OLEH :
TAUFANI A NUGROHO
14420192147
CI INSTITUSI CI LAHAN
(.............................) (..........................)
MAKASSAR
2020
BAB II
TINJAUAN TEORI
I. KONSEP KEPERAWATAN
A. Definisi
Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan sensori persepsi yang dialami oleh
pasien gangguan jiwa. Pasien merasakan sensasi berupa suara, penglihatan,
pengecapan, perabaan, atau penghiduan tanpa stimulus yang nyata Keliat, (2011)
dalam Zelika, (2015). Halusinasi adalah persepsi sensori yang salah atau pengalaman
persepsi yang tidak sesuai dengan kenyataan Sheila L Vidheak,( 2001) dalam Darmaja
(2014).
Menurut Surya, (2011) dalam Pambayung (2015) halusinasi adalah hilangnya
kemampuan manusia dalam membedakan rangsangan internal (pikiran) dan
rangsangan eksternal (dunia luar). Halusinasi adalah persepsi atau tanggapan dari
pancaindera tanpa adanya rangsangan (stimulus) eksternal (Stuart & Laraia,
2001).Halusinasi merupakan gangguan persepsi dimana pasien mempersepsikan
sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi.
Berdasarkan beberapa pendapat diatas, yang dimaksud dengan halusinasi adalah
gangguan persepsi sensori dimana klien mempersepsikan sesuatu melalui panca indera
tanpa ada stimulus eksternal. Halusinasi berbeda dengan ilusi, dimana klien
mengalami persepsi yang salah terhadap stimulus, salah persepsi pada halusinasi
terjadi tanpa adanya stimulus eksternal yang terjadi, stimulus internal dipersepsikan
sebagai sesuatu yang nyata ada oleh klien.
Menurut Stuart tahun 2009 dalam Azizah Lilik, 2016 Halusinasi adalah persepsi
klien terhadap lingkungan tanpa stimulus yang nyata artinya klien menginterpretasikan
sesuatu yang tidak nyata tanpa stimulus/rangsangan dari luar.
B. Tanda dan Gejala
Menurut Varcarolis,2006 dalam Yoseph Iyus, 2014, tanda dan gejala halusinasi
penting perlu diketahui oleh perawat agar dapat menetapkan masalah halusinasi
antara lain:
a. Pasien merasakan stimulus yang sebetulnya tidak ada.
b. Pasien merasa ada suara padahal tidak ada stimulus suara .
c. Melihat bayangan orang atau sesuatu yang menakutkan padahal tidak ada
bayangan tersebut.
d. Membaui bau- bauan padahal orang lain tidak merasakan sensasi serupa
e. Merasakan mengecap sesuatu padahal tidak sedang makan apapun.
f. Merasakan sensasi rabaaan padahal tidak ada apapun dalam permukaan kulit
C. Etiologi
a. Faktor Predisposisi
Menurut Varcarolis,Carson,Shoemaker ,2006 dalam Yosep Iyus,2014. Factor
predisposisi yang menyebabkan halusinasi adalah :
1. Faktor Perkembangan
Tugas perkembangan klien terganggu misalnya rendahnya kontrol dan kehangatan
keluarga menyebabkan klien tidak mampu mandiri sejak kecil, mudah frustasi,
hilang percaya diri dan lebih rentan terhadap stress.
2. Faktor Sosiokultural
Seseorang yang merasa tidak diterima lingkungannnya sejak bayi akan merasa
disingkirkan, kesepian, dan tidak percaya pada lingkungannya.
3. Faktor Biokimia
Mempunyai pengaruh terhadap terjadinya gangguan jiwa. Adanya stress yang
berlebihan dialami seseorang maka didalam tubuh akan dihasilkan suatu zat
yang dapat bersifat halusinogenik neurokimia. Sepetri Buffofenon dan
Dimetytranferase (DMP) Akibat stress berkepanjangan menyebabkan
hiperaktifasinya neurotransmitter otak. Misalnya terjadi ketidakseimbangan
acetylcholine dan dopamine.
4. Faktor Psikologis
Tipe kepribadian lemah dan tidak bertanggung jawab mudah terjerumus pada
penyalahgunaan zat adiktif. Hal ini berpengaruh pada ketidakmampuan klien
dalam mengambil keputusaan yang tepat demi masa depannya. Klien lebih
memilih kesenangan sesat dan lari dari alam nyata menuju alam khayal.
5. Faktor genetic dan pola asuh
Penelitian menunjukkan bahwa anak sehat yang di asuh oleh orang tua
skizofrenia cenderung mengalami skizofrenia. Hasil studi menujukkan bahwa
factor keluarga menunjukkan hubungan yang sangat berpengaruh pada
penyakit ini.
b. Faktor presipitasi
- Perilaku
Respon klien terhadap halusinasi dapat berupa curiga, ketakutan, perasaan
tidak aman, gelisah, dan bingung, perilaku merusak diri, kurang perhatian,
tidak mampu mengambil keputusan, serta tidak dapat membedakan keadaan
nyata dan tidak nyata. Menurut (Rawlins dan Heacock, 1993 dalam Yosep
Iyus, 2014) mencoba memecahkan masalah halusinasi berlandaskan atas
hakikat keberadaan seorang individu sebagai makhluk atas dasar unsur-unsur
bio-psiko-sosio-spritual sehingga halusinasi dapat dilihat dari lima dimensi
yaitu :
1. Dimensi Fisik
Halusinasi dapat ditimbulkan oleh beberapa kondisi fisik seperti
kelelahan yang luar biasa, penggunaan obat-obatan, demam hingga
delirium, intoksikasi alkohol dan kesulitan untuk tidur dalam waktu
yang lama.
