NURHASNI
14420192126
( ) ( )
hormon tiroid yang aktif dan aktivitasnya 3 kali lebih besar dibanding T 4.
tiroid dan kadar TSH turun jika kadar T4 dan T3 disekresikan dalam
suara serak, kulit dan rambut tampak kering, pucat, dan denyut jantung
2. Etiologi
Etiologi dari hipotiroidisme dapat digolongkan menjadi tiga tipe yaitu:
a. Hipotiroid primer
Mungkin disebabkan oleh congenital dari tyroid
(kretinism),sintesis hormone yang kurang baik ,defisiensi iodne
(prenatal dan postnatal), obat anti tiroid ,pembedahan atau terapi
radioaktif untik hipotoroidisme,penyakit inflamasi kronik seperti
penyakit hasimoto,amylodosis dan sarcoidosis.
b. Hipoteroid sekunder
Hipotoroid sekunder berkembang ketika adanya stimulasi yang
tidak memadai dari kilenjar tiroid normal,konsekwensinya jumlah
tiroid stimulating hormone (TSH) meningkat.ini mungkin awal dari
satu mal fungsi dari pituitary atau hipotalamus.ini juga dapat di
sebabkan oleh resistensi perifer terhadap hormone tiroid.
c. Hipotiroid tertier/pusat
Hipotiroid tertier dapat berkenbang jika hipotalamus gagal
untuk memproduksi toroid releasing (TSH) dan akibatnya tidak
dapat distimulasi pituitary untuk mengeluarka TSH.ini mungkin
berhubungan dengan suatu tumor/ lesi destruktif lainnya diarea
hipotalamus.ada dua bentuk utama dari goiter sederhana yaitu
endemic dan sporadic. Goiter endemic prinsipnya di sebabkan oleh
nutrisi,defisiensi iodine .ini mengalah pada “goiter bert” dengan
karekteristik area geografis oleh minyak dan air yang berkurang
dan iodine.
Sporadic goiter tidak menyempit ke area geografik lainya
.Biasanya di sebabkan oleh:
- Kelainan genetic yang dihasilkan karena metabolism iodine yang
salah
- Ingesti dari jumlah besar nutrisi goiterogen (agen produksi goiter
yang menghambat produksi T4) seperti kobis ,kacang ,kedelai,buah
persik, bayam ,kacang polong, stroberi ,dan lobak. Semua
mengandung goitogenik glikosida.
- Ingesti dari obat goitrogen seperti thioureas dan thocar
bomen[ CITATION Nur153 \l 14345 ].
3. Patofisiologi
Hipotiroid dapat disebabkan oleh gangguan sintesis hormon tiroid
atau gangguan pada respon jaringan terhadap hormon tiroid. Sintesis
hormon tiroid di awali Hipotalamus membuat ”thyrotropin releasing
hormone (TRH)” yang merangsang hipofisis anterior. Hipofisis
anterior mensintesis thyrotropin (”thyroid stimulating hormone =
TSH”) yang merangsang kelenjar tiroid. Kelenjar tiroid mensintesis
hormone tiroid (”triiodothyronin = T3 dan tetraiodothyronin = T4 =
thyroxin”) yang merangsang metabolisme jaringan yang meliputi :
konsumsi oksigen, produksi panas tubuh, fungsi syaraf, metabolisme
protrein, karbohidrat, lemak, dan vitamin-vitamin, serta kerja daripada
hormon-hormon lain.
Penyakit lokal dari kelenjar tiroid yang menghasilkan produksi
hormon tiroid menurun adalah penyebab paling umum dari
hipotiroidisme. Dalam keadaan normal, tiroid melepaskan 100-125
nmol tiroksin (T4) sebanyak kebutuhan harian dan hanya sedikit
triiodothyronine (T3). Waktu paruh T4 adalah sekitar 7-10 hari. T4,
prohormon, diubah menjadi T3, bentuk aktif dari hormon tiroid, di
jaringan perifer oleh 5′-deiodination.
Pada awal proses penyakit, mekanisme kompensasi
mempertahankan tingkat T3. Penurunan produksi T4 penyebab
peningkatan sekresi TSH oleh kelenjar pituitari. TSH merangsang
hipertrofi dan hiperplasia kelenjar tiroid dan tiroid T4-5′-deiodinase
aktivitas. Hal ini, pada gilirannya, menyebabkan tiroid untuk
melepaskan lebih banyak T3. Karena semua sel yang aktif secara
metabolik memerlukan hormon tiroid, kekurangan hormon memiliki
berbagai efek. Efek sistemik adalah karena baik derangements dalam
proses metabolisme atau efek langsung oleh infiltrasi myxedematous
yaitu, akumulasi glucosaminoglycans dalam jaringan.
