Anda di halaman 1dari 17

Kelompok 1: Bencana Banjir

Feni Wulandari 21117053


Helison 21117059
Heny Anggraini 21117062
Mutiara Fransiska 21117086
Nursyamsi Oktariani 21117090
Nurul Maesya 21117092
Rahma Arifah Putri 21117095

Kelas : PSIK IV B
Dosen Pembimbing : Siti Romadoni,S.Kep.,Ns., M.Kep.
Definisi Bencana Banjir

 Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No.24


Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana
dikemukakan bahwa bencana adalah peristiwa atau
rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu
kehidupan dan penghidupan masyarakat yang
disebabkan, baik oleh fakor alam dan atau faktor non
alam maupun faktor manusia, sehingga mengakibatkan
timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan,
kerugian harta benda, dan dampak psikologis.
 Banjir adalah suatu kondisi dimana tidak
tertampungnya air dalam aliran pembuang
(palung sungai) atau terhambatnya aliran air di
dalam saluran pembuang, sehingga meluap
menggenangi daerah (dataran banjir) sekitarnya.
Faktor Penyebab

Menurut Kodoatie (2002: 78-79) penyebab terjadinya banjir


dapat diklasifikasikan dalam 2 kategori, yaitu:
1. Banjir akibat sebab alami
a. Curah hujan
b. Pegaruh fisiografi
c. Erosi dan sedimentasi
d. Kapasitas sungai
e. Kapasitas drainase yang tidak memadai
f. Pengaruh air pasang
2. Banjir akibat tindakan manusia
a. Perubahan kondisi DPS seperti pengundulan
hutan
b. Kawasan kumuh
c. Sampah
d. Drainase lahan
e. Bendung dan bangunan air
f. Kerusakan bangunan pengendali banjir
g. Perencanaan sistim pengendalian banjir tidak
tepat
Jenis-Jenis Banjir

 Berdasarkan lokasi sumber aliran permukaannya :

a. Banjir kiriman (banjir bandang) : banjir yang diakibatkan oleh


tingginya curah hujan di daerah hulu sungai.

b. Banjir lokal : banjir yang terjadi karena volume hujan setempat


yang melebihi kapasitas pembuangan di suatu daerah.
 Berdasarkan mekanisme terjadinya banjir:

a. Regular flood : Banjir yang diakibatkan oleh hujan

b. Irregular flood : Banjir yang diakibatkan oleh selain hujan


seperti tsunami, gelombang pasang, dan hancurnya bendungan.
Menurut Promise (2009) dalam Setyowati (2016: 23) ciri-ciri
daerah yang rawan banjir adalah sebagai berikut :
1. Daerah dengan topografi berupa cekungan dan/ atau dataran
landai, dimana elevasi tanah mendekati atau di bawah muka
air laut.
2. Daerah dataran banjir alami seperti rawa dan bantaran
sungai.
3. Daerah aliran sungai (DAS) yang melampaui batas kritis,
dengan ciriciri tanah tandus.
4. Daerah dengan curah/intensitas hujan sangat tinggi.
5. Daerah dengan sistem saluran pembuangan air penuh
dengan sampah.
6. Daerah pantai yang rawan terhadap badai tropis.
7. Daerah pantai yang rawan tsunami yang bisa diakibatkan
oleh gempa tektonik dasar laut maupun gempa akibat
gunung api aktif yang terletak di dasar laut seperti Gunung
Dampak banjir bagi kehidupan warga, antara
lain sebagai berikut:

1. Kerusakan fisik seperti rumah, gedung, dll


2. Transportasi
3. Pencemara lingkungan
4. Mendatangkan wabah penyakit
5. Merusak pertanian dan langkanya persediaan
makanan
6. Merusak perekonomian
Tindakan untuk mengurangi dampak banjir sebagai
berikut (Ramli, 2010: 31-34):

1. Penataan daerah aliran sungai secara terpadu dan sesuai


dengan fungsi lahan.

2. Pembangunan sistem pemantauan dan peringatan dini


pada bagian sungai yang sering menimbulkan banjir.

3. Tidak membangun rumah dan permukiman di bantaran


sungai.

4. Tidak membuang sampah ke dalam sungai.


Faktor-faktor yang berhubungan dengan bahaya
banjir yang harus selalu diingat yaitu :

1. Frekuensi banjir

2. Tinggi permukaan tanah

3. Kemampuan tanah untuk menyerap air

4. Bentangan daerah seputar sungai

5. Catatan pasang surut dan gelombang laut serta kondisi


geografi.
Kesiapsiagaan terhadap bencana banjir

 Kesiapsiagaan menghadapi banjir adalah


kegiatan yang dilakukan dalam rangka
mengantisipasi bencana banjir sehingga
tindakan yang dilakukan pada saat dan
setelah terjadi banjir dilakukan secara
tepat dan efektif.
Upaya kesiapsiagaan yang biasanya dilakukan
oleh pemerintah di tingkat lokal yaitu :
1. Memasang tanda ancaman pada jembatan
yang rendah agar tidak dilalui masyarakat
pada saat banjir.
2. Mempersiapkan keperluan darurat selama
banjir
3. Melakukan perencanaan untuk melakukan
evakuasi.
4. Mengorgaisasikan sistem keamanan pada
keadaan darurat, khususnya rumah hunian
yang ditinggal mengungsi.
Tindakan kesiapsiagaan yang dapat dilakukan di tingkat masyarakat
(keluarga dan individu) :

