3)
pengalaman belajar, dan (e) kepemimpinan Evaluasi/Penilaian pembelajaran (4)
yang aktif dari guru. Di samping itu, Hubungan antar pribadi.
METODE PENELITIAN
Dalam penelitian ini menggunakan dari beberapa teori tentang kepemimpinan
pendekatan kuantitatif atau positivisme, kepala sekolah, dan teori kinerja guru. Juga
sebab dalam penelitian ini, dihasilkan dalam penelitian ini mengikuti pola berpikir
indikator-indikator variabel yang diturunkan deduktif, dimana terjadi proses pengamatan
N 21
y1 21.10 8.890 .344 .836
bahwa sampel berasal dari populasi yang demikian bentuk pengaruh antara variable
berdistribusi normal. (Siregar 2013:167) Kepemimpinan Kepala Sekolah (X)
Pengujian homogenitas dilakukan terhadap variabel Kinerja Guru (Y) memiliki
guna mengetahui bahwa sebaran data setiap persamaan regresi : Ŷ = 9.413+ 0.435X.
variabel bersifat homogen. . Uji Selanjutnya dilakukan uji signifikansi
homogenitas tersebut dilakukan dengan dan uji linearitas regresi Kepemimpinan
menggunakan uji levene yang dianalisis Kepala Sekolah (X) terhadap variable
dengan menggunakan program Statistical Kinerja Guru (Y) dengan menggunakan
Product and Service Solution (SPSS) 20.0 Analisis Variansi (ANAVA). Adapun hasil
for windows. perhitungan adalah sebagai berikut:
Adapun hasil uji homogenitas adalah Tabel 8 Uji Signifikansi dan Linieritas
sebagai berikut: Regresi
Tabel 6 Hasil Uji Homogenitas Data Model Sum of df Mean F Sig.
Levene Statistic df1 df2 Sig. Squares Square
4.774 1 40 .063 Regres 35.1
139.489 1 139.489 .000b
Sumber : Output SPSS Versi 20,00 for Windows sion 20
Berdasarkan data di atas, ternyata 1 Residu
75.464 19 3.972
diperoleh signifikansi sebesar 0,063 dengan al
> α (0.05) maka dapat disimpulkan bahwa b. Predictors: (Constant), Gaya Kepemipinan
Dari hasil uji t di atas diperoleh guru sangat dipengaruhi oleh kepemimpinan
perbandingan nilai thitung 5.926 > ttabel (α pembelajaran kepala sekolahnya.
0.05) 1.725. Dengan demikian H0 ditolak Kualitas sumber daya manusia tidak
dan H1 diterima. Artinya koefisien korelasi terlepas dari peranan seorang pemimpin
ryx signifikan. Jadi dapat disimpulkan bahwa yang mampu mendorong pegawai untuk
terdapat pengaruh yang signifikan antara terus meningkatkan kemampuan, mengenali
Kepemimpinan Kepala Sekolah (X) dan mengoptimalkan pendayagunaan
terhadap Kinerja Guru (Y). potensi atau keunggulan setiap pegawai,
Besar Pengaruh Kepemimpinan Kepala serta mampu membangun dan meningkatkan
Sekolah Terhadap Kinerja Guru motivasi kerja pegawai, sehingga pegawai
Besarnya pengaruh Kepemimpinan dapat melakukan tugasnya dengan semangat
Kepala Sekolah terhadap Kinerja Guru SD dan menghasilkan kinerja yang tinggi pula.
Negeri se Kecamatan Lembeh Selatan dapat Demikian juga Kepala sekolah SD
diketahu dengan mengkuadratkan hasil Negeri yang ada se Kecamatan Lembeh
korelasi yang terjadi seperti yang ditunjukan Selatan Kota Bitung agar dapat
table 11 di bawah ini memanfaatkan potensi/kemampuan guru
Tabel 10 Koefisien Determinasi untuk dapat digunakan semaksimal mungkin
Model R R Adjust Std. serta mampu menutupi kelemahan dengan
Square ed R Square Error of the
Estimate cara mencari solusi dalam menyelesaikan
. .6 1.99 masalah yang terjadi.
1 .630
806a 49 3 Gibson, Ivansevich dan Donnely
a. Predictors: (Constant), Kepemipinan Kepala Sekolah
(1997:4) mendefinisikan kepemimpiann
Berdasarkan table di atas diketahui sebagai usaha menggunakan suatu gaya
bahwa besar pengaruh Kepemimpinan mempengaruhi dan tidak memaksa untuk
Kepala Sekolah (X) terhadap variable memotivasi individu dalam mencapai
Kinerja Guru (Y) Guru SD Negeri se tujuan.Seorang pemimpin harus memiliki
Kecamatan Lembeh Selatan adalah 0.649 kemampuan untuk mengimplementasikan
atau 64,9 persen. Hal ini meneujukan bahwa fungsi dan tugasnya dalam suatu organisasi.
64,9 persen Kepemimpinan Kepala Sekolah Realisasinya adalah kesediaan guru dan staf
menentukan Kinerja Guru. Sedangkan 35,1 untuk melakukan tugas yang berpengaruh
persen Kinerja Guru dipengaruhi oleh faktor terhadap peningkatan kinerja dan tujuan
lain yang tidak diteliti. organisasi.
Siagian S.P. (2002:20) mengemukakan Setelah melihat persepsi
bahwa kepemimpinan itu inti dari responden/guru terhadap kepemimpinan
manajemen, karena kepemimpinan adalah Kepala sekolah yang ada termasuk cukup
motor penggerak bagi sumber daya manusia baik, Namun demikian maka dapat
dan sumber-sumber daya alam lainnya. Ini disimpulkan pimpinan yang ada saat ini
diperkuat James E. Neal J.R.Junior, Guide to masih belum mampu mengimplementasikan
performance Appraisals, (2003:14) fungsi dan tugas kepemimpinan dengan baik
mengemukakan bahwa kinerja mengajar karenanya harus terus diupayakan perubahan
dalam menerima kritik dan saran; (d) persiapan dan perencanaan pembelajaran,
Kemampuan melaksanakan penilaian yang (3) pendayagunaan media pembelajaran, (4)
meliputi Presentase penyiapan alat evaluasi, melibatkan siswa.
Variasi dan teknik dalam melakukan Untuk memenuhi itu semua diperlukan
evaluasi, Kelengkapan persyaratan adanya upaya secara terpadu, terprogram
pembelajaran, Frekuensi pelaksanaan dan sistematik untuk meningkatkan kinerja
program remedial, Kesiapan waktu evaluasi. guru. Hal ini dapat ditingkatkanmelalui
Menurut Piet A. sahertian dalam kegiatan MGMP, In House Training,
Kusmianto (1997:49) bahwa standar kinerja Workshop, dan lain-lain. Kepala sekolah
guru itu berhubungan dengan kualitas guru perlu mengikutsertakan para guru dalam
dalam menjalankan tugas seperti : (1) kegiatan tersebut.
bekerja dengan siswa secara individual, (2)
DAFTAR PUSTAKA
A.M. Sardiman. 2005. Interaksi dan Siagian Sondang 2004. Teori Motivasi dan
Motivasi Belajar Mengajar. Aplikasinya. Jakarta:Rineka Cipta
Jakarta:Raja Grafindo Persada Simanjuntak. 2005. Manajemen Dan
Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Evaluasi Kinerja. Jakarta: Fakultas
Penelitian (Suatu Pendekatan Praktik). Ekonomi Universitas Indonesia
Jakarta. Rineka Cipta Soekarso dkk, 2010. Teori Kepemimpinan.
Ishak dan Tanjung Hendri, 2003. Jakarta: Mitra Wacana Media.
Manajemen Motivasi.Jakarta: Sudjana, 2005. Metoda Statistika, Bandung
PT.Gramedia Widiasarana Indonesia : Tarsito.
Mangkunegara, AA, Anwar prabu 2005 Sugiyono. 2011. Metode Penelitian
Perencanaan dan Pengembangan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D.
SDM. Bandung:Refika Aditama Bandung: Afabet
Mulyasa, E, 2004, Menjadi Kepala Sekolah Thoha, Miftah . 2006. Kepemimpinan dalam
Profesional. Bandung: Remaja Rosda Manajemen. Jakarta: PT Raja
karya. Grafindo Persada.
Nawawi, H. 2003. Kepemimpinan Wahyusumidjo, 2010. Kepemimpinan
Mengefektifkan Organisasi. Kepala sekolah, Jakarta:Rajawali
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press
Press. Yuki, Gary, 2010. Leadership in
Nurgiyantoro, Burhan, Gunawan, dan Organization Saddle River New
Marzuki. 2012. Statistika Terapan Jersey: Prentice Hall,Inc.Terjemahan
untuk Penelitian Zamroni, 2007, Meningkatkan Mutu
Penelitian Ilmu Sosial. Yogyakarta: Sekolah : Teori, Strategi dan
Gadjah Mada University Press. Prosedur. Jakarta: PASP
Muhammadiya
Marien Pinontoan
Fakultas Ilmu Pendidikan UNIMA
e-mail : pinontoan.marien@yahoo.com
ABSTRAK
Penelitian kelembagaan ini bertujuan untuk menganalisis, mendeskripsikan dan mengetahui pengaruh gaya
kepemimpinan terhadap kinerja dosen Unima, motivasi berprestasi terhadap kinerjadosen Unima, serta pengaruh
gaya kepemimpinan dan motivasi berprestasi secara bersama-sama terhadap kinerja dosen Unima. Dengan
menggunakan metode penelitian survey deskriptif melalui pendekatan penelitian kuantitatif terhadap sampel 81 dari
815 populasi dosen Unima, maka diperoleh hasil penelitian terdapat pengaruh yang signifikan gaya kepemimpinan
terhadap kinerja dosen Unima, terdapat pengaruh motivasi berprestasi terhadap kinerja dosen Unima, serta trdapat
pengaruh yang ddignifikan gaya kepemimpinan dan motivasi berprestasi secara bersama-sama terhadap kinerja
dosen Unima.
Kata Kunci : gaya kepemimpinan, motivasi berprestasi, kinerja.
