OLEH :
IRMAWATY MUCHTAR
14420192085
B. Tujuan
Tujuan Umum
Dapat menambah pengetahuan mahasiswa mengenai penyakit
rematoid artritis serta asuhan keperawatan yang dapat dilakukan
terhadap pasien lansia dengan masalah rematoid artritis.
Tujuan Khusus
1. Mahasiswa mampu mengetahui anatomi fisiologi sistem
persendian.
2. Mahasiswa mampu mengetahui pengertian rematoid artritis.
3. Mahasiswa mampu mengetahui penyebab terjadinya rematoid
artritis.
4. Mahasiswa mampu mengetahui patofisiologi rematoid artritis.
5. Mahasiswa mampu mengetahui tanda dan gejala yang muncul pada
rematoid artritis.
6. Mahasiswa mampu mengetahui penatalaksanaan keperawatan yang
dapat diberikan pada pasien yang mengalami rematoid artritis.
7. Mahasiswa mampu mengetahui asuhan keperawatan yang bisa
dilakukan pada pasien dengan masalah rematoid artritis.
BAB 2
PEMBAHASAN
A. Konsep Medis
Definisi lansia
Lansia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas
menua bukanlah suatu penyakit, tetapi merupakan proses yang berangsur-
angsur mengakibatkan perubahan kumulatif, merupakan proses
menurunnya daya tahan tubuh dalam menghadapi rangsangan dari dalam
dan luar tubuh, seperti dalam undang-undang No. 13 tahun 1998 yang
isinya menyatakan bahwa pelaksanaan pembangunan nasional yang
bertujuan mewujudkan masyarakat adil dan makmur berdasarkan pancasila
dan undang-undang dasar 1945, telah menghasilkan kondisi sosial
masyarakat yang makin membaik dan usia harapan hidup meningkat
sehingga jumlah lanjut usia yang masih produktif dan mampu berperan
aktif dalam kehidupan bermasyarakat berbangsa dan bernegara. Upaya
peningkatan kesejahtraan sosial lanjut usia pada hakikatnya merupakan
pelestarian nilai-nilai keagamaan dan budaya bangsa
Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaan dimana terjadi dalam
kehidupan manusia. Proses menua merupakan proses sepanjang hidup
tidak hanya dimulai dari suatu waktu tertentu tetapi dimulai sejak
permulaan kehidupan menjadi tua merupakan proses alamiah yang berarti
seseorang telah melalui tiga tahap kehidupan, yaitu anak, dewasa dan tua
[CITATION Kho16 \l 1033 ].
Anatomi dan Fisiologi
Suatu artikulasi, atau persendian, terjadi saat permukaan dari
dua tulang bertemu, adanya pergerakan atau tidak bergantung pada
sambungannya. Persendian dapat diklasifikasi menurut struktur dan menurut
fungsi persendian.
Klasifikasi Struktural Persendian
a. Persendian fibrosa tidak memiliki rongga sendi dan diperkokoh
dengan jaringan ikat fibrosa.
b. Persendian kartilago tidak memiliki rongga sendi dan diperkokoh
dengan jaringan kartilago.
c. Persendian sinovial memiliki rongga sendi dann diperkokoh
dengan kapsul dan ligamen artikular yang membungkusnnya.
Klasifikasi Fungsional Persendian
a. Sendi sinartrosis atau sendi mati.
1) Sutura adalah sendi yang dihubungkan dengan jaringan ikat
fibrosa rapat dan hanya ditemukan pada tulang tengkorak.
Contoh sutura adalah sutura sagital dan sutura parietal.
2) Sinkondrosis adalah sendi yang tulang-tulangnya
dihubungkan dengan kartilago hialin. Salah satu contohnya
adalah lempeng epifisis sementara antara epifisis dan diafisis
pada tulang panjang seorang anak. Saat sinkondrosis sementara
berosifikasi, maka bagian tersebut dinamakan sinostosis.
b. Amfiartrosis adalah sendi dengan pergerakan terbatas yang
memungkinkan terjadinya sedikit gerakan sebagai respons terhadap
torsi dan kompresi.
1) Simfisis adalah sendi yang kedua tulangnya dihubungkan
dengan diskus kartilago, yang menjadi bantalan sendi dan
memungkinkan terjadinya sedikit gerakan. Contoh simfisis
adalah simfisis pubis antara tulang-tulang pubis dan diskus
intervertebralis antar badan vertebra yang berdekatan.
