Anda di halaman 1dari 117

Jurnal

FORUM PENDIDIKAN
Fakultas Ilmu Pendidikan UNIMA
Volume 14 Nomor 1 APRIL 2018

TIM REDAKTUR

PENGARAH

Dr. Roos M. S. Tuerah, S.Pd,. M.Pd (Dekan FIP UNIMA)

Drs. Julduz Paus, M.Pd (Pembantu Dekan I FIP UNIMA)

KETUA REDAKSI

Aldjon Dapa, S.Pd, M.Pd

PENYUNTING PELAKSANA

Drs. Pistos Manila, M.Pd

Drs. H. Pontororing, M.Pd

Dr. Meiske Liando, S.Pd, M.Pd

Richard Pangkey, S.Pd, M.Pd

STAF REDAKSI
Giovanni Poluakan, S.Psi
PANDUAN PENULISAN NASKAH

Forum Pendidikan, sebagai jurnal ilmiah bidang pendidikan, menerima kiriman naskah
dari para penulis yang berhasrat mengkomunikasikan hasil penelitian dan telaah/kajian
teoritik yang konseptual dalam bidang pendidikan.
Naskah yang masuk dan diterima redaksi akan dipertimbangkan untuk dimuat, apabila
memenuhi persyaratan sebagai berikut :
1. Naskah diketik spasi tunggal, dengan huruf Times New Roman, dalam kertas
kuarto sepanjang maksimum 10 halaman.
2. Naskah diketik melalui komputer dengan program microsoft (MS Word) dan bila
terdapat gambar, bagan atau foto maka disertakan dalam bentuk file gambar, dan
disertai dalam bentuk print out dan CD.
3. Naskah ditulis dalam Bahasa Indonesia sesuai dengan kaidah-kaidah yang
berlaku
4. Untuk laporan penelitian, sistematika penulisan terdiri atas : (a) Abstrak, (b)
Pendahuluan, (c) Metodologi Penelitian, (d) Hasil dan Pembahasan, (e) Simpulan
dan Saran, dan (f) Daftar Pustaka
5. Untuk telaah/Kajian sistematika penulisan terdiri atas : (a) Abstrak, (b)
Pendahuluan, (c) Pembahasan, (d) Simpulan dan Saran, dan (f) Daftar Pustaka.
6. Setiap penulisan mencantumkan biodata yang meliputi identitas diri, riwayat
pendidikan dan pekerjaan, karya dan aktifitas lain yang dianggap penting.
7. Setiap naskah yang masuk ke redaksi akan disunting kembali oleh Tim
Penyunting. Apabila dianggap layak akan diterbitkan dan dipertimbangkan tidak
dapat dimuat akan dikembalikan atau diinformasikan.

PENERBITAN
Frekuensi terbit Jurnal Forum Pendidikan dalam satu volume sebanyak dua nomor
per tahun (April dan Oktober)

ALAMAT
Fakultas Ilmu Pendidikan UNIMA
Jl. Kaaten Matani I Tomohon
Telp. 0431-353685
Email :
Alinrikputal@yahoo.com
DAFTAR ISI
JURNAL FORUM PENDIDIKAN
Fakultas Ilmu Pendidikan UNIMA
Volume 14 Nomor 1 APRIL 2018

PENGARUH KOMUNIKASI INTERPERSONAL TERHADAP MOTIVASI BELAJAR


Anderson Sengkey 1–7

TERAPI MUSIK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK


AUTIS
Aldjon Dapa 8 – 17

PENERAPAN KEGIATAN BERMAIN PERAN UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN


BERBICARA ANAK DI TK IDATHA MANADO
Jeconya E. Lengkong 18 – 25

PERSEPSI KEPALA SEKOLAH TENTANG PELAKSANAAN MANAJEMEN BERBASIS


SEKOLAH (MBS) PADA SEKOLAH DASAR NEGERI DI KECAMATAN DIMEMBE
KABUPATEN MINAHASA UTARA
Jetty Fientje Kaunang 26 – 36

HUBUNGAN POLA ASUH ORANGTUA DENGAN PENYESUAIAN DIRI REMAJA


Jofie Hilda Mandang 37 – 41

KAJIAN TERHADAP BUDAYA ORGANISASI DI SKB KOTA MANADO DAN SKB


TOMBARIRI KABUPATEN MINAHASA
Julduz R. Paus 42 – 51

ANALISIS PENGARUH KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH TERHADAP KINERJA


GURU SD NEGERI SE-KECAMATAN LEMBEH SELATAN KOTA BITUNG
Margareta O. Sumilat 52 – 62

PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN DAN MOTIVASI BERPRESTASI TERHADAP


KINERJA DOSEN UNIMA
Marien Pinontoan 63 – 75

PENERAPAN PENDEKATAN SAINS TEKNOLOGI DAN MASYARAKAT UNTUK


MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA SISWA SEKOLAH DASAR
Roos M. S. Tuerah 76 – 83

PENINGKATAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN


DEMONSTRASI PADA ANAK TAMAN KANAK-KANAK
Meiske T. Tumbel 84 – 89

EVALUASI KINERJA DOSEN PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS ILMU


PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI MANADO
Tellma M. Tiwa 90 – 98
i
JURNAL FORUM PENDIDIKAN
Fakultas Ilmu Pendidikan UNIMA
Volume 14 Nomor 1 APRIL 2018

HUBUNGAN KINERJA AKADEMIK DOSEN DENGAN MOTIVASI BELAJAR


MAHASISWA PROGRAM STUDI BIMBINGAN KONSELING FAKULTAS ILMU
PENDIDIKAN UNIMA
Meisie L. Mangantes 99 – 105

PENGGUNAAN LAYANAN INFORMASI UNTUK MENINGKATKAN MINAT BELAJAR


SISWA KELAS XI JURUSAN TEKNIK SEPEDA MOTOR SMK NEGERI TUMPAAN
Threesje Tolukun 106 – 112

ii
“Pengaruh Komunikasi Interpersonal Terhadap Motivasi Belajar ....” Anderson Sengkey

PENGARUH KOMUNIKASI INTERPERSONAL TERHADAP


MOTIVASI BELAJAR

Anderson Sengkey
Fakultas Ekonomi UNIMA

ABSTRAK
Tujuan penelitian untuk mengetahui apakah motivasi interpersonal guru berpengaruh terhadap motivasi
belajar siswa. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survey penelitian. Metode survey
penelitian yang mengambil sampel dari satu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data
yang pokok. Hasil dari penelitian ini ialah (1) komunikasi interpersonal guru mempunyai pengaruh terhadap
motivasi belajar siswa pada mata pelajaran Ekonomi di SMK, (2) komunikasi belajar interpersonal guru juga
mempunyai hubungan yang signifikan dengan motivasi belajar, semakin baik komunikasi siswa dan guru maka
motivasi belajar siswa juga akan semakin meningkat, dan (3) komunikasi interpersonal guru sangat penting dan
perlu dilakukan kepada siswa, karena apabila motivasi belajar siswa semakin tinggi maka pada akhirnya prestasi
belajar siswa juga akan semakin meningkat.
Kata Kunci : komunikasi interpersonal, motivasi belajar.

PENDAHULUAN
Bagi bangsa Indonesia, usaha di pendidikan nasional. Hal ini dipandang
bidang pendidikan mengacu pada tujuan penting karena pembangunan di bidang
pendidikan nasional Nomor 20 tahun 2003, pendidikan merupakan salah satu kunci
khususnya tentang fungsi dan tujuan keberhasilan. Berbagai cara telah dilakukan
pendidikan nasional yaitu : “Pendidikan oleh pemerintah agar tercapai sasaran
nasional berfungsi mengembangkan pendidikan antara lain dengan
kemampuan dan membentuk watak serta penyempurnaan kurikulum, pemerataan
peradaban bangsa yang bermartabat dalam guru-guru, juga mengadakan sarana dan
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, prasarana yang memadai. Semua itu untuk
bertujuan untuk mengembangkan potensi menunjang kebijakan pemerintah dalam
peserta didik agar menjadi manusia yang rangka meningkatkan mutu pendidikan.
beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Kemampuan interpersonal ini harus
Maha Kuasa, berakhlak mulia, sehat, dimiliki oleh guru untuk mengetahui respon
berilmu, cakap, berkreatif, mandiri, dan balik dari peserta didik dalam proses belajar
menjadi warga yang demokratis serta mengajar, apakah respon yang positif, netral,
bertanggung jawab” (R. Eko Indrajit dan R. ataupun negatif. Selanjutnya guru dapat
Djokopranoto, 2006:376). Pembangunan menentukan tindakan dalam rangka
pendidikan selalu terkait dengan menindaklanjuti respon yang diberikan oleh
peningkatan mutu hasil belajar. Peningkatan siswa, yang tentunya mempunyai respon
mutu pendidikan adalah salah satu upaya yang beragam sesuai dengan karkater yang
dalam rangka pembangunan di bidang ada dalam masing-masing siswa. Misalnya

Jurnal Forum Pendidikan || Volume 14 Nomor 1, April 2018 | 1


“Pengaruh Komunikasi Interpersonal Terhadap Motivasi Belajar ....” Anderson Sengkey

ada yang merespon dengan langsung siswa dalam arti guru tidak mau mengikuti
bertanya kepada guru, merespon dengan adanya kesetaraan guru dan siswa; guru
menganggukkan kepala, dan hanya kurang menunjukkan perasaan positif dalam
tersenyum. Oleh karena itu respon yang bentuk sikap dan perilaku, perhatian guru
harus dilakukan oleh guru pun harus hanya kepada beberapa siswa, misalnya
bervariasi sesuai dengan respon masing- siswa yang mengikuti ekstrakurikuler
masing siswa. tertentu, yang seharusnya guru harus
Kemampuan komunikasi interpersonal memberikan perhatian yang sama kepada
guru inilah dapat juga mempengaruhi semua siswa.
motivasi belajar siswa. Dalam melaksanakan Hal ini mengakibatkan siswa belum
aktivitas belajarnya siswa memerlukan mampu menerima materi dengan baik,
motivasi baik intrinsik maupun ekstrinsik motivasi belajar siswa masih rendah, siswa
agar dapat menghasilkan prestasi belajar kurang aktif dalam kegiatan belajar dan
sesuai dengan tujuan pembelajaran. Peranan mengajar, dan iklim bertanya siswa yang
guru sebagai motivator sangat diperlukan kurang kondusif. Kemampuan komunikasi
untuk meningkatkan gairah dan semangat interpersonal guru dan respon positif dari
belajar siswa, disinilah guru dituntut untuk siswa ini merupakan modal yang kuat dalam
memiliki kemampuan komunikasi yang baik mewujudkan tujuan belajar, karena semakin
(Nurhidayah, 2013:41). banyak siswa melakukan komunikasi
Rendahnya hasil belajar di sekolah dengan para siswa, siswa akan merasa
dikarenakan siswa tidak memiliki motivasi termotivasi untuk belajar. Masalah seperti
belajar yang tentunya datang dari kurangnya komunikasi interpersonal guru
komunikasi interpersonal guru, ini dengan siswa ini membutuhkan
disebabkan juga karena komunikasi antara penyelesaian yang serius, karena siswa
guru dan siswa masih kurang optimal, hal ini sebagai penerus bangsa harus diperhatikan
dapat dilihat dari kurangnya empati guru oleh semua kalangan, khususnya oleh semua
terhadap keadaan siswa, contohnya, pihak yang terkait di sekolah seperti salah
kurangnya perhatian guru ketika ada siswa satunya guru, karena gurulah yang paling
yang sudah berhari-hari tidak masuk berperan penting untuk membuat siswanya
sekolah; kurang bersedia terbuka dalam bias mencapai tujuan pembelajaran yaitu
menerima masukan siswa, guru hanya mempunyai pengetahuan yang banyak dan
sebagai pemberi materi belajar, ketika prestasi belajar siswa akan lebih meningkat
selesai memberikan materi guru langsung lagi.
memberikan tugas tertulis tanpa Hal inilah yang menarik perhatian
memberikan kesempatan kepada siswa peneliti untuk melakukan penelitian dengan
untuk bertanya; kurangnya interaksi yang berkolaborasi bersama 2 (dua) mahasiswa
terbuka dengan siswa; guru hanya yang sama-sama membahas tentang hal-hal
melaksanakan tugasnya sebagai seorang yang perlu diperhatikan demi terwujudnya
pengajar tanpa mau mendekatkan diri keberhasilan dalam belajar.
kepada siswa, adanya jarak antara guru dan

Jurnal Forum Pendidikan || Volume 14 Nomor 1, April 2018 | 2


“Pengaruh Komunikasi Interpersonal Terhadap Motivasi Belajar ....” Anderson Sengkey

METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan dalam bernama Calvein El Roy Orah (NIM
penelitian ini adalah metode survey 11310905) dengan judul penelitiannya
penelitian. Metode survey penelitian ini “Pengaruh Kondisi Ekonomi Keluarga
adalah penelitian yang mengambil sampel Terhadap Minat Belajar Siswa Kelas XI IPS
dari satu populasi dan menggunakan di SMA Negeri I Kawangkoan” dan
kuesioner sebagai alat pengumpulan data mahasiswa yang bernama Petrinella Kandis
yang pokok (Sugiyono, 2008). (NIM 12313413) dengan judul penelitiannya
Penelitian dilaksanakan dengan “Pengaruh Pengelolaan Kelas Terhadap
berkolaborasi bersama 2 mahasiswa dengan Hasil Belajar Siswa Kelas VII Pada Mata
subjek penelitian dan lokasi penelitian yang Pelajaran IPS Terpadu di SMP Negeri I
berbeda. Penelitian oleh mahasiswa yang Airmadidi.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


Analisis Data
Tabel 4.1 Skor Komunikasi Interpersonal Guru (X) dan Motivasi Belajar Siswa (Y)
Untuk Menghitung Regresi Linier Sederhana Y dan X

NO X Y X2 Y2 XY
1 80 83 6400 6889 6640
2 85 90 7225 8100 7650
3 85 85 7225 7225 7225
4 90 92 8100 8464 8280
5 80 82 6400 6724 6560
6 87 90 7569 8100 7830
7 89 90 7921 8100 8010
8 85 85 7225 7225 7225
9 90 85 8100 7225 7650
10 80 81 6400 6561 6480
11 85 86 7225 7396 7310
12 85 84 7225 7056 7140
13 80 80 6400 6400 6400
14 90 90 8100 8100 8100
15 90 85 8100 7225 7650
16 82 85 6724 7225 6970
17 86 85 7396 7225 7310
18 85 87 7225 7569 7395
19 85 85 7225 7225 7225
20 80 85 6400 7225 6800
21 80 81 6400 6561 6480

Jurnal Forum Pendidikan || Volume 14 Nomor 1, April 2018 | 3


“Pengaruh Komunikasi Interpersonal Terhadap Motivasi Belajar ....” Anderson Sengkey

NO X Y X2 Y2 XY
22 80 82 6400 6724 6560
23 85 87 7225 7569 7395
24 85 84 7225 7056 7140
25 80 80 6400 6400 6400
26 86 88 7396 7744 7568
27 90 89 8100 7921 8010
28 79 80 6241 6400 6320
29 80 80 6400 6400 6400
30 85 85 7225 7225 7225
31 80 80 6400 6400 6400
32 80 72 6400 5184 5760
Jumlah 2689 2703 227222 228843 227508

Untuk mengetahui nilai duga rata-rata Artinya, setiap pertambahan 0,29


variabel dependen (Y) atau dasar pengaruh variabel X (komunikasi interpersonal guru)
independen (Y), maka penulis menggunakan akan diikuti dengan pertambahan variabel Y
rumus regresi linier sederhana, yaitu : (motivasi belajar siswa) sebesar 59,72.
Y= a + bx Untuk mengetahui keeratan hubungan
(y) (x 2 )  (x) (xy ) antara variabel dependen dengan variabel
= independen, penulis menggunakan rumus
n X 2  (Y ) 2
koefisien korelasi yaitu :
2703 x 227222  2689 x 227508
= NXY  (X ) (Y )
32 x 227222  (2689) 2 r=
614181066  611769012
 
nX 2  (X ) 2 (ny 2  (Y ) 2 y)
= Angka-angka tersebut dimasukkan ke
7271104  7230721
dalam rumus korelasi sebagai berikut :
2412054
= NXY  (X ) (Y )
40383 r=
= 59,72  2

nX  (X ) 2 (ny 2  (Y ) 2 y)
nXY  X Y r=
B=
nX 2  (X ) 2 32 x 227508  (2689) (2703)
32 x 227508  2689 x 2703 32 x 227222  (2689) 2 (32 x 228843  (2703) 2
B=
32 x 227222  (2689) 2
7280256  7268367 r=
B=
72711047  7230721
11886
7280256  7268367
B=
40383 7271104  7230721 (7322979  7306209)
b= 0,29
Jadi Y = 59,72 + 0,29X

Jurnal Forum Pendidikan || Volume 14 Nomor 1, April 2018 | 4


“Pengaruh Komunikasi Interpersonal Terhadap Motivasi Belajar ....” Anderson Sengkey

11889 t= 3,80
r=
14691 x 9260 Dari hasil analisis data sudah didapat
thitung = 3,80 > ttabel = 2,04 yang
11889
r= membuktikan bahwa hipotesis (H0) ditolak.
677222910
Ini berarti dalam taraf nyata  = 0,05.
11889
r= Penelitian ini memperlihatkan bahwa
26023506873 komunikasi interpersonal guru mempunyai
r = 0,57 pengaruh terhadap motivasi belajar siswa
Untuk mengetahui seberapa besar
kelas XI Jurusan AP pada mata pelajaran
tingkat signifikansi hubungan antara Ekonomi di SMK.
variabel dependen dengan variabel
Pembahasan Hasil Penelitian
independen, maka digunakan koefisien Sebagaimana yang telah diuraikan bab
determinasi (r2 x 100) = 0,57 x 0,57 x 100 =
terdahulu bahwa penulisan ini bertujuan
33. untuk mengetahui seberapa besar pengaruh
r = 0,33 Komunikasi Interpersonal Guru terhadap
r2 = 33% Motivasi Belajar Siswa Kelas XI Jurusan AP
Untuk mengetahui diterima tidaknya pada mata pelajaran Ekonomi di SMK. Dan
hipotesis dari penulis maka dilakukan uji t juga telah diuraikan pada kajian teori bahwa
dengan derajat kebebasan (n – 2) yaitu (32 – penelitian juga untuk mengetahui adanya
2) 30. Besarnya ttabel yaitu t0,95 = 2,04 dengan hubungan antara komunikasi interpersonal
@ (taraf nyata) 0,05. guru motivasi belajar siswa.
H0 = Komunikasi Interpersonal guru
Maka dengan berlandaskan teori-teori
mempunyai pengaruh terhadap tersebut, telah diadakan penelitian di SMK
motivasi belajar siswa kelas XI pada mata pelajaran Ekonomi. Setelah
Jurusan AP pada mata pelajaran selesai menjalankan pengolahan data dan
Ekonomi di SMK.
analisis data melalui teknik pengolahan data
r n2 maka dapat dibahas hasil penelitian sebagai
t=
1 r2 berikut :
Komunikasi interpersonal guru
0,57 32  2 mempunyai pengaruh terhadap motivasi
t=
1  (0,57) 2 belajar siswa ini menunjukkan bahwa
komunikasi antara guru dan siswa sangatlah
0,57 30
t= penting dan perlu dilakukan agar siswa lebih
1  0,33
termotivasi lagi untuk belajar, karena
0,57 x 5,47 gurulah yang berperan penting di sekolah
t=
1  0,33 untuk memotivasi siswa agar semakin guat
0,57 x 5,47 untuk belajar. Apabila motivasi belajar
t= siswa semakin meningkat maka pada
0,67
akhirnya prestasi belajar siswa juga akan
3,1179
t= semakin baik.
0,67

Jurnal Forum Pendidikan || Volume 14 Nomor 1, April 2018 | 5


“Pengaruh Komunikasi Interpersonal Terhadap Motivasi Belajar ....” Anderson Sengkey

Semakin kuat komunikasi Dan dari hasil penelitian juga


interpersonal guru dan siswa maka akan menunjukkan adanya hubungan antara
semakin besar juga motivasi belajar yang Komunikasi Interpersonal Guru dengan
akan didapatkan oleh siswa. Bukan hanya Motivasi Belajar Siswa, semakin guru
guru, siswa juga harus bekerjasama dengan melakukan komunikasi dengan siswa maka
guru dalam melakukan komunikasi agar motivasi belajar siswa juga akan semakin
tujuan belajar bisa tercapai dan siswa akan meningkat. Hasil penelitian yang didapat ini
mendapatkan prestasi belajar yang lebih dibuktikan dari hasil analisis Uji Korelasi
baik lagi. Melihat karakter dari peserta didik dengan diperoleh koefisien korelasi (r)
yang berbeda-beda guru perlu untuk sebesar 0,29. Hal ini juga menunjukkan
melakukan pendekatan kepada siswa agar antara variabel X (Komunikasi Interperosnal
terjadi timbal balik dari komunikasi tersebut, Guru) dengan variabel Y (Motivasi Belajar
dan pada akhirnya siswa akan merespon Siswa) mempunyai hubungan yang positif
yaitu semakin termotivasi lagi untuk belajar sehingga prestasi belajar siswa akan naik.
dan lebih giat lagi dalam belajar.

SIMPULAN DAN SARAN


Simpulan karena di lingkungan sekolah gurulah
1. Komunikasi interpersonal guru yang paling banyak berperan penting
mempunyai pengaruh terhadap motivasi untuk memotivasi siswa agar semakin
belajar siswa pada mata pelajaran giat untuk belajar dan tentu saja itu
Ekonomi di SMK. semua tergantung dari komunikasi antara
2. Komunikasi belajar interpersonal guru guru dan siswa.
juga mempunyai hubungan yang 2. Selain komunikasi interpersonal guru,
signifikan dengan motivasi belajar, sebaiknya semua yang terkait seperti
semakin baik komunikasi siswa dan guru orangtua dan pemerintah juga harus ada
maka motivasi belajar siswa juga akan komunikasi yang baik dengan siswa,
semakin meningkat. sebab motivasi belajar siswa bukan hanya
3. Komunikasi interpersonal guru sangat didapatkan di lingkungan sekolah tetapi
penting dan perlu dilakukan kepada di lingkungan keluarga ataupun
siswa, karena apabila motivasi belajar masyarakat juga agar siswa lebih
siswa semakin tinggi maka pada akhirnya merasakan dorongan yang positif untuk
prestasi belajar siswa juga akan semakin terus belajar sepanjang hayat.
meningkat. 3. Hasil penelitian ini dapat dijadikan kajian
Saran serta pola proses pembelajaran yang lebih
1. Bagi guru sebaiknya memperhatikan baik untuk mencapai tujuan belajar.
komunikasi yang baik dengan siswa

Jurnal Forum Pendidikan || Volume 14 Nomor 1, April 2018 | 6


“Pengaruh Komunikasi Interpersonal Terhadap Motivasi Belajar ....” Anderson Sengkey

DAFTAR PUSTAKA
Agus M. Hardjana, 2003. Komunikasi Mulyana, Deddy. 2012. Ilmu Komunikasi:
Interpersonal. Yogyakarta: Graha Suatu Pengantar. Bandung: Remaja
Ilmu. Rosdakarya.
Anwar, Arifin. 1984. Strategi Komunikasi Nasution, 1982. Teknologi Pendidikan.
Sebuah Pengantar Ringkas. Bandung: Bandung: Bumi Aksara.
Armico. Rosmawati, 2010. Mengenal Ilmu
Devito, Joseph. 1997. Komunikasi Antar Komunikasi. Widya Pajajaran.
Manusia. Jakarta: Profesional Books. Uno, Hamzah. 2007. Motivasi Dalam
Hamalik, Oemar. 2008. Proses Belajar Pembelajaran. Malang: UIN-Malang
Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara. Press.

Jurnal Forum Pendidikan || Volume 14 Nomor 1, April 2018 | 7


“Terapi Musik Untuk Meningkatkan Kemampuan Motorik Halus Anak Autis ....” Aldjon Dapa

TERAPI MUSIK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN


MOTORIK HALUS ANAK AUTIS

Aldjon Dapa
Fakultas Ilmu Pendidikan UNIMA
e-mail : aldjondapa@unima.ac.id

ABSTRAK
Tujuan penelitian untuk meningkatkan kemampuan motorik halus anak autis dengan terapi Musik di SLB
Khusus Autis Hiskia Manado. Penelitian ini menggunakan penelitian subjek tunggal (single subject research) atau
SSR yang termasuk penelitian eksperimental yang lebih mengfokuskan pada skor atau kinerja individual dari pada
kinerja kelompok. Desain SSR yang digunakan adalah desain Metode A-B-A dan telah menunjukkan sebab akibat
antara variable independen dan variable dependen. Sasaran perilaku dicatat pada kondisi baseline A1 dengan periode
waktu tertentu dan hal ini dilakukan pada kondisi Intervensi B. Subyek penelitian adalah seorang anak yang duduk
di Sekolah Khusus Autis Hizkia School Manado. berdasarkan data hasil penelitian yang telah disajikan pada grafik
persentase di kelas, grafik batang tentang rata-rata persentase meningkatnya kemampuan motorik halus, beserta
dengan analisis hasil penelitian yang telah dipaparkan, memberikan gambaran bahwa kemampuan motorik halus
anak autis di Sekolah Khusus Autis Hizkia Manado dapat ditangani dengan terapi musik, secara signifikan
mendukung penanganan dan peningkatan kemampuan motorik halus anak Autis.
Kata Kunci : Terapi Musik, Motorik Halus, Anak Autis.

PENDAHULUAN
Autisme merupakan fenomena yang sebelumnya, perkiraan terbaru adalah 6 dari
masih menyimpan banyak rahasia walaupun 1.000 anak menderita kelainan ini (Papalia,
telah diteliti lebih dari 60 tahun yang lalu. Olds, dan Feldman, 2007). Sampai saat ini
Autisme, sebuah kelainan fungsi otak yang belum dapat ditemukan penyebab pasti dari
parah, ditandai dengan kemunduran gangguan autisme ini, sehingga belum dapat
interaksi sosial, kelemahan dalam dikembangkan cara pencegahan maupun
berkomunikasi dan berimajinasi, dan penanganan yang tepat. Pada awalnya
memiliki lingkup aktivitas dan ketertarikan autisme dipandang sebagai gangguan yang
yang sangat terbatas. Kelainan tersebut disebabkan oleh faktor psikologis, yaitu pola
biasanya muncul pada tiga tahun pertama pengasuhan orangtua yang tidak hangat
dan akan terus berlangsung hingga rentang secara emosional. Barulah sekitar tahun
waktu yang bervariasi. Empat dari lima 1960 dimulai penelitian neurologis yang
autisme adalah laki-laki (Papalia, Olds, dan membuktikan bahwa autisme disebabkan
Feldman, 2007). oleh adanya abnormalitas pada otak. Pada
Autisme adalah salah satu kelompok awal tahun 1970, penelitian tentang ciri-ciri
Autistic Spectrum Disorders (ASD) yang anak autisme berhasil menentukan kriteria
dapat merentang dari ringan sampai parah, diagnosis yang selanjutnya digunakan dalam
dan semakin menjadi umum ketimbang DSM-III. Gangguan autisme didefinisikan

Jurnal Forum Pendidikan || Volume 14 Nomor 1, April 2018 | 8


“Terapi Musik Untuk Meningkatkan Kemampuan Motorik Halus Anak Autis ....” Aldjon Dapa

sebagai gangguan perkembangan dengan Berdasarkan latar belakang yang telah


tiga ciri utama, yaitu gangguan pada diuraikan di atas maka permasalahan yang
interaksi sosial, gangguan pada komunikasi, ada adalah sebagai berikut:
dan keterbatasan minat serta kemampuan 1. Terdapat anak autis yang mengalami
imajinasi. kesulitan dalam motorik halus
Autisme tidak ada obatnya, akan tetapi 2. Perlu menggunakan terapi musik untuk
dengan diagnosis dan intervensi yang lebih membantu anak dalam meningkatkan
awal, peningkatan yang terkadang kemampuan motorik halusnya
substansial dapat terjadi. Sebagian anak Rumusan permasalahan dalam
autisme dapat diajar berbicara, membaca , penelitian ini adalah, sebagai berikut:
dan menulis. Gangguan Spectrum Autisme Bagaimanakah penerapan terapi musik
adalah suatu gangguan proses dalam meningkatkan kemampuan motorik
perkembangan, sehingga terapi jenis apapun halus anak autis di SLB Khusus Autis
yang dilakukan akan memerlukan waktu Hiskia Manado ?
yang lama. Kecuali itu, terapi harus Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
dilakukan secara terpadu dan setiap anak mendapat gambaran tentang penerapan
membutuhkan jenis terapi yang berbeda. terapi bermain dalam meningkatkan
Salah satunya adalah terapi musik. Terapi kemampuan motorik halus anak autis di
musik tidak hanya berfungsi memfasilitasi SLB Khusus Autis Hiskia Manado
perubahan positif pada perilaku manusia Penelitian ini diharapkan dapat
dewasa tetapi juga mempunyai pengaruh bermanfaat bagi:
positif pada anak penderita autisme. Musik, 1. Guru, untuk dapat memperbaiki masalah
menurut penelitian berperan sebagai motorik halus di kelas agar lebih efektif
rangsangan luar yang membuat anak dan menyenangkan bagi anak autis
nyaman, karena tidak terlibat kontak 2. Orang tua, memudahkan orang tua untuk
langsung dengan manusia. menggunakan terapi musik di rumah.
Berdasarkan keterangan diatas peneliti 3. Peneliti, dalam upaya mengembangkan
ingin mengetahui apa saja karakteristik pengetahuan peneliti tentang Terapi
penyandang autisme, mengapa terapi musik musik dalam meningkatkan kemampuan
efektif untuk meningkatkan kemampuan motorik halus anak autis di SLB Khusus
motorik halus dan bagaimana proses terapi Autis Hiskia Manado
musik terhadap subjek. Adapun tujuan dari 4. Bagi Anak autis, untuk memiliki
penelitian ini adalah untuk meningkatkan kemampuan motorik halus.
kemampuan motorik halus anak autis.

METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan penelitian kinerja individual dari pada kinerja
subjek tunggal (single subject research) atau kelompok. SSR merupakan simple and
SSR yang termasuk penelitian eksperimental repeated time series design (Campbell &
yang lebih mengfokuskan pada skor atau Stanley, 1966) dalam Tombokan Runtukahu

Jurnal Forum Pendidikan || Volume 14 Nomor 1, April 2018 | 9


“Terapi Musik Untuk Meningkatkan Kemampuan Motorik Halus Anak Autis ....” Aldjon Dapa

(2005). SSR cocok digunakan pada (mainan), makanan atau hal-hal istimewa
penelitian pendidikan khusus untuk yang disukai anak.
implemntasi prosedur atau strategi Penelitian ini dilaksanakan di dalam
modifikasi perlaku pada anak berkebutuhan ruangan terapi/kelas yang hanya
khusus dengan kemapuan terbatas (servere dikhususkan untuk satu anak autis dan satu
handicaps) (Homer, 2005). guru, yang di dalamnya berisi meja, kursi,
Desain SSR yang digunakan adalah satu tempat tidur, alat-alat terapi beserta
desain Metode A-B-A dan telah instrument yang sudah di siapkan oleh
menunjukkan sebab akibat antara variable peneliti. Dengan posisi satu kursi untuk guru
independen dan variable dependen. Sasaran dan satu kursi untuk anak,dengan posisi
perilaku dicatat pada kondisi baseline A1 guru berhadapan langsung dengan anak
dengan periode waktu tertentu dan hal ini yang dibatasi meja. Posisi pelaksanaan
dilakukan pada kondisi Intervensi B. Setelah intervensi di sudut ruangan terapi/kelas yang
pengukuran perilaku pada kondisi B, berada jauh dari pintu keluar ruangan.
lakukan pengukuran perilaku pada kondisi Ruangan dan posisi seperti ini bertujuan
baseline ke dua (A2). untuk menghindarkan anak dari intervensi
Pada saat anak diberikan instruksi dan yang lain sehingga memudahkan proses
anak tidak dapat melakukan maka diberikan intervensi.
prompt untuk memudahkan dia melakukan Subyek penelitian adalah seorang anak
latihan. Adapun latihan intruksi yaitu yang duduk di Sekolah Khusus Autis Hizkia
sebagai berikut: School Manado.
1. Pertama anak dibantu untuk memahami Data dalam penelitian ini dikumpulkan
tentang pengertian konsentrasi. dengan teknik cara yaitu :
2. Kedua anak bisa memahami konsep dari 1. Observasi, pengamatan langsung yang
konsentrasi. dilakukan dengan sengaja dan sistematis
3. Setelah anak memahami konsep,anak di 2. Wawancara, untuk mendapatkan
latih untuk berkosentrasi. informasi dan pendapat tentang
4. Anak dibantu untuk sudah bisa kemampuan berbicara anak autis
konsentrasi dengan baik dan benar. Pengolahan data dilakukan secara
5. Dan terakhir, mendengarkan musik kualitatif mengacu pada catatan yang ada
dilakukan secara berulang-ulang agar dengan menganalisis peningkatan
anak bisa berkosentrasi dengan baik. kemampuan berkosentrasi pada anak autis.
Apabila anak sudah bisa berkosentrasi Hipotesis tindakan dalam penelitian
dalam dengan baik dan benar, maka adalah sebagai berikut : “terapi musik dapat
berikan imbalan berupa pujian, benda meningkatkan kemampuan berkosentrasi
pada anak autis.”

Jurnal Forum Pendidikan || Volume 14 Nomor 1, April 2018 | 10


“Terapi Musik Untuk Meningkatkan Kemampuan Motorik Halus Anak Autis ....” Aldjon Dapa

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


A. Hasil Penelitian Sekolah,. Wawancara yang dilakukan
1. Observasi dengan anak adalah untuk
Pada Bulan September peneliti diberi memperoleh informasi komunikasi
kesempatan mengadakan penelitian di anak dengan orang lain, kesukaan
Sekolah Khusus Autis Hizkia Manado minat anak, sehingga mempermudah
dan waktu yang cukup panjang untuk peneliti memilih hadiah (reward) yang
mendalami karakter melihat secara tepat untuk pelaksanaan intervensi
jelas perilaku subyek penelitian dan yang akan dilakukan, dengan
seluruh aktivitasnya dari datang informasi yang diperoleh oleh guru
sampai selesai jam pelajaran sekolah. kelas, adalah menyangkut aktivitas
Tahap pertama yang dilakukan dalam anak dikelas, hubungannya dengan
observasi ini adalah dengan cara teman-teman dikelas, hubungannya
menghipotesis atau menduga bahwa dengan guru kelas. Informasi yang
anak tersebut termasuk anak yg kurang diperoleh dari Kepala Sekolah adalah
berkosentrasi.tahap kedua yang berkaitan dengan tanggung jawab
dilakukan peneliti adalah orang tua terhadap anak yang
mengidentifikasi kepastian subyek bersekolah termasuk perhatian orang
yang diteliti. Dan tahap ketiga tua terhadap anak yang bersekolah
dilakukan penelitian yang akan termasuk perhatian orang tua dan
dilakukan intervensi sehingga kewajiban-kewajiban yang berkaitan
diperoleh perilaku yang akan dengan anak dan latar belakang anak.
diintervensi yaitu motorik halus pada 3. Pelaksanaan Intervensi
anak autis. Adapun tujuan yang ingin dicapai
2. Wawancara dalam penelitian ini adalah untuk
Pelaksanaan wawancara dilibatkan menguji, mengetahui dan
oleh beberapa orang yang dapat mendeskripsikan implikasinya
memberikan informasi yang penggunaan musik untuk
dibutuhkan peneliti yang tentunya meningkatkan kemampuan motorik
yang bisa dijangkau oleh peneliti halus pada anak autis di Sekolah
antara lain : Anak, guru kelas, Kepala Khusus Autis Hizkia Manado.
Table.4.1 Rekapitulasi Kemampuan Motorik halus Pada anak autis di Dalam Kelas
Hari / Sesi Baseline A1 (%) Intervensi B1 (%) Baseline A2 (%)
1. 10
2. 20
3. 10
4. 0
5. 10
6. 20

Jurnal Forum Pendidikan || Volume 14 Nomor 1, April 2018 | 11


“Terapi Musik Untuk Meningkatkan Kemampuan Motorik Halus Anak Autis ....” Aldjon Dapa

7. 30
8. 30
9. 40
10. 40
11. 30
12. 30
13. 40
14. 30
15. 40
16. 40
17. 40
18. 50
19. 40
20. 50
21. 50
22 50
Rekapitulasi di atas adalah secara data awal kosentrasi belajar, kemudian
keseluruhan sesi-sesi yang dilakukan dilakukan Intervensi dengan menggunakan
peneliti mulai baseline awal, intervensi dan musik selama 14 sesi. Dan 4 Sesi terakhir
baseline akhi. 4 sesi awal dimulai dengan adalah data akhir setelah intervensi.
Gambar.4.1 Grafik Peningkatan Kemampuan Motorik Halus
60

50
Jumlah % Kosentrasi Belajar

40 0
10
30 20
30
20 40
50
10
60

0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22
Sesi

Jurnal Forum Pendidikan || Volume 14 Nomor 1, April 2018 | 12


“Terapi Musik Untuk Meningkatkan Kemampuan Motorik Halus Anak Autis ....” Aldjon Dapa

Melihat tampilan data pada Grafik di variabel, berada pada rentang terbesar
atas yang terjadi pada setiap kondisi dapat 50% dan terkecil 10%. Jejak data
dijelaskan seperti berikut : menurun dan efek positif dapat diartikan
1. Peningkatan Kemampuan Motorik Halus adanya perubahan peningkatan
Untuk baseline A1 Kosentrasi belajar kemampuan motorik halus pada anak
anak terhadap pelajaran yaitu 10%, 20%, autis.
10%, dan 0%. Perubahan level pada Pada fase baseline A2 data diperoleh
pengamatan sesi pertama adalah 10% dan sebanyak 4 sesi dengan skor Sesi pertama
sesi ke dua 20%, sesi ketiga 10% dan ke 40%, sesi kedua 50%, sesi ketiga 50%
empat 0% dengan demikian peningkatan dan sesi keempat 50%. Level perubahan
kemampuan motorik halus menurun, dan skor pertama 40% dan terakhir 50% dan
rentang berada pada skor 20% dan 0%. demikian skor perubahan 10% membaik.
Kondisi Intervensi B1, pengamatan dan Perubahan skor awal dan akhir adalah
pengumpulan data dilakukan dalam 14 sesi pertama 40% dan sesi akhir
sesi. Skor peningkatan kemampuan 50%.berdasarkan estimasi kecenderungan
motorik halus yaitu sesi pertama 10 %, arahnya meningkat, jejak data meningkat
sesi kedua 20%, sesi ketiga 30%, sesi dengan efek positif.
keempat 30%, sesi kelima 40%, sesi Data tersebut dimasukkan kediagram
keenam 40%, sesi ketujuh 30%, sesi batang dengan persentase 3 sesi baseline
kedelapan 30%, sesi kesembilan 40%, A1 yaitu 10% pada 14 Intervensi
sesi kesepuluh 30%, sesi kesebelas 40%, kemampuan motorik halus meningkat
sesi keduabelas 40%, sesi ketigabelas menjadi 33% dan pada baseline akhir
50%. perilaku meningkat menjadi 47,55 dan
Perubahan level pada sesi pertama skor semakin menetap sampai selesai
10%dan sesi keempatbelas dengan skor penelitian seperti yang ditunjukkan pada
50% ada peningkatan dan membaik diagram Batang di bawah ini :
sedangkan kecenderungan stabilitas
Gambar. 4.2 Grafik Persentase Rata-rata Peningkatan kemampuan motorik halus
50
65
45
60
40
55
35
50
Rata - rata

30
25 45
20 40
15 35
10 30
5 25
0
20
A1 B1 A2

Jurnal Forum Pendidikan || Volume 14 Nomor 1, April 2018 | 13


“Terapi Musik Untuk Meningkatkan Kemampuan Motorik Halus Anak Autis ....” Aldjon Dapa

Kriteria Stabilitas tren 0,15 kriteria Batas Atas : 33 + 7,5 = 40,5


stabilitas 75%-100% stabil (kazdin 1980: Batas bawah : 33 – 7,5 = 25, 5
Tawney & Gast,1984) untuk memperoleh Stabilitas tren : 10 : 13 = 75%
stabilitas trend yaitu: 3). Baseline A2
1). Baseline A1 Nilai Tertinggi 50 x 0,15 = 7,5
Nilai Tertinggi : 20 x 0,15 = 3 Mean Level : 40 + 50 + 50 + 50 = 190/4
Mean Level : 10 + 20 + 10 + 0 = 40 : 4 = = 47,5
10 Batas atas : 47,5 + 7,5 = 55
Batas atas : 10 + 3 = 13 Batas bawah : 47,5 – 7,5 = 40
Batas bawah : 10 – 3 =7 Stabilitas tren : 4:4 = 100%
Stabilitas tren : 2 : 4 = 50% Data yang diperoleh tersebut
2). Intervensi B1 dimasukkan kedalam table split middle A-B-
Nilai Tertinggi : 50 x 0,15 = 7,5 A yang memungkinkan kemudahan untuk
Mean Level : 10 + 20 + 30 + 30 + 40 + membaca data yang diteliti.
40 + 30 + 30 + 40 + 30 + 40 + 40 + 50 =
430/13 = 33
Table 4.2. Analisis Grafik A-B-A dengan Metode Split Middle
Langkah - langkah A1 B1 A2
Menentukan Batas Garis Tren 20 x 0,15 = 3 40 x 0,15 = 33 50 x 0,15 = 7,5
Mean Level 10 33 47,5
Batas Atas Garis Tren 13 25,5 55
Batas Bawah Garis Tren 7 40,5 40
Stabilitas Tren 50% 75% 100%
Pengumpulan data secara keseluruhan diadakan intervensi hasil estimasi data B
adalah 21 Sesi dengan lebar kondisi baseline kecenderungan naik (+) sedangkan pada sesi
awal (A1) adalah 4 sesi, Intervensi (B1) A2 estimasi arah kecenderungan datar (=).
dengan lebar kondisi 13 sesi dan lebar Seperti pada table di bawah ini yaitu
kondisi Baseline akhir (A2) adalah 4 sesi. hasil analisa di dalam kondisi pelaksanaan
Dengan estimasi arah kecenderungan data intervensi.
untuk sesi A1 ke arah turun (-) dan setelah
Kondisi A1 B1 A2
Lebar Kondisi 4 13 4
Estimasi Arah turun naik Datar
Kecenderungan data (-) (+) (=)
Stabilitas Tren Variabel Variabel Stabil
Jejak kecenderungan data (-) (+) (=)
Stabilitas level dan rentangan Variabel 7-13 Variabel 25,5 – 40,5 Variabel 40 – 55
Perubahan level 7-13 25,5 – 40,5 40 – 55
-6 -15 -15
Ket. Stabilitas tren ditentukan dengan metode Split Middle, Rentangan: Frekwensi tertinggi – Frekwensi Terendah,
Perubahan level: Frekwensi titik pertama – Frekwensi titik akhir.

