Anda di halaman 1dari 11

INFARK MIOKARD

Dosen Pembimbing :
APRIYANI, M.Kep

Oleh:
ENJEL FANECHA DIFA
21117049

STIKes MUHAMMADIYAH PALEMBANG


PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
TAHUN AKADEMIK 2019 / 2020

Infark Miokard (IM) adalah kematian sel-sel miokardium yang terjadi akibat kekurangan
Kopertis Wilayah X 1
oksigen berkepanjangan (corwin 2009). Infark miokard adalah suatu penyakit yang disebabkan
oleh penurunan suplai darah akibat penyempitan kritis arteri koroner karena aterosklerosis atau
penyumbatan total arteri koroner oleh embolus atau trombus. Penyakit Infark Miokard Akut
(IMA) merupakan penyebab kematian utama di dunia, terhitung sebanyak 7,200,000 (12,2%)
kematian terjadi akibat penyakit infark miokard akut di seluruh dunia. Negara yang
berpenghasilan rendah, penyakit infark miokard akut adalah penyebab kematian nomor dua
dengan angka mortalitas 2.470.000 (9,4%) (WHO 2008). Angka ini diperkirakan meningkat
hingga 11 juta orang pada tahun 2020.
Infark miokardium adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh penurunan suplai darah
akibat penyempitan kritis arteri koroner karena aterosklerosis atau penyumbatan total arteri oleh
emboli atau trombus. Penurunan aliran darah koroner juga bisa diakibatkan oleh syok atau
perdarahan sehingga terjadi ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen jantung
(Smeltzer& Bare, 2013). Penyebab penyakit jatung koroner diantaranya adalah faktor usia dan
jenis kelamin, dengan angka kejadian pada laki-laki jauh lebih banyak dibanding pada
perempuan akan tetapi kejadian pada perempuan akan meningkat setelah menopause sekitar
usia 50 tahun. Hal ini disebabkan karena hormon estrogen memiliki efek proteksi terhadap
terjadinya arterosklerosis, dimana pada orang yang berumur > 65 tahun ditemukan 20 % PJK
pada laki-laki dan 12 % pada wanita. faktor risiko yang menjadi penyebab penyakit jantung ini,
diantaranya faktor risiko biologis yang tidak dapat dirubah seperti usia, jenis kelamin, ras/etnis
dan riwayat keluarga. Faktor risiko yang dapat dirubah seperti merokok, alkohol, obesitas, profil
lipid (terjadi pada kasus dislipidemia), usia, hiperlipidemia, stress, inaktivitas fisik, hipertensi
dan diabetes mellitus. Penelitian yang dilakukan oleh (Dabiran, Manesh, and Khajehnasiri
2015) menunjukkan bahwa faktor resiko terjadinya miokard infark adalah hiper kolesterolemia,
hiper trigliseri demia. Semakin banyak factor resiko yang dimiliki oleh seseorang, semakin
besar kemungkinan terjadinya infark miokard (Smeltzer& Bare, 2013).
Pasien infark miokard akut lebih banyak pada pasien dengan riwayat penyakit hipertensi
Hipertensi dapat meningkatkan beban kerja jantung, tekanan darah yang tinggi secara terus
menerus menyebabkan kerusakan pembuluh darah arteri dengan perlahan-lahan arteri tersebut
mengalami pengerasan serta dapat terjadi oklusi koroner. Hipertensi adalah faktor yang paling
membahayakan karena biasanya tidak menunjukkan gejala sampai telah menjadi lanjut.
Tekanan darah tinggi menyebabkan tingginya gradient tekanan yang harus dilawan oleh