2) Sindesmosis terbentuk saat tulang-tulang yang berdekatan
dihubungkan dengan serat-serat jaringan ikat kolagen. Contoh
sindesmosis dapat ditemukan pada tulang yang terletak
bersisian dan dihubungkan dengan membran interoseus, seperti
pada tulang radius dan ulna, serts tibia dan fibula.
c. Diartrosis adalah sendi yang dapat bergerak bebas, disebut juga
sendi sinovial. Sendi ini memiliki rongga sendi yang berisi cairan
sinovial, suatu kapsul sendi (artikular) yang menyambung kedua
tulang, dan ujung tulang pada sendi sinovial dilapisi kartilago
artikular.
Aktivasi sel B
Terbentuk antibodi
2. Secara radiologis, kerusakan tulang pipih atau tulang rawan dapat dilihat.
Pasien mungkin mengalami keterbatasan gerak tetapi tidak ada
deformitas sendi.
3. Jaringan ikat fibrosa yang keras menggantikan pannus, sehingga
mengurangi ruang gerak sendi. Ankilosis fibrosa mengakibatkan
penurunan gerakan sendi, perubahan kesejajaran tubuh, dan deformitas.
Secara radiologis terlihat adanya kerusakan kartilago dan tulang.
4. Ketika jaringan fibrosa mengalami kalsifikasi, ankilosis tulang dapat
mengakibatkan terjadinya imobilisasi sendi secara total. Atrofi otot yang
meluas dan luka pada jaringan lunak seperti medula-nodula mungkin
terjadi.
Pada lansia artritis reumatoid dapat digolongkan ke dalam tiga
kelompok, yaitu :
1. Kelompok 1
Artritis reumatoid klasik. Sendi-sendi kecil pada kaki dan tangan
sebagian besar terlibat. Terdapat faktor reumatoid, dan nodula-nodula
reumatoid yang sering terjadi. Penyakit dalam kelompok ini dapat
mendorong ke arah kerusakan sendi yang progresif.
2. Kelompok 2
Termasuk ke dalam klien yang memenuhi syarat dari American
Rheumatologic Association untuk artritis reumatoid karena mereka
mempunyai radang sinovitis yang terus-menerus dan simetris, sering
melibatkan pergelangan tangan dan sendi-sendi jari.
3. Kelompok 3
Sinovitis terutama memengaruhi bagian proksimal sendi, bahu dan
panggul. Awitannya mendadak, sering ditandai dengan kekuatan pada
pagi hari. Pergelangan tangan pasien sering mengalami hal ini, dengan
adanya bengkak, nyeri tekan, penurunan kekuatan genggaman, dan
sindrome karpal tunnel. Kelompok ini mewakili suatu penyakit yang
dapat sembuh sendiri yang dapat dikendalikan secara baik dengan
menggunakan prednison dosis rendah atau agens antiinflamasi dan
memiliki prognosis yang baik. [ CITATION ano13 \l 1033 ]
Gejala awal terjadi pada beberapa sendi sehingga disebut poli
artritis rheumatoid. Persendian yang paling sering terkena adalah sendi
tangan, pergelangan tangan, sendi lutut, sendi siku, pergelangan kaki,
sendi bahu serta sendi panggul dan biasanya bersifat bilateral/simetris.
Tetapi kadang-kadang hanya terjadi pada satu sendi disebut artritis
rheumatoid mono-artikuler. [ CITATION Ras03 \l 1033 ].
Menurut [ CITATION Nin12 \l 1033 ] ada beberapa manifestasi klinis
yang lazim ditemukan pada klien rheumatoid arthritis. Manifestasi ini
tidak harus timbul sekaligus pada saat yang bersamaan. Oleh karenanya
penyakit ini memiliki manifestasi klinis yang sangat bervariasi. a. Gejala-
gejala konstitusional, misalnya lelah, anoreksia, berat badan menurun dan
demam. Terkadang dapat terjadi kelelahan yang hebat. b. Poliartritis
simetris, terutama pada sendi perifer, termasuk sendi-sendi interfalangs
distal hampir semua sendi diartrodial dapat terangsang. c. Kekakuan
dipagi hari selama lebih dari satu jam, dapat bersifat generalisata tetapi
terutama menyerang sendi-sendi. Kekakuan ini berbeda dengan kekakuan
sendi pada osteoarthritis, yang biasanya hanya berlangsung selama
beberapa menit dan selalu kurang dari satu jam. d. Arthritis erosif,
merupakan ciri khas rheumatoid arthritis pada gambaran radiologik.