Jurnal Forum Pendidikan || Volume 14 Nomor 1, April 2018 | 14


“Terapi Musik Untuk Meningkatkan Kemampuan Motorik Halus Anak Autis ....” Aldjon Dapa

Perbandingan B1/A1-A2
Jumlah Variabel yang berubah 1
Perubahan Stabilitas Trend dan Efek Turun (-) datar (=)
Perubahan Level (7-13) (40-55)
(-6) (-15)
PND Persentasi Tumpang Tindih 1:13=75% 1:4=25%
Ket: PND – Persentase tumpang tindih = jumlah titik data yang sama pada A1 dan B di bagi dengan panjang kelas
pada kondisi B dikalikan 100%.
Pembahasan dengan menggunakan musik melalu musik
Untuk menjawab pertanyaan “apakah nyanyian.
kemampuan motorik halus pada anak autis Pelaksanaan intervensi dilaksanakan
di Sekolah Khusus Autis Hizkia Manado bersamaan dengan waktu belajar rutin siswa
dapat ditangani secara tepat? Dan Apakah disekolah disemua jam terapi dan proses
Penggunaan musik dapat meningkatkan belajar mengajar di kelas, bahwa proses
kemampuan motorik halus pada anak pelaksanaan penelitian tidak melibatkan
autis?,” maka berdasarkan data hasil peneliti untuk memberikan materi pelajaran
penelitian yang telah disajikan pada grafik dan terapi, agar memudahkan peneliti
persentase di kelas, grafik batang tentang melihat secara mendetail aktifitas di dalam
rata-rata persentase meningkatnya kelas.
kemampuan motorik halus, beserta dengan Musik merupakan aplikasi atau
analisis hasil penelitian yang telah penerapan unik untuk meningkatkan
dipaparkan, memberikan gambaran bahwa kehidupan manusia dengan menciptakan
kemampuan motorik halus anak autis di perubahan-perubahan positif dalam perilaku.
Sekolah Khusus Autis Hizkia Manado dapat Musik merupakan cara mudah yang
ditangani secara tepat dan benar, jika ada bermanfaat positif bagi tubuh, psikis,
upaya dan kerjasama semua pihak yang meningkatkan daya ingat, dan hubungan
terkait dan pemilihan prosedur yang tepat sosial, dapat digunakan sebagai kesempatan
juga turut mendukung penanganan berinteraksi dan berkomunikasi dalam
kemampuan motorik halus tersebut, musik, agar dapat mengungkapkan dengan
kemudian diperoleh hasil yang valid bahwa segala cara baik menggunakan anggota
dengan penggunaan musik untuk tubuh, suara dan alat.
kemampuan motorik halus terdapat Terapi musik merupakan suatu usaha
peningkatan yang cukup signifikan. mendidik melalui pelajaran musik untuk
Dengan analisis yang telah menumbuhkan cipta, karsa, rasa estetik anak
digambarkan pada kondisi intervensi dapat didik dalam rangka mempengaruhi
kita lihat perilaku subyek mengalami perkembangan dan pertumbuhan
peningkatan sampai pada angka yang psikomotorik secara optimum.
ditargetkan yaitu 50. Peningkatan perilaku Terapi musik merupakan penggunaan
subyek disebabkan karena tepatnya musik (suara, irama, melodi dan harmoni)
penanganan intervensi yang dilakukan oleh seorang guru terhadap anak atau

Jurnal Forum Pendidikan || Volume 14 Nomor 1, April 2018 | 15


“Terapi Musik Untuk Meningkatkan Kemampuan Motorik Halus Anak Autis ....” Aldjon Dapa

sekelompok anak dalam proses membangun antara lain, keluarga, guru, latihan-latihan,
komunikasi, meningkatkan relasi media pembelajaran, dan harapan peneliti.
interpersonal, belajar, meningkatkan Akan tetapi R, harus sering mendengarkan
mobilitas, mengungkapkan ekspresi, menata musik dan melatih kosentrasi belajarnya
diri, mengembangkan potensi, memperbaiki setelah program ini berakhir agar tidak
fungsi individu atau mencapai tujuan terjadi penurunan.
lainnya agar dapat mencapai keberhasilan Efektivitas program juga didukung
dan kualitas hidup yang lebih baik oleh media yang digunakan berupa materi
(Djohan:2005). audio. Selama pembelajaran terlihat bahwa
Musik juga telah dikenal sejak lama R menikmati materi yang diberikan baik
sebagai salah satu alat yang digunakn untuk berupan musik intrumen,dan musik
memperbaiki kesehatan fisik, interaksi sosial nyanyian, maupun aktifitas – aktivitas
yang positif, ekspresi emosi secara alamiah tambahan yang menggunakan media audio,
dan meningkatkan kesadaran diri. Dalam ia lebih mudah berkosentrasi dalam hal
musik biasanya juga dilakukan dengan belajar selama intervensi.
kegiatan bernyanyi, belajar dengan gerakan, Faktor terakhir yang juga
kegiatan bernyanyi juga memiliki manfaat mempengaruhi keberhasilan program adalah
fisik karena itu termasuk dalam aktifitas harapan peneliti. Oleh karena peneliti sendiri
yang meningkatkan kadar oksigen dalam yang memberikan intervensi, maka peneliti
peredaran darah dan melatih otot utama dari memiliki harapan besar untuk mencapai
tubuh bagian atas. Kemampuan dasar target program. Hal ini merupakan
yang sudah dimiliki subyek merupakan keuntungan karena harapan ini memotivasi
karakteristik yang menunjang prgram. Di peneliti untuk mengerahkan usaha yang
samping itu, faktor internal dan eksternal besar dalam penelitian.
juga mempengaruhi keberhasilan program

SIMPULAN DAN SARAN


Simpulan perubahannya adalah meningkat. Dengan
Mengacu kepada penelitian demikian hasil penelitan membuktikan
menyatakan bahwa penerapan penggunaan bahwa meningkatnya kemampuan motorik
musik untuk meningkatkan kemampuan halus pada anak autis dengan penggunaan
motorik halus pada anak autis itu sendiri. terapi musik.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa setelah Saran
melakukan penelitian subyek tunggal, anak Berdasarkan kesimpulan di atas, maka
autis mendapat treatment dengan dapat diajukan beberapa saran sebagai
penggunaan musik dalam bentuk nyanyia, berikut :
terjadi perubahan yang signifikan. 2. Bagi Guru, Guru kiranya dapat memiliki
Hal ini ditunjukkan pada hasil sifat profesional dan mampu
treatment terjadi perubahan sesudah menyediakan waktu ekstra, ketika ingin
penggunaan treatmant dan arah menimbulkan kosentrasi belajar pada

Jurnal Forum Pendidikan || Volume 14 Nomor 1, April 2018 | 16


“Terapi Musik Untuk Meningkatkan Kemampuan Motorik Halus Anak Autis ....” Aldjon Dapa

anak,sehingga guru dapat memahami dengan menerapkan terapi musik untuk


keberadaan anak autis dengan segala meningkatkan kosentrasi belajar.
karakterististiknya, selain itu guru juga 3. Bagi Peneliti Selanjutnya,semoga bisa
harus mampu mengenal perilaku yang lebih mengembangkan penelitian-
ditimbulkan anak dan salah satu alternatif penelitian yang baru tentang penggunaan
terapi musik pada anak autis.

DAFTAR PUSTAKA
Handoyo, Y. (2004). Petunjuk praktis dan Sunanto, Juang, dkk. (2007). Pengantar
pedoman materi untuk mengajar anak Penelitian Subjek Tunggal. Jakarta :
normal, autis, dan prilaku lain. Jakarta: Depdiknas.
PT Bhuana Ilmu Populer. Siegel., Bryna, M.B. & Kronberg, R. (1996).
. . . .. .. .. . (2009). Autisme (Menyiapkan Understanding and Treating Autistic
anak autis untuk mandiri dan masuk Spectrum Disorders. New York:
sekolah regular dengan metode ABA Oxford University.
Basic). Jakarta:Pt.Buana Ilmu popular Sutadi R. dkk. (2000). Penatalaksanaan
Judarwanto, W. (2006). Deteksi Dini dan Holistik Autisme. Jakarta: FKUI.
Skrening Autis, (Makalah) Jakarta Tita, F. (2000). Autisma dan Imunisasi.
Mulana, M. (2007). Mendidik Anak Autis Bandung: Pusat Pengembangan
dan Gangguan Mental Lain Menuju Potensi Anak YSK.
Anak Cerdas dan Sehat, Katahati, New Tombokan-Runtukahu, J. (2001).
York Pemaparan dan Analisa Grafik
Purwanta, Edi. (2005). Modifikasi Perilaku, Penelitian dengan Subjek Tunggal.
Alternatif Penanganan Anak LB. Makalah tidak dipublikasikan. FIP-
Jakarta : Depdiknas. UNIMA.

Jurnal Forum Pendidikan || Volume 14 Nomor 1, April 2018 | 17


“Penerapan Kegiatan Bermain Peran Untuk Meningkatkan Kemampuan Berbicara ....”Jeconya E. Lengkong

PENERAPAN KEGIATAN BERMAIN PERAN UNTUK MENINGKATKAN


KEMAMPUAN BERBICARA ANAK DI TK IDATHA MANADO

Jeconya E. Lengkong
Fakultas Ilmu Pendidikan UNIMA

ABSTRAK
Tujuan penelitian untuk mendeskripsikan sejauhmana kemampuan berbicara anak dapat meningkat melalui
penerapan kegiatan bermain peran di TK. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas dan model yang
digunakan adalah model proses. Penerapan kegiatan bermain peran dengan dua model pembelajaran dikembangkan
melalui dua siklus penelitian. Dalam setiap siklus penelitian ditempuh melalui empat tahap penelitian menyangkut :
perencanaan, pelaksanaan kegiatan, pengamatan dan refleksi. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini ialah : (1)
Pembelajaran dengan menggunakan metode bermain peran yang dilakukan dengan baik dapat meningkatkan
kemampuan berbicara pada anak kelompok B TK, dan (2) Pembelajaran rata-rata mencapai 50% pada siklus
pertama, dan 80% pada siklus kedua.
Kata Kunci : bermain peran, kemampuan berbicara.

PENDAHULUAN
Pendidikan TK merupakan wadah prasekolah, dan partisipasi masyarakat
untuk membantu pertumbuhan dan dalam menyelenggarakan Taman kanak-
perkembangan anak prasekolah lebih lanjut kanak terus didorong sekalipun pendidikan
yang tentu memerlukan wadah untuk prasekolah tidak termasuk syarat untuk
membantu mengembangkannya serta memasuki pendidikan dasar. Walaupun
perlunya disediakan fasilitas dan sarana tidak bersifat wajib, tetapi usia prasekolah
pendukung dalam berbagai bentuk seperti merupakan usia yang cukup menentukan
sarana pendidikan yang menunjang. Dalam dalam perkembangan dan pertumbuhan
ruang lingkup program kegiatan belajar TK karena anak berada dalam keadaan yang
yang meliputi: pembentukan perilaku sangat penting untuk menerima rangsangan-
melalui pembiasaan dalam pengembangan rangsangan dari luar. Masa 5-6 tahun dalam
moral pancasila, agama, disiplin, perasaan/ kehidupan anak merupakan masa dimana
emosi dan kemampuan bermasyarakat, serta perkembangan fisik motorik, intelektual,
pengembangan kemampuan dasar melalui emosional, bahasa serta sosial berlangsung
kegiatan yang dipersiapkan oleh guru dengan sangat cepatnya, sehingga
meliputi pengembangan kemampuan menentukan masa depan anak. Dengan
berbahasa, daya pikir, daya cipta, demikian betapa pentingnya pendidikan
keterampilan dan jasmani. awal bagi hidup selanjutnya. Telah
Untuk itu peran TK sebagai tempat disebutkan bahwa pada usia TK,
pembinaan proses perkembangan anak usia perkembangan bahasa berlangsung begitu
4-6 tahun merupakan upaya memberikan cepat, karena itu stimulasi yang diberikan
kesempatan belajar bagi anak usia dalam bidang bahasa juga harus tepat.

Jurnal Forum Pendidikan || Volume 14 Nomor 1, April 2018 | 18


“Penerapan Kegiatan Bermain Peran Untuk Meningkatkan Kemampuan Berbicara ....”Jeconya E. Lengkong

Termasuk di dalamnya kemampuan Kegiatan bermain peran dapat menjadi


berbahasa yang meliputi empat kemampuan suatu kegiatan yang menarik, menggetarkan
yakni kemampuan mendengar, berbicara, perasaan, dan dapat mengembangkan
membaca dan menulis. kemampuan kognitif, afektif, maupun
Pada kenyataannya di sekolah TK psikomotor masing-masing anak, asalkan
didapati bahwa kemampuan anak dalam hal kegiatan main peran itu benar-benar
berbicara masih terbatas. Dalam kegiatan dipersiapkan dengan baik oleh guru. Pada
pembelajaran, sebagian besar anak-anak kegiatan ini nantinya anak akan diberikan
belum mampu menceritakan kesempatan untuk bebas mengungkapkkan
pengalaman/kejadian secara sederhana, imajinasi, ide, ataupun segala sesuatu yang
menjawab pertanyaan tentang keterangan, ada di alam pikir anak tanpa dibatasi oleh
ataupun mengungkapkan ide dan apa yang peran guru. Dalam kegiatan ini, guru hanya
dipikiran mereka. perlu menempatkan diri menjadi fasilitator,
Hal ini tidak lepas dari faktor guru menyiapkan situasi yang mendukung
yang kurang menggunakan kegiatan belajar kegiatan main peran ini berlangsung.
yang menarik, selalu terpusat pada kegiatan Melihat begitu bermanfaatnya
yang dilakukan berulang-ulang kegiatan bermain peran dalam peningkatan
mengakibatkan anak-anak menjadi bosan, kemampuan berbicara anak maka peneliti
selain itu cara guru menggali dan memacu hendak mengadakan penelitian dengan judul
anak untuk berbicara, belum mendukung “Penerapan Kegiatan Bermain Peran Untuk
penuh perkembangan kemampuan berbicara Meningkatkan Kemampuan Berbicara Anak
anak. di TK”.

METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian bermain bilangan buah pada gambar pohon
tindakan kelas dan model yang digunakan dan metode bercerita dengan media gambar.
adalah model proses (Kemmis & Taggart, Dalam penelitian ini yang menjadi
1988). Penerapan kegiatan bermain peran data utama adalah mahasiswa, dosen, guru
dengan dua model pembelajaran TK dan siswa yang menjadi subjek
dikembangkan melalui dua siklus penelitian. penelitian. Mahasiswa tersebut secara
Dalam setiap siklus penelitian ditempuh kolaboratif dilibatkan dalam penelitian dan
melalui empat tahap penelitian menyangkut pembekalan pembelajaran dengan penerapan
: perencanaan, pelaksanaan kegiatan, kegiatan bermain peran. Tujuan
pengamatan dan refleksi. diadakannya pembekalan adalah untuk
Penelitian kolaborasi di bawah ini menyamakan persepsi tentang penerapan
menggambarkan jenjang dan tahapan kegiatan bermain peran antara dosen,
penelitian kaji tindak dan pengembangan mahasiswa dan guru-guru TK di mana
pembelajaran melalui penerapan kegiatan penelitian ini dilaksanakan. Mahasiswa yang
bermain peran dengan menggunakan dua dilibatkan dalam penelitian ini harus
metode pembelajaran, yakni melalui menerapkan penerapan kegiatan bermain

Jurnal Forum Pendidikan || Volume 14 Nomor 1, April 2018 | 19


“Penerapan Kegiatan Bermain Peran Untuk Meningkatkan Kemampuan Berbicara ....”Jeconya E. Lengkong

peran ketika mereka mengajar untuk digunakan check-list berskala 0-100% atas
kepentingan penelitian di sekolah dasar. beberapa komponen yang dinilai. Data yang
Untuk setiap model pelaksanaan diperoleh akan dianalisis dengan
pembelajaran yang diterapkan selalu perhitungan persentase dan rata-rata hasil
dipantau oleh tim peneliti. Teknik dan alat belajar siswa dilakukan dengan
pemantauan yang digunakan adalah membandingkan hasil pencapaian kegiatan
pengamatan partisipan dengan lembar belajar mengajar melalui siklus penelitian,
observasi, check list dan catatan lapangan, dengan menggunakan rumus:
wawancara dengan guru dan siswa, dan data T
dokumen sekolah. Data-data yang terkumpul KB = Tt
X 100%
dianalisis dengan teknik analisis sesuai sifat Sedangkan data lainnya diolah dengan
data. Penilaian rancangan model teknik analisis yaitu untuk pengujian dalam
pembelajaran oleh dosen dan mahasiswa menemukan jawaban pertanyaan-
calon guru serta efektivitas pembelajaran pertanyaan.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


Tabel 4.1. Hasil Penilaian Siklus I

Indikator Penilaian
No Nama Anak Nilai
1 2 3 4 5
1 Anak 1 V - V V - ***
2 Anak 2 V V V V - ****
3 Anak 3 V - V V V ****
4 Anak 4 V - V V V ****
5 Anak 5 V - - - - *
6 Anak 6 V - - - - *
7 Anak 7 V V - - - **
8 Anak 8 V V - - V ***
9 Anak 9 V V - - - **
10 Anak 10 V V - - V ***
11 Anak 11 V V - V V ****
12 Anak 12 V V V V V *****
13 Anak 13 V V V V ****
14 Anak 14 V - V V V ****
15 Anak 15 V V V V V *****
16 Anak 16 V - - - - *
17 Anak 17 V V - - - **
18 Anak 18 V V V V V *****
19 Anak 19 V V V - V ****

Jurnal Forum Pendidikan || Volume 14 Nomor 1, April 2018 | 20


“Penerapan Kegiatan Bermain Peran Untuk Meningkatkan Kemampuan Berbicara ....”Jeconya E. Lengkong

20 Anak 20 V V V V V *****
Jumlah nilai * : 3 anak
Jumlah nilai ** : 3 anak
Jumlah nilai *** : 3 anak
Jumlah nilai **** ; 7 anak
Jumlah nilai ***** : 4 anak

Keterangan indikator penilaian: dengan tingkat perkembangan anak TK.


1. Indikator 1 : anak dapat menyebutkan Sedangkan pada penelitian ini, terdapat 11
tokoh dalam cerita anak yang memperoleh nilai bintang empat
2. Indikator 2 : anak dapat berperan sesuai dan lima. Karena itu dapat dihitung
tokoh dalam cerita presentasi yang dicapai secara klasikal di
3. Indikator 3 : anak aktif berdialog siklus I adalah 11 anak sama dengan 68 %.
4. Indikator 4 : anak dapat berbicara dengan Kemampuan berbicara yang dicapai
lafal yang benar belum meningkat sebagaimana yang
5. Indikator 5 ; anak dapat menceritakan diharapkan yaitu minimal 15 anak yang
pengalaman bermain peran harus mencapai bintang empat dan bintang
Keterangan Nilai: lima (75 % dari 20 anak).
1. Mencapai 1 indikator nilai * Untuk meningkatkan kemampuan
2. Mencapai 2 indikator nilai ** berbicara yang masih kurang pada siklus 1,
3. Mencapai 3 indikator nilai *** maka perlu adanya perbaikan untuk tindakan
4. Mencapai 4 indikator nilai **** selanjutnya dengan cara sebagai berikut:
5. Mencapai 5 indikator nilai * * * * * 1) Mengoptimalkan penggunaan kegiatan
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bermain peran yang terapkan guru.
kemampuan berbicara anak melalui 2) Pengelolaan interaksi kelas harus tepat
penerapan metode bermain peran yaitu sehingga anak dapat belajar dengan baik
dengan jumlah anak 20 maka diperoleh hasil dan menyenangkan.
3 anak mampu mencapai bintang satu, 3 3) Penggunaan alokasi waktu harus sesuai
anak lainnya memperoleh bintang dua, dan 3 dengan alokasi waktu yang ditentukan
anak dapat mencapai bintang tiga, 7 anak sehingga ada waktu untuk diskusi dan
lagi mampu mencapai bintang empat, dan 4 tanya jawab.
anak mampu mencapai bintang bintang lima. 4) Agar penguasaan peran dapat dipahami
Anak yang mampu mencapai bintang anak, maka sebaiknya guru perlu
empat dan bintang lima dapat dikatakan membuka wawasan anak-anak tentang
mengalami kemampuan berbicara sesuai peran yang akan dimainkan.
Tabel 4.2. Hasil Penilaian Siklus II
Indikator Penilaian
No Nama Anak Nilai
1 2 3 4 5
1 Anak 1 V - V V - ***
2 Anak 2 V V V V - ****
3 Anak 3 V - V V V ****

Jurnal Forum Pendidikan || Volume 14 Nomor 1, April 2018 | 21


“Penerapan Kegiatan Bermain Peran Untuk Meningkatkan Kemampuan Berbicara ....”Jeconya E. Lengkong

4 Anak 4 V - 3 - 3 ***
5 Anak 5 V V V - V ****
6 Anak 6 V V V V - ****
7 Anak 7 V V - V V ****
8 Anak 8 V V - - V ***
9 Anak 9 V V V V V *****
10 Anak 10 V V V V V *****
11 Anak 11 V V - V V ****
12 Anak 12 V V V V V *****
13 Anak 13 V V V V V ****
14 Anak 14 V - V V V ****
15 Anak 15 V V V V V *****
16 Anak 16 V V A/ V - ****
17 Anak 17 V V V V - ****
18 Anak 18 V V V V V *****
19 Anak 19 V V V - V ****
20 Anak 20 V V V V 3 *****
Jumlah nilai * : - anak
Jumlah nilai ** : - anak
Jumlah nilai *** : 3 anak
Jumlah nilai **** : 11 anak
Jumlah nilai ***** : 6 anak

Keterangan indikator penilaian: dengan jumlah anak 20 maka diperoleh hasil


1. Indikator 1 : anak dapat menyebutkan tidak ada anak yang mencapai bintang satu,
tokoh dalam cerita tidak ada anak lagi memperoleh bintang dua,
2. Indikator 2 : anak dapat berperan sesuai dan 3 anak dapat mencapai bintang tiga, 11
tokoh dalam cerita anak lagi mampu mencapai bintang empat,
3. Indikator 3 : anak aktif berdialog dan 6 anak mampu mencapai bintang
4. Indikator 4 : anak dapat berbicara dengan bintang lima.
lafal yang benar Anak yang mampu mencapai bintang
5. Indikator 5 ; anak dapat menceritakan empat dan bintang lima dapat dikatakan
pengalaman bermain peran mengalami kemampuan berbicara sesuai
Keterangan Nilai: dengan tingkat perkembangan anak TK.
1. Mencapai 1 Indikator nilai * Sedangkan pada penelitian ini, terdapat 17
2. Mencapai 2 indikator nilai ** anak yang memperoleh nilai bintang empat
3. Mencapai 3 indikator nilai *** dan lima. Karena itu dapat dihitung
4. Mencapai 4 indikator nilai *** presentasi yang dicapai secara klasikal di
5. Mencapai 5 indikator nilai **** siklus II adalah 17 anak sama dengan 85 %.
Berdasarkan label di atas dapat dilihat Kemampuan berbicara yang dicapai
kemampuan berbicara anak melalui karena diterapkannya kegiatan bermain
penerapan metode bermain peran yaitu peran dan mengalami peningkatan

Jurnal Forum Pendidikan || Volume 14 Nomor 1, April 2018 | 22


“Penerapan Kegiatan Bermain Peran Untuk Meningkatkan Kemampuan Berbicara ....”Jeconya E. Lengkong

sebagaimana yang diharapkan yaitu minimal I pelaksanaan pembelajaran sudah berjalan


15 anak yang harus mencapai bintang empat dengan baik, ini dapat dilihat pada data lari
dan bintang lima (75 % dari 20 anak). 20 orang anak hanya 3 orang anak yang
Pembahasan belum mendapat bintang empat atau bintang
Siklus 1 lima. Hal ini dapat dilihat dari prosentase
Dari hasil perbaikan siklus 1 ini perbandingan antara siklus 1 dan siklus 2,
menunjukkan adanya peningkatan yaitu 68 % pada siklus 1 dan 85% di siklus
kemampuan berbicara anak dalam kegiatan 2. Faktor-faktor keberhasilan pada siklus 2
pembelajaran. Hal ini terbukti dari ini dapat di capai karena:
perbandingan antara sebelum perbaikan dan 1. 85% anak dapat meningkatkan
setelah perbaikan. Dari data terlihat bahwa kemampuan berbicara melalui metode
sebelum perbaikan jumlah anak yang dapat bermain peran.
mencapai bintang empat dan bintang lima 2. Anak menjadi berani tampil dan berani
sebanyak 11 anak sedangkan data setelah mengungkapkan imajinasinya ketika
perbaikan naik menjadi 17 orang dari jumlah bermain peran.
anak yaitu 20 orang, ini menggambarkan 3. Anak mampu memainkan beberapa
bahwa ada kenaikan sekitar 17% dari macam peran dengan baik.
sebelum perbaikan. 4. Anak aktif dalam pembelajaran karena
Faktor-faktor keberhasilan dan mempunyai minat yang besar pada
kelemahan yang tampak pada siklus I: kegiatan bermain peran.
1. 68 % anak dapat meningkatkan 5. Anak dapat melaksanakan kegiatan
kemampuan berbicara melalui metode dengan menyenangkan pada kegiatan
bermain peran. bermain peran.
2. Sebagian besar anak belum bisa aktif Dengan demikian berdasarkan
dalam bermain peran. pelaksanaan kegiatan pembelajaran bermain
3. Sebagian besar anak masih takut dalam peran yang dimulai dengan siklus 1 hingga
mengungkapkan imajinasinya. siklus 2 telah menunjukkan terjadinya
4. Guru belum bisa mengoptimalkan perbaikan proses pembelajaran, terbukti dari
metode yang digunakan dalam bermain hasil observasi oleh peneliti bahwa jumlah
peran. anak yang mencapai bintang empat dan lima
Dari temuan-temuan di atas dapat hanya 11 anak pada siklus 1 ada kenaikan
diperoleh keterangan bahwa secara menjadi 17 anak pada siklus 2 anak yang
keselumhan anak belum dapat mencapai mendapat bintang empat dan lima dari 20
indikator yang ditetapkan, sehingga anak.
diperlukan perbaikan pada pelaksanaan Secara umum hasil belajar yang
siklus ke 2. terlihat dari kedua siklus ini adalah adanya
peningkatan kemampuan berbicara anak
Siklus 2 karena penerapan kegiatan bermain peran.
Berdasarkan pelaksanaan kegiatan Keberhasilan penelitian ini dapat dilihat dari
pembelajaran pada siklus 1 maka pada siklus hasil belajar siklus 1 dan siklus 2, yaitu 68

Jurnal Forum Pendidikan || Volume 14 Nomor 1, April 2018 | 23


“Penerapan Kegiatan Bermain Peran Untuk Meningkatkan Kemampuan Berbicara ....”Jeconya E. Lengkong

% meningkat menjadi 85%. Dengan bermain peran ini baik untuk diterapkan
demikian terjadi kenaikan dari siklus 1 ke dalam pembelajaran terutama dalam
siklus 2 kenaikannya 17% (85%- pengembangan kemampuan berbicara dan
68%=17%). berbahasa. Namun harus diperhatikan dalam
Tingkat keberhasilan pelaksanaan penyediaan alat bermain peran haruslah
siklus 1 adalah 68 % anak aktif mengikuti yang dapat menarik minat anak, walaupun
pembelajaran, sedangkan pada siklus 2 anak alat atau media tersebut dalam bentuk yang
berhasil 85%. Jika kedua siklus tadi paling sederhana sekalipun.
dibandingkan maka siklus 2 lebih berhasil Sehingga untuk menerapkan metode
dari siklus 1, maka pada siklus 2 terdapat ini perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut
keunggulan-keunggulan sebagai berikut: 1) antara lain:
menunjukkan rata-rata anak tertarik pada 1. kesiapan guru dalam pengguasan metode
kegiatan bermain peran; 2) anak menjadi yang akan digunakan;
berani tampil dan dapat mengungkapkan 2. ketersediaan media;
imajinasinya dalam bermain peran; 3) anak 3. kemampuan guru mengelola
mampu memainkan beberapa peran dengan pembelajaran.
baik; 4) anak terlibat aktif dalam Berdasarkan hasil belajar secara
pembelajaran di kelas; 5) anak dapat klasikal individual dan kelompok serta
melaksanakan kegiatan dengan pencapaian indikator yang ditetapkan maka
menyenangkan melalui bermain peran. penelitian ini masih menyisakan
Melihat hasil dari penelitian tindakan permasalahan, untuk itu penelitian tindakan
kelas ini, maka dapat dikatakan metode kelas ini perlu ditindaklanjuti.

SIMPULAN DAN SARAN


Simpulan mengingat cukup signifikan terhadap
Berdasarkan hasil penelitian tersebut hasil belajar anak.
diperoleh kesimpulan yaitu : 2. Guru hendaknya menambah wawasan
1. Pembelajaran dengan menggunakan tentang stimulasi yang tepat dalam
metode bermain peran yang dilakukan merangsang dan meningkatkan kemapuan
dengan baik dapat meningkatkan berbicara, dan seharusnya guru lebih
kemampuan berbicara pada anak kreatif dalam menciptakan baragam
kelompok B TK. media dan kegiatan sesuai dengan situasi
2. Pembelajaran rata-rata mencapai 50% dan kebutuhan dalam kegiatan
pada siklus pertama, dan 80% pada siklus pembelajaran.
kedua. 3. Dengan adanya penelitian ini diharapkan
Saran dapat meningkatkan mutu pendidikan di
1. Penggunaan metode bermain peran dalam TK.
pembelajaran perlu terus ditingkatkan

Jurnal Forum Pendidikan || Volume 14 Nomor 1, April 2018 | 24


“Penerapan Kegiatan Bermain Peran Untuk Meningkatkan Kemampuan Berbicara ....”Jeconya E. Lengkong

DAFTAR PUSTAKA
Aisyah, Siti, dkk. 2009. Pembelajaran Nurbiana Dhieni, dkk. 2007. Metode
Terpadu. Jakarta: Universitas Terbuka. Pengembangan Bahasa. Jakarta:
A. Wasik. 2008. Pendidikan Anak Usia Universitas Terbuka.
Dim. Jakarta: PTINDEKS. Siti Aisyah dkk. 2007 Perkembangan dan
Depdikbud. 1998. Petunjuk Teknis Proses Konsep Dasar Pengembangan Anak
Belajar Mengajar di Taman Kanak- Usia Dini. Jakarta: Universitas
kanak. Jakarta. Terbuka.
Departemen Pendidikan Nasional. 2007. Sudjiono N.Yuliani.2009. Konsep Dasar
Pedoman Pembelajaran Bidang PAUD. Jakarta:Indeks.
Pengembangan Bahasa di Jakarta. Suhartono. 2005. Pengembangan
Direktorat Pembinaan PAUD,2010, Keterampilan Bicara Anak Usia Dini.
Membangun Pengetahuan Anak Usia Jakarta: Departemen Pendidikan
dini, Jakarta. Nasional.
Hurlock. 1995. Perkembangan Anak. Sofia Hartati. 2005. Perkembangan Belajar
Erlangga. Pada Anak Usia Dini. Jakarta:
Katiandago.Johnly. 2012, Materi Diklat Departemen Pendidikan Nasional.
Guru PAUD Main Peran. Manado Suryadi. 2007. Cora Efektif Memahami
Kemdiknas, 2010, Membangun Pengetahuan Perilaku Anak Usia Dini. Jakarta:
Anak Usia Dini. Jakarta. Dir. PAUD. EDSA Mahkota.
Luluk Asmawati, dkk. 2008. Pengelolaan Trianto,Y. 2001. Metodologi Penelitian
Kegiatan Pengembangan Anak Usia Pendidikan. Surabaya : SIC.
Dini. Jakarta: Universitas terbuka. Wardhani Igak, Wihardit Kuswaya, (2008)
Mayke S. Tedjasaputra. 2000. Bermain, Penelitian Tindakan Kelas Jakarta :
Main dan Permainan. Jakarta :PT. Universitas Terbuka.
Gramedia Widiasarana Indonesia. Yusuf, S. 2004. Psikologi Perkembangan
Mulyadi ,Seto, 2004. Bermain dan Anak dan Remaja. Bandung: Remaja
Kreatifitas. Jakarta: Papas Sinar Rosdakarya.
Sinanti. Zainal, A.2006. Penelitian Tindakan Kelas.
Irama Widya: Bandung.

Jurnal Forum Pendidikan || Volume 14 Nomor 1, April 2018 | 25


“Persepsi Kepala Sekolah Tentang Pelaksanaan MBS Pada SDN Di Kec. Dimembe ....”Jetty F. Kaunang

PERSEPSI KEPALA SEKOLAH TENTANG PELAKSANAAN


MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH (MBS) PADA SEKOLAH DASAR
NEGERI DI KECAMATAN DIMEMBE KABUPATEN MINAHASA UTARA

Jetty Fientje Kaunang


Fakultas Ilmu Pendidikan UNIMA
e-mail : jettyfkaunang@gmail.com

ABSTRAK
Penelitian bertujuan ingin mengungkap sejauh mana persepsi kepala sekolah tentang pelaksanaan MBS pada
sekolah dasar Negeri dikabupaten Minahasa Utara.Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
penelitian survey. Jumlah sampel adalah 11 orang, masa jabatan kepala sekolah kurang dari 10 tahun berjumlah 5
orang dan lebih dari 10 tahun berjumlah 6 orang. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan kuesioner yang di
sebarkan kepada para kepala sekolah untuk diisi.Teknik analisis data diolah menggunakan teknik analisis uji-t untuk
menguji perbedaan persepsi antara dua kelompok kepala sekolah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada
kesamaan persepsi di kalangan para kepala sekolah, baik yang mempunyai masa kerja lebih dari 10 tahun dan
kurang dari 10 tahun.
Kata Kunci : Persepsi, Manajemen Berbasis Sekolah, Kepala Sekolah.

PENDAHULUAN
Pembangunan nasional dalam bidang Era reformasi yang sedang kita jalani
pendidikan adalah upaya mencerdaskan ditandai oleh beberapa perubahan dalam
kehidupan bangsa dan meningkatkan berbagai bidang kehidupan seperti politik,
kualitas manusia Indonesia yang beriman, hankam dan kebijakan mendasar lain
bertakwa, dan berakhlak mulia serta (Mulyasa,2002). Perubahan tersebut antara
menguasai ilmu pengetahuan, teknologi, dan lain melahirkan Undang-Undang no.22
seni dalam mewujudkan masyarakat yang tahun 1999 tentang Otonomi Daerah dan
maju, adil, makmur, dan beradab Undang-Undang no. 25 tahun 1999 tentang
berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah.
Dasar Negara Republik Indonesia. Undang-Undang tersebut membawa
Pendidikan memberikan kontribusi konsekuensi terhadap bidang-bidang
yang sangat besar terhadap kemajuan suatu kewenangan daerah sehingga lebih otonom,
bangsa, dan merupakan wahana dalam termasuk di bidang pendidikan.
menerjemahkan pesan-pesan konstitusi serta Mulyasa (2002) mengatakan bahwa
sarana dalam membangun watak bangsa. keinginan pemerintah yang digariskan dalam
Masyarakat yang cerdas akan memberi haluan Negara agar pengelolaan pendidikan
nuansa kehidupan yang cerdas pula, dan diarahkan pada desentralisasi, menuntut
secara progresif akan membentuk partisipasi masyarakat secara aktif untuk
kemandirian. merealisasikan otonomi daerah.Karena itu
perlu kesiapan sekolah, sebagai ujung

Jurnal Forum Pendidikan || Volume 14 Nomor 1, April 2018 | 26


“Persepsi Kepala Sekolah Tentang Pelaksanaan MBS Pada SDN Di Kec. Dimembe ....”Jetty F. Kaunang

tombak pelaksanaan operasional pendidikan, yaitu melalui consensus nasional antara


pada garis bawah. Lebih lanjut dikatakan pemerintah dengan seluruh lapisan
bahwa kebijakan yang sudah ada, terkait dan masyarakat. Standar kompetensi yang
sepadan (link and match) dengan mungkin akan berbeda antar sekolah
pengoperasian muatan lokal, masih belum atau antar daerah akan menghasilkan
tuntas dilaksanakan. standar kompetensi nasional dalam
Sekarang dihadapkan pula pada tingkatan standar minimal, normal, dan
otonomi daerah yang menuntut pengelolaan unggulan.
pendidikan secara otonomi dengan Model 2. Peningkatan efisiensi pengelolaan
Manajemen Berbasis Sekolah (MBS). MBS pendidikan mengarah pada pengelolaan
pada dasarnya merupakan konsep otonomi pendidikan berbasis sekolah, dengan
pendidikan yang memberikan wewenang memberi kepercayaan yang lebih luas
dan peluang seluas-luasnya bagi sekolah kepada sekolah untuk mengoptimalkan
untuk mengelola segenap aspek pendidikan sumber daya yang tersedia bagi
di lembaganya secara demokratis, tercapainya tujuan pendidikan yang
transparansi, kreati, dinamis dan inovatif, diharapkan.
mulai dari aspek manajemen, anggaran, 3. Peningkatan relevansi pendidikan
kurikulum, pengawasan, evaluasi, mengarah pada pendidikan berbasis
pembinaan karir, pengendalian kualitas, dan masyarakat. Peningkatan peran serta
lainnya. Harapan tinggi memang dipikul orang tua dan masyarakat pada level
dalam penerapan MBS guna meningkatkan kebijakan(pengambilan keputusan) dan
hasil-hasil pendidikan di sekolah yang level operasional melalui komite
selama ini dinilai oleh banyak kalangan (dewan) sekolah. Komite ini terdiri atas
masih memprihatinkan. kepala sekolah, guru senior, wakil orang
Oleh karena itu MBS menuntut tua, tokoh masyarakat, dan perwakilan
pemikiran-pemikiran yang sistematis, untuk siswa. Peran komite meliputi
merumuskan bentuk hubungan kerja yang perencanaan, implementasi, monitoring,
sesuai sebagai dasar dalam kaitannya serta evaluasi program kerja sekolah.
dengan otonomi daerah dan relevansi 4. Pemerataan pelayanan pendidikan
pendidikan. Sidi (dalam Mulyasa, 2002) mengarah pada pendidikan yang
mengemukakan empat isu kebijakan berkeadilan. Hal ini berkenaan dengan
penyelenggaraan pendidikan nasional yang penerapan formula pembiayaan
perlu direkonstruksi dalam rangka otonomi pendidikan yang adil dan transparan,
daerah, berkaitan dengan mutu pendidikan, upaya pemerataan mutu pendidikan
efisiensi pengelolaan pendidikan, serta dengan adanya standar kompetensi
relevansi pendidikan dan pemerataan minimal, serta pemerataan pelayanan
pelayanan pendidikan sebagai berikut: pendidikan bagi siswa pada semua
1. Upaya peningkatan mutu pendidikan lapisan masyarakat.
dilakukan dengan menetapkan tujuan
dan standar kompetensi pendidikan,

Jurnal Forum Pendidikan || Volume 14 Nomor 1, April 2018 | 27


“Persepsi Kepala Sekolah Tentang Pelaksanaan MBS Pada SDN Di Kec. Dimembe ....”Jetty F. Kaunang

Menurut Danim (2006) MBS Penerapan MBS diharapkan dapat


merupakan salah satu bentuk reformasi mendongrak peningkatan kualitas sumber
manajemen pendidikan di tanah air. daya manusia dan menggerakkan kemajuan
Dikarenakan MBS merupakan satu bentuk daerah untuk mencapai kesejahtraan hidup
pembaruan di bidang manajemen pendidikan masyarakat. Sehubungan dengan hal
persekolahan, konsepsi pembaruan itu tersebut, akibatnya lembaga sekolah pun
memerlukan penjelasan yang memadai. secara terus menerus perlu melakukan
Lebih lanjut dikatakannya bahwa Kepala perubahan dan penyesuaian parameter
Sekolah merupakan subyek yang paling kualitas pendidikan, baik dari segi input,
banyak terlibat dalam aplikasi inovasi proses, produk, maupun outcome. Dengan
manajemen pendidikan di tingkat mikro. kata lain desentralisasi pendidikan melalui
Kepala Sekolah adalah guru yang MBS mengandung tuntutan agar lembaga
mendapatkan tugas tambahan sebagai kepala sekolah mampu membangun system
sekolah. Memegang tugas tambahan berarti pendidikannya secara responsive terhadap
tugas utamanya adalah guru, juga bermakna perubahan dan tuntutan zaman.
bahwa kedudukannya sebagai tenaga Menurut Agung (2012) secara
professional lebih dominan ketimbang eksplisit penerapan MBS memberikan
kedudukannya sebagai pejabat peluang dan keleluasaan untuk menciptakan
administrative yang menjalankan tugas- sekolah sebagai organisasi pembelajar untuk
tugas administrasi atau ketatalaksanaan mencapai keefektivan hasil pendidikan.
sekolah. Artinya melalui MBS mengharuskan
Lebih lanjut Danim mengemukakan sekolah untuk mulai meninggalkan struktur
bahwa tujuan utama Manajemen Berbasis organisasi sekolah tradisional di mana
Sekolah (MBS) yaitu meningkatkan aktivitas yang semula dikelompokkan oleh
efisiensi, mutu, dan pemerataan pendidikan. fungsi yang dicirikan dengan tugas-tugas
Peningkatan efisiensi diperoleh melalui rutin, monoton, kurang kreatif, pasif serta
keleluasaan mengelola sumber daya yang prosedur pengendalian standar, kea rah
ada, partisipasi masyarakat, dan paradigm baru yakni organisasi pembelajar.
penyederhanaan birokrasi. Peningkatan Selanjutnya dikatakan bahwa sekolah
mutu diperoleh melalui partisipasi orang tua, yang masih menganut system tradisional
kelenturan pengelolaan sekolah, peningkatan dengan hirarkhi atas bawah memberi
profesionalisme guru, adanya hadiah dan peluang bagi terciptanya kehidupan
hukuman sebagai control serta hal lain yang organisasi yang lebih kering, datar, dan
dapat menumbuhkembangkan suasana yang stagnan, sebaliknya sekolah sebagai
kondusif. organisasi pembelajar memberikan vasilitas
Peningkatan pemerataan pendidikan baru terhadap staf/karyawan di sekolah.
tampak pada tumbuhnya partisipasi Mulyasa(2002) mengemukakan bahwa
masyarakat terutama yang mampu dan implementasi MBS menuntut dukungan
peduli, sementara yang kurang mampu akan tenaga kerja yang terampil dan berkualitas
menjadi tanggung jawab pemerintah. agar dapat membangkitkan motivasi kerja

Jurnal Forum Pendidikan || Volume 14 Nomor 1, April 2018 | 28


“Persepsi Kepala Sekolah Tentang Pelaksanaan MBS Pada SDN Di Kec. Dimembe ....”Jetty F. Kaunang

yang lebih produktif dan memberdayakan Sekolah (MBS) pada sekolah dasar negeri di
otoritas daerah setempat, serta kecamatan Dimembe Kabupaten Minahasa
mengefisienkan system dan menghilangkan Utara.
birokrasi yang tumpang tindih. Persepsi menurut Kamus Inggris
MBS memberi peluang bagi kepala Indonesia perception adalah tanggapan daya
sekolah, guru, dan peserta didik untuk memahami/menanggapi (Echols dan
melakukan inovasi dan improvisasi di Shadily). Persepsi adalah proses yang
sekolah, berkaitan dengan masalah dengannya individu menerima dan
kurikulum, pembelajaran, manajerial dan menafsirkan informasi tentang lingkungan.
lain sebagainya yang tumbuh dari aktivitas, Persepsi juga berarti proses yang dengannya
kreativitas dan profesionalisme yang seorang individu menyaring, memilih,
dimiliki. Pelibatan masyarakat dalam dewan mengorganisasikan, dan
sekolah di bawah monitoring pemerintah, menginterpretasikan rangsangan atau
mendorong sekolah untuk lebih terbuka, stimulus sehingga rancangan-rancangan itu
demokratis dan bertanggung jawab. Bahkan bermakna bagi individu tersebut
dikatakan, jika MBS benar-benar diterapkan, (Griffin,Ricky,Gregory).
kewenangan untuk merekrut tenaga guru, Dalam penelitian ini persepsi diartikan
merekrut dan mengangkat kepala sekolah, sebagai tanggapan, interpretasi, pendapat
system pembayaran gaji, penetapan kalender tertentu mengenai suatu aspek dari tugas-
sekolah, penetapan biaya pendidikan di tugas yang dipercayakan kepada seseorang
sekolah, bahkan juga kurikulum, semuanya dalam hal ini kepala sekolah sebagai
menjadi kewenangan sekolah. pemimpin sekolah juga sebagai menejer
Menjadi permasalahan bahwa sekolah maupun sebagai guru professional
berdasarkan pengamatan di lapangan dengan tugas tambahan sebagai kepala
pelaksanaan MBS belum dilaksanakan sekolah.
secara maksimal bahkan ada sekolah yang Manajemen berbasis sekolah
belum memahami benar bagaimana merupakan salah satu upaya pemerintah
pelaksanaan Manajemen Berbasis Sekolah untuk mencapai keunggulan masyarakat
khusus di sekolah dasar walaupun bangsa dalam penguasaan ilmu dan
sebenarnya MBS ini sudah dimulai sejak teknologi, yang ditunjukkan dengan
tahun 1999. pernyataan politik dalam Garis-Garis Besar
Oleh karena itu peneliti tertarik untuk Haluan Negara (GBHN) menurut Mulyasa
meneliti bagaimana Persepsi Kepala Sekolah (2001).Selanjutnya dikatakannya hal
tentang Pelaksanaan Manajemen Berbasis tersebut diharapkan dapat dijadikan landasan
Sekolah (MBS) pada Sekolah Dasar Negeri dalam pengembangan pendidikan di
di Kecamatan Dimembe Kabupaten Indonesia yang berkualitas dan
Minahasa Utara. Oleh sebab itu yang berkelanjutan baik secara makro, meso
menjadi permasalahan dalam penelitian ini maupun mikro.
adalah “Bagaimana persepsi kepala sekolah Menurut edy setiawan (2016) Konsep
tentang pelaksanaan Manajemen Berbasis MBS ini merupakan pendekatan politik