2. Dimensi Emosional
Perasaan cemas yang berlebihan atas dasar problem yang tidak dapat
diatasi merupakan penyebab halusinasi itu terjadi. Isi dari haslusinasi
dapat berupa perintah memaksa dan menakutkan. Klien tidak
sanggung lagi menentang perintah tersebut hingga dengan kondisi
tersebut klien berbuat sesuatu terhadap ketakutan tersebut.
3. Dimensi Intelektual
Dalam dimensi Intelektual ini menerapkan bahwa individu dengan
halusinasi akan memperlihatkan adanya penurunan fungsi ego. Pada
awalnya halusinasi merupakan usaha dari ego sendiri untuk melawan
impuls yang menekan, namun merupakan suatu hal yang
menimbulkan kewaspadaan yang dapat mengambil seluruh perhatian
klien dan tak jarang akan mengontrol semua perilaku klien.
4. Dimensi Sosial
Klien mengalami gangguan interaksi sosial dalam fase awal dan
comforting, klien menganggap bahwa hidup bersosialisasi dialam
nyata sangat membahayakan. Klien asyik dengan halusinasinya,
seolah-olah ia merupakan tempat untuk memenuhi kebutuhan akan
interaksi sosial, kontrol diri dan harga diri yang tidak didapatkan
dalam dunia nyata. Isi halusinasi dijadikan system kontrol oleh
individu tersebut, sehingga jika perintah halusinasi berupa ancaman
terhadap dirinya atau orang lain maka cenderung akan mengikuti
perintah itu. Oleh karena itu, aspek penting dalam melakukan
intervensi keperawatan klien dengan mengupayakan suatu proses
interaksi yang menimbulkan pengalaman interpersonal yang
memuaskan, serta mengusahakan klien tidak menyendiri sehingga
klien selalu berinteraksi dengan lingkungannya dan halusinasi tidak
berlangsung.
5. Dimensi Spritual
Secara spiritual klien halusinasi mulai dengan kahampaan hidup,
rutinitas tidak bermakna, hilangnya aktivitas ibadah dan jarang
berupaya secara spiritual untuk menyucikan diri. Klien sering tidur
larut malam dan bangun sangat siang. Saat terbangun klien merasa
hampa dan tidak jelas tujuan hidupnya.
Pathofisiograf
Isolasi Sosial
Ketidakmampuan
mengidentifikasi dan
menginterpretasikan stimulus
berdasarkan informasi yang di
terima melalui panca indera
E. Rentan Respon
Rentan respon neurobiologist menurut Stuart dan Laria tahun 2001 dalam Azizah
Lilik, 2016
Respon Adaptif Respon Psikososial Respon Maladaptif
F. Fase-fase Halusinasi
Menurut Azizah Lilik, 2016 ada 4(empat) Tahapan/ Fase-fase halusinasi yaitu :
a. Fase I : Sleep Disorder
Adalah halusinasi tahap awal seseorang sebelum muncul halusinasi.
Karakteristik
Klien merasa banyak masalah, ingin menghindar dari lingkungan, takut
diketahui orang lain bahwa dirinya banyak masalah. Masalah makin terasa
sulit karena berbagai stressor terakumulasi dan support system yang kurang
dan persepsi terhadap masalah sangat buruk. Contohnya misalnya : kekasih
hamil, terlibat narkoba, dihianiti kekasih, PHK ditempat kerja, penyakit,
utang, dll.
Perilaku Klien
Klien susah tidur dan berlangsung terus menerus sehingga terbiasa
menghayal, dan menganggap menghayal awal sebagai pemecah masalah.
b. Fase II : Comforting Moderate level of anxiety
Pada fase ini halusinasi secara umum mulai diterima sebagai sesuatu yang lami
Karakteristik
Klien mengalami emosi yang berlanjut seperti adanya perasaan cemas,
kesepian, perasaan berdosa, ketakutan dan mencoba memusatkan pemikiran
pada timbulnya kecemasan. Klien beranggapan bahwa pengalaman pikiran dan
sensorinya dapat ia control bila kecemasannya diatur, dalam tahap ini ada
kecenderungan klien merasa nyaman dengan halusinasinya.
Perilaku Klien
- Tersenyum, tertawa yang tidak sesuai
- Menggerakkan bibir tanpa suara
- Pergerakan mata yang cepat
- Respon verbal yang lambat
- Diam, dipenuhi rasa yang mengasyikan
c. FaseIII : Condemning Severe level of Anxiety
Pada fase ini secara umum halusinasi sering mendatangi klien.
Karakteristik
Pengalaman sensori klien menjadi sering dating dan mengalami bias. Klien
mulai merasa tidak mampu lagi mengontrolnya dan mulai berupaya menjaga
jarak antara dirinya dengan obyek yang dipersepsikan klien mulai menarik diri
dari orang dengan intensitas waktu yang lama.