PENDAHULUAN
Untuk menunjang keberhasilan Wahyuni (1992:12) bahwa:”kopetensi
organisasi tentunya membutuhkan seorang sebagai kemampuan melaksanakan sesuatu
pemimpin yang mampu menjelaskan tugas yang diperoleh melalui pendidikan dan
dan fungsi manajemen. Di dalam pelatihan dengan standar kualitas tertentu
manajemen fungsi pemimpin adalah sesuai dengan tugas yang akan
mengunggah keinginan seseorang untuk dilaksanakannya, sehingga pemimpin harus
melaksanakan suatu hal yang harus mempunyai pengalaman dan pengetahuan
ditempuh dan dibina anggota kelompoknya agar dalam membimbing bawahannya.
ke arah penyelesaian hasil kerja kelompok. Seorang pemimpin harus memiliki visi, misi
Seorang pemimpin atau manajer yng dan tujuan lembaga pendidikan tinggi untuk
berhasil dalam mencapai tujuan organisasi menggerakkan dosen dan tenaga
yang dipimpinnya banyak ditentukan oleh administrasi serta mahasiswanya harus
kemampuan dan keterampilan dalam memiliki keterampilan dan kemampuan
memimpin organisasi itu. Organisasi yang optimpal.
perguruan tinggi, seorang pemimpin dalam Universitas Negeri Manado sebagai
mengelola suatu lembaga perguruan tinggi salah satu lembaga pendidikan tinggi
yang dipimpinnya harus memiliki kopetensi memiliki struktur kelembagaan yang jelas
dan keterampilan tertentu yang dapat dan telah ditata sesuai dengan ketentuan
mendukung pelaksanaan tugasnya. hukum yang berlaku. Secara umum struktur
Kopetensi kepemimpinan tersebut menurut kelembagaan universitas negeri manado
dipimpin oleh seorang Rektor dan dibantu tersebut diantaranya tugas pelayanan
oleh sejumlah pembantu rektor. Pada tingkat perkuliahan bagi mahasiswa. Tugas pokok
universitas terdapat sejumlah perangkat dan fungsi dosen ialah melaksanakan tugas
kelembagaan seperti Senat Universitas pelayanan akademik bagi mahasiswa mulai
sebagai lembaga normative dan yang akan dari tugas pengajar, membimbing
mengarahkan dan memberi pertimbangan mahasiswa, menguji dan menilai hasil
secara kelembagaan untuk masa depan belajar mahasiswa.
perguruan tinggi. Selain lembaga Senat Kinerja dosen Unima dapat diukur
terdapat 7 Fakultas, lembaga penelitian, melalui implementasi tugas pokok dan
lembaga pengabdian kepada masyarakat, fungsi dosen dalam menjalankan tri dharma
lembaga penjaminan mutu penddikan tinggi, perguruan tinggi. Tugas mengajar,
LP2AI, perpustakaan, pusat computer, lab. membimbing dan menguji merupakan satu
bahasa, serta lembaga terkait lainnya di kesatuan tugas yang dilaksanakan di ruang
tingkat Universitas. kuliah, sementara tugas penelitian dan
Dalam penelitian ini, Kelembagaan pengabdian kepada masyarakat cenderung
Fakultas Ilmu Pendidikan dipimpin oleh dilaksanakan di luar kampus dan dalam
Dekan dan dibantu oleh para pembantu masyarakat. Sejauh mana peningkatan
dekan serta pimpinan program studi, kinerja dosen ini turut mewarnai
bersama kepala bagian tata usaha dan para produktivitas kerja dosen tersebut. Data
kasubag. Masing-masing anggota pimpinan awal dan aktual di lapangan terdeteksi
telah memiliki tugas pokok dan fungsinya bahwa terdapat sejumlah dosen unima
sehingga membutuhkan suatu koordinasi menunjukan prestasi kinerja mereka kurang
yang terarah dan terpadu dalam optimal. Hal ini ditandai dengan adanya
melaksanakan program kelembagaan. kecendrungan ruang kuliah terdapat
Untuk semua program memiliki alur sejumlah mahasiswa namun tidak ditemukan
struktural dalam perencanaa program dosen mengajar dalam kelas. Setelah
berangkat dari usulan program masing- ditelusuri lebih jauh umumnya pejabat
masing unit kerja tingkat prodi, jurusan, struktural yang jarang masuk, dan sebagian
Fakultas/kelembagaan dan tingkat dosen yang tidak masuk dengan sejumlah
universitas. Semua program nantinya alasan.
diputuskan sesuai tingkatannya dan Terhadap gelaja ini diduga turut
dilaksanakan secara terpadu melalui dipengaruhi oleh gaya kepemimpinan
sinkrosasi program. tingkat universitas, fakultas, jurusan dan
Dalam melaksanakan tugas program studi. Sebagai satu kesatuan unsur
kelembagaan khususnya bidang akademik pimpinan akan sangat mempengaruhi kinerja
maka pada tingkat kelembagaan universitas dosen. Gejala perhatian yang kurang, rasa
menerbitkan pedoman akademik yang keadilan yang tidak seimbang serta
menjadi arah dan tujuan kegiatan pelayanan perhatian terhadap hak-hak dosen yang
akademik tingkat universitas untuk satu kurang diduga memacu dan memicu
tahun ajaran. Dalam kalender akademik menurunnya kinerja dosen dalam
dua aspek yaitu fungsi kepemimpinan dan pemimpin tapi juga dipengaruhi oleh faktor
gaya kepemimpinan. Gaya kepemimpinan motivasi berprestasi dari dosen itu sendiri.
yaitu perilaku kepemimpinan yang Seorang pemimpin dalam melaksanakan
memutuskan pada gaya pemimpin dalam tugasnya jika tidak didukung oleh motivasi
hubungan dengan bawahan. Menurut Thola berprestasi dosen maka kinarja dosen juga
(1998:274) gaya kepemimpinan merupakan tidak maksimal. Untkmempelajari lebih
suatu perilaku yang digunakan oleh mendalam tentang konsep motivasi
seseorang pada saat mencoba mempengaruhi berprestasi ini dapat dipelajari melalui
orang lain, jadi yang dimaksud dengan pembahasan berikut ini.
istilah gaya ialah suatu cara berperilaku Secara konseptual motivasi berasal
yang baik dari seorang pemimpin terhadap dari bahasa latin “movere” yang artinya
para anggotanya. dorongan atau menggerakkan (Sundarwan
Handako (2001:297) mengutip dan Suparno,2009:30). Karenanya motivasi
penelitian dari Edwin Gisseli sering diartikan dalam bentuk kata kerja
mengidentifikasi sifat-sifat kepemimpinan menjadi rangsangan, dorongan yang
yang efektif adalah : 1. Kemampuan sebagai menyebabkan sesuatu terjadi baik yang
pengawas , 2. Memiliki kebutuhan akan berasal daridalam maupun yang berasal dari
prestasi dan pekerjaan, 3. Kecerdasan, 4. luar seseorang atau lingkungannya.
Ketegasan, 5. Kepercayaan diri, 6. Inisiatif. Kambery (2006:78) menjelaskan pandangan
Seorang pemimpin yang efektif bias Harold Koontz bahwa motivasi mengacu
melakukan hal-hal dibawah ini yaitu pada dorongan dan usaha untuk memuaskan
bagaimana mereka memotifasi pengikut kebutuhan atau suatu tujuan. Dengan
mereka, bagaimana mereka berkomunikasi, demikian motivasi dipahami sebagai
bagaimana mereka menjalankan tugas keseluruhan proses pemberian motif kepada
ataupun mendelegasikan tugas-tugas kepada seseorang agar ia terdirong melakukan
para bawahannya. Davis (dalam Kambay sesuatu (bertingkah laku) dan menambah
2012:142) mengemukakan bahwa semangat untuk mencapai tujuan yang
kepemimpinan yang berhasil tergantung dari diinginkan dalam upaya memuaskan
perilaku tertentu, keterampilan dan dan kerja kebutuhan.
bukan pada sifat-sifat pribadi. Untuk Motivasi sexara umum juga berkaitan
menjadi pemimpin yang efektif seseorang dengan suatu proses psikologis seseorang
perlu menyesuaikan gaya kepemimpinan yang sifatnya sangat kompleks yang
dengan situasi yang dihadapinya. didalamnya menyangkut perilaku, persepsi,
Setiap pemimpin dalam melaksanakan sikap, minat dan keinginan serta haparan-
tugas pokok dan fungsinya tidaklah cukup harapan. Konsep ini juga dipertegas oleh
dengan menampilkan sejumlah gaya Siagian (2002:225) menyatakan bahwa
kepemimpinan yang dimilikinya, namun motivasi ialah suatu sifat seseorang terhadap
terdapat pula faktor tertentu yang turut sesuatu yang diinginkan seseorang dari
mempengaruhi keberhasilan organisasi pekerjaannya yang pada umumnya
selain gaya kepemimpinan seorang mempunyai arti penting bagi dirinya sendiri
dan bagi instansi. Demikian halnya dekan fakultas bagi dosen untuk berprestasi
Heidjirachman (2007:47) menyatakan dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsi
bahwa motivasi merupakan suatu proses dosen dalam bidang tri darma perguruan
untuk mencoba mempengaruhi seseorang tinggi.
agar melakukan sesuatu yang kita inginkan. Hipotesis Penelitian
Dengan demikian motivasi kerja Berdasarkan rumusan masalah dan
adalah suatu dorongan yang timbul dari kajian teoretis, maka hipotesis penelitian ini
dalam diri seseorang untuk semangat dirumuskan sebagai berikut:
bekerja dalam mencapai tujuan atau prestasi 1. Terdapat pengaruh yang signifikan gaya
yang diinginkan. Terhadap konsep motivasi kepemimpinan dekan fakultas terhadap
ini kadang-kandang dipakai silih berganti kinerja dosen Unima.
dengan istilah lainnya seperti kebutuhan 2. Terdapat pengaruh yang signifikan
(need), keinginan (want), atau dorongan motivasi berprestasi terhadap kinerja
(drive). dosen Unima.
Motivasi berprestasi dalam penelitian 3. Terdapat pengaruh yang signifikan gaya
ini mengkaji tentang dorongan baik dari kepemimpinan dekan fakultas dan
dalam individu dosen maupun dorongan dari motivasi berprestasi secara bersama-sama
luar antara lain melalui gaya kepemimpinan terhadap kinerja dosen Unima.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan di Teknik ini digunakan untuk menguji
Fakultas-Fakultas dalam lingkungan hubungan antara variabel penelitian
Universitas Negeri Manado yang berdasarkan data yang ada. Teknik
berlangsung bulan Juni sampai dengan digunakan untuk menguji hubungan antara
Nopember 2017. Berdasarkan masalah dan ariable penelitian berdasrkan data yang ada.
tujuan penelitian, maka metode yang Adapun variabel-variabel penelitian adalah
digunakan dalam penelitian ini adalah gaya kepemimpinan (X1), motivasi
metode ariab, dengan menggunakan berprestasi (X2) dan kinerja Dosen (Y).
kuesioner/angket. Singarimbun dan Efendi Populasi dalam penelitian ini adalah
(2003:1) mengemukakkan “peneliti yang seluruh Dosen UNIMA di Tondano dan
mengambil sampel dari suatu populasi dan Tomohon. Gambaran mengenai jumlah
menggunakan kuesioner/angket sebagai alat Dosen UNIMA berjumlah 815 orang dosen
pengupul data pokok disebut survey”. sebagaimana tabel berikut ini.
Teknik analisis data adalah korelasional.
Tabel.3.1 Populasi Jumlah Dosen Masing-masing Fakultas
No. Fakultas Laki-laki Perempuan Jumlah
1. FIP 49 76 125
2. FIS 54 47 101
3. FATEK 79 49 128
4. FEKON 47 67 114
5. FMIPA 79 71 150
6. FBS 54 83 137
7. FIK 43 17 60
TOTAL 405 410 815
3. Program Pendidikan Profesi Guru (PPG) pendidikan, pangkat dan golongan dan
Universitas Negeri Manado dalam Jumlah mahasiswa terdaftar semester genap
mengemban tugas Tridarma Perguruan tahun ajaran 2016/2017 sebagaimana dalam
Tinggi didukung oleh tenaga dosen yang tabel berrikut ini:
berjumlah 815 orang, dengan latar belakang
Tabel 4.1 Jumlah Tenaga Dosen Tetap Unima (Berdasarkan Pendidikan s/d Juli 2017)
No. UNIT PENDIDIKAN JUMLAH Total
KERJA SARJANA MAGISTER DOKTOR
L P L+P L P L+P L P L+P L P
1 FIP 1 6 7 41 46 87 7 24 31 49 76 125
2 FIS 0 1 1 39 28 67 15 18 33 54 47 101
3 FATEK 2 3 5 60 37 97 17 9 26 79 49 128
4 FEKON 0 1 1 29 43 72 18 23 41 47 67 114
5 FMIPA 2 4 6 33 36 69 42 33 75 79 71 150
6 FBS 3 3 6 35 60 95 16 20 36 54 83 137
7 FIK 1 0 1 25 13 38 17 4 21 43 17 60
JUMLAH 11 16 27 262 263 525 132 131 263 405 410 815
Sumber: Subag. Registrasi & Statistik Biro AU, Agustus 2017.