ventrikel kiri saat memompa darah. Tekanan tinggi yang terus-menerus menyebabkan suplai
kebutuhan oksigen jantung meningkat (Smeltzer& Bare, 2013).
Prevalensi Infark Miokard lebih tinggi pada masyarakat tidak bersekolah dan tidak
bekerja. Berdasarkan Miokard terdiagnosis dokter prevalensi lebih tinggi di perkotaan, namun
berdasarkan terdiagnosis dokter dan gejala lebih tinggi di perdesaan (Riskesdas, 2013). Faktor
resiko timbulnya infark miokard adalah perubahan dari profil lipid yaitu kolesterol total,
Kopertis Wilayah X 2
kolesterol LDL, kolesterol HDL, dan trigliserida yang dikaitkan dengan pembentukan plak
aterosklerosis. Jika kolesterol total, kolsestrol LDL dan trigliserida darah melewati batas
normal, maka akan diendapkan pada dinding pembuluh darah dan membentuk bekuan yang
dapat menyumbat pembuluh darah (Botham, K.M,, Mayes, P.A. (2009). LDL adalah lemak
jahat yang menempel di dinding pembuluh nadi yang disebut ateroma yang merupakan
penyebab utama penyakit jantung. Timbulnya lemak khusunya akibat kolesterol yang disebut
plak terbentuk pada dinding pembuluh darah. Hal ini yang membuat pembuluh darah semakin
sempit sehingga menghambat aliran darah pada daerah yang terkena dan menghambat darah ke
bagian otot jantung.
Meskipun efektivitas pengobatan telah terbukti, kejadian serangan jantung berulang
masih menjadi masalah serius pada pasien infark miokard. Sekitar 21,2% pasien dilaporkan
mengalami kejadian infark miokard berulang setelah menerima pengobatan (Kikkert et al.,
2014). Selain itu, pasien infark miokard masih memiliki hambatan dalam mengatur diet dan
kepatuhan minum obat karena dipengaruhi oleh budaya makan dalam satu keluarga. Kurangnya
kepatuhan terhadap perilaku sehat yang merupakan komponen inti dari program rehabilitasi
jantung, telah diidentifikasi sebagai penyebab utama infark miokard berulang dan perawatan
kembali pasien ke rumah sakit di Indonesia (Majid, 2010). Pasien infark miokard sangat
bergantung pada dukungan keluarga dalam proses pengobatan dan rehabilitasi. Maka dari itu,
memberikan intervensi kepada pasien dan keluarga sangat penting untuk meningkatkan efikasi
keluarga dalam merawat pasien infark miokard pasca serangan.
Nyeri pada pasien Infark Miokard Akut merupakan nyeri akut yang belum banyak
dimengerti dan tidak selalu dikelolah dengan baik. Nyeri dada merupakan salah satu keluhan
yang paling banyak ditemukan di klinik. Sebagian besar penderita merasa ketakutan bila nyeri
dada. Diagnosa yang tepat sangat tergantung dari pemeriksaan fisik yang cermat, pemeriksaan
khusus lainnya serta anamnesa dari sifat nyeri dada, mengenai lokasi, penyebaran, lama nyeri
serta faktor pencetus yang dapat menimbulkan nyeri dada. Infark miokard akut atau dikenal
juga sebagai serangan jantung atau serangan koroner, umumnya disebabkan oleh penyumbatan
arteri koroner secara tiba-tiba akibat pecahnya plak lemak aterosklerosis pada arteri koroner,
yang mengakibatkan terbentuknya sumbatan atau oklusi sehingga memutuskan aliran darah ke
otot jantung (Soeharto, 2004).