Perubahan myxedematous dalam hasil jantung pada kontraktilitas
menurun, pembesaran jantung, efusi perikardial, penurunan nadi, dan
penurunan cardiac output. Dalam saluran pencernaan, achlorhydria dan
penurunan transit di usus dengan lambung dapat terjadi stasis. Pubertas
tertunda, anovulasi, ketidakteraturan menstruasi, dan infertilitas yang
umum. Penurunan tiroid efek hormon dapat menyebabkan peningkatan
kadar kolesterol total dan low-density lipoprotein (LDL) kolesterol dan
kemungkinan perubahan dalam high-density lipoprotein (HDL)
kolesterol yang disebabkan oleh perubahan dalam izin metabolik.
Selain itu, hipotiroidisme dapat menyebabkan peningkatan resistensi
insulin.
4. Penyimpangan KDM
Depresi ventilasi
Anemia
1. Keterlambatan Pertumbuhan
6. Komplikasi
a. Koma miksedema, ditandai oleh eksaserbasi (perburukan) semua
gejala hipotiroidisme termasuk hipotermi tanpa menggigil, hipotensi,
hipoglikemia, hipoventilasi, dan penurunan kesadaran hingga koma.
b. Kematian dapat terjadi apabila tidak diberikan HT dan stabilisasi
semua gejala.
7. Pemeriksaan Penunjang
a. T3 dan T4 serum rendah
b. TSH meningkat pada hipotiroid primer
c. TSH meningkat pada hipotiroid sekunder
d. Titer autoantibody tiroid tinggi pada >80% kasus
e. Peningkatan kolesterol
f. Pembesaran jantung pada sinar X dada
g. EKG menunjukkan pada sinus bradikardi, rendahnya voltase
kompleks QRS dan gelombang T datar atau inverse
8. Penatalaksanaan
a. Terapi sulih hormon
Obat pilihannya adalah sodium levo thyroxine.
Umur Dosis g/kg BB/hari
0-3 bulan 10-15
3-6 bulan 8-10
6-12 bulan 6-8
1-5 tahun 5-6
2-12 tahun 4-5
>12 tahun 2-3
b. Pembedahan
Tiroidektomi dilaksanakan apabila goiternya besar dan menekan
jaringan sekitar. Tekanan pada trakea dan esophagus dapat
mengakibatkan inspirasi stridor dan disfagia. Tekanan pada laring
dapat mengakibatkan suara serak.
9. Prognosis
Prognosis meningkat secara dramatis dengan adanya neonatal
screening program. Diagnosis yang cepat dan pengobatan yang
adekuat dari minggu pertama kehidupan dapat memberikan
pertumbuhan yang normal termasuk intelegensi dibandingkan dengan
lainnya yang tidak mendapatkannya. Prognosis juga bergantung pada
etiologi yang pasti. Infant yang megalami keadaan kadar T4 yang
rendah dengan retardasi pematangan skeletal, mengalami penurunan
IQ 6-19 point, dan kelainan neuropskikologis misalnya, inkoordinasi,
hypotoni atau hipertoni, kurang perhatian, dan kesulitan bicara. Pada
20% kasus terjadi kesulitan mendengar. Tanpa pengobatan, infant yang
mengalamianya akan ditemukan defisensi mental dan retardasi
pertumbuhan. Hormon tiroid sangat penting untuk pertumbuhan otak,
maka diperlukan diagnosis biokimia untuk mengetahuai apakah ada
kelainan atau tidak agar dapat segera di tatalaksana untuk mencegah
kerusakan otak yang irreversible. Keterlambatan diagnosis, kegagalan
untuk menangani hyportyroxemia secara cepat, pengobatanya yang
tidak adekuat, dan pemenuhan yang kurang pada 2-3 tahun pertama
kehidupan dapat menghasilkan derajat kerusakan otak yang bervariasi.
