Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PENDAHULUAN DENGAN HIPOTIROID

DI RUANG PERAWATAN ANAK RS BHAYANGKARA MAKASSAR

NURHASNI
14420192126

CI. INSTITUSI CI. LAHAN

( ) ( )

Program Studi Profesi Ners


Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Muslim Indonesia
Makassar
2020
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Glandula tiroid memerlukan iodin yang berasal dari diet untuk
sintesis tiroksin (T4) dan triiodotironin (T3). Secara fisiologis, T3 adalah

hormon tiroid yang aktif dan aktivitasnya 3 kali lebih besar dibanding T 4.

Hormon tiroid dikontrol oleh thyroid stimulating hormone (TSH) yang


disekresikan dari glandula pituitari anterior dengan sistem umpan balik
negatif. Kadar TSH naik jika T4 dan T3 tidak disekresikan dari kelenjar

tiroid dan kadar TSH turun jika kadar T4 dan T3 disekresikan dalam

jumlah yang cukup. Hormon tiroid bertanggung jawab untuk sintesis


protein, kontrol pertumbuhan, dan mempengaruhi metabolisme
karbohidrat, lemak, dan vitamin.
Retardasi mental merupakan gejala tersering dan yang paling

dirasakan jika terjadi hipotiroid. Gejala hipotiroid yang lain adalah

pembesaran kelenjar tiroid, frekuensi buang air besar yang berkurang,

suara serak, kulit dan rambut tampak kering, pucat, dan denyut jantung

lebih lambat.3 Selain itu, defisiensi iodin menyebabkan turunnya

kemampuan psikomotor, diplegia spastik, dan gangguan pertumbuhan

intelektual, dari gangguan IQ yang sedang sampai retardasi mental berat. 4


Diagnosis awal sangat penting untuk menjamin pertumbuhan otak pada
beberapa bulan awal kehidupan. Prognosis menjadi lebih baik jika
gangguan ini diketahui seawal mungkin dengan tatalaksana yang
memadai. Beberapa gangguan kognitif, visual, bahasa, memori, dan
gangguan perhatian kadang masih tampak walaupun sudah dideteksi sejak
awal dan diterapi dengan memadai.
Prevalensi hipotiroidisme di Indonesia pada tahun 2001 sebesar

0,6%6, sementara di Thailand sebesar 0,7%7, dan di Turki sebesar 1,6%.8


Frekuensi hipotiroidisme di Iran sekira 3,6% atau 2 per 1.000 kelahiran 9,
sedangkan frekuensi kretinisme di daerah hiperendemik karena defisiensi
iodin di Bangladesh sebesar 0,6%.
Ada beberapa faktor pengganggu metabolisme hormon tiroid
3
antara lain defisiensi selenium (Se), besi (Fe), tembaga (Cu), dan zink
(Zn), yang jika bersamaan dengan defisiensi iodin, berubah manifestasi

klinisnya.10,11 Defisiensi selenium menurunkan aktivitas enzim glutation


peroksidase. Gabungan defisiensi iodin dan turunnya sintesis hormon
karena defisiensi selenium menyebabkan timbunan hidrogen peroksida
yang mengakibatkan kerusakan sel dan kemudian menyebabkan gangguan
tiroid. Selenium juga penting untuk aktivitas enzim deiodinase, yang
mengubah T4 menjadi T .

Defisiensi besi menurunkan aktivitas tiroper- oksidase yang


tergantung heme di tiroid dan mengganggu produksi hormon tiroid.
Kekurangan besi mempunyai gejala yang hampir sama dengan hipotiroid.
Kadar besi yang rendah menurunkan aktivitas deiodinase yang selanjutnya
menurunkan perubahan T4 menjadi T3. Secara biologis, rendahnya kadar

besi mempengaruhi sintesis hormon tiroid dengan menurunkan

aktivitas enzim tiroid peroksidase yang tergantung Fe.13 Tiroid


peroksidase mempengaruhi pengikatan iodin ke tirosin yang membentuk
T3 dan T4. Selain itu, rendahnya kadar Fe menaikkan kadar TSH

sirkulasi. Hipotiroidisme sering terjadi bersamaan dengan anemia.