Kopertis Wilayah X 3
Jurnal Endurance 3(1) Februari 2018 (82-87)

FAKTOR RESIKO INFARK MIOKARD DI KOTA JAMBI

Ani Astuti*, Maulani


Program Studi Ilmu Keperawatan, STIKES Harapan Ibu Jambi, Indonesia
*
Astutiastuti89@gmail.com

Submitted :23-10-2017, Reviewed:08-11-2017, Accepted:13-11-2017


DOI: http://doi.org/10.22216/jen.v3i1.2736

ABSTRAK
Infark miokard adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh penurunan suplai darah akibat
penyempitan kritis arteri koroner karena aterosklerosis atau penyumbatan total arteri koroner oleh
embolus atau trombus. Data statistik menunjukkan bahwa penyakit jantung infark miokard merupakan
penyebab utama kematian di banyak negara. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
hubungan antara hipertensi dan kolesterol dengan kejadian infark miokard. Penelitian ini merupakan
penelitian kuantitatif yang bersifat observasional menggunakan rancangan kasus kontrol secara
retrospektif 62 pasien yang berobat di Poliklinik Jantung RSUD Raden Mattaher Jambi setahun
terakhir yag menjadi sampel dalam penelitian ini, yang terdiri dari 31 kasus dan 31 kontrol, diambil
secara purposive sampling kemudian ditelusuri data catatan medik pasien. Alat ukur yang digunakan
adalah lembar observasi, Analisis data dilakukan secara univariat dan bivariat menggunakan uji Chi-
square. Hasil penelitian menunjukkan responden dengan hipertensi berjumlah 69,4%, sedangkan
responden dengan trigliserida tinggi berjumlah 51,6% dan berdasarkan hasil penelitian terdapat
hubungan bermakna antara hipertensi dengan nilai (p=0,006<0,05 dan OR=6,328, 95% Cl = 1,787-
22,409) dan kolesterol dengan nilai (p=0,022<0,05, dan OR=3,818, 95% Cl = 1,332-10,942).
Penelitian ini menunjukkan hipertensi dan kolesterol memiliki kontribusi terhadap kejadian infark
miokard dan orang dengan hipertensi dan kolesterol tinggi mempunyai resiko untuk menderita infark
miokard.

Kata kunci : Hipertensi, Kolesterol dan Infark miokard

ABSTRACT
Myocardial infarction is a disease caused by blood supply decreased due to narrow of the coronary
arteries due to atherosclerosis critical or total blockage of a coronary artery by an embolus or
thrombus. Statistics have shown that myocardial infarction was the leading cause of death in many
countries. The purpose of this study was to determine the link between hypertension and cholesterol
with the incidence of myocardial infarction. This study is a quantitative observational study using a
retrospective case-control design. 62 patients treated at the Clinic Heart Hospital Raden Mattaher
Jambi last year, which consisted of 31 cases and 31 controls, with purposive sampling and then
searched for patient medical record data. Based on the results of the study respondents with
hypertension amounted to 69.4%, while respondents with high triglycerides amounted to 51.6%, and
based on the results of research there is a significant links between hypertension with values (p =
0.006
<0.05 and OR = 6.328, 95% Cl = 1.787 to 22.409) and cholesterol values (p = 0.022 <0.05, and OR
= 3.818, 95% CI = 1.332 to 10.942). This research has shown that hypertension and cholesterol have
contrubuted to leading myocardial infarction and people who had hypertension and hight cholesterol
risk to myocardial infarction.

Keywords: Hypertension, Cholesterol And Myocardial Infarction

PENDAHULUAN penyumbatan total


Infark miokardium adalah suatu penyakit
yang disebabkan oleh penurunan suplai
darah akibat penyempitan kritis arteri
koroner karena aterosklerosis atau

Kopertis Wilayah X 4
arteri oleh emboli atau trombus. Penurunan
aliran darah koroner juga bisa diakibatkan
oleh syok atau perdarahan sehingga terjadi
ketidakseimbangan antara suplai dan