B. Konsep Keperawatan
1. Pengkajian
a. Identitas klien
Biasanya berisikan nama, umur, jenis kelamin, agama, suku
bangsa / ras, pendidikan, bahasa yang dipakai, pekerjaan,
penghasilan dan alamat.
b. Tanda-tanda vital
Nadi :biasanya menurun (melemah)
Suhu:biasanya menurun
Pernafasaan:biasa meningkat
c. Riwayat kesehatan dahulu
Biasanya hipotiroidisme tidak terjadi dalam semalam, tetapi
perlahan selama berbulan-bulan, sehingga pada awalnya pasien
atau keluarganya tidak menyadari, bahkan menganggapnya
sebagai efek .
d. Riwayat kesehatan utama
Bisanya sesak nafas,biasanya sulit menelan, biasanya
pembengkakan pada leher,biasnya pasien nampak gelisah, tidak
mau makan. rasa capek, intoleransi terhadap dingin, kulit terasa
kering, bicara lamban, demensia, dispnea, suara serak, gangguan
haid: menorrhagia dan amenore, rambut rontok dan menipis, kulit
tebal karena penumpukan mukopolisakarida dalam jaringan sub
cutan, pasien sering mengeluh dingin walaupun dalam keadaan
hangat.
e. Riwayat kesehatan keluarga
Biasanya klien menderita penyakit tersebut dan apakah ada
anggota keluarga yang menderita penyakit yang sama.
f. Pemeriksaan fisik
o Kepala
- Keadaan rambut : biasanya warna hitam, biasanya
rambut rontok,menipis dn kasar.
- Hidrasi kulit daerah dahi : biasanya apabila dilakukan
penekanan ibu jari terdapat udem
- Palpebraa : biasanya terdapat udema
- Sclera : biasanya tidak iterik
- Conjunctiva : biasanya anemis
- Pupil dan reflex cahaya: biasanya pupil bulat dan
memberikan reflex cahaya yang baik
- Hidung : biasanya simestris kiri dan kanan ,biasanya tidak
ada benda asing dan pendarahan,sekret tidak ada hanya ada
penurunan dalam indara penciuman
- Telinga dan membrane tympani: biasanya telinga
semestris kiri dan kanan dan biasanya membrane tympani
memberikan reflek cahaya
- Mulut : biasanya bau mulut,pada gigi biasanya ada
karies,biasanya lidah kurang bersih tidak ada pembesaran
tonsil dan biasanya sulit menelan
- Leher dan pemeriksaan JVP : biasanya terdapat
pembengkakan pada area leher dan biasanya vena jugularis
ada pembesaran dan terdapat kaku kuduk.
o Pemeriksaan thorak
- I :biasanya bentuknya semetris kiri dan kanan dan biasanya
pola nafas tidak efektif akibat adanya dispinea(tidak
nyaman dalam bernafas).
- P : biasanya bergerakan thoras kiri dan kanan simetris
- P : biasanya bunyinya sonor
- A : biasanya suara broncial
o Jantung
- I: biasanya tidak icus cordis tidak terlihat
- P: biasanya icus cordis teraba
- P: biasanya bunyinya pekak
- A:biasanyadetak jantung melambat
o Abdomen
- I: biasanya bentuk perut datar
- A: biasanya bunyi peristaltik yang keras dan panjang
- P: biasanya tidak terasa nyeri
- P: biasanya tympani
o Integument :
Biasanya Kulit kering, pecah-pecah, bersisik dan
menebal,Pembengkakan, tangan, mata dan wajah,Tidak tahan
dingin
g. Kebiasaan sehari-hari
o Nutrisi
- Sehat: biasanya 3x1 sehari ( porsi makan dihabiskan )
- Sakit: biasanya porsi 3x1 sehari (porsi makan ¼
dihabiskan )
o Eliminasi
- Sehat: biasanya 2x sehari
- Sakit: biasanya 1x sehari
o Istirahat
- Sehat: biasanya 8-9 jam perhari
- Sakit: biasanya 5-6 jam perhari
o Aktivitas
- Sehat: biasanya bisa bergerak bebas dan mandi 2x sehari
- Sakit: biasanya klien sering mengalami nyeri ada saat
beraktivitas dan mandi 1x sehari.