Perilaku Klien
- Meningkatkan tanda-tanda system saraf otonom akibat ansietas (Nadi, RR,
TD) meningkat
- Penyempitan kemampuan untuk konsentrasi
- Asyik dengan pengalaman sensori dan kehilangan kemampuan
membedakan halusinasi dan realita
d. Halusinasi Pengecapan
Merasa mengecap rasa seperti rasa darah, urin atau feses sehingga sering
meludah dan muntah. ( Azizah Lilik, 2016).
e. Halusinasi Perabaan
Mengalami nyeri atau ketidaknyamanan tanpa stimulus yang jelas. Rasa
tersetrum listrik yang datang dari tanah, benda mati atau orang lain, dan merasa
ada serangga dipermukan kulit. ( Azizah Lilik, 2016).
f. Halusinasi Viseral
Yaitu badannya dianggap berubah bentuk dan tidak normal seperti biasanya
seperti Merasakan fungsi dari bagian tubuhnya yang sedang berproses atau
sedang berlangsung seperti klien merasakan aliran darah yang terjadi dalam
tubuhnya, jika secara normal manusia tidak bisa merasakan proses aliran darah
yang terjadi dalam tubuh manusia, contoh lainnya klien merasakan proses
pembentukan urine dalam tubuhnya. ( Azizah Lilik, 2016).
g. Kinestetik
Merasakan pergerakan di tubuhnya sementara jika di lihat pada kondisi nyata
klien tersebut tidak bergerak, contoh ketika pasien mengatakan bahwa tubuhnya
sedang melayang laying di atas bumi.( Azizah lilik,2016)
h. Halusinasi Histerik
Timbul pada nerosa histerik karena konflik emosional.
i. Halusinasi Hipnogogik
Terdapat adakalanya pada orang yang normal, tepat sebelum tertidur persepsi
sensori bekerja salah. Persepsi sensori yang salah yang terjadi pada saat tertidur ,
biasanya di anggap fenomena yang tidak patologis.
j. Hipnopompik
Seperti halusinasi hipnogogik tetapi terjadi tepat sebelum terbangun dari
tidurnya. Selain itu adapula impian yang halusinatorik dalam impian normal.
k. Halusinasi Perintah
Halusinasi perintah isinya menyuruh klien untuk melakukan sesuatu seperti
membunuh dirinya, mencabut tanaman, dan lain-lain. ( Azizah Lilik, 2016).
H. Perilaku Halusinasi
Respon perilaku klien terhadap halusinasi dapat berupa curiga,ketakutan, rasa
tidak aman,gelisah,bingung,perilaku memuat diri, kurang pengetahuan,tidak mampu
mengambil,tidak membedakan yang nyata dan yang tidak nyata. Klien yang
mengalami halusinasi sering kecewa karena mendapatkan respon negatif ketika
mencoba menceritakan halusinasinya. Pengalaman halusinasi menjadi masalah untuk
dibicarakan dengan orang lain. Perilaku klien yang mengalami halusinasi sangat
tergantung pada jenis halusinasinya.
I. Mekanisme Koping
Biasanya klien dengan halusinasi cenderung berperilaku maladaptif, seperti
menciderai diri sendiri dan orang lain di sekitarnya. Malas beraktivitas, perubahan
suatu persepsi dengan berusaha untuk mengalihkan tanggung jawab kepada orang
lain, mempercayai orang lain dan asyik dengan stimulus internal.
J. Penatalaksanaan Medis
Halusinsi termasuk kedalam kelompok penyakit skizofrenia maka jenis
penatalaksanaan medis yang biasa di lakukan adalah:
a. Psikofarmako
Psikofarmako adalah terapi dengan menggunakan obat,tujuannya untuk
mengurangi/menghilangkan gejala gangguan jiwa.Berdasarkan khasiat obat yang
tergolong dalam pengobatan psikofarmako antara lain:
Clorpomazine (CPZ) adalah obat yang termasuk golongan
antipsikotik fenotiazina yang bekerja dengan menstabilkan senyawa alami
otak. Obat ini dapat digunakan untuk menangani berbagai gangguan mental,
seperti skizofrenia dan gangguan psikosis yang lainnya, perilaku agresif yang
membahayakan pasien atau orang lain, kecemasan dan kegelisahan yang
parah, serta autisme pada anak-anak.
a) Aturan pakai
Aturan pakai : 3 x 100 mg/ hari
b) Indikasi :
Untuk menangani berbagai gangguan mental, seperti skizofrenia dan
gangguan psikosis yang lainnya, perilaku agresif yang membahayakan
pasien atau orang lain, kecemasan dan kegelisahan yang parah, serta
autisme pada anak-anak.
c) Efek samping
Yang dapat terjadi pada pemakaian CPZ meliputi efek sedasi, pusing,
pingsan, hipotensi orthostatik, palpitasi, takikardi, sindroma pada mulut,
kemerahan pada mukosa, vesikel lidah kotor, gigi tanggal, pandangan
kabur, konstipasi, retensi urine, ejakulasi tertahan. CPZ juga
menyebabkan efek samping ekstra pyramidal yang meliputai
parkinsonisme, dystonia, diskinesia. Gangguan hormonal dapat terjadi
yaitu menstruasi tidak teratur, gynecomastia, penurunan libido,
peningkatan nafsu makan, berat badan meningkat, edema, glikosuria,
hiperglikemia atau hipoglikemia. Reaksi hipersensitif pada beberapa
orang menimbulkan efek/ gejala-gejala jaundice, gatal-gatal pada kulit,
ptechiae dermatitis, fotosensitis, dan reaksi anafilaksit.