Kopertis Wilayah X 5
Jurnal Endurance 3(1) Februari 2018 (82-87)

kebutuhan oksigen jantung (Smeltzer& Bare, RSUD Raden Mattaher Jambi


2013). merupakan rumah sakit umum pemerintah
Infark miokard merupakan masalah yang merupakan rujukan dari rumah sakit
kesehatan masyarakat yang penting karena lain yang ada di provinsi Jambi dimana
morbiditas dan mortalitasnya yang tinggi. angka kejadian infark miokard dari tahun ke
(Anis, 2006). Menurut Badan Kesehatan tahun terus mengalami peningkatan. Pada
Dunia tercatat lebih dari 7 juta orang tahun 2012 angka kejadian infark miokard
meninggal akibat Infark Miokard di seluruh ditemukan sebanyak 295 orang, tahun 2013
dunia pada tahun 2002. Angka ini angka kejadian infark miokard meningkat
diperkirakan meningkat hingga 11 juta orang menjadi 322 orang dan pada tahun 2014
pada tahun 2020. Di Indonesia, kasus Infark angka kejadian infark miokard yaitu
Miokard semakin sering ditemukan karena sebanyak 212 orang (RekamMedik RSUD
pesatnya perubahan gaya hidup. Meski RadenMattaher Jambi, 2014).
belum ada data epidemiologis pasti, angka Kajian epidemiologis menunjukkan
kesakitan/kematiannya terlihat cenderung bahwa Beberapa faktor resiko yang dapat
meningkat. Hasil Survei Kesehatan Nasional meningkatkan resiko seseorang untuk
tahun 2005 menunjukkan tiga dari 1.000 mengelami infark miokard diantaranya
penduduk Indonesia menderita Infark adalah usia, riwayat keluarga, obesitas,
Miokard (WHO, 2011). hiperlipidemia, merokok, diabetes melitus,
Riskesdas mencatat bahwa prevalensi jenis kelamin, ras, riwayat hipertensi, stress,
penyakit infark miokard berdasarkan dan inaktivitas fisik. Semakin banyak faktor
wawancara yang didiagnosis dokter serta resiko yang dimiliki oleh seseorang, semakin
yang didiagnosis dokter atau gejala besar kemungkinan terjadinya infark
meningkat seiring dengan bertambahnya miokard (Smeltzer& Bare, 2013).
umur, tertinggi pada kelompok umur 65-74 Penelitian yang dilakukan oleh (Dabiran,
tahun yaitu 2,0 persen dan 3,6 persen, Manesh, and Khajehnasiri 2015)
menurun sedikit pada kelompok umur ≥ 75 menunjukkan bahwa faktor resiko terjadinya
tahun. Prevalensi Miokard yang didiagnosis miokardinfark adalah hipertensi sistolik,
dokter maupun berdasarkan diagnosis dokter merokok, hiper kolesterolemia, hiper
atau gejala lebih tinggi pada perempuan trigliseri demia dan diabetes mellitus.
(0,5% dan 1,5%).Prevalensi Infark Miokard Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
lebih tinggi pada masyarakat tidak hubungan hipertensi dan kolesterol terhadap
bersekolah dan tidak bekerja. Berdasarkan kejadian infark miokard di Poliklinik
Miokard terdiagnosis dokter prevalensi lebih Jantung Rumah Sakit Umum Raden
tinggi di perkotaan, namun berdasarkan Mattaher Jambi Tahun 2015
terdiagnosis dokter dan gejala lebih tinggi di
perdesaan (Riskesdas, 2013). METODE PENELITIAN
Sedangkan menurut Riskesdas Penelitian yang digunakan adalah
Provinsi Jambimencatat bahwa Prevalensi penelitian obsevasional, dengan rancangan
penyakit jantung koroner berdasar penelitian kasus kontrol (case control).
wawancara terdiagnosis dokter provinsi Sampel kasus dalam penelitian ini adalah
Jambi sebesar 0,2 persen, dan berdasar penderita infark miokard sedangkan
terdiagnosis dokter dan gejala sebesar 0,5 kontrolnya adalah yang tidak menderita
persen. Prevalensi infark miokard infark miokard. Jumlah sampel masing-
berdasarkan terdiagnosis dokter tertinggi masing kelompok kasus dan kontrol adalah
kota Sungai Penuh (0,6%). Sementara 31 responde dan jumlah sampel keseluruhan
prevalensi infark miokard menurut diagnosis adalah 62 responden. Analisis data dilakukan
dan gejala tertinggi di kabupaten Tanjung secara univariat dan bivariat dengan uji chi –
Jabung Barat (1,4%) (RiskesdasPropinsi square (ɑ=0,05). Teknik pengambilan sampel
Jambi, 2013).