Rendahnya kadar hormon tiroid mempengaruhi fungsi berbagai organ
termasuk ginjal yang merupakan tempat eritropoiesis[ CITATION Pra18 \l
14345 ].
B. Tujuan
Mampu menjelaskan apa yang dimaksud dengan Hipotiroid
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Konsep Medis
1. Definisi Hipotiroid
Suatu sindrom klinis akibat produksi dan sekresi hormon tiroid
dan akan menimbulkan penurunan laju metabolisme tubuh dan
penurunan glikosaminoglikan di intersisial terutama di kulit dan di
otot yang dapat dipengaruhi oleh faktor geografi dan lingkungan.
Sedangkan dalam sumber lain dibutuhkan oleh tubuh untuk
keperluan metabolismenya yang dapat terjadi akibat adanya
kekurangan produksi tiroid atau terdapat defek pada
reseptornya[ CITATION Irw19 \l 14345 ].
Hipotiroid Kongenital adalah penyakit bawaan akibat
kekurangan hormon tiroid yang mempunyai peran penting dalam
pertumbuhan, metabolisme, dan pengaturan cairan tubuh.

2. Etiologi
Etiologi dari hipotiroidisme dapat digolongkan menjadi tiga tipe yaitu:
a. Hipotiroid primer
Mungkin disebabkan oleh congenital dari tyroid
(kretinism),sintesis hormone yang kurang baik ,defisiensi iodne
(prenatal dan postnatal), obat anti tiroid ,pembedahan atau terapi
radioaktif untik hipotoroidisme,penyakit inflamasi kronik seperti
penyakit hasimoto,amylodosis dan sarcoidosis.
b. Hipoteroid sekunder
Hipotoroid sekunder berkembang ketika adanya stimulasi yang
tidak memadai dari kilenjar tiroid normal,konsekwensinya jumlah
tiroid stimulating hormone (TSH) meningkat.ini mungkin awal dari
satu mal fungsi dari pituitary atau hipotalamus.ini juga dapat di
sebabkan oleh resistensi perifer terhadap hormone tiroid.

c. Hipotiroid tertier/pusat
Hipotiroid tertier dapat berkenbang jika hipotalamus gagal
untuk memproduksi toroid releasing (TSH) dan akibatnya tidak
dapat distimulasi pituitary untuk mengeluarka TSH.ini mungkin
berhubungan dengan suatu tumor/ lesi destruktif lainnya diarea
hipotalamus.ada dua bentuk utama dari goiter sederhana yaitu
endemic dan sporadic. Goiter endemic prinsipnya di sebabkan oleh
nutrisi,defisiensi iodine .ini mengalah pada “goiter bert” dengan
karekteristik area geografis oleh minyak dan air yang berkurang
dan iodine.
Sporadic goiter tidak menyempit ke area geografik lainya
.Biasanya di sebabkan oleh:
- Kelainan genetic yang dihasilkan karena metabolism iodine yang
salah
- Ingesti dari jumlah besar nutrisi goiterogen (agen produksi goiter
yang menghambat produksi T4) seperti kobis ,kacang ,kedelai,buah
persik, bayam ,kacang polong, stroberi ,dan lobak. Semua
mengandung goitogenik glikosida.
- Ingesti dari obat goitrogen seperti thioureas dan thocar
bomen[ CITATION Nur153 \l 14345 ].