Tabel 4.3. Jumlah Tenaga Dosen Tetap Unima Berdasarkan Pangkat/Golongan s/d Juli 2017
NO. UNIT KERJA GOLONGAN TOTAL
III IV
A B C D JLH A B C D E JLH
1 FIP 12 13 22 22 69 32 15 0 7 2 56 125
2 FIS 15 8 18 14 55 28 7 7 4 0 46 101
3 FATEK 21 35 23 12 91 14 13 4 6 0 37 128
4 FEKON 18 19 35 12 84 7 16 3 3 1 30 114
5 FMIPA 10 24 24 18 76 32 24 6 11 1 74 150
6 FBS 11 6 32 23 72 25 26 13 1 0 65 137
7 FIK 0 9 7 18 34 14 9 0 3 0 26 60
JUMLAH 815
Sumber: Subag. Registrasi & Statistik Biro AU, Agustus 2017
Tabel 4.4. Jumlah Mahasiswa Unima yang terdaftar pada semester genap
Tahun Akademik 2016/2017
PPs/Fakultas Jumlah Aktif Semester Genap 2016/2017
Program Pascasarjana 1423 419
Fakultas Ilmu Pendidikan 7914 3075
Fakultas Ilmu Sosial 4199 2470
Fakultas Ilmu Keolahragaan 3118 1843
Fakultas Bahasa dan Sastra 4586 2467
Fakultas Matematika dan IPA 4466 2882
Fakultas Ekonomi 4022 2401
Fakultad Teknik 3585 2101
JUMLAH 33.313 17.658
Sumber: Subag. Registrasi & Statistik Biro Akademik, Agustus 2019
kinerja dosen cukup kuat. Dikatakan bersumber dari dalam diri individu itu
demikian karena gaya kepemimpinan sendiri (intrinsik motivation) maupun dari
setiap pemimpin memegang peran luar individu (extrinsic motivation) (M.
strategis dalam memformulasikan dan Pinontoan,2015). Dengan demikian,
mengimplementasikan program faktor dominan yang mempengaruhi
organisasi dari yang dipimpinnya. Desen seseorang dalam aktivitas organisasi ialah
telah dengan sejumlah pengetahuan, motivasi sebagai pemicu munculnya
wawasan dan keterampilan dalam keinginan untuk melakukan tindakan.
melaksanakan tugas kependidikan dengan Karenanya motivasi berprestasi dosen
memiliki latar pendidikan minimal Strata yang sesungguhnya ialah prestasi sebagai
Dua (S2) menjadi aset pemimpin fakultas sumber kepuasan kerja seorang dosen
dan universitas dalam meningkatkan yang pada gilirannya bermuara pada
kualitas pengetahuan dan wawasan serta promosi, penghargaan dan pemberian
keterampilan mahasiswa di fakultas tanggung jawab yang lebih oleh
masing-masing. Dengan demikian konsep pemimpin fakultas maunpun pimpinan
tentang proses pemberdayaan universitas.
(empowering process) tenaga dosen 3. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
menjadi keharusan dan mutlak dilakukan terdapat pengaruh yang positif dan
oleh dekan selaku pemimpin fakultas. terdapat kaitan yang cukup kuat dan
Konsep ini mendukung pandangan signifikan gaya kepemimpinan dekan
Soepardjo Adikusumo yang fakultas , motivasi berprestasi secara
mengedepankan konsep empowering bersama-sama dengan kinerja dosen.
process yaitu proses penguatan dan Berdasarkan hasil penelitian, ternyata
pemberdayaan potensi staf yang dipimpin gaya kepemimpinan dekan fakultas dan
oleh setiap pemimpin (Wullur,M. 2015). motivasi berprestasi merupakan faktor yang
2. Hasil penelitian menunjukkan adanya sangat berpengaruh secara bersama-sama
pengaruh yang signifikan motivasi dalam rangka memperbaiki dan
berprestasi terhadap kinerja dosen. Secara meningkatkan kinerja dosen. Hasil
empiris, membuktikan bahwa kinerja penelitian ini berimplikasi pada upaya untuk
dosen dapat dijelaskan oleh motivasi memperbaiki dan meningkatkan kinerja
berprestasi dosen. Dengan demikian, tugas pokok dan fungsi dosen, dibutuhkan
motivasi berprestasi memiliki pengaruh seorang pemimpin yang memiliki gaya
yang signifikan dalam hal usaha untuk kepemimpinan kondisional untuk
meningkatkan kinerja dosen. Konsep ini membangkitkan dan meningkatkan motivasi
sejalan dengan pandangan yang berprestasi dosen dalam melaksanakan tugas
menekankan bahwa motivasi sebagai tri dharma perguruan tinggi yaitu
kekuatan (energi) seseorang yang dapat melaksanakan tugas pendidikandan
memicu seseorang untuk berprestasi yang pengajaran kepada mahasiswa melalui
diwujudkan melalui antusianismenya proses pembelajaran, melaksanakan tugas
dalam melakukan kegiatan, baik yang penelitian untuk pengembangan ilmu
DAFTAR PUSTAKA
Berkah, 2002.Pengaruh Gaya Rivai, Veishzal dan Basri, 2005.
Kepemimpinan dan Iklim Organisasi Performance Appraisal, Sistem Yang
Terhadap Prestasi Kerja. Surabaya: Tepat Untuk Menilai Kinerja
Tesis program pascasarjana unair. Karyawan dan Meningkatkan Daya
Depdiknas, 2003. Undang-undang Repoblik Saing Perusahaan, Jakarta: Raja
Indonesia Nomor 20 tahun 2003, Grafindo Parsada.
Tentang Sistim Pendidikan Nasional: Singarimbun M. dan Efandi, 2003, metode
Jakarta. Penelitian Survey. Jakarta:LP3ES
………..., 2005. Undang-undang Guru dan Thoha Miftah, 2007. Kepemimpinan Dalam
Dosen Nomor 14 2005, Tentang Guru Manajemen. Jakarta: PT Raja
dan Dosen: Jakarta. Grafindo Persada.
Hani T. Handoko, 2000. Manajemen Wahyudi, 2009. Kepemimpinan Kepala
Personalia dan Sumber Daya Manisia, Sekolah Dalam Organisasi
Yogjakarta : BPFE. Pembelajaran (Learning
Harsay dan Blanchard, 1997. Managemen Organization). Bandung: Alfabeta
Of Organization Behavior. Wahjosumidjo, 2005. Kepemimpinan
Jakarta:Erlangga. Kepala Sekolah. Jakarta: Raja
Kambay, 2006. Landasan Teori Grafindo Persada.
Administrasi Manajemen, Manado: Wibowo, 2007. Manajemen Kinerja.
Yayasan Ganesha Nesantara. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
…………, 2012. Manajemen Sumber Daya Wullur, 2011, Manajemen Pengembangan
Manusia. Manado: Yayasan Ganesha Kemampuan Akademik Guru Sekolah
Nesantara. Dasar Berwawasan Nilai Budaya Si
Munir Abdullah, 2008. Kepemimpinan dan Tou Timou Tumou Tou (ST4),
Manajerial. Jakarta : Rajawali Press. Penerbit Cahaya Abadi, Tulung Agung
Riduwan, 20008. Belajar Muda Penelitian
Untuk Guru-guru dab Penelitian
Pemula. Bandung: Alfabeta.
Roos M. S. Tuerah
Fakultas Ilmu Pendidikan UNIMA
ABSTRAK
Tujuan tindakan perbaikan pembelajaran adalah memperoleh kajian konsep penggunaan pendekatan Sains
Teknologi dan Masyarakat (STM) untuk meningkatkan hasil belajar IPA siswa Sekolah Dasar. Penelitian ini
merupakan penelitian tindakan kelas dan model yang digunakan adalah model proses. Realistic mathematic
education dengan 2 model pembelajaran dikembangkan melalui 2 siklus penelitian. Data utama dalam penelitian ini
adalah mahasiswa, dosen, guru SD dan siswa yang menjadi subjek penelitian. Teknik dan alat pemantauan yang
digunakan adalah pengamatan partisipan dengan lembar observasi, check list dan catatan lapangan, wawancara
dengan guru dan siswa, dan data dokumen sekolah. Hasil penelitian ini ialah (1) penerapan model pembelajaran
Pendekatan Sains Teknologi dan Masyarakat dapat meningkatkan motivasi belajar siswa Sekolah Dasar dalam
belajar IPA, (2) Penerapan model pembelajaran Pendekatan Sains Teknologi dan Masyarakat dapat meningkatkan
hasil belajar siswa Sekolah Dasar dalam belajar IPA.
Kata Kunci : sains teknologi, masyarakat, hasil belajar.
PENDAHULUAN
Pembukaan UUD Negara Republik menjadi manusia yang beriman dan
Indonesia Tahun 1945 mengemukakan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
bahwa salah satu tujuan nasional adalah berahlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
mencerdaskan kehidupan bangsa. Untuk kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara
mewujudkan tujuan nasional tersebut yang demokratis serta bertanggung jawab
pendidikan merupakan faktor yang sangat (Trianto, 2010: 1).
menentukan. Sekolah Dasar sebagai salah Pendidikan yang dilaksanakan oleh
satu lembaga pendidikan formal, sesuai guru dalam proses pembelajaran di sekolah
dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun dan masyarakat memerlukan kompetensi
2003 tentang Sistem Pendidikan nasional profesional seorang guru dimana suatu
menyebutkan, bahwa pendidikan nasional kemampuan dasar guru dalam pengetahuan
berfungsi mengembangkan kemampuan dan tentang belajar dan tingkah laku manusia,
membentuk watak serta peradaban bangsa bidang studi yang dibinanya, sikap yang
yang bermartabat dalam rangka tepat tentang lingkungan proses belajar
mencerdaskan kehidupan bangsa. mengajar dan mempunyai keterampilan
Pendidikan bertujuan untuk dalam teknik mengajar (Satori, dkk 2007:
mengembangkan potensi peserta didik agar 2.36). Menurut Keputusan Menpan No.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian dengan 2 model pembelajaran
tindakan kelas dan model yang digunakan dikembangkan melalui 2 siklus penelitian.
adalah model proses (Kemmis & Taggart, Dalam setiap siklus penelitian ditempuh
1988). Realistic mathematic education melalui empat tahap penelitian menyangkut
Hasil pembelajaran yang baik yang digunakan check-list berskala 0-100% atas
dicapai oleh siswa sangat mempengaruhi beberapa komponen yang dinilai. Data yang
jawaban siswa terhadap instrumen prestasi. diperoleh akan dianalisis dengan
Jika hasil belajar siswa sudah sesuai dengan perhitungan persentase dan rata-rata hasil
harapan, maka jawaban instrumen akan belajar siswa dilakukan dengan
baik. Dengan demikian hasil belajar IPA membandingkan hasil pencapaian kegiatan
siswa SD dapat dikatakan sudah meningkat belajar mengajar melalui siklus penelitian,
sesuai dengan tujuan kegiatan penelitian ini. dengan menggunakan rumus:
Data utama dalam penelitian ini adalah KB = T X 100%
mahasiswa, dosen, guru SD dan siswa yang Tt
menjadi subjek penelitian. Mahasiswa Dimana :
tersebut secara kolaboratif dilibatkan dalam KB : Ketuntasan belajar
penelitian dan pembekalan pembelajaran T : Jumlah skor yang diperoleh siswa
dengan Pendekatan Sains Teknologi dan Tt : Jumlah skor total
Masyarakat. Tujuan diadakannya Sedangkan data lainnya diolah dengan
pembekalan adalah untuk menyamakan teknik analisis yaitu untuk pengujian dalam
persepsi tentang Pendekatan Sains menemukan jawaban pertanyaan-
Teknologi dan Masyarakat antara dosen, pertanyaan.
mahasiswa dan guru-guru SD di mana Pemilihan dan penetapan model kaji
penelitian ini dilaksanakan. Mahasiswa yang tindak dalam penelitian ini adalah untuk
dilibatkan dalam penelitian ini harus pencapaian tujuan dan manfaat penelitian.
menerapkan Pendekatan Sains Teknologi Oleh karena itu perencanaan dan
dan Masyarakat saat mereka mengajar IPA pelaksanaan pembelajaran untuk setiap
di SD untuk kepentingan penelitian. penerapan model Pendekatan Sains
Pelaksanaan pembelajaran untuk Teknologi dan Masyarakat selalu dipantau
setiap model yang diterapkan selalu melalui pengamatan dan selanjutnya
dipantau oleh tim peneliti. Teknik dan alat ditindaklanjuti dengan perbaikan/revisi pada
pemantauan yang digunakan adalah pembelajaran berikutnya. Data yang
pengamatan partisipan dengan lembar diperoleh dari setiap model pembelajaran
observasi, check list dan catatan lapangan, bukanlah data akhir untuk pengolahan data,
wawancara dengan guru dan siswa, dan data karena data dan hasil pembelajaran tersebut
dokumen sekolah. Data-data yang terkumpul akan dimaknai agar diketahui hasil dan
dianalisis dengan teknik analisis sesuai sifat capaian yang akan dijadikan alat ukur untuk
data. Penilaian rancangan model perlu tidaknya pembelajaran tersebut
pembelajaran oleh dosen dan mahasiswa direvisi pada siklus berikutnya guna
calon guru serta efektivitas pembelajaran pencapaian tujuan penelitian.