2. Data Objektif
2. Data objektif
2. Data objektif
Perilaku agitasi
2. Data objektif .
2. Data objektif
Disorientasi
D. Pohon masalah
Effect Resiko perilaku kekerasan
E. Diagnosa Keperawatan
Gangguan persepsi sensori :halusinasi
F. Intervensi
INTERVENSI HALUSINASI
NO SP I P SP I K
1. Identifikasi halusinasi : isi, frekuensi, 1. Diskusikan masalah yang dirasakan
waktu terjadinya, factor pencetus, dalam merawat klien
respon saat halusinasi.
2. Jelaskan cara mengontrol halusinasi : 2. Jelaskan pengertian tanda, gejala
yaitu dengan cara menghardik proses terjadinya halusinasi
halusinasi.
3. Latih cara mengontrol halusinasi 3. Latih cara menghardik halusinasi
dengan menghardik.
4. Menganjurkan klien memasukkan cara 4. Ajarkan klien sesuai jadwal dan
menghardik halusinasi dalam kegiatan memberi pujian
harian.
NO SP II P SP II K
1. Evaluasi kegiatan menghardikdan beri 1. Evaluasi kegiatan keluarga dalam
pujian. merawat/ melatih pasien dalam
menghardik dan beri pujian
2. Latih cara mengontrol halusinasi 2. Jelaskan cara memberikan obat kepada
dengan minum obat : dengan prinsip 6 keluarga dengan prinsip 6 benar
benar yaitu : (Jelaskan jenis, guna,
dosis, frekuensi, cara, kontinuitas
minum obat)
3. Masukan pada jadwal kegiatan untuk 3. Latih cara memberikan / membimbing
latihan menghardik dan minum obat minum obat
4. Anjurkan pasien sesuai jadwal dan
memberi pujian
NO SP III P SP III K
1. Evaluasi kegiatan latihan menghardik 1. Evaluasi kegiatan keluarga dalam
dan minum obat dan beri pujian. merawat/ melatih klien menghardik
dan memberikan obat dan beri pujian.
2. Latihan cara mengontrol halusinasi 2. Jelaskan cara bercakap-cakap dan
dengan bercakap-cakap saat terjadi melakukan kegiatan untuk mengontrol
halusinasi. halusinasi
3. Masukan pada jadwal kegiatan untuk 3. Latih dan sediakan waktu untuk
latihan menghardik, minum obat dan bercakap-cakap dengan klien terutama
bercakap-cakap. saat halusinasi
4. Anjurkan membantu klien sesuai
jadwal berikutnya.
NO SP IV P SP IV K
NO SP V P SP V K
1. Evaluasi kegiatan latihan menghardik, 1. Evaluasi kegiatan keluarga dalam
obat, becakap-cakap, kegiatan harian, merawat / melatih klien menghardik,
berikan pujian. memberikan obat, bercakap-cakap,
melakukan kegiatan harian dan follow
up, beri pujian
2. Latih kegiatan harian 2. Nilai kemampuan keluarga merawat
klien
3. Nilai kemampuan yang telah mandiri 3. Nilai kemampuan keluarga melakukan
4. Nilai apakah halusinasi terkontrol
kontrol ke RSJ/ Puskesmas
G. Implementasi
Implementasi adalah melakukan tindakan sesuai dengan rencana ,
masalah dan kondisi klien yang bersangkutan . sebelum melakukan tindakan
keperawatan yang sudah di rencanakan perawat perlu memvalidasi apakah
rencana tindakan keperawatan masih di butuhkan dan sesuai dengan kondisi
klien saat ini. Selai itu perawat juga harus menilai kondisi dirinya, apakah
sudah mempunyai kemampuan interpersonal, intelektual, dan tekhnikal
sesuai dengan tindakan yang akan di laksanakan , dinilai kembali apakah
aman bagi klien, setelah semua tidak ada hambatan, maka tindakan
keperawatan boleh di laksanakan. Setelah itu kontrak dengan klien dan
menjelaskan apa yang akan di lakukan serta mendokumentasikan semua
tindakan yang telah dilakukan beserta respon klien setelah dilakukan
tindakan keperawatan, hubungan saling percaya antara perawat dengan klien
merupakan dasar utama dalam pelaksanaan tindakan keperawatan.
SP 1 Pasien :
Membantu pasien mengenal halusinasi, menjelaskan cara-cara mengontrol
halusinasi, dengan cara : Menghardik halusinasi
SP 2 Pasien :
Melatih Pasien mengontrol halusinasi dengan cara : : minum obat secara
teratur dengan prinsip 6 benar yaitu : Jenis, guna, dosis, frekuensi, cara dan
kontinuitas minum obat.
SP 3 Pasien :
Melatih Pasien mengontrol halusinasi dengan cara : bercakap-cakap dengan
orang lain
SP 4 Pasien :
Melatih Pasien mengontrol halusinasi dengan cara: melakukan aktivitas
terjadwal
SP 5 Pasien
Melatih pasien mengontrol halusinasi dengan cara : latih kegiatan harian
SP 1 Keluarga
Pendidikan Kesehatan tentang pengertian halusinasi, jenis halusinasi yang
dialami pasien, tanda dan gejala halusinasi dan cara-cara merawat pasien
halusinasi
SP 2 Keluarga
Melatih Keluarga kegiatan untuk mengontrol halusinasi
SP 3 Keluarga
Menganjurkan keluarga membantu pasien sesuai jadwal
SP 4 Keluarga
Menilai kemampuan keluarga dalam merawat pasien
SP 5 Keluarga
Membuat perencanaan pulang bersama keluarga
H. Evaluasi
Evaluasi adalah proses yang berkelanjutan dan dilakukan harus terus - menerus untuk
menilai agar efek dari tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan.
