Anda di halaman 1dari 9

Ringkasan Dicky Adhi Putra

Kitab : Mengapa Islam Mundur? (The Factors of Moslem’s Weakness)

Karya : Samih Athef az-Zein

Pendahuluan

 Pertanyaan umum:
a. Apakah syari`at Islam bisa diterapkan di zaman sekarang?
b. Apakah Islam benar-benar diterapkan sepeninggal Rasulullah?

 Pertanyaan itu ada karena:


a. Ingatan kaum muslim tentang sejarah Islam dan kaum muslim yang di-set musuh-musuh Islam.
b. Muslim melihat penerapan syari`at Islam melalui kacamata Demokrasi.

 Buku ini menyajikan fakta Islam pernah diterapkan selama lebih dari 12 abad, faktor keruntuhannya,
dan penghalangnya untuk bangkit kembali.

Islam adalah Ajaran Praktis

 Kaum muslim pernah menerapkan Islam dan hanya Islam saja yang diterapkan sepanjang
sejarahnya, dari tahun pertama Hijrah sampai tahun 1918 Masehi.

 Yang berperan penting yaitu qadhi (hakim) di wilayah masyarakat dan wali (gubernur) di wilayah
administrasi negara.

 Buktinya adalah catatan-catatan kuno yang tersimpan di Yerussalem, Baghdad, Damaskus, Istanbul,
dll.

 Non-muslim meneliti hukum Islam. Contoh: Sulaiman Baz yang menjelaskan tentang al-Majalla yang
menjadi produk hukum Khilafah Turki `Ustmani.
 Namun, tahun 1857 M, negara `Utsmani mengambil undang-undang keuangan. Tahun 1870 M
mengambil undang-undang perdagangan. Keduanya diambil dari Barat. Di tahun ini pula pengadilan
dibagi menjadi pengadilan agama dan pengadilan sipil.

 Tahun 1917, kaum imperialis mulai memaksakan penerapan undang-undang pidana, meski
bertentangan dengan syari`at Islam.

 Kekeliruan penerapan sistem Islam adalah karena penerapnya (muslimnya), bukan Islamnya. Di tiap
zaman mesti ada orang fasiq, kafir, bahkan munafiq, termasuk ketika zaman Rasulullah, penerap
Islam terbaik.

 “Sejarah”:
a. Sejarah masyarakat Islam belum pernah ditulis di periode manapun.
b. Yang ditulis adalah sejarah tokoh dan penguasa periode tertentu. Itu pun yang menulisnya bila
bukan pemuja, ya pencela.
c. Mengkajinya melalui berbagai pertimbangan terhadap berbagai aspek secara akurat.
d. Tidak bisa dijadikan peraturan dan dalil. Yang bisa dijadikan peraturan adalah buku fiqh. Sumber
penarikan hukum (istinbath) dapat diketahui dari pengambilan dalil-dalil yang rinci.

 Keberhasilan penerapan Islam dilihat dari:


a. Qiyadah Fikriyah (kepemimpinan berpikir)
b. Kreativitas dan penemuan

Unsur-Unsur Lemahnya Kaum Muslim

 Memanfaatkan teks-teks Islam (hadits-hadits Nabi); mengadakan banyak pemalsuan dan


penyelewengan makna hadits. Usaha ini gagal karena ketatnya kategorisasi hadits oleh para `ulama’.

 Penghancuran penggunaan bahasa Arab; bahasa Arab dipisahkan dari Islam. Usaha ini sempat gagal
namun kemudian berhasil. Pada abad 6 H, banyak wali yang tahu hanya sedikit dari bahasa Arab.
Pun kemudian pintu ijtihad ditutup.

 Penyesuaian Islam dengan realita kehidupan; Islam dikompromikan dengan kenyataan kehidupan
sehari-hari. Barat meyakinkan umat Islam kalau sistem hukumnya tidak bertentangan dengan
syari`at Islam. Dampaknya:
a. Re-interpretasi hukum; Contoh: Riba halal, Hudud boleh ditiadakan, dll.
b. Aplikasi keliru dari syari`at Islam; adanya 2 khalifah dan lebih (akibat wali diberikan wewenang
terlalu luas), menyalahgunakan bai`at (masa Umayyah), dll.
 Meski begitu, kekuasaan `Utsmani masih luas dan kuat secara militer (dengan penyatuan daerah-
daerah Arab), namun menurun di aspek bahasa Arab, hukum, intelektual.

 Wilayah kaum muslim tetap meluas, terutama di bawah kepemimpinan Muhammad al-Fatih (abad
9 H) sampai akhir masa pemerintahan Sulaiman al-Qanuni (abad 11 H).

 Mulai abad 12 H kelemahan negara `Utsmani mulai tampak. Termasuk di antaranya dimasukkannya
hukum Barat kepada undang-undang Islam.