DAFTAR PUSTAKA
Anitah Sri W. 2007. Strategi Pembelajaran Nuryani R. 2005. Strategi Belajar Mengajar
Di SD. Jakarta: Universitas Biologi. Malang: Universitas Negeri
Terbuka. Malang.
Aqib, Zainal. 2006. Penelitian Tindakan Rustaman Nuryani, dkk. 2011. Materi dan
Kelas. Bandung: Yrama.Widya Pembelajaran IPA SD. Jakarata:
KTSP. 2007. Model Silabus Kelas IV. Universitas Terbuka.
Jakarta: Depdikbud
Meiske T. Tumbel
Fakultas Ilmu Pendidikan UNIMA
ABSTRAK
Berdasarkan uraian masalah di atas, dapat dirumuskan bahwa penelitian bertujuan: "Untuk mendeskripsikan
penerapan model pembelajaran demonstrasi dalam meningkatkan kemampuan motorik halus pada anak-anak di
Taman Kanak-kanak”. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas dan model yang digunakan adalah model
proses. Model pembelajaran Demonstrasi dengan dua model pembelajaran dikembangkan melalui dua siklus
penelitian. Hasil penelitian ini ialah pelaksanaan metode demonstrasi dalam meningkatkan kemampuan melipat
kertas dilaksanakan dalam 2 (dua) Siklus. Secara keselurunan pelaksanaan tindakan berjalan dengan lancar, sesuai
dengan rencana yang telah disusun dan dilakukan refleksi di setiap siklusnya. Terjadi perubahan peningkatan anak
secara bertahap dalam mengikuti pembelajaran. Peningkatan kemampuan anak dalam pembelajaran model
demonstrasi cukup berarti. Peningkatan melipat kertas anak tertihat pada hasil lipatan anak.
Kata Kunci : motorik halus, demonstrasi.
PENDAHULUAN
Taman Kanak-kanak merupakan Ketersediaan bahan/materi, tempat dan
Lembaga Pendidikan Prasekolah yang waktu belajar, pengorganisasian kelas dan
artinya membelajarkan siswa dalam cara penilaian agar menciptakan beragam
mengelola keterampilan tubuh termasuk pengalaman bagi semua siswa.
mengontrol gerakan tubuh, gerakan halus Pendidikan pada Anak Usia Dini pada
dan gerakan kasar serta menerima dasarnya meliputi seluruh upaya dan
rangsangan sensorik (Panca Indera) tindakan yang dilaksanakan oleh pendidik
mnisalnya; menari, mewarnai, bermain bola, dan orang tua dalam proses perawatan,
menganyam, meronce dan melipat kertas. pengasuhan dan pendidikan pada anak
Berdasarkan Kurikulum Pendidikan dengan menciptakan aura dan lingkungan
Anak Usia Dini (PAUD) yang di dalamnya dimana anak dapat mengeksplorasi
terdapat proses kegiatan belajar siswa, pengalaman yang memberi kesempatan
dilaksanakan dengan pendekatan tematik kepadanya untuk mengetahui pengalaman
dan terpadu (DEPDIKNAS dan UU. 2004. ajar yang diperolehnya dan lingkungan,
32;3). Sebagai upaya untuk mencapai tujuan melalui cara mengamati, meniru dan
yang dimaksud dalam meningkatkan bereksperimen yang berlangsung secara
perkembangan motorik pada siswa maka berulang-ulang dan melibatkan seluruh
pendidikan dirancang sebaik mungkin. potensi dan kecerdasan anak.
Salah satu cara anak agar proses cepat jenuh bila mengikuti kegiatan belajar,
belajar mereka memperoleh pengetahuan ada juga siswa yang hanya suka bermain dan
adalah melalui kegiatan bermain sambil tidak memperhatikan gurunya. Padahal di
belajar. Dengan bermain sambil belajar, saat kegiatan belajar sangat diharapkan
seorang anak dapat memperoleh kesempatan semua siswa bisa mengikuti pembelajaran
untuk mempelajari berbagai hal baru. tersebut terlebih di saat guru sedang
Bermain sambil belajar bagi mereka juga memperagakan cara melipat kertas.
merupakan sarana dalam mengembangkan Berdasarkan pengamatan terdapat 5
berbagai keterampilan sosialnya. Kegiatan (lima) anak yang sudah bisa melipat kertas
bermain dan belajar akan mengembangkan dengan sempurna sedangkan 10 (sepuluh)
otot dan melatih gerakan motorik mereka di anak belum bisa melipat kertas dengan
dalam menyalurkan energy yang berlebih. sempuma dikarenakan perkembangan
Dengan demikian seorang anak akan mampu motorik halus dalam kegiatan melipat kertas
menemukan bahwa merancang sesuatu hal belum memenuhi tingkat pencapaian
baru yang berbeda dapat menimbulkan perkembangan anak. Tidak semua anak
kepuasan dan pada akhirnya akan menjadi menguasai motorik harus mampu dalam
lebih kreatif dan inovatif. kegiatan melipat kertas dengan maksimal,
Untuk mencapai hal tersebut guru ketidak mampuan itu karena kegiatan
perlu meningkatkan mutu pembelajarannya, pembelajaran yang monoton, medianya
dimulai dengan rancangan pembelajaran kurang menarik, metode pembelajaran yang
yang baik dengan memperhatikan tujuan dan kurang mendukung serta kegiatan
karakteristik siswa. Guru yang professional pembelajaran yang kurang memperhatikan
harus benar-benar memperhatikan model aspek-aspek perkembangan anak.
pembelajaran yang tepat dan juga harus Berdasarkan masalah di atas maka
kreatif membuat serta menggunakan penulis mengangkat judul "Peningkatan
media/alat peraga yang sesuai dengan tema Kemampuan Motorik Halus melalui Model
yang akan diberikan. Pembelajaran Demonstrasi pada Anak di
Pada dasarnya minat belajar siswa Taman Kanak-kanak ".
berbeda-beda. Ada siswa yang merasa lebih
METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian : perencanaan, pelaksanaan kegiatan,
tindakan kelas dan model yang digunakan pengamatan dan refleksi.
adalah model proses (Kemmis & Taggart, Penelitian kolaborasi di bawah ini
1988). Model pembelajaran Demonstrasi menggambarkan jenjang dan tahapan
dengan dua model pembelajaran penelitian kaji tindak dan pengembangan
dikembangkan melalui dua siklus penelitian. pembelajaran melalui model pembelajaran
Dalam setiap siklus penelitian ditempuh demonstrasi dengan menggunakan dua
melalui empat tahap penelitian menyangkut metode pembelajaran, yakni penggunaan
media gambar dan metode praktek langsung Dasar yang berbeda untuk peningkatan
pemanfaatan bahan bekas. kemampuan motorik halus. Penerapan
Kerangka penelitian ini metode-metode pembelajaran tersebut
menggambarkan jenjang dan tahapan dilaksanakan secara kolaboratif antara
penelitian kaji tindak dan pengembangan dosen, guru TK dan mahasiswa PG-PAUD.
pembelajaran melalui model pembelajaran Penggunaan media gambar dilaksanakan di
dengan dua metode yaitu penggunaan media TK GMIM Putri Sion Lansot Tomohon dan
gambar dan metode praktek langsung metode praktek langsung pemanfaatan
pemanfaatan bahan bekas. Kedua metode bahan bekas dilaksanakan di TK Imanuel
pembelajaran ini dilaksanakan di Sekolah Walian.
bentuk ikan yang sudah sempurna, sehingga segiempat sehingga membentuk lipatan ikan
ada yang mendapat ****, berkembang dengan bantuan guru, dan 5 anak (33,33%)
sangat baik. Ini dikarenakan pada saat guru mendapatkan *, belum berkembang.
sedang menjelaskan cara melipat kertas Hal ini dikarenakan di saat guru
ketiga anak ini memperhatikan dengan baik. sedang menjelaskan cara melipat anak tidak
Ada 3 anak (20%) yang berhasil memperhatikan guru, pembelajaran kegiatan
mendapatkan ***, berkembang sesuai melipat kurang menyenangkan bagi anak,
harapan, dimana anak mampu meniru sehingga anak hanya bermain dengan teman.
lipatan dari bentuk segitiga, segiempat dan Dengan demnikian terdapat 6 anak yang
membentuk iipatan ikan yang belum berhasil, yang artinya 40% dari jumlah anak
sempurna. Ada 4 anak (26%) yang mengalamni perkembangan dalam kegiatan
mendapatkan ** di mana anak hanya melipat kertas.
mampu meniru lipatan dari segitiga,
Siklus II
Aspek Penilaian
No Nama Anak Ket
* ** *** ****
1 MK V BSH
2 MZ V BBB
3 A V MB
4 FB V BBB
5 FQ V BSH
6 RZ V BBB
7 Yl V BSH
8 RP V MB
9 MS V BB
10 ZF V BBB
11 NF V BBB
12 BH V BBH
13 YN V BBB
14 FA V BBB
15 PS V BSH
Keterangan: *** = 5 anak =
* = Belum berkembang 33,33%
** = Mulai berkembang **** = 7 anak =
*** = Berkembang sesuai harapan 16,67%
**** = Berkembang sangat baik 15 anak = 100%
Hasil capaian pada Siklus I adalah: Berdasarkan hasil penelitian pada
* = 1 anak = 6,67% Siklus II dapat dijelaskan bahwa setelah
** = 2 anak = dilakukan perbaikan, anak-anak sudah
13,33% mengalami peningkatan kemampuan
Jurnal Forum Pendidikan || Volume 14 Nomor 1, April 2018 | 87
“Peningkatan Kemampuan Motorik Halus Melalui Model Pembelajaran ....”Meiske T. Tumbel
sehingga mencapai hasil yang maksimal. yang diterapkan guru, sehingga respon anak
Ada dari 15 anak terdapat 7 anak (16,67%) untuk menjawab pertanyaan guru masih jauh
mendapatkan **** berkembang sangat baik dari yang diharapkan. Di samping itu
tergolong anak yang sudah bias meniru suasana kelas pada saat pembelajaran
lipatan bentuk segitiga, segiempat sehingga beriangsung kurang tertib, sehingga
membentuk lipatan ikan yang sempurna. In! berdampak pada belum mengerti dan
dikarenakan di saat guru sedang memahami mated yang diajarkan. Hal ini
mempraktekkan cara melipat anak lebih teramati dan hasil dari hasil penilaian,
fokus memperhatikan dan anak dapat dimana hasil belajar anak pada Siklus I
memahami dan mengerti cara melipat, 5 dinyatakan belum berhasil, dengan rata-rata
anak (33,33%) medapatkan ***, capaian belajar anak hanya 40% dari target
berkembang sesuai harapan tergolong anak 80%. Untuk itu perbaikan dapat dilakukan
yang sudah bias meniru lipatan dari bentuk pada siklus berikutnya.