3. Patofisiologi
Hipotiroid dapat disebabkan oleh gangguan sintesis hormon tiroid
atau gangguan pada respon jaringan terhadap hormon tiroid. Sintesis
hormon tiroid di awali Hipotalamus membuat ”thyrotropin releasing
hormone (TRH)” yang merangsang hipofisis anterior. Hipofisis
anterior mensintesis thyrotropin (”thyroid stimulating hormone =
TSH”) yang merangsang kelenjar tiroid. Kelenjar tiroid mensintesis
hormone tiroid (”triiodothyronin = T3 dan tetraiodothyronin = T4 =
thyroxin”) yang merangsang metabolisme jaringan yang meliputi :
konsumsi oksigen, produksi panas tubuh, fungsi syaraf, metabolisme
protrein, karbohidrat, lemak, dan vitamin-vitamin, serta kerja daripada
hormon-hormon lain.
Penyakit lokal dari kelenjar tiroid yang menghasilkan produksi
hormon tiroid menurun adalah penyebab paling umum dari
hipotiroidisme. Dalam keadaan normal, tiroid melepaskan 100-125
nmol tiroksin (T4) sebanyak kebutuhan harian dan hanya sedikit
triiodothyronine (T3). Waktu paruh T4 adalah sekitar 7-10 hari. T4,
prohormon, diubah menjadi T3, bentuk aktif dari hormon tiroid, di
jaringan perifer oleh 5′-deiodination.
Pada awal proses penyakit, mekanisme kompensasi
mempertahankan tingkat T3. Penurunan produksi T4 penyebab
peningkatan sekresi TSH oleh kelenjar pituitari. TSH merangsang
hipertrofi dan hiperplasia kelenjar tiroid dan tiroid T4-5′-deiodinase
aktivitas. Hal ini, pada gilirannya, menyebabkan tiroid untuk
melepaskan lebih banyak T3. Karena semua sel yang aktif secara
metabolik memerlukan hormon tiroid, kekurangan hormon memiliki
berbagai efek. Efek sistemik adalah karena baik derangements dalam
proses metabolisme atau efek langsung oleh infiltrasi myxedematous
yaitu, akumulasi glucosaminoglycans dalam jaringan.
Perubahan myxedematous dalam hasil jantung pada kontraktilitas
menurun, pembesaran jantung, efusi perikardial, penurunan nadi, dan
penurunan cardiac output. Dalam saluran pencernaan, achlorhydria dan
penurunan transit di usus dengan lambung dapat terjadi stasis. Pubertas
tertunda, anovulasi, ketidakteraturan menstruasi, dan infertilitas yang
umum. Penurunan tiroid efek hormon dapat menyebabkan peningkatan
kadar kolesterol total dan low-density lipoprotein (LDL) kolesterol dan
kemungkinan perubahan dalam high-density lipoprotein (HDL)
kolesterol yang disebabkan oleh perubahan dalam izin metabolik.
Selain itu, hipotiroidisme dapat menyebabkan peningkatan resistensi
insulin.

4. Penyimpangan KDM

Defisiensi iodium, disfungsi


hipofisis, disfungsi TRH hipotalamus Penekanan prod. H. Tiroid
(hipotiroidisme)

TSH meransang kelenjar tiroid Defisit nutrisi Laju BMR lambat


untuk mensekresi

Penurunan produksi panas achiorhydria


Kelenjar tiroid membesar

Perubahan suhu Kekurangan vit Penurunan


tubuh B12 dan asam mortalitas usus
Menekan struktur di leher
folat
dan dada
Hipotermi
Penurunan fungsi IG
Pembentukan
Disfagia gangguan respirasi Produksi SDM
eritrosit tidak
menurun Konstipasi
normal

