Diabetes Melitus (DM) atau disingkat diabetes adalah gangguan kesehatan yang berupa skumpulan gejala yang disebabkan oleh peningkatan kadar gula (glukosa) darah akibat kekurangan ataupun resistensi insulin. Penyakit ini sudah lama dikenal, terutama di kalangan keluarga, khususnya keluarga berbadan besar (kegemukan) bersama dengan gaya hidup “tinggi”. Kenyataannya kemudian, DM menjadi penyakit masyarakat umum, menjadi beban kesehatan masyarakat, meluas dan membawa banyak kematian. Dalam jumlah prevalensi penduduk dunia dengan DM di perhitungkan mencapai 415 juta pada tahun 2015 dan diperkirakan menjadi 642 juta pada tahun 2040. Kecenderungan peningkatan prevalensi akan membuat perubahan posisi DM yang semakin merajalela, yang ditandai dengan perubahan atau kenaikan peringkatnya dikalangan 10 besar penyakit (leading desiases). Selain itu DM juga memberi kontribusi terhadap kematian. Dimana hasil riset menunjukan bahwa penyakit DM menjadi penyebab kematian no 3 terbesar penyakit tidak menular diseluruh dunia. Peningkatan prevalensi akan lebih menonjol perkembangannya di negara berkembang dibandingkan dengan negara maju. Sedangkan indonesia sendiri berada pada peringkat no 7 dunia dalam jumlah penderita penyakit DM yaitu diperkirakan sebanyak 10 juta penduduk terdiagnosa diabetes melitus Dari hasil survey riskesdes 2007 dan 2013, di dapatkan data pada tahun 2007 5,7 % penduduk indonesi terdiagnosa diabetis melitus. Sedangkan pada tahun 2013 hasil riset riskesdes menunjukan adanya peningkat jumlah pendirita DM manjadi 6,7 % dari jumlah penduduk. Hal ini menunjukan bahwa penyakit DM di indonesia meningkat secara signifikan. Dari hasil riskesdes 2013 menunjukan pervelansi terbanyak penyakit DM diderita pada jenis kelamis wanita daripada laki-laki. Sedangkan jumlah terbanyak penderita DM terdapat pada pedesaan di bandingkan dengan perkotaan. Hasil riset juga menunjukan bahwa 1 dari 2 orang pendirita DM di indonesia tidak terdiagnosa secara dini. Kebanyakan pendirita DM baru akan datang ke fasilitas kesehatan setalah mengalami komplikasi dari penyakit DM ini. Padahal jika diabetes tidak terdeteksi secara dini dapat menyebabkan kecacatan dan kematian. Melihat banyaknya jumlah pendirita dan semakin meningkatnya jumlah pendirita DM di indonesia, diperlukan suata upaya agar terhindar dari penyakit tidak menular ini. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan pola hidup sehat. Pola hidup sehat dapat berupa mengkonsumsi gizi seimbang dan aktifitas fisik, serta diperlukan lingkungan yang sehat dalam mendukung upaya pola hidup sehat. Untuk itu pemerintah telah melakukan upaya peningkatan kesehatan masyarakat dalam pola hidup sehat dalam gerakan masyarakat (germas). Progam germas ini dicanangkan sebagai bentuk pemerintah peduli dengan adanya peningkatan prevelensi penyakit DM ini. Pemerintah juga telah menyediakan faskes sampai peloksok desa agar dapat memberikan pelayanan pengobatan dan upaya pencegahan penyakit DM. Petugas kesehatan juga telah di bekali pemerintah tentang pengelolaan penyakit DM dengan baik.
1.2 Rumusan Masalah
a. Bagaimana sejarah penemuan penyakit Diabetes Melitus? b. Apa pengertian dan klasifikasi Diabetes Melitus? c. Apa saja gejala Diabetes Melitus? d. Bagaimana segitiga epidemiologi penyakit Diabetes Melitus ? 1.3 Tujuan a. Mahasiswa dapat mengetahui sejarah penemuan penyakit Diabetes. b. Mahasiswa dapat mengetahui pengertian dan klasifikasi Diabetes Melitus. c. Mahasiswa dapat mengetahui apa saja gejala penyakit Diabetes Melitus d. Untuk mengetahui segitiga epidemiologi penyakit Diabetes Melitus. BAB II PEMBAHASAN
2.1 Sejarah Penemuan Diabetes
Sejarah penyakit diabetes sebenarnya telah terdokumentasi selama ribuan tahun. Dari pertama ditemukan hingga saat ini, telah banyak terobosan dilakukan berkaitan dengan penyakit ini. Penyebutan pertama tentang diabetes terjadi pada tahun 1552 SM, ketika Hesy-Ra, seorang dokter Mesir, mendokumentasikan sering buang air kecil sebagai gejala penyakit misterius yang juga menyebabkan penderitanya menjadi kurus. Penyembuh kuno juga mencatat bahwa semut sepertinya tertarik pada urin orang yang memiliki penyakit ini. Pada tahun 150 M, Arateus, dokter Yunani menggambarkan apa yang sekarang kita sebut diabetes sebagai “lelehan daging tubuh dan anggota badan ke dalam urin.” Sejak saat itu, dokter mulai mendapatkan pemahaman yang lebih baik tentang diabetes. Berabad-abad kemudian, untuk mendiagnosa diabetes, orang harus langsung mencicipi air seni. Pada tahun 1675 Thomas Willis menambahkan kata “mellitus,” yang berarti madu, sebagai referensi untuk rasa manis dari urin. Pada tahun 1800-an para ilmuwan berhasil mengembangkan tes kimia untuk mendeteksi keberadaan gula dalam urin. Semakin lama dokter makin tahu tentang penyakit diabetes. Dulu, perawatan diabetes mencakup anjuran sering menunggang kuda yang dianggap mampu mengurangi buang air kecil yang berlebihan. Pada 1700 dan 1800-an, dokter mulai menyadari bahwa perubahan pola makan bisa membantu pengelolaan diabetes. Mereka menyarankan pasien untuk melakukan hal-hal seperti makan lemak dan daging hewan atau mengonsumsi gula. Selama Perang Perancis-Prusia tahun 1870-an, dokter Prancis Apollinaire Bouchardat mencatat bahwa kondisi pasien diabetes membaik setelah diberi ransum tentara. Pada tahun 1916, ilmuwan Boston Elliott Joslin menerbitkan buku berjudul Perawatan Diabetes Mellitus yang menguraikan bahwa diet puasa (fasting diet) dikombinasikan dengan olah raga teratur dapat secara signifