Anda di halaman 1dari 8

Tugas Dinamika Pantai

TIPE PANTAI DAN ANALISA SEDIMEN

Oleh

ARFIAN

R1A117003

JURUSAN TEKNIK GEOFISIKA

FAKULTAS ILMU DAN TEKNOLOGI KEBUMIAN

UNIVERSITAS HALU OLEO

KENDARI

2020
TIPE – TIPE PANTAI

Secara sederhana, pantai dapat diklasifikasikan berdasarkan material penyusunnya,


yaitu menjadi:
1. Pantai Batu (rocky shore), yaitu pantai yang tersusun oleh batuan induk yang
keras seperti batuan beku atau sedimen yang keras.

Gmabar 1. Pantai Batu

2. Beach, yaitu pantai yang tersusun oleh material lepas. Pantai tipe ini dapat
dibedakan menjadi:
a. Sandy beach (pantai pasir), yaitu bila pantai tersusun oleh endapan pasir.
b. Gravely beach (pantai gravel, pantai berbatu), yaitu bila pantai tersusun oleh
gravel atau batuan lepas. Seperti pantai kerakal.
3. Pantai bervegetasi, yaitu pantai yang ditumbuhi oleh vegetasi pantai.  Di daerah
tropis, vegetasi pantai yang dijumpai tumbuh di sepanjang garis pantai adalah
mangrove, sehingga dapat disebut Pantai Mangrove.

Gambar 2. Pantai Bervegetasi


Bila tipe-tipe pantai di atas kita lihat dari sudut pandang proses yang bekerja
membentuknya, maka pantai dapat dibedakan menjadi:
1. Pantai hasil proses erosi, yaitu pantai yang terbentuk terutama melalui proses
erosi yang bekerja di pantai. Termasuk dalam kategori ini adalah pantai batu
(rocky shore).
2. Pantai hasil proses sedimentasi, yaitu pantai yang terbentuk terutama kerena
prose sedimentasi yang bekerja di pantai. Termasuk kategori ini adalah beach.
Baik sandy beach maupun gravely beach.
3. Pantai hasil aktifitas organisme, yaitu pantai yang terbentuk karena aktifitas
organisme tumbuhan yang tumbuh di pantai. Termasuk kategori ini adalah pantai
mangrove.
Kemudian, bila dilihat dari sudut morfologinya, pantai dapat dibedakan menjadi:
1. Pantai bertebing (cliffed coast), yaitu pantai yang memiliki tebing vertikal.
Keberadaan tebing ini menunjukkan bahwa pantai dalam kondisi erosional.
Tebing yang terbentuk dapat berupa tebing pada batuan induk, maupun endapan
pasir.

Gambar 3. Pantai Bertebing


2. Pantai berlereng (non-cliffed coast), yaitu pantai dengan lereng pantai. Pantai
berlereng ini biasanya merupakan pantai pasir.
Gambar 4. Pantai Landai

Sedimen pantai adalah material sedimen yang diendapkan di pantai. Berdasarkan


ukuran butirnya, sedimen pantai dapat berkisar dari sedimen berukuran butir lempung
sampai gravel. Kemudian, berdasarkan pada tipe sedimennya, pantai dapat
diklasifikasikan menjadi:
1. Pantai gravel, bila pantai tersusun oleh endapan sedimen berukuran gravel
(diameter butir > 2 mm).
2. Pantai pasir, bila pantai tersusun oleh endapan sedimen berukuran pasir (0,5 – 2
mm).
3. Pantai lumpur, bila pantai tersusun oleh endapan lumpur (material berukuran
lempung sampai lanau, diameter < 0,5 mm).

Klasifikasi tipe-tipe pantai berdasarkan pada sedimen penyusunnya itu juga


mencerminkan tingkat energi (gelombang dan atau arus) yang ada di lingkungan
pantai tersebut. Pantai gravel mencerminkan pantai dengan energi tinggi, sedang
pantai lumpur mencerminkan lingkungan berenergi rendah atau sangat rendah. Pantai
pasir menggambarkan kondisi energi menengah. Di Pulau Jawa, pantai berenergi
tinggi umumnya diojumpai di kawasan pantai selatan yang menghadap ke Samudera
Hindia, sedang pantai bernergi rendah umumnya di kawasan pantai utara yang
menghadap ke Laut Jawa.
ANALISA SEDIMEN

Skala temporal dan spasial penting dalam analisa garis pantai. Berkaitan
dengan skala temporal, studi tentang dinamika pantai jangka pendek memerlukan
interval waktu yang pendek juga (analisis fenomena sehari-hari mencakup semua
periode pengamatan). Dalam rangka untuk mempelajari fenomena jangka panjang,
interval waktu yang lama diperlukan. Fenomena musiman memerlukan setidaknya
jangka waktu pengamatan 10 tahun. Langkah pertama yang bisa dilakukan adalah
melakukan perbandingan antara sejarah masa lampau dan dengan kondisi riilnya.
Langkah kedua adalah analisa foto dan peta hasil dari aerial-fotografi dan survey
topografi. Selanjutnya analisa perubahan garis pantai dapat dilakukan dengan
melakukan beberapa perubahan karakteristik pantai antara lain: maju dan mundurnya
garis pantai, perubahan bentuk muara sungai, erosi dan akresi pantai.

Survei topografi terintegrasi dengan survey batimetri dan survey profil pantai.
Analisa peta digunakan untuk memperkirakan morfologi suatu pantai. Survey
topografi kemudian terkait dengan karakteristik sedimen. Sedangkan survey batimetri
dapat dilakukan dengan menggunakan alat echo sounder, untuk mendapatkan
gambaran sebaran kedalaman perairan pantai.

Dalam pembahasan tentang tekstur sedimen, distribusi ukuran butir dapat


diketahui dengan menggunakan metode granulometri, pemisahan ukuran butir
dilakukan dengan metode sieve dengan menggunakan ayakan bertingkat dengan alat
sieve shaker. Klasifikasi ukuran butir dilakukan berdasarkan klasifikasi wentwort
(1992). Penentuan sedimen dilakuan berdasarkan klasifikasi diagram segitiga
Shepard.

1. Pengambilan Sampel Sedimen


Pengambilan sampel untuk analisa distribusi ukuran butir baik dilakukan pada
musim panas daripada musim dingin. Pengambilan sampel sedimen dipantai
dapat dilakukan dengan menggunakan Ekman Grab. Ekman Grab terdiri dari satu
atau dua jepitan yang berguna untuk mengambil atau menyekop sedimen.

2. Pengeringan Sampel Sedimen


Pengeringan sedimen dilakukan agar mempermudah dalam proses pengayakan
dengan sieve shaker. Sampel sedimen yang masih dalam keadaan basah diletakan
diatas Loyang. Sebelum dioven sedimen ditimbang terlebih dahulu menggunakan
timbangan digital, dan dicatat sebagai berat basah.
3. Pengayakan Sampel Sedimen
Metode pengayakan dilakakukan menggunakan alat sieve shaker yang dilengkapi
dengan saringan bertingkat ASTM (American Standart Testing and Materials).
Di dalam saringan bertingkat terdapat nomor yang menunjukan diameter dan
ukuran butir sedimen yang lolos ayakan.
4. Klasifikasi Ukuran Sedimen
Klasifikasi tersebut mengikuti kriteria Wentworth (Wentworth,1922). Tabel
dibah ini memperlihatkan klasifikasi sedimen menurut ukuran butirnya
berdasarkan skala Wentworth:

5. Statistik Sedimen
Analisis statistik terhadap distribusi ukuran butir dilakukan untuk keperluan
interpertasi terhadap proses berlangsungnya sedimentasi. Penyebaran ukuran
butir mencerminkan kondisi lingkungan pengendapan, yaitu proses yang
berperan dan menunjukan besarnya energi pada saat pengendapan sedimen
berlangsung. Parameter statistik yang digunakan dalam analisis ini meliputi:
a. Rata-rata
Rata-rata dari ukuran butir (Richard,1992) mencerminkan ciri energi
pengendapan oleh air atau angin dalam menstranport sedimen.
Penyebaran frekwensi besar butir sangat tergantung pada proses
lingkungan pengendapan.
b. Sortasi
Sortasi atau pemilahan adalah penyebaran ukuran butir terhadap ukuran
butir rata-rata (Darlan,1996). Apabila sedimen mempunyai penyebaran
ukuran butir rata-rata sempit, dikatakan sortasi baik. Sebaliknya apabila
sedimen mempunyai penyebaran ukran butir terhadap ukuran butir
rataratanya lebar, dikatakan sortasi jelek.
c. Kepencengan (Skewness)
Kepencengen adalah penyimpangan distribusi ukuran butir terhadap
distribusi normalnya. Distribusi normal adalah suatu distribusi ukuran
yang pada bagian tengah dari populasi mempunyai jumlah ukuran butir
yang paling terbanyak, sedangkan butiran halus dan kasar tersebar di sisi
kanan dan kiri grafik dalam jumlahn yang sama (Darlan,1996). Apabila
distribusi ukuran butir kelebihan butiran halus, maka kepencengannya
bernilai positif. Sebaliknya bila satu distribusi ukuran butir kelebihan
partikel kasar maka maka kepencengan bernilai negatif.
d. Kurtosis
Menurut Darlan (1996), kurtosis adalah gambaran hubungan sortasi
bagian tengah dan bagian bawah dan ini dapat dilihat melalui grafik
kurtosis, dengan kriteria : Runcing :kurve yang bentuk puncaknya lebih
runcing dari pada cukup tumpul, nilai kurtosisnya > 3
Tumpul : Kurva yang bentuk kurvanya lebih datar dari pada cukup
tumpul, nilai kutosisnya < 3
Cukup tumpul : kurva normal nilai kurtosisnya =3.

Anda mungkin juga menyukai