 Dari abad 9 H sampai abad 13 H, Resaissance membuat Eropa bangkit dan Islam saat itu sudah
melewati masa keemasannya.

 Terjadi banyak penjajahan yang dilakukan Barat, yakni:


a. Rusia (1762-1796 M); menjajah wilayah sepanjang Pantai Timur sampai Laut Hitam.
b. Inggris (1882 M); menjajah Mesir dan Sudan.
c. Prancis (1798 M); menjajah Mesir dan Syam selatan; (1881 M) menjajah Aljazair; (1912 M)
menjajah Maroko.
d. Belanda; menjajah Indonesia (Hindia-Belanda).

 Wilayah `Utsmani yang lepas:


a. Balkan (1878 M)
b. Yunani (1830 M)
c. Pulau Kreta
d. Siprus
e. Pulau-pulau lain di Laut Mediterania

 Tahun 1918-1921 M, terjadi Perang Dunia 1 dan negara `Utsmani kalah. Di sini Mustafa Kemal
Attaturk mulai melakukan “pukulan pamungkas” terhadap negara `Utsmani sampai kejatuhannya (3
Maret 1924).
Bangkitnya Nasionalisme Melalui Serangan Misionaris

 Aktivitas misionaris:
a. Pendidikan
b. Bantuan kemanusiaan

 Aktor (kebanyakan berasal dari):


a. Inggris
b. Prancis
c. Amerika Serikat

 Mereka mengarahkan gerakan nasionalisme di Arab dan Turki, dengan tujuan:


a. Mengisolir bangsa Arab dari Negara Islam `Utsmani. Di sini mereka berhasil.
b. Membuka tali keyakinan kaum muslim yang selama ini menjadi pengikat mereka satu dengan
yang lain menjadi satu komunitas muslim. Di sini mereka gagal.

 Senjata Barat: Paham nasionalisme

 Motif penjajahan Barat: Penderitaan akibat Perang Salib.

 Dalam Perang Salib, kaum Salib melawan kaum muslim bersandar pada 2 unsur:
a. Orang Kristen yang tinggal di negara Islam; ternyata orang Kristen di negara Islam memihak
negara Islam (kaum muslim). Kaum kafir dzimmi sadar bahwa di negara Islam mereka
diperlakukan baik.
b. Mereka bergantung pada jumlah kekuatan yang dimiliki. Sementara itu, kondisi kaum muslim
sedang kacau dan terpecah. Meski sudah menduduki Syam 2 abad, tapi kemudian pasukan
muslim berhasil mengalahkan balik pasukan Salib.

 Mereka sadar kekuatan kaum muslim ada pada syari`at Islam, maka mereka kemudian berusaha
menyebar Injil. Alurnya:
a. Abad 16 M; membuat pusat kegiatan misionaris di Malta sampai tahun 1820 M.
b. 1625 M; melebarkan sayap, masuk ke Syam sampai 1773 M.
c. 1820 M; mendirikan pusat kegiatan misionaris di Beirut.
d. 1834 M; dibangun sekolah di desa `Ain Turn di Libanon, Syam.
e. Hadir Elie Smith seorang misionaris Amerika beserta istrinya yang mendirikan sekolah khusus
wanita. Di Syam, pendidikan dasar dimotori oleh Ibrahim Pasha (sampai 1840 M) yang
mengambil kurikulum dari Prancis.
f. 1841 M; perang sipil di negara `Utsmani antara kaum Kristen dengan kaum Druze. Konflik ini
dinyalakan oleh Inggris dan Prancis.
g. Juli 1860 M; perang sipil memanas sehingga negara `Utsmani menggunakan kekuatan militer
untuk meredam mereka. Inggris dan prancis ikut-ikutan dan mendesak `Utsmani membagi
Libanon dalam 2 kekuasaan.

 Misi menggunakan kelompok-kelompok pendidikan:


a. 1842 M-1847 M; sebuah komite perkumpulan para ilmuwan seni dan sains dibuat, disponsori
Amerika. Anggotanya:
- Nassif al-Yajizi dan Butros al-Bustani (Libanon)
- Cornelius Van Dyck (Amerika)
- Kolonel Churchill (Inggris)

Dalam 2 tahun pertama, hanya berhasil merekrut 50 orang, seluruhnya Kristen yang berasal dari
Beirut.

b. 1850 M; Ordo Yesuit mendirikan perkumpulan Oriented Society, disponsori pastor asal Prancis,
Henry du Broniere. Programnya mengadopsi perkumpulan sebelumnya (a), yakni seni dan sains.
Dalam waktu singkat, perkumpulan ini bubar.
c. 1857 M; dibentuk kelompok Syrian Science Society, namun hanya menerima orang-orang Arab
saja. Di sini muslim banyak tertarik bergabung. Sebagian anggotanya:
- Muhammad Arislan (kalangan Druze)
- Hussein Bayhom (muslim)
- Ibrahim Yaziji (Kristen)