Evaluasi dapat dilakukan dengan menggunskan pendekatan SOAP menjadi pola piker
DAFTAR PUSTAKA
Lilik M, Azizah, dkk. 2016. Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa -Teori dan
Aplikasi Praktik Klinik. Yokyakarta : Indomedia Pustaka
Stuart g.w. 2014. Buku Saku Keperawatan Jiwa Edisi 5. Jakarta : EGC
ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN HALUSINASI
OLEH :
TAUFANI A NUGROHO
14420192147
CI INSTITUSI CI LAHAN
(.............................) (..........................)
MAKASSAR
2020
ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN HALUSINASI PENDENGARAN
OLEH :
TAUFANI A NUGROHO
14420192147
CI INSTITUSI CI LAHAN
(.............................) (..........................)
MAKASSAR
2020
PENGKAJIAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA
IDENTITAS KLIEN
Inisial : Nn. F
Umur : 49 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Toddopuli 1
TanggalPengkajian : 11 januari 2021
KELUHAN UTAMA
Ny A (37 tahun), klien tampak bicara atau tertawa sendiri, marah-marah tanpa sebab,
mendekatkan telinga ke arah tertentu, dan menutup telinga. Klien mengatakan mendengar
suara-suara atau kegaduhan, mendengar suara yang mengajaknya bercakap-cakap.
FAKTOR PREDISPOSISI
1. Pernah mengalami gangguan jiwa di masa lalu?
a. Ya
b. Tidak
2. Pengobatan sebelumnya:
a. Berhasil
b. Kurang Berhasil
c. Tidak Berhasil
3. Trauma
No Jenis trauma Usia Pelaku Korban Saksi
a Aniaya Fisik
b Aniaya Seksual
c Penolakan
d Kekerasan dalam -
Keluarga
e Tindakan Kriminal
PEMERIKSAAN FISIK
TTV : TD = 120/80 mmHg
N = 82 x/menit
S = 36,5 °C
P = 20 x/menit
BB = 62 kg TB = 165 cm
Keluhan Fisik : Klien mengatakan sulit tidur dikarenakan sering mendengar suara-
suara atau bisikan yang mengajaknya untuk bercakap-cakap,
nampak gelisah.
Masalah Keperawatan : Halusinasi pendengaran
PSIKOSOSIAL
1. Genogram
x x x x
x 60 68
x
70
50 49
Jelaskan :
1) Komunikasi : Klien selalu berkomunikasi dengan keluarganya, cara bicara klien
cepat
2) Pengambilan keputusan : Di dalam keluarga pengambil keputusan adalah ayahnya
3) Pola asuh : Sejak kecil pasien tinggal dengan kedua orang tuanya.
2. Konsep Diri
a. Citra tubuh :
Pasien mengatakan menyukai seluruh bagian anggota tubuhnya.
b. Identitas diri :
Pasien masih mampu menyebutkan identitas dirinya (nama)
c. Peran :
Pasien bertanggung jawab sebagai anak
d. Ideal diri :
Pasien berharap semoga cepat sembuh dan tidak ingin mendengar suara-
suara atau bisikan lagi
e. Harga diri :
Pasien merasa percaya diri bahwa dia akan sembuh
Masalah Keperawatan :
3. Hubungan Sosial
a. Orang yang berarti :
Pasien mengatakan orang yang berarti dalam hidupnya adalah orang tuanya
b. Peran serta dalam kegiatan kelompok/masyarakat :
Klien jarang melakukan aktifitas diluar rumah dan tidak memiliki pekerjaan
c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain :
Klien jarang berkomunikasi dengan orang lain
Masalah Keperawatan :
4. Spiritual
a. Nilai dan keyakinan :
Pasien beragama islam dan sering beribadah
b. Kegiatan ibadah :
Pasien beribadah di rumah
Masalah Keperawatan :
STATUS MENTAL
1. Penampilan
a. Tidak rapi
b. Penggunaan pakaian tidak sesuai
c. Cara berpakaian tidak seperti biasanya
Jelaskan : Cara berpakaian pasien tidak rapi, dan pakaian yang digunakan tidak
sesuai dengan pasangannya
Masalah Keperawatan :
2. Pembicaraan
a. Cepat
b. Keras
c. Gagap
d. Inkohorensi
e. Lambat
f. Membisu
g. Tidak mampu memulai pembicaraan
Jelaskan : Pasien tidak mampu memulai pembicaraan
3. Aktifitas Motorik
a. Lesu
b. Tegang
c. Gelisah
d. Agitasi
e. Tik
f. Grimasem
g. Tremor
h. Kompulsif
Jelaskan : Pasien mengatakan gelisah pada saat mendengar suara-suara atau
bisikan
Masalah Keperawatan :
4. Alam Perasaan
a. Sedih
b. Ketakutan
c. Putus asa
d. Khawatir
e. Gembira berlebihan
Jelaskan : Pasien merasa sedih
Masalah Keperawatan :
5. Afek
a. Datar
b. Tumpul
c. Labil
d. Tidak sesuai
Jelaskan :
Masalah Keperawatan :
7. Persepsi Halusinasi
a. Pendengaran
b. Penglihatan
c. Perabaan
d. Pengecapan
e. Penghidu/penciuman
Jelaskan : klien tampak bicara atau tertawa sendiri, marah-marah tanpa sebab,
mendekatkan telinga ke arah tertentu, dan menutup telinga. Klien mengatakan
mendengar suara-suara atau kegaduhan, mendengar suara yang mengajaknya
bercakap-cakap.