1. Menempatkan barang-barang elektronik serta barang berharga di tempat


yang tinggi.
2. Menyediakan alamat/no.hp yang penting untuk dihubungi.
3. Menyediakan barang-barang kebutuhan darurat saat memasuki musim
penghujan seperti obat-obatan, makanan, minuman, baju hangat dan pakaian,
senter, selimut, pelampung, dll.
4. Pindahkan barang-barang rumah tangga ke tempat yang lebih tinggi.
5. Menyimpan surat-surat penting di dalam tempat yang tinggi, kedap air dan
aman.
Contoh Kejadian Bencana Banjir Di Daerah Hulu Sungai Cimanuk,
Kota Garut

Banjir makin sering terjadi di beberapa wilayah indonesia. Banjir didefenisikan sebagai peristiwa
meluapnya air sungai melebihi palung sungai (Anonim, 2011). Bencana yang umum terjadi dan
sering menyebabkan kerugian material yang besar, sehingga masyarakatpun ikut menjadi korban.
Contohnya seperti rusaknya kondisi DAS di daerah hulu sungai cimanuk dinilai menjadi salah
satu faktor penyebab terjadinya banjir pada tanggal 20 september 2016 di Kota Garut selain curah
hujan yang cukup tinggi. Masyarakat menjadi korban karena memanfaatkan lahan sekitar sungai
dengan berbagai alasan (Yuksek et al., 2013). Kejadian banjir pada tanggal 20 September 2016
tersebut sesuai dengan pernyataan Yuksek, et al. (2013) seperti yang terlihat pada Gambar
dibawah ini.

Banjir yang terjadi tersebut perlu dipelajari, karena pengetahuan mengenai keadaan suatu tempat
yang terkena bencana banjir dapat membantu menyiapkan masyarakat setempat untuk dapat
menghadapi bencana banjir tersebut (Brody, Kang, & Bernhardt, 2010), disamping meningkatkan
kewaspadaan dan kesadaran masyarakat terhadap bencana (Susanti, Miardini, & Harjadi, 2017).
Faktor Penyebab Bencana Banjir Di Cimanuk Hulu

1. Curah Hujan Harian Maksimum Yang Tinggi


Curah hujan harian di daerah hulu sesaat sebelum banjir, bervariasi dari 110 mm di Cikajang, 140 mm
di Bayangbong. Data hujan yang digunakan hanya data hujan saat kejadian, karena untuk melihat
besarnya pengaruh hujan saat itu terhadap kejadian banjir, sedangkan data hujan harian maksimum
digunakan untuk menganalisis kerentanan lahan.

2. Kelembaban Tanah Sebelum Terjadinya Banjir Yang Tinggi


Kelembaban tanah sebelum terjadinya banjir (antecedent soil moisture) sangat mempengaruhi besar
kecilnya suatu banjir. Kelembaban tanah ini didekati dengan besarnya curah hujan 5 (lima) hari
sebelum terjadinya banjir. Berdasarkan data pencatatan hujan di Stasiun Pengamat Hujan (SPH)
Bayongbong dan SPH Cikajang milik BPDAS Cimanuk Citanduy, kelembaban tanah sebelum
terjadinya banjir menunjukkan angka masing-masing 35 dan 44 mm. Walaupun curah hujan 5 (lima)
hari sebelum kejadian tidak terlalu tinggi, namun sudah cukup untuk menjenuhkan tanah sehingga pada
saat tanggal 20 September 2016, curah hujan di G. Papandayan sangat besar, maka air hujan tersebut
sebagian besar langsung menjadi aliran permukaan dan hanya sedikit yang masuk dalam tanah.

NEXT...
3. Persentase Luas Penutupan Lahan Hutan Dan Vegetasi Permanen Yang Kecil

Berdasarkan peta penutupan lahan yang dikeluarkan oleh BPKH (Balai Pengukuhan
Kawasan Hutan) tahun 2015, citra google earth, dan hasil pengecekan
lapangan menunjukkan bahwa luas hutan atau vegetasi permanen (hutan sekunder, hutan
tanaman, perkebunan) di Sub sub DAS Cimanuk Hulu hanya 17,9% dari luas Sub sub
DAS Cimanuk Hulu seperti yang terlihat pada Gambar 4 dan Tabel 4. Hutan dan vegetasi
permanen tersebut terdapat di batas DAS yang merupakan lerenglereng gunung
Papandayan, Mandalagiri, Cikuray dan Talagabodas.

4. Sistem Pertanian Lahan Kering Tanpa Konservasi Tanah Dan Air Yang Memadai
Berdasarkan pengamatan di lapangan banyak lahan pertanian khususnya tanaman
kentang, wortel, dan kubis ditanam pada lahan-lahan dengan kelerengan >25% tanpa
menerapkan
teknik konservasi tanah yang memadai. Hal tersebut akan memperbesar terjadinya aliran
permukaan dan erosi, sehingga volume sungai menjadi berkurang karena sedimentasi dan
aliran permukaan menjadi lebih besar. Gambar 6 memperlihatkan penanaman sayuran
yang ditanam tegak lurus dengan kontur yang mengakibatkan terjadinya erosi.
Kesimpulan

Banjir adalah ancaman musiman yang terjadi


apabila tubuh air meluap dari saluran yang ada dan
menggenangi wilayah di sekitarnya. penyebab
terjadinya banjir dapat diklasifikasikan dalam 2
kategori, yaitu banjir yang disebabkan oleh sebab
alami dan banjir yang diakibatkan oleh tindakan
manusia.

Anda mungkin juga menyukai