2. Diagnosis Keperawatan
a. Intoleransi aktifitas b/d kelelahan dan penurunan proses kognitif
b. Perubahan suhu tubuh: hipotermi b/d penurunan metabolisme
c. Konstipasi b/d penurunan fungsi gastrointestinal
d. Pola nafas tidak efektif b/d depresi fentilasi
e. Defisit nutrisi b/d lambatnya laju metabolisme tubuh
3. Intervensi Keperawatan
N DIAGNOSA KEPERAWATAN NOC NIC
o
1 Intoleransi aktivitas 1. Energi konservation Aktiviti terapi
2. Aktiviti tolerance 1. Kolaborasikan dengan
3. Self care: AD.rs tenaga rehabilitasi
4. Kriteria hasil: medik dalam
1. Berpartisipasi dalam merencanakan
aktifitas fisik tanpa disertai program terapi yang
peningkatan tekanan tepat
darah, nadi dan RR 2. Bantu klien untuk
2. Mampu melakukan mengidentifikasi
aktifitas sehari-hari aktifitas yang mampu
(ADLS) secara mandiri dilakukan
3. Tanda-tanda vital 3. Bantu untuk memilih
normal aktifitas konsisten
4. Energi fisikomotor yang sesuai dengan
5. Level kelemahan kemampuan fisik,
6. Mampu berpindah: psikologi dan sosial
dengan atau tanpa bantuan 4. Bantu untuk
alat mengidentifikasi dan
7. Status mendapatkan sumber
kardiopulmunari adekuat yang diperlukan untuk
8. Sirkulasi status baik aktifitas yang
9. Status respirasi: diinginkan
pertukaran gas dan 5. Bantu untuk
fentilasi adekuat mendapatkan alat
bantu aktifitas seperti
korsi roda
6. Bantu untuk
mengidentifikasi
untuk aktifitas yang
disukai
7. Bantu klien untuk
membuat jadwal
latihan waktu luang
8. Bantu pasien atau
keluarga untuk
mengidentifikasi
kekurangan dalam
beraktifitas
9. Sediakan pengobatan
pasif bagi yang aktif
beraktifitas
10. Bantu pasien untuk
mengembangkan
motifasi diri dan
penguatan
11. Monitor respon fisik,
emosi, sosial dan
spiritual..
2 Hipotermia NOC NIC
Batasan karakteristik Kriteria hasil: -temperature regulation
- Suhu tubuh dibawah normal, 1. Suhu tubuh dalam batas 1. monitor suhu setiap
kulit dingin, normal dua jam
hipertensi,pucat,menggigil,takik 2. nadi dan pernapasan 2. monitor tekanan
ardi dalam rentang normal darah,nadi dan
- Faktor yang berhubungan: pernafasan
- Penuaan, konsumsi 3. monitor warna dan
alkohol,kerusakan suhu kulit
hipotalamus,penurunan laju 4. tingkatkan intake
metabolisme,tidak cairan
beraktifitas,malnutrisi,trauma 5. selimuti pasien untuk
mencegah kehilangan
hangat nya tubuh
6. diskusi kan tentang
pengaturan suhu
7. berikan antipiretik jika
perlu
8. Vital sign monitoring:
a. monitor TTV
b. auskultasi tekanan
darah pada kedua
lengan dan
bandingkan
c. monitor TTV
setelah,sebelum
dan selama
aktifitas
d. monitor kualitas
nadi
e. monitor irama
pernafasan
9. monitor suhu,warna
dan kelembaban kulit
10. identifikasi perubahan
dari tanda-tanda vital
3 Konstipasi NOC NIC
Batasan karakteristik: Kriteria hasil: Constipation
Nyeri abdomen, anoreksia, feces 1. mempertahankan feces 1. monitor tanda dan
tampak darah, perubahan pada pola lunak setiap1-3 hari gejala,bising
defekasi, penurunan volume feces, 2. bebas dari usus,feces
rasa rektal penuh, keletihan umum, ketidaknyamanan dan frekuensi,volume,kosu
feces keras dan berbentuk, salit konstipasi ltasi dengan dokter
kepala, bising usus hiperaktif dan 3. mengidentifikasi tentang pendekatan
hipoaktif, nyeri pada saat defekasi, indikator untuk dan penurunan bising
perkusi abdomen pekak, muntah. mencegah konstipasi usus
Faktor yang berhungan: 4. feces lunak den 2. identifikasi faktor
Fungsional berbentuk penyebab
- -kelemahan otot abdomen 3. dukung intake cairan
- -kebiasaan defekasi tidak teratur 4. pantau tanda dan
- Psikologis: gejala konstipasi
- -depresi 5. memantau bising usus
- -stress 6. jelaskan etiologi
- -emosi masalah untuk
- Mekanis: tindakan kepada