Jurnal Forum Pendidikan || Volume 14 Nomor 1, April 2018 | 29


“Persepsi Kepala Sekolah Tentang Pelaksanaan MBS Pada SDN Di Kec. Dimembe ....”Jetty F. Kaunang

yangbertujuan untuk meresain pengelolaan langsung ke rekening sekolah, tidak melalui


sekolah dengan memberikan kekuasaan alur birokrasi pendidikan di atasnya(Dinas
sepenuhnya kepada kepala sekolah untuk Diknas). Tahun 2003, dana BOMM diubah
menata, mengatur dan mengelola ekolahnya namanya menjadi Dana Rintisan untuk
dan meningkatkan partisipasi masyarakat. MPMBS khususnya untuk SLTP. Program
Dengan adanya MBS ini diharapkan mampu ini sejalan dengan implementasi dari
untuk meningkatkan mutu pendidikan yang Undang-Undang Nomor 22 tahun 1999
berorientasi juga pada proses pelaksanaan tentang Otonomi Daerah dan Undang-
pendidikan, bukan hanya berorientasi pada Undang Nomor 25 Tahun 2000 tentang
input yang selama ini banyak terjadi pada Program Pembangunan Nasional (Propenas).
sekolah di Indonesia. Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)
Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) dimaksudkan sebagai upaya untuk
menurut Nurdin Mansur (2013) merupakan meningkatkan kemandirian sekolah dalam
paradigm baru pendidikan pada tingkat penyelenggaraan pendidikan. Sebagaimana
sekolah dalam kerangka kebijaksanaan sudah dikemukakan di atas bahwa jika MBS
pendidikan nasional. Otonomidiberikan agar benar-benar diterapkan, kewenangan untuk
sekolah leluasa mengelola sumber daya dan merekrut tenaga guru, merekrut dan
sumber dana dengan mengalokasikannya mengangkat kepala sekolah, system
sesuai dengan prioritas kebutuhan, serta pembayaran gaji, penetapan kalender
lebih tanggap terhadap kebutuhan setempat. sekolah, penetapan biaya pendidikan di
Partisipasi masyarakat dimaksudkan agar sekolah, bahkan juga kurikulum semuanya
mereka membantu dan mengontrol menjadi kewenangan sekolah.
kebijakan nasional yang menjadi prioritas Karakteristik Manajemen Berbasis
pemerintah harus pula dilakukan oleh Sekolah adalah
sekolah. 1. Adanya Keragaman dalam Pola
Pada system manajemen Berbasis Penggajian Guru.
Sekolah (MBS), sekolah dituntut secara 2. Otonomi Manajemen Sekolah
mandiri menggali, mengalokasikan, 3. Pemberdayaan Guru secara Optimal
menentukan prioritas, mengendalikan dan 4. Pengelolaan sekolah secara partisipatif
mempertanggungjawabkan sumber, baik 5. Sistem yang didesentralisasikan
kepada masyarakat maupun pemerintah. 6. Sekolah dengan Pilihan atau Otonomi
Sejarah MBS Sekolah dalam menentukan Aneka
Sejarah MBS seperti yang Pilihan
dikemukakan oleh Danim (2006) dilihat dari 7. Hubungan Kemitraan (partnership)
perjalanannya, kebijakan MBS di Indonesia antara Dunia Bisnis dan Dunia
secara relatif sungguh-sungguh baru dimulai Pendidikan.
sejak tahun 1999/2000, yaitu dengan 8. Akses terbuka bagi sekolah untuk
peluncuran dana bantuan yang disebut Tumbuh Relatif Mandiri
dengan Bantuan Operasional Manajemen 9. “Pemasaran” Sekolah secara kompetitif
Mutu (BOMM). Dana bantuan ini disetor (Danim, 2006)

Jurnal Forum Pendidikan || Volume 14 Nomor 1, April 2018 | 30


“Persepsi Kepala Sekolah Tentang Pelaksanaan MBS Pada SDN Di Kec. Dimembe ....”Jetty F. Kaunang

MBS bertujuan untuk meningkatkan berbagai pihak, seperti pada sekolah-sekolah


efisiensi, mutu dan pemerataan pendidikan. swasta, sehingga menjamin partisipasi staf,
Meningkatkan efisiensi dimaksudkan orang tua, peserta didik, dan masyarakat
diperoleh melalui keleluasaan mengelola yang lebih luas dalam perumusan-
sumberdaya partisipasi masyarakat dan perumusan keputusan tentang pendidikan.
penyederhanaan birokrasi.Peningkatan mutu Dikatakannya bahwa kesempatan
dapat diperoleh melalui partisipasi orang tua berpartisipasi tersebut dapat dapat
terhadap sekolah, fleksibilitas pengelolaan meningkatkan komitmen mereka terhadap
sekolah dan kelas, peningkatan sekolah. Dapat disimpulkan bahwa hal-hal
profesionalisme guru dan kepala sekolah, tersebut menurut Mulyasa, pada akhirnya
berlakunya system insentif serta disinsentif. akan mendukung efektivitas dalam
Peningkatan pemerataan antara lain pencapaian tujuan sekolah dan adanya
diperoleh melalui peningkatan partisipasi control dari masyarakat dan monitoring dari
masyarakat yang memungkinkan pemerintah pemerintah, pengelolaan sekolah akan
lebih berkonsentrasi pada kelompok menjadi lebih akuntabel, transparan, egaliter
tertentu, hal ini menurut Mulyasa (2002) dan demokratis, serta menghapuskan
dimungkinkan karena pada sebagian monopoli dalam pengelolaan pendidikan.
masyarakat tumbuh rasa pemilikan yang Faktor-Faktor MBS
tinggi terhadap sekolah. Menurut Mulyasa, ada 5 (lima) factor
Manfaat MBS memberikan kebebasan yang harus diperhatikan dalam
dan keleluasaan yang besar pada sekolah, melaksanakan Manajemen Berbasis
disertai seperangkat tanggung Sekolah:
jawab.Memberikan tanggung jawab 1. Kewajiban sekolah
pengelolaan sumber daya dan 2. Kebijakan dan prioritas pemerintah
pengembangan strategi MBS sesuai dengan 3. Peranan orang tua dan masyarakat
kondisi setempat, dimana sekolah dapat 4. Peranan Profesionalisme dan Manajerial
lebih meningkatkan kesejahtraan guru 5. Pengembangan Profesi
sehingga mereka dapat berkonsentrasi pada Komponen MBS
tugas. Mulyasa juga mengemukakan bahwa
Keleluasaan yang dimaksud adalah hal yang paling penting dalam implementasi
dalam mengelola sumber daya dan dalam manajemen berbasis sekolah adalah
menyertakan masyarakat untuk manajemen terhadap komponen-komponen
berpartisipasi, mendorong profesionalisme sekolah itu sendiri.Ada tujuh komponen
kepala sekolah dalam perannya sebagai sekolah yang harus dikelola dengan baik
manajer maupun pemimpin sekolah, serta dalam rangka MBS.
diberikan kesempatan menyusun kurikulum, 1. Kurikulum dan program pengajaran,
guru didorong untuk berinovasi dengan Kurikulum adalah seperangkat rencana
melakukan eksperimen di lingkungan dan pengaturan mengenai tujuan, isi,
sekolahnya. Mulyasa berpendapat bahwa danbahan pelajaran serta carayang
MBS menekankan keterlibatan maksinal digunakan sebagai pedoman

Jurnal Forum Pendidikan || Volume 14 Nomor 1, April 2018 | 31


“Persepsi Kepala Sekolah Tentang Pelaksanaan MBS Pada SDN Di Kec. Dimembe ....”Jetty F. Kaunang

penyelenggaraan Kegiatan pembelajaran formal, satuan pendidikan dasar dan


untuk mencapai tujuan tertentu. pendidikan menengah;
2. Tenaga Kependidikan d. Tenaga pustakawan bertugas dan
Menurut UU No.20/2003 tentang bertanggung jawab melaksanakan
Sisdiknas, yang dimaksud dengan tenaga pengelolaan pustakawan pada satuan
kependidikan adalah anggota masyarakat pendidikan;
yang mengabdikan diri dan diangkat e. Tenaga laboratorium bertugas dan
untuk menunjang penyelenggaraan bertanggung jawab membantu
pendidikan, di mana di dalamnya pendidik mengelola kegiatan
termasuk pendidik. Pendidik adalah praktikum di laboratorium satuan
tenaga kependidikan yang berkualifikasi pendidikan;
sebagai guru, dosen, konselor, pamong f. Teknisi sumber belajar bertugas dan
belajar, widyaiswara, tutor, instruktur, bertanggung jawab mempersiapkan,
fasilitator dan sebutan lain dengan merawat, memperbaiki sarana dan
kekhususannya serta berpartisipasi prasarana pembelajaran pada satuan
dalam menyelenggaran pendidikan. pendidikan;
Tenaga kependidikan terdiri atas tenaga g. Tenaga lapangan pendidikan
pendidik, pengelola satuan pendidikan, bertugas dan bertanggung jawab
penilik, pengawas, peneliti dan melakukan pendataan, pemantauan,
pengembang di bidang pendidikan, pembimbingan, dan pelaporan
pustakawan, laboran, teknisi sumber pelaksanaan pendidikan nonformal;
belajar, dan penguji.Sedangkan h. Tenaga adminidtrasi bertugas dan
pengelola satuan pendidikan terdiri atas bertanggung jawab
kepala sekolah, direktur, ketua, rector menyelenggarakan pelayanan
dan pimpinan satuan pendidikan luar adminidtrasi pada satuan pendidikan;
sekolah. Tenaga kependidikan i. Psikolog bertugas dan bertanggung
mempunyai tugas dan tanggung jawab: jawab memberikan layanan bantuan
a. Pimpinan satuan pendidikan bertugas psikologis-pedagogis kepada peserta
dan bertanggung jawab mengelola didik dan pendidik pada pendidikan
satuan pendidikan pada pendidikan khusus dan pendidikan anak usia
formal dan nonformal; dini;
b. Penilik bertugas dab bertanggung j. Pekerja sosial bertugas dan
jawab melakukan pemantauan, bertanggung jawab memberikan
penilaian, dan pembinaanpada satuan layanan dan bantuan sosiologis-
pendidikan nonformal; pedagogis kepada peserta didik dan
c. Pengawas bertugas dan bertanggung pendidikan pada pendidikan khusus
jawab melakukan pemantauan, dan pendidikan anak usia dini;
penilaian dan pembinaan pada satuan k. Terapis bertugas dan bertanggung
pendidikan anak usia dini jalur jawab memberikan layanan bantuan
fisiologis-kinesiologis kepada

Jurnal Forum Pendidikan || Volume 14 Nomor 1, April 2018 | 32


“Persepsi Kepala Sekolah Tentang Pelaksanaan MBS Pada SDN Di Kec. Dimembe ....”Jetty F. Kaunang

peserta didik dan pendidikan khusus yang sesuai dengan besarnya dana yang
dan pendidikan anak usia dini; dikeluarkan.
l. Tenaga lapangan diknas (TLD) yaitu Sarana dan Prasarana Pendidikan,
tenaga pendidikan non formal (PNF) Segenap proses pengadaan dan
yang berlatar belakang pendidikan pendayagunaan sarana dan prasarana agar
sarjana, berstatus sebagai tenaga mendukung tercapainya tujuan pendidikan
kontrak yang diberi tugas membantu secara tepat guna dan tepat sasaran.
penilik dan berkedudukan di Pengelolaan hubungan sekolah dan
kecamatan; masyarakat,
m. Fasilitator desa binaan intensif (FDI) Segenap proses komunikasi antara
yaitu tenaga kontrak berpendidikan sekolah dengan masyarakat untuk menarik
sarjana yang bertugas di pedesaan simpati masyarakat agar mendukung proses
(satu sarjana eksakta dan satunya pendidikan di sekolah
lagi non eksakta) yang bertugas Manajemen pelayanan khusus lembaga
memberikan layanan PNF yang pendidikan
merata dan berkualitas, terutama Segenap proses pelayanan kepada
bagi masyarakat yang bermukim di petugas perpustakaan, keamanan,
desa-desa dengan kategori kebersihan, klinik sekolah untuk tercapainya
terpencildan tertinggal; tujuan sekolah.
n. Teknisi teknologi informasi, yaitu Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam
tenaga yang memiliki ketrampilan konteks Manajemen MBS
dan keahlian pada bidang teknologi Kepala sekolah memegang peranan
dan informasi yang diberi tugas dan kunci dalam keberhasilan pelaksanaan MBS.
kewenangan mengelola teknologi Ketrampilan, keahlian dan kemampuan
dan informasi pada suatu lembaga menjadi keniscayaan bagi kepala sekolah
penyelenggara satuan PNF; untuk menjalankan roda lembaganya secara
o. Tenaga kebersihan sekolah bertugas berbasis MBS.Ada berbagai tipe kepala
dan bertanggung jawab kebersihan sekolah dalam menjalankan tugasnya. Di
lingkungan sekolah. bawah ini akan diuraikan tipe-tipe
Kesiswaan kepemimpinan menurut Danim (2006)
Segenap proses berkaitan dengan 1. Pemimpin Otokratik
kesiswaan yaitu mulai dari masuknya siswa Pemimpin otokratik diartikan sebagai
sampai dengan keluarnya dari lembaga tindakan kemauan sendiri, setiap produk
pendidikan atau sekolah. Pemikiran dipandang benar, keras kepala
Keuangan, atau rasa “aku” yang kebertrimanya pada
Segenap proses perencanaan alokasi khalayak bersifat dipaksanakan.
dana dengan penuh perhitungan dan 2. Pemimpin Demokratis
pengawasan penggunaan dana, baik untuk Adalah keterbukaan dan keinginan
keperluan operasional, maupun keperluan memosisikan pekerjaan dari, oleh dan
investasi disertai dengan bukti-bukti fisik untuk bersama.

Jurnal Forum Pendidikan || Volume 14 Nomor 1, April 2018 | 33


“Persepsi Kepala Sekolah Tentang Pelaksanaan MBS Pada SDN Di Kec. Dimembe ....”Jetty F. Kaunang

3. Pemimpin Permisif. Tujuan Penelitian ini ingin


Adalah bias bermakna serba boleh, serba mengungkap sejauh mana Persepsi Kepala
mengiyakan, tidak mau ambil pusing. Sekolah tentang Pelaksanaan Manajemen
tidak bersikap dalam makna sikap Berbasis Sekolah (MBS) pada Sekolah
sesungguhnya dan apatis. Dasar Negeri di Kecamatan Dimembe
Lebih lanjut dikemukakan Robert L. Kabupaten Minahasa Utara.
Katz (dalam Danim,2006) bahwa di samping Manfaat dengan diketahuinya persepsi
tipe-tipe kepemimpinan kepala sekolah kepala sekolah tentang Pelaksanaan
tersebut di atas, kepala sekolah perlu Manajemen Berbasis Sekolah maka akan
memiliki ketrampilan yang efektif yaitu memberi umpan balik bagi Kepala Sekolah
Ketrampilan teknis, ketrampilan konseptual itu sendiri, Dinas Kabupaten, Provinsi dan
dan ketrampilan hubungan manusiawi. Lembaga Penelitian UNIMA.

METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan dalam 11 orang. Jabatan Kepala Sekolah kurang
penelitian ini adalah penelitian survey. dari 10 tahun berjumlah 5 orang dan lebih
Dalam survey, informasi dikumpulkan dari dari 10 tahun berjumlah 6 orang.
responden dengan menggunakan kuesioner. Teknik Pengumpulan Data
Data diolah akan menggunakan teknik 1. Menyebarkan kuesioner, Kuesioner
analisa uji-t untuk menguji perbedaan disebarkan kepada para kepala sekolah
persepsi antara dua kelompok kepala 2. Mengumpulkan data, data dikumpulkan
sekolah yang berlatar belakang masa jabatan dan di olah.
kurang dari 10 tahun dan di atas 10 tahun Teknik Analisis Data
Populasi dalam penelitian ini adalah Data diolah menggunakan teknik
semua Kepala Sekolah Dasar Negeri yang analisis uji-t untuk menguji perbedaan
ada di kecamatan Dimembe Kabupaten persepsi antara dua kelompok kepala
Minahasa Utara yang berjumlah 11 orang. sekolah yang mempunyai pengalaman
Dalam penelitian ini sampel sama jabatan kepala sekolah kurang dari 10 tahun
dengan populasi. Jadi jumlah sampel adalah dan lebih dari 10 tahun.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


Hasil penelitian ini dikelompokkan analisis uji-t. Data dikelompokkan ke
kedalam tiga pokok pembahasan yaitu dalam variable dependen yakni persepsi
1. Pengolahan data terhadap pelaksanaan Manajemen
Data yang diperoleh berupa skor tertentu Berbasis Sekolah: sudah, belum, ragu-
bagi masing-masing responden dalam ragu, belum sama sekali. Variabel
skala persepsi terhadap pelaksanaan independen dibagi atas dua yakni
Manajemen Berbasis Sekolah menurut responden yang berpengalaman masa
masa jabatan kepala sekolah.Untuk jabatan kepala sekolah kurang dari 10
pengujian hipotesis, dipergunakan teknik tahun dan lebih dari 10 tahun. Uji-t

Jurnal Forum Pendidikan || Volume 14 Nomor 1, April 2018 | 34


“Persepsi Kepala Sekolah Tentang Pelaksanaan MBS Pada SDN Di Kec. Dimembe ....”Jetty F. Kaunang

sesungguhnya adalah uji perbedaan Dengan demikian hipotesis alternative


antara dua mean. Diperoleh hasil nilai t (H1) ditolak, dan menerima H0.
sebesar 0,580 pada taraf signifikansi 5%. Implikasi hasil penelitian
Nilai t table yakni 1.645. Dengan Beberapa implikasi hasil penelitian ini
demikian hipotesis nul (H0) dalam sebagai berikut:
penelitian ini yakni tidak ada perbedaan a. Merupakan suatu masukan yang positif
persepsi antara para Kepala Sekolah terhadap pihak yang berwewenang untuk
yang mempunyai pengalaman masa melaksanakan Manajemen Berbasis
jabatan kepala sekolah kurang dari 10 Sekolah bukan saja di sekolah dasar
tahun dan lebih dari 10 tahun.diterima. negeri tetapi di sekolah swasta bahkan
2. Analisis Data Penelitian untuk jenjang sekolah lebih tinggi.
H1: Para kepala sekolah yang b. Sudah saatnya Pemerintah dalam hal ini
mempunyai pengalaman masa jabatan Diknas Pemuda dan Olah Raga untuk
kepala sekolah lebih dari 10 tahun dapat melaksanakan Manajemen Berbasis
cenderung mempunyai persepsi yang sekolah di semua jenjang pendidikan
lebih baik terhadap pelaksanaan sesuai amanat undang-undang otonomi
Manajemen Berbasis Sekolah jika daerah khusus di bidang pendidikan.
dibandingkan dengan yang mempunyai c. Kesamaan persepsi dari semua tenaga
pengalaman masa jabatan kurang dari 10 kependidikan untuk dapat melaksanakan
tahun. Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)
H0: Tidak ada perbedaan persepsi sesuai jenjang yang ada.
terhadap pelaksanaan Manajemen Melalui kesamaan persepsi akan ada
Berbasis Sekolah antara kepala sekolah suatu komitmen bersama untuk tercapainya
yang mempunyai pengalaman masa tujuan MBS yaitu peningkatan efisiensi,
jabatan lebih dari 10 tahun dan yang mutu dan pemerataan pendidikan.
kurang dari 10 tahun.

SIMPULAN DAN SARAN


Simpulan kerja lebih dari 10 tahun dan kurang dari 10
Berdasarkan hasil analisis data maka tahun. Persepsi yang sama tidak berarti
ternyata tidak ada perbedaan persepsi kemampuan para kepala sekolah juga sama.
terhadap pelaksanaan Manajemen Berbasis Tetapi persepsi yang sama paling tidak
Sekolah di kalangan para kepala sekolah merupakan suatu pertanda yang baik, yakni
yang mempunyai masa jabatan kepala bahwa terdapat potensi yang baik dan kuat
sekolah kurang dari 10 tahun dan lebih dari bagi para kepala sekolah yang mempunyai
10 tahun. masa jabatan kepala sekolah kurang untuk
Saran lebih menguasai dan berpreatsi
Hasil penelitian menunjukkan bahwa melaksanakan manajemen berbasis sekolah
ada kesamaan persepsi di kalangan para ke depan.
kepala sekolah, baik yang mempunyai masa

Jurnal Forum Pendidikan || Volume 14 Nomor 1, April 2018 | 35


“Persepsi Kepala Sekolah Tentang Pelaksanaan MBS Pada SDN Di Kec. Dimembe ....”Jetty F. Kaunang

Agar kepala sekolah lebih menguasai penerapan Manajemen Berbasis Sekolah


pelaksanaan manajemen berbasis sekolah secara maksimal.
dan memanfaatkan masyarakat yang ada Pihak pemerintah dalam hal ini
sehingga benar-benar mandiri. kemendiknas di tingkat provinsi, kabupaten
Pihak perguruan tinggi dapat bekerja kota untuk lebih maksimal dalam
sama dengan pemerintah daerah untuk pelaksanaan MBS.

DAFTAR PUSTAKA
Agung Iskandar, 2012. Stratergi Jurnal Ilmiah Didakdiktika agustus 2013
Mengembangkan Organisasi VOL XIV No. 1 “meningkatkan mutu
Pembelajar di sekolah, Bee Media pendidikan melalui manajemen
Indonesia berbasis Sekolah” oleh Nurdin Mansur
Bafadal Ibrahim, 2006, Manajemen tanggal akses 6 juni 2016.
Peningkatan Mutu Sekolah Dasar, PT Hasibuan S. P, 2004, Manajemen SUmber
Bumi AKsara, Jakarta daya Manusia, Manado, Triganesha
Barnawi dan Arifin M., 2012, Manajemen Nusantara
Sarana & Prasarana sekolah, AR-Ruzz Mulyasa, 2002, Manajemen berbasis
Media. Sekolah, PT Remaja Rosdakarya,
Danim Sudarwan, 2006, Visi Baru Bandung.
Manajemen Sekolah, PT Bumi Undansg-undang No. 20 tahun 2003, system
Aksara, Jakarta pendidikan nasional, Jakarta
Profesi Kependidikan, 2016, CV Undang-undang No.14 tahun 2005, guru dan
ALFABETA, Bandung dosen, Jakarta
Griffin, W., Rickey, Moorhead, Gregory, Jurnal Implementasi Manajemen Berbasis
1986, Organizational Behavior, Sekolah (Mbs) Di Smk Negeri 1
Houghton Mifflin Company, Boston Bantul.Edy Setyawan (2016)
Hadi S., 1999, Statistik 3, Jogyakarta, UGM Universitas Negeri Jogyakarta.tanggal
Hamalik Oemar, 2007, Manajemen akses 6 juni 2016.
Pengembangan Kurikulum, PT
Remaja Rosdakarya, Bandung.

Jurnal Forum Pendidikan || Volume 14 Nomor 1, April 2018 | 36


“Hubungan Pola Asuh Orang Tua Dengan Penyesuian Diri Remaja ....” Jofie H. Mandang

HUBUNGAN POLA ASUH ORANGTUA DENGAN


PENYESUAIAN DIRI REMAJA

Jofie Hilda Mandang


Fakultas Ilmu Pendidikan UNIMA

ABSTRAK
Tujuan penelitian untuk mengetahui pengaruh pola asuh orang tua terhadap penyesuaian diri anak. Metode
penelitian yang di gunakan adalah metode studi kasus artinya penelitian dilakukan secara mendalam yang
bermaksud untuk mendapatkan gambaran dampak pola asuh orang tua yang otoriter terhadap penyesuaian diri anak
usia 9 dan 12 tahun di desa Rambunan Raya. Dengan menggunakan pendekatan Deskriptif dengan menuturkan dan
menggambarkan data yang diperoleh secara apa adanya sesuai dengan permasalahan yang diteliti barulah kemudian
peneliti menarik kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh pola asuh terhadap kenakalan
remaja di SMA. Pola pengasuhan otoriter tampaknya sangat beresiko bagi anak. Pasalnya pola asuh otoriter
cenderung menetapkan standar yang mutlak harus dituruti, biasanya dibarengi dengan ancaman-ancaman yang
memungkinkan atau menyebabkan anak untuk melakuklan kenakalan remaja .
Kata Kunci : pola asuh, penyesuaian diri, remaja.

PENDAHULUAN
Keluarga sebagai lembaga pertama asuh orang tua merupakan interaksi antara
dan utama dalam proses pendidikan anak, orang tua dengan anak. Selama proses
memainkan peranan yang amat besar dalam pengasuhan orang tua itulah yang memiliki
meletakkan dasar bagi pembentukan peranan penting dalam pembentukan
kepribadian anak. Di dalam keluarga anak di kepribadian anak.
didik untuk menempatkan nilai-nilai sebagai Mendidik anak dengan baik dan benar
sumber motivasi yang mendasari tingkah berarti menumbuh-kembangkan totalitas
laku dan perbuatannya. Anak juga diajari potensi anak secara wajar. Potensi jasmaniah
untuk mampu membedakan mana yang baik anak diupayakan pertumbuhannya secara
dan mana yang tidak, antara mana yang wajar melalui pemenuhan kebutuhan-
benar dan mana yang salah. kebutuhan jasmani, seperti pemenuhan
Dalam mengasuh anaknya orang tua kebutuhan sandang, pangan dan papan.
dipengaruhi oleh budaya yang ada di Sedangkan potensi rohaniah anak
lingkungannya. Di samping itu, orang tua diupayakan pengembangannya secara wajar
juga diwarnai oleh sikap-sikap tertentu melalui usaha pembinaan intelektual,
dalam memelihara, membimbing, dan perasaan dan budi pekerti. Upaya-upaya
mengarahkan putra-putrinya. Sikap tersebut tersebut dapat terwujud apabila di dukung
tercermin dalam pola pengasuhan kepada dengan pola pengasuhan orang tua yang
anaknya yang berbeda-beda, karena setiap tepat. Jika pola asuh orang tua tidak tepat,
masing-masing orang tua mempunyai pola maka potensi jasmaniah dan rohaniah anak
pengasuhan tertentu yang beda pula. Pola tidak akan berkembang dengan sewajaraya

Jurnal Forum Pendidikan || Volume 14 Nomor 1, April 2018 | 37


“Hubungan Pola Asuh Orang Tua Dengan Penyesuian Diri Remaja ....” Jofie H. Mandang

dan dapat berbalik menjadi bumerang kendali atas kehidupan anak membawa
kepada keluarga bahkan orang-orang dampak yang kurang baik dalam
disekitarnya. Anak adalah aset bangsa. Masa penyesuaian dirinya.
depan bangsa dan Negara dimasa yang akan Berbicara tentang Anak saat ini seperti
datang berada di tangan anak sekarang. tidak ada habis-habisnya. Rasanya semakin
Semakin baik keperibadian anak sekarang menarik karena di balik itu semua terdapat
maka semakin baik pula kehidupan masa fakta-fakta menarik tentang permasalahan
depan bangsa. Begitu pula sebaliknya, anak» Anak juga merupakan cikal bakal
apabila keperibadian anak tersebut buruk lahirnya suatu generasi baru yang
maka akan bobrok pula kehidupan bangsa merupakan penerus cita-cita perjuangan
yang akan datang. bangsa dan sumber daya manusia bagi
Dalam kehidupan sehari-hari orang tua pembangunan Nasional.
tidak hanya secara sadar, tetapi juga Fakta di Indonesia bahwa pola asuh
terkadang secara tidak sadar memberikan yang otoriter dapat membentuk mental yang
contoh kurang baik kepada anak. Misalnya, tertekan. Bahkan imbas negatifnya dirasakan
meminta tolong kepada anak dengan nada langsung oleh anak dalam waktu 20 tahun
mengancam, tidak mau mendengarkan cerita berikutnya. Pola asuh anak dengan cara
anak tentang sesuatu hal, memberi nasehat yang otoriter akan membentuk anak yang
tidak pada tempatnya dan tidak pada waktu kurang mandiri, acuh, dan kurang memiliki
yang tepat, berbicara kasar kepada anak, rasa tanggung jawab terhadap dirinya, di
terlalu mementingkan diri sendiri, tidak man kemukakan oleh manajer rumah yatim area
mengakui kesalahan padahal apa yang telah Jawa Barat, Ahmad Fakih di damping
dilakukan adalah salah, mengaku serba tahu manajer komunikasi, Hadi Darmadji kepada
padahal tidak mengetahui banyak tentang "GM" di ancaekek, kab. Badun. minggu
sesuatu, terlalu mencampuri urusan anak, (30/6). Seperti dijelaskan dalam buku
membeda-bedakan anak, kurang Amazing parenting pola asuh anak dengan
memberikan kepercayaan kepada anak untuk cara otoriter tersebut dapat membuat mental
melakukan sesuatu dan sebagainya. anak tertekan, kata hadi. Dijelaskannya pola
Orang tualah yang memberikan tugas asuh otoriter adalah tipe pengasuhan dengan
dan menentukan berbagai aluran tanpa tuntutan yang tinggi. Selain tidak fleksibel
memperhirungkan keadaan dan keinginan atau kaku dan tidak responsif. "mendesak
anak. Perintah yang diberikan berorientasi anak mengikuti arahan orang tua selain lebih
pada sikap keras orang tua. Karena mengedepankan penerapan hukum dan
menurutnya tanpa sikap keras tersebut anak menghargai kerja keras", tuturnya.
tidak akan melaksanakan tugas dan Pola asuh yang otoriter akan
kewajibannya. Jadi anak melakukan perintah menghasilkan anak dengan tingkah laku
orang tua karena takut, bukan karena suatu pasif, cenderung menarik diri secara sosial
kesadaran bahwa apa yang dikerjakannya itu dan tidak memiliki spontanitas. Sikap orang
akan bermanfaat bagi kehidupannya kelak. tua yang keras akan menghambat inisiatif
Sikap orang tua yang seolah-olah memegang anak.

Jurnal Forum Pendidikan || Volume 14 Nomor 1, April 2018 | 38


“Hubungan Pola Asuh Orang Tua Dengan Penyesuian Diri Remaja ....” Jofie H. Mandang

Orang tua selalu menuntut kepatuhan Berdasarkan uraian diatas maka


anak, suka mendikte dan mengontrol anak peneliti mengkaji dan mengungkap hal
dengan keras dan kaku, hubungan dengan tersebut dengan memilih judul: "Pengaruh
anak kurang hangat, serta tidak mendorong pola asuh orang tua terhadap penyesuaian
anak untuk mandiri. Anak kurang mendapat diri anak (studi kasus di desa Rambunan
kepercayaan dari orang tuanya, sering Raya Kecamatan Sonder Kabupaten
dihukum, dan apabila berhasil atau Minahasa)".
berprestasi anak jarang diberi pujian dan
hadiah.

METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang di gunakan Dengan menggunakan pendekatan
adalah metode studi kasus artinya penelitian Deskriptif dengan menuturkan dan
dilakukan secara mendalam yang bermaksud menggambarkan data yang diperoleh secara
untuk mendapatkan gambaran dampak pola apa adanya sesuai dengan permasalahan
asuh orang tua yang otoriter terhadap yang diteliti barulah kemudian peneliti
penyesuaian diri anak usia 9 dan 12 tahun di menarik kesimpulan.
desa Rambunan Raya.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


Hasil Penelitian analisis bisa dilihat pada lampiran). Adapun
Dalam menguji hipotesis besarnya pengaruh Pola Asuh Otoriter
menggunakan analisis regresi sederhana terhadap Timbulnya Kenakalan Remaja
(regresi parsial) pertama ditentukan dahulu adalah sebesar 42%.
nilai persamaan Y = a+bX. a merupakan Pembahasan
nilai konstanta dan b merupakan intersep Berdasarkan hasil analisis yang
atau koefisien arah dari X. Tabel analisis ditemukan yaitu R = 0.807 > rtabel = 0.291,
menghasilkan nilai a = 22,414 dan b = 0,424 yang berarti bahwa Pola Asuh Otoriter
yang menghasilkan persamaan Y = 22,414 + memiliki keterkaitan yang signifikan dengan
0,424X. Ini berarti bahwa dirprediksikan kenakalan pada taraf kepercayaan (p = 0.05).
variabel kenakalan rata-rata akan berubah Nilai Fhitung = 82,118 > Ftabel 7,24 ini berarti
sebesar 0.424 pada setiap unit perubahan Ha diterima dan Ho ditolak. Uji keberartian
pada variabel Pola Asuh Otoriter. koefisien regresi diperoleh thitung (9,062) >
Selanjutnya dilakukan analisis uji F. ttabel (2,410). Hubungan antara kedua
Dimana diperoleh hasil Fhitung = 82,118 dan variabel tersebut dapat digambarkan oleh
Ftabel. Bisa dilihat bahwa nilai Fhitung > Ftabel persamaan regresi Y = 22,414 + 0,424 X.
yang berarti bahwa Ha diterima atau bisa Dengan demikian maka kenakalan Remaja
dikatakan bahwa ada pengaruh antara dipengaruhi oleh pola asuh otoriter sebesar
variabel Pola Asuh Otoriter terhadap 42% sedangkan sisanya oleh faktor lain. Hal
timbulnya kenakalan remaja. (Tabel hasil ini berarti Ho ditolak dan Ha diterima, yang

Jurnal Forum Pendidikan || Volume 14 Nomor 1, April 2018 | 39


“Hubungan Pola Asuh Orang Tua Dengan Penyesuian Diri Remaja ....” Jofie H. Mandang

berarti terdapat pengaruh pola asuh otoriter kebutuhan anak yang tidak terpenuhi karena
terhadap timbulnya kenakalan remaja pada orangtua menerapkan aturan dan batasan
usia 15-17 tahun. yang mutlak harus ditaati, tanpa memberi
Menurut Gunarsa (2000), pola asuh kesempatan pada anak untuk berpendapat,
otoriter yaitu pola asuh di mana orangtua jika anak tidak mematuhi akan diancam dan
menerapkan aturan dan batasan yang mutlak dihukum.
harus ditaati, tanpa memberi kesempatan Penerapan pola asuh otoriter oleh
pada anak untuk berpendapat, jika anak orangtua terhadap anak, dapat
tidak mematuhi akan diancam dan dihukum. mempengaruhi proses pendidikan anak
Pola asuh otoriter ini dapat menimbulkan terutama dalam pembentukan
akibat hilangnya kebebasan pada anak, kepribadiannya. Karena disiplin yang dinilai
inisiatif dan aktivitasnya menjadi kurang, efektif oleh orangtua (sepihak), belum tentu
sehingga anak menjadi tidak percaya diri serasi dengan perkembangan anak bahkan
pada kemampuannya. mengakibatkan anak berperilaku
Munculnya perilaku nakal pada usia menyimpang di lingkungan sosialnya
remaja dipengaruhi oleh pola asuh orang tua (kenakalan remaja).
khususnya pola asuh otoriter dalam hal

SIMPULAN DAN SARAN


Simpulan remaja melalui pola asuh yang tepat untuk
Berdasarkan hasil analisis penelitian di diterapkan dan dilakukan tanpa menghambat
atas dapat disimpulkan bahwa terdapat perkembangan anak remaja dan juga
pengaruh pola asuh terhadap kenakalan orangtua harus dapat menerapkan pola asuh
remaja di SMA. Pola pengasuhan otoriter yang tepat dalam mendidik anak, dalam
tampaknya sangat beresiko bagi anak. mengantisipasi timbulnya gejala kenakalan
Pasalnya pola asuh otoriter cenderung pada usia remaja.
menetapkan standar yang mutlak harus Hendaknya orangtua tidak egois yang
dituruti, biasanya dibarengi dengan selalu menganggap diri paling benar,
ancaman-ancaman yang memungkinkan orangtua harus bijaksana kepada anak serta
atau menyebabkan anak untuk melakuklan menjadi teladan yang baik bagi anak-anak.
kenakalan remaja. Orangtua harus memahami nilai-nilai dan
Saran norma-norma kehidupan dan mengajarkan
Peran orangtua (pola asuh) sangat hal tersebut melalui sosialisasi yang baik
berpengaruh terhadap proses pendidikan, kepada anaknya, karena orangtua adalah
pembentukan dan perkembangan karakter tempat curahan hati bagi seorang anak maka
anak, dimana keluarga merupakan pendidik jadilah tempat sandaran yang baik bagi
pertama dan utama. anak-anak kita.
Saran untuk orangtua agar dalam
memberikan pendidikan terhadap anak

Jurnal Forum Pendidikan || Volume 14 Nomor 1, April 2018 | 40


“Hubungan Pola Asuh Orang Tua Dengan Penyesuian Diri Remaja ....” Jofie H. Mandang

DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi A.H & Sholeh M. 2005. Psikologi Kartono.(2000).
Perkembangan. Jakarta: Rineka Cipta. http://id.shvoong.com/sociai-
Ali & Asrori (2005). sciences/counseling/-pengertian
http://id.shvoong.com/social- penyesuaian-diri-menurut-para-ahli
sciences/counseling/-pengertian Lindgren.1976: 306.
penvesuaian-diri-menurut-para-ahli http://www.poiaasuhpenuhcinta.com.
Chaplin, S. M. 2006. Kamus lengkap Lestari.S. 2012. Psikologi Keluarga.
psikohgi. Jakarta: Gramedia. Jakarta: Kencana.
Djamarah S.B. 2004. Pola komunikasi orang Mahrnud.(1990).;?0/a asuh otoriter.
tua dan anak dalam keluarga. Jakarta: http://www.pendidikankarakter.
Rineka Cipta. com/konfirmasipembavaran 03
Frazier (2000) .pola asuh Desember 2012.
otoriter.http://beranda.blogsome.com/p Petranto.I. 2005. Pola Asuh Anak.
ola-asuh-anak/ 17 Juni 2013. http://www.polaasuhanak.com. (8
Fudyartanta K. 2012. Psikologi April, 12.15) Rumini S & Sundari S.
Perkembangan. Yogyakarta: Pustaka 2004. Perkembangan anak dan remaja.
Pelajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Hariyadi, dkk (2003). Stewart & Koch (1983:203). Pola Asuh
http://id.shvoong.com/social- Anak. http://www.polaasuhanak.com.
sciences/counsenng/-pengertian C8 April, 12.15)
penvesuaian-diri-menurut-para-ahli Suryabrata S. 2010. Metodologi Penelitian.
Hurlock E B. 1999. Perkembangan Anak. Jakarta: Rajawali Pers. Sarosa S. 2012.
Jilid 2. Jakarta: Erlangga. Penelitian Kualitatif Dasar-dasar.
Indira.T.S. (2008). Pola Asuh Penuh Cinta. Jakarta: PT Indeks.
http://www.polaasuhpenuhcinta.com Taufik R.M. 2007. Pola Asuh Orang Tua.
(8 April,12.15) http://www.tabloid nakita.com. (8
April 12.15)

Jurnal Forum Pendidikan || Volume 14 Nomor 1, April 2018 | 41


“Kajian Terhadap Budaya Organisasi di SKB Kota Manado & SKB Tombariri ....” Julduz R. Pauz

KAJIAN TERHADAP BUDAYA ORGANISASI DI SKB KOTA MANADO


DAN SKB TOMBARIRI KABUPATEN MINAHASA

Julduz R. Paus
Fakultas Ilmu Pendidikan UNIMA

ABSTRAK
Tujuan Penelitian ini yaitu: (1) Diketahui persepsi kepala, pamong belajar dan staf tata usaha tentang budaya
organisasi di lokasi penelitian, (2) Dikatehui pelaksanaan budaya organisasi oleh kepala, pamong belajar dan staf
tata usaha di lokasi penelitian dan (3) Diketahui wujud budaya organisasi di lokasi penelitian. Penelitian ini
menggunakan metode kualitatif, informan sebanyak 9 orang ditentukan dengan teknik purposive sampling dan snaw
ball sampling. Data dijaring dengan teknik wawancara dan pengamatan dimana peneliti sebagai “alat” utama. Data
dianalisis dengan teknik Model Interaktif. Kepala SKB memandang bahwa tugas dan tanggungjawabnya untuk
menciptakan budaya organisasi sudah dilaksanakan, tetapi pamong belajar dan staf akademik, berpandangan bahwa
budaya kerja mereka sangat bergantung pada iklim kerja yang diciptakan oleh kepala. Wujud Budaya organisasi di
lokasi penelitian berhubungan dengan Inovation and risk taking yang belum tampak pada kinerja baik kepala
maupun pamong belajar dan staf tata usaha yang sama juga tampak pada pamong belajar memperlihatkan
kecermatan, analisis dan perhatian kepada rincian yang tergolong kurang.
Kata Kunci : Budaya Kerja, SKB, Kepala, Pamong Belajar, Staf tata Usaha.

PENDAHULUAN
Satu diantara ragam masalah nasional kepada keamanan masyarakat. Saat ini
yang dihadapi oleh bangsa Indonesia saat ini kemampuan sumber daya manusia masih
adalah rendahnya kualitas sumber daya rendah baik dilihat dari kemampuan
manusia. Jumlah sumber daya manusia yang intelektualnya maupun keterampilan teknis
besar apabila dapat didayagunakan secara yang dimilikinya.
efektif dan efisien akan bermanfaat untuk Masalahnya adalah bagaimana dapat
menunjang gerak lajunya pembangunan menciptakan sumber daya manusia yang
nasional yang berkelanjutan. Melimpahnya dapat menghasilkan kinerja yang optimal
sumber daya manusia dari sige kuantitatif sehingga tujuan organisasi dapat tercapai.
saat ini mengharuskan kita berfikir ulang Produktivitas kerja merupakan tuntutan
bagaimana dapat memanfaatkan sumber utama bagi organisasi agar kelangsungan
daya manusia secara optimal. Agar di hidup atau operasionalnya dapat terjamin.
masyarakat tersedia sumber daya manusia Produktivitas suatu organisasi usaha dapat
yang handal diperlukan pendidikan memberikan kontribusi kepada pemerintah
berkualitas, penyediaan berbagai fasilitas daerah maupun pusat, artinya dari
sosial, lapangan pekerjaan yang memadai. produktivitas regional maupun nasional,
Kelemahan dalam penyediaan berbagai dapat menunjang perekonomian baik secara
fasilitas tersebut akan menyebabkan makro maupun mikro.
keresahan sosial yang akan berdampak

Jurnal Forum Pendidikan || Volume 14 Nomor 1, April 2018 | 42


“Kajian Terhadap Budaya Organisasi di SKB Kota Manado & SKB Tombariri ....” Julduz R. Pauz

Sanggar Kegiatan Belajar (SKB) merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi
sebagai satuan pendidikan nonformal atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang
memiliki peran strategis dalam mendukung berkaitan dengan budi dan akal manusia.
pengembangan potensi sumber daya Dalam Bahasa Inggris, kebudayaan disebut
manusia secara khusus bagi anak-anak culture, yang berasal dari kata Latin Colere,
bangsa karena beragam faktor tidak dapat yaitu mengolah atau mengerjakan, bisa
melanjutkan atau menyelesaikan pendidikan diartikan juga sebagai mengolah tanah atau
pada jenjang pendidikan dari SD sampai bertani. Kata culture dalam Bahasa Inggris
dengan SMA sederajat. Dengan demikian diterjemahkan dalam Bahasa Indonesia
dapat ditegaskan bahwa, SKB sebagai satu- sebagai "kultur" (http://id.wikipedia.org/
satunya satuan pendidikan terakhir yang wiki/Kebudayaan).
dapat menjamin seseorang atau kelompok Koentjaraningrat (1998:5)
anak bangsa yang putus SD untuk mengemukakan budaya adalah keseluruhan
mendapatkan ijazah dan melanjutkan sistem gagasan tindakan dan hasil karya
pendidikan ke jenjang SMP, demikian juga manusia dalam rangka kehidupan
untuk anak putus sekolah SMP untuk masyarakat yang dijadikan miliki diri
mendapatkan ijazah melanjutkan ke SMA manusia dengan cara belajar. Budaya atau
sederajat dan anak putus SMA sederajat kebudayaan seperti sebuah piramida berlapis
untuk mendapatkan ijazah dan melanjutkan tiga. Lapisan di atas adalah hal-hal yang
ke perguruan tinggi. Sorotan terhadap dapat dilihat kasat mata seperti bentuk
kinerja SKB sebagai satuan pendidikan, bangunan, pakaian, tarian, music, teknologi,
menjadi alasan perlunya mengkaji beragam dan barang-barang lain. Lapisan tengah
faktor penyebab kinerja SKB yang belum adalah perilaku, gerak-gerik dan adat istiadat
sesuai harapan masyarakat. yang sering kali dapat juga dilihat. Lapisan
SKB sebagai satuan pendidikan bawah adalah kepercayaan-kepercayaan,
nonformal, jelas sebagai suatu organisasi asumsi, dan nilai-nilai yang mendasari
pendidikan yang memiliki aturan-aturan lapisan di atasnya.
organisasi pendidikan yang mengikat dan Hofstede (1986 : 21) bahwa budaya
mendorong hati, pikiran, sikap dan merupakan berbagai interaksi dari ciri-ciri
keterampilan mereka untuk mencapai tujuan kebiasaan yang mempengaruhi kelompok-
organisasi pendidikan tersebut. Salah satu kelompok orang dalam lingkungannya,
aturan tersebut adalah terciptanya budaya terdapat 5 (lima) dimensi budaya yaitu: a).
organsasi yang menjadi acuan bahkan Individualisme, kecenderungan akan
menyemangati mereka yang terlibat sebagai kerangka sosial yang terjalin longgar dalam
kepala, pamong belajar dan staf administrasi masyarakat dimana individu dianjurkan
sehingga memiliki budaya kerja yang untuk menjaga diri mereka sendiri dan
terwujud dalam kinerja yang tinggi. keluarga dekatnya. b). Kolektivisme,
Pemahaman dari perspektif bahasa, kecenderungan akan kerangka sosial yang
kata budaya atau kebudayaan berasal dari terjalin ketat dimana individu dapat
Bahasa Sansekerta yaitu buddhayah, yang mengharapkan kerabat, suku, atau kelompok

Jurnal Forum Pendidikan || Volume 14 Nomor 1, April 2018 | 43


“Kajian Terhadap Budaya Organisasi di SKB Kota Manado & SKB Tombariri ....” Julduz R. Pauz

lainnya melindungi mereka sebagai ganti mempunyai penghindaran ketidakpastian


atas loyalitas mutlak. Isu utama dalam yang lemah menjaga suasana yang lebih
dimensi ini adalah derajat kesaling- santai dimana praktek dianggap lebih dari
tergantungan suatu masyarakat diantara prinsip dan penyimpangan lebih dapat
anggota-anggotanya. Hal ini berkait dengan ditoleransi. Menurut Edgar H. Schein,
konsep diri masyarakat : "saya" atau "kami". budaya organisasi mengacu ke suatu system
c). Jarak kekuasaan, merupakan suatu makna bersama yang dianut oleh anggota-
ukuran dimana anggota dari suatu anggotanya untuk membedakan organisasi
masyarakat menerima bahwa kekuasaan itu terhadap organisasi lain.
dalam lembaga atau organisasi tidak Schein menjelaskan unsur-unsur
didistribusikan secara merata. Hal ini budaya, yaitu: ilmu pengetahuan,
mempengaruhi perilaku anggota masyarakat kepercayaan, seni, moral, hukum, adat-
yang kurang berkuasa dan yang berkuasa. istiadat, perilaku/kebiasaan (norma)
Orang-orang dalam masyarakat yang masyarakat, asumsi dasar, sistem nilai,
memiliki jarak kekuasaan besar menerima pembelajaran/pewarisan, dan masalah
tatanan hirarkis dimana setiap orang adaptasi eksternal dan integrasi internal.
mempunyai suatu tempat yang tidak lagi Budaya organisasi merupakan falsafah,
memerlukan justifikasi. Orang-orang dalam ideologi, nilai-nilai, anggapan, keyakinan,
masyarakat yang berjarak kekuasaan kecil harapan, sikap dan norma-norma yang
menginginkan persamaan kekuasaan dan dimiliki secara bersama serta mengikat
menuntut justifikasi atas perbedaan dalam suatu komunitas tertentu. Secara
kekuasaan. Isu utama atas dimensi ini adalah spesifik budaya dalam organisasi akan
bagaimana suatu masyarakat menangani ditentukan oleh kondisi team work, leaders
perbedaan diantara penduduk ketika hal dan characteristic of organization serta
tersebut terjadi. Hal ini mempunyai administration process yang berlaku.
konsekuensi jelas terhadap cara orang-orang Mengapa budaya organisasi penting,
membangun lembaga dan organisasi karena merupakan kebiasaan-kebiasaan
mereka. d). Penghindaran ketidakpastian, yang terjadi dalam hirarki organisasi yang
merupakan tingkatan dimana anggota mewakili norma-norma perilaku yang diikuti
masyarakat merasa tak nyaman dengan oleh para anggota organisasi. Budaya yang
ketidakpastian dan ambiguitas. Perasaan ini produktif adalah budaya yang dapat
mengarahkan mereka untuk mempercayai menjadikan organisasi menjadi kuat dan
kepastian yang menjanjikan dan untuk tujuan perusahaan dapat terakomodasi.
memelihara lembaga-lembaga yang Robbins (2001:528) mengemukakan:
melindungi penyesuaian. Organizational culture as an intervening
Masyarakat yang memiliki variable. Employees form an overall
penghindaran ketidakpastian yang kuat subjective perception of the organization
menjaga kepercayaan dan perilaku yang based on such factor as degree of risk
ketat dan tidak toleran terhadap orang dan tolerance, team emphasis and support of
ide yang menyimpang. Masyarakat yang people. This overall perception becomes, in

Jurnal Forum Pendidikan || Volume 14 Nomor 1, April 2018 | 44


“Kajian Terhadap Budaya Organisasi di SKB Kota Manado & SKB Tombariri ....” Julduz R. Pauz

effect, the organization culture or harus ada ukuran yang jelas dan transparan
personality. These favorable or unfavorable misalnya berdasarkan outputnya (prestasi
perception then affect employee yang dicapai). Koesmono, Pengaruh
performance and satisfaction, with the Budaya Organisasi Terhadap Motivasi
impact being greater for stronger culture. Jurusan Ekonomi Manajemen, Fakultas
Faktor lain yang berperan dalam Ekonomi-Universitas Kristen Petra http://
menjadikan karyawan lebih berperilaku puslit.petra.ac.id/~puslit/journals/ 165.
terarah apabila ada unsur-unsur positif Dapat disimpulan bahwa sebagai
dalam dirinya masing-masing. Luthans essentialnya dalam pemberian compensation
(1992:165) mengemukakan: Porter and adalah fair and suitable. Biasanya
Lawler start with the premise that compensation dirupakan dalam bentuk
motivation (effort or force) does not equal financial dan non financial yang mana
satisfaction and/or performance. kedua-duanya akan diberikan dalam
Motivation, satisfaction and performance berbagai kesempatan yang berbeda.
are all separate variables and relate in ways Mengenai Expectancy, setiap orang akan
different from what was traditionally memiliki harapan-harapan yang akan
assumed. Hughes et al. (1999:388); diperoleh dalam melakukan kegiatannya,
Motivation, satisfaction and performance oleh karena itu tanpa adanya nilai harapan
seem clearly related. Pada umumnya dalam yang dimiliki, seseorang tidak akan
diri seorang pekerja ada dua hal yang melakukan usaha-usaha untuk memenuhi
penting dan dapat memberikan motivation kebutuhannya.
atau dorongan yaitu masalah Compensation Dalam expectancy theory dinyatakan
dan Expectancy. Khususnya masalah bahwa orang termotivasi bereaksi dalam
compensation sebagai imbal jasa dari kehidupannya, berkeinginan menghasilkan
pengusaha kepada karyawan yang telah kombinasi dari hasil-hasil yang diharapkan.
memberikan kontribusinya selalu Sehubungan dengan hal tersebut maka
menjadikan sebagai ukuran puas atau nampak jelas bahwa expectancy dapat
tidaknya seseorang dalam menjalankan mendorong seseorang untuk memenuhi
tugasnya atau pekerjaannya. Demikian pula kebutuhannya, hal ini wajar karena manusia
pemberian compensation dapat berdampak selalu mempunyai need yang berbeda-beda
negatif apabila dalam pelaksanaannya tidak menurut status sosialnya di masyarakat,
adil dan tidak layak yang pada akhirnya sehingga unsur pembentuk expectancy-nya
menimbulkan ketidakpuasan. berbeda-beda pula. Behavior merupakan
Besar kecilnya compensation yang bagian dari budaya yang berkaitan dengan
diberikan kepada karyawan seharusnya kinerja, hal ini tentunya logis sekali sebab
tergantung kepada besar kecilnya power of dengan berperilaku seseorang akan dapat
contribution and thinking yang disampaikan memperoleh apa yang dikehendaki dan apa
oleh pekerja kepada perusahaan. yang diharapkan. Jadi behavior merupakan
Sehubungan dengan hal tersebut mengingat tindakan yang nyata dilakukan oleh
pemberian compensation harus adil tentunya

Jurnal Forum Pendidikan || Volume 14 Nomor 1, April 2018 | 45


“Kajian Terhadap Budaya Organisasi di SKB Kota Manado & SKB Tombariri ....” Julduz R. Pauz

seseorang untuk memperoleh apa yang integral dari budaya. Peningkatan


diharapkan. produktivitas sangat ditentukan oleh
Dalam organisasi tentunya banyak hubungan insani (human relationship) dan
faktor yang mempengaruhi seseorang untuk moral para pekerja, tidak banyak terkait
mencapai tujuan yang telah ditetapkan, dengan berbagai persyaratan kerja seperti
sedangkan jalannya organisasi atau jam kerja, jam istirahat yang cukup,
perusahaan tentunya diwarnai oleh perilaku penerangan di dalam pabrik dan lain
individu yang merasa berkepentingan dalam sebagainya. Budaya organisasi bagi
kelompoknya masing-masing. Perilaku karyawan dimaknai sebagai petujuk
individu yang berada dalam organisasi atau pelaksanaan dan petunjuk teknis. Budaya
perusahaan tentunya sangat mempengaruhi organisasi mendorong buruh untuk selalu
organisasi baik secara langsung maupun mencapai prestasi kerja atau produktivitas
tidak langsung, hal ini akibat adanya yang lebih baik. Hal ini dapat dicapai
kemampuan individu yang berbeda-beda apabila proses sosialisasi dapat dijalankan
dalam menghadapi tugas atau aktivitasnya. dengan tepat kepada sasarannya. Dengan
Perilaku akan timbul atau muncul akibat demikian, buruh memiliki atau mengetahui
adanya pengaruh atau rangsangan dari secara pasti kariernya di organisasi sehingga
lingkungan yang ada (baik internal maupun mendorong mereka untuk konsisten dengan
eksternal) begitu pula individu berperilaku tugas dan tanggung jawab.
karena adanya dorongan oleh serangkaian Manfaat budaya organisasi bagi
kebutuhan. Setiap manusia atau seseorang karyawan (Ismail Nawai, 2010 : 72) sebagai
selalu mempertimbangkan perilakunya berikut : (1) memberikan arah atau pedoman
terhadap segala apa yang diinginkan agar berperilku di dalam perusahan, (2) agar
dapat tercapai tanpa menimbulkan konflik mempunyai kesamaan langkah dan visi
baik secara individu maupun kelompok, dalam melkukan tugas dan tanggung jawab,
sehingga kinerja dapat tercapai sesuai masing-masing iondividu dapat
dengan yang diinginkan. meningkatkan fungsinya dan
Dengan demikian dapat ditegaskan mengembangkan tingkat interdependesni
bahwa, budaya perusahan tidak selalu antar-individu/bagian karena antar-
seiring dengan sasaran ekonomi. Tetapi individu/bagian dengan individu/bagian
untuk mencapai sasaran ekonomi diperlukan yang lain saling melengkapi dalam kegiatan
perangkat sosio-budaya. Hasil penelitian perusahan; (3) mendorong mencapai prestasi
selama ini dan temuan dari lapangan (Ismail kerja atau produktivitas yang lebih baik dan
Nawai, 2010 : 72) menunjukkan bahwa, (4) untuk mencapai secara pasti tentang
konsep aktivitas produksi disebuah kareiernya diperusahan sehingga mendorong
perusahan tidak dapat direduksi menjadi mereka untuk kosnsisten dengan tugas dan
sekadar suatu kategori ekonomi, karena tanggung jawab.
ekonomi itu sendiri merupakan bagian

Jurnal Forum Pendidikan || Volume 14 Nomor 1, April 2018 | 46


“Kajian Terhadap Budaya Organisasi di SKB Kota Manado & SKB Tombariri ....” Julduz R. Pauz

METODE PENELITIAN
Untuk mencapai tujuan penelitian sumber data sekunder sebanyak 8 (delapan)
sebagaimana dirumuskan, maka penelitian orang.
secara keseluruhan menggunakan Penentuan sumber data primer dan
pendekatan kualitatif naturalis. Sebagai sekunder mengacu pada teknik purposive
sumber data dalam penelitian ini terdiri atas sampling dan snowball sampling. Data
dua bagian yaitu sumber data primer dan dalam penelitian ini dijaring dengan teknik
sumber data sekunder. Sumber data primer wawancara dan observasi sebelumnya
adalah Kepala SKB Kota Manado dan disusun pedoman untuk kedua alat tersebut.
Kepala SKB Tombariri Kabupaten Dalam proses penjaringan data tersebut,
Minahasa. Sedangkan sumber data sekunder peneliti menjadi “alat” utama. Data yang
antara lain Pamong Belajar dan staf tata terjaring melalui wawancara dan observasi
usaha pada kedua SKB tersebut. Sumber dianalisis dengan teknik interaktif dari Miles
data primer sebanyak 2 (dua) orang dan dan Huberman.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


Hasil Penelitian inovatif dan berani mengambil resiko.
1. Budaya organisasi dikalangan kepala, Selain itu bagaimana organisasi
pamong belajar dan staf tata usaha menghargai tindakan pengambilan risiko
dipandang sebagai sesuatu yang baru dari oleh karyawan dan membangkitkan ide
segi makna, tetapi telah dilakukan dalam karyawan. saya sudah bingung mengapa
tingkatan dan mutu yang berlainan. para pamong belajar malas bekerja dan
Kepala SKB memandang bahwa dia telah tidak ada aktivitas dan kreativitas dalam
melakukan berbagai tugas dan melaksanakan Tugas Pokok dan Fungsi,
tanggungjawabnya untuk menyiptakan padahal memiliki waktu hanya terbuang
budaya organisasi di lingkungan percuma). (saya sudah puluhan tahun
kerjanya, tetapi pamong belajar dan staf sebagai pimpinan dan mengalami
akademik yang memiliki semangat kerja masalah yang sama dengan pamong
rendah dan harus ditekan-tekan. Bagi belajar yaitu kurang inisiatif, kurang
pamong belajar dan staf tata usaha, inovatif. Maunya disuapi dan menunggu
berpandangan bahwa budaya kerja perintah. rendahnya bahkan tidak ada
mereka sangat bergantung pada iklim sanksi bagi pamong belajar yang malas
kerja yang diciptakan oleh kepala. atau kurang disiplin. Pamong belajar
Mereka adalah bawahan akan mengikuti yang rajin disamakan dengan pemong
apa yang diperintahkan oleh kepala. belajar yang kurang rajin. Faktor kedua
2. Pelaksanaan Budaya kerja terkait dengan adalah, sikap masa bodoh dari pamong
hal-hal sebagai berikut: Inovation and belajar itu sendiri yang mentalnya hanya
risk taking, (Inovasi dan keberanian semaunya dan tidak peduli terhadap
mengambil risiko), yaitu organisasi tanggung jawabnya. Faktor ketiga,
mendorong para karyawan bersikap kurangnya pengetahuan dan keterampilan

Jurnal Forum Pendidikan || Volume 14 Nomor 1, April 2018 | 47


“Kajian Terhadap Budaya Organisasi di SKB Kota Manado & SKB Tombariri ....” Julduz R. Pauz

teknis yang dimiliki. Pamong belajar, efek hasil-hasil pada orang-orang di


buah dari kondisi lingkungan kerja yang dalam organisasi. SKB sebagai satuan
berlangsung lama. Attention to detail pendidikan nonformal melaksanakan
(Perhatian terhadap detil), adalah kegiatan yang berorientasi pada
organisasi mengharapkan karyawan pemberdayaan sumber daya manusia
memperlihatkan kecermatan, analisis dan yang umumnya tidak berkesempatan
perhatian kepada rincian. Tetapi memang untuk melanjutkan pada pendidikan
ada pamong belajar yang dapat mengikuti formal atau karena faktor
perintah tersebut tetapi ada juga yang keterbelakangan lainnya, dengan
lalai. sebenarnya pamong belajar dalam demikian manajemen pada SKB pasti
melaksanakan perkejaan sangat beroreintasi pada manusia. Team
memperhatikan detail, rinci dan serius. orientation (Berorientasi tim), yaitu
Tetapi menjadi tidak rinci biasanya kegiatan kerja diorganisasikan sekitar
disebabkan karena tidak disiplin dan tim-tim tidak hanya pada individu-
melakukan pekerjaan diburu-buru waktu. individu untuk mendukung kerjasama.
Jadi intinya pada tidak dispilin. Hal Jelaskan sebelumnya bahwa, terdapat tiga
lainnya adalah adanya “pekerjaan orientasi program di SKB yaitu
sampingan” yang biasanya dikerjakan Pendidikan Kesetaraan, Pendidikan
diluar kantor. Pekerjaan “sampingan” Keaksaraan dan Pendidikan Anak Usia
tersebut telah menyita waktu dan Dini. Kurangnya perhatian yang
tenaganya sehingga pekerjaan utamanya berunjung pada sikap masa bodoh para
terbengkalai. Berorientasi kepada hasil pamong belajar disebabkan antara lain,
(Outcome orientation), yaitu manajemen adanya “pilih kasih” dalam penyusunan
memusatkan perhatian pada hasil dan pelaksanaan program. Sebab hanya
dibandingkan perhatian pada teknik dan mereka yang “dekat” dengan pimpinan
proses yang digunakan untuk meraih biasanya dilibatkan dalam pelaksanaan
hasil tersebut. Dengan proses yang baik program atau mereka yang kritis
itu berarti akan menjamin luaran atau mempertanyakan pelaksanaan program,
hasil yang baik. Dalam bidang pendidik biasanya kurang dilibatkan dalam
ini yang menjadi penekanan kami yaitu pelaksanaan program selannjutnya.
pada proses berbeda dengan pabrikan Aggressiveness (Agresifitas), yaitu orang-
atau organisasi lainnya yang berorientasi orang dalam organisasi itu agresif dan
pada produk. Dunia pendidikan tidak kompetitif untuk menjalankan budaya
demikian, sebab yang diutamakan adalah organisasi sebaik-baiknya. Dengan
proses dan tidak sekedar hasil Ini yang demikian, setiap orang apakah itu
menjadi persoalan dan perbedaan utama pamong belahjar atau staf administrasi
antara dunia pendidikan dengan dunia memiliki jurnal harian yang berisi tentang
usaha. People orientation pekerjaan yang dilakukan setiap hari,
(Berorientasi kepada manusia), yaitu walaupun kadang-kadang bingung
keputusan manajemen memperhitungkan membuat apa. Jadi budaya kompetitif itu

Jurnal Forum Pendidikan || Volume 14 Nomor 1, April 2018 | 48


“Kajian Terhadap Budaya Organisasi di SKB Kota Manado & SKB Tombariri ....” Julduz R. Pauz

muncul jika dikondisikan oleh pimpinan tujuan bersama. Dengan demikian, suatu
yang dengan konsisten pemperhatikan organisasi tanpa adanya budaya organisasi
dan mengamatinya. Stability akan sulit bahkan tidak mungkin untuk
(Stabilitas), yaitu kegiatan organisasi mencapai tujuan organsasi tersebut.
menekankan status quo sebagai kontras SKB sebagai satuan Pendidikan
dari pertumbuhan. Faktor-faktor tersebut nonformal yang belakang ini mengalami
ada yang bersumber dari lingkungan SKB kendala dalam aspek kinerja dan komptensi
itu sendiri atau berasal dari luar baik melaksanakan tugas pokok dan fungsi
pemerintah daerah dan pemerintah pusat. (TUPOKSI), sepatutnya memiliki dan
Bagi SKB yang kepalanya memiliki mewujudkan budaya kerja dalam
semangat untuk membangun jejaring pelaksanaan TUPOKSI lembaga tersebut
social dengan berbagai pihak sebagai lembaga pendidikan diluar sekolah
dipemeritahan daerah baik eksekutif satu-satunya yang ber tanggng jawab untuk
maupun legislatif, maka kegiatan SKB memenuhi kebutuhan belajar warga
dapat didanai dari APBD, tetapi dalam masyarakat yang “terlepas” dari lembaga
hal lainnya tidak demikian. pendidikan formal. Mereka itu adalah anak
3. Budaya organisasi di lokasi penelitian bangsa yang dijamin oleh undang-undang
terwujud melalui berbagai pelaksanaan memiliki hak dan kewajiban yang sama
program Pendidikan Keaksaraan untuk mendapatkan pendidikan dan
Fungsional, Pendidikan Kesetaraan dan pengajaran. Terhadap mereka itu, negara
Pendidikan Anak Usia Dini. Pelaksanaan harus hadir dengan tanpa kecuali atau tanpa
ketiga program tersebut berawal dari syarat sebab warga negara tersebut memang
program direktorat GTK PAUD dan mereka tidak mampu dari berabgai aspek
DIKMAS setiap tahunnya dan usulan untuk memenuhi persyaratan yang biasanya
proposal kepada pemerintah Kabupaten yang menyebabkan mereka “terlempar”
dan Kota. kembali entah lembaga pendidikan apalagi
Pembahasan yang akan menampung mereka, kecuali
Budaya organisasi adalah suatu menjadi “lahan” yang paling subur untuk
kondisi dalam organisasi yang mengikat dan ditanami “kebencian, permusuhan antar
mendorong semua pihak yang terlibat dalam golongan dan ras. SKB sebagai lembaga dan
organisasi tersebut untuk melakukan satuan pendidikan non formal, patut
kegiatan secara bertanggung jawab. Budaya diberdayakan agar mampu melayani
organisasi adalah suatu iklim psikologis kebutuhan belajar warga belajar yang tidak
yang mengikat sikap-mental bahkan fisik mampu melalui pemberdayaan budaya
semua pihak dalam organisasi tersebut organisasi.
berkolaborasi, kerjasama untuk mencapai

SIMPULAN DAN SARAN


Simpulan dipandang sebagai sesuatu yang baru dari
1. Budaya organisasi dikalangan kepala, segi makna, tetapi telah dilakukan dalam
pamong belajar dan staf tata usaha tingkatan dan mutu yang berlainan.
Jurnal Forum Pendidikan || Volume 14 Nomor 1, April 2018 | 49
“Kajian Terhadap Budaya Organisasi di SKB Kota Manado & SKB Tombariri ....” Julduz R. Pauz

Kepala SKB memandang bahwa tugas hasil terbaik masih menjadi harapan bagi
dan tanggungjawabnya untuk kepala, pamong dan staf tata usaha.
menyiptakan budaya organisasi di Adanya kenyataan bahwa, SKB saat ini
lingkungan kerjanya sudah dilaksanakan, masih tetap berjuang untuk mencari jati
tetapi pamong belajar dan staf akademik dirinya agar diperhatikan sejajar dengan
yang memiliki semangat kerja rendah dan lembaga pendidikan sekolah.
harus ditekan-tekan. Bagi pamong belajar 3. Budaya kerja di lokasi penelitian
dan staf tata usaha, berpandangan bahwa terwujud melalui berbagai pelaksanaan
budaya kerja mereka sangat bergantung program Pendidikan Keaksaraan
pada iklim kerja yang diciptakan oleh Fungsional, Pendidikan Kesetaraan dan
kepala. Mereka adalah bawahan akan Pendidikan Anak Usia Dini. Pelaksanaan
mengikuti apa yang diperintahkan oleh ketiga program tersebut berawal dari
kepala. program direktorat GTK PAUD dan
2. Pelaksanaan Budaya kerja terkait dengan DIKMAS.
hal-hal sebagai berikut: Inovation and Saran
risk taking, (Inovasi dan keberanian 1. SKB sebagai satuan pendidikan
mengambil risiko), yang belum tampak nonformal, harus tetap dipertahankan
pada kinerja baik kepala maupun pamong esksistensinya untuk menjawab
belajar dan staf tata usaha yang sama juga kebutuhan belajar masyarakat yang
tampak pada pamong belajar kurang beruntung. Sebab hanya SKBlah
memperlihatkan kecermatan, analisis dan lembaga pendidikan diberi tanggung
perhatian kepada rincian yang tergolong jawab untuk tugas stersebut.
kurang. Berkaitan dengan orientasi pada 2. Budaya organisasi menjadi salah satu
hasil hany tertuju pada hasil akhir bukan pilihan agar SKB, tetap eksis tidak hanya
pada prosesnya dalam penyelesaian suatu mengharapkan belas kasihan
pekerjaan. Harusnya SKB sebagai “pemerintah” walauun itu tidak juga
lembaga pendidikan orientasi keliru.
programnya pada manusia yang selama 3. Kepala, Pamong belajar dan Staf tata
ini masih sulut diwujudkan. Kerja tim, usaha, harus terus berssinergi menjamin
pasti tetapi selalu saja faktor dan menjaga keberlanjutan SKB lebagai
persahabatan dan kerabat menjadi lembaga pendidikan untuk masyarakat
pilihan. Untuk semangat juang meraih kurang beruntung.

DAFTAR PUSTAKA
Abdul Aziz Wahab. 2008. Anatomi Anonimus, 2003. Undang-Undang Nomor
Organisasi dan kepemimpinan 20 Tahun 2003 Tentang Sistem
Pendidikan. Telaahan Terhadap Pendidikan Nasional beserta
Organisasi dan Pengelolaan Organisasi penjelasannya. FM. Fokus Media.
Pendidikan. Alfabeta. Bandung. Bandung.

Jurnal Forum Pendidikan || Volume 14 Nomor 1, April 2018 | 50


“Kajian Terhadap Budaya Organisasi di SKB Kota Manado & SKB Tombariri ....” Julduz R. Pauz

H.A.R. Tilaar. (1989). Pendidikan, Piaget, J. (1959). "The growth of logical


Kebudayaan,dan Masyarakat Madani thinking from childood fo
Indonesia. Strategi Reformasi adolescence. New York : Basic Books.
Pendidikan Nasional. Rosda. Syaiful Sagala. 2008. Budaya dan
Bandung. Reinventing Organisasi Pendidikan.
Hj. Serdamayanti. 2011. Manajemen Pemberdayaan organisasi Pendidikan
Sumber Daya Manusia. Reformasi Ke Arah yang Lebih professional dan
Birokrasi dan Manajemen Pegawai Dinamis di Provinsi, Kabupaten/Kota
Negeri Sipil. PT. Refika Aditama. dan Satuan Pendidikan. Alfabeta.
Bandung. Bandung.
Driyarkara. 1980. Tentang Pendidikan. http://www.oocities.org/teknologipembelaja
Kanisius. Jogyakarta. ran/andragogi.html. Diakses, 11
K.H. Dewantara. 1967. Bagian IIA. Pebruari. 2016 Pkl. 11,21
Kebudayaan. Majelis Luhur Persatuan (http://id.wikipedia.org/wiki/Budaya).
Taman Siswa. Jogyakarta. Diakses, Desember 2016
Mamduh M. Hanafi. 2011. Manajemen. Plus
Kasus-kasus Manajemen. UPP STIM
YKPN. Yogyakarta.

Jurnal Forum Pendidikan || Volume 14 Nomor 1, April 2018 | 51


“Analisis Pengaruh Kepemimpinan Kepala Sekolah Terhadap Kinerja Guru SD ....” Margareta O. Sumilat

ANALISIS PENGARUH KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH


TERHADAP KINERJA GURU SD NEGERI SE-KECAMATAN
LEMBEH SELATAN KOTA BITUNG

Margareta O. Sumilat
Fakultas Ilmu Pendidikan UNIMA

ABSTRAK
Tujuan penelitian adalah 1). Apakah Kepemimpinan Kepala Sekolah Berpengaruh Terhadap Kinerja Guru
SD se Kecamatan Lembeh Selatan Kota Bitung? 2). Seberapa Besar Pengaruh Kepemimpinan Kepala Sekolah
Terhadap Kinerja Guru SD tersebut? Menggunakan pendekatan kuantitatif. Hasil penelitian menunjukan bahwa
pengaruh Kepemimpinan Kepala Sekolah Terhadap Kinerja Guru signifikan dan linier karena Fhitung 35.120 > α
(0,05). Pengaruh Kepemimpinan Kepala Sekolah terhadap Kinerja Guru adalah 0.649 atau 64,9 %. Hal ini
menujukan bahwa 64,9 % Kepemimpinan Kepala Sekolah menentukan Kinerja Guru. Sedangkan 35,1 % Kinerja
Guru dipengaruhi oleh faktor lain. Simpulan bahwa Kinerja Guru dipengaruhi oleh kepemimpinan yang di miliki
kepala sekolah. Hal ini berarti semakin efektif kepemimpinan yang dibawakan oleh kepala sekolah maka semakin
tinggi kinerja guru, sebaliknya semakin kurangnya kepemimpinan seorang kepala sekolah, maka kinerja Guru
tersebut juga akan menurun.
Kata Kunci : Kepemimpinan, Kepala Sekolah, Guru SD, Kinerja.

PENDAHULUAN
Menjadi suatu persoalan yang belum dapat menghasilkan sumber daya
mendasar saat ini apabila kita berbicara sesuai dengan perkembangan dan kebutuhan
tentang kualitas sumber daya manusia. pembangunan.
Bukan rahasia lagi bahwa bahawa Di sisi lain juga berhasilnya
rendahnya kualitas SDM di kebanyakan pendidikan di sekolah juga ditentukan oleh
wilayah di negeri ini memberi dampak pada kemapuan kepala sekolah dalam mengelola
pembangunan dan perkembangan ekonomi tenaga kependidikan yang ada di sekolah.
nasional. Dengan kata lain Penataan sumber Kepala sekolah juga menjadi bagian dari
daya manusia harus terus-menerus dilakukan komponen pendidikan yang berpengaruh
secara bertahap melalui suatu sistem terhadap peningkatan kinerja guru. Kepala
pendidikan yang berkualitas baik pada jalur sekolah memiliki tanggung jawab terhadap
pendidikan formal, informal, maupun non terlaksananya kegiatan pendidikan, penataan
formal, yang dimulai dari pendidikan dasar administrasi sekolah, pembinaan tenaga
hingga pendidikan tinggi (Mulyasa 2004:4). pendidik lainnya dan pendayagunaan serta
Menurut Mulyasa upaya mengembangkan pemeliharaan sarana dan prasarana (Mulyasa
sistem pendidikan yang berkualitas perlu 2004:25). Persoalan ini makin penting sebab
lebih fokus, hal ini disebabkan berbagai makin kompleksnya tanggung jawab kepala
indikator memperlihatkan bahwa sistem sekolah, yang menginginkan terlaksanya
pendidikan yang laksanakan kita saat ini kinerja yang lebih efektif dan efisien.

Jurnal Forum Pendidikan || Volume 14 Nomor 1, April 2018 | 52


“Analisis Pengaruh Kepemimpinan Kepala Sekolah Terhadap Kinerja Guru SD ....” Margareta O. Sumilat

Sebagai pemimpin, kepala sekolah permaslahannya dapat dirumuskan sebagai


memiliki pengaruh dan juga menentukan berikut: 1). Apakah Kepemimpinan Kepala
maju tidaknya suatu sekolah, dituntut untuk Sekolah Berpengaruh Terhadap Kinerja
memiliki kemampuan administrasi, Guru SD di Kecamatan Lembeh Selatan
mempunyai komitmen tinggi, dan luwes Kota Bitung? 2). Seberapa Besar Pengaruh
dalam bekerja melaksanakan pekerjaannya. Kepemimpinan Kepala Sekolah Terhadap
Sebagai pemimpin yang baik, kepala Kinerja Guru SD di Kecamatan Lembeh
sekolah harus mengupayakan peningkatan Selatan Kota Bitung?
kinerja guru lewat program pembinaan Konsep Kepemimpinan Kepala Sekolah
kemampuan tenaga pendidik. Sebab itu Menurut Garry Yukl (2010)
kepala sekolah harus memiliki kepribadian Kepemimpinan adalah proses
serta kemampuan dan keterampilan- dalam mempengaruhi orang lain untuk memahami
memimpin sebuah lembaga pendidikan. dan setuju tentang apa yang perlu dikerjakan
Dalam tugasnya sebagai seorang pemimpin, dan bagaimana tugas itu dapat dilakukan
kepala sekolah wajib memperhatikan secara efektif, dan proses memfasilitasi
kebutuhan dan perasaan bahwahannya yang usaha individu dan kelompok untuk
bekerja agar kinerja guru selalu terjaga. mencapai tujuan bersama. Harold Koontz
Yang menjadi permasalahan sekarang dan Cyrill O’Donnellc 1976Kepemimpinan
ini adalah, di Kecamatan Lembeh Selatan adalah seni membujuk bawahan untuk ,
Kota Bitung masih banyak guru SD Negeri menyelesaikan pekerjaanpekerjaan mereka
yang belum menunjukkan sikap dan prilaku dengan semangat keyakinan. (dalam
yang kreatif dan produktif sebagai guru Soekarso 2011)
dalam melaksanakan tugas-tugas Robbins dalam Nawawi (2003:20)
pembelajaran dan pendidikan di sekolah, mengemukakan bahwa kepemimpinan
akibatnya para guru tersebut kurang merupakan kemampuan untuk
menunjukkan kinerja yang tinggi dalam mempengaruhi suatu kelompok atau orang
melaksanakan tugasnya sebagai guru dan hal lain kearah untuk mencapai suatu tujuan.
ini dipengaruhi pula oleh kepemimpinan Dalam buku yang sama Owen mengaatakan
kepala sekolah yang belum efektif dalam bahwa kepemimpianan adalah suatu
manajemen organisasi sekolah sehingga interaksi pihak yang memimpin dengan
berpengaruh terhadap kinerja mengajar pihak yang dipimpin. Sedangkan Thoha
guru. (2006:9) berpendapat bahwa kepemimpinan
Sesuai uraian tersebut di atas, maka merupakan kegiatan untuk memepengaruhi
peneliti tertarik melakukian penelitian tindakan orang lain, atau seni mempengaruhi
tentang kepemimpinn kepal sekolah dalam prilaku manusia baik perorangan maupun
meningkatkan kinerja guru: Adapun judul kelompok.
penelitian ini adalah: “Analisis Pengaruh Memimpin adalah kemampuan yang
Kepemimpinan Kepala Sekolah Terhadap dimiliki seseorang untuk menguasai dan
Kinerja Guru SD Negeri di Kecamatan mempengaruhi orang lain atau masyarakat
Lembeh Selatan Kota Bitung. Adapaun memiliki perbedaan untukpencapaian tujuan

Jurnal Forum Pendidikan || Volume 14 Nomor 1, April 2018 | 53


“Analisis Pengaruh Kepemimpinan Kepala Sekolah Terhadap Kinerja Guru SD ....” Margareta O. Sumilat

tertentu (Ishak dan Tanjung 2003:235). Jadi Suatu kinerja dapat dilihat kuantitas
Kepemimpinan sesungguhnya merupakan dan kualitas kerja yang telah dicapai oleh
sifat-sifat yang harus ada dalam diri seorang seseorang karyawan dalam melaksanakan
pemimpin (Leader). Dengan demikian tugasnya sesuai dengan tanggung jawab
kepemimpinan merupakan suatu perilaku yang diberikan seperti dikatakan
seorang dengan memakai gaya Mangkunegara (2005:9). Demikian pula
kepemimpinan yang dibuat untuk menurut Nawawi (2005:234) yang
mempengaruhi aktifitas angota anggota menyatakan kinerja adalah hasil pelaksanaan
kelompok untuk mencapai tujuan bersama suatu pekerjaan, baik bersifat fisik/material
serta memberi manfaat bagi individu dan maupun non fisik/non material. Simanjuntak
organisasi. (2005:1) kinerja adalah tingkat pencapaian
Selznick dalam Wahjosumidjo (2010: hasil atas pelaksanaan tugas tertentu.
42-47) memperinci empat fungsi pemimpin, Simanjuntak juga mengartikan kinerja
yaitu: (1) Mendefinisikan misi dan peranan individu sebagai tingkat pencapaian atau
organisasi dalam hal ini pemimpin sebagai hasil kerja seseorang dari sasaran yang harus
visionaris; (2) pengejewantahan tujuan dicapai atau tugas yang harus dilaksanakan
organisasi berarti pemimpin harus dalam kurun waktu tertentu.
menciptakan kebijaksanaan ke dalam Kinerja individu menurut
tatanan atau keputusan terhadap sarana Mangkunegara (2005:15) adalah hasil kerja
untuk mencapai tujuan yang direncanakan; karyawan terbaik baik dari segi kualitas
(3) mempertahankan keutuhan organisasi, maupun kuantitas berdasarkan standar kerja
yang berarti pemimpin mewakili organisasi yang telaj ditentukan. Kinerja individu ini
kepada umum dan kepada para stafnya akan tercapai apabila didukung oleh atribut
seperti halnya pemimpin mencoba untuk individu, upaya kerja dan dukungan
mengajak para bawahan mengikuti organisasi. Hasibuan (2010: 94)
keputusannya agar fungsi tersebut dapat mengemukakam bahwa prestasi kerja
dilaksanakan; dan (4) mengendalikan merupakan hasil kerja yang dicapai
konflik internal yang terjadi di dalam seseorang dalam melaksanakan tugas-tugas
organisasi. yang dibebankan kepadanya yang
Menurut Mulyasa (2011: 19) Kepala didasarkan atas kecakapan, pengalaman, dan
sekolah yang efektif sedikitnya harus kesungguhan serta waktu. Prestasi kerja
mengetahui, menyadari dan memahami tiga adalah kumpulan beberapa faktor penting,
hal: (1) mengapa pendidikan yang yaitu kemampuan dan minat seorang
berkualitas diperlukan di sekolah; (2) apa pekerja, kemampuan dan penerimaan atas
yang harus dilakukan untuk meningkatkan penjelasan delegasi tugas serta peran dan
mutu dan produktivitas sekolah; dan (3) tingkat motivasi seorang pekerja. Semakin
bagaimana mengelola sekolah secara efektif tinggi ketiga faktor tersebut semakin besar
untuk mencapai prestasi yang tinggi. pula prestasi kerja pegawai. Kinerja guru
Kinerja berarti prestasi kerja baik secara kualitas
maupun kuantitas yang dihasilkan oleh guru

Jurnal Forum Pendidikan || Volume 14 Nomor 1, April 2018 | 54


“Analisis Pengaruh Kepemimpinan Kepala Sekolah Terhadap Kinerja Guru SD ....” Margareta O. Sumilat

sebagai akibat dari pengaruh kinerja dimensi penilaian terhadap kinerja guru
kepemimpinan kepala sekolah dalam rangka dilakukan terhadap kegiatan pembelajaran
mencapai tujuan sekolah secara bersama- dikelas, (Nasution 2000:184) yaitu: (a).
sama. Glasser dalam Zamroni, (2009:12) Perencanaan Program Kegiatan
mengatakan bahwa kualitas sekolah erat Pembelajaran, (b). Pelaksanaan Kegiatan
hubungannya dengan kualitas guru dan Pembelajaran, (c). Evaluasi/Penilaian
kepemmimpinan kepala sekolah. Pembelajaran d). Hubungan antar Pribadi.
Dalam penelitian ini membahas Definisi Konsep Kepemimpinan
mengenai kinerja guru SD Negeri se Kepala Sekolah: Variabel bebas
Kecamatan Lembeh Selatan Kota Bitung kepemimpinan kepala sekolah dalam
yang dipengaruhi oleh faktor Kepemimpinan penelitian ini secara operasional
kepala sekolah. Kinerja guru mempunyai didefinisikan sebagai kepemimpinan kepala
spesifikasi/kriteria tertentu. Kinerja guru sekolah menurut persepsi guru adalah
dapat dilihat dan diukur berdasarkan derajat kemampuan yang dihasilkan oleh
spesifikasi/kriteria kompetensi yang harus kepala sekolah dalam pelaksanan tugas dan
dimiliki oleh setiap guru. Standar kinerja fungsi sebagai seorang pemimpin. Selznick
sangat penting dirumuskan untuk menjadi dalam Wahjusumidjo (2010:42) mengatakan
acuan dalam mengadakan penilaian, yaitu ada tujuh dimensi kepemimpinan kepala
membedakan apa yang dicapai dengan apa sekolah meliputi: (1) penggunaan pengaruh
yang diharapkan. Standar kinerja dapat (2) transformasi visi dan misi, (3)
dijadikan patokan dalam mengadakan pemberdayaan, (4) mobilisasi, (5) motivasi,
pertanggungjawaban terhadap apa yang (6) pengerahan dan bimbingan, serta (7)
telah dilaksanakan. pembentukan komitnen.
Sesuai dengan standar kinerja guru Definisi Konsep Kinerja Guru:
Sahertian dalam Kusmianto (2009:49) Variabel terikat kinerja guru dalam
menyatakan bahwa, standar kinerja guru itu penelitian ini didefinisikan sebagai prestasi
adalah kualitas guru dalam menjalankan kerja yang dihasilkan oleh guru berdasarkan
tugasnya seperti: (a) bekerja dengan siswa kemampuan melaksanakan proses belajar
secara individual, (b) persiapan dan mengajar dan membimbing siswa. Menurut
perencanaan pembelajaran, (c) Nasution (2009:184) Dimensi kinerja guru
pendayagunaan media pembelajaran, (d) meliputi: (1) Perencanaan Pembelajaran, (2)
melibatkan siswa dalam berbagai Pelaksanaan Pembelajaran, (3)
pengalaman belajar, dan (e) kepemimpinan Evaluasi/Penilaian pembelajaran (4)
yang aktif dari guru. Di samping itu, Hubungan antar pribadi.

METODE PENELITIAN
Dalam penelitian ini menggunakan dari beberapa teori tentang kepemimpinan
pendekatan kuantitatif atau positivisme, kepala sekolah, dan teori kinerja guru. Juga
sebab dalam penelitian ini, dihasilkan dalam penelitian ini mengikuti pola berpikir
indikator-indikator variabel yang diturunkan deduktif, dimana terjadi proses pengamatan

Jurnal Forum Pendidikan || Volume 14 Nomor 1, April 2018 | 55


“Analisis Pengaruh Kepemimpinan Kepala Sekolah Terhadap Kinerja Guru SD ....” Margareta O. Sumilat

kemudian hipotesis, selanjutnya 88 guru. Adapun yang dihitung berdasarkan


pengumpulan data lalu pengujian hipotesis rumus Slovin dalam Sugiyono (2011:87)
dan terakhir kesimpulan (Arikunto 2010). dengan tingkat kesalahan yang ditoleransi
Populasi yang digunakan dalam sebesar 5% adalah 39 sampel yang tersebar
penelitian ini adalah populasi seluruh guru di 10 sekolah SD Negeri se kecamatan
SD Negeri yang ada di Kecamatan Lembeh Lembeh Selatan, Kota Bitung.
Selatan Kota Bitung yang berjumlah 9 Untuk menetukan jumlah sampel
(sembilan Sekolah). Guru yang menjadi berdasarkan jumlah guru pada masing-
populasi ini tidak dibatasi pada mata masing sekolah (subpopulasi) digunakan
pelajaran tertentu tetapi dari semua jenis rumus alokasi proporsional yang diutarakan
mata pelajaran yang diajarkan di sekolah. M Nazir (1998), sebagai berikut :
Hal ini dilakukan agar guru yang diteliti
dapat mewakili semua mata pelajaran yang
dimana: n = total sampel
diajarkan. Adapun Populasinya adalah 88
N = total populasi
guru.
= total subpopulasi dari stratum i (=
Jenis Sampel dalam penelitian ini
jumlah guru pada SD Negeri i)
adalah probability sampling, di mana
= besar sampel untuk stratum i (= besar
pengambilan sampel memberikan peluang
sampel pada SD Negeri i).
sama bagi guru-guru SD Negeri yang ada di
Kecamatan Bitung Selatan yang berjumlah

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


Hasil uji validitas instrumen adalah : Sig. (2-tailed) .002
Tabel 1 Uji Validitas Kepemimpinan N 30
Y Pearson Correlation 1
Kepala sekolah
Sig. (2-tailed)
Y
N 30
X1 Pearson Correlation .705**
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
Sig. (2-tailed) .000 **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
N 30 Sumber : Output SPSS Versi 25,00 for Windows

x2 Pearson Correlation .868** Tabel 2 Uji Validitas Variabel Kinerja Guru


Sig. (2-tailed) .000 Yt
N 30 Pearson Correlation .520*
x3 Pearson Correlation .803** y1 Sig. (2-tailed) .016
Sig. (2-tailed) .000
N 21
N 30
Pearson Correlation .522*
x4 Pearson Correlation .829**
y2 Sig. (2-tailed) .015
Sig. (2-tailed) .000
N 21
N 30
Pearson Correlation .726**
x5 Pearson Correlation .674**
y3 Sig. (2-tailed) .000
Sig. (2-tailed) .001
N 21
N 30
Pearson Correlation .702**
x6 Pearson Correlation .644** y4
Sig. (2-tailed) .000

Jurnal Forum Pendidikan || Volume 14 Nomor 1, April 2018 | 56


“Analisis Pengaruh Kepemimpinan Kepala Sekolah Terhadap Kinerja Guru SD ....” Margareta O. Sumilat

N 21
y1 21.10 8.890 .344 .836

Pearson Correlation 1 y2 21.24 9.290 .399 .823


Yt Sig. (2-tailed) y3 21.52 8.162 .615 .796
N 21
y4 21.43 9.057 .631 .804
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). Sumber : Output SPSS Versi 25,00 for Windows
Sumber : Output SPSS Versi 25,00 for Windows Berdasarkan hasil output pada table 3
Berdasarkan tabel 1 dan 2 di atas maka dan 4 dapat disimpulkan bahwa intrumen
semua butir soal pada setiap variabel penelitian semua item/butir pertanyaan pada
dianggap valid. variable Kepemimpinan Kepala Sekolah dan
Uji reliabilitas instrumen dimaksud Kinerja Guru danggap reliable karena
untuk melihat konsistensi jawaban yang nilainya termasuk kategori relibiltas yang
diberikan pada responden dan dianalisis tinggi.
dengan menggunakan Alpha Cronbach. Pengujian normalitas suatu data dalam
Cara ini dipilih karena dianggap sesuai penelitian sangat penting. Hal ini
dengan instrumen yang disusun instrumen dimaksudkan untuk melihat sejauh mana
disusun dengan menggali pengalaman dan kenormalan suatu data tersebar. Uji
penilaian responden sehingga seluruh butir normalitas tersebut dilakukan dengan
dianggap mengukur konsep yang sama. menggunakan uji liliefors yang dianalisis
Adapun hasil uji reliabilitas masing variabel dengan menggunakan program Statistical
adalah sebagai berikut: Product and Service Solution (SPSS) 20.0
Tabel 3 Uji Realibilitas Variabel for windows.
Kepemimpinan Kepala Sekolah Adapun hasil uji normalitas dari
Scale Scale Corrected Cronbach' variabel adalah sebagai berikut:
Mean if Variance Item- s Alpha if
Tabel 5 Hasil Uji Normalitas
Item if Item Total Item
Deleted Deleted Correlatio Deleted Kolmogorov- Shapiro-Wilk
n Smirnova
Stati Df Sig. Stati Df Sig.
x1 31.67 29.933 .618 .892
stic stic
x2 32.00 29.600 .832 .880
Kinerja
x3 31.71 30.514 .755 .884 .146 88 .200* .976 88 .864
Guru
x4 31.95 29.648 .782 .882 Kepemimpi
x5 32.10 30.990 .592 .892 nan Kepala .122 88 .200* .969 88 .705
x6 32.19 30.362 .538 .898 Sekolah
Sumber : Output SPSS Versi 20,00 for Windows *. This is a lower bound of the true significance.

Tabel 4 Uji Reliabilitas Variabel a. Lilliefors Significance Correction


Sumber : Output SPSS Versi 20,00 for Windows
Motivasi Kerja
Berdasarkan out put di atas, pada
Scale Scale Corrected Cronbach
Mean if Variance Item- 's Alpha kolom signifikansi (Sig.) adalah 0,200
Item if Item Total if Item dengan tarap signifikansi uji adalah α =
Deleted Deleted Correlati Deleted 0.05. Karena signifikansi yang diperoleh
on (0,200) > α (0.05) , maka dapat disimpulkan

Jurnal Forum Pendidikan || Volume 14 Nomor 1, April 2018 | 57


“Analisis Pengaruh Kepemimpinan Kepala Sekolah Terhadap Kinerja Guru SD ....” Margareta O. Sumilat

bahwa sampel berasal dari populasi yang demikian bentuk pengaruh antara variable
berdistribusi normal. (Siregar 2013:167) Kepemimpinan Kepala Sekolah (X)
Pengujian homogenitas dilakukan terhadap variabel Kinerja Guru (Y) memiliki
guna mengetahui bahwa sebaran data setiap persamaan regresi : Ŷ = 9.413+ 0.435X.
variabel bersifat homogen. . Uji Selanjutnya dilakukan uji signifikansi
homogenitas tersebut dilakukan dengan dan uji linearitas regresi Kepemimpinan
menggunakan uji levene yang dianalisis Kepala Sekolah (X) terhadap variable
dengan menggunakan program Statistical Kinerja Guru (Y) dengan menggunakan
Product and Service Solution (SPSS) 20.0 Analisis Variansi (ANAVA). Adapun hasil
for windows. perhitungan adalah sebagai berikut:
Adapun hasil uji homogenitas adalah Tabel 8 Uji Signifikansi dan Linieritas
sebagai berikut: Regresi
Tabel 6 Hasil Uji Homogenitas Data Model Sum of df Mean F Sig.
Levene Statistic df1 df2 Sig. Squares Square
4.774 1 40 .063 Regres 35.1
139.489 1 139.489 .000b
Sumber : Output SPSS Versi 20,00 for Windows sion 20
Berdasarkan data di atas, ternyata 1 Residu
75.464 19 3.972
diperoleh signifikansi sebesar 0,063 dengan al

tarap signifikansi uji adalah α = 0.05. Total 214.952 20


Karena signifikansi yang diperoleh (0,070) a. Dependent Variable: Motivasi Kerja

> α (0.05) maka dapat disimpulkan bahwa b. Predictors: (Constant), Gaya Kepemipinan

data penelitian di atas homogen. Siregar Berdasarkan hasil perhitungan uji


(2013:178) signifikansi dan uji linearitas regresi di atas,
Uji Signifikansi dan Linieritas Persamaan dapat disimpulkan bahwa pengaruh
Regresi Kepemimpinan Kepala Sekolah Terhadap
Dari hasil analisis regresi linear Kinerja Guru signifikan dan linier. Hal ini
sederhana terhadap pasangan data Variabel dibuktikan karena Fhitung 35.120 > α (0,05)
Kepemimpinan Kepala Sekolah (X) Kinerja Selanjutnya, persamaan regresi Ŷ =
Guru (Y) diperoleh koefisien arah regresi 9.413+ 0.435X menunjukan bahwa setiap
sebagai berikut : kenaikan satu skor Kepemimpinan Kepala
Tabel 7 Arah Persamaan Regresi Sekolah akan menyebabkan kenaikan skor )
Model Unstandardized Standardize Kinerja Guru sebsar 0,435 pada konstanta
Coefficients d 9.413.
Coefficients Tabel 9 Uji Signifikansi Korelasi
B Std. Error Beta Model T Sig.
(Constant) 9.413 2.603
1
Kepemipinan .435 .073 .806
a. Dependent Variable: Kinerja Guru (Constant) 3.617 .002
Sumber : Output SPSS Versi 20,00 for Windows
1
Kepemipinan 5.926 .000
Berdasarkan tabel di atas, diketahui a. Dependent Variable: Kinerja Guru
bahwa koefisien arah b sebesar 0.435 dan Sumber : Output SPSS Versi 20,00 for Windows

nilai konstanta sebesar 9.413. Dengan

Jurnal Forum Pendidikan || Volume 14 Nomor 1, April 2018 | 58


“Analisis Pengaruh Kepemimpinan Kepala Sekolah Terhadap Kinerja Guru SD ....” Margareta O. Sumilat

Dari hasil uji t di atas diperoleh guru sangat dipengaruhi oleh kepemimpinan
perbandingan nilai thitung 5.926 > ttabel (α pembelajaran kepala sekolahnya.
0.05) 1.725. Dengan demikian H0 ditolak Kualitas sumber daya manusia tidak
dan H1 diterima. Artinya koefisien korelasi terlepas dari peranan seorang pemimpin
ryx signifikan. Jadi dapat disimpulkan bahwa yang mampu mendorong pegawai untuk
terdapat pengaruh yang signifikan antara terus meningkatkan kemampuan, mengenali
Kepemimpinan Kepala Sekolah (X) dan mengoptimalkan pendayagunaan
terhadap Kinerja Guru (Y). potensi atau keunggulan setiap pegawai,
Besar Pengaruh Kepemimpinan Kepala serta mampu membangun dan meningkatkan
Sekolah Terhadap Kinerja Guru motivasi kerja pegawai, sehingga pegawai
Besarnya pengaruh Kepemimpinan dapat melakukan tugasnya dengan semangat
Kepala Sekolah terhadap Kinerja Guru SD dan menghasilkan kinerja yang tinggi pula.
Negeri se Kecamatan Lembeh Selatan dapat Demikian juga Kepala sekolah SD
diketahu dengan mengkuadratkan hasil Negeri yang ada se Kecamatan Lembeh
korelasi yang terjadi seperti yang ditunjukan Selatan Kota Bitung agar dapat
table 11 di bawah ini memanfaatkan potensi/kemampuan guru
Tabel 10 Koefisien Determinasi untuk dapat digunakan semaksimal mungkin
Model R R Adjust Std. serta mampu menutupi kelemahan dengan
Square ed R Square Error of the
Estimate cara mencari solusi dalam menyelesaikan
. .6 1.99 masalah yang terjadi.
1 .630
806a 49 3 Gibson, Ivansevich dan Donnely
a. Predictors: (Constant), Kepemipinan Kepala Sekolah
(1997:4) mendefinisikan kepemimpiann
Berdasarkan table di atas diketahui sebagai usaha menggunakan suatu gaya
bahwa besar pengaruh Kepemimpinan mempengaruhi dan tidak memaksa untuk
Kepala Sekolah (X) terhadap variable memotivasi individu dalam mencapai
Kinerja Guru (Y) Guru SD Negeri se tujuan.Seorang pemimpin harus memiliki
Kecamatan Lembeh Selatan adalah 0.649 kemampuan untuk mengimplementasikan
atau 64,9 persen. Hal ini meneujukan bahwa fungsi dan tugasnya dalam suatu organisasi.
64,9 persen Kepemimpinan Kepala Sekolah Realisasinya adalah kesediaan guru dan staf
menentukan Kinerja Guru. Sedangkan 35,1 untuk melakukan tugas yang berpengaruh
persen Kinerja Guru dipengaruhi oleh faktor terhadap peningkatan kinerja dan tujuan
lain yang tidak diteliti. organisasi.
Siagian S.P. (2002:20) mengemukakan Setelah melihat persepsi
bahwa kepemimpinan itu inti dari responden/guru terhadap kepemimpinan
manajemen, karena kepemimpinan adalah Kepala sekolah yang ada termasuk cukup
motor penggerak bagi sumber daya manusia baik, Namun demikian maka dapat
dan sumber-sumber daya alam lainnya. Ini disimpulkan pimpinan yang ada saat ini
diperkuat James E. Neal J.R.Junior, Guide to masih belum mampu mengimplementasikan
performance Appraisals, (2003:14) fungsi dan tugas kepemimpinan dengan baik
mengemukakan bahwa kinerja mengajar karenanya harus terus diupayakan perubahan

Jurnal Forum Pendidikan || Volume 14 Nomor 1, April 2018 | 59


“Analisis Pengaruh Kepemimpinan Kepala Sekolah Terhadap Kinerja Guru SD ....” Margareta O. Sumilat

perilaku pemimpin yang dapat guru. Kepala sekolah harus dapat


meningkatkan kinerja guru. Bila dilihat dari mempengaruhi, mendorong, membimbing,
hasil analisis regresi linier yang mengarahkan dan menggerakkan guru, staf,
menunjukkan bahwa kepemimpinan kepala siswa untuk bekerja guna mencapai tujuan
sekolah berpengaruh secara signifikan yang telah ditetapkan.
terhadap kinerja guru dan pengaruhnya 2. Kinerja guru
adalah positif, artinya semakin baik Secara umum kinerja guru SD Negeri
kepemimpinan kepala sekolah yang ada, se Kecamatan Lembeh Selatan Kota Bitung
maka akan mengakibatkan kinerja guru cukup baik, ini mengindikasikan mereka
semakin baik pula. mampu dalam : (a) menyusun perencanaan
Pembahasan pembelajaran yang meliputi Prosentase
Berdasarkan hasil penelitian yang kesiapan dalam menyusun RPP, Kualitas
diperoleh melalui analisis data yang telah kemampuan dalam menyusun RPP,
dilakukan, dalam bagian ini disajikan Kelengkapan substansi RPP, Kesesuaian
pembahasan terhadap hasil-hasil penelitian RPP dengan kondisi siswa dan teknologi
tersebut, yaitu sebagai berikut : pembelajaran,; (b) Kemampuan dalam
1. Kepemimpinan Kepala sekolah melaksanakan pengajaran yang meliputi
Kepemimpinan kepala sekolah Frekuensi apersepsi, keterpaduan dalam
menurut persepsi guru SD Negeri se proses KBM, perhatian terhadap interaksi
Kecamatan Lembeh Selatan Kota Bitung dalam KBM, Variasi metode pembelajaran,
cukup memadai. Ini berarti para kepala Kemampuan mengakhiri pembelajaran,
sekolah cukup memiliki kemampuan dalam Usaha mengembangkan bahan ajar cetak,
mempengaruhi, mendorong, membimbing, usaha mengembangkan bahan ajar audio dan
mengarahkan dan menggerakkan sumber- visual, kemampuan mempertimbangkan
sumber daya pendidikan guna mencapai beban mengajar, Kesesuaian KBM dengan
peningkatan prestasi kerja, sehingga dengan kalender akademik, Frekuensi program
kemampuan tersebut akan lebih mendorong remedial, pelaksanaan KBM dengan
terlaksananya penyelenggaraan pendidikan menggunakan teknologi komputer,
di sekolah dengan baik. Kemampuan menggunakan metode
Hasil penelitian diatas membuktikan pembelajaran, Pembiasaan pembelajaran
bahwa ada pengaruh yang signifikan berbahasa inggris; (c) Kemampuan membina
kepemimpinan kepala sekolah terhadap hubungan antar pribadi yang meliputi Usaha
kinerja guru SD Negeri di Lingkungan dalam mengembangkan minat dan bakat
UPTD Kecamatan Lembeh Selatan Kota siswa, Kesesuaian KBM dengan
Bitung adalah 0.649 atau 64,9 persen. Ini karakteristik siswa, Kualitas penerapan
berarti jika kepemimpinan kepala sekolah keteladanan, Kemampuan untuk mendorong
baik dapat menaikkan tingkat kinerja guru prakarsa dan kreativitas siswa,
SD Negeri se Kecamatan Lembeh Selatan. Kesempurnaan KBM dengan pembelajaran
Baik tidaknya kepemimpinan kepala sekolah yang aktif, kreatif, Kesediaan waktuuntuk
dapat menentukan baik tidaknya kinerja berkonsultasi dengan siswa, Keterbukaan

Jurnal Forum Pendidikan || Volume 14 Nomor 1, April 2018 | 60


“Analisis Pengaruh Kepemimpinan Kepala Sekolah Terhadap Kinerja Guru SD ....” Margareta O. Sumilat

dalam menerima kritik dan saran; (d) persiapan dan perencanaan pembelajaran,
Kemampuan melaksanakan penilaian yang (3) pendayagunaan media pembelajaran, (4)
meliputi Presentase penyiapan alat evaluasi, melibatkan siswa.
Variasi dan teknik dalam melakukan Untuk memenuhi itu semua diperlukan
evaluasi, Kelengkapan persyaratan adanya upaya secara terpadu, terprogram
pembelajaran, Frekuensi pelaksanaan dan sistematik untuk meningkatkan kinerja
program remedial, Kesiapan waktu evaluasi. guru. Hal ini dapat ditingkatkanmelalui
Menurut Piet A. sahertian dalam kegiatan MGMP, In House Training,
Kusmianto (1997:49) bahwa standar kinerja Workshop, dan lain-lain. Kepala sekolah
guru itu berhubungan dengan kualitas guru perlu mengikutsertakan para guru dalam
dalam menjalankan tugas seperti : (1) kegiatan tersebut.
bekerja dengan siswa secara individual, (2)

SIMPULAN DAN SARAN


Simpulan 3. Besar pengaruh atau kontribusi variabel
Berdasarkan Pembahasan dan uraian Kepemimpinan kepala sekolah terhadap
yang telah dikemukakan pada bab Kinerja Guru sangat ditentukan dari
sebelumnya, maka dapat diambil bagaimana kepala sekolah selaku
kesimpulan sebagai berikut. pemimpin dapat melaksanakan tugas dan
1. Kinerja Guru dipengaruhi oleh fungsinya sesuai dengan tanggung jawab
kepemimpinan yang dimiliki kepala yang diembannya secara baik serta dapat
sekolah. Hal ini berarti semakin efektif mempengaruhi perilaku guru agar bekerja
kepemimpinan yang dibawakan oleh secara professional dan dapat
kepala sekolah maka semakin tinggi mewujudkan tujuan pendidikan pada
kinerja guru, sebaliknya semakin umumnya.
kurangnya kepemimpinan seorang kepala Saran
sekolah, maka kinerja Guru tersebut juga 1. Kepala sekolah
akan menurun. Kepala sekolah dapat menerapkan
2. Kepala sekolah cenderung menyerahkan kepemimpinan yang baik di sekolah yang
tanggung jawab pembinaan pengajaran dipimpinnya. Hal ini dapat dimulai dengan
kepada pengawas. Kepala sekolah memberikan keteladanan serta lebih
mempercayakan sepenuhnya proses melibatkan dan memberi keleluasaan guru
pengajaran kepada guru, karena dalam melaksanakan berbagai aktifitas
menganggap guru sudah pengalaman. pendidikan dan pengajaran dalam
Kepala sekolah hanya melaksanakan melaksanakan kepemimpinannya disarankan
tugas manajerial saja. Dalam aktivitas agar kepala sekolah dapat
pengajaran dan kegiatan di sekolah mengimplementasikan pola kepemimpinan
kepala sekolah kurang bisa menjadi yang mengikuti manajemen berbasis sekolah
model bagi guru dan staf lainnya. secara baik. Hal ini dapat dilakukan dengan
bersikap secara bijak dalam memberikan

Jurnal Forum Pendidikan || Volume 14 Nomor 1, April 2018 | 61


“Analisis Pengaruh Kepemimpinan Kepala Sekolah Terhadap Kinerja Guru SD ....” Margareta O. Sumilat

tugas atau menyelesaikan permasalahan melaksanakan kegiatan pelatihan


yang dihadapi sekolahnya dengan kepemimpinan bagi kepala sekolah.
mempertimbangkan kondisi psikologi setiap b. Dalam usaha perbaikan kualitas
guru/pegawai yang dihadapinya. kependidikan di wilayahnya, kepala
2. UPTD Dinas Pendidikan UPTD dinas Pendidikan juga tidak
a. Kepala UPTD dinas Pendidikan sungkan untuk memberikan sebuah
hendaknya membimbing dan penghargaan kepada setiap kepala
mengarahkan para kepala sekolah sekolah yang telah berhasil
untuk mengembangkan kepemimpinan meningkatkan kualitas profesional
demokratis, partisipatif dan kepemimpinannya.
transformasional dengan cara

DAFTAR PUSTAKA
A.M. Sardiman. 2005. Interaksi dan Siagian Sondang 2004. Teori Motivasi dan
Motivasi Belajar Mengajar. Aplikasinya. Jakarta:Rineka Cipta
Jakarta:Raja Grafindo Persada Simanjuntak. 2005. Manajemen Dan
Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Evaluasi Kinerja. Jakarta: Fakultas
Penelitian (Suatu Pendekatan Praktik). Ekonomi Universitas Indonesia
Jakarta. Rineka Cipta Soekarso dkk, 2010. Teori Kepemimpinan.
Ishak dan Tanjung Hendri, 2003. Jakarta: Mitra Wacana Media.
Manajemen Motivasi.Jakarta: Sudjana, 2005. Metoda Statistika, Bandung
PT.Gramedia Widiasarana Indonesia : Tarsito.
Mangkunegara, AA, Anwar prabu 2005 Sugiyono. 2011. Metode Penelitian
Perencanaan dan Pengembangan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D.
SDM. Bandung:Refika Aditama Bandung: Afabet
Mulyasa, E, 2004, Menjadi Kepala Sekolah Thoha, Miftah . 2006. Kepemimpinan dalam
Profesional. Bandung: Remaja Rosda Manajemen. Jakarta: PT Raja
karya. Grafindo Persada.
Nawawi, H. 2003. Kepemimpinan Wahyusumidjo, 2010. Kepemimpinan
Mengefektifkan Organisasi. Kepala sekolah, Jakarta:Rajawali
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press
Press. Yuki, Gary, 2010. Leadership in
Nurgiyantoro, Burhan, Gunawan, dan Organization Saddle River New
Marzuki. 2012. Statistika Terapan Jersey: Prentice Hall,Inc.Terjemahan
untuk Penelitian Zamroni, 2007, Meningkatkan Mutu
Penelitian Ilmu Sosial. Yogyakarta: Sekolah : Teori, Strategi dan
Gadjah Mada University Press. Prosedur. Jakarta: PASP
Muhammadiya

Jurnal Forum Pendidikan || Volume 14 Nomor 1, April 2018 | 62


“Pengaruh Gaya Kepemimpinan dan Motivasi Berprestasi Terhadap Kinerja ....”Marien Pinontoan

PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN DAN MOTIVASI BERPRESTASI


TERHADAP KINERJA DOSEN UNIMA

Marien Pinontoan
Fakultas Ilmu Pendidikan UNIMA
e-mail : pinontoan.marien@yahoo.com

ABSTRAK
Penelitian kelembagaan ini bertujuan untuk menganalisis, mendeskripsikan dan mengetahui pengaruh gaya
kepemimpinan terhadap kinerja dosen Unima, motivasi berprestasi terhadap kinerjadosen Unima, serta pengaruh
gaya kepemimpinan dan motivasi berprestasi secara bersama-sama terhadap kinerja dosen Unima. Dengan
menggunakan metode penelitian survey deskriptif melalui pendekatan penelitian kuantitatif terhadap sampel 81 dari
815 populasi dosen Unima, maka diperoleh hasil penelitian terdapat pengaruh yang signifikan gaya kepemimpinan
terhadap kinerja dosen Unima, terdapat pengaruh motivasi berprestasi terhadap kinerja dosen Unima, serta trdapat
pengaruh yang ddignifikan gaya kepemimpinan dan motivasi berprestasi secara bersama-sama terhadap kinerja
dosen Unima.
Kata Kunci : gaya kepemimpinan, motivasi berprestasi, kinerja.

PENDAHULUAN
Untuk menunjang keberhasilan Wahyuni (1992:12) bahwa:”kopetensi
organisasi tentunya membutuhkan seorang sebagai kemampuan melaksanakan sesuatu
pemimpin yang mampu menjelaskan tugas yang diperoleh melalui pendidikan dan
dan fungsi manajemen. Di dalam pelatihan dengan standar kualitas tertentu
manajemen fungsi pemimpin adalah sesuai dengan tugas yang akan
mengunggah keinginan seseorang untuk dilaksanakannya, sehingga pemimpin harus
melaksanakan suatu hal yang harus mempunyai pengalaman dan pengetahuan
ditempuh dan dibina anggota kelompoknya agar dalam membimbing bawahannya.
ke arah penyelesaian hasil kerja kelompok. Seorang pemimpin harus memiliki visi, misi
Seorang pemimpin atau manajer yng dan tujuan lembaga pendidikan tinggi untuk
berhasil dalam mencapai tujuan organisasi menggerakkan dosen dan tenaga
yang dipimpinnya banyak ditentukan oleh administrasi serta mahasiswanya harus
kemampuan dan keterampilan dalam memiliki keterampilan dan kemampuan
memimpin organisasi itu. Organisasi yang optimpal.
perguruan tinggi, seorang pemimpin dalam Universitas Negeri Manado sebagai
mengelola suatu lembaga perguruan tinggi salah satu lembaga pendidikan tinggi
yang dipimpinnya harus memiliki kopetensi memiliki struktur kelembagaan yang jelas
dan keterampilan tertentu yang dapat dan telah ditata sesuai dengan ketentuan
mendukung pelaksanaan tugasnya. hukum yang berlaku. Secara umum struktur
Kopetensi kepemimpinan tersebut menurut kelembagaan universitas negeri manado

Jurnal Forum Pendidikan || Volume 14 Nomor 1, April 2018 | 63


“Pengaruh Gaya Kepemimpinan dan Motivasi Berprestasi Terhadap Kinerja ....”Marien Pinontoan

dipimpin oleh seorang Rektor dan dibantu tersebut diantaranya tugas pelayanan
oleh sejumlah pembantu rektor. Pada tingkat perkuliahan bagi mahasiswa. Tugas pokok
universitas terdapat sejumlah perangkat dan fungsi dosen ialah melaksanakan tugas
kelembagaan seperti Senat Universitas pelayanan akademik bagi mahasiswa mulai
sebagai lembaga normative dan yang akan dari tugas pengajar, membimbing
mengarahkan dan memberi pertimbangan mahasiswa, menguji dan menilai hasil
secara kelembagaan untuk masa depan belajar mahasiswa.
perguruan tinggi. Selain lembaga Senat Kinerja dosen Unima dapat diukur
terdapat 7 Fakultas, lembaga penelitian, melalui implementasi tugas pokok dan
lembaga pengabdian kepada masyarakat, fungsi dosen dalam menjalankan tri dharma
lembaga penjaminan mutu penddikan tinggi, perguruan tinggi. Tugas mengajar,
LP2AI, perpustakaan, pusat computer, lab. membimbing dan menguji merupakan satu
bahasa, serta lembaga terkait lainnya di kesatuan tugas yang dilaksanakan di ruang
tingkat Universitas. kuliah, sementara tugas penelitian dan
Dalam penelitian ini, Kelembagaan pengabdian kepada masyarakat cenderung
Fakultas Ilmu Pendidikan dipimpin oleh dilaksanakan di luar kampus dan dalam
Dekan dan dibantu oleh para pembantu masyarakat. Sejauh mana peningkatan
dekan serta pimpinan program studi, kinerja dosen ini turut mewarnai
bersama kepala bagian tata usaha dan para produktivitas kerja dosen tersebut. Data
kasubag. Masing-masing anggota pimpinan awal dan aktual di lapangan terdeteksi
telah memiliki tugas pokok dan fungsinya bahwa terdapat sejumlah dosen unima
sehingga membutuhkan suatu koordinasi menunjukan prestasi kinerja mereka kurang
yang terarah dan terpadu dalam optimal. Hal ini ditandai dengan adanya
melaksanakan program kelembagaan. kecendrungan ruang kuliah terdapat
Untuk semua program memiliki alur sejumlah mahasiswa namun tidak ditemukan
struktural dalam perencanaa program dosen mengajar dalam kelas. Setelah
berangkat dari usulan program masing- ditelusuri lebih jauh umumnya pejabat
masing unit kerja tingkat prodi, jurusan, struktural yang jarang masuk, dan sebagian
Fakultas/kelembagaan dan tingkat dosen yang tidak masuk dengan sejumlah
universitas. Semua program nantinya alasan.
diputuskan sesuai tingkatannya dan Terhadap gelaja ini diduga turut
dilaksanakan secara terpadu melalui dipengaruhi oleh gaya kepemimpinan
sinkrosasi program. tingkat universitas, fakultas, jurusan dan
Dalam melaksanakan tugas program studi. Sebagai satu kesatuan unsur
kelembagaan khususnya bidang akademik pimpinan akan sangat mempengaruhi kinerja
maka pada tingkat kelembagaan universitas dosen. Gejala perhatian yang kurang, rasa
menerbitkan pedoman akademik yang keadilan yang tidak seimbang serta
menjadi arah dan tujuan kegiatan pelayanan perhatian terhadap hak-hak dosen yang
akademik tingkat universitas untuk satu kurang diduga memacu dan memicu
tahun ajaran. Dalam kalender akademik menurunnya kinerja dosen dalam

Jurnal Forum Pendidikan || Volume 14 Nomor 1, April 2018 | 64


“Pengaruh Gaya Kepemimpinan dan Motivasi Berprestasi Terhadap Kinerja ....”Marien Pinontoan

melaksanakan tugas pokok dan fungsinya. 3. Apakah terdapat pengaruh gaya


Kinerja dosen ini juga selain diduga di kepemimpinan dekan fakultas dan
pengaruhi oleh gaya kepemimpinan motivasi berprestasi secara bersama-sama
pimpinan universitas, fakultas, jurusan dan terhadap kinerja dosen Unima?
prodi juga diduga dipengaruhi oleh motivasi Rivai (2004:2) mendefinisikan
berprestasi dosen. Secara konseptual kepemimpinan adalah suatu proses
motivasi muncul dari adanya motif sebagai mempengaruhi dalam menentukan tujuan
cikal bakal pemicu adanya motif organisasi, memotivasi prilaku pengikat
berprestasi. Setiap dosen sebagaimana untuk mencapai tujuan mempengaruhi untuk
manusia lainya memiliki motivasi untuk memperbaiki kelompok dan budayanya.
berprestasi secara optimal baik berasal dari Selanjutnya menurut Wahyudi (2009:119-
dalam dirinya maupun berasal dari luar 120) defenisi kepemimpinan terus
dirinya. Data awal lapangan menunjukan mengalami perubahan sesuai dengan pesan
bahwa adanya kecendrungan sebagian dosen yang dijalankan, kemampuan untuk
cenderung tidak diberi kesempatan untuk membudayakan bahwa atau anggota
mengambil bagian dalam usaha untuk sehingga timbul inisiatif untuk berkreasi
mengoptimalkan diri sendiri melalui dalam bekerja dan berani mengambil
penugasan tambahan baik dalam bentuk keputusan dalam rangka percepatan
jabatan, kepanitiaan, kenaikan pangkat dan pencapean tujuan organisasi. Dengan
sejenisnya sehingga hal ini diduga turut demikian kepemimpinan dapat diartikan
mempengaruhi kinerja dosen. Gejala ini sebagai kemampuan seseorang dalam
ditantai dengan adanya sejumlah dosen yang menggerakan, mengarahkan, sekaligus
jarang ke kampus. Sementara di pihak lain mempengaruhipola piker dan cara kerja
sejumlah dosen rutin masuk kampus karena setiap anggota agar bersikap mandiri dalam
cenderung diberikan kesempatan untuk bekerja terutama dalam kepentingan
menguji mahasiswa baik seminar proposal percepatan, pencapean tujuan yang telah di
penelitian, seminar hasil penelitian serta tetapkan. Di pihak lain Harold Koontz dan
ujian komprehensif bagi mahasiswa. Heinz Weihrich (dalam Kambey 2012:141)
Sejumlah gejala permasalahan ini mendefenisikan kepemimpinan adalah
telah dicari solusi alternatif pemecahan sebagai suatu pengaruh seni atau proses
permasalahannya melalui penelitian yang mempengaruhi orang-orang agar mereka
berjudul:”Pengaruh Gaya Kepemimpinan secara sukarela dan bersemangat berusaha
dan Motivasi Berprestasi terhadap kinerja mencapai tujuan kelompok. Untuk itu maka
Dosen Unima” dengan permasalahan utama: seseorang pemimpin dengan seni
1. Apakah terdapat pengaruh gaya pemimpinnya dapat mengantar orang yang
kepemimpinan dekan fakultas terhadap dipimpinya untuk mencapai tujuan bersama.
kinerja dosen Unima? Terkait dengan gaya kepemimpinan,
2. Apakah terdapat pengaruh motivasi ada satu pendekatan yang dapat digunakan
berprestasi terhadap kinerja dosen untuk memahami kesuksesan dari
Unima? kepemimpinan, dengan memutuskan pada

Jurnal Forum Pendidikan || Volume 14 Nomor 1, April 2018 | 65


“Pengaruh Gaya Kepemimpinan dan Motivasi Berprestasi Terhadap Kinerja ....”Marien Pinontoan

dua aspek yaitu fungsi kepemimpinan dan pemimpin tapi juga dipengaruhi oleh faktor
gaya kepemimpinan. Gaya kepemimpinan motivasi berprestasi dari dosen itu sendiri.
yaitu perilaku kepemimpinan yang Seorang pemimpin dalam melaksanakan
memutuskan pada gaya pemimpin dalam tugasnya jika tidak didukung oleh motivasi
hubungan dengan bawahan. Menurut Thola berprestasi dosen maka kinarja dosen juga
(1998:274) gaya kepemimpinan merupakan tidak maksimal. Untkmempelajari lebih
suatu perilaku yang digunakan oleh mendalam tentang konsep motivasi
seseorang pada saat mencoba mempengaruhi berprestasi ini dapat dipelajari melalui
orang lain, jadi yang dimaksud dengan pembahasan berikut ini.
istilah gaya ialah suatu cara berperilaku Secara konseptual motivasi berasal
yang baik dari seorang pemimpin terhadap dari bahasa latin “movere” yang artinya
para anggotanya. dorongan atau menggerakkan (Sundarwan
Handako (2001:297) mengutip dan Suparno,2009:30). Karenanya motivasi
penelitian dari Edwin Gisseli sering diartikan dalam bentuk kata kerja
mengidentifikasi sifat-sifat kepemimpinan menjadi rangsangan, dorongan yang
yang efektif adalah : 1. Kemampuan sebagai menyebabkan sesuatu terjadi baik yang
pengawas , 2. Memiliki kebutuhan akan berasal daridalam maupun yang berasal dari
prestasi dan pekerjaan, 3. Kecerdasan, 4. luar seseorang atau lingkungannya.
Ketegasan, 5. Kepercayaan diri, 6. Inisiatif. Kambery (2006:78) menjelaskan pandangan
Seorang pemimpin yang efektif bias Harold Koontz bahwa motivasi mengacu
melakukan hal-hal dibawah ini yaitu pada dorongan dan usaha untuk memuaskan
bagaimana mereka memotifasi pengikut kebutuhan atau suatu tujuan. Dengan
mereka, bagaimana mereka berkomunikasi, demikian motivasi dipahami sebagai
bagaimana mereka menjalankan tugas keseluruhan proses pemberian motif kepada
ataupun mendelegasikan tugas-tugas kepada seseorang agar ia terdirong melakukan
para bawahannya. Davis (dalam Kambay sesuatu (bertingkah laku) dan menambah
2012:142) mengemukakan bahwa semangat untuk mencapai tujuan yang
kepemimpinan yang berhasil tergantung dari diinginkan dalam upaya memuaskan
perilaku tertentu, keterampilan dan dan kerja kebutuhan.
bukan pada sifat-sifat pribadi. Untuk Motivasi sexara umum juga berkaitan
menjadi pemimpin yang efektif seseorang dengan suatu proses psikologis seseorang
perlu menyesuaikan gaya kepemimpinan yang sifatnya sangat kompleks yang
dengan situasi yang dihadapinya. didalamnya menyangkut perilaku, persepsi,
Setiap pemimpin dalam melaksanakan sikap, minat dan keinginan serta haparan-
tugas pokok dan fungsinya tidaklah cukup harapan. Konsep ini juga dipertegas oleh
dengan menampilkan sejumlah gaya Siagian (2002:225) menyatakan bahwa
kepemimpinan yang dimilikinya, namun motivasi ialah suatu sifat seseorang terhadap
terdapat pula faktor tertentu yang turut sesuatu yang diinginkan seseorang dari
mempengaruhi keberhasilan organisasi pekerjaannya yang pada umumnya
selain gaya kepemimpinan seorang mempunyai arti penting bagi dirinya sendiri

Jurnal Forum Pendidikan || Volume 14 Nomor 1, April 2018 | 66


“Pengaruh Gaya Kepemimpinan dan Motivasi Berprestasi Terhadap Kinerja ....”Marien Pinontoan

dan bagi instansi. Demikian halnya dekan fakultas bagi dosen untuk berprestasi
Heidjirachman (2007:47) menyatakan dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsi
bahwa motivasi merupakan suatu proses dosen dalam bidang tri darma perguruan
untuk mencoba mempengaruhi seseorang tinggi.
agar melakukan sesuatu yang kita inginkan. Hipotesis Penelitian
Dengan demikian motivasi kerja Berdasarkan rumusan masalah dan
adalah suatu dorongan yang timbul dari kajian teoretis, maka hipotesis penelitian ini
dalam diri seseorang untuk semangat dirumuskan sebagai berikut:
bekerja dalam mencapai tujuan atau prestasi 1. Terdapat pengaruh yang signifikan gaya
yang diinginkan. Terhadap konsep motivasi kepemimpinan dekan fakultas terhadap
ini kadang-kandang dipakai silih berganti kinerja dosen Unima.
dengan istilah lainnya seperti kebutuhan 2. Terdapat pengaruh yang signifikan
(need), keinginan (want), atau dorongan motivasi berprestasi terhadap kinerja
(drive). dosen Unima.
Motivasi berprestasi dalam penelitian 3. Terdapat pengaruh yang signifikan gaya
ini mengkaji tentang dorongan baik dari kepemimpinan dekan fakultas dan
dalam individu dosen maupun dorongan dari motivasi berprestasi secara bersama-sama
luar antara lain melalui gaya kepemimpinan terhadap kinerja dosen Unima.

METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan di Teknik ini digunakan untuk menguji
Fakultas-Fakultas dalam lingkungan hubungan antara variabel penelitian
Universitas Negeri Manado yang berdasarkan data yang ada. Teknik
berlangsung bulan Juni sampai dengan digunakan untuk menguji hubungan antara
Nopember 2017. Berdasarkan masalah dan ariable penelitian berdasrkan data yang ada.
tujuan penelitian, maka metode yang Adapun variabel-variabel penelitian adalah
digunakan dalam penelitian ini adalah gaya kepemimpinan (X1), motivasi
metode ariab, dengan menggunakan berprestasi (X2) dan kinerja Dosen (Y).
kuesioner/angket. Singarimbun dan Efendi Populasi dalam penelitian ini adalah
(2003:1) mengemukakkan “peneliti yang seluruh Dosen UNIMA di Tondano dan
mengambil sampel dari suatu populasi dan Tomohon. Gambaran mengenai jumlah
menggunakan kuesioner/angket sebagai alat Dosen UNIMA berjumlah 815 orang dosen
pengupul data pokok disebut survey”. sebagaimana tabel berikut ini.
Teknik analisis data adalah korelasional.
Tabel.3.1 Populasi Jumlah Dosen Masing-masing Fakultas
No. Fakultas Laki-laki Perempuan Jumlah
1. FIP 49 76 125
2. FIS 54 47 101
3. FATEK 79 49 128
4. FEKON 47 67 114

Jurnal Forum Pendidikan || Volume 14 Nomor 1, April 2018 | 67


“Pengaruh Gaya Kepemimpinan dan Motivasi Berprestasi Terhadap Kinerja ....”Marien Pinontoan

5. FMIPA 79 71 150
6. FBS 54 83 137
7. FIK 43 17 60
TOTAL 405 410 815

Sampel Penelitian N: Jumlah Populasi


Untuk menentukan besarnya sampel d2: Presisi (ditetapkan 10%)
mengacu pada pandangan Suharsimin Rumus tersebut di atas apabila
Arikunto gunakan rumus dari Taro Yamane dijabarkan ke dalam bentuk hitungan maka
yang dikutip oleh Rakhmat (dalam Riduwan diperoleh data bahwa jumlah sampel 81
2008:65) sebagai berikut: oarang.
n= Adapun penetapan unit sampel
dilakukan secara proporsional untuk masing-
Dimana:
masing fakultas sebagai berikut :
n: Jumlah sampel

Tabel.3.2 Penetapan Unit Sampel Penelitian Masing-masing Fakultas


No. Fakultas Jumlah Dosen Proporsi Jumlah Sampel
1. FIP 125 125/815x100= 15,33 15,33/100x81 =12,41 =12
2. FIS 101 101/815x100=12,39 12,39/100x81=10,03= 10
3. FATEK 128 128/815x100= 15,70 15,70/100x81=12,71=13
4. FEKON 114 114/815x82=13,98 13,98/100x81=11,32=11
5. FMIPA 150 150/815x100=18,40 18,40/100/81=14,90=15
6. FBS 137 137/815x100=16,80 16,80/100x81=13,60=14
7. FIK 60 60/815x100=7,36 7,36/100x81= 5,96=6
TOTAL 815 81

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


A. Hasil Penelitian 1. Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP)
Gambaran Umum Obyek Penelitian 2. Fakultas Ilmu Sosial (FIS)
Universitas Negeri Manado berdiri sejak 3. Fakultas Teknik (Fatek)
tanggal 22 September 1955 dengan nama 4. Fakultas Ekonomi (Fekon)
Perguruan Tinggi Pendidikan Guru 5. Fakultas Matematika dan Ilmu
(PTPG) di Tondano. Dalam sejaran Pengetahuan Alam (FMIPA)
perkembangannya telah mengalami 6. Fakultas Bahasa dan Sasatera (FBS)
sejumlah perubahan nama menjadi FKIP 7. Fakultas Ilmu Keolahragaan (FIK)
Jogya cabang Manado, FKIP Unsuluteng, Selain ketujuh fakultas, juga terdapat 3
IKIP Manado dan Universitas Negeri (tiga) program pendidikan yaitu :
Manado (UNIMA). Secara kelembagaan 1. Program Pascasarjana (PPs)
Universitas Negeri Manado memiliki 7 2. Program Sarjana Kependidikan Guru
fakultas yaitu : danam Jabatan (PSKGDJ)

Jurnal Forum Pendidikan || Volume 14 Nomor 1, April 2018 | 68


“Pengaruh Gaya Kepemimpinan dan Motivasi Berprestasi Terhadap Kinerja ....”Marien Pinontoan

3. Program Pendidikan Profesi Guru (PPG) pendidikan, pangkat dan golongan dan
Universitas Negeri Manado dalam Jumlah mahasiswa terdaftar semester genap
mengemban tugas Tridarma Perguruan tahun ajaran 2016/2017 sebagaimana dalam
Tinggi didukung oleh tenaga dosen yang tabel berrikut ini:
berjumlah 815 orang, dengan latar belakang
Tabel 4.1 Jumlah Tenaga Dosen Tetap Unima (Berdasarkan Pendidikan s/d Juli 2017)
No. UNIT PENDIDIKAN JUMLAH Total
KERJA SARJANA MAGISTER DOKTOR
L P L+P L P L+P L P L+P L P
1 FIP 1 6 7 41 46 87 7 24 31 49 76 125

2 FIS 0 1 1 39 28 67 15 18 33 54 47 101

3 FATEK 2 3 5 60 37 97 17 9 26 79 49 128

4 FEKON 0 1 1 29 43 72 18 23 41 47 67 114

5 FMIPA 2 4 6 33 36 69 42 33 75 79 71 150

6 FBS 3 3 6 35 60 95 16 20 36 54 83 137

7 FIK 1 0 1 25 13 38 17 4 21 43 17 60
JUMLAH 11 16 27 262 263 525 132 131 263 405 410 815
Sumber: Subag. Registrasi & Statistik Biro AU, Agustus 2017.