Program utamanya adalah konsiliasi antara berbagai agama dalam berbagai pandangan,
membangkitkan kembali nasionalisme Arab.

d. 1857 M; di Beirut didirikan perkumpulan rahasia:


- Bahasan : Isu politik yang bertujuan membangkitkan nasionalisme Arab.
- Jumlah : 5 orang dan sudah dididik oleh sekolah Protestan di Beirut. Dalam waktu
singkat, mendapat banyak anggota.
- Tugas : selebaran pamflet dan lainnya yang menyerukan nasionalisme Arab dan
permusuhan terhadap negara `Utsmani. Aktivitas ini dilaporkan konsul Inggris di Beirut (28
Juli 1880 M) dan di Jeddah (1882 M), kemudian oleh seorang Prancis di Beirut (1882 M).

 Count Henry du Castry (intelektual Prancis) berkomentar tentang kesalahpahaman orang-orang


Kristen awam karena:
a. Cerita-cerita abad pertengahan.
b. Nyanyian-nyanyian Kristen sebelum abad ke-12.

Akibatnya, mereka menganggap kaum muslim itu tidak beriman, penyembah berhala, dan dukun.
 Profesor Leopold Wice, Islam on the Crossroad, menulis yang intinya:
a. Renaissance di Eropa banyak mengambil referensi dari sumber-sumber Islam dan Arab.
b. Namun, Eropa tak mengucap sedikitpun terima kasih, malah semakin membenci Islam.
c. Sampai masyarakat mengalami reaksi tertentu ketika mendengar/mengucap kata “muslim”.

 Sampai tiba masa ilmuwan Barat mulai melakukan kajian terhadap budaya asing (Islam). Prof.
Leopold Wice berkata yang intinya:
a. Orientalis adalah juga para misionaris Kristen yang aktif bekerja di negeri-negeri Islam.
b. Kesalahpahaman mereka terhadap Islam sudah dipupuk melalui sejarah dan kemudian
menimbulkan sikap orang Eropa terhadap “penyembah dukun”.
c. Itu semua karena naluri yang diwarisi sejak masa Perang Salib.

Hasil-Hasil Serangan Misionaris

 Serangan misionaris secara kultural sebagai landasan imperialisme Eropa atas dunia Islam, yakni
pada:
a. Membawa sistem pendidikan; filsafat dan kultur Barat lainnya.
b. Memprogram sejarah; dan mana yang harus dijejalkan ke pikiran kaum muslimin.

 Akibatnya:
a. Mempelajari sirah Rasul seperti mempelajari kisah Bismarck atau Napoleon.
b. Praktik ritual (ibadah) dan morak diajarkan hanya dari sisi manfaat praktis, bukan merupakan
perintah Allah.
c. Pemalsuan sejarah Islam dengan dalih, “Hasil kejujuran sejarah dan mengikuti metode riset
sains.”
d. Sebagian muslim mengadopsi pemikiran-pemikiran Barat, bersandar pada nilai-nilai Barat, dan
mengarahkan kepada cara hidup dan cara pandang Barat.

 Sikap sebagian muslim kala itu:


a. Menerima Barat dan segala yang dianggapnya modern, bahkan sampai melawan Islam sendiri.
b. Berusaha membela entah caranya benar atau salah, juga tanpa memperhatikan apakah kritikan
itu benar atau tidak. Islam menjadi pihak tertuduh. Bukannya mengusir misionaris, malah
mereka terkesan membantunya.
c. Ada yang mengatakan bahwa peradaban Barat telah mengambil sebagian konsep Islam, hanya
saja dibengkokkan. Padahal Peradaban Barat dan Islam itu saling berseberangan.
d. Di kalangan politisi, mereka dihasut Barat untuk melawan negara `Utsmani, negaranya sendiri
atas nama “perbaikan negara”.
 Para politisi negara `Utsmani seakan buta terhadap kenyataan, bahwa setiap bantuan dari kaum
imperialis merupakan bunuh diri politik.

 Mereka tertular opini keliru dan mengambil prinsip-prinsip asing dari luar Islam.

 Mereka mengambil paham nasionalisme, sosialisme, patriotisme. Agama hanya diserukan pada
aspek spiritual dan ketinggian moral saja. Ada yang terseret pada arus pendidikan saja. Dll.

 Intinya, mereka bergerak membabi buta akibat serangat misionaris Barat-Kristen.

Mencegah Kembali Dominasi Islam di Tengah-Tengah Kehidupan

 Setelah Mustafa Kemal Attaturk menghapus Khilafah, muncul Hussein bin Ali yang berupaya
mengembalikan Khilafah. Namun kemudian dia diusir dari Hejaz ke Siprus.

