KELAS: 11 MIPA 3
2. Pada awalnya rakyat menyambut baik kedatangan Sekutu. Akan tetapi, dalam perkembangannya
justru rakyat Indonesia melakukan perlawanan sebagai bentuk penolakan terhadap kedatangan
Sekutu. Mengapa demikian?
4. Apa tujuan Kolonel Abdul Haris Nasution memerintahkan rakyat Bandung membumi hanguskan
gedung dan tempat tinggal mereka sebelum meninggalkan kota?
JAWAB:
Keadaan kehidupan politik dan pemerintahan Indonesia pada awal kemerdekaan masih belum stabil.
Ketidak setabilan ini di sebebkan oleh factor-faktor berikut .
1. Adanya persaingan antar partai politik yang berbeda ideologi untuk menjadi partai yang paling
berpengaruh di indonesia.
3. Bangsa Indonesia masih mencari sistem pemerintahan yang cocok sehingga terjadi
perubahansistem pemerintahan.
2. Jepang masih mempertahankan status quo di wilayah Indonesia sampai Sekutu datang sehingga
sering terjadi peperangan antara rakyat Indonesia dan tentara Jepang.
Secara politik, keadaan Indonesia di awal kemerdekaan belum mapan, terjadi ketegangan,
kekacauan dan berbagai insiden. Sebab ada pihak asing yang tidak ingin Indonesia merdeka.
Rakyat Indonesia masih bentrok dengan sisa-sisa kekuatan Jepang yang beralasan diminta Sekutu
tetap menjaga Indonesia dalam keadaan status quo.
Indonesia juga menghadapi tentara Inggris atas nama Sekutu dan NICA (Netherlands Indies Civil
Administration) atas nama Belanda yang datang kembali ke Indonesia dengan membonceng Sekutu.
Pemerintahan negara Indonesia memang sudah terbentuk beserta alat kelengkapan negara tetapi
masih banyak kekurangan di awal kemerdekaan.
2.) Pada awalnya kedatangan tentara Sekutu disambut baik oleh rakyat Indonesia karena bertujuan
melucuti tentara Jepang dan mengurus tawanan perang. Akan tetapi, setelah rakyat mengetahui
bahwa pasukan sekutu diboncengi tentara Netherlands Indies Civil Administration (NICA) yang
bertujuan menegakkan kekuasaan kembali di Indonesia, sikap rakyat mulai berubah menjadi curiga
dan memusuhi. Keadaan menjadi semakin memburuk ketika tentara NICA sering memancing
kerusuhan dengan masyarakat yang akhirnya mendapatkan perlawanan dari masyarakat.
Karna warga indonesia menganggap bahwa kedatangan sekutu akan memberi kemakmuran atau
kesejahteraan tapi lama kelamaan tujuan sekutu di ketahui oleh warga indonesia yaitu menguasai
wilayah indonesia sehingga melakukan perlawanan.
3.) Operasi Lintas Laut Banyuwangi Bali memiliki tujuan untuk melakukan konsolidasi dan mengatur
penggabungan dengan para pemuda dan rakyat Bali yang pada saat itu Pulau Bali sudah di duduki
Belanda. Kapten Laut Markadi langsung berinisiatif membuka seragam dan menyembunyikan
senjata dengan maksud menyamar sebagai nelayan.
4.) Hal ini dilakukan untuk mencegah tentara Sekutu dan tentara NICA Belanda untuk dapat
menggunakan kota Bandung sebagai markas strategis militer dalam Perang Kemerdekaan Indonesia.
5.) Latar belakang pertempuran 5 hari di Semarang berasal dari rangkaian beberapa peristiwa yang
telah terjadi sebelumnya, antara lain:
Pelucutan senjata Jepang kemudian dilakukan di beberapa wilayah tanpa kekerasan, tetapi di
ibukota Semarang justru terjadi kekerasan. Kido Butai atau pusat ketentaraan Jepang di Jatingaleh
Semarang tidak yakin bahwa senjata – senjata tersebut tidak akan digunakan untuk melawan
Jepang, walaupun telah dijamin oleh Mr. Wongsonegoro sebagai Gubernur. Permintaan berulang
untuk menyerahkan senjata hanya berhasil mengumpulkan senjata – senjata yang sudah agak usang.
Pemuda Semarang dan BKR semakin curiga ketika sekutu mendaratkan pasukannya di Pulau Jawa.
Indonesia khawatir bahwa Jepang akan menyerahkan senjata kepada Sekutu dan harus
mendapatkan kesempatan menyita senjata tersebut sebelum sekutu mencapai Semarang. Ketika
tawanan Jepang sedang dipindahkan dari Cepiring ke Bulu, mereka kabur dan menggabungkan diri
dengan pasukan Kidobutai.
Setelah pelarian tawanan Jepang itu, pada 14 Oktober 1945 pukul 06.30, para pemuda diinstruksikan
untuk mencegat dan memeriksa mobil Jepang yang lewat di depan RS Purusara. Sedan dan senjata
milik Kempetai disita, pada sore hari tentara Jepang yang masih tersisa dijebloskan ke penjara Bulu.
Pukul 18.00 pasukan Jepang yang bersenjata lengkap menyerang mendadak dan melucuti delapan
anggota polisi istimewa yang sedang menjaga sumber air minum bagi warga kota di Candilama yaitu
Reservoir Siranda. Kedelapan anggota polisi dibawa ke markas Kidobutai di Jatingaleh, dan tersiar
kabar bahwa tentara Jepang sudah meracuni sumber air minum tersebut sehingga rakyat menjadi
gelisah. Cadangan air di Candi, desa Wungkal adalah satu – satunya sumber air di Semarang pada
waktu itu.
Setelah berita tersebut tersiar, dr. Kariadi sebagai Kepala Laboratorium RS Purusara dan berniat
untuk memastikan kabar tersebut. Ia kemudian pergi kesana dalam situasi yang sangat berbahaya
karena Jepang telah menyerang beberapa tempat termasuk rute menuju reservoir. Istrinya drg.
Soenarti mencoba mencegah namun tidak berhasil. Dalam perjalanan menuju reservoir, mobil dr.
Kariadi dicegat oleh tentara Jepang di Jalan Pandanaran dan ia ditembak bersama tentara pelajar
yang menjadi supirnya. Dr. Kariadi dibawa ke rumah sakit sekitar pukul 23.30 WIB, tetapi nyawanya
tidak dapat diselamatkan dan gugur dalam usia 40 tahun lebih satu bulan. Gugurnya dr. Kariadi turut
menjadi salah satu latar belakang pertempuran 5 hari di Semarang.