Tabel.4.2 Jumlah Dosen Berdasarkan Jabatan Fungsional (s/d Juli 2017)


No. Unit Kerja Tenaga Pengajar Asisten Ahli Lekor Lektor Kepala Guru Besar Jumlah
1 FIP 5 17 47 47 9 125
2 FIS 1 24 31 39 6 101
3 FATEK 8 43 38 33 6 128
4 FEKON 8 25 51 26 4 114
5 FMIPA 8 25 42 61 14 150
6 FBS 1 14 54 64 4 137
7 FIK 4 7 23 23 3 60
TOTAL 35 155 286 293 46 815
Keterangan: Guru Besar 2 Orang dinon-aktifkan
Sumber: Subag. Registrasi & Statistik Biro AU, Agustus 2017

Tabel 4.3. Jumlah Tenaga Dosen Tetap Unima Berdasarkan Pangkat/Golongan s/d Juli 2017
NO. UNIT KERJA GOLONGAN TOTAL
III IV
A B C D JLH A B C D E JLH
1 FIP 12 13 22 22 69 32 15 0 7 2 56 125
2 FIS 15 8 18 14 55 28 7 7 4 0 46 101
3 FATEK 21 35 23 12 91 14 13 4 6 0 37 128
4 FEKON 18 19 35 12 84 7 16 3 3 1 30 114

Jurnal Forum Pendidikan || Volume 14 Nomor 1, April 2018 | 69


“Pengaruh Gaya Kepemimpinan dan Motivasi Berprestasi Terhadap Kinerja ....”Marien Pinontoan

5 FMIPA 10 24 24 18 76 32 24 6 11 1 74 150
6 FBS 11 6 32 23 72 25 26 13 1 0 65 137
7 FIK 0 9 7 18 34 14 9 0 3 0 26 60
JUMLAH 815
Sumber: Subag. Registrasi & Statistik Biro AU, Agustus 2017

Tabel 4.4. Jumlah Mahasiswa Unima yang terdaftar pada semester genap
Tahun Akademik 2016/2017
PPs/Fakultas Jumlah Aktif Semester Genap 2016/2017
Program Pascasarjana 1423 419
Fakultas Ilmu Pendidikan 7914 3075
Fakultas Ilmu Sosial 4199 2470
Fakultas Ilmu Keolahragaan 3118 1843
Fakultas Bahasa dan Sastra 4586 2467
Fakultas Matematika dan IPA 4466 2882
Fakultas Ekonomi 4022 2401
Fakultad Teknik 3585 2101
JUMLAH 33.313 17.658
Sumber: Subag. Registrasi & Statistik Biro Akademik, Agustus 2019

Deskripsi Data Hasil Penelitian Kinerja dosen yang merupakan


Dalam penelitian ini digunakan variabel terikat atau tak bebas dalam
instrumen angket dengan sejumlah 96 item penelitian ini diukur dengan menggunakan
pertanyaan untuk tiga variabel masing- beberapa indikator yaitu: sikap, pandangan,
masing 33 item variabel kinerja dosen (Y), usaha-usaha dan kreativitas melakukan
33 item variabel gaya kepemimpinan (X1), pekerjaan sesuai dengan pengetahuan dan
dan 31 item variabel motivasi berprestasi wawasan serta tugas pokok dan fungsinya
(X2). Instrumen tersebut telah diujicobakan sebagai deosen.
untuk mengetahui tingkat validitas dan Berdasarkan perhitungan dengan
reliabilitasnya kepada 30 responden di luar bantuan program SPSS versi 17, maka
sampel penelitian. Setelah instrumen diperoleh hasil penelitian untuk data
dinyatakan valid dan reliabel, dilanjutkan variabel kinerja dosen (Y) menunjukkan
pada tahap pendistribusian instrumen bahwa terdapat sejumlah kasus (N) = 81
terhadap 81 sampel yang telah ditetapkan responden yang mengisi angket dengan nilai
secara proporsional. rata-rata (mean) = 103,63; titik tengah
Berdasarkan data yang diperoleh melalui (median) = 104,00; nilai sering muncul
jawaban instrumen angket terhadap 81 (mode) = 105; simpangan baku (sandar
sampel penelitian, diperoleh hasil penelitian deviasi) = 6,807); tingkat penyebaran data
sebagai berikut : (varince) = 46,336; rentang (range) = 34;
a. Kinerja Dosen (Y) skor minimum = 87; skor maksimum = 117;
dan skor keseluruhan sebesar 8.394.

Jurnal Forum Pendidikan || Volume 14 Nomor 1, April 2018 | 70


“Pengaruh Gaya Kepemimpinan dan Motivasi Berprestasi Terhadap Kinerja ....”Marien Pinontoan

Tabel 4.5.Descriptive Statistics Variabel Kinerja Dosen (Y)


Variabel N Mean Std.Deviation Minimum Maximum
Produktivitas Peserta Diklat PKBM 81 104,00 13,310 80 135
b. Gaya Kepemimpinan Dekan (X1) Berdasarkan perhitungan dengan
Gaya kepemimpinan dekan-dekan bantuan program SPSS 20 maka diperoleh
pada masing-masing fakultas, adalah salah hasil penelitian untuk data variabel gaya
satu variabel bebas dalam penelitian ini yang kepemimpinan dekan (X1) diperoleh skor
diukur dengan menggunakan beberapa terendah 80, skor tertinggi 135,harga rata-
indikator terkait dengan : pengambilan rata sebesar 108,90 dan simpangan baku
keputusan, pendelegasian tugas, komunikasi sebesar 13,310 seperti yang diperlihatkan
organisasi, penghargaan dan hukuman. pada tabel 4.1 berikut:
Tabel 4.6. Descriptive Statistics Variabel Gaya Kepemimpinan Dekan Fakultas (X1)
Variabel N Mean Std.Deviation Minimum Maximum
Gaya Kepemimpinan Kepala PKMB 105 108,90 13,310 80 135

Berdasarkan nilai rata-rata yang meningkatkan profesionalisme dalam


dicapai sebesar 108,90 jika dibandingkan pekerjaan. Instrumen yang digunakan
dengan besarnya skor ideal sebesar 160 sebanyak 31 item. Masing-masing pertanyan
maka kecenderungan untuk variabel gaya berdasarkan persepsi dosen dan memiliki 5
kepemimpinan dekan fakultas (X1) kemungkinan jawaban dengan rentasng skor
diperoleh nilai sebesar 0,675 atau 67,50%. 1-5. Dengan demikian total skor maksimal
Harga ini berada pada kategori kuat menurut 155 dan skor minimum adalah 31.
kualifikasi yang telah ditetapkan. Berdasarkan hasil perhitungan dengan
c. Motivasi Berprestasi (X2) bantuan program SPSS 20 maka diperoleh
Motivasi berprestasi dosen adalah hasil penelitian untuk data variabel motivasi
salah satu variabel bebas dalam penelitian berprestasi (X2) yaitu skor terendah 77 dan
ini yang diukur dengan menggunakan skor tertinggi 132, dengan harga rata-rata
beberapa indikaor: ingin maju, kerja keras, sebesas 102,80 pada simpangan baku
bercita-cita tinggi, menghargai kreatifitas sebesar 13,299 sebagaimana dalam tabel 4.2
dan produktifitas, dan bersaing positif dalam berikut:
kedudukan sosial sehingga dapat
Tabel 4.7. Descriptive Statistics Variabel Motivasi Berprestasi (X2)
Variabel N Mean Std.Deviation Minimum Maximum
Motif Berprestasi (X2) 105 102,80 13,299 77 132
Berdasarkan nilai rata-rata yang sebesar 0,632 atau 66,32%. Harga ini berada
dicapai sebesar 102,80 jika dibandingkan pada kategori kuat menurut kualifikasi yang
dengan besarnya skor ideal sebesar 155 telah ditetapkan.
maka kecenderungan untuk variabel Berdasarkan hasil analisis pengujian
Motivasi Berprestasi (X2) diperoleh nilai hipotesis, diperoleh temuan bahwa :

Jurnal Forum Pendidikan || Volume 14 Nomor 1, April 2018 | 71


“Pengaruh Gaya Kepemimpinan dan Motivasi Berprestasi Terhadap Kinerja ....”Marien Pinontoan

Hipotesis 1 : Ha : Tidak terdapat terdapat pengaruh


Ho : Terdapat pengaruh gaya gaya kepemimpinan dekan dan Motivasi
kepemimpinan dekan fakultas terhadap berprestasi secara simultan terhadap kinerja
kinerja dosen dosen universitas negeri Manado.
Ha : Tidak terdapat pengaruh gaya Berdasarkan pengujian hipotesis tiga
kepemimpinan dekan fakultas terhadap diperoleh variabel gaya kepemimpinan
kinerja dosen . dekan dan Motivasi berprestasi dosen
Berdasarkan pengujian hipotesis satu secara simultan terhadap kinerja dosen yang
diperoleh variabel gaya kepemimpinan dihitung dengan koefisien korelasi adalah
dekan fakultas dengan kinerja dosen 0,773 atau (Ryx1,x2=0,773) dan diperoleh
diperoleh nilai sig.0,000, kemudian nilai koefisien nilai Rsquare = 0,598 dengan
dibandingkan dengan probabilitas 0,05 nilai probabilitas (sig. F change) = 0,000.
ternyata nilai probabilitas 0,05 lebih besar Karena nilai sig. F change 0,05, maka
nilai probabilitas Sig atau (0,05 0,000), keputusannya adalah Ha ditolak dan Ho
maka Ho ditetima dan Ha ditolak, artinya diterima. Artinya terdapat pengaruh variabel
signifikan. Hal ini membuktikan bahwa gaya X1 (Gaya kepemimpinan Dekan Fakultas
kepemimpinan dekan fakultas berpengaruh dan variabel X2 (Motivasi berprestasi)
secara signifikan terhadap kinerja dosen. secara simultan terhadap variabel Y (kinerja
Hipotesis 2 : dosen. Hasil pengujian tersebut
Ho : Terdapat pengaruh positif Motivasi membuktikan bahwa terdapat pengaruh
berprestasi terhadap kinerja dosen. secara signifikan gaya kepemimpinan dekan
Ha : Tidak terdapat pengaruh hubungan fakultas dan motivasi berprestasi dosen
Motivasi berprestasi terhadap kinerja dosen. terhadap kinrja dosen Universitas Negeri
Berdasarkan pengujian hipotesis kedua Manado.
diperoleh variabel Motivasi berprestasi Pembahasan
dengan kinerja dosen diperoleh nilai Berdasarkan hasil analisis penelitian
sig.0,000, kemudian dibandingkan dengan tentang hubungan antara gaya dekan
probabilitas 0,05 ternyata nilai probabilitas fakultas dan Motivasi berprestasi secara
0,05 lebih besar nilai probabilitas Sig atau simultan terhadap kinerja dosen telah
(0,05 0,000), maka Ho ditetima dan Ha membuktikan ketiga hipotesis yang diajukan
ditolak, artinya signifikan. Hal ini dalam penelitian ini menunjukkan hasil
membuktikan bahwa Motivasi berprestasi analisis data adanya kesesuaian antara hasil
mempunyai pengaruh secara signifikan penelitian dengan teori-teori yang
terhadap kinerja dosen. dikemukakan para ahli.
Hipotesis 3 : 1. Hasil penelitian menunjukkan hawa
Ho : Terdapat pengaruh gaya terdapat pengaruh yang signifikan gaya
kepemimpinan dekan dan Motivasi kepemimpinan dekan fakultas dengan
berprestasi secara simultan terhadap kinerja kinerja dosen unima. Hasil ini
dosen Universitas Negeri Manado. menunjukkan bahwa hubungan gaya
kepemimpinan dekan fakultas terhadap

Jurnal Forum Pendidikan || Volume 14 Nomor 1, April 2018 | 72


“Pengaruh Gaya Kepemimpinan dan Motivasi Berprestasi Terhadap Kinerja ....”Marien Pinontoan

kinerja dosen cukup kuat. Dikatakan bersumber dari dalam diri individu itu
demikian karena gaya kepemimpinan sendiri (intrinsik motivation) maupun dari
setiap pemimpin memegang peran luar individu (extrinsic motivation) (M.
strategis dalam memformulasikan dan Pinontoan,2015). Dengan demikian,
mengimplementasikan program faktor dominan yang mempengaruhi
organisasi dari yang dipimpinnya. Desen seseorang dalam aktivitas organisasi ialah
telah dengan sejumlah pengetahuan, motivasi sebagai pemicu munculnya
wawasan dan keterampilan dalam keinginan untuk melakukan tindakan.
melaksanakan tugas kependidikan dengan Karenanya motivasi berprestasi dosen
memiliki latar pendidikan minimal Strata yang sesungguhnya ialah prestasi sebagai
Dua (S2) menjadi aset pemimpin fakultas sumber kepuasan kerja seorang dosen
dan universitas dalam meningkatkan yang pada gilirannya bermuara pada
kualitas pengetahuan dan wawasan serta promosi, penghargaan dan pemberian
keterampilan mahasiswa di fakultas tanggung jawab yang lebih oleh
masing-masing. Dengan demikian konsep pemimpin fakultas maunpun pimpinan
tentang proses pemberdayaan universitas.
(empowering process) tenaga dosen 3. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
menjadi keharusan dan mutlak dilakukan terdapat pengaruh yang positif dan
oleh dekan selaku pemimpin fakultas. terdapat kaitan yang cukup kuat dan
Konsep ini mendukung pandangan signifikan gaya kepemimpinan dekan
Soepardjo Adikusumo yang fakultas , motivasi berprestasi secara
mengedepankan konsep empowering bersama-sama dengan kinerja dosen.
process yaitu proses penguatan dan Berdasarkan hasil penelitian, ternyata
pemberdayaan potensi staf yang dipimpin gaya kepemimpinan dekan fakultas dan
oleh setiap pemimpin (Wullur,M. 2015). motivasi berprestasi merupakan faktor yang
2. Hasil penelitian menunjukkan adanya sangat berpengaruh secara bersama-sama
pengaruh yang signifikan motivasi dalam rangka memperbaiki dan
berprestasi terhadap kinerja dosen. Secara meningkatkan kinerja dosen. Hasil
empiris, membuktikan bahwa kinerja penelitian ini berimplikasi pada upaya untuk
dosen dapat dijelaskan oleh motivasi memperbaiki dan meningkatkan kinerja
berprestasi dosen. Dengan demikian, tugas pokok dan fungsi dosen, dibutuhkan
motivasi berprestasi memiliki pengaruh seorang pemimpin yang memiliki gaya
yang signifikan dalam hal usaha untuk kepemimpinan kondisional untuk
meningkatkan kinerja dosen. Konsep ini membangkitkan dan meningkatkan motivasi
sejalan dengan pandangan yang berprestasi dosen dalam melaksanakan tugas
menekankan bahwa motivasi sebagai tri dharma perguruan tinggi yaitu
kekuatan (energi) seseorang yang dapat melaksanakan tugas pendidikandan
memicu seseorang untuk berprestasi yang pengajaran kepada mahasiswa melalui
diwujudkan melalui antusianismenya proses pembelajaran, melaksanakan tugas
dalam melakukan kegiatan, baik yang penelitian untuk pengembangan ilmu

Jurnal Forum Pendidikan || Volume 14 Nomor 1, April 2018 | 73


“Pengaruh Gaya Kepemimpinan dan Motivasi Berprestasi Terhadap Kinerja ....”Marien Pinontoan

pendidikan, serta melaksanakan tugas masyarakat akan terus terjadi peningkatan


pengabdian kepada masyarakat sebagai yang optimal.
implementasi keilman kelembagaan bagi

SIMPULAN DAN SARAN


Simpulan secara bersama-sama, maka semakin
1. Gaya kepemimpinaan dekan fakultas rendah pula kinerja dosen unima.
mempunyai hubungan yang signifikan Saran
terhadap kinerja dosen Universitas 1. Gaya kepemimpinan dekan fakultas lebih
Negeri Manado. Artinya, semakin menekankan pada pendekatan
kondusif gaya kepemimpinan dekan behavioristik yaitu mengoptimalkan
fakultas akan diiringi dengan semakin potensi, minat dan bakat dosen ke arah
tingginya kinerja dosen unima. Demikian peningkatan kreativitas sebagai dosen
pula sebaliknya semakin tidak yang profesional agar terjadi peningkatan
kondusifnya gaya kepemimpinan dekan kinerja dosen dalam tugas tri-darma
fakultas akan diiringi dengan semakin perguruan tinggi yaitu tugas pendidikan
rendahnya kinerja dosen unima. dan pembelajaran, penelitian dan
2. Motivasi berprestasi mempunyai pengabdian kepada masyarakat .
pengaruh yang signifikan terhadap 2. Motivasi berprestasi juga perlu
kinerja dosen unima. Artinya bahwa ditingkatkan dan dikembangkan agar
semakin tingginya motivasi berprestasi, berbagai inovasi dan kreativitas dosen
akan diiringi dengan tingginya kinerja dapat mengimplementasikan pengetahuan
dosen unima. Demikian pula sebaliknya, dan wawasan serta keterampilan yang
semakin rendah motivasi berprestasi , diperoleh baik melalui studi lanjut
akan diiringi dengan menurunnya kinerja program magister maupun program
dosen unima. doktor dalam pelaksanaan tugas sebagai
3. Gaya kepemimpinan dekan fakultas dan tenaga dosen profesional sehingga
Motivasi berprestasi secara bersama- menghasilkan lulusan mahasiswa yang
sama mempunyai pengaruh yang unggul, kratif dan mandiri.
signifikan terhadap kinerja dosen unima. 3. Dekan Fakultas hendaknya menjaga
Artinya, semakin tinggi gaya keseimbangan antara proses manajerial
kepemimpinan dekan fakultas dan melalui upaya menciptakan hubungan
motivasi berprestasi secara bersama- personal sebagai pemimpin lembaga
sama, semakin tinggi pula kinerja dosen dengan dosen dan pegawai sebagai mitra
unima. Demikian pula sebaliknya kerja dengan mengedepankan pendekatan
semakin rendah gaya kepemimpinan manusiawi (behavioristik) baik bagi staf
dekan fakultas dan motivasi berprestasi dosen maupun bagi stan pegawai dan
mahasiswa secara bersama-sama.

Jurnal Forum Pendidikan || Volume 14 Nomor 1, April 2018 | 74


“Pengaruh Gaya Kepemimpinan dan Motivasi Berprestasi Terhadap Kinerja ....”Marien Pinontoan

DAFTAR PUSTAKA
Berkah, 2002.Pengaruh Gaya Rivai, Veishzal dan Basri, 2005.
Kepemimpinan dan Iklim Organisasi Performance Appraisal, Sistem Yang
Terhadap Prestasi Kerja. Surabaya: Tepat Untuk Menilai Kinerja
Tesis program pascasarjana unair. Karyawan dan Meningkatkan Daya
Depdiknas, 2003. Undang-undang Repoblik Saing Perusahaan, Jakarta: Raja
Indonesia Nomor 20 tahun 2003, Grafindo Parsada.
Tentang Sistim Pendidikan Nasional: Singarimbun M. dan Efandi, 2003, metode
Jakarta. Penelitian Survey. Jakarta:LP3ES
………..., 2005. Undang-undang Guru dan Thoha Miftah, 2007. Kepemimpinan Dalam
Dosen Nomor 14 2005, Tentang Guru Manajemen. Jakarta: PT Raja
dan Dosen: Jakarta. Grafindo Persada.
Hani T. Handoko, 2000. Manajemen Wahyudi, 2009. Kepemimpinan Kepala
Personalia dan Sumber Daya Manisia, Sekolah Dalam Organisasi
Yogjakarta : BPFE. Pembelajaran (Learning
Harsay dan Blanchard, 1997. Managemen Organization). Bandung: Alfabeta
Of Organization Behavior. Wahjosumidjo, 2005. Kepemimpinan
Jakarta:Erlangga. Kepala Sekolah. Jakarta: Raja
Kambay, 2006. Landasan Teori Grafindo Persada.
Administrasi Manajemen, Manado: Wibowo, 2007. Manajemen Kinerja.
Yayasan Ganesha Nesantara. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
…………, 2012. Manajemen Sumber Daya Wullur, 2011, Manajemen Pengembangan
Manusia. Manado: Yayasan Ganesha Kemampuan Akademik Guru Sekolah
Nesantara. Dasar Berwawasan Nilai Budaya Si
Munir Abdullah, 2008. Kepemimpinan dan Tou Timou Tumou Tou (ST4),
Manajerial. Jakarta : Rajawali Press. Penerbit Cahaya Abadi, Tulung Agung
Riduwan, 20008. Belajar Muda Penelitian
Untuk Guru-guru dab Penelitian
Pemula. Bandung: Alfabeta.

Jurnal Forum Pendidikan || Volume 14 Nomor 1, April 2018 | 75


“Penerapan Pendekatan Sains Teknologi dan Masyarakat Untuk Meningkatkan ....”Roos M. S. Tuerah

PENERAPAN PENDEKATAN SAINS TEKNOLOGI DAN MASYARAKAT


UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA SISWA
SEKOLAH DASAR

Roos M. S. Tuerah
Fakultas Ilmu Pendidikan UNIMA

ABSTRAK
Tujuan tindakan perbaikan pembelajaran adalah memperoleh kajian konsep penggunaan pendekatan Sains
Teknologi dan Masyarakat (STM) untuk meningkatkan hasil belajar IPA siswa Sekolah Dasar. Penelitian ini
merupakan penelitian tindakan kelas dan model yang digunakan adalah model proses. Realistic mathematic
education dengan 2 model pembelajaran dikembangkan melalui 2 siklus penelitian. Data utama dalam penelitian ini
adalah mahasiswa, dosen, guru SD dan siswa yang menjadi subjek penelitian. Teknik dan alat pemantauan yang
digunakan adalah pengamatan partisipan dengan lembar observasi, check list dan catatan lapangan, wawancara
dengan guru dan siswa, dan data dokumen sekolah. Hasil penelitian ini ialah (1) penerapan model pembelajaran
Pendekatan Sains Teknologi dan Masyarakat dapat meningkatkan motivasi belajar siswa Sekolah Dasar dalam
belajar IPA, (2) Penerapan model pembelajaran Pendekatan Sains Teknologi dan Masyarakat dapat meningkatkan
hasil belajar siswa Sekolah Dasar dalam belajar IPA.
Kata Kunci : sains teknologi, masyarakat, hasil belajar.

PENDAHULUAN
Pembukaan UUD Negara Republik menjadi manusia yang beriman dan
Indonesia Tahun 1945 mengemukakan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
bahwa salah satu tujuan nasional adalah berahlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
mencerdaskan kehidupan bangsa. Untuk kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara
mewujudkan tujuan nasional tersebut yang demokratis serta bertanggung jawab
pendidikan merupakan faktor yang sangat (Trianto, 2010: 1).
menentukan. Sekolah Dasar sebagai salah Pendidikan yang dilaksanakan oleh
satu lembaga pendidikan formal, sesuai guru dalam proses pembelajaran di sekolah
dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun dan masyarakat memerlukan kompetensi
2003 tentang Sistem Pendidikan nasional profesional seorang guru dimana suatu
menyebutkan, bahwa pendidikan nasional kemampuan dasar guru dalam pengetahuan
berfungsi mengembangkan kemampuan dan tentang belajar dan tingkah laku manusia,
membentuk watak serta peradaban bangsa bidang studi yang dibinanya, sikap yang
yang bermartabat dalam rangka tepat tentang lingkungan proses belajar
mencerdaskan kehidupan bangsa. mengajar dan mempunyai keterampilan
Pendidikan bertujuan untuk dalam teknik mengajar (Satori, dkk 2007:
mengembangkan potensi peserta didik agar 2.36). Menurut Keputusan Menpan No.

Jurnal Forum Pendidikan || Volume 14 Nomor 1, April 2018 | 76


“Penerapan Pendekatan Sains Teknologi dan Masyarakat Untuk Meningkatkan ....”Roos M. S. Tuerah

26/MENPAN/1989, Tanggal 2 Mei 1989 Sementara dalam pembelajaran IPA


dikemukakan bahwa guru memegang diharapkan siswa harus aktif dan kreatif
peranan yang sangat menentukan bagi dalam menemukan sendiri materi yang
tujuan pendidikan Trianto (2010: 244). dipelajari seperti dalam mengidentifikasi
Pembelajaran IPA di SD perlu bagian-bagian tubuh tumbuhan (akar) dan
mendapat perhatian guru dalam kegiatan fungsinya bagi tumbuhan itu sendiri,
belajar mengajar karena IPA menuntut sehingga siswa dapat mencapai tujuan dalam
kecerdasan dan ketekunan, dalam mencari menjelaskan struktur akar dan menjelaskan
jawaban suatu persoalan didasarkan atas fungsi akar. Dengan demikian benar-benar
pertimbangan rasional dan objektivitas siswa memahami dan dapat menerapkan
dengan melalui observasi atau kegiatan pengetahuan dalam kehidupan mereka
eksperimen untuk memperoleh data yang sehari-hari.
dapat dipertanggung-jawabkan Berdasarkan permasalahan diatas
kebenarannya. peneliti ingin melakukan suatu perbaikan
Berdasarkan pengamatan yang peneliti pembelajaran IPA di SD dengan
temui dalam pembelajaran IPA siswa SD menggunakan pendekatan Sains Teknologi
dengan materi struktur akar. Kegiatan dan Masyarakat (STM) pada materi struktur
belajar mengajar yang dilakukan guru hanya akar. Poedjiadi (dalam Nuryani, 2005: 98)
melalui ceramah dalam menjelaskan materi menunjukkan bahwa pembelajaran sains
tersebut menyuruh siswa-siswa mengerjakan dengan mempergunakan pendekatan STM
soal latihan yang ada dalam buku paket. mempunyai beberapa perbedaan jika
Kegiatan belajar mengajar tidak dilakukan dibandingkan dengan cara biasa. Perbedaan
dalam bentuk kelompok tetapi siswa tersebut ada pada aspek: kaitan dan aplikasi
mengerjakan soal latihan secara mandiri. bahan pelajaran, kreativitas, sikap, proses,
Selain itu, guru dalam pelaksanaan dan konsep pengetahuan yang dapat
pembelajaran hanya melalui ceramah dan menciptakan ruang kelas yang di dalamnya
pemberian tugas kepada siswa. Dengan siswa akan menjadi peserta aktif bukan
demikian bahwa permasalahan siswa SD hanya pengamat pasif, dan bertanggung
adalah kurangnya kemampuan siswa dalam jawab terhadap belajarnya. Pembelajaran
memahami konsep materi struktur akar. Hal model ini akan sangat membantu guru untuk
ini dibuktikan dari jumlah siswa 25 orang, menghubungkan materi pelajaran dengan
yang mencapai nilai KKM hanya 30,4 % situasi dunia nyata dan memotivasi siswa
dan 69,6 % siswa mendapat nilai di bawah untuk membentuk pengetahuan.
80.

METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian dengan 2 model pembelajaran
tindakan kelas dan model yang digunakan dikembangkan melalui 2 siklus penelitian.
adalah model proses (Kemmis & Taggart, Dalam setiap siklus penelitian ditempuh
1988). Realistic mathematic education melalui empat tahap penelitian menyangkut

Jurnal Forum Pendidikan || Volume 14 Nomor 1, April 2018 | 77


“Penerapan Pendekatan Sains Teknologi dan Masyarakat Untuk Meningkatkan ....”Roos M. S. Tuerah

: perencanaan, pelaksanaan kegiatan, IPA dapat dilihat melalui tahapan atau


pengamatan dan refleksi. langkah-langkah pembelajaran dari setiap
Kerangka penelitian di bawah ini model.
menggambarkan jenjang dan tahapan Pembelajaran dengan menggunakan
penelitian kaji tindak dan pengembangan pendekatan Sains Teknologi dan Masyarakat
pembelajaran melalui penerapan Pendekatan baik yang dilaksanakan oleh dosen selama
Sains Teknologi dan Masyarakat dengan pelatihan/pembekalan maupun pembelajaran
menggunakan 2 model pembelajaran, yakni yang dilaksanakan oleh mahasiswa calon
Discovery Learning dan Inkuiri. guru/guru SD dipantau oleh format
Kerangka penelitian ini pengamatan atau instrumen penilaian mulai
menggambarkan jenjang dan tahapan pada tahap perencanaan, pelaksanaan
penelitian kaji tindak dan pengembangan sampai pada hasil belajar. Format
pembelajaran melalui model pembelajaran pengamatan atau instrumen penilaian ini
dengan 2 model yaitu Discovery Learning sangat penting untuk mengetahui apakah
dan Inkuiri. Kedua model pembelajaran ini rancangan dan komponen-komponen pada
dilaksanakan di Sekolah Dasar yang berbeda setiap langkah dalam format setiap model
untuk meningkatkan hasil belajar IPA. dilaksanakan dengan baik pada saat
Penerapan model-model pembelajaran pembelajaran berlangsung.
tersebut dilaksanakan secara kolaboratif Data-data rekaman hasil pengamatan
antara dosen, guru SD dan mahasiswa selama kegiatan pembelajaran berlangsung
PGSD. Model pembelajaran Discovery merupakan tolok ukur keberhasilan
Learning dilaksanakan di SD Inpres Kiawa, tindakan. Tim pengamat dan tim peneliti
dan metode Inkuiri dilaksanakan di SD selanjutnya mengkaji kembali rancangan
Inpres Woloan. kegiatan untuk menetapkan keberhasilan
Pelaksanaan pengembangan model- pembelajaran setiap model. Data dan hasil
model tersebut diawali dengan penyamaan pembelajaran yang diperoleh dari setiap
persepsi tentang Pendekatan Sains model pembelajaran dianalisis dan dimaknai
Teknologi dan Masyarakat melalui untuk mengetahui hasil dan capaian. Hasil-
pembekalan/pelatihan singkat tentang hasil tindakan berupa capaian kegiatan
penerapan kedua model yang dikaji dalam pembelajaran dijadikan tolok ukur apakah
penelitian ini. Selanjutnya, pembelajaran pembelajaran perlu diperbaiki atau direvisi
dilaksanakan secara kolaboratif sesuai untuk pencapaian tujuan kegiatan. Apabila
langkah-langkah pembelajaran dari setiap ada aspek atau komponen pada setiap model
model. Setiap model memiliki langkah di setiap kegiatan yang dilaksanakan belum
pembelajaran yang sedikit berbeda namun sesuai dengan harapan, maka dapat
tujuan yang harus dicapai dalam ditindaklanjuti pada siklus berikutnya
pembelajaran IPA adalah sama yaitu sampai menemukan pola pembelajaran yang
meningkatkan hasil belajar IPA yang dalam sesuai dengan hasil yang diharapkan dalam
pembelajaran nampak melalui peningkatan penelitian ini.
hasil belajar IPA. Peningkatan hasil belajar

Jurnal Forum Pendidikan || Volume 14 Nomor 1, April 2018 | 78


“Penerapan Pendekatan Sains Teknologi dan Masyarakat Untuk Meningkatkan ....”Roos M. S. Tuerah

Hasil pembelajaran yang baik yang digunakan check-list berskala 0-100% atas
dicapai oleh siswa sangat mempengaruhi beberapa komponen yang dinilai. Data yang
jawaban siswa terhadap instrumen prestasi. diperoleh akan dianalisis dengan
Jika hasil belajar siswa sudah sesuai dengan perhitungan persentase dan rata-rata hasil
harapan, maka jawaban instrumen akan belajar siswa dilakukan dengan
baik. Dengan demikian hasil belajar IPA membandingkan hasil pencapaian kegiatan
siswa SD dapat dikatakan sudah meningkat belajar mengajar melalui siklus penelitian,
sesuai dengan tujuan kegiatan penelitian ini. dengan menggunakan rumus:
Data utama dalam penelitian ini adalah KB = T X 100%
mahasiswa, dosen, guru SD dan siswa yang Tt
menjadi subjek penelitian. Mahasiswa Dimana :
tersebut secara kolaboratif dilibatkan dalam KB : Ketuntasan belajar
penelitian dan pembekalan pembelajaran T : Jumlah skor yang diperoleh siswa
dengan Pendekatan Sains Teknologi dan Tt : Jumlah skor total
Masyarakat. Tujuan diadakannya Sedangkan data lainnya diolah dengan
pembekalan adalah untuk menyamakan teknik analisis yaitu untuk pengujian dalam
persepsi tentang Pendekatan Sains menemukan jawaban pertanyaan-
Teknologi dan Masyarakat antara dosen, pertanyaan.
mahasiswa dan guru-guru SD di mana Pemilihan dan penetapan model kaji
penelitian ini dilaksanakan. Mahasiswa yang tindak dalam penelitian ini adalah untuk
dilibatkan dalam penelitian ini harus pencapaian tujuan dan manfaat penelitian.
menerapkan Pendekatan Sains Teknologi Oleh karena itu perencanaan dan
dan Masyarakat saat mereka mengajar IPA pelaksanaan pembelajaran untuk setiap
di SD untuk kepentingan penelitian. penerapan model Pendekatan Sains
Pelaksanaan pembelajaran untuk Teknologi dan Masyarakat selalu dipantau
setiap model yang diterapkan selalu melalui pengamatan dan selanjutnya
dipantau oleh tim peneliti. Teknik dan alat ditindaklanjuti dengan perbaikan/revisi pada
pemantauan yang digunakan adalah pembelajaran berikutnya. Data yang
pengamatan partisipan dengan lembar diperoleh dari setiap model pembelajaran
observasi, check list dan catatan lapangan, bukanlah data akhir untuk pengolahan data,
wawancara dengan guru dan siswa, dan data karena data dan hasil pembelajaran tersebut
dokumen sekolah. Data-data yang terkumpul akan dimaknai agar diketahui hasil dan
dianalisis dengan teknik analisis sesuai sifat capaian yang akan dijadikan alat ukur untuk
data. Penilaian rancangan model perlu tidaknya pembelajaran tersebut
pembelajaran oleh dosen dan mahasiswa direvisi pada siklus berikutnya guna
calon guru serta efektivitas pembelajaran pencapaian tujuan penelitian.

Jurnal Forum Pendidikan || Volume 14 Nomor 1, April 2018 | 79


“Penerapan Pendekatan Sains Teknologi dan Masyarakat Untuk Meningkatkan ....”Roos M. S. Tuerah

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


Hasil yang dicapai dalam penelitian ini adalah :
No. Model Siklus 1 Siklus 2
1. Discovery Learning Nilai rata-rata formatif 42,5% Nilai rata-rata formatif 85%
(16 siswa) (16 siswa)
2. Inkuiri Nilai rata-rata formatif 67,5% Nilai rata-rata formatif 86,5%
(10 siswa) (10 siswa)

Ini menunjukkan bahwa hasil yang masalah, menentukan peran, dan


dicapai sangat dipengaruhi oleh mempersiapkan setting kelas. Masing-
meningkatnya hasil dan kemampuan siswa masing langkah dilengkapi dengan beberapa
dalam pembelajaran dengan ditentukan oleh aspek yang dapat meningkatkan kemampuan
beberapa aspek dalam model pembelajaran belajar, keterampilan, motivasi dan minat
Pendekatan Sains Teknologi dan Masyarakat dalam menyelesaikan pembelajaran. Ini
seperti : (1) pembelajaran yang disesuaikan nampak pada hasil capaian siswa dalam
dengan minat dan kebutuhan anak, (2) pembelajaran di mana terdapat peningkatan
memberikan pengalaman langsung pada pada pelaksanaan di setiap siklus. Hasil
anak, (3) pembelajaran yang berpusat pada penelitian pada siklus kedua menunjukkan
anak (child centered), dan (4) evaluasi kemajuan yaitu secara klsaikal tuntas.
dilaksanakan baik oleh siswa itus sendiri Inkuiri
juga bersama guru untuk melihat perolehan Langkah-langkah pembelajaran
belajar berdasarkan kriteria keberhasilan model Inkuiri, yaitu : membina suasana atau
pencapaian tujuan yang telah ditetapkan iklim pembelajaran, menyajikan persoalan
dalam rancangan pembelajaran. yang menantang siswa untuk berpikir,
Model-model pembelajaran dengan keterampilan bertanya, menjaring informasi,
Pendekatan Sains Teknologi dan Masyarakat mencari tingkat keyakinan siswa,
merupakan strategi guru untuk membantu mendeskripsikan temuan. Masing-masing
siswa bagaimana meningkatkan hasil belajar langkah dilengkapi dengan beberapa aspek
IPA para siswa. Setelah akhir kegiatan yang dapat meningkatkan kemampuan
penerapan model-model pembelajaran belajar, keterampilan, motivasi dan minat
dengan model Pendekatan Sains Teknologi dalam menyelesaikan pembelajaran. Ini
dan Masyarakat maka tim peneliti nampak pada hasil capaian siswa dalam
memperoleh hasil sebagai berikut : pembelajaran di mana terdapat peningkatan
Discovery Learning pada pelaksanaan di setiap siklus.
Langkah-langkah proses belajar Berdasarkan hasil yang diperoleh maka
mengajar yang mengacu pada model dapat disimpulkan bahwa dengan diterapkan
Discovery Learning, yaitu : mengidentifikasi model pembelajaran ini dapat meningkatkan
kebutuhan siswa, seleksi pendahuluan hasil belajar siswa di sekolah dasar.
terhadap konsep, seleksi bahan atau

Jurnal Forum Pendidikan || Volume 14 Nomor 1, April 2018 | 80


“Penerapan Pendekatan Sains Teknologi dan Masyarakat Untuk Meningkatkan ....”Roos M. S. Tuerah

Hasil Capaian Indikator Kinerja


Bentuk Target Capaian
Indikator Proses
Evaluasi Dosen Mhs Guru Dosen Mhs Guru
% kehadiran dan Checklist 100 - - 75 - -
keikutsertaan dosen dalam
penyusunan proposal
penelitian
% kehadiran dosen dalam Checklist 100 - - 75 - -
seminar proposal
% kehadiran mahasiswa Checklist - 100 - - 100 -
dalam seminar proposal
Jumlah anggota dosen tim Checklist 4 - - 3 - -
peneliti yang terlibat dalam
penyusunan rancangan
model pembelajaran
Pendekatan Sains Teknologi
dan Masyarakat
Jumlah anggota mahasiswa Checklist - 2 - - 2 -
tim peneliti yang terlibat
dalam penyusunan
rancangan model
pembelajaran Pendekatan
Sains Teknologi dan
Masyarakat
Jumlah anggota guru kelas Checklist - - 6 - - 6
dan kepala sekolah tim
peneliti yang terlibat dalam
penyusunan rancangan
model pembelajaran
Pendekatan Sains Teknologi
dan Masyarakat
Jumlah anggota guru IPA Checklist - - 3 - - 1
yang terlibat dalam
penyusunan rancangan
model pembelajaran
Pendekatan Sains Teknologi
dan Masyarakat
% mahasiswa yang terlibat Checklist - 100 - - 100 -
dalam pembelajaran IPA
% kehadiran yang terlibat Checklist 100 - - 100 - -
dalam pembelajaran IPA
Frekuensi pembekalan/ Checklist/
pelatihan oleh dosen dengan Observasi
model pembelajaran induk :
1. Discovery Learning 2 kali 2 kali 2 kali 2 kali 2 kali 2 kali
2. Inkuiri 2 kali 2 kali 2 kali 2 kali 2 kali 2 kali
Frekuensi pelaksanaan Checklist/
pembelajaran induk di SD : Observasi

Jurnal Forum Pendidikan || Volume 14 Nomor 1, April 2018 | 81


“Penerapan Pendekatan Sains Teknologi dan Masyarakat Untuk Meningkatkan ....”Roos M. S. Tuerah

1. Discovery Learning - 3 kali 3 kali - 3 kali 3 kali


2. Inkuiri - 3 kali 3 kali - 3 kali 3 kali
Frekuensi bimbingan Checklist/ 4-6 - - 3-5 - -
penyusunan rancangan Observasi
pembelajaran IPA
% dosen pembimbing Observasi 100 - - 100 - -
mendampingi mahasiswa
pada setiap siklus penerapan
pendekatan Sains Teknologi
dan Masyarakat
Frekuensi layanan Observasi 7 kali - - 6 kali - -
bimbingan penulisan karya
ilmiah/ laporan penelitian
% dosen mengikuti seminar Observasi 100 - - 75 - -
hasil penelitian
% mahasiswa menyelesaikan Observasi - 100 - - 100 -
penulisan karya ilmiah/
laporan penelitian

SIMPULAN DAN SARAN


Simpulan Saran
Berdasarkan hasil penelitian maka Berdasarkan kesimpulan tersebut,
kesimpulan dapat dirumuskan sebagai maka disarankan :
berikut : 1. Guru SD perlu menerapkan model
1. Penerapan model pembelajaran pembelajaran Pendekatan Sains
Pendekatan Sains Teknologi dan Teknologi dan Masyarakat dalam
Masyarakat dapat meningkatkan motivasi mengajarkan IPA untuk meningkatkan
belajar siswa Sekolah Dasar dalam motivasi belajar bagi siswa Sekolah
belajar IPA. Dasar.
2. Penerapan model pembelajaran 2. Guru SD perlu menerapkan model
Pendekatan Sains Teknologi dan pembelajaran Pendekatan Sains
Masyarakat dapat meningkatkan hasil Teknologi dan Masyarakat dalam
belajar siswa Sekolah Dasar dalam mengajarkan IPA untuk meningkatkan
belajar IPA. hasil belajar bagi siswa Sekolah Dasar.

DAFTAR PUSTAKA
Anitah Sri W. 2007. Strategi Pembelajaran Nuryani R. 2005. Strategi Belajar Mengajar
Di SD. Jakarta: Universitas Biologi. Malang: Universitas Negeri
Terbuka. Malang.
Aqib, Zainal. 2006. Penelitian Tindakan Rustaman Nuryani, dkk. 2011. Materi dan
Kelas. Bandung: Yrama.Widya Pembelajaran IPA SD. Jakarata:
KTSP. 2007. Model Silabus Kelas IV. Universitas Terbuka.
Jakarta: Depdikbud

Jurnal Forum Pendidikan || Volume 14 Nomor 1, April 2018 | 82


“Penerapan Pendekatan Sains Teknologi dan Masyarakat Untuk Meningkatkan ....”Roos M. S. Tuerah

Satori D, dkk. Profesi Keguruan. Jakarata: Undang- Undang Sistim Pendidikan


Universitas Terbuka Nasional nomor 20 tahun 2003.
Trianto. 2010. Mendesain Model Wahyono, dkk. 2008. Ilmu Pengetahuan
Pembelajaran Inovatif- Progresif. Alam Untuk SD dan MI Kelas IV.
Jakarta: Prenada Media Group. Jakarta: Pusat Perbukuan. Departemen
Pendidikan Nasional.

Jurnal Forum Pendidikan || Volume 14 Nomor 1, April 2018 | 83


“Peningkatan Kemampuan Motorik Halus Melalui Model Pembelajaran ....”Meiske T. Tumbel

PENINGKATAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS MELALUI


MODEL PEMBELAJARAN DEMONSTRASI PADA ANAK
TAMAN KANAK-KANAK

Meiske T. Tumbel
Fakultas Ilmu Pendidikan UNIMA

ABSTRAK
Berdasarkan uraian masalah di atas, dapat dirumuskan bahwa penelitian bertujuan: "Untuk mendeskripsikan
penerapan model pembelajaran demonstrasi dalam meningkatkan kemampuan motorik halus pada anak-anak di
Taman Kanak-kanak”. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas dan model yang digunakan adalah model
proses. Model pembelajaran Demonstrasi dengan dua model pembelajaran dikembangkan melalui dua siklus
penelitian. Hasil penelitian ini ialah pelaksanaan metode demonstrasi dalam meningkatkan kemampuan melipat
kertas dilaksanakan dalam 2 (dua) Siklus. Secara keselurunan pelaksanaan tindakan berjalan dengan lancar, sesuai
dengan rencana yang telah disusun dan dilakukan refleksi di setiap siklusnya. Terjadi perubahan peningkatan anak
secara bertahap dalam mengikuti pembelajaran. Peningkatan kemampuan anak dalam pembelajaran model
demonstrasi cukup berarti. Peningkatan melipat kertas anak tertihat pada hasil lipatan anak.
Kata Kunci : motorik halus, demonstrasi.