Masalah Keperawatan : Halusinasi pendengaran
8. Isi pikir
a. Obsesi
b. Phobia
c. Hipokondria
d. Depersonalisasi
e. Ide yang terkait
f. Pikiran magis
Jelaskan :
Masalah Keperawatan :
9. Waham
a. Agama
b. Somatic
c. Kebesaran
d. Curiga
e. Nihilistik
f. Sisip pikir
g. Siar pikir
h. Kontrol pikir
Jelaskan :
Masalah Keperawatan :
12. Memori
a. Gangguan daya ingat jangka panjang
b. Gangguan daya ingat jangka pendek
c. Gangguan daya ingat saat ini
d. Konfabulasi
Jelaskan : Pasien memiliki gangguan daya ingat jangka pendek, mudah lupa
Masalah Keperawatan :
Jelaskan : …………………………………………………………………………
Masalah Keperawatan :
……………………………………………………………
2. Kegiatan Hidup Sehari-Hari
a. Perawatan Diri
Perawatan Diri BT BM
Mandi
Kebersihan
Makan
BAB/BAK
Ganti pakaian
Jelaskan : ……………………………………………………………
Masalah Keperawatan : ………………………………………………
b. Nutrisi
Apakah anda puas dengan pola makan anda?
Ya
Tidak
Apakah anda memisahkan diri?
Ya, jelaskan
Tidak
Frekuensi makan sehari 3 kali sehari
Frekuensi kudapan sehari -
Nafsu makan :
Meningkat
Menurun
Berlebihan
Sedikt-sedikit
BB terendah : 60 kg BB tertinggi : 70 kg
Jelaskan :…………………………………
Masalah Keperawatan : …………………………………………………
c. Tidur
1) Apakah ada masalah tidur?
2) Apakah merasa segar setelah bangun tidur?
3) Apakah ada kebiasaan tidur siang?
4) Lama tidur siang............................jam
5) Apa yang menolong tidur?
6) Tidur malam jam : ………………, bangun jam : ……………….
7) Apakah ada gangguan tidur?
Sulit untuk tidur
Bangun terlalu pagi
Somnabulisme
Terbangun saat tidur
Gelisah saat tidur
Berbicara saat tidur
Jelaskan : Pasien sering terbangun pada saat tidur dan gelisah dikarenakan
sering mendengar suara-suara
MEKANISME KOPING
Adaptif Maladaptif
Bicara dengan orang lain Minum alcohol
Mampu menyelesaikan masalah Reaksi lambat/berlebih
Teknik relokasi Bekerja berlebihan
Aktifitas konstruktif Menghindar
Olahraga Mencederai diri
Lainnya : ………………………. Lainnya: ………………………
ASPEK MEDIK
Diagnosis Medik : Halusianasi pendengaran
Terapi medik :
Haloperidol 1,5 mg 3x1
Clozapine 25 mg 0-0-1
ANALISIS DATA
Pasien
No
SPIP
Identifikasi Halusinasi : Isi, Frekuensi, Waktu terjadi, Situasi
1 pencetus, perasaan, respon
SPIIP
RM No. :-
Pertemuan : 1 BHSP
A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien
Ny F (49 tahun), klien tampak bicara atau tertawa sendiri, marah-marah
tanpa sebab, mendekatkan telinga ke arah tertentu, dan menutup telinga.
2. Diagnosa Keperawatan :
3. Tujuan
a. Tujuan Umum : Mengidentifikasi masalah yang dialami oleh klien dan klien
dapat berinteraksi untuk membina hubungan saling percaya
b. Tujuan Khusus : Perkenalan dan membina hubungan saling percaya dan
Klien mau memberitahu nama dan mengapa klien berada dirumah sakit
4. Tindakan Keperawatan
Melakukan bina hubungan saling percaya, langkah-langkah:
a. Mengucapkan salam
b. Berjabat tangan
c. Berbincang-bincang dan memperkenalkan diri
d. Berdiskusi
e. Mengucapkan salam
B. Strategi Komunikasi
1. Fase Interaksi
a. Salam Terapeutik
Assalamu’alaikum“ Selamat pagi Ibu ?”
b. Evaluasi/Validasi
“Bagaimana perasaan ibu pagi ini?”
c. Kontrak
a. Ibu nama saya Juripah biasa dipanggil Ifa, saya mahasiswi dari Stikes
Nani Hasanuddin.
b. Nama ibu siapa?
c. Senang dipanggil apa bu?
d. Boleh saya mengobrol-ngobrol dengan ibu disini?
e. Tujuannya agar kita lebih saling mengenal. Waktunya 10 menit ya bu,
bagaimana bu?”
2. Fase Kerja
a. Ibu sesuai janji kita tadi kita akan mengobrol ya bu. Ibu sudah berapa hari
disini ?
b. Apa yang ibu rasakan saat ini? Apa ada yang ibu ingin ceritakan?
c. Ibu tinggal dimana? Apakah ibu punya anak? Ada berapa anak ibu?
d. apakah ibu tahu mengapa ibu berada disini?
e. Selama ibu tinggal disini apa ada keluarga yang mengunjungi ibu?