Depresi ventilasi
Anemia

Pola napas tidak efektif


Kelemahan Intoleransi
aktivitas
5. Manifestasi Klinik
Pada neonatus, gejala khas hipotiroid seringkali tidak tampak
dalam beberapa minggu pertama kehidupan. Hanya 10-15% bayi
baru lahir hipotiroidisme yang datang dengan manifestasi klinik
mencurigakan, yang membuat dokter waspada akan kemungkinan
hipotiroidisme. Salah satu tanda yang khas dari hipotiroid kongenital
pada bayi baru lahir adalah fontanela posterior terbuka dengan
sutura cranial yang terbuka lebar akibat keterlambatan maturasi
skeletal prenatal. Kelambatan maturasi tulang, dapat dinilai dengan
pemeriksaan radiologik padadaerah femoral distal lutut, tidak hanya
untuk kepentingan diagnostik, tetapi juga menggambarkan berat
serta lamanya penyakit in utero. Gejala berikutnya yang paling
sering adalah hernia umbilikalis, namun kurang spesifik. Sebagian
besar pasien memiliki berat lahir besar untuk kehamilan (di atas 3,5
kg dengan periode kehamilan lebih dari 40 minggu). Kurang dari
separuh pasien didapatkan ikterus berkepanjangan pada awal
kehidupannya. Tidak terdapat perbedaan jenis kelamin untuk
terjadinya hipotiroidisme kongenital. Tanda dan gejala lain yang
jarang terlihat adalah konstipasi (Riwayat BAB pertama > 20 jam
setelah lahir dan sembelit), hipotonia, suara tangis serak, kesulitan
makan atau menyusui, bradikardi dan kulit kering dan kasar. Selain
itu, bayi dengan hipotiroidisme kongenital memiliki insiden anomali
kongenital lain lebih tinggi, namun kemaknaannya tidak jelas.
Berbagai anomali congenital pada bayi hipotiroidisme kongenital
yang diidentifikasi melalui program skrining hipotiroidisme, antara
lain penyakit jantung bawaan, penyimpangan kromosom, kelainan
tulang, dan sindrom rambut terbelah.
Apabila keadaan hipothiroid ini tidak ditangani selama masa
neonatus dan bayi, maka akan dapat menyebabkan kelainan yang
lebih berat berupa:

1. Keterlambatan Pertumbuhan

Walaupun tiroksin tampaknya tidak begitu diperlukan untuk


pertembuhan sebelum kelahiran, namun sangat esensial untuk
pertumbuhan normal setelah kelahiran. Jika seorang bayi memilki
defisiensi tiroid yang tidak ditangani, ia akan memiliki postur yang kecil
pada masa bayi maupun kanak-kanak dan berujung pada postur yang
sangat pendek. Keterlambatan pertumbuhan ini mempengaruhi seluruh
bagian tubuh termasuk tulang.
2. Keterlambatan Perkembangan Mental
Retardasi intelektual dapat terjadi pada kondisi kekurangan
tiroksin. Derajat retardasi bergantung pada keparahan defisiensi hormon
tiroid. Jika hanya ada kekurangan parsial tiroksin, kelainan mental
minimal dapat terjadi. Ketika tiroksin sepenuhnya tidak ada dan bayi tidak
mendapatkan penanganan, retardasi mental yang parah mungkin dapat
terjadi. Namun, kondisi ini tidak akan terjadi jika penatalaksanaan
dilakukan sejak awal.
3. Jaundice Persisten
Secara normal, kondisi jaundice adalah kondisi yang fisiologis
yang dapat terjadi pada neonatus yang berlangsung selama 1-2 minggu.
Namun pada kondisi hipotiroidisme yang tidak ditangani (untreated
hypothiroidism), jaundice dapat berlangsung lebih dari waktu yang
normal.

6. Komplikasi
a. Koma miksedema, ditandai oleh eksaserbasi (perburukan) semua
gejala hipotiroidisme termasuk hipotermi tanpa menggigil, hipotensi,
hipoglikemia, hipoventilasi, dan penurunan kesadaran hingga koma.
b. Kematian dapat terjadi apabila tidak diberikan HT dan stabilisasi
semua gejala.
7. Pemeriksaan Penunjang
a. T3 dan T4 serum rendah
b. TSH meningkat pada hipotiroid primer
c. TSH meningkat pada hipotiroid sekunder
d. Titer autoantibody tiroid tinggi pada >80% kasus
e. Peningkatan kolesterol
f. Pembesaran jantung pada sinar X dada
g. EKG menunjukkan pada sinus bradikardi, rendahnya voltase
kompleks QRS dan gelombang T datar atau inverse