PENDAHULUAN
Taman Kanak-kanak merupakan Ketersediaan bahan/materi, tempat dan
Lembaga Pendidikan Prasekolah yang waktu belajar, pengorganisasian kelas dan
artinya membelajarkan siswa dalam cara penilaian agar menciptakan beragam
mengelola keterampilan tubuh termasuk pengalaman bagi semua siswa.
mengontrol gerakan tubuh, gerakan halus Pendidikan pada Anak Usia Dini pada
dan gerakan kasar serta menerima dasarnya meliputi seluruh upaya dan
rangsangan sensorik (Panca Indera) tindakan yang dilaksanakan oleh pendidik
mnisalnya; menari, mewarnai, bermain bola, dan orang tua dalam proses perawatan,
menganyam, meronce dan melipat kertas. pengasuhan dan pendidikan pada anak
Berdasarkan Kurikulum Pendidikan dengan menciptakan aura dan lingkungan
Anak Usia Dini (PAUD) yang di dalamnya dimana anak dapat mengeksplorasi
terdapat proses kegiatan belajar siswa, pengalaman yang memberi kesempatan
dilaksanakan dengan pendekatan tematik kepadanya untuk mengetahui pengalaman
dan terpadu (DEPDIKNAS dan UU. 2004. ajar yang diperolehnya dan lingkungan,
32;3). Sebagai upaya untuk mencapai tujuan melalui cara mengamati, meniru dan
yang dimaksud dalam meningkatkan bereksperimen yang berlangsung secara
perkembangan motorik pada siswa maka berulang-ulang dan melibatkan seluruh
pendidikan dirancang sebaik mungkin. potensi dan kecerdasan anak.

Jurnal Forum Pendidikan || Volume 14 Nomor 1, April 2018 | 84


“Peningkatan Kemampuan Motorik Halus Melalui Model Pembelajaran ....”Meiske T. Tumbel

Salah satu cara anak agar proses cepat jenuh bila mengikuti kegiatan belajar,
belajar mereka memperoleh pengetahuan ada juga siswa yang hanya suka bermain dan
adalah melalui kegiatan bermain sambil tidak memperhatikan gurunya. Padahal di
belajar. Dengan bermain sambil belajar, saat kegiatan belajar sangat diharapkan
seorang anak dapat memperoleh kesempatan semua siswa bisa mengikuti pembelajaran
untuk mempelajari berbagai hal baru. tersebut terlebih di saat guru sedang
Bermain sambil belajar bagi mereka juga memperagakan cara melipat kertas.
merupakan sarana dalam mengembangkan Berdasarkan pengamatan terdapat 5
berbagai keterampilan sosialnya. Kegiatan (lima) anak yang sudah bisa melipat kertas
bermain dan belajar akan mengembangkan dengan sempurna sedangkan 10 (sepuluh)
otot dan melatih gerakan motorik mereka di anak belum bisa melipat kertas dengan
dalam menyalurkan energy yang berlebih. sempuma dikarenakan perkembangan
Dengan demikian seorang anak akan mampu motorik halus dalam kegiatan melipat kertas
menemukan bahwa merancang sesuatu hal belum memenuhi tingkat pencapaian
baru yang berbeda dapat menimbulkan perkembangan anak. Tidak semua anak
kepuasan dan pada akhirnya akan menjadi menguasai motorik harus mampu dalam
lebih kreatif dan inovatif. kegiatan melipat kertas dengan maksimal,
Untuk mencapai hal tersebut guru ketidak mampuan itu karena kegiatan
perlu meningkatkan mutu pembelajarannya, pembelajaran yang monoton, medianya
dimulai dengan rancangan pembelajaran kurang menarik, metode pembelajaran yang
yang baik dengan memperhatikan tujuan dan kurang mendukung serta kegiatan
karakteristik siswa. Guru yang professional pembelajaran yang kurang memperhatikan
harus benar-benar memperhatikan model aspek-aspek perkembangan anak.
pembelajaran yang tepat dan juga harus Berdasarkan masalah di atas maka
kreatif membuat serta menggunakan penulis mengangkat judul "Peningkatan
media/alat peraga yang sesuai dengan tema Kemampuan Motorik Halus melalui Model
yang akan diberikan. Pembelajaran Demonstrasi pada Anak di
Pada dasarnya minat belajar siswa Taman Kanak-kanak ".
berbeda-beda. Ada siswa yang merasa lebih

METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian : perencanaan, pelaksanaan kegiatan,
tindakan kelas dan model yang digunakan pengamatan dan refleksi.
adalah model proses (Kemmis & Taggart, Penelitian kolaborasi di bawah ini
1988). Model pembelajaran Demonstrasi menggambarkan jenjang dan tahapan
dengan dua model pembelajaran penelitian kaji tindak dan pengembangan
dikembangkan melalui dua siklus penelitian. pembelajaran melalui model pembelajaran
Dalam setiap siklus penelitian ditempuh demonstrasi dengan menggunakan dua
melalui empat tahap penelitian menyangkut metode pembelajaran, yakni penggunaan

Jurnal Forum Pendidikan || Volume 14 Nomor 1, April 2018 | 85


“Peningkatan Kemampuan Motorik Halus Melalui Model Pembelajaran ....”Meiske T. Tumbel

media gambar dan metode praktek langsung Dasar yang berbeda untuk peningkatan
pemanfaatan bahan bekas. kemampuan motorik halus. Penerapan
Kerangka penelitian ini metode-metode pembelajaran tersebut
menggambarkan jenjang dan tahapan dilaksanakan secara kolaboratif antara
penelitian kaji tindak dan pengembangan dosen, guru TK dan mahasiswa PG-PAUD.
pembelajaran melalui model pembelajaran Penggunaan media gambar dilaksanakan di
dengan dua metode yaitu penggunaan media TK GMIM Putri Sion Lansot Tomohon dan
gambar dan metode praktek langsung metode praktek langsung pemanfaatan
pemanfaatan bahan bekas. Kedua metode bahan bekas dilaksanakan di TK Imanuel
pembelajaran ini dilaksanakan di Sekolah Walian.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


Hasil Penelitian
Siklus I
Aspek Penilaian
No Nama Anak Ket
* ** *** ****
1 MK V MB
2 MZ V BSB
3 A V MB
4 FB V BSH
5 FQ V BSH
6 RZ V BBB
7 Yl V BSH
8 R V BB
9 MS V B
10 ZF V BBB
11 NF V BB
12 BH MB
13 YN V BB
14 FA V BSH
15 PS V BB
Keterangan: *** = 3 anak = 20%
* = Belum berkembang **** = 3 anak = 20%
** = Mulai berkembang 15 anak = 100%
*** = Berkembang sesuai harapan Berdasarkan hasil penelitian pada
**** = Berkembang sangat baik siklus I menunjukkan bahwa dari 15 anak
Hasil capaian pada Siklus I adalah: yang mengikuti kegiatan pembelajaran
* = 5 anak = melipat kerta, ada 3 anak (20%) yang
33,33% mampu meniru lipatan, dari bentuk segitiga,
** = 4 anak = 26% segiempat sehingga membentuk lipatan

Jurnal Forum Pendidikan || Volume 14 Nomor 1, April 2018 | 86


“Peningkatan Kemampuan Motorik Halus Melalui Model Pembelajaran ....”Meiske T. Tumbel

bentuk ikan yang sudah sempurna, sehingga segiempat sehingga membentuk lipatan ikan
ada yang mendapat ****, berkembang dengan bantuan guru, dan 5 anak (33,33%)
sangat baik. Ini dikarenakan pada saat guru mendapatkan *, belum berkembang.
sedang menjelaskan cara melipat kertas Hal ini dikarenakan di saat guru
ketiga anak ini memperhatikan dengan baik. sedang menjelaskan cara melipat anak tidak
Ada 3 anak (20%) yang berhasil memperhatikan guru, pembelajaran kegiatan
mendapatkan ***, berkembang sesuai melipat kurang menyenangkan bagi anak,
harapan, dimana anak mampu meniru sehingga anak hanya bermain dengan teman.
lipatan dari bentuk segitiga, segiempat dan Dengan demnikian terdapat 6 anak yang
membentuk iipatan ikan yang belum berhasil, yang artinya 40% dari jumlah anak
sempurna. Ada 4 anak (26%) yang mengalamni perkembangan dalam kegiatan
mendapatkan ** di mana anak hanya melipat kertas.
mampu meniru lipatan dari segitiga,
Siklus II
Aspek Penilaian
No Nama Anak Ket
* ** *** ****
1 MK V BSH
2 MZ V BBB
3 A V MB
4 FB V BBB
5 FQ V BSH
6 RZ V BBB
7 Yl V BSH
8 RP V MB
9 MS V BB
10 ZF V BBB
11 NF V BBB
12 BH V BBH
13 YN V BBB
14 FA V BBB
15 PS V BSH
Keterangan: *** = 5 anak =
* = Belum berkembang 33,33%
** = Mulai berkembang **** = 7 anak =
*** = Berkembang sesuai harapan 16,67%
**** = Berkembang sangat baik 15 anak = 100%
Hasil capaian pada Siklus I adalah: Berdasarkan hasil penelitian pada
* = 1 anak = 6,67% Siklus II dapat dijelaskan bahwa setelah
** = 2 anak = dilakukan perbaikan, anak-anak sudah
13,33% mengalami peningkatan kemampuan
Jurnal Forum Pendidikan || Volume 14 Nomor 1, April 2018 | 87
“Peningkatan Kemampuan Motorik Halus Melalui Model Pembelajaran ....”Meiske T. Tumbel

sehingga mencapai hasil yang maksimal. yang diterapkan guru, sehingga respon anak
Ada dari 15 anak terdapat 7 anak (16,67%) untuk menjawab pertanyaan guru masih jauh
mendapatkan **** berkembang sangat baik dari yang diharapkan. Di samping itu
tergolong anak yang sudah bias meniru suasana kelas pada saat pembelajaran
lipatan bentuk segitiga, segiempat sehingga beriangsung kurang tertib, sehingga
membentuk lipatan ikan yang sempurna. In! berdampak pada belum mengerti dan
dikarenakan di saat guru sedang memahami mated yang diajarkan. Hal ini
mempraktekkan cara melipat anak lebih teramati dan hasil dari hasil penilaian,
fokus memperhatikan dan anak dapat dimana hasil belajar anak pada Siklus I
memahami dan mengerti cara melipat, 5 dinyatakan belum berhasil, dengan rata-rata
anak (33,33%) medapatkan ***, capaian belajar anak hanya 40% dari target
berkembang sesuai harapan tergolong anak 80%. Untuk itu perbaikan dapat dilakukan
yang sudah bias meniru lipatan dari bentuk pada siklus berikutnya.
segitiga, segiempat sehingga membentuk Pada penelitian tindakan Siklus II,
lipatan ikan. Meskipun melipat ikan belum Proses PembeJajaran mulai mewujudkan
sempurna namun anak mampu melipat kemajuan, hal ini disebabkan karena
sendiri tanpa bantuan dari guru. Ada 2 anak sebelum penyajian materi berlangsung guru
(13,33%) yang mendapatkan ** yaitu anak mengawalinya dengan menciptakan
yang sudah bisa meniru ikan dengan bantuan pembelajaran yang menarik, guru
dan motivasi guru. Namun terdapat 1 anak mendorong dan memberikan pujian untuk
yang belum mampu meniru lipatan yang membangkitkan semangat serta dorongan
dicontohkan guru meskipun sudah dibantu dan kemauan anak untuk belajar, sehingga
dan diberikan motivasi. Dengan demikian pada pembelajaran Siklus II ini telah
pada Siklus II ini terdapat 12 anak yang menunjukkan peningkatan kemampuan anak
berhasil membentuk lipatan sederhana (ikan) dalam hal melipat kertas. Berdasarkan hasil
yang artinya 80% dari jumlah anak evaluasi rata-rata capaian belajar yang
mengalami peningkatan 40%. diperoleh anak telah mengalami peningkatan
Pembahasan 80% dari target 80 %, tentunya hasil yang
Dari hasil penelitian tindakan Siklus I diperoleh anak dipengaruhi oleh adanya
dimana proses berlangsungnya kegiatan perbaikan pembelajaran yang diterapkan
belajar-mengajar, belum berjalan guru. Hal ini menunjukkan bahwa temyata
sebagaimana yang diharapkan karena anak- penerapan model demonstrasi dapat
anak selama mengikuti kegiatan meningkatkan kemampuan melipat kertas
pembelajaran masih kelihatan kurang anak.
bersemangat dengan model pembelajaran

SIMPULAN DAN SARAN


Simpulan kertas dilaksanakan dalam 2 (dua) Siklus.
Pelaksanaan metode demonstrasi Secara keselurunan pelaksanaan tindakan
dalam meningkatkan kemampuan melipat berjalan dengan lancar, sesuai dengan

Jurnal Forum Pendidikan || Volume 14 Nomor 1, April 2018 | 88


“Peningkatan Kemampuan Motorik Halus Melalui Model Pembelajaran ....”Meiske T. Tumbel

rencana yang telah disusun dan dilakukan membangun. Sebagai guru hendaknya
refleksi di setiap siklusnya. Terjadi meningkatkan kualitas pembelajaran yang
perubahan peningkatan anak secara bertahap dilaksanakan dengan metode dan media
dalam mengikuti pembelajaran. yang bervariasi dan cocok dalam
Peningkatan kemampuan anak dalam pelaksanaan pembelajaran, sehingga dapat
pembelajaran model demonstrasi cukup menumbuhkan semangat anak dalam
berarti. Peningkatan melipat kertas anak mengikuti kegiatan pembelajaran. Selain itu
tertihat pada hasil lipatan anak. guru hendaknya menciptakan pembelajaran
Saran yang kondusif dan menyenangkan serta
Berdasarkan hasil penelitian dan nyaman bagi anak. Peran orang tua juga
pembahasan tindakan dan analisis penelitian sangatlah diperlukan untuk membantu anak
terkait dengan peningkatan kemampuan menunjukkan kemampuan kreativitas dalam
melipat kertas melalui model demonstrasi, melipat kertas.
perlu adanya perbaikan dan saran yang

DAFTAR PUSTAKA
Amminudin, 1954. Konsep Dasar Rosyad. Aminudin. 2002. Metode
Pembelajaran Terpadu. http:ncosyuda. Pembelajaran Pendidikan Agama
blogspot/com2012/ii/Konsep-Dasar- Islam. Jakarta: Bumi Aksara.
Pembelajaran Terpadu.html. diakses Sudjana. 2005. Penilaian Hasil Proses
28 Februari 2015. Belajar: Bandung, Remaja Rosda
Daeng Sari dan Dini P. 1996. Metode Karya.
Mengajar di TK. Jakarta Syah, Muhibbin. 1995. Psikologi Pendidikan
DEPDIKBUD. DIRJEN DIKTI. Dengan Pendekatan Baru. Bandung,
Djamarah. 2005. Strategi Belajar Mengajar: PT. Remaja Rosda Karya.
Jakarta PT. Rineke Cipta Hira. Sumantri, Mulyani. 1999. Strategi Belajar
Faizal Hizbah. Metode Pembelajaran Mengajar. Jakarta: Dekdikbud.
Tematik. (Online) http:wordpress.com Saputra, Yudha. M dan Rudyanto, 2005,
Diakses 9 Maret 2014 Pembelajaran Kooperatif Untuk
Kunandar. 2007. Guru Profesional Meningkatkan Ketrampilan Anak TK.
Implementasi Kurikulum Tingkatan Jakarta; Depdiknas.
Satuan Penddikan (KTSP) dan Sumantri. 2002. Model Pengembangan
Persiapan Menghadapi Sertifikasi Ketrampilan Motorik Anak Usia Dini.
Guru. Jakarta: PT. Raja Grafindo Jakarta: Dekdikbud.
Persada. Undang-undang Sistem Pendidikan
Oemar Hamalik. 2003. Proses Belajar Nasional. 2003. Jakarta: Sinar Grafika
Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara. Zainal Aqib. 2006. Mengenal
Purwanto. 2011. Psikologi Pendidikan. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta:
Jakarta: Remaja. Rosdakarya. Sinar Grafika.

Jurnal Forum Pendidikan || Volume 14 Nomor 1, April 2018 | 89


“Evaluasi Kinerja Dosen Program Studi Psikologi FIP UNIMA ....” Tellma M. Tiwa

EVALUASI KINERJA DOSEN PROGRAM STUDI PSIKOLOGI


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI MANADO

Tellma M. Tiwa
Fakultas Ilmu Pendidikan UNIMA

ABSTRAK
Tujuan penelitian mendeskripsikan kinerja akademik dosen Program Studi Psikologi Fakultas Ilmu
Pendidikan Universitas Negeri Manado. Metode yang digunakan dalam penelitian ini ialah metode deskriptif.
Sasaran penelitian adalah Dosen Program Studi Psikologi. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan
angket. Hasil penelitian terdapat perbedaan peran yang dalam melaksanakan tugas sesuai dengan kewenangan
masing-masing dosen menurut jabatan akademik yang dimiliki serta kualifikasi akademik setiap dosen. Besarnya
peran yang dimiliki setiap dosen sesuai dengan pangkat dan jabatan akademik serta kualifikasi akademik yang
dimiliki, memberikan kontribusi yang signifikan terhadap kinerja akademik dosen Program Studi Psikologi dibidang
pendidikan dan pengajaran. Peningkatan kinerja akademik di pendidikan dan pengajaran dapat terjadi secara
berkesinambungan apabila dosen memiliki kemampuan dan kemauan dan memiliki etos kerja yang tinggi.
Kata Kunci : evaluasi, kinerja.

PENDAHULUAN
Berdasarkan Visi UNIMA maka pada psikologi yang dapat diserap oleh lembaga
tahun 2015 program studi Psikologi pemerintahan maupun swasta yang berada
berkembang menjadi Fakultas Psikologi di lingkungan PT Persero dan BUMN; (2)
sebagai pusat penyelenggaraan pendidikan Menciptakan jaringan kerjasama kemitraan
yang menghasilkan Sarjana Psikologi Strata dengan dunia usaha, pemerintah provinsi
1 (S1) yang mantap dan memiliki kapasitas SULUT, serta Kawasan Timur Indonesia
yang mampu bersaing, dan menjadi pusat dan lembaga terkait di dalam dan di luar
pengembangan instrument tes psikologi negeri melalui penelitian pengembangan
serta memiliki lembaga konsultan untuk perilaku serta pelatihan dan pengembangan
pelayanan pada maahasiswa dan masyarakat sumber daya manusia dalam rangka
umumnya. Misi Program Studi Psikologi meningkatkan produktivitas tenaga kerja dan
adalah : (1) Menyelenggarakan pendidikan produktivitas perusahaan / lembaga dalam
bagi lulusan SMA menjadi Sarjana memasuki era AFTA, (3) Menciptakan
Psikologi yang ahli dan profesional dalam komunitas psikologi yang mampu
mengerjakan dan mengelola bidang kerja menguasai teori-teori dan kajian psikologi
sumber daya manusia di berbagai bidang serta mampu menerapkannya secara kritis
terutama dalam penyelenggaraan dan dan reflektif ke dalam konteks di berbagai
penanganan masalah yang muncul di bidang kehidupan.
lembaga pendidikan sebagai ilmuan

Jurnal Forum Pendidikan || Volume 14 Nomor 1, April 2018 | 90


“Evaluasi Kinerja Dosen Program Studi Psikologi FIP UNIMA ....” Tellma M. Tiwa

Untuk mencapai misi Program Studi bertambahnya tugas serta peran masing-
Psikologi di atas maka, aktivitas staf masing unit pendukung pembelajaran, maka
pengajar di Program Studi Psikologi perlu tuntutan terhadap konsistensi dan idealisme
dilakukan dengan baik secara terstruktur. implementasi manajemen pembelajaran
Dalam hal pendidikan dan pengajaran maka merupakan sebuah pencapaian target
sangat diperlukan manajemen pembelajaran kelembagaan pendidikan yang harus tetap
atau pengelolaan pembelajaran di Program terjaga agar mampu memenuhi standar mutu
Studi Psikologi yang dilakukan oleh staf pelayanan pendidikan minimal guna
pengajar dengan melakukan manajemen mengimbangi tuntutan perubahan.
pembelajaran secara teratur. Manajemen Pengamatan tentang situasi serta
pembelajaran dapat dilakukan secara teratur kondisi dan perubahan iklim kepemimpinan
dengan melakukan analisis kebutuhan, juga turut mempengaruhi aktivitas dan
perencanaan pembelajaran, perubahan kinerja pengajar (dosen). Dalam
pengorganisasian, pengawasan, dan proses pembelajaran di Program Studi
penilaian. Atmosfir pembelajaran yang Psikologi Fakultas Ilmu Pendidikan
efektif diharapkan mampu menciptakan UNIMA, dapat diamati beberapa faktor yang
lingkungan akademis yang harmonis dan diduga dapat berpengaruh terhadap
produktif, jika fungsi-fungsinya didukung perubahan dan kondisi kinerja akademik
oleh sumber daya manusia yang kompeten khususnya mutu pembelajaran yang ada dan
sesuai dengan bidangnya. Kesesuaian antara dikembangkan selama ini adalah;
implementasi fungsi-fungsi manajemen terdapatnya sebagian staf pengajar yang
pembelajaran dengan tugas-tugas sumber masih kurang integritas dan pemahaman
daya staf pengajar sangat penting bagi terhadap kompetensi yang menjadi tanggung
pengembangan lingkungan akademik yang jawabnya, terutama apabila dilihat dari
tergabung dalam satuan organisasi kinerjanya. Hal ini dapat dipahami dari: (a)
pendidikan. Demikian halnya dengan masih terdapat dosen yang rendah tingkat
manajemen pembelajaran yang dilaksanakan kehadirannya di kelas, (b) sering terlambat,
pada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas dan ada anggota tim yang jarang masuk, (c)
Negeri Manado yang selalu berusaha agar implementasi manajemen pengelolaan kelas
implementasi setiap fungsi manajemen (pembelajaran), (d) penggunaan media dan
pembelajaran secara professional untuk variasi metode pembelajaran, (d) pembinaan
dapat dilaksanakan. dosen pasca pengawasan/monitoring, (e)
Dengan adanya perkembangan pembinaan dan bimbingan studi mahasiswa,
institusi yang ditandai dengan bertambahnya (f) pemeriksaan dan pengembalian tugas
usia lembaga, bertambahnya aset, mahasiswa, (g) pembuatan persiapan
berkembangnya jumlah SDM dosen mengajar, (h) penggunaan fasilitas
(Sumber Daya Manusia), berkembangnya pembelajaran (multimedia, Power Point dan
jumlah mahasiswa yang harus dilayani, internet online) (i) idealisme dalam
pengembangan sistem kelembagaan, melakukan pembimbingan skripsi, dan lain-
berkembangnya teknologi pendukung, dan lain.

Jurnal Forum Pendidikan || Volume 14 Nomor 1, April 2018 | 91


“Evaluasi Kinerja Dosen Program Studi Psikologi FIP UNIMA ....” Tellma M. Tiwa

Untuk mengetahui secara mendalam kesesuaian lama waktu di dalam kelas


faktor-faktor tersebut, diperlukan studi yang dengan bobot sks yang diberikan, dan
komprehensif, khususnya berkenaan dengan jumlah kesalahan selama kurun waktu
pemahaman aspek kinerja dosen dikaitkan tertentu, baik ketika berada di dalam kelas
dengan kompetensi yang menjadi maupun dalam kegiatan-kegiatan lainnya.
sandarannya. Pada kondisi lain Kinerja kualitatif dapat dilihat dari: mutu
implementasi manajemen pembelajaran, pekerjaan, kejujuran, inisiatif sikap, kerja
sangat dipengaruhi oleh ketatnya sistem sama, keandalan, pengetahuan tentang
pengawasan yang secara nyata akan pekerjaan dan tanggung jawab
berdampak terhadap kinerja dosen dalam pengembangan keilmuan yang menjadi ciri
mengembangkan kompetensinya, terutama khas kompetensinya.
dalam mengaplikasikan kemampuan dan Ukuran-ukuran itulah yang selama ini
keterampilan pengelolaan pembelajaran di dijadikan patokan dalam melihat kinerja
dalam maupun di luar kelas. dosen, namun demikian permasalahan yang
Beberapa hasil penelitian timbul apakah ukuran-ukuran teoretis yang
menunjukkan bahwa, mutu lulusan salah selama ini menjadi patokan masih cocok
satunya dapat dipengaruhi oleh untuk mengukur keandalan kinerja dosen
pembelajaran bermutu, pembelajaran apabila didasarkan pada kompetensi dosen
bermutu dipengaruhi oleh tingginya yang terus berkembang. Begitu pula apabila
integritas dosen dalam mengamalkan dilihat dari perubahan sistem pengawasan
kompetensinya. Pengamalan kompetensi dan pembinaan dosen yang selama ini ada.
yang baik dapat diukur dari kinerja dosen itu Perubahan atau perbedaan sistem
sendiri. Namun demikian ukuran-ukuran pengawasan dan pembinaan menyebabkan
kinerja dosen dalam rangka pengamalan perbedaan aktualisasi dan kinerja yang
kompetensi baik itu kompetensi pedagogik, dilakukan dosen.
kepribadian, sosial, dan profesional perlu di Hal itu dapat disadari karena sistem
telaah secara mendasar terutama berkaitan pengawasan atau bentuk-bentuk pembinaan
dengan perilaku-perilaku dosen di dalam lainnya akan mampu melayani dan
maupun di luar kelas khususnya dalam memenuhi kebutuhan pengembangan dosen
mengembangkan kreativitas model-model (capacity building). Untuk itulah keberadaan
pembelajaran inovatif. sistem pengawasan, diharapkan mampu
Ukuran-ukuran kinerja dalam rangka memberikan kontribusi terhadap kualitas
pengamalan kompetensi dapat dicermati dari tatalaksana kerja dosen. Oleh karena itu,
kinerja kuantitatif maupun kinerja kualitatif. pimpinan dituntut untuk mampu
Kinerja kuantitatif dapat dilihat dari: hasil melaksanakan sistem pengawasan yang
kerja, dalam hal ini menyangkut produk- sesuai dengan kondisi yang diharapkan bagi
produk yang dihasilkan dosen seperti; karya peningkatan mutu kinerja dosen.
ilmiah (penelitian, pengabdian masyarakat, Dalam menjawab pertanyaan itu, perlu
buku, jurnal, dan lain-lain), kehadiran di adanya suatu inovasi pemikiran yang lebih
dalam kelas (persentase kehadiran), adaptif terhadap penggalian dan

Jurnal Forum Pendidikan || Volume 14 Nomor 1, April 2018 | 92


“Evaluasi Kinerja Dosen Program Studi Psikologi FIP UNIMA ....” Tellma M. Tiwa

pengembangan ukuran-ukuran kinerja dosen perguruan tinggi sehingga pengembangan


agar lebih sesuai dengan kualitas model pengukuran kinerja dosen merupakan
kompetensi yang disandangnya. Berdasar suatu hal yang harus dilakukan mengingat
atas kondisi tersebut, menganalisis ukuran kehadiran dosen sangat penting dalam
kinerja dosen berdasar pada kompetensi meningkatkan mutu pelayanan
merupakan suatu hal yang inovatif bagi pembelajaran, bimbingan dan pembinaan
peningkatan mutu dosen sekaligus mutu mahasiswa di lingkungan Program Studi
mahasiswa sebagai sasaran pembelajaran di Psikologi FIP UNIMA.

METODE PENELITIAN
Dalam penelitian ini digunakan bidang akademik dan- kemahasiswaan; (7)
metode deskriptif. Variabel dalam penelitian mengembangkan program perkuliahan; (8)
ini adalah kinerja dosen yang terdiri dari: (1) mengembangkan bahan pengajaran; (9)
melaksanakan perkuliahan/tutorial dan menyampaikan orasi ilmiah; (10) membina
menguji serta menyelenggarakan kegiatan kegiatan mahasiswa di bidang akademik dan
pendidikan di laboratorium, praktik kemahasiswaan. (11) membimbing Dosen
keguruan, praktik bengkel/studio/kebun yang lebih rendah jabatannya.
percobaan/teknologi pengajaran; (2) Sasaran penelitian adalah Dosen
membimbing seminar Mahasiswa; (3) Program Studi Psikologi Fakultas Ilmu
membimbing kuliah kerja nyata (KKN), Pendidikan Unima. Pengumpulan data
praktik kerja nyata (PKN), praktik kerja dilakukan dengan menggunakan angket.
lapangan (PKL); (4) membimbing tugas Data yang diperoleh akan dianalisis dengan
akhir penelitian mahasiswa termasuk menggunakan analisis prosentase dengan
membimbing, pembuatan laporan hasil F
rumus: P = x 100%
penelitian tugas akhir; (5) penguji pada ujian N
akhir; (6) membina kegiatan mahasiswa di

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


Deskripsi Penelitian PAUD, dan Program Studi Pendidikan
Penelitian dilakukan pada Fakultas Agama Hindu. Instrumen diedarkan kepada
Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Manado responden yang ditetapkan, secara ramdom
yang terdiri dari 7 Program Studi yaitu dengan besarnya sampel diambil 50% dari
Program Studi Psikologi, Program Studi jumlah populasi. Total dosen sebanyak 142
Bimbingan dan Konseling, Program Studi orang, dan penetapan besarnya sampel
Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Program ditentukan untuk masing-masing program
Studi Pendidikan Luar Sekolah, Program studi di ambil secara proporsional, sebagai
Studi Pendidikan Khusus, Program Studi berikut :
No Program Studi Jumlah Dosen % Jumlah Sampel
1 Psikologi 12 8,45 6
2 Bimbingan dan Konseling 11 7,75 6

Jurnal Forum Pendidikan || Volume 14 Nomor 1, April 2018 | 93


“Evaluasi Kinerja Dosen Program Studi Psikologi FIP UNIMA ....” Tellma M. Tiwa

3 Pendidikan Guru Sekolah Dasar 72 50,70 36


4 Pendidikan Luar Sekolah 15 10,57 8
5 Pendidikan Khusus 18 12,67 9
6 Pendidikan Anak Usia Dini 6 4,23 3
7 Pendidikan Guru Agama Hindu 8 5,63 4
Jumlah 142 100 72
Berdasarkan komputasi sebagai tabel dan tugas penunjang paling sedikit sepadan
di atas dapat diketahui bahwa besarnya dengan 3 (tiga) SKS.
sampel 72. Dengan demikian, maka Dharma pendidikan dan penelitian
instrumen yang dibuat diedarkan kepada 72 merupakan dharma yang harus dilakukan
dosen secara proporsional pada 7 program dengan prosentase waktu lebih besar karena
studi. dharma ini adalah hal yang paling
Pembahasan bersentuhan dengan mahasiswa. Di bidang
Dalam melaksanakan tugasnya, dosen pendidikan dan pengajaran, setiap dosen
adalah pendidik profesional dan ilmuwan dituntut melaksanakan tugasnya untuk
dengan tugas utama mentransformasikan, memenuhi standar minimal yang ditetapkan.
mengembangkan dan menyebarluaskan ilmu Dalam bidang pendidikan dan pengajaran
pengetahuan, teknologi, dan sen! melalui dosen melakukan semua aktivitasnya dalam
pendidikan, penelitian dan pengabdian proses pendidikan yang dalam penelitian ini
kepada masyarakat. Tugas utama dosen bibahas sebagai berikut:
tersebut adalah melaksanakan tridharma Dalam hal melaksanakan perkuliahan,
perguruan tinggi dengan beban kerja paling dosen melakukan perkuliahan sesuai dengan
sedikit sepadan dengan 12 (dua belas) sks tugasnya masing-masing dalam setiap team
dan paling banyak 16 (enam belas) sks pada teaching sesuai penugasan yang diberikan
setiap semester sesuai dengan kualifikasi kepada masing-masing dosen. Silabus dibuat
akademiknya dengan ketentuan melakukan dirancang sesuai dengan untuk mencapai
pendidikan dan penelitian paling sedikit visi dan misi program studi dan fakultas,
sepadan dengan 9 (sembilan) sks yang yang dikembangkan sesuai dengan
dilaksanakan di perguruan tinggi yang kebutuhan pemangku kepentingan.
bersangkutan, melakukan pengabdian Pembuatan silabus dalam tim pengajar
kepada masyarakat dapat dilaksanakan dikoordinasikan oleh ketua tim dan dibuat
melalui kegiatan pengabdian kepada bersama-sama dengan anggota tim agar
masyarakat yang diselenggarakan oleh terjadi kesamaan persepsi dan pemahaman
perguruan tinggi yang bersangkutan atau bersama terhadap silabus yang dibuat
melalui lembaga lain sesuai dengan sebelum disampaikan kepada mahasiswa
peraturan perundang undangan, tugas sebagai materi perkuliahan.
penunjang tridarma perguruan tinggi dapat Setiap awal semester dosen membuat
diperhitungkan sks nya sesuai dengan satuan acara perkuliahan (SAP) mata kuliah
peraturan perundang undangan, tugas yang diampuh di buat berdasarkan silabus
melakukan pengabdian kepada masyarakat yang disusun. SAP yang dibuat disampaikan

Jurnal Forum Pendidikan || Volume 14 Nomor 1, April 2018 | 94


“Evaluasi Kinerja Dosen Program Studi Psikologi FIP UNIMA ....” Tellma M. Tiwa

kepada mahasiswa pada awal perkuliahan, diperhadapkan dengan kegiatan praktis di


mereka mengembangkan SAP sesuai lapangan. Dalam hal ini mereka diarahkan
kebutuhan, membuat modifikasi pada pokok untuk melakukan praktek bidang studi. Di
bahasan tertentu yang dilakukan setiap Fakultas Ilmu Pendidikan, baik program
semester. Tujuan pembelajaran disusun studi kependidikan maupun non-
dengan cara mengembangkan dari materi kependidikan melakukan praktek bidang
yang diajarkan. Dari tujuan pembelajaran studi, Yang mengadakan praktek bidang
yang disusun, dijadikan dasar penyusunan studi, untuk program studi non
soal untuk ujian tengah semester dan ujian kependidikan, mereka melakukan praktek
akhir semester. Penyusunan soal dilakukan bidang studi dalam bentuk magang kerja
dengan berpedoman pada cara pembuatan pada perusahaan atau instansi yang
soal apakah mengacu pada bentuk penilaian berhubungan dengan keilmuan yang
acuan patokan (PAP) atau penilaian acuan ditempuh. Untuk Program studi pendidikan
norma (PAN). melakan praktek bidang studi di sekolah-
Pelaksanaan ujian akhir program sekolah.
pendidikan dilakukan dengan berpedoman Pembimbingan mahasiswa yang
pada pedoman Universitas dan fakultas. mengikuti KKN dilakukan oleh dosen agar
Dosen penguji melaksanakan tugas sesuai program-program yang direncanakan dapat
dengan SK penguji dengan syarat minimal terlaksana sesuai tujuan yang diharapkan.
dosen yang bersangkutan telah mencapai Dosen yang ikut pembimbingan KKN
pangkat lektor. Penguji ditetapkan dengan umumnya dosen yang senior dan banyak
memperhatikan kriteria akademik, terlibat dalam program pengabdian pada
kompetensi dan pembagian tugas. masyarakat. KKN dilakukan agar
Kegiatan laboratorium dilakukan oleh mahasiswa sebelum mencapai kerjasamanya
dosen yang mengadakan praktek sesuai perlu melakukan kegiatan aplikatif tentang
dengan kompetensi yang diharapkan dalam keilmuan yang diperoleh yang disesuaikan
mata kuliah yang melakukan praktek. Di dengan kebutuhan masyarakat, belajar
Fakultas Ilmu Pendidikan, terdapat kepemimpinan dimasyarakat dan belajar
laboratorium komputer untuk semua langsung dimasyarakat tentang bagaimana
program studi, dan laboratorium pendidikan proses pemerintahan, kemasyarakatan,
untuk program studi kependidikan dalam keagamaan di masyarakat.
bentuk laboratorium micro teaching yang Pembimbingan tugas akhir/laporan
digunakan oleh setiap calon guru sebelum penelitian mahasiswa dilakukan pada tahap
mereka mengadakan PPL (program akhir penulisan skripsi mahasiswa.
pengalaman lapangan) sebagai persiapan Pembimbingan dilakukan oleh dosen sesuai
untuk turun ke sekolah mengadakan ril dengan kompetensi keilmuannya untuk
teaching. Dalam rangka mencapai memberikan bantuan pada mahasiswa agar
kompetensi yang diharapkan, maka penulisan laporan penelitiannya memenuhi
mahasiswa calon sarjana tidak hanya belajar azas keilmuan, taat metodologi dan benar-
teori, tetapi mereka juga harus benar bersifat ilmiah. Bahwa dosen yang

Jurnal Forum Pendidikan || Volume 14 Nomor 1, April 2018 | 95


“Evaluasi Kinerja Dosen Program Studi Psikologi FIP UNIMA ....” Tellma M. Tiwa

ditugaskan membimbing oleh pimpinan terutama dosen mudah, karena untuk


fakultas atas usul ketua program studi, pengembangan bahan pengajaran perlu
dianggap layak melakukan tugas itu. Bahwa pengalaman, wawasan dan informasi
terdapat sebagian responden yang menjawab kebutuhan masyarakat tentang ilmu
bahwa mereka tidak pernah membimbing, pengetahuan dan teknologi dan sen! apa
karena mereka adalah dosen mudah yang yang diperlukan di masyarakat.
belum mencapai jabatan lektor karena baru Pembimbingan dosen yang lebih
diangkat. rendah jabatannya dilakukan oleh dosen
Pengembangan bahan pengajaran senior terhadap dosen junior yang berkaitan
dilakukan oleh dosen untuk memberikan dengan kegiatan akademik dibidang
penyegaran terhadap materi perkuliahan pendidikan dan pengajaran. Pembimbingan
yang diperoleh mahasiswa. Setiap dosen dilakukan dalam hal menyusun program
diharapkan selalu mengembangkan bahan perkuliahan, cara memberi kuliah,
pengajaran setiap semester, hal ini penyusunan SAP, Silabus, penggunaan
dimaksudkan agar materi peerkuliahan dapat metode mengajar penilaian tugas dan hasil
disesuaikan dengan kebutuhan stakeholder ujian mahasiswa, pendalaman keilmuan.
(pemangku kepentingan). Pembimbingan dilakukan oleh dosen senior,
Program studi yang meluluskan akan tetapi diskusi juga perlu dilakukan
sarjana yang dibutuhkan di lapangan kerja dengan dosen yang memiliki strata
akan semakin diminati masyarakat. akademik yang lebih tinggi. Seorang doktor
Mengembangkan bahan ajar memerlukan yang memiliki pangkat lebih rendah perlu
wawasan dan pengalaman serta informasi diminta masukan terhadap pengembangan
yang akurat sesuai kebutuhan lapangan kerja bahan pengajaran, serta hasil-hasil riset yang
dimasyarakat. Masih terdapat sebagian memberikan bobot lebih pada materi yang
responden yang menjawab belum diajarkan.
melakukan pengembangan bahan pengajaran

SIMPULAN DAN SARAN


Simpulan akademik serta kualifikasi akademik
1. Terdapat perbedaan peran yang dalam yang dimiliki, memberikan kontribusi
melaksanakan tugas sesuai dengan yang signifikant terhadap kinerja
kewenangan masing-masing dosen akademik dosen Fakultas Ilmu
menurut jabatan akademik yang dimiliki Pendidikan UNIMA dibidang pendidikan
serta kualifikasi akademik setiap dosen. dan pengajaran.
Dosen yang memiliki jabatan akademik 3. Peningkatan kinerja akademik di
yang lebih tinggi berperan lebih dalam pendidikan dan pengajaran dapat terjadi
membina dan bertanggung jawab dalam secara berkesinambungan apabila dosen
kinerja akademik. memiliki kemampuan dan kemauan dan
2. Besarnya peran yang dimiliki setiap memiliki etos kerja yang tinggi.
dosen sesuai dengan pangkat dan jabatan

Jurnal Forum Pendidikan || Volume 14 Nomor 1, April 2018 | 96


“Evaluasi Kinerja Dosen Program Studi Psikologi FIP UNIMA ....” Tellma M. Tiwa

Saran 2. Pembinaan yang konstruktif terhadap hak


1. Pemberian kesempatan dan kewenangan dan kewajiban dosen baik senior dan
kepada setiap dosen dalam junior termasuk pemberian kontra-
mengembangkan potensi yang dimiliki prestasi, dapat memicu semangat dan
sangat penting guna peningkatan kapasitas kerja untuk terciptanya etos
kompetensi dan peningkatan kinerja kerja yang tinggi dalam rangka
untuk memberikan motivasi terhadap meningkatkan kualitas proses dan hasil
terjadinya kreativitas dan inovasi dari kerja sebagai wujud dari kinerja setiap
setiap dosen. dosen.

DAFTAR PUSTAKA
Anton Mirmani, 2009. Evaluasi Hasil thttp://dahlariforum
Penelitian Bidang Humaniora yang .wordpress.com/2009/07/19/faktor-
diterbitkan pada Jurnal Wacana falctor-yang-dapat-mempengaruhi-
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya produktivitas),
Suatu Kajian Bibliometrik. Hartinah, Sri, 2002. Analisis Sitiran
Arikunto, Suharsimi. 1988. Penelitian (Citation Analysis). Kumpulan
Program Pendidikan. Depdikbud Makalah Kursus Bibliometrika.
Dirjen Dikti. PPLPTK. Depok: Pusat Studi Jepang.
Akhmad Sudrajat, (2008) "Teori-teori Herpratiwi, 2003. Evaluasi Kinerja Lulusan
Motivasi"(http://akhmadsudrajat.word D3 PGSD Peningkatan Mutu UNILA
press. com/2008/ 02/06/teori-teori- dalam Proses Pembelajaran di Provinsi
motivasi.html), Lampung. Lampung.
Andi, (2008), "Teori-teori Motivasi" H. Kusnadi, (2002), Pengantar Manajemen
(http://tunggarawae.multiply.com/teori dan Konsepsual & Perilaku,
-teori-motivasi), diakses pada tanggal UNIBRAW, Malang. Gray J. Winardi,
08 September 2012 (2004), Motivasi dan Pemotivasian,
Agung Harsiwi, (2004), "Produktivitas Raja Grafmdo, Jakarta.
Kerja dan Kesempatan Aktualisasi Herzberg, (2003), "Motivasi dan Industri"
Diri" (http://re- (http://digilip.petra.ac.id/jiunkpe-
searchengines.com/agunghaisiwi.html) motivasi-chapter2-.pdf), diakses pada
Baskhoro, (2008), "Pengupahan dan tanggal 08 September 2012
Produktivitas" Rusli Syarif, (1997), Sari Manajemen dan
(http://baskhoro.110mb. com/paper- Produktivitas, Angkasa, Bandung.
pengupahan-dan-produktivitas.pdf), Sinungan, (2003), Produktivitas Apa dan
__________, (2006), "Konsep Motivasi dan Bagaimana, Bumi Aksara, Jakarta.
Manajemen Waktu" Sedarmayanti, (2001), Sumber Daya
(http://deprazz.wordpress. com), Manusia dan Produktivitas Kerja,
Dahlan, (2009), "Faktor-faktor yang Mandar Maju, Bandung.
mempengaruhi produktivitas"

Jurnal Forum Pendidikan || Volume 14 Nomor 1, April 2018 | 97


“Evaluasi Kinerja Dosen Program Studi Psikologi FIP UNIMA ....” Tellma M. Tiwa

Zul Asri, (2008), "Motivasi Dalam teorimotivasi-dalam-manajemen-


Manajemen" .htmll, diakses pada tanggal 08
(http://zulstyle.blogspot.com/ 2008/08/ September 2012.