Kopertis Wilayah X 83
yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 43 reponden (69,4%) dan sebanyak
purposive sampling. 32 reponden (51,6%) mempunyai kadar
kolesterol trigliserida tinggi.
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil uji statistik bivariat diperoleh
Dari 62 responden yang ada hubungan yang bermakna antara
berpartisipasi dalam penelitian ini distribusi hipertensi dengan kejadian infark miokard
kejadian infark miokard, hipertensi dan (p- Value 0,006) dengan Odds Ratio (OR) =
kolesterol seperti tabel 1. 6,328.Ada hubungan yang bermakna antara
Tabel 1.
kolesterol dengan kejadian infark miokard
Analisa Univariat hipertensi dan kolesterol
(p- Value 0,022) dengan Odds Ratio (OR) =
dengan kejadian infark miokard di poliklinik
jantung RSUD raden mattaher Jambi Tahun 3,818.
2015 Infark miokard merupakan penyakit yang
Frekuensi Persentase menyebabkan tingginya angka kematian dan
Variabel (n) (%) kesakitan baik di dunia maupun di Indonesia.
Infark Berbagai faktor menjadi penyebab terjadinya
Miokard infark miokard. Hipertensi merupakan salah
Ya 31 50 satu faktor resiko terhadap terjadinya infark
Tidak 31 50 miokard.Hasil penelitian ini menunjukkan
Hipertensi ada hubungan yang bermakna antara
Tinggi 43 69,4 hipertensi dengan kejadian infark miokard
Normal 19 30,6 dengan nilai odds Ratio (OR) = 6.
Koleterol Tekanan darah tinggi menyebabkan
Tinggi 32 51,6 tekanan pada jantung dan sirkulasi
Normal 30 48,4 meningkat.Tekanan darah tinggi pada
Hasil analisa bivariat menunjukkan hasil seperti pembuluh nadi akan merusak dinding
pada tabel 2 pembuluh nadi dan merangsang timbulnya
Tabel 2. ateroma. Jantung juga harus bekerja lebih
Hubungan hipertensi dan kolesterol dengan keras untuk memompa darah yang
kejadian infark miokard di poliklinik jantung bertekanan tinggi tanpa suplai oksigen yang
RSUD raden mattaher Jambi Tahun 2015 mencukupi sebagai akibatnya terjadi
Variab Kejadian infark hipertropi ventrikel terjadi di latasi dan
el miokard Jumlah
p- OR payah jantung dengan semakin
terancam oleh
Kasus Kontrol val 95 % semakin parahnya aterosklerosis koroner, hal
hipert J J J
ue Cl
ensi m % m % m % ini meningkatkan kemungkinan terkena
l l l
87
Serangan angina serangan infark miokard
Tinggi 27 51 69 6,32
,1 16 ,6 43 ,4 8 akut (Price & Wilson, 2006).
0.0 (1,78 Penelitian yang dilakukan oleh
Norma 12 48 30 06 7- Fahraradika(2015) didapatkan data bahwa
l 4 ,9 15 ,4 19 ,6 22,4
09) ada hubungan antara hipertensi dengan
Kolete OR infark miokard pada usia dewasa madya (41-
rol 95 % 60 tahun) nilai p value = 0,002, dan Odd
Cl
Ratio
70
(OR) = 5,091. Hasil penelitian ini diperkuat
Tinggi 17 29 10 3,81
7 .2 24 0 8 oleh penelitian sebelumnya oleh
.8
0.0 (1,33 Yusnidaryang menyatakan bahwa ada
Norma 31 68 10 23 2-
l 5 .3 11 .8 16 0 10,9 hubungan yang bermakna antara hipertensi
42) responden (50%), kejadian hipertensi