segitiga, segiempat sehingga membentuk Pada penelitian tindakan Siklus II,
lipatan ikan. Meskipun melipat ikan belum Proses PembeJajaran mulai mewujudkan
sempurna namun anak mampu melipat kemajuan, hal ini disebabkan karena
sendiri tanpa bantuan dari guru. Ada 2 anak sebelum penyajian materi berlangsung guru
(13,33%) yang mendapatkan ** yaitu anak mengawalinya dengan menciptakan
yang sudah bisa meniru ikan dengan bantuan pembelajaran yang menarik, guru
dan motivasi guru. Namun terdapat 1 anak mendorong dan memberikan pujian untuk
yang belum mampu meniru lipatan yang membangkitkan semangat serta dorongan
dicontohkan guru meskipun sudah dibantu dan kemauan anak untuk belajar, sehingga
dan diberikan motivasi. Dengan demikian pada pembelajaran Siklus II ini telah
pada Siklus II ini terdapat 12 anak yang menunjukkan peningkatan kemampuan anak
berhasil membentuk lipatan sederhana (ikan) dalam hal melipat kertas. Berdasarkan hasil
yang artinya 80% dari jumlah anak evaluasi rata-rata capaian belajar yang
mengalami peningkatan 40%. diperoleh anak telah mengalami peningkatan
Pembahasan 80% dari target 80 %, tentunya hasil yang
Dari hasil penelitian tindakan Siklus I diperoleh anak dipengaruhi oleh adanya
dimana proses berlangsungnya kegiatan perbaikan pembelajaran yang diterapkan
belajar-mengajar, belum berjalan guru. Hal ini menunjukkan bahwa temyata
sebagaimana yang diharapkan karena anak- penerapan model demonstrasi dapat
anak selama mengikuti kegiatan meningkatkan kemampuan melipat kertas
pembelajaran masih kelihatan kurang anak.
bersemangat dengan model pembelajaran
rencana yang telah disusun dan dilakukan membangun. Sebagai guru hendaknya
refleksi di setiap siklusnya. Terjadi meningkatkan kualitas pembelajaran yang
perubahan peningkatan anak secara bertahap dilaksanakan dengan metode dan media
dalam mengikuti pembelajaran. yang bervariasi dan cocok dalam
Peningkatan kemampuan anak dalam pelaksanaan pembelajaran, sehingga dapat
pembelajaran model demonstrasi cukup menumbuhkan semangat anak dalam
berarti. Peningkatan melipat kertas anak mengikuti kegiatan pembelajaran. Selain itu
tertihat pada hasil lipatan anak. guru hendaknya menciptakan pembelajaran
Saran yang kondusif dan menyenangkan serta
Berdasarkan hasil penelitian dan nyaman bagi anak. Peran orang tua juga
pembahasan tindakan dan analisis penelitian sangatlah diperlukan untuk membantu anak
terkait dengan peningkatan kemampuan menunjukkan kemampuan kreativitas dalam
melipat kertas melalui model demonstrasi, melipat kertas.
perlu adanya perbaikan dan saran yang
DAFTAR PUSTAKA
Amminudin, 1954. Konsep Dasar Rosyad. Aminudin. 2002. Metode
Pembelajaran Terpadu. http:ncosyuda. Pembelajaran Pendidikan Agama
blogspot/com2012/ii/Konsep-Dasar- Islam. Jakarta: Bumi Aksara.
Pembelajaran Terpadu.html. diakses Sudjana. 2005. Penilaian Hasil Proses
28 Februari 2015. Belajar: Bandung, Remaja Rosda
Daeng Sari dan Dini P. 1996. Metode Karya.
Mengajar di TK. Jakarta Syah, Muhibbin. 1995. Psikologi Pendidikan
DEPDIKBUD. DIRJEN DIKTI. Dengan Pendekatan Baru. Bandung,
Djamarah. 2005. Strategi Belajar Mengajar: PT. Remaja Rosda Karya.
Jakarta PT. Rineke Cipta Hira. Sumantri, Mulyani. 1999. Strategi Belajar
Faizal Hizbah. Metode Pembelajaran Mengajar. Jakarta: Dekdikbud.
Tematik. (Online) http:wordpress.com Saputra, Yudha. M dan Rudyanto, 2005,
Diakses 9 Maret 2014 Pembelajaran Kooperatif Untuk
Kunandar. 2007. Guru Profesional Meningkatkan Ketrampilan Anak TK.
Implementasi Kurikulum Tingkatan Jakarta; Depdiknas.
Satuan Penddikan (KTSP) dan Sumantri. 2002. Model Pengembangan
Persiapan Menghadapi Sertifikasi Ketrampilan Motorik Anak Usia Dini.
Guru. Jakarta: PT. Raja Grafindo Jakarta: Dekdikbud.
Persada. Undang-undang Sistem Pendidikan
Oemar Hamalik. 2003. Proses Belajar Nasional. 2003. Jakarta: Sinar Grafika
Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara. Zainal Aqib. 2006. Mengenal
Purwanto. 2011. Psikologi Pendidikan. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta:
Jakarta: Remaja. Rosdakarya. Sinar Grafika.
Tellma M. Tiwa
Fakultas Ilmu Pendidikan UNIMA
ABSTRAK
Tujuan penelitian mendeskripsikan kinerja akademik dosen Program Studi Psikologi Fakultas Ilmu
Pendidikan Universitas Negeri Manado. Metode yang digunakan dalam penelitian ini ialah metode deskriptif.
Sasaran penelitian adalah Dosen Program Studi Psikologi. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan
angket. Hasil penelitian terdapat perbedaan peran yang dalam melaksanakan tugas sesuai dengan kewenangan
masing-masing dosen menurut jabatan akademik yang dimiliki serta kualifikasi akademik setiap dosen. Besarnya
peran yang dimiliki setiap dosen sesuai dengan pangkat dan jabatan akademik serta kualifikasi akademik yang
dimiliki, memberikan kontribusi yang signifikan terhadap kinerja akademik dosen Program Studi Psikologi dibidang
pendidikan dan pengajaran. Peningkatan kinerja akademik di pendidikan dan pengajaran dapat terjadi secara
berkesinambungan apabila dosen memiliki kemampuan dan kemauan dan memiliki etos kerja yang tinggi.
Kata Kunci : evaluasi, kinerja.
PENDAHULUAN
Berdasarkan Visi UNIMA maka pada psikologi yang dapat diserap oleh lembaga
tahun 2015 program studi Psikologi pemerintahan maupun swasta yang berada
berkembang menjadi Fakultas Psikologi di lingkungan PT Persero dan BUMN; (2)
sebagai pusat penyelenggaraan pendidikan Menciptakan jaringan kerjasama kemitraan
yang menghasilkan Sarjana Psikologi Strata dengan dunia usaha, pemerintah provinsi
1 (S1) yang mantap dan memiliki kapasitas SULUT, serta Kawasan Timur Indonesia
yang mampu bersaing, dan menjadi pusat dan lembaga terkait di dalam dan di luar
pengembangan instrument tes psikologi negeri melalui penelitian pengembangan
serta memiliki lembaga konsultan untuk perilaku serta pelatihan dan pengembangan
pelayanan pada maahasiswa dan masyarakat sumber daya manusia dalam rangka
umumnya. Misi Program Studi Psikologi meningkatkan produktivitas tenaga kerja dan
adalah : (1) Menyelenggarakan pendidikan produktivitas perusahaan / lembaga dalam
bagi lulusan SMA menjadi Sarjana memasuki era AFTA, (3) Menciptakan
Psikologi yang ahli dan profesional dalam komunitas psikologi yang mampu
mengerjakan dan mengelola bidang kerja menguasai teori-teori dan kajian psikologi
sumber daya manusia di berbagai bidang serta mampu menerapkannya secara kritis
terutama dalam penyelenggaraan dan dan reflektif ke dalam konteks di berbagai
penanganan masalah yang muncul di bidang kehidupan.
lembaga pendidikan sebagai ilmuan
Untuk mencapai misi Program Studi bertambahnya tugas serta peran masing-
Psikologi di atas maka, aktivitas staf masing unit pendukung pembelajaran, maka
pengajar di Program Studi Psikologi perlu tuntutan terhadap konsistensi dan idealisme
dilakukan dengan baik secara terstruktur. implementasi manajemen pembelajaran
Dalam hal pendidikan dan pengajaran maka merupakan sebuah pencapaian target
sangat diperlukan manajemen pembelajaran kelembagaan pendidikan yang harus tetap
atau pengelolaan pembelajaran di Program terjaga agar mampu memenuhi standar mutu
Studi Psikologi yang dilakukan oleh staf pelayanan pendidikan minimal guna
pengajar dengan melakukan manajemen mengimbangi tuntutan perubahan.
pembelajaran secara teratur. Manajemen Pengamatan tentang situasi serta
pembelajaran dapat dilakukan secara teratur kondisi dan perubahan iklim kepemimpinan
dengan melakukan analisis kebutuhan, juga turut mempengaruhi aktivitas dan
perencanaan pembelajaran, perubahan kinerja pengajar (dosen). Dalam
pengorganisasian, pengawasan, dan proses pembelajaran di Program Studi
penilaian. Atmosfir pembelajaran yang Psikologi Fakultas Ilmu Pendidikan
efektif diharapkan mampu menciptakan UNIMA, dapat diamati beberapa faktor yang
lingkungan akademis yang harmonis dan diduga dapat berpengaruh terhadap
produktif, jika fungsi-fungsinya didukung perubahan dan kondisi kinerja akademik
oleh sumber daya manusia yang kompeten khususnya mutu pembelajaran yang ada dan
sesuai dengan bidangnya. Kesesuaian antara dikembangkan selama ini adalah;
implementasi fungsi-fungsi manajemen terdapatnya sebagian staf pengajar yang
pembelajaran dengan tugas-tugas sumber masih kurang integritas dan pemahaman
daya staf pengajar sangat penting bagi terhadap kompetensi yang menjadi tanggung
pengembangan lingkungan akademik yang jawabnya, terutama apabila dilihat dari
tergabung dalam satuan organisasi kinerjanya. Hal ini dapat dipahami dari: (a)
pendidikan. Demikian halnya dengan masih terdapat dosen yang rendah tingkat
manajemen pembelajaran yang dilaksanakan kehadirannya di kelas, (b) sering terlambat,
pada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas dan ada anggota tim yang jarang masuk, (c)
Negeri Manado yang selalu berusaha agar implementasi manajemen pengelolaan kelas
implementasi setiap fungsi manajemen (pembelajaran), (d) penggunaan media dan
pembelajaran secara professional untuk variasi metode pembelajaran, (d) pembinaan
dapat dilaksanakan. dosen pasca pengawasan/monitoring, (e)
Dengan adanya perkembangan pembinaan dan bimbingan studi mahasiswa,
institusi yang ditandai dengan bertambahnya (f) pemeriksaan dan pengembalian tugas
usia lembaga, bertambahnya aset, mahasiswa, (g) pembuatan persiapan
berkembangnya jumlah SDM dosen mengajar, (h) penggunaan fasilitas
(Sumber Daya Manusia), berkembangnya pembelajaran (multimedia, Power Point dan
jumlah mahasiswa yang harus dilayani, internet online) (i) idealisme dalam
pengembangan sistem kelembagaan, melakukan pembimbingan skripsi, dan lain-
berkembangnya teknologi pendukung, dan lain.