8. Penatalaksanaan
a. Terapi sulih hormon
Obat pilihannya adalah sodium levo thyroxine.
Umur Dosis g/kg BB/hari
0-3 bulan 10-15
3-6 bulan 8-10
6-12 bulan 6-8
1-5 tahun 5-6
2-12 tahun 4-5
>12 tahun 2-3

b. Pembedahan
Tiroidektomi dilaksanakan apabila goiternya besar dan menekan
jaringan sekitar. Tekanan pada trakea dan esophagus dapat
mengakibatkan inspirasi stridor dan disfagia. Tekanan pada laring
dapat mengakibatkan suara serak.
9. Prognosis
Prognosis meningkat secara dramatis dengan adanya neonatal
screening program. Diagnosis yang cepat dan pengobatan yang
adekuat dari minggu pertama kehidupan dapat memberikan
pertumbuhan yang normal termasuk intelegensi dibandingkan dengan
lainnya yang tidak mendapatkannya. Prognosis juga bergantung pada
etiologi yang pasti. Infant yang megalami keadaan kadar T4 yang
rendah dengan retardasi pematangan skeletal, mengalami penurunan
IQ 6-19 point, dan kelainan neuropskikologis misalnya, inkoordinasi,
hypotoni atau hipertoni, kurang perhatian, dan kesulitan bicara. Pada
20% kasus terjadi kesulitan mendengar. Tanpa pengobatan, infant yang
mengalamianya akan ditemukan defisensi mental dan retardasi
pertumbuhan. Hormon tiroid sangat penting untuk pertumbuhan otak,
maka diperlukan diagnosis biokimia untuk mengetahuai apakah ada
kelainan atau tidak agar dapat segera di tatalaksana untuk mencegah
kerusakan otak yang irreversible. Keterlambatan diagnosis, kegagalan
untuk menangani hyportyroxemia secara cepat, pengobatanya yang
tidak adekuat, dan pemenuhan yang kurang pada 2-3 tahun pertama
kehidupan dapat menghasilkan derajat kerusakan otak yang bervariasi.