Berdasarkan tabel 1 diketahui


bahwakejadian infark miokard sebanyak 31
dengan infark miokard dengan p value =
0,004 (<0,05) dan OR= 3,5.
Hipertensi adalah faktor yang paling
membahayakan karena biasanya tidak
menunjukkan gejala sampai telah menjadi
lanjut. Tekanan darah tinggi menyebabkan Penelitianmenunjukkan bahwa ada
tingginya gradient tekanan yang harus hubungan antara profil lipid (total kolesterol,
dilawan oleh ventrikel kiri saat memompa trigliserida, LDL dan HDL) dengan kejadian
darah. Tekanan tinggi yang terus-menerus infark miokard. Pada penelitian ini terlihat
menyebabkan suplai kebutuhan oksigen bahwa rata-rata pasien infark miokard
jantung meningkat (Smeltzer& Bare, 2013). memiliki nilai profil lipid yang tinggi(Kumar
Hipertensi juga menyebabkan terjadinya and Sivakanesan 2010).
hipertropi ventrikel(Manfroi et al. 2002). Peningkatan kadar Trigliserida dan
Dalam penelitian ini juga partikel kecil dari LDL merupakan faktor
menunjukkan bahwa 69,4% pasien infark resiko yang sangat signifikan terhadap
miokard memiliki riwayat hipertensi. kejadian infark miokard hal ini
Penelitian yang dilakukandi Pakistan dimungkinkan karena penurunan kadar
menunjukkan bahwa 22% penderita infark HDL- C dan peningkatan trigliserida
miokard memiliki riwayat hipertensi (Faisal menyebabkan gangguan metabolisme yang
et al. 2011)demikian juga dengan penelitian berkonsekuensi merugikan bagi
yang dilakukan oleh Abdulkarem di Lybia individu(Voight et al. 2012). Pada orang
menunjukkan bahwa 35,7% penderita infark yang makan terlalu banyak kolesterol dan
miokard memilki riwayat memiliki pola hidup yang banyak duduk,
hipertensi(Abduelkarem, El-Shareif, and sejumlah besar kolesterol akan tertimbun
Sharif 2012). dibawah endotel dibanyak tempat di arteri
Sejalan dengan penelitian yang seluruh tubuh. Kemudian daerah timbunan
dilkukan oleh (Yuliani, Oenzil, and Iryani ini di invasi oleh jaringan fibrosa dan
2014)menyebutkan bahwa tekanan darah seringkali mengalami kalsifikasi. Hasil
yang tinggi (hipertensi) mempunyai akhirnya adalah pembentukan plak
pengaruh terhadap kejadian infark miokard aterosklerotik yang menonjol kedalam lumen
Pada Penderita Diabetes Melitus Tipe 2. pembuluh darah dan menghambat seluruh
Dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa atau sebagian aliran darah (Guyton & Hall,
hipertensi berpengaruh besar pada kejadian 2007).
Akut miokard Infark (AMI). LDL adalah lemak jahat yang menempel
Selain hipertensi Kolesterol juga di dinding pembuluh nadi yang disebut
merupakan faktor resiko yang dapat ateroma yang merupakan penyebab utama
menyebabkan infark miokard. Hasil penyakit jantung. Timbulnya lemak
penelitian menunjukan ada hubungan antara khusunya akibat kolesterol yang disebut plak
kolesterol dengan kejadian infark miokard terbentuk pada dinding pembuluh darah. Hal
dimana nilai p-value = 0,022 dengan hasil ini yang membuat pembuluh darah semakin
odds Ratio (OR) = 3,818 artinya responden sempit sehingga menghambat aliran darah