METODE PENELITIAN
Dalam penelitian ini digunakan bidang akademik dan- kemahasiswaan; (7)
metode deskriptif. Variabel dalam penelitian mengembangkan program perkuliahan; (8)
ini adalah kinerja dosen yang terdiri dari: (1) mengembangkan bahan pengajaran; (9)
melaksanakan perkuliahan/tutorial dan menyampaikan orasi ilmiah; (10) membina
menguji serta menyelenggarakan kegiatan kegiatan mahasiswa di bidang akademik dan
pendidikan di laboratorium, praktik kemahasiswaan. (11) membimbing Dosen
keguruan, praktik bengkel/studio/kebun yang lebih rendah jabatannya.
percobaan/teknologi pengajaran; (2) Sasaran penelitian adalah Dosen
membimbing seminar Mahasiswa; (3) Program Studi Psikologi Fakultas Ilmu
membimbing kuliah kerja nyata (KKN), Pendidikan Unima. Pengumpulan data
praktik kerja nyata (PKN), praktik kerja dilakukan dengan menggunakan angket.
lapangan (PKL); (4) membimbing tugas Data yang diperoleh akan dianalisis dengan
akhir penelitian mahasiswa termasuk menggunakan analisis prosentase dengan
membimbing, pembuatan laporan hasil F
rumus: P = x 100%
penelitian tugas akhir; (5) penguji pada ujian N
akhir; (6) membina kegiatan mahasiswa di
DAFTAR PUSTAKA
Anton Mirmani, 2009. Evaluasi Hasil thttp://dahlariforum
Penelitian Bidang Humaniora yang .wordpress.com/2009/07/19/faktor-
diterbitkan pada Jurnal Wacana falctor-yang-dapat-mempengaruhi-
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya produktivitas),
Suatu Kajian Bibliometrik. Hartinah, Sri, 2002. Analisis Sitiran
Arikunto, Suharsimi. 1988. Penelitian (Citation Analysis). Kumpulan
Program Pendidikan. Depdikbud Makalah Kursus Bibliometrika.
Dirjen Dikti. PPLPTK. Depok: Pusat Studi Jepang.
Akhmad Sudrajat, (2008) "Teori-teori Herpratiwi, 2003. Evaluasi Kinerja Lulusan
Motivasi"(http://akhmadsudrajat.word D3 PGSD Peningkatan Mutu UNILA
press. com/2008/ 02/06/teori-teori- dalam Proses Pembelajaran di Provinsi
motivasi.html), Lampung. Lampung.
Andi, (2008), "Teori-teori Motivasi" H. Kusnadi, (2002), Pengantar Manajemen
(http://tunggarawae.multiply.com/teori dan Konsepsual & Perilaku,
-teori-motivasi), diakses pada tanggal UNIBRAW, Malang. Gray J. Winardi,
08 September 2012 (2004), Motivasi dan Pemotivasian,
Agung Harsiwi, (2004), "Produktivitas Raja Grafmdo, Jakarta.
Kerja dan Kesempatan Aktualisasi Herzberg, (2003), "Motivasi dan Industri"
Diri" (http://re- (http://digilip.petra.ac.id/jiunkpe-
searchengines.com/agunghaisiwi.html) motivasi-chapter2-.pdf), diakses pada
Baskhoro, (2008), "Pengupahan dan tanggal 08 September 2012
Produktivitas" Rusli Syarif, (1997), Sari Manajemen dan
(http://baskhoro.110mb. com/paper- Produktivitas, Angkasa, Bandung.
pengupahan-dan-produktivitas.pdf), Sinungan, (2003), Produktivitas Apa dan
__________, (2006), "Konsep Motivasi dan Bagaimana, Bumi Aksara, Jakarta.
Manajemen Waktu" Sedarmayanti, (2001), Sumber Daya
(http://deprazz.wordpress. com), Manusia dan Produktivitas Kerja,
Dahlan, (2009), "Faktor-faktor yang Mandar Maju, Bandung.
mempengaruhi produktivitas"
Meisie L. Mangantes
Fakultas Ilmu Pendidikan UNIMA
ABSTRAK
Penelitian bertujuan untuk mengetahui hubungan kinerja akademik dosen dengan motivasi belajar mahasiswa
program studi bimbingan dan konseling FIP UNIMA. Menggunakan pendekatan kuantitatif yang dirancang sebagai
penelitian korelasional. Penentuan sampel dilakukan dengan mengguakan teknik ”purposive sampling” di mana
sampel penelitian adalah mahasiswa semester VI tahun akademik 2016/2017 yaitu sebanyak 22 orang mahasiswa.
Ditentukannya mahasiswa semester 6 karena dianggap mahasiswa pada semester 6 telah banyak berinteraksi dengan
dosen dalam bidang akademik. Instrumen masing masing variabel dikembangkan dalam bentuk angket. Hipotesis
diuji dengan uji statistik non-parametrik dengan menggunakan teknik analisis korelasi rank Spearman. Hasil
penelitian disimpulkan bahwa Kinerja akademik dosen memiliki hubungan yang signifikan terhadap motivasi
belajar mahasiswa program studi bimbingan dan konseling Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Manado.
Kata Kunci : evaluasi belajar, kinerja.
PENDAHULUAN
Dalam perguruan tinggi Peran, tugas, pengabdian kepada masyarakat (Dirjen
dan tanggung jawab dosen sangat penting Dikti, 2010).
dalam mewujudkan tujuan pendidikan Dosen menjadi parameter penting
nasional, yaitu mencerdaskan kehidupan dalam proses pengendalian kelembagaan
bangsa, meningkatkan kualitas manusia perguruan tinggi karena kedudukannya yang
Indonesia, yang meliputi kualitas sangat sentral, menempatkan dosen sebagai
iman/takwa, akhlak mulia, dan penguasaan SDM utama pemegang kunci operasional
ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni, serta tugas dan tanggung jawab perguruan tinggi.
mewujudkan masyarakat Indonesia yang Dengan kemampuan profesional dan
maju, adil, makmur, dan beradab. Untuk hubungan yang dekat dengan mahasiswa
melaksanakan fungsi, peran, dan kedudukan dan sejawat, dosen sangat menentukan
yang sangat strategis tersebut, diperlukan perkembangan institusi, memhubungani
dosen yang profesional. Dosen yang lingkungan intelektual dan sosial kehidupan
profesional memiliki kompeten untuk kampus. Oleh sebab itu, berbagai upaya
melaksanakan tugas pokok dosen yaitu yang dilakukan dengan tujuan untuk
kompetensi pedagogik, profesional, meningkatkan kinerja dosen sebagai tenaga
kepribadian dan sosial yang diperlukan pengajar di perguruan tinggi secara
dalam praktek pendidikan, penelitian, dan komprehensif perlu dilakukan agar fungsi
dan perannya dapat terlaksana secara menjadi tinggi. Mahasiswa yang berada di
maksimal. Universitas Negeri Manado lingkungan masyarakat yang memiliki
sebagai institusi kependidikan, dituntut kepedulian terhadap belajar. Begitu juga
peran sertanya dalam menjawab tantangan sebaliknya, mahasiswa yang berada di
kualitas pendidikan. Untuk menghasilkan lingkungan masyarakat yang kurang peduli
lulusan yang berkualitas, dibutuhkan terhadap belajar anak memiliki motivasi
proses yang baik agar lulusan memiliki yang rendah dalam hal belajar.
kompetensi kognitif, afektif maupun Bimbingan dan Konseling merupakan
psikomotor. salah satu program studi yang ada di
Sebagai tenaga pengajar, dosen lingkungan Fakultas Ilmu Pendidikan
dituntut memiliki kemampuan dan kinerja Universitas Negeri Manado melaksanakan
yang baik sebab dosen sebagai tenaga kegiatan belajar mengajar. Dalam proses
pendidik selalu berinteaksi dengan pembelajaran setiap dosen memiliki tugas
mahasiswa. Keaktifan dosen dalam dan tanggung jawab dalam menyiapkan
memberikan perkuliahan dan keaktifan mahasiswa menjadi tenaga guru bimbingan
mahasiswa dalam mengikuti proses dan konseling yang berkualitas. Untuk
pembelajaran menjadi kunci dalam proses menjadi tenaga guru bimbingan konseling
pembelajaran. Sedangkan keaktifan yang berkualiatas maka setiap mahasiswa
mahasiswa tidak lepas dari kemampuan diharapkan memiliki motivasi belajar yang
dosen mengelola proses pembelajaran tinggi. Motivasi belajar yang tinggi dari
termasuk membangkitkan motovasi belajar mahasiswa tidak hanya ditentukan oleh
bagi mahasiswa dalam meraih prestasi kualitas belajar mereka tetapi juga peran
belajar yang lebih baik. Peran dosen dalam dosen dalam proses proses pembelajaran.
proses pembelajaran seperti student center Hasil observasi yang dilakukan
learning, lebih banyak sebagai penyedia jasa menunjukkan bahwa tidak semua mahasiswa
(provider) pembelajaran, sedangkan bimbingan dan konseling memiliki motivasi
mahasiswa sebagai pelanggan (customer) belajar yang tinggi. Masih ada beberapa di
pembelajaran. antara mereka yang sering tidak membuat
Dalam hal pembelajaran, seorang tugas dan tidak aktif berpartisipasi dalam
dosen harus mampu mengelola mata kuliah kegiatan perkuliahan. Keadaan ini diduga
yang jadi tanggungjawabnya yang hasilnya bahwa terdapat dosen yang belum
diorientasikan kepada capaian sasaran mutu melakukan perannya sebagai tenaga
program studi, sasaran mutu fakultas dan akademik profesional. Oleh karena itu perlu
pada akhirnya pada sasaran mutu melakukan penelitian tentang “Hubungan
universitas. Sasaran mutu bisa tercapai bila Kinerja akademik dosen dengan Motivasi
mahasiswa memiliki motivasi yang tinggi Belajar Mahasiswa Program Studi
dalam proses perkuliahan. Motivasi belajar Bimbingan Konseling Fakultas Ilmu
mahasiswa merupakan suatu hal yang sangat Pendidikan Universitas Negeri Manado.
penting, sebab dengan adanya motivasi ini, Permasalahan dalam penelitian
gairah dan semangat belajar mahasiswa dibatasi pada kinerja akademik dosen
dengan motivasi belajar mahasiswa yang motivasi seseorang untuk bertingkah laku.
dirumuskan sebagai berikut: Dengan motivasi yang besar, maka
Bagaimana hubungan kinerja seseorang akan melakukan sesuatu
akademik dosen dengan motivasi belajar pekerjaan dengan lebih memusatkan pada
mahasiswa program studi bimbingan dan tujuan dan akan lebih intensif pada proses
konseling FIP UNIMA. pengerjaannya. Dalam kegiatan belajar,
Penelitian ini bertujuan untuk menurut Sardiman, (1986) Motivasi belajar
mengetahui hubungan kinerja akademik adalah keseluruhan daya penggerak dalam
dosen dengan motivasi belajar mahasiswa diri siswa yang menimbulkan kegiatan
program studi bimbingan dan konseling FIP belajar, yang menjamin kelangsungan dari
UNIMA. kegiatan belajar dan memberikan arah pada
Motivasi Belajar kegiatan belajar, sehingga tujuan yang
Motivasi merupakan tenaga pendorong dikehendaki oleh subyek belajar itu dapat
yang mendorong manusia untuk bertindak tercapai.