3. Fase Terminasi
a. Evaluasi
1) Evaluasi Subjektif
“Ibu tadi kita sudah mengobrol tentang kegiatan ibu dan berkenalan ya bu.
Bagaimana perasaan ibu?”
2) Evaluasi Objektif
“Nah ibu tadi kita sudah berkenalan, ibu masih ingat dengan saya? ya bagus
ya bu. Ibu juga sudah mau menceritakan nama ibu ? berapa anak ibu dan
apa yang ibu rasakan selama disini?
4. Rencana Tindak Lanjut
“Ibu apabila ada hal yang ingin disampaikan ibu boleh ceritakan kepada saya,
agar kita dapat memecahkan masalah bersama?”
5. Kontrak yang Akan Datang
1. Waktu : Ibu besok sekitar jam 10.00 pagi, saya akan datang lagi ya bu,
2. Topic : untuk ngobrol- ngobrol lagi dengan ibu mengenai cara
mengontrol halusinasi dengan menghardik. Bagaimana ibu mau?
3. Tempat : Tempatnya disini ya bu, baiklah kalau begitu sekarang saya
permisi dulu, selamat pagi Ibu.”
Pertemuan 2 : SP1P
A. Kondisi
Klien terlihat bicara atau tertawa sendiri, marah-marah tanpa sebab, mendekatkan
telinga kea rah tertentu, dan menutup telinga. Klien mengatakan mendengar
suara-suara atau kegaduhan, mendengar suara yang mengajaknya bercakap-cakap.
B. Diagnosis Keperawatan
Perubahan Persepsi Sensori: Halusinasi pendengaran
C. Tujuan
a. Membantu klien mengenal halusinasinya
b. Mengajarkan klien mengontrol halusinasinya dengan menghardik
halusinasi
D. Tindakan keperawatan
a. Identifikasi halusinasi: isi, frekuensi, waktu terjadi, situasi pencetus,
perasaan, dan respon.
b. Jelaskan cara mengontrol halusinasi hardik obat, bercakap-cakap,
melakukan kegiatan.
c. Latih cara mengontrol halusinasi dengan menghardik
d. Masukan pada jadwal kegiatan untuk latihan menghardik.
E. Strategi Pelaksanaan
1. Orientasi
a. Salam Terapeutik
1) Selamat pagi, assalamualaikum ibu A..
2) Apa ibu asih ingat kenal/ ingat dengan nama saya?
3) Baik ibu, sesusai janji saya kita akan ngobrol lagi..
b. Evaluasi/validasi
1) Bagaimana perasaan Ibu hari ini?
2) Apa ada keluhan ?”
c. Kontrak
1) Topik
“Apakah Ibu tidak keberatan untuk ngobrol dengan saya? Menurut ibu
sebaiknya kita ngobrol apa ya? Bagaimana kalau kita ngobrol
tentang suara dan sesuatu yang selama ini Ibu dengar ?
2) Waktu
“Berapa lama kira-kira kita bisa ngobrol? Ibu maunya berapa menit?
Bagaimana kalau 10 menit? Bisa?”
3) Tempat
“Di mana kita akan bincang-bincang ?
2. Fase Kerja
“Apakah Ibu mendengar suara tanpa ada wujudnya?”
“Apa yang dikatakan suara itu?”
“Apakah Ibu melihat sesuatu atau orang atau bayangan atau mahluk?”
“Seperti apa yang kelihatan?”
“Apakah terus-menerus terlihat dan terdengar, atau hanya sewaktu-waktu
saja?”
“Kapan paling sering Ibu melihat sesuatu atau mendengar suara tersebut?”
“Berapa kali sehari Ibu mengalaminya?”
“Pada keadaan apa, apakah pada waktu sendiri?”
“Apa yang Ibu rasakan pada saat melihat sesuatu?”
“Apa yang Ibu lakukan saat melihat sesuatu?”
“Apa yang Ibu lakukan saat mendengar suara tersebut?”
“Apakah dengan cara itu suara dan bayangan tersebut hilang?”
“Bagaimana kalau kita belajar cara untuk mencegah suara-suara atau
bayangan agar tidak muncul?”
“Ibu ada empat cara untuk mencegah suara-suara itu muncul.”
“Pertama, dengan menghardik suara tersebut.”
“Kedua, dengan cara bercakap-cakap dengan orang lain.”
“Ketiga, melakukan kegiatan yang sudah terjadwal.”
“Keempat, minum obat dengan teratur.”
“Bagaimana kalau kita belajar satu cara dulu, yaitu dengan menghardik.”
“Caranya seperti ini:
1) Saat suara-suara itu muncul, langsung Ibu bilang dalam hati, “Pergi
Saya tidak mau dengar … Saya tidak mau dengar. Kamu suara palsu.
Begitu diulang-ulang sampai suara itu tidak terdengar lagi. Coba ibu
peragakan! Nah begitu………….. bagus! Coba lagi! Ya bagus Ibu
sudah bisa.”
2) Saat melihat bayangan itu muncul, langsung Ibu bilang, pergi Saya
tidak mau lihat………………. Saya tidak mau lihat. Kamu palsu.