B. Konsep Keperawatan
1. Pengkajian
a. Identitas klien
Biasanya berisikan nama,  umur,  jenis  kelamin,  agama,  suku 
bangsa / ras,  pendidikan,  bahasa  yang  dipakai,  pekerjaan, 
penghasilan  dan  alamat. 
b. Tanda-tanda vital
Nadi :biasanya menurun (melemah)
Suhu:biasanya menurun
Pernafasaan:biasa meningkat
c. Riwayat kesehatan dahulu
Biasanya hipotiroidisme tidak terjadi dalam semalam, tetapi
perlahan selama berbulan-bulan, sehingga pada awalnya pasien
atau keluarganya tidak menyadari, bahkan menganggapnya
sebagai efek .
d. Riwayat kesehatan utama
Bisanya sesak nafas,biasanya sulit menelan, biasanya
pembengkakan pada leher,biasnya pasien nampak gelisah, tidak
mau makan. rasa capek, intoleransi terhadap dingin, kulit terasa
kering, bicara lamban, demensia, dispnea, suara serak, gangguan
haid: menorrhagia dan amenore, rambut rontok dan menipis, kulit
tebal karena penumpukan mukopolisakarida dalam jaringan sub
cutan, pasien sering mengeluh dingin walaupun dalam keadaan
hangat.
e. Riwayat kesehatan keluarga
Biasanya klien menderita penyakit tersebut dan apakah ada
anggota keluarga yang menderita penyakit yang sama.
f. Pemeriksaan fisik
o Kepala
- Keadaan rambut : biasanya warna hitam, biasanya
rambut rontok,menipis dn kasar.
- Hidrasi kulit daerah dahi : biasanya apabila dilakukan
penekanan ibu jari terdapat udem
- Palpebraa : biasanya terdapat udema
- Sclera : biasanya tidak iterik
- Conjunctiva : biasanya anemis
- Pupil dan reflex cahaya: biasanya pupil bulat dan
memberikan reflex cahaya yang baik
- Hidung : biasanya simestris kiri dan kanan ,biasanya tidak
ada benda asing dan pendarahan,sekret tidak ada hanya ada
penurunan dalam indara penciuman
- Telinga dan membrane tympani: biasanya telinga
semestris kiri dan kanan dan biasanya membrane tympani
memberikan reflek cahaya
- Mulut : biasanya bau mulut,pada gigi biasanya ada
karies,biasanya lidah kurang bersih tidak ada pembesaran
tonsil dan biasanya sulit menelan
- Leher dan pemeriksaan JVP : biasanya terdapat
pembengkakan pada area leher dan biasanya vena jugularis
ada pembesaran dan terdapat kaku kuduk.
o Pemeriksaan thorak
- I :biasanya bentuknya semetris kiri dan kanan dan biasanya
pola nafas tidak efektif akibat adanya dispinea(tidak
nyaman dalam bernafas).
- P : biasanya bergerakan thoras kiri dan kanan simetris
- P : biasanya bunyinya sonor
- A : biasanya suara broncial
o Jantung
- I: biasanya tidak icus cordis tidak terlihat
- P: biasanya icus cordis teraba
- P: biasanya bunyinya pekak
- A:biasanyadetak jantung melambat
o Abdomen
- I: biasanya bentuk perut datar
- A: biasanya bunyi peristaltik yang keras dan panjang
- P: biasanya tidak terasa nyeri
- P: biasanya tympani
o Integument :
Biasanya Kulit kering, pecah-pecah, bersisik dan
menebal,Pembengkakan, tangan, mata dan wajah,Tidak tahan
dingin
g. Kebiasaan sehari-hari
o Nutrisi
- Sehat: biasanya 3x1 sehari ( porsi makan dihabiskan )
- Sakit: biasanya porsi 3x1 sehari (porsi makan ¼
dihabiskan )
o Eliminasi
- Sehat: biasanya 2x sehari
- Sakit: biasanya 1x sehari
o Istirahat
- Sehat: biasanya 8-9 jam perhari
- Sakit: biasanya 5-6 jam perhari
o Aktivitas
- Sehat: biasanya bisa bergerak bebas dan mandi 2x sehari
- Sakit: biasanya klien sering mengalami nyeri ada saat
beraktivitas dan mandi 1x sehari.
2. Diagnosis Keperawatan
a. Intoleransi aktifitas b/d kelelahan dan penurunan proses kognitif
b. Perubahan suhu tubuh: hipotermi b/d penurunan metabolisme
c. Konstipasi b/d penurunan fungsi gastrointestinal
d. Pola nafas tidak efektif b/d depresi fentilasi
e. Defisit nutrisi b/d lambatnya laju metabolisme tubuh