atau melakukan sesuatu. Sedangkan Motivasi dapat dibedakan menjadi
motivasi belajar adalah keseluruhan daya motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik
penggerak psikis di dalam diri seseorang (Sardiman, 2005:189). Motivasi instrinsik
yang menimbulkan kegiatan belajar, adalah motif-motif yang menjadi aktif atau
menjamin kelangsungan kegiatan belajar berfungsinya tidak perlu dirangsang dari
dan memberikan arah pada kegiatan belajar luar, karena dalam diri setiap individu sudah
itu demi mencapai suatu tujuan. Hal tersebut ada dorongan untuk melakukan sesuatu.
sejalan dengan pendapat Dimyati dan Sedangkan motivasi ekstrinsik adalah motif-
Mudjiono (2006:80) “Motivasi dipandang motif yang aktif dan berfungsinya karena
sebagai dorongan mental yang adanya perangsang dari luar. Sejalan dengan
menggerakkan dan mengarahkan perilaku itu pula, Suryabrata (1994:72) juga membagi
manusia termasuk perilaku belajar”. motivasi menjadi 2 yaitu: a) motivasi
Berkaitan pendapat tersebut, Ratumanan ekstrinsik, yaitu motivasi yang berfungsi
(2002:72) mengatakan bahwa; “Motivasi karena adanya rangsangan dari luar; dan b)
adalah sebagai dorongan dasar yang motivasi intrinsik, yaitu motivasi yang
menggerakkan seseorang bertingkah laku”. berfungsi meskipun tidak mendapat
Sedangkan motivasi belajar adalah rangsangan dari luar.
“Keseluruhan daya penggerak psikis di Dari uraian di atas dapat disimpulkan
dalam diri siswa yang menimbulkan bahwa motivasi belajar pada dasarnya ada
kegiatan belajar, menjamin kelangsungan dua yaitu: motivasi yang datang sendiri dan
kegiatan belajar dan memberikan arah pada motivasi yang ada karena adanya
kegiatan belajar itu demi mencapai suatu rangsangan dari luar. Kedua bentuk motivasi
tujuan. belajar ini sangat berhubungan terhadap
Hubungan motivasi terhadap prestasi belajar. Setiap motivasi itu
seseorang tergantung seberapa besar berhubungan erat hubungan dengan tujuan
motivasi itu mampu membangkitkan atau suatu cita-cita. Semakin tinggi suatu
tujuan itu, maka makin kuat motivasi kemampuan dan kecakapan yang berguna
seseorang untuk mencapai tujuan. bagi kehidupannya dan diperlukan untuk
Purwanto (1996:70) mengatakan memasuki dunia kerja.
bahwa fungsi motivasi ada tiga yaitu: a) Berkenaan dengan kemampuan yang
motivasi itu mendorong manusia untuk perlu dimiliki dosen, Achmad Sanusi dan
berbuat atau bertindak, motivasi ini Rochman Natawidjaja
berfungsi sebagai penggerak atau sebagai (1991:38) menyatakan secara konseptual
motor yang memberikan energi kepada kemampuan yang perlu dimiliki dosen,
seseorang untuk melakukan sesuatu) antara lain: (1). Kemampuan professional
motivasi itu menentukan arah perbuatan ke meliputi penguasaan materi bahan
arah perwujudan suatu tujuan atau cita-cita, ajar,konsep-konsep keilmuan bahan ajar
dalam hal ini motivasi mencegah tersebut, landasan kependidikan, proses-
penyelewengan dari jalan yang harus proses pendid ikan dan pembelajaran
ditempuh untuk mencapai tujuan itu, peserta didik. (2) Kemampuan social
sehingga makin jelas tujuan itu, makin jelas meliputi kemampuan untuk menyesuaikan
pula terbentang jalan yang harus ditempuh dirikepada tujuan kerja dan lingkungan
dan c) motivasi itu menyeleksi perbuatan sekitar sewaktu menjalankan tugas sebagai
kita, artinya menentukan perbuatan mana pengajar. (3) Kemampuan personal meliputi
yang dilakuan, yang serasi, guna mencapai penampilan sikap positif atas situasikerja
tujuan itu dengan mengenyampingkan sebagai pengajar dan situasi pendidikan,
perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan pemahaman atas nilai-nilai yang seharusnya
itu. dianut oleh seorang pengajar dan
Kinerja Akademik Dosen penampilannya untuk menjadikan dirinya
Dalam Undang-undang Guru sebagai panutan dan teladan anak didiknya.
dan Dosen No.4 Tahun 2005 Pasal 3, ayat 1 Kinerja merupakan hasil atau tingkat
dikemukakan dosen mempunyai kedudukan keberhasilan seseorang secara keseluruhan
sebagai tenaga profesional pada jenjang selama periode tertentu di dalam
pendidikan tinggi yang diangkat sesuai melaksanakan tugas dengan berbagai
dengan peraturan perundang-undangan. kemungkinan, seperti standar hasil kerja,
Lebih jauh dikemukakan bahwa dosen target atau sasaran atau kriteria yang telah
adalah pendidik profesional dan ilmuwan ditentukan terlebih dahulu dan telah
dengan tugas utama menstransformasikan, disepakati bersama. Depdiknas (2004),
mengembangkan, dan menyebarluaskan menyatakan kinerja dosen
ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni adalah kemampuan untuk melaksanakan
melalui pendidikan, penelitian, dan pekerjaan atau tugas yang
pengabdian kepada masyarakat. Tugas dimiliki dosen dalam menyelesaikan suatu
utama dosen adalah sebagai pendidik. pekerjaannya. Prestasi kerja atau
Sebagai pendidik, dosen mengemban tugas penampilan kerja (performance). Kinerja
dan tanggung jawab untuk mendidik atau performansi dapat diartikan sebagai
mahasiswa menjadi individu yang memiliki presentasi kerja, pelaksanaan kerja,
pencapaian kerja, hasil kerja atau unjuk teknologi;Membuat rancangan dan karya
kerja (LAN, 2004). seni; Melaksanakan pengabdian kepada
Untuk lebih memahami tentang masyarakat, meliputi : Menduduki jabatan
kinerja dosen, berkaitan dengan hal pimpinan dalam lembaga pemerintah/
itu,dalam Keputusan Menteri Negara pejabat Negara sehingga harus dibebaskan
Koordinator Bidang Pengawasan dari jabatan organiknya; Melaksanakan
Pembangunan dan Pemberdayaan Aparatur pengembangan hasil pendidikan dan
Negara No.30/KEP/ MK WASPAN/8/1999, penelitian yang dapat dimanfaatkan oleh
tentang Jabatan Fungsional Dosen dan masyarakat, Memberi latihan/penyuluhan/
Angka Kreditnya. Dalam Kepmen tersebut penataran pada masyarakat, Memberi
dinyatakan bahwa tugas pokok dosen pelayanan kepada masyarakat atau kegiatan
adalah melaksanakan pendidikan dan lain yang menunjang pelaksanaan tugas
pengajaran pada perguruan tinggi, umum pemerintahan dan pembangunan,
penelitian serta pengabdian kepada Membuat/menulis karya pengabdian pada
masyarakat. Selanjutnya unsur utama kinerja masyarakat.
dosen dinyatakan dalam Bab II pasal 4 Hipotesis
ayat (2), yaitu: melaksanakan penelitian dan Berdasarkan penjelasan di atas maka
pengembangan serta menghasilkan karya diajukan hipotesis dalam penelitian ini yaitu
ilmiah, karya teknologi, karya seni : Terdapat hubungan kinerja dosen dalam
monumental/seni, pertunjukkan dankarya bidang akademik dengan motivasi belajar
sastra, meliputi: Menghasilkan karya mahasiswa program studi bimbingan
penelitian; Menerjemahkan/menyadur buku konseling Fakultas Ilmu Pendidikan
ilmiah; Mengedit/menyunting karya ilmiah; Universitas Negeri Manado.
Membuat rancangan dan karya
METODE PENELITIAN
Dalam penelitian ini digunakan yang berkaitan dengan Pendidikan dan
pendekatan kuantitatif yang dirancang pengajaran meliputi:
sebagai penelitian korelasional. Adapun a. Melaksanakan program kerja sesuai
Variabel-variabel dalam penelitian ini rencana,
meliputi: variabel kinerja dosen dalam b. Mempersiapkan bahan perkuliahan,
bidang akademik, dan variable motivasi c. Member perkuliahan,
belajar mahasiswa. Kinerja dosen d. respons,
adalah kemampuan untuk melaksanakan e. tugas,
pekerjaan atau tugas yang f. ujian,
dimiliki dosen dalam menyelesaikan suatu g. evaluasi,
pekerjaannya. h. penilaian,
Dalam penelitian ini, yang diteliti i. menjadi pembimbing,
adalah kinerja dosen di bidang akademik j. sponsor dalam penyusunan skripsi,
k. penguji dalam sidang.
dapat mencapai prestasi yang maksimal. ada penghargaan terhadap prestasi belajar
Diharapkan dalam diri mahasiswa akan mahasiswa, adanya kegiatana yang menarik
timbul hasrat dan keinginan berhasil, dalam belajar, serta terciptanya lingkungan
dorongan dan kebutuhan dalam belajar, belajar yang kondusif.
harapan dan cita-cita masa depan, tetapi juga
DAFTAR PUSTAKA
Afifuddin dan Sutikno, Sobry. Slemato, 2003. Belajar dan faktor-faktor
2008. Pengelolaan pendidikan. yangMemhubunganinya .Jakarta: PT.
Departemen Pendidikan dan Rineka cipta.
Kebudayaan. 1996. Kamus besar Sutikno, M. S. 2007. Menggagas
Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pembelajaran Efektif Dan Bermakna ,
Pustaka. Mataram : NTP Pres
Jamaris, Martini. 2013. Orientasi Baru Sutikono, Subri. 2008. Landasan Pendidikan
Dalam Fisiologi Pendidikan. Bogor: Bandung. Presfect.
Penerbit Gahlia Indonesia. Syaipul bahri .2002. Fisikologi
Pidarta, Made. 2007. Landasan Belajar.Cetakan I. Jakarta : Rimeka
Kependidikan. Jakarta .PT. Asdi Cipta
Mahasatya. Uno, B Hamzah ,2008. Teori Motivasi dan
Santrok, Jon W. 2011. Fisikologi Pendidikan Pengukurannya : Analisis Dibidang
.Jakarta :Salemba Humanika Pendidikan : Jakarta Bumi Aksara
Sardiman, A,M. 1990. Interaksi dan
Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta:
Rajawali.
Threesje Tolukun
Fakultas Ilmu Pendidikan UNIMA
ABSTRAK
Tujuan penelitian adalah mengetahui dan mendeskripsikan: (1) Penggunaan Layanan informasi dalam
kegiatan belajar mengajar dapat meningkatkan minat belajar siswa kelas XI jurusan teknik sepeda motor SMK
Negeri Tumpaan (2) Dampak Penggunaan Layanan informasi dalam Kegiatan Belajar Mengajar pada Siswa. Hasil
siklus I, ditemukan bahwa klien mulai mampu meningkatkan minat belajarnya. Salah satu aspek yang terlihat siswa
sudah menyusun dan memiliki jadwal belajar di rumah. Jadwal ini kemudian dilakukan secara teratur oleh siswa.
Siklus II, bahwa kegiatan PTBK untuk masalah minat belajar siswa telah menunjukkan adanya perubahan yang baik.