 Telah diadakan beberapa konferensi kekhilafahan di Kairo dan India, namun semuanya disusupi
Inggris sehingga konferensi itu tidak membuahkan hasil, malah ditanamkan patriotisme.

 Setelah itu, timbul perdebatan tentang nama organisasi Liga Arab atau Liga Islam yang lebih baik,
yang belakangan muncul OKI (Organiasi Konferensi Islam). Padahal organisasi itu tidak sesuai
dengan ajaran Islam. Sebab, praktiknya menghalangi persatuan kaum Muslim, dan mengacaukan
kaum muslim dari ide tentang Khilafah dan hukum Islam.

 Turki dan Arab diadu domba dengan nasionalisme-patriotisme, yangmana Turki dan Arab memaksa
masing-masing menjadi negara mandiri.

 Kaum Muslim menjadi malu mengucapkan kata “Khilafah”. Merupakan anggapan tak tertulis, yang
memperjuangkan Khilafah adalah reaksioner, radikal, biadab, tidak berpendidikan dan bukan
intelek.

 Penjajah mulai menerapkan:


a. Kapitalisme (ekonomi)
b. Demokrasi (politik)
c. Undang-undang Barat (administrasi dan peradilan negara)
 Sikap-sikap yang mulai muncul:
a. Memisahkan urusan agama dan negara.
b. Sebagian muslim berpendapat bahwa penyebab kemunduran muslim adalah fanatik terhadap
agamanya.
c. Politik dan sistem hukum tidak boleh dipercayakan pada pemuka agama.
d. Sebagian muslim berpendapat bahwa penyebab kemunduran muslim adalah tergerusnya nilai
akhlaq dan spiritual.

Kesulitan-Kesulitan yang Menghalangi Kembalinya Sistem Islam

 Pertama, adanya pemikiran-pemikiran bukan Islam dan infiltrasi pemikiran-pemikiran tersebut ke


dunia Islam.
Ketika Islam merosot secara pemikiran, kesempatan ini digunakan musuh Islam memasukkan
pemikiran asing kepada muslim. Akibatnya, pemikiran muslim menyimpang. Kaum muslim
berpendidikan menuntut dibukanya penerapan Islam menurut versi atau interpretasi mereka sendiri
terhadap Islam.

 Kedua, adanya program dan metode pendidikan yang dibuat oleh kaum penjajah di sekolah-sekolah
dan perguruan tinggi.
Mental para alumnus yang kemudian menjadi pegawai pemerintah dengan berbagai
jabatan/poisisinya ditanamkan penjajah: anti Islam.

 Ketiga, program pendidikan di seluruh jenjang telah dibentuk arahnya untuk berseberangan dengan
Islam.
Muslim dijejalkan tsaqafah seperti sejarah, sastra, filsafat, hukum yang asing. Mental muslim juga
dibentuk untuk tidak perlu lagi mempresetasikan Islam dalam kehidupan mereka.\

 Keempat, pemujaan terhadap beberapa jenis tsaqafah, seperti sosiologi, psikologi, pedagodi, dll
sebagai sains.
Padahal, sains  tsaqafah. Sains memerlukan observasi, eksperimen, dan deduksi (kesimpulan).
Sedangkan tsaqafah hanya menggunakan observasi dan deduksi, tanpa eksperimen (laboratorium)
yang menjadi unsur dasar sains. Hipotesis tsaqafah sosiologi, psikologi dll bersifat individual dan
temporal (dinamis) dan diterapkan di masyarakat sehingga hanya menghasilkan anggapan terhadap
fakta, tidak absolut seperti sains. Padahal masyarakat itu terdiri dari ragam kondisi. Masyarakat
merupakan kesatuan individu yang memiliki:
a. Pemikiran yang sama
b. Perasaan yang sama
c. Aturan yang sama
 Kelima, kenyataan bahwa masyarakat di dunia Islam dipimpin oleh kehidupan (banyak aspek) non-
Islam, dan mereka hidup dengan cara pandang yang bertentangan dengan Islam.

 Keenam, adanya jurang antara kaum muslim dengan perundang-undangan Islam, terutama dalam
aspek pemerintahan dan kebijakan keuangan, membuat gambaran kaum muslim tentang Islam
menjadi samar.
Muslim kebanyakan tidak memahami perundang-undangan Islam, meski mereka muslim.

 Ketujuh, adanya opini umum mengenai patriotisme, nasionalisme, dan sosialisme.


Ketika Barat menjajah kaum muslim, Barat memasukkan sistem kapitalisme ke dalam ekonomi kaum
muslim. Kemudian memasukkan perasaan patriotisme untuk membela negara dari musuh negara
dan atas nama nasionalisme, mereka membuat undang-undang sendiri. Secara sosial menerapkan
sosialisme.

Anda mungkin juga menyukai