Jurnal Forum Pendidikan || Volume 14 Nomor 1, April 2018 | 98


“Hubungan Kinerja Akademik Dosen Dengan Motivasi Belajar Mahasiswa ....” Meisie L. Mangantes

HUBUNGAN KINERJA AKADEMIK DOSEN DENGAN MOTIVASI


BELAJAR MAHASISWA PROGRAM STUDI BIMBINGAN KONSELING
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIMA

Meisie L. Mangantes
Fakultas Ilmu Pendidikan UNIMA

ABSTRAK
Penelitian bertujuan untuk mengetahui hubungan kinerja akademik dosen dengan motivasi belajar mahasiswa
program studi bimbingan dan konseling FIP UNIMA. Menggunakan pendekatan kuantitatif yang dirancang sebagai
penelitian korelasional. Penentuan sampel dilakukan dengan mengguakan teknik ”purposive sampling” di mana
sampel penelitian adalah mahasiswa semester VI tahun akademik 2016/2017 yaitu sebanyak 22 orang mahasiswa.
Ditentukannya mahasiswa semester 6 karena dianggap mahasiswa pada semester 6 telah banyak berinteraksi dengan
dosen dalam bidang akademik. Instrumen masing masing variabel dikembangkan dalam bentuk angket. Hipotesis
diuji dengan uji statistik non-parametrik dengan menggunakan teknik analisis korelasi rank Spearman. Hasil
penelitian disimpulkan bahwa Kinerja akademik dosen memiliki hubungan yang signifikan terhadap motivasi
belajar mahasiswa program studi bimbingan dan konseling Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Manado.
Kata Kunci : evaluasi belajar, kinerja.

PENDAHULUAN
Dalam perguruan tinggi Peran, tugas, pengabdian kepada masyarakat (Dirjen
dan tanggung jawab dosen sangat penting Dikti, 2010).
dalam mewujudkan tujuan pendidikan Dosen menjadi parameter penting
nasional, yaitu mencerdaskan kehidupan dalam proses pengendalian kelembagaan
bangsa, meningkatkan kualitas manusia perguruan tinggi karena kedudukannya yang
Indonesia, yang meliputi kualitas sangat sentral, menempatkan dosen sebagai
iman/takwa, akhlak mulia, dan penguasaan SDM utama pemegang kunci operasional
ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni, serta tugas dan tanggung jawab perguruan tinggi.
mewujudkan masyarakat Indonesia yang Dengan kemampuan profesional dan
maju, adil, makmur, dan beradab. Untuk hubungan yang dekat dengan mahasiswa
melaksanakan fungsi, peran, dan kedudukan dan sejawat, dosen sangat menentukan
yang sangat strategis tersebut, diperlukan perkembangan institusi, memhubungani
dosen yang profesional. Dosen yang lingkungan intelektual dan sosial kehidupan
profesional memiliki kompeten untuk kampus. Oleh sebab itu, berbagai upaya
melaksanakan tugas pokok dosen yaitu yang dilakukan dengan tujuan untuk
kompetensi pedagogik, profesional, meningkatkan kinerja dosen sebagai tenaga
kepribadian dan sosial yang diperlukan pengajar di perguruan tinggi secara
dalam praktek pendidikan, penelitian, dan komprehensif perlu dilakukan agar fungsi

Jurnal Forum Pendidikan || Volume 14 Nomor 1, April 2018 | 99


“Hubungan Kinerja Akademik Dosen Dengan Motivasi Belajar Mahasiswa ....” Meisie L. Mangantes

dan perannya dapat terlaksana secara menjadi tinggi. Mahasiswa yang berada di
maksimal. Universitas Negeri Manado lingkungan masyarakat yang memiliki
sebagai institusi kependidikan, dituntut kepedulian terhadap belajar. Begitu juga
peran sertanya dalam menjawab tantangan sebaliknya, mahasiswa yang berada di
kualitas pendidikan. Untuk menghasilkan lingkungan masyarakat yang kurang peduli
lulusan yang berkualitas, dibutuhkan terhadap belajar anak memiliki motivasi
proses yang baik agar lulusan memiliki yang rendah dalam hal belajar.
kompetensi kognitif, afektif maupun Bimbingan dan Konseling merupakan
psikomotor. salah satu program studi yang ada di
Sebagai tenaga pengajar, dosen lingkungan Fakultas Ilmu Pendidikan
dituntut memiliki kemampuan dan kinerja Universitas Negeri Manado melaksanakan
yang baik sebab dosen sebagai tenaga kegiatan belajar mengajar. Dalam proses
pendidik selalu berinteaksi dengan pembelajaran setiap dosen memiliki tugas
mahasiswa. Keaktifan dosen dalam dan tanggung jawab dalam menyiapkan
memberikan perkuliahan dan keaktifan mahasiswa menjadi tenaga guru bimbingan
mahasiswa dalam mengikuti proses dan konseling yang berkualitas. Untuk
pembelajaran menjadi kunci dalam proses menjadi tenaga guru bimbingan konseling
pembelajaran. Sedangkan keaktifan yang berkualiatas maka setiap mahasiswa
mahasiswa tidak lepas dari kemampuan diharapkan memiliki motivasi belajar yang
dosen mengelola proses pembelajaran tinggi. Motivasi belajar yang tinggi dari
termasuk membangkitkan motovasi belajar mahasiswa tidak hanya ditentukan oleh
bagi mahasiswa dalam meraih prestasi kualitas belajar mereka tetapi juga peran
belajar yang lebih baik. Peran dosen dalam dosen dalam proses proses pembelajaran.
proses pembelajaran seperti student center Hasil observasi yang dilakukan
learning, lebih banyak sebagai penyedia jasa menunjukkan bahwa tidak semua mahasiswa
(provider) pembelajaran, sedangkan bimbingan dan konseling memiliki motivasi
mahasiswa sebagai pelanggan (customer) belajar yang tinggi. Masih ada beberapa di
pembelajaran. antara mereka yang sering tidak membuat
Dalam hal pembelajaran, seorang tugas dan tidak aktif berpartisipasi dalam
dosen harus mampu mengelola mata kuliah kegiatan perkuliahan. Keadaan ini diduga
yang jadi tanggungjawabnya yang hasilnya bahwa terdapat dosen yang belum
diorientasikan kepada capaian sasaran mutu melakukan perannya sebagai tenaga
program studi, sasaran mutu fakultas dan akademik profesional. Oleh karena itu perlu
pada akhirnya pada sasaran mutu melakukan penelitian tentang “Hubungan
universitas. Sasaran mutu bisa tercapai bila Kinerja akademik dosen dengan Motivasi
mahasiswa memiliki motivasi yang tinggi Belajar Mahasiswa Program Studi
dalam proses perkuliahan. Motivasi belajar Bimbingan Konseling Fakultas Ilmu
mahasiswa merupakan suatu hal yang sangat Pendidikan Universitas Negeri Manado.
penting, sebab dengan adanya motivasi ini, Permasalahan dalam penelitian
gairah dan semangat belajar mahasiswa dibatasi pada kinerja akademik dosen

Jurnal Forum Pendidikan || Volume 14 Nomor 1, April 2018 | 100


“Hubungan Kinerja Akademik Dosen Dengan Motivasi Belajar Mahasiswa ....” Meisie L. Mangantes

dengan motivasi belajar mahasiswa yang motivasi seseorang untuk bertingkah laku.
dirumuskan sebagai berikut: Dengan motivasi yang besar, maka
Bagaimana hubungan kinerja seseorang akan melakukan sesuatu
akademik dosen dengan motivasi belajar pekerjaan dengan lebih memusatkan pada
mahasiswa program studi bimbingan dan tujuan dan akan lebih intensif pada proses
konseling FIP UNIMA. pengerjaannya. Dalam kegiatan belajar,
Penelitian ini bertujuan untuk menurut Sardiman, (1986) Motivasi belajar
mengetahui hubungan kinerja akademik adalah keseluruhan daya penggerak dalam
dosen dengan motivasi belajar mahasiswa diri siswa yang menimbulkan kegiatan
program studi bimbingan dan konseling FIP belajar, yang menjamin kelangsungan dari
UNIMA. kegiatan belajar dan memberikan arah pada
Motivasi Belajar kegiatan belajar, sehingga tujuan yang
Motivasi merupakan tenaga pendorong dikehendaki oleh subyek belajar itu dapat
yang mendorong manusia untuk bertindak tercapai.
atau melakukan sesuatu. Sedangkan Motivasi dapat dibedakan menjadi
motivasi belajar adalah keseluruhan daya motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik
penggerak psikis di dalam diri seseorang (Sardiman, 2005:189). Motivasi instrinsik
yang menimbulkan kegiatan belajar, adalah motif-motif yang menjadi aktif atau
menjamin kelangsungan kegiatan belajar berfungsinya tidak perlu dirangsang dari
dan memberikan arah pada kegiatan belajar luar, karena dalam diri setiap individu sudah
itu demi mencapai suatu tujuan. Hal tersebut ada dorongan untuk melakukan sesuatu.
sejalan dengan pendapat Dimyati dan Sedangkan motivasi ekstrinsik adalah motif-
Mudjiono (2006:80) “Motivasi dipandang motif yang aktif dan berfungsinya karena
sebagai dorongan mental yang adanya perangsang dari luar. Sejalan dengan
menggerakkan dan mengarahkan perilaku itu pula, Suryabrata (1994:72) juga membagi
manusia termasuk perilaku belajar”. motivasi menjadi 2 yaitu: a) motivasi
Berkaitan pendapat tersebut, Ratumanan ekstrinsik, yaitu motivasi yang berfungsi
(2002:72) mengatakan bahwa; “Motivasi karena adanya rangsangan dari luar; dan b)
adalah sebagai dorongan dasar yang motivasi intrinsik, yaitu motivasi yang
menggerakkan seseorang bertingkah laku”. berfungsi meskipun tidak mendapat
Sedangkan motivasi belajar adalah rangsangan dari luar.
“Keseluruhan daya penggerak psikis di Dari uraian di atas dapat disimpulkan
dalam diri siswa yang menimbulkan bahwa motivasi belajar pada dasarnya ada
kegiatan belajar, menjamin kelangsungan dua yaitu: motivasi yang datang sendiri dan
kegiatan belajar dan memberikan arah pada motivasi yang ada karena adanya
kegiatan belajar itu demi mencapai suatu rangsangan dari luar. Kedua bentuk motivasi
tujuan. belajar ini sangat berhubungan terhadap
Hubungan motivasi terhadap prestasi belajar. Setiap motivasi itu
seseorang tergantung seberapa besar berhubungan erat hubungan dengan tujuan
motivasi itu mampu membangkitkan atau suatu cita-cita. Semakin tinggi suatu

Jurnal Forum Pendidikan || Volume 14 Nomor 1, April 2018 | 101


“Hubungan Kinerja Akademik Dosen Dengan Motivasi Belajar Mahasiswa ....” Meisie L. Mangantes

tujuan itu, maka makin kuat motivasi kemampuan dan kecakapan yang berguna
seseorang untuk mencapai tujuan. bagi kehidupannya dan diperlukan untuk
Purwanto (1996:70) mengatakan memasuki dunia kerja.
bahwa fungsi motivasi ada tiga yaitu: a) Berkenaan dengan kemampuan yang
motivasi itu mendorong manusia untuk perlu dimiliki dosen, Achmad Sanusi dan
berbuat atau bertindak, motivasi ini Rochman Natawidjaja
berfungsi sebagai penggerak atau sebagai (1991:38) menyatakan secara konseptual
motor yang memberikan energi kepada kemampuan yang perlu dimiliki dosen,
seseorang untuk melakukan sesuatu) antara lain: (1). Kemampuan professional
motivasi itu menentukan arah perbuatan ke meliputi penguasaan materi bahan
arah perwujudan suatu tujuan atau cita-cita, ajar,konsep-konsep keilmuan bahan ajar
dalam hal ini motivasi mencegah tersebut, landasan kependidikan, proses-
penyelewengan dari jalan yang harus proses pendid ikan dan pembelajaran
ditempuh untuk mencapai tujuan itu, peserta didik. (2) Kemampuan social
sehingga makin jelas tujuan itu, makin jelas meliputi kemampuan untuk menyesuaikan
pula terbentang jalan yang harus ditempuh dirikepada tujuan kerja dan lingkungan
dan c) motivasi itu menyeleksi perbuatan sekitar sewaktu menjalankan tugas sebagai
kita, artinya menentukan perbuatan mana pengajar. (3) Kemampuan personal meliputi
yang dilakuan, yang serasi, guna mencapai penampilan sikap positif atas situasikerja
tujuan itu dengan mengenyampingkan sebagai pengajar dan situasi pendidikan,
perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan pemahaman atas nilai-nilai yang seharusnya
itu. dianut oleh seorang pengajar dan
Kinerja Akademik Dosen penampilannya untuk menjadikan dirinya
Dalam Undang-undang Guru sebagai panutan dan teladan anak didiknya.
dan Dosen No.4 Tahun 2005 Pasal 3, ayat 1 Kinerja merupakan hasil atau tingkat
dikemukakan dosen mempunyai kedudukan keberhasilan seseorang secara keseluruhan
sebagai tenaga profesional pada jenjang selama periode tertentu di dalam
pendidikan tinggi yang diangkat sesuai melaksanakan tugas dengan berbagai
dengan peraturan perundang-undangan. kemungkinan, seperti standar hasil kerja,
Lebih jauh dikemukakan bahwa dosen target atau sasaran atau kriteria yang telah
adalah pendidik profesional dan ilmuwan ditentukan terlebih dahulu dan telah
dengan tugas utama menstransformasikan, disepakati bersama. Depdiknas (2004),
mengembangkan, dan menyebarluaskan menyatakan kinerja dosen
ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni adalah kemampuan untuk melaksanakan
melalui pendidikan, penelitian, dan pekerjaan atau tugas yang
pengabdian kepada masyarakat. Tugas dimiliki dosen dalam menyelesaikan suatu
utama dosen adalah sebagai pendidik. pekerjaannya. Prestasi kerja atau
Sebagai pendidik, dosen mengemban tugas penampilan kerja (performance). Kinerja
dan tanggung jawab untuk mendidik atau performansi dapat diartikan sebagai
mahasiswa menjadi individu yang memiliki presentasi kerja, pelaksanaan kerja,

Jurnal Forum Pendidikan || Volume 14 Nomor 1, April 2018 | 102


“Hubungan Kinerja Akademik Dosen Dengan Motivasi Belajar Mahasiswa ....” Meisie L. Mangantes

pencapaian kerja, hasil kerja atau unjuk teknologi;Membuat rancangan dan karya
kerja (LAN, 2004). seni; Melaksanakan pengabdian kepada
Untuk lebih memahami tentang masyarakat, meliputi : Menduduki jabatan
kinerja dosen, berkaitan dengan hal pimpinan dalam lembaga pemerintah/
itu,dalam Keputusan Menteri Negara pejabat Negara sehingga harus dibebaskan
Koordinator Bidang Pengawasan dari jabatan organiknya; Melaksanakan
Pembangunan dan Pemberdayaan Aparatur pengembangan hasil pendidikan dan
Negara No.30/KEP/ MK WASPAN/8/1999, penelitian yang dapat dimanfaatkan oleh
tentang Jabatan Fungsional Dosen dan masyarakat, Memberi latihan/penyuluhan/
Angka Kreditnya. Dalam Kepmen tersebut penataran pada masyarakat, Memberi
dinyatakan bahwa tugas pokok dosen pelayanan kepada masyarakat atau kegiatan
adalah melaksanakan pendidikan dan lain yang menunjang pelaksanaan tugas
pengajaran pada perguruan tinggi, umum pemerintahan dan pembangunan,
penelitian serta pengabdian kepada Membuat/menulis karya pengabdian pada
masyarakat. Selanjutnya unsur utama kinerja masyarakat.
dosen dinyatakan dalam Bab II pasal 4 Hipotesis
ayat (2), yaitu: melaksanakan penelitian dan Berdasarkan penjelasan di atas maka
pengembangan serta menghasilkan karya diajukan hipotesis dalam penelitian ini yaitu
ilmiah, karya teknologi, karya seni : Terdapat hubungan kinerja dosen dalam
monumental/seni, pertunjukkan dankarya bidang akademik dengan motivasi belajar
sastra, meliputi: Menghasilkan karya mahasiswa program studi bimbingan
penelitian; Menerjemahkan/menyadur buku konseling Fakultas Ilmu Pendidikan
ilmiah; Mengedit/menyunting karya ilmiah; Universitas Negeri Manado.
Membuat rancangan dan karya

METODE PENELITIAN
Dalam penelitian ini digunakan yang berkaitan dengan Pendidikan dan
pendekatan kuantitatif yang dirancang pengajaran meliputi:
sebagai penelitian korelasional. Adapun a. Melaksanakan program kerja sesuai
Variabel-variabel dalam penelitian ini rencana,
meliputi: variabel kinerja dosen dalam b. Mempersiapkan bahan perkuliahan,
bidang akademik, dan variable motivasi c. Member perkuliahan,
belajar mahasiswa. Kinerja dosen d. respons,
adalah kemampuan untuk melaksanakan e. tugas,
pekerjaan atau tugas yang f. ujian,
dimiliki dosen dalam menyelesaikan suatu g. evaluasi,
pekerjaannya. h. penilaian,
Dalam penelitian ini, yang diteliti i. menjadi pembimbing,
adalah kinerja dosen di bidang akademik j. sponsor dalam penyusunan skripsi,
k. penguji dalam sidang.

Jurnal Forum Pendidikan || Volume 14 Nomor 1, April 2018 | 103


“Hubungan Kinerja Akademik Dosen Dengan Motivasi Belajar Mahasiswa ....” Meisie L. Mangantes

Sedangkan variabel motivasi belajar ”purposive sampling” yaitu penentuan


adalah keseluruhan daya penggerak dalam sampel berdasarkan pertimbangan, dimana
diri siswa yang menimbulkan kegiatan yang menjadi sampel dalam penelitian ini
belajar, yang menjamin kelangsungan dari adalah mahasiswa program studi bimbingan
kegiatan belajar dan memberikan arah pada dan konseling semester VI tahun akademik
kegiatan belajar, sehingga tujuan yang 2016/2017 yaitu sebanyak 22 orang
dikehendaki oleh subyek belajar itu dapat mahasiswa. Ditentukannya mahasiswa
tercapai, dengan indikator yaitu. semester 6 karena dianggap mahasiswa pada
1. Adanya hasrat dan keinginan berhasil, semester 6 telah banyak berinteraksi dengan
2. Adanya dorongan dan kebutuhan dalam dosen dalam bidang akademik. Dalam
belajar, penelitian ini instrumen masing masing
3. Adanya harapan dan cita-cita masa variabel dikembangkan dalam bentuk
depan, angket.
4. Adanya penghargaan dalam belajar, Hipotesis dalam penelitian ini diuji
5. Adanya kegiatana yang menarik dalam dengan uji statistik non-parametrik dengan
belajar, menggunakan teknik analisis korelasi rank
6. Adanya lingkungan belajar yang Spearman yaitu.
kondusif. 6 ∑ d2
Dalam penelitian, penentuan sampel = 1 - ------------------
dilakukan dengan mengguakan teknik n (n2-1)

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


Hasil analisis terhadap data hasil dengan baik agar mahasiswa tertarik dan
penelitian diperoleh rs = 0.806. dengan memicu semangat belajar yang tinggi, dosen
membandingkan hasil penelitian dengan rs harus selalu rajin memberi perkuliahan, serta
tabel pada n=24 dan α = 0.05 ditemukan selalu merespons terhadap perkuliahan
bahwa r tabel pada angka 0.66 maka dapat termasuk hal-hal yang menyangkut
dismpulkan bahwa hipotesis yang diajukan kebutuahn mahasiswa apabila mahasiswa
yaitu kinerja kademik dosen dalam membutuhkan bimbingan, memberikan
penelitian ini memiliki hubungan yang tugas secara teratur dan selalu memerikasa,
signifikan terhadap motivasi belajar memberikan koreksi dan menilai pekerjaan
mahasiswa Program Studi Bimbingan mahasiswa, memberikan evaluasi dan
Konseling Faklutas Ilmu Pendidikan menjadi pamong bagi mahasiswa.
Universitas Negeri Manado dapat diterima. Dalam hal motivasi belajar mahasiswa
Oleh karena itu, dalam hal kinerja dosen diupayakan agar selalu muncul daya
dalam bidang akademik seyogianya perlu penggerak dalam diri mahasiswa yang
selalu melaksanakan tugas secara terstruktur menimbulkan kegiatan belajar, yang dapat
dan teratur terhadap program kerja sesuai menjamin kelangsungan dari kegiatan
rencana, dosen hendaknya selalu belajar serta memberikan arah pada kegiatan
mempersiapkan bahan-bahan perkuliahan belajar yang efektif, sehingga tujuan yang

Jurnal Forum Pendidikan || Volume 14 Nomor 1, April 2018 | 104


“Hubungan Kinerja Akademik Dosen Dengan Motivasi Belajar Mahasiswa ....” Meisie L. Mangantes

dapat mencapai prestasi yang maksimal. ada penghargaan terhadap prestasi belajar
Diharapkan dalam diri mahasiswa akan mahasiswa, adanya kegiatana yang menarik
timbul hasrat dan keinginan berhasil, dalam belajar, serta terciptanya lingkungan
dorongan dan kebutuhan dalam belajar, belajar yang kondusif.
harapan dan cita-cita masa depan, tetapi juga

SIMPULAN DAN SARAN


Berdasarkan hasil penelitian, dan uji belajar mahasiswa program studi bimbingan
hipotesis yang dilakukan dapat disimpulkan dan konseling Fakultas Ilmu Pendidikan
bahwa Kinerja akademik dosen memiliki Universitas Negeri Manado.
hubungan yang signifikan terhadap motivasi

DAFTAR PUSTAKA
Afifuddin dan Sutikno, Sobry. Slemato, 2003. Belajar dan faktor-faktor
2008. Pengelolaan pendidikan. yangMemhubunganinya .Jakarta: PT.
Departemen Pendidikan dan Rineka cipta.
Kebudayaan. 1996. Kamus besar Sutikno, M. S. 2007. Menggagas
Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pembelajaran Efektif Dan Bermakna ,
Pustaka. Mataram : NTP Pres
Jamaris, Martini. 2013. Orientasi Baru Sutikono, Subri. 2008. Landasan Pendidikan
Dalam Fisiologi Pendidikan. Bogor: Bandung. Presfect.
Penerbit Gahlia Indonesia. Syaipul bahri .2002. Fisikologi
Pidarta, Made. 2007. Landasan Belajar.Cetakan I. Jakarta : Rimeka
Kependidikan. Jakarta .PT. Asdi Cipta
Mahasatya. Uno, B Hamzah ,2008. Teori Motivasi dan
Santrok, Jon W. 2011. Fisikologi Pendidikan Pengukurannya : Analisis Dibidang
.Jakarta :Salemba Humanika Pendidikan : Jakarta Bumi Aksara
Sardiman, A,M. 1990. Interaksi dan
Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta:
Rajawali.

Jurnal Forum Pendidikan || Volume 14 Nomor 1, April 2018 | 105


“Penggunaan Layanan Informasi Untuk Meningkatkan Minat Belajar Siswa ....” Threesje Tolukun

PENGGUNAAN LAYANAN INFORMASI UNTUK MENINGKATKAN


MINAT BELAJAR SISWA KELAS XI JURUSAN TEKNIK SEPEDA
MOTOR SMK NEGERI TUMPAAN

Threesje Tolukun
Fakultas Ilmu Pendidikan UNIMA

ABSTRAK
Tujuan penelitian adalah mengetahui dan mendeskripsikan: (1) Penggunaan Layanan informasi dalam
kegiatan belajar mengajar dapat meningkatkan minat belajar siswa kelas XI jurusan teknik sepeda motor SMK
Negeri Tumpaan (2) Dampak Penggunaan Layanan informasi dalam Kegiatan Belajar Mengajar pada Siswa. Hasil
siklus I, ditemukan bahwa klien mulai mampu meningkatkan minat belajarnya. Salah satu aspek yang terlihat siswa
sudah menyusun dan memiliki jadwal belajar di rumah. Jadwal ini kemudian dilakukan secara teratur oleh siswa.
Siklus II, bahwa kegiatan PTBK untuk masalah minat belajar siswa telah menunjukkan adanya perubahan yang baik.
Layanan Informasi merupakan layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan konseli memahami
lingkungan yang baru dimasuki konseli, untuk mempermudah dan memperlancar berperannya konseli di lingkungan
yang baru. Dengan melaksanakan layanan ini siswa dapat memahami cara menyesuaian diri terhadap tuntutan
memiliki minat belajar yang dapat mempengaruhi prestasi belajarnya.
Kata Kunci : evaluasi belajar, kinerja.

PENDAHULUAN
Perkembangan Ilmu pengetahuan dan tentang layanan informasi, seperti apa yang
teknologi semakin mendorong upaya-upaya disampaikan oleh Hamalik (1994), bahwa
pembaharuan dalam pemanfaatan hasil-hasil dalam mengunakan layanan informasi guru
teknologi dalam proses belajar. Guru harus memahami tentang: (1) media sebagai
dituntut agar menggunakan alat-alat yang alat komunikasi guna lebih mengefektifkan
dapat disediakan oleh sekolah, tidak proses belajar mengajar, (2) fungsi media
menutup kemungkinan bahwa alat-alat dalam rangka mencapai tujuan pendidikan,
tersebut sesuai dengan perkembangan dan (3) seluk beluk proses belajar, (4) hubungan
tuntutan zaman. Guru harus dapat antara metode mengajar dengan media
menggunakan alat yang murah dan efisien pendidikan, (5) nilai atau manfaat media
meskipun sederhana dan bersahaja tetapi pendidikan dalam pengajaran, (6) pemilihan
merupakan keharusan dalam upaya dan penggunaan media pendidikan, (7)
mencapai tujuan pengajaran yang berbagai jenis alat dan teknik media
diharapkan (Arsyad, 2003). pendidikan, (8) media pendidikan dalam
Untuk itu dalam menggunakan setiap mata pelajaran, dan (9) usaha inovasi
layanan informasi guru harus memiliki dalam pendidikan.
pengetahuan dan pemahaman yang cukup

Jurnal Forum Pendidikan || Volume 14 Nomor 1, April 2018 | 106


“Penggunaan Layanan Informasi Untuk Meningkatkan Minat Belajar Siswa ....” Threesje Tolukun

Fenomena-fenomena tersebut di atas, layanan informasi kegiatan belajar siswa


mendorong peneliti untuk melakukan suatu akan lebih membawa pemikiran siswa
penelitian tindakan (action research) dalam kepada kehidupan sehari-hari.
kegiatan belajar mengajar dengan Dengan penelitian tindakan kelas yang
menggunakan layanan informasi pada siswa dilakukan peneliti tersebut, maka muncul
kelas XI jurusan teknik sepeda motor SMK beberapa permasalahan dalam kegiatan
Ngeri Tumpaan. Beberapa alasan penelitian ini. Mengapa layanan informasi
pentingnya layanan informasi digunakan sangat penting digunakan dalam upaya
dalam kegiatan belajar mengajar dalam meningkatkan minat belajar siswa dalam
penelitian tindakan ini, adalah: (1) dengan rangkaian kegiatan belajar mengajar ?.
layanan informasi siswa belajar akan lebih Apakah dampak penggunaan layanan
kongkrit dan tidak verbalisme, (2) siswa informasi dalam kegiatan belajar mengajar?
lebih memiliki motivasi dalam belajar, sebab Hal ini perlu dibuktikan dalam penelitian
dengan layanan informasi, kegiatan belajar tindakan ini, khususnya pada upaya
akan lebih menarik, (3) kegiatan belajar meningkatkan minat belajar siswa kelas XI
lebih bervariatif, (4) siswa dapat melakukan jurusan teknik sepeda motor SMK Negeri
kegiatan belajar sendiri dengan layanan Tumpaan.
informasi yang dihadapi, dan (5) dengan

METODE PENELITIAN
Rancangan dalam penelitian ini adalah Rancangan penelitian tindakan ini,
rancangan penelitian tindakan. Penelitian dilakukan secara kolaboratif antara peneliti
tindakan merupakan merupakan intervensi dengan guru-guru kelas XI jurusan teknik
skala kecil terhadap tindakan dunia nyata sepeda motor SMK Negeri Tumpaan.
dan pemeriksaan cermat terhadap pengaruh Subyek dalam penelitian ini
intervensi tersebut (Cohen dan Mantion, ditentukan berdasarkan pertimbangan-
(1980) yang dikutip oleh Zuriah, (2003). pertimbangan tertentu. Pertimbangan
Rancangan dalam penelitian ini tersebut adalah faktor perbedaan
direncanakan melalui beberapa tahap kemampuan belajar antara siswa, dan
perencanaan, diantarannya: (1) refleksi awal, kondisi lingkungan objek penelitian. Subjek
(2) peneliti merumuskan permasalahan penelitian ini adalah siswa kelas XI jurusan
secara operasional, (3) peneliti merumuskan teknik sepeda motor SMK Negeri Tumpaan,
hipotesis tindakan, dan (4) menetapkan dan yang berjumlah 22 siswa.
merumuskan rancangan tindakan.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


Pelaksanaan PTBK informasi. Gambaran kondisi awal tentunya
Untuk pelaksanaan penelitian ini, menjadi patokan pelaksanaan tindakan yang
dapat digambarkan kondisi awal siswa harus dilakukan oleh peneliti.
sebelum diberikan tindakan layanan

Jurnal Forum Pendidikan || Volume 14 Nomor 1, April 2018 | 107


“Penggunaan Layanan Informasi Untuk Meningkatkan Minat Belajar Siswa ....” Threesje Tolukun

Data kondisi awal siswa tentang tabel 4. 1 di bawah ini :


konsep diri yang positif dapat dilihat pada
Tabel 4. 1 Hasil Observasi Minat Belajar Siswa Sebelum Pelaksanaan Tindakan
Minat Belajar
No Subjek Penelitian Rajin Belajar Tekun Belajar Rapi Dalam Memiliki Jadwal
(Siswa) Mengerjakan Tugas Belajar
1 1 Tidak Tidak Tidak Tidak
2 2 Tidak Ya Tidak Tidak
3 3 Tidak Tidak Tidak Tidak
4 4 Tidak Ya Tidak Tidak
5 5 Tidak Tidak Tidak Tidak

Berdasarkan kondisi ini, maka observasi, dan refleksi dilakukan dalam


dirancanglah kegiatan tindakan untuk dapat suatu proses layanan bimbingan yang utuh.
meningkatkan minat belajar siswa melalui Hal ini dimaksudkan agar guru pembimbing
layanan informasi. (peneliti) dengan mudah memahami
Siklus I permasalahan secara detail dan masing-
Sebelum melaksanakan tindakan pada masing subyek, serta dapat mengambil
siklus I, peneliti membuat terlebih dahulu langkah tepat untuk mengatasinya.
perencanaan tindakan yang diberikan kepada Refleksi dimaksudkan sebagai upaya
klien (siswa). Dalam penelitian ini peneliti untuk mengkaji apakah yang telah dan
menerapkan layanan informasi sebagai belum terjadi, apa yang dihasilkan,
layanan utama yang akan diberikan kepada mengenai hal itu terjadi dan apa yang perlu
siswa kelas XI jurusan teknik sepeda motor dilakukan selanjutnya. Setelah melakukan
di SMK Negeri Tumpaan. tindakan sesuai rencana kegiatan ternyata
Siklus I dilaksanakan pada tanggal 3 ditemukan bahwa klien mulai mampu
Desember 2015 sampai dengan 9 Desember meningkatkan minat belajarnya. Salah satu
2015, dengan jumlah pertemuan sebanyak aspek yang terlihat, para siswa sudah
tiga kali selama satu minggu. Tepatnya di menyusun dan memiliki jadwal belajar di
ruang kelas XI jurusan teknik sepeda motor rumah. Jadwal ini kemudian dilakukan
SMK Negeri Tumpaan. Setiap pertemuan secara teratur oleh siswa, walaupun
diselenggarakan dengan alokasi waktu 2 x belajarnya itu dilatar belakangi kalo ada
45 menit. Adapun pelaksanaan tindakan tugas dari guru bidang studi.
sesuai skenario proses layanan informasi Berdasarkan hasil dari pelaksanaan
dari tahap persiapan sampai dengan tahap siklus I, maka dapat dikatakan bahwa
akhir. kegiatan PTBK untuk masalah minat belajar
Sesuai tindakan dilaksanakan dalam siswa di kelas XI jurusan teknik sepeda
situasi bimbingan yang aktual. Pada saat motor SMK Negeri Tumpaan, telah
pelaksanaan tindakan, kegiatan pengamatan, menunjukkan adanya perubahan dalam
pengisian lembar cek, dan interpretasi indikator minat belajar. Dengan hasil ini,
dilakukan secara bersamaan dengan kegiatan maka akan dilanjutkan pada siklus II.
refleksi. Penggabungan kegiatan tindakan, Mengingat hasil pencapaian dari beberapa

Jurnal Forum Pendidikan || Volume 14 Nomor 1, April 2018 | 108


“Penggunaan Layanan Informasi Untuk Meningkatkan Minat Belajar Siswa ....” Threesje Tolukun

siswa masih belum maksimal, sehingga dalam pembelajaran, juga mulai terlihat,
masih dibutuhkan tindakan agar perubahan sehingga para guru yang mengajar, memberi
yang dihasil dapat lebih baik. informasi bahwa siswa-siswa tersebut sudah
Siklus II mulai rajin.
Hasil refleksi penelitian pada siklus I, Berdasarkan hasil dari pelaksanaan
peneliti memutuskan untuk memperbaiki siklus II, maka dapat dikatakan bahwa
tahap pelaksanaan bimbingan kelompok dan kegiatan PTBK untuk masalah minat belajar
lebih mengarahkan siswa untuk percaya diri siswa di kelas XI jurusan teknik sepeda
sebagai modal untuk dapat memperbaiki motor SMK Negeri Tumpaan, telah
konsep dirinya. Siklus II terdiri dari empat menunjukkan adanya perubahan yang baik.
kegiatan utama yaitu perencanaan, tindakan, Hasilnya ini, tentunya memperlihatkan,
pengamatan, dan refleksi. Berikut hasil bahwa layanan informasi sudah dapat
penelitian siklus II yang telah dilakukan oleh dilakukan guru dengan maksimal.
peneliti : Hasil Penelitian
Sebelum melaksanakan tindakan pada Siswa di kelas XI jurusan teknik
siklus I, peneliti membuat terlebih dahulu sepeda motor SMK Negeri Tumpaan, hanya
perencanaan tindakan yang diberikan kepada dua siswa yang menunjukkan sikap tekun
klien (siswa). Dalam penelitian ini peneliti belajar. Namun hasil ini sedikit berubah
menerapkan layanan informasi sebagai ketika guru melaksanakan tindakan, terlihat
layanan utama yang akan diberikan kepada pada tabel IV.4, bahwa dari 5 siswa yang
siswa kelas XI jurusan teknik sepeda motor mengalami masalah, semuanya
di SMK Negeri Tumpaan. menunjukkan adanya peningkatan pada
Pada saat pelaksanaan tindakan, indikator memiliki jadwal belajar, rapi
kegiatan pengamatan, pengisian lembar cek, dalam mengerjakan tugas, dan tekun belajar.
dan interpretasi dilakukan secara bersamaan Sedangkan pada siklus II yang terlihat di
dengan kegiatan refleksi. Penggabungan tabel IV.7, hasilnya lebih baik lagi dimana
kegiatan tindakan, observasi, dan refleksi kelima siswa yang menjadi subjek
dilakukan dalam suatu proses layanan penelitian, semua telah menunjukkan
bimbingan diberikan. Hal ini dimaksudkan perubahan minat belajar yang baik dimana
agar guru pembimbing (peneliti) dengan pada semua indikator minat belajar
mudah memahami permasalahan secara mengalami perubahan dari Tidak menjadi
detail dan masing-masing siswa, serta dapat Ya.
mengambil langkah tepat untuk Pembahasan
mengatasinya. Hasil penelitian ini sejalan dengan
Setelah melakukan tindakan sesuai pendapat Slameto (1995: 54) yang
rencana kegiatan ternyata ditemukan bahwa mengemukakan bahwa ada tiga faktor yang
klien mulai mampu meningkatkan minat dapat mempengaruhi minat belajar, yakni
belajarnya. Salah satu aspek yang terlihat, faktor jasmani, faktor psikologis dan faktor
para siswa sudah rajin mengerjakan tugas kelelahan.
yang diberikan gurunya dan terlibat aktif

Jurnal Forum Pendidikan || Volume 14 Nomor 1, April 2018 | 109


“Penggunaan Layanan Informasi Untuk Meningkatkan Minat Belajar Siswa ....” Threesje Tolukun

Faktor Jasmani. Kesehatan adalah dapat dengan bebas menuangkan pikiran dan
keadaan atau hal sehat, kesehatan seseorang idenya tentang materi yang diberikan guru.
berpengaruh terhadap belajarnya. Kelima Ketika ide diterima oleh guru, maka siswa
siswa yang ada, memiliki tingkat kesehatan merasa dihargai. Namun selain itu, beberapa
yang baik, dimana mereka tidak mengalami cara yang dapat dilakukan guru untuk
sakit sehingga rajin datang ke sekolah. hal menyenangkan proses pengajaran,
ini tentunya merupakan modal yang kuat diantaranya: (1) hindari pengulangan hal-hal
untuk diberdayakan. yang telah diketahui, (2) suasana fisik kelas
Faktor Psikologis. Faktor inilah yang jangan membosankan, (3) hindarkan terjadi
Sekurang-kurangnya terdapat faktor-faktor frustasi yang dikarenakan situasi kelas, (4)
intelegensi, perhatian, minat bakat, hindarkan suasana kelas yang bersifat
kematangan dan kesiapan. Kelima siswa emosional sebagai akibat adanya kontak
yang mengalami masalah minat belajar, personal, (5) siapkan tugas menantang, (6)
semuanya tidak mengalami masalah. berilah pengetahuan tentang hasil yang
Mereka hanya membutuhkan informasi yang dicapai siswa, dan (7) beri hadiah/pujian
tepat, untuk mendorong potensi mereka dari usaha yang dilakukan oleh siswa.
sehingga minatnya semakin kuat untuk Selanjutnya hasil penelitian ini juga
belajar. menguatkan pendapat Hamalik (2002) yang
Faktor Kelelahan. Kelelahan dapat mengatakan bahwa memotivasi belajar
ditandai dengan adanya kelesuan dan penting artinya dalam proses belajar siswa,
kebosanan sehingga minat dan dorongan karena fungsinya yang mendorong,
untuk menghasilkan sesuatu yang hilang. menggerakkan, dan mengarahkan kegiatan
situasi inilah yang kemudian menghalangi belajar. Karena itu, prinsip-prinsip
siswa untuk menunjukkan prestasi belajar penggerakan motivasi belajar sangat erat
yang baik. akibat kekurangan informasi hubungannya dengan minat belajar siswa itu
yang benar tentang cara belajar yang efektif, sendiri.
membuat mereka terpola dengan cara belajar Ketika layaan informasi diberikan
yang lama sehingga mereka menjadi cepat secara maksimal kepada siswa, ternyata
bosan. siswa mampu memahami dengan benar,
Berkaitan dengan minat belajar siswa, mulai dari cara-cara belajar yang efektif
ternyata sangat ditentukan oleh berbagai sampai dengan apa efek dari belajar yang
faktor, siswa akan lebih senang belajarnya baik, inilah yang harus selalu digambarkan
jika kondisi pengajarannya menyenangkan, guru BK dan guru mata pelajaran. Informasi
dengan demikian dapat dipastikan bahwa ini merangsang dan memotivasi siswa untuk
minat belajarnya meningkat pula. Kondisi menunjukkan kemampua yang dimilikinya.
ini yang terpantau di kelas XI jurusan teknik sebenarnya mereka memiliki potensi, namun
sepeda motor SMK Negeri Tumpaan. karena kekurangan informasi, maka potensi
Kondisi menyenangkan membuat siswa tersebut dapat hilang dengan sendirinya.

Jurnal Forum Pendidikan || Volume 14 Nomor 1, April 2018 | 110


“Penggunaan Layanan Informasi Untuk Meningkatkan Minat Belajar Siswa ....” Threesje Tolukun

SIMPULAN DAN SARAN


Simpulan memperlihatkan, bahwa layanan
Dari seluruh rangkaian proses PTBK informasi sudah dapat dilakukan guru
ini, tentunya dapat disimpulkan bahwa : dengan maksimal.
1. Hasil tindakan yang dilakukan pada 2. Layanan Informasi merupakan layanan
siklus I, ditemukan bahwa klien mulai bimbingan dan konseling yang
mampu meningkatkan minat belajarnya. memungkinkan konseli memahami
Salah satu aspek yang terlihat, para siswa lingkungan (seperti sekolah) yang baru
sudah menyusun dan memiliki jadwal dimasuki konseli,untuk mempermudah
belajar di rumah. Jadwal ini kemudian dan memperlancar berperannya konseli
dilakukan secara teratur oleh siswa, dilingkungan yang baru. Dengan
walaupun belajarnya itu dilatar belakangi melaksanakan layanan ini siswa di kelas
kalo ada tugas dari guru bidang studi. XI jurusan teknik sepeda motor SMK
Sedangkan pada siklus II, Salah satu Negeri Tumpaan dapat memahami cara
aspek yang terlihat, para siswa sudah menyesuaian diri (terutama penyesuaian
rajin mengerjakan tugas yang diberikan siswa) terhadap tuntutan memiliki minat
gurunya dan terlibat aktif dalam belajar yang dapat mempengaruhi
pembelajaran, juga mulai terlihat, prestasi belajarnya.
sehingga para guru yang mengajar, Saran
memberi informasi bahwa siswa-siswa Layanan Informasi akan lebih
tersebut sudah mulai rajin. Berdasarkan memberi hasil yang maksimal, jikat ditindak
hasil dari pelaksanaan siklus II, maka lanjuti dengan layanan yang lain seperti
dapat dikatakan bahwa kegiatan PTBK layanan bimbingan pribadi, bimbingan
untuk masalah minat belajar siswa di kelompok atau bimbingan belajar, agar
kelas XI jurusan teknik sepeda motor siswa tetap ada dalam proses pengembangan
SMK Negeri Tumpaan, telah potensinya secara maksimal, selain itu
menunjukkan adanya perubahan yang koordinasi dengan wali kelas dan guru mata
baik. Hasilnya ini, tentunya pelajaran harus dilakukan secara kontinu.

DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 1996. Prosedur Handayani, Putri. 2001. Modul Bimbingan
penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Konseling. Jakarta: Labschool.
Jakarta: Rineka Cipta. Hurlock, E.. Psikologi Perkembangan (Suatu
Bahri, Syaifudin & Zain, Aswar. 2002. Pendekatan Sepanjang Rentang
Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Kehidupan) Edisi Kelima. Jakarta :
Rineka Cipta. Erlangga.
Hamalik, Oemar. 2002. Psikologi Belajar Prayitno & Amti, Eraman. 1994. Dasar-
dan Mengajar. Bandung: Sinar Baru dasar Bimbingan Konseling. Jakarta:
Algesindo. Rineka Cipta.

Jurnal Forum Pendidikan || Volume 14 Nomor 1, April 2018 | 111


“Penggunaan Layanan Informasi Untuk Meningkatkan Minat Belajar Siswa ....” Threesje Tolukun

Romlah, Tatik. 1991. Keterampilan- Sudjana, Nana & Ibrahim. 2001. Penelitian
keterampilan belajar. Semarang: IKIP dan Penilaian Pendidikan. Bandung:
press Sinar Baru Algensindo.
Riyanto, Y. 2001. Metodologi Penelitian Sukardi, Dewa ketut. 2000. Bimbingan dan
Pendidikan.Surabaya : Penerbit SIC Konseling di Sekolah. Jakarta: Rineka
Sardiman. 1996. Interaksi dan Motivasi Cipta.
Belajar. Jakarta: Rajawali. Tu’u, s, Tulus. 2004. Prilaku dan Prestasi
Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor Siswa. Jakarta: Gramedia.
Yang Mempegngaruhinya. Jakarta: Winkel, W.S. 1996. Psikologi Pendidikan
Rineka Cipta. dan Evaluasi Belajar.
Surabaya:Gramedia.

Jurnal Forum Pendidikan || Volume 14 Nomor 1, April 2018 | 112

Anda mungkin juga menyukai