yang mempunyai kadar kolesterol tinggi (> pada daerah yang terkena dan menghambat
150) mempunyai resiko 3 kali untuk darah ke bagian otot jantung. Kenaikan
mengalami kejadian infark miokard. kadar kolesterol dalam hal ini berbanding
Faktor resiko timbulnya infark miokard lurus dengan kejadian AMI. Trigliserida
adalah perubahan dari profil lipid yaitu merupakan salah satu jenis lemak yang
kolesterol total, kolesterol LDL, kolesterol berada dalam darah yang sifatnya merugikan
HDL, dan trigliserida yang dikaitkan dengan seperti LDL. Saat kita makan, tubuh
pembentukan plak aterosklerosis. Jika mengubah sebagian kalori yang tidak
kolesterol total, kolsestrol LDL dan terpakai menjadi trigliserida. Trigliserida
trigliserida darah melewati batas normal, disimpan di dalam sel-sel lemak tubuh dan
maka akan diendapkan pada dinding nantinya akan dilepaskan untuk
pembuluh darah dan membentuk bekuan menghasilkan energi antara waktu-waktu
yang dapat menyumbat pembuluh makan. Apabila seseorang lebih banyak
darah(Botham, K.M,, Mayes, P.A. (2009). mengkonsumsi kalori melebihi kebutuhan
seperti karbohisrat dan lemak maka
kemungkinan menyebabkan peningkatan UCAPAN TERIMAKASIH
kadar trigliseridi (Karyadi. 2006). Terimakasih kepada semua pihak yang
Penelitian yang dilakukan oleh telah membantu seluruh kegiatan dalam
Rosriyana(2014) tentang faktor dominan penelitian ini.
sindrom metabolik berhubungan dengan
kejadian infark miokard didapatkan DAFTAR PUSTAKA
kesimpulan bahwa terdapat hubungan
bermakna antara peningkatan kadar Anis, (2006) Waspada Ancaman penyakit
trigliserida terhadap kejadian infark tidak menular, Solusi Pencegahan
miokard. Dimana dari 30 responden dari Aspek Perilaku & Lingkungan,
sebanyak 20 responden memiliki kadar PT Elex Media Komputindo, Jakarta
kolesterol trigliserida tinggi.
Kadar trigliserida yang tinggi pada Abduelkarem, A. R., H. J. El-Shareif, and S.
pasien infark miokard dimungkinkan karena I. Sharif (2012) Evaluation of
life style yang buruk seperti merokok, Risk Factors in Acute Myocardial
obesitas dan kebiasaan pola makan yang Infarction Patients Admitted to the
tinggi lemak dan rendah serat yang biasanya Coronary Care Unit, Tripoli Medical
kebiasaan ini sudah dimulai sejak usia muda. Centre, Libya. Eastern Mediterranean
Penelitian yang dilakukan oleh Egred Health Journal 18(4): 332.
menunjukkan bahwa hipertrigleserida dan
rendahnya HDL ditemukan pada pasien Dabiran, Soheila, Behrooz Khaleghi
infark miokard dengan usia dibawah 45 Manesh, and Farahnaz
tahun(Egred 2005). Khajehnasiri 2015 Risk Factors of
Responden yang memiliki kadar First Acute Myocardial Infarction:
kolesterol tinggi cendrung tidak Comparison of Elderly and Non-
mengetahuinya, sehingga pengukuran kadar Elderly: A 24-Year Study. Advances
kolesterol cendrung jarang dilakukan sampai in Aging Research 4(1): 13–17.
pada kondisi dimana responden merasa
gejala yang kurang sehat, seperti sering Egred, M
merasa pusing, sesak nafas dan sebagainya. 2005 Myocardial Infarction in