Peradangan sendi yang kronik mengakibatkan erosi di tepi tulang dan
dilihat pada radiogram. [ CITATION Nin12 \l 1033 ]
Pemeriksaan Diagnostik Artritis Reumatoid
Pemeriksaan cairan synovial :
1. Warna kuning sampai putih dengan derajat kekeruhan yang
menggambarkan peningkatan jumlah sel darah putih.
2. Leukosit 5.000 – 50.000/mm3, menggambarkan adanya proses
inflamasi yang didominasi oleh sel neutrophil (65%).
3. Rheumatoid factor positif, kadarnya lebih tinggi dari serum dan
berbanding terbalik dengan cairan sinovium.
Pemeriksaan darah tepi :
1. Leukosit : normal atau meningkat ( <>3 ). Leukosit menurun bila
terdapat splenomegali; keadaan ini dikenal sebagai Felty’s
Syndrome.
2. Anemia normositik atau mikrositik, tipe penyakit kronis.
Pemeriksaan kadar sero-imunologi :
1. Rheumatoid factor + Ig M -75% penderita ; 95% + pada penderita
dengan nodul subkutan.
2. Anti CCP antibody positif telah dapat ditemukan pada arthritis
rheumatoid dini.
Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri berhubungan dengan pelepasan mediator kimia (bradikinin).
2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan kekuatan otot.
3. Gangguan bodi image berhubungan dengan deformitas sendi.
4. Kurang perawatan diri berhubungan dengan keterbatasan gerak.
5. Risiko cedera berhubungan dengan kontraktur sendi.
6. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya
pemajanan/mengingat.
Rencana Intervensi
Nyeri berhubungan dengan pelepasan mediator kimia (bradikinin).
1. Tujuan
Dalam waktu 2 x 60 menit setelah diberikan tindakan keperawatan
skala nyeri berkurang
2. Kriteria Hasil
a. Skala nyeri berkurang
b. Pasien dapat beristirahat
c. Ekspresi meringis (-)
d. TTV dalam batas normal (TD : 120-140/60-80 mmHg, N : 60-
100, RR : 16-24 x/menit, T : 36,5-37,5°C)
3. Intervensi
MANDIRI
a. Kaji keluhan nyeri, kualitas, lokasi, intensitas dan waktu. Catat
faktor yang mempercepat dan tanda rasa sakit nonverbal.
R/ Membantu menentukan kebutuhan manajemen nyeri dan
keefektifan program.
b. Pantau TTV pasien.
R/ Mengetahui kondisi umum pasien
c. Berikan posisi nyaman waktu tidur/duduk di kursi. Tingkatkan
istirahat di tempat tidur sesuai indikasi.
R/ Penyakit berat/eksaserbasi, tirah baring diperlukan untuk
membatasi nyeri atau cedera sendi.
d. Pantau penggunaan bantal, karung pasir, bebat, dan brace.
R/ Mengistirahatkan sendi yang sakit dan mempertahankan
posisi netral. Catatan : penggunaan brace menurunkan nyeri dan
mengurangi kerusakan sendi.
e. Berikan masase yang lembut.
R/ Meningkatkan relaksasi atau mengurangi ketegangan otot.
f. Anjurkan mandi air hangat/pancuran pada waktu bangun.
Sediakan waslap hangat untuk mengompres sendi yang sakit
beberapa kali sehari.
R/ Panas meningkatkan relaksasi otot dan mobilitas,
menurunkan rasa sakit dan kekakuan di pagi hari. Sensitivitas
pada panas dapat hilang dan luka dermal dapat sembuh.
KOLABORASI
g. Berikan obat sesuai petunjuk :
1) Asetilsalisilat (aspirin)
R/ ASA bekerja antiinflamasi dan efek analgesik ringan
mengurangi kekakuan dan meningkatkan mobilitas.
2) D-penisilamin
R/ Mengontrol efek sistemik reumatoid artritis jika terapi
lainnya tidak berhasil.
h. Bantu dengan terapi fisik, misal sarung tangan parafin.
R/ Memberi dukungan panas untuk sendi yang sakit.
i. Siapkan intervensi operasi (sinovektomi).
R/ Pengangkatan sinovium yang meradang mengurangi nyeri
dan membatasi progresif perubahan degeneratif.
Rasjad , Prof Chairuddin ;. (2003). pengantar ilmu bedah ortopedi. ujung pandang
: bintang lamumpatue .
Stanley, Mickey. 2006. Buku Aar Keperawatan Gerontik Edisi 2. EGC : Jakarta.