- -ketidakseimbangan elektroli pasien
- -obesitas 7. menyusun jadwal ke
- -kemooroid toilet
- -tumor 8. mendorong
meningkatkan asupan
Fisiologis: cairan kecuali di
- -perubahan pola makan kontraindikasi
- -asupan cairan dan serat tidak 9. anjurkan pasien atau
cukup keluarga untuk
- -dehidrasi mencatat keadaan tinja
- -kurangnya higine oral 10. anjurkan klien untuk
diet tinggi serat
11. timbang BB pasien
secara teratur
12. - ajarkan pasien atau
keluarga tentang
proses pencernaan
yang normal
4 Ketidak efektifan pola nafas. Kriteria hasil: Airway manageman:
Batasan karakteristik 1. Mendemonstrasikan 1. Buka jalan nafas
- Perubahankedalaman batuk efektif dan suara 2. Posisikan pasien
pernafasan, nafas yang bersih untuk memaksimalkan
- -penurunan tekanan ekspirasi 2. Menunjukkan jalan nafas fentilasi
,penuranan ventilasi seminit. yang paten 3. Identifikasi perlunya
- -Penurunan kapasitas vital. 3. Tanda-tanda vital dalam alat jalan nafas
- -dipneu rentang normal bantuan
- -peningkatan diameter anterior 4. Lakukan fisioterapi
psterior dada jika perlu
- -vase expirasi memanjang 5. Keluarkan sekret
- -takipneu dengan batuk atau
Faktor yang berhubungan: saction
- Ansietas 6. Auskultasi suara nafas
- Posisi tubuh 7. Atur intex untuk
- Deformitas tulang dan dinding cairan
dada mengobtimalkan
- Keletihan keseimbangan
- Gangguan muskuloskeletal 8. Monitor respirasi dan
- Obesitas O2
- Nyeri 9. Pertahankan jalan
nafas yang paten
10. Monitor peralatan dan
aliran oksigen
11. Monitor adanya
kecemasan pasien
12. Vital sign monitoring
a. Pantau TTV
b. Monitor suara
paru
c. Monitor frekuensi
dan irama
pernafasan
5 Ketidak seimbangan nutrisi kurang Kriteria hasil: Nutrition manageman:
dari kebutuhan tubuh 1. BB meningkat 1. Kaji adanya alergi
Batasan karakteristik: 2. BB ideal sesuai dengan makanan
- Nyeri abdomen tinggi badan 2. Kolaborasi dengan ahli
- Menghindari makanan 3. Mengidentifikasi gizi
- BB menurun kebutuhan nutrisi 3. Anjurkan pasien untuk
- Diare 4. Menunjukkan meningkatkan protein
- Kehilangan rambut berlebihan peningkatan fungsi dan vitamin c
- Bising usus hiperaktif mengecap dan menelan 4. Berikan makanan yang
- Membran mukosa pucat terpilih
- Tonus otot menurun 5. Ajarkan pasien
- Sariawan di rongga mulut membuat catatan
- Kelemahan otot untuk makanan harian
mengunyah dan menelan 6. Monitor jumlah nutrisi
Faktor yang berhubungan: dan kandungan kalori
1. Biologis
2. Ekonomi C. Nutrisi monitoring
- Ketidak mampuan untuk 1. BB pasien dalam batas
mengabsobsi nutrisi normal
- Ketidak mampuan untuk 2. Monitor adanya
mencerna makanan pengaruh BB
- Ketidak mampuan menelan 3. Monitor lingkungan
makanan selama makan
6. Faktor psikologis 4. Jadwalkan pengobatan
dan tindakan tidak
selama jam makan
5. Monitor kulit kering
dan perubahan
pikmentasi
6. Monitor keadaan
rambut
7. Monitor mual muntah
8. Monitor keadaan mata
9. Catat adanya udema,
hiperemik, hipertonik,
papila lidah dan
kafitas oral
10. Catat warna lidah
4. Evaluasi
Setelah tindakan keperawatan dilaksanakan evaluasi proses dan hasil
mengacu pada kriteria evaluasi yang telah ditentukan pada masing-
masing diagnosa keperawatan sehingga :
a. Masalah teratasi atau tujuan tercapai (intervensi di hentikan)
b. Masalah teratasi atau tercapai sebagian (intervensi dilanjutkan)
c. Masalah tidak teratasi / tujuan tidak tercapai (perlu dilakukan
pengkajian ulang & intervensi dirubah).
DAFTAR PUSTAKA
Irwanto. (2019). A-Z Sindrom Down. Yogyakarta: Universitas Airlangga.
Pramudji Hastuti, d. (2018). Status Mineral dan Hormon Tiroid Pada Penderita
Hipotiroidisme. Journal Of Community Empowerment For Health , 55-56.