Untuk itu perawat sebagai edukator dapat Young Adults. Postgraduate Medical
memberikan informasi mengenai pentingnya Journal 81(962): 741–745.
bagi pasien dan keluarga untuk melakukan
pengukuran nilai kolesterol jika usia telah Fahraradika. (2015), Faktor-Faktor Resiko
memasuki 30 tahun secara teratur. Selain itu Yang Berhubungan Dengan Penyakit
perawat juga bisa memberikan informasi Infark Miokard Pada Usia Dewasa
tentang pola hidup sehat untuk mencegah Madya (41-60 tahun), Tesis.
peningkatan kadar kolesterol, seperti pola Universitas semarang.
makan yang sehat dan melakukan aktivitas Faisal, Abdul Wajid Khan, Mohammad
fisik secara teratur. Ayub, Tariq Waseem, Rao Shahzad
Abdul Tawwab Khan, and Syed
SIMPULAN
Sibitul Hasnain
Hipertensi dan kolesterol tinggi
2011 Risk Factors in Young
(hipertrigliserida) mempunyai kontribusi
Patients of Acute Myocardial
terhadap terjadinya infark miokard dan
Infarction. Journal of Ayub Medical
individu yang memiliki riwayat hipertensi
College Abbottabad 23(3): 10–13.
dan kolesterol tinggi (hipertrigliserida)
beresiko menderita infark miokard .
Guyton & Hall. (2007). Fisiologi
Kedokteran, Ed.11. Jakarta : EGC
Karyadi. (2006). Hidup bersama penyakit Riset Kesehatan Dasar (2013) Profil
hipertensi, asam urat, infark miokard, kesehatan Dasar. Jakarta. Balitbang
Jakarta: PT IntisariMediatama Kemenkes RI.
Kumar, Arun, and Ramiah Sivakanesan Riset Kesehatan Dasar Provinsi Jambi
2010 Cardiovascular Risk Factors (2013). Profil Kesehatan Jambi,
in Normolipidemic Acute Myocardial Jakarta: Balitbang Kemenkes RI
Infarct Patients on Admission–Do
Dietary Fruits and Vegetables Offer Rekam medik RSUD Raden Mattaher
Any Benefits? Online Journal of (2015). Pravalensi IM. Jambi: RSUD
Health and Allied Sciences 9(3). raden mattaher
Manfroi, Waldomiro Carlos, Carolina Smeltzer ,S.C., & Bare B.G.,( 2010).
Peukert, Clarissa Bacha Berti, et al. Brunner andSuddarth. Text book of
2002 Acute Myocardial Infarction: Medical Surgical Nursing. 11th
The First Manifestation of Ischemic Edition Philadelphia: Wolters Kluwer
Heart Disease and Relation to Risk
Factors. Arquivos Brasileiros de Voight, Benjamin F., Gina M. Peloso, Marju
Cardiologia 78(4): 392–395. Orho-Melander, et al.
2012 Plasma HDL Cholesterol and
Price, S.A., & Wilson, L.M., (2006). Risk of Myocardial Infarction: A
Patofisiologi Konsep Klinis Proses- Mendelian Randomisation Study.
proses Penyakit. Ed.6. Vol.2. The Lancet 380(9841): 572–580.
Jakarta ; EGC
Yuliani, Fadma, Fadil Oenzil, and Detty
Rosriyana (2014) faktor-faktor dominan Iryani
sindrom metabolik yang 2014 Hubungan Berbagai Faktor
berhubungan dengan kejadian akut Risiko Terhadap Kejadian Penyakit
miokard infark (ami) di ruang Jantung Koroner Pada Penderita
intensive cardiovaskuler care unit Diabetes Melitus Tipe 2. Jurnal
(icvcu) rsud dr. Moewarditahun Kesehatan Andalas 3(1).
Jurnal Kesmadaska. 5(2): 1-6 WHO, (2011), Epidemiologi of non
communicable disease report of
WHO consultation. Geneva
Switzerland

Anda mungkin juga menyukai