3. Intervensi Keperawatan
N DIAGNOSA KEPERAWATAN NOC NIC
o
1 Intoleransi aktivitas 1.      Energi konservation Aktiviti terapi
2.    Aktiviti tolerance 1. Kolaborasikan dengan
3.    Self care: AD.rs tenaga rehabilitasi
4.    Kriteria hasil: medik dalam
1. Berpartisipasi dalam merencanakan
aktifitas fisik tanpa disertai program terapi yang
peningkatan tekanan tepat
darah, nadi dan RR 2. Bantu klien untuk
2. Mampu melakukan mengidentifikasi
aktifitas sehari-hari aktifitas yang mampu
(ADLS) secara mandiri dilakukan
3. Tanda-tanda vital 3. Bantu untuk memilih
normal aktifitas konsisten
4. Energi fisikomotor yang sesuai dengan
5. Level kelemahan kemampuan fisik,
6. Mampu berpindah: psikologi dan sosial
dengan atau tanpa bantuan 4. Bantu untuk
alat mengidentifikasi dan
7. Status mendapatkan sumber
kardiopulmunari adekuat yang diperlukan untuk
8. Sirkulasi status baik aktifitas yang
9. Status respirasi: diinginkan
pertukaran gas dan 5. Bantu untuk
fentilasi adekuat mendapatkan alat
bantu aktifitas seperti
korsi roda
6. Bantu untuk
mengidentifikasi
untuk aktifitas yang
disukai
7. Bantu klien untuk
membuat jadwal
latihan waktu luang
8. Bantu pasien atau
keluarga untuk
mengidentifikasi
kekurangan dalam
beraktifitas
9. Sediakan pengobatan
pasif bagi yang aktif
beraktifitas
10. Bantu pasien untuk
mengembangkan
motifasi diri dan
penguatan
11. Monitor respon fisik,
emosi, sosial dan
spiritual..
2 Hipotermia NOC NIC
Batasan karakteristik Kriteria hasil: -temperature regulation
- Suhu tubuh dibawah normal, 1. Suhu tubuh dalam batas 1. monitor suhu setiap
kulit dingin, normal dua jam
hipertensi,pucat,menggigil,takik 2. nadi dan pernapasan 2. monitor tekanan
ardi dalam rentang normal darah,nadi dan
- Faktor yang berhubungan: pernafasan
- Penuaan, konsumsi 3. monitor warna dan
alkohol,kerusakan suhu kulit
hipotalamus,penurunan laju 4. tingkatkan intake
metabolisme,tidak cairan
beraktifitas,malnutrisi,trauma 5. selimuti pasien untuk
mencegah kehilangan
hangat nya tubuh
6. diskusi kan tentang
pengaturan suhu
7. berikan antipiretik jika
perlu
8. Vital sign monitoring:
a. monitor TTV
b. auskultasi tekanan
darah pada kedua
lengan dan
bandingkan
c. monitor TTV
setelah,sebelum
dan selama
aktifitas
d. monitor kualitas
nadi
e. monitor irama
pernafasan
9. monitor suhu,warna
dan kelembaban kulit
10. identifikasi perubahan
dari tanda-tanda vital
3 Konstipasi NOC NIC
Batasan karakteristik: Kriteria hasil: Constipation
Nyeri abdomen, anoreksia, feces 1. mempertahankan feces 1. monitor tanda dan
tampak darah, perubahan pada pola lunak setiap1-3 hari gejala,bising
defekasi, penurunan volume feces, 2. bebas dari usus,feces
rasa rektal penuh, keletihan umum, ketidaknyamanan dan frekuensi,volume,kosu
feces keras dan berbentuk, salit konstipasi ltasi dengan dokter
kepala, bising usus hiperaktif dan 3. mengidentifikasi tentang pendekatan
hipoaktif, nyeri pada saat defekasi, indikator untuk dan penurunan bising
perkusi abdomen pekak, muntah. mencegah konstipasi usus
Faktor yang berhungan: 4. feces lunak den 2. identifikasi faktor
Fungsional berbentuk penyebab
- -kelemahan otot abdomen 3. dukung intake cairan
- -kebiasaan defekasi tidak teratur 4. pantau tanda dan
- Psikologis: gejala konstipasi
- -depresi 5. memantau bising usus
- -stress 6. jelaskan etiologi
- -emosi masalah untuk
- Mekanis: tindakan kepada
- -ketidakseimbangan elektroli pasien
- -obesitas 7. menyusun jadwal ke
- -kemooroid toilet
- -tumor 8. mendorong
meningkatkan asupan
Fisiologis: cairan kecuali di
- -perubahan pola makan kontraindikasi