Begitu diulang-ulang sampai bayangan itu tak terlihat lagi. Coba Ibu
peragakan! Nah begitu……….. bagus! Coba lagi! Ya bagus Ibu sudah
bisa.”
3. Fase Terminasi
a. Evaluasi subjektif
“Bagaimana perasaan Ibu dengan obrolan kita tadi? Ibu merasa senang tidak
dengan latihan tadi?”
b. Evaluasi objektif
“Setelah kita ngobrol tadi, panjang lebar, sekarang coba Ibu simpulkan
pembicaraan kita tadi.”
“Coba sebutkan cara untuk mencegah suara dan atau bayangan itu agar tidak
muncul lagi.”
c. Rencana tindak lanjut
“Kalau bayangan dan suara-suara itu muncul lagi, silakan Ibu coba cara
tersebut! Bagaimana kalau kita buat jadwal latihannya. Mau jam berapa
saja latihannya?”
(Masukkan kegiatan latihan menghardik halusinasi dalam jadwal kegiatan
harian klien, Jika ibu melakukanya secara mandiri makan ibu menuliskan
M, jika ibu melakukannya dibantu atau diingatkan oleh keluarga atau
teman maka bu tulis T. apakah ibu mengerti?).
d. Kontrak yang akan datang
1) Topik
“Ibu, bagaimana kalau besok kita ngobrol lagi tentang cara mengontrol
halusinasi dengan minum obat secara teratur, apa ibu mau?”
2) Waktu
“Kira-kira waktunya kapan ya? Bagaimana kalau besok jam 10:00 pagi, ibu
bisa?”
3) Tempat
“Kira-kira tempat yang enak buat kita ngobrol besok di mana ya?
Nagaimana kalau di tempat ini saja ? baiklah bu Sampai jumpa besok.
Wassalamualaikum,………
Pertemuan 3 : SP2P
A. Kondisi klien
Klien tampak tenang dan klien mengatakan mendengar ada suara-suara tapi suara itu
tidak jelas.
B. Diagnosa Keperawatan
Gangguan Persepsi Sensori : halusinasi pendengaran
C. Tujuan
Ajarkan cara mengontrol halusinasi dengan cara bercakap-cakap dengan orang lain.
D. Tindakan keperawatan
1. Evaluasi kegiatan menghardik, beri pujian.
2. Latih cara mengontrol halusinasi dengan obat (jelaskan 6 benar:
jenis,guna,dosis,frekuensi,cara,kontinuitas minum obat)
3. Masukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan menghardik dan minum obat.
E. Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan
a. Fase Orientasi :
Salam terapeutik : ” Selamat pagi, ibu? Bagaimana kabarnya hari ini? ibu
masih ingat dong dengan saya? Ibu sudah mandi belum? Apakah ibu sudah
makan?
Evaluasi validasi : ”bagaimana perasaan ibu hari ini? Kemarin kita sudah
berdiskusi tentang halusinasi, apakah ibu bisa menjelaskan kepada saya tntang
isi suara-suara yang ibu dengar dan apakah ibu bisa mempraktekkan cara
mengontrol halusinasi yang pertama yaitu dengan menghardik?”
Kontrak :
Topik :
”sesuai dengan kontrak kita kemarin, kita akan berbincang-bincang di ruamg
tamu mengenai cara-cara mengontrol suara yang sering ibu dengar dulu agar
suara itu tidak muncul lagi dengan cara yang kedua yaitu bercakap-cakap
dengan orang lain.
Waktu :
Berapa lama kita akan bincang-bincang, bagaimana kalau 10 menit saja,
bagaimana ibu setuju?”
Tempat :
”dimana tempat yang menurut ibu cocok untuk kita berbincang-bincang?
Bagaimana kalau di ruang tamu? ibu setuju?”
b. Fase kerja
”kalau ibu mendengar suara yang kata ibu kemarin mengganggu dan membuat
ibu jengkel. Apa yang ibu lakukan pada saat itu? Apa yang telah saya ajarkan
kemarin apakah sudah dilakukan?”
”cara yang kedua adalah ibu langsung pergi ke perawat. Katakan pada perawat
bahwa ibu mendengar suara. Nanti perawat akan mengajak mas mengobrol
sehingga suara itu hilang dengan sendirinya.
c. Fase terminasi
1. Evaluasi subyektif : ”tidak terasa kita sudah
berbincang-bincang lama. Saya senang sekali ibu mau berbincang-bincang
denagan saya. Bagaimana perasaan ibu setelah kita berbincang-bincang?”
2. Evaluasi obyektif : ”jadi seperti yang ibu katakan
tadi, cara yang ibu pilih untuk mengontrol halusinasinya adalah......
3. Rencana Tindak lanjut :
”nanti kalau suara itu terdengar lagi, ibu terus praktekkan cara yang telah saya
ajarkan agar suara tersebut tidak menguasai pikiran ibu.”
4. Kontrak yang akan datang :
Topik :
”bagaimana kalau besok kita berbincang-bincang lagi tentang cara mengontrol
halusinasi dengan cara yang ketiga yaitu dengan bercakap-cakap.”
Waktu :
”jam berapa ibu bisa? Bagaimana kalau besok jam 10:00 pagi ? ibu setuju?”
Tempat :
”besok kita berbincang-bincang di sini atau tempat lain? Termakasih ibu sudah
berbincang-bincang dengan saya. Sampai ketemu besok pagi.”