Layanan Informasi merupakan layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan konseli memahami
lingkungan yang baru dimasuki konseli, untuk mempermudah dan memperlancar berperannya konseli di lingkungan
yang baru. Dengan melaksanakan layanan ini siswa dapat memahami cara menyesuaian diri terhadap tuntutan
memiliki minat belajar yang dapat mempengaruhi prestasi belajarnya.
Kata Kunci : evaluasi belajar, kinerja.
PENDAHULUAN
Perkembangan Ilmu pengetahuan dan tentang layanan informasi, seperti apa yang
teknologi semakin mendorong upaya-upaya disampaikan oleh Hamalik (1994), bahwa
pembaharuan dalam pemanfaatan hasil-hasil dalam mengunakan layanan informasi guru
teknologi dalam proses belajar. Guru harus memahami tentang: (1) media sebagai
dituntut agar menggunakan alat-alat yang alat komunikasi guna lebih mengefektifkan
dapat disediakan oleh sekolah, tidak proses belajar mengajar, (2) fungsi media
menutup kemungkinan bahwa alat-alat dalam rangka mencapai tujuan pendidikan,
tersebut sesuai dengan perkembangan dan (3) seluk beluk proses belajar, (4) hubungan
tuntutan zaman. Guru harus dapat antara metode mengajar dengan media
menggunakan alat yang murah dan efisien pendidikan, (5) nilai atau manfaat media
meskipun sederhana dan bersahaja tetapi pendidikan dalam pengajaran, (6) pemilihan
merupakan keharusan dalam upaya dan penggunaan media pendidikan, (7)
mencapai tujuan pengajaran yang berbagai jenis alat dan teknik media
diharapkan (Arsyad, 2003). pendidikan, (8) media pendidikan dalam
Untuk itu dalam menggunakan setiap mata pelajaran, dan (9) usaha inovasi
layanan informasi guru harus memiliki dalam pendidikan.
pengetahuan dan pemahaman yang cukup
METODE PENELITIAN
Rancangan dalam penelitian ini adalah Rancangan penelitian tindakan ini,
rancangan penelitian tindakan. Penelitian dilakukan secara kolaboratif antara peneliti
tindakan merupakan merupakan intervensi dengan guru-guru kelas XI jurusan teknik
skala kecil terhadap tindakan dunia nyata sepeda motor SMK Negeri Tumpaan.
dan pemeriksaan cermat terhadap pengaruh Subyek dalam penelitian ini
intervensi tersebut (Cohen dan Mantion, ditentukan berdasarkan pertimbangan-
(1980) yang dikutip oleh Zuriah, (2003). pertimbangan tertentu. Pertimbangan
Rancangan dalam penelitian ini tersebut adalah faktor perbedaan
direncanakan melalui beberapa tahap kemampuan belajar antara siswa, dan
perencanaan, diantarannya: (1) refleksi awal, kondisi lingkungan objek penelitian. Subjek
(2) peneliti merumuskan permasalahan penelitian ini adalah siswa kelas XI jurusan
secara operasional, (3) peneliti merumuskan teknik sepeda motor SMK Negeri Tumpaan,
hipotesis tindakan, dan (4) menetapkan dan yang berjumlah 22 siswa.
merumuskan rancangan tindakan.
siswa masih belum maksimal, sehingga dalam pembelajaran, juga mulai terlihat,
masih dibutuhkan tindakan agar perubahan sehingga para guru yang mengajar, memberi
yang dihasil dapat lebih baik. informasi bahwa siswa-siswa tersebut sudah
Siklus II mulai rajin.
Hasil refleksi penelitian pada siklus I, Berdasarkan hasil dari pelaksanaan
peneliti memutuskan untuk memperbaiki siklus II, maka dapat dikatakan bahwa
tahap pelaksanaan bimbingan kelompok dan kegiatan PTBK untuk masalah minat belajar
lebih mengarahkan siswa untuk percaya diri siswa di kelas XI jurusan teknik sepeda
sebagai modal untuk dapat memperbaiki motor SMK Negeri Tumpaan, telah
konsep dirinya. Siklus II terdiri dari empat menunjukkan adanya perubahan yang baik.
kegiatan utama yaitu perencanaan, tindakan, Hasilnya ini, tentunya memperlihatkan,
pengamatan, dan refleksi. Berikut hasil bahwa layanan informasi sudah dapat
penelitian siklus II yang telah dilakukan oleh dilakukan guru dengan maksimal.
peneliti : Hasil Penelitian
Sebelum melaksanakan tindakan pada Siswa di kelas XI jurusan teknik
siklus I, peneliti membuat terlebih dahulu sepeda motor SMK Negeri Tumpaan, hanya
perencanaan tindakan yang diberikan kepada dua siswa yang menunjukkan sikap tekun
klien (siswa). Dalam penelitian ini peneliti belajar. Namun hasil ini sedikit berubah
menerapkan layanan informasi sebagai ketika guru melaksanakan tindakan, terlihat
layanan utama yang akan diberikan kepada pada tabel IV.4, bahwa dari 5 siswa yang
siswa kelas XI jurusan teknik sepeda motor mengalami masalah, semuanya
di SMK Negeri Tumpaan. menunjukkan adanya peningkatan pada
Pada saat pelaksanaan tindakan, indikator memiliki jadwal belajar, rapi
kegiatan pengamatan, pengisian lembar cek, dalam mengerjakan tugas, dan tekun belajar.
dan interpretasi dilakukan secara bersamaan Sedangkan pada siklus II yang terlihat di
dengan kegiatan refleksi. Penggabungan tabel IV.7, hasilnya lebih baik lagi dimana
kegiatan tindakan, observasi, dan refleksi kelima siswa yang menjadi subjek
dilakukan dalam suatu proses layanan penelitian, semua telah menunjukkan
bimbingan diberikan. Hal ini dimaksudkan perubahan minat belajar yang baik dimana
agar guru pembimbing (peneliti) dengan pada semua indikator minat belajar
mudah memahami permasalahan secara mengalami perubahan dari Tidak menjadi
detail dan masing-masing siswa, serta dapat Ya.
mengambil langkah tepat untuk Pembahasan
mengatasinya. Hasil penelitian ini sejalan dengan
Setelah melakukan tindakan sesuai pendapat Slameto (1995: 54) yang
rencana kegiatan ternyata ditemukan bahwa mengemukakan bahwa ada tiga faktor yang
klien mulai mampu meningkatkan minat dapat mempengaruhi minat belajar, yakni
belajarnya. Salah satu aspek yang terlihat, faktor jasmani, faktor psikologis dan faktor
para siswa sudah rajin mengerjakan tugas kelelahan.
yang diberikan gurunya dan terlibat aktif
Faktor Jasmani. Kesehatan adalah dapat dengan bebas menuangkan pikiran dan
keadaan atau hal sehat, kesehatan seseorang idenya tentang materi yang diberikan guru.
berpengaruh terhadap belajarnya. Kelima Ketika ide diterima oleh guru, maka siswa
siswa yang ada, memiliki tingkat kesehatan merasa dihargai. Namun selain itu, beberapa
yang baik, dimana mereka tidak mengalami cara yang dapat dilakukan guru untuk
sakit sehingga rajin datang ke sekolah. hal menyenangkan proses pengajaran,
ini tentunya merupakan modal yang kuat diantaranya: (1) hindari pengulangan hal-hal
untuk diberdayakan. yang telah diketahui, (2) suasana fisik kelas
Faktor Psikologis. Faktor inilah yang jangan membosankan, (3) hindarkan terjadi
Sekurang-kurangnya terdapat faktor-faktor frustasi yang dikarenakan situasi kelas, (4)
intelegensi, perhatian, minat bakat, hindarkan suasana kelas yang bersifat
kematangan dan kesiapan. Kelima siswa emosional sebagai akibat adanya kontak
yang mengalami masalah minat belajar, personal, (5) siapkan tugas menantang, (6)
semuanya tidak mengalami masalah. berilah pengetahuan tentang hasil yang
Mereka hanya membutuhkan informasi yang dicapai siswa, dan (7) beri hadiah/pujian
tepat, untuk mendorong potensi mereka dari usaha yang dilakukan oleh siswa.
sehingga minatnya semakin kuat untuk Selanjutnya hasil penelitian ini juga
belajar. menguatkan pendapat Hamalik (2002) yang
Faktor Kelelahan. Kelelahan dapat mengatakan bahwa memotivasi belajar
ditandai dengan adanya kelesuan dan penting artinya dalam proses belajar siswa,
kebosanan sehingga minat dan dorongan karena fungsinya yang mendorong,
untuk menghasilkan sesuatu yang hilang. menggerakkan, dan mengarahkan kegiatan
situasi inilah yang kemudian menghalangi belajar. Karena itu, prinsip-prinsip
siswa untuk menunjukkan prestasi belajar penggerakan motivasi belajar sangat erat
yang baik. akibat kekurangan informasi hubungannya dengan minat belajar siswa itu
yang benar tentang cara belajar yang efektif, sendiri.
membuat mereka terpola dengan cara belajar Ketika layaan informasi diberikan
yang lama sehingga mereka menjadi cepat secara maksimal kepada siswa, ternyata
bosan. siswa mampu memahami dengan benar,
Berkaitan dengan minat belajar siswa, mulai dari cara-cara belajar yang efektif
ternyata sangat ditentukan oleh berbagai sampai dengan apa efek dari belajar yang
faktor, siswa akan lebih senang belajarnya baik, inilah yang harus selalu digambarkan
jika kondisi pengajarannya menyenangkan, guru BK dan guru mata pelajaran. Informasi
dengan demikian dapat dipastikan bahwa ini merangsang dan memotivasi siswa untuk
minat belajarnya meningkat pula. Kondisi menunjukkan kemampua yang dimilikinya.
ini yang terpantau di kelas XI jurusan teknik sebenarnya mereka memiliki potensi, namun
sepeda motor SMK Negeri Tumpaan. karena kekurangan informasi, maka potensi
Kondisi menyenangkan membuat siswa tersebut dapat hilang dengan sendirinya.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 1996. Prosedur Handayani, Putri. 2001. Modul Bimbingan
penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Konseling. Jakarta: Labschool.
Jakarta: Rineka Cipta. Hurlock, E.. Psikologi Perkembangan (Suatu
Bahri, Syaifudin & Zain, Aswar. 2002. Pendekatan Sepanjang Rentang
Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Kehidupan) Edisi Kelima. Jakarta :
Rineka Cipta. Erlangga.
Hamalik, Oemar. 2002. Psikologi Belajar Prayitno & Amti, Eraman. 1994. Dasar-
dan Mengajar. Bandung: Sinar Baru dasar Bimbingan Konseling. Jakarta:
Algesindo. Rineka Cipta.
Romlah, Tatik. 1991. Keterampilan- Sudjana, Nana & Ibrahim. 2001. Penelitian
keterampilan belajar. Semarang: IKIP dan Penilaian Pendidikan. Bandung:
press Sinar Baru Algensindo.
Riyanto, Y. 2001. Metodologi Penelitian Sukardi, Dewa ketut. 2000. Bimbingan dan
Pendidikan.Surabaya : Penerbit SIC Konseling di Sekolah. Jakarta: Rineka
Sardiman. 1996. Interaksi dan Motivasi Cipta.
Belajar. Jakarta: Rajawali. Tu’u, s, Tulus. 2004. Prilaku dan Prestasi
Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor Siswa. Jakarta: Gramedia.
Yang Mempegngaruhinya. Jakarta: Winkel, W.S. 1996. Psikologi Pendidikan
Rineka Cipta. dan Evaluasi Belajar.
Surabaya:Gramedia.