- -asupan cairan dan serat tidak 9. anjurkan pasien atau
cukup keluarga untuk
- -dehidrasi mencatat keadaan tinja
- -kurangnya higine oral 10. anjurkan klien untuk
diet tinggi serat
11. timbang BB pasien
secara teratur
12. - ajarkan pasien atau
keluarga tentang
proses pencernaan
yang normal
4 Ketidak efektifan pola nafas. Kriteria hasil: Airway manageman:
Batasan karakteristik 1. Mendemonstrasikan 1. Buka jalan nafas
- Perubahankedalaman batuk efektif dan suara 2. Posisikan pasien
pernafasan, nafas yang bersih untuk memaksimalkan
- -penurunan tekanan ekspirasi 2. Menunjukkan jalan nafas fentilasi
,penuranan ventilasi seminit. yang paten 3. Identifikasi perlunya
- -Penurunan kapasitas vital. 3. Tanda-tanda vital dalam alat jalan nafas
- -dipneu rentang normal bantuan
- -peningkatan diameter anterior 4. Lakukan fisioterapi
psterior dada jika perlu
- -vase expirasi memanjang 5. Keluarkan sekret
- -takipneu dengan batuk atau
Faktor yang berhubungan: saction
- Ansietas 6. Auskultasi suara nafas
- Posisi tubuh 7. Atur intex untuk
- Deformitas tulang dan dinding cairan
dada mengobtimalkan
- Keletihan keseimbangan
- Gangguan muskuloskeletal 8. Monitor respirasi dan
- Obesitas O2
- Nyeri 9. Pertahankan jalan
nafas yang paten
10. Monitor peralatan dan
aliran oksigen
11. Monitor adanya
kecemasan pasien
12. Vital sign monitoring
a. Pantau TTV
b. Monitor suara
paru
c. Monitor frekuensi
dan irama
pernafasan
5 Ketidak seimbangan nutrisi kurang Kriteria hasil: Nutrition manageman:
dari kebutuhan tubuh 1. BB meningkat 1. Kaji adanya alergi
Batasan karakteristik: 2. BB ideal sesuai dengan makanan
- Nyeri abdomen tinggi badan 2. Kolaborasi dengan ahli
- Menghindari makanan 3. Mengidentifikasi gizi
- BB menurun kebutuhan nutrisi 3. Anjurkan pasien untuk
- Diare 4. Menunjukkan meningkatkan protein
- Kehilangan rambut berlebihan peningkatan fungsi dan vitamin c
- Bising usus hiperaktif mengecap dan menelan 4. Berikan makanan yang
- Membran mukosa pucat terpilih
- Tonus otot menurun 5. Ajarkan pasien
- Sariawan di rongga mulut membuat catatan
- Kelemahan otot untuk makanan harian
mengunyah dan menelan 6. Monitor jumlah nutrisi
Faktor yang berhubungan: dan kandungan kalori
1.      Biologis
2.      Ekonomi C. Nutrisi monitoring
- Ketidak mampuan untuk 1. BB pasien dalam batas
mengabsobsi nutrisi normal
- Ketidak mampuan untuk 2. Monitor adanya
mencerna makanan pengaruh BB
- Ketidak mampuan menelan 3. Monitor lingkungan
makanan selama makan
6.      Faktor psikologis 4. Jadwalkan pengobatan
dan tindakan tidak
selama jam makan
5. Monitor kulit kering
dan perubahan
pikmentasi
6. Monitor keadaan
rambut
7. Monitor mual muntah
8. Monitor keadaan mata
9. Catat adanya udema,
hiperemik, hipertonik,
papila lidah dan
kafitas oral
10. Catat warna lidah
4. Evaluasi
Setelah tindakan keperawatan dilaksanakan evaluasi proses dan hasil
mengacu pada kriteria evaluasi yang telah ditentukan pada masing-
masing diagnosa keperawatan sehingga :
a. Masalah teratasi atau tujuan tercapai (intervensi di hentikan)
b. Masalah teratasi atau tercapai sebagian (intervensi dilanjutkan)
c. Masalah tidak teratasi / tujuan tidak tercapai (perlu dilakukan
pengkajian ulang & intervensi dirubah).
DAFTAR PUSTAKA
Irwanto. (2019). A-Z Sindrom Down. Yogyakarta: Universitas Airlangga.

Nurarif, A. &. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa


Medis dan Nanda Nic-Noc. Yogyakarta: Mediaction.

Pramudji Hastuti, d. (2018). Status Mineral dan Hormon Tiroid Pada Penderita
Hipotiroidisme. Journal Of Community Empowerment For Health , 55-56.

Anda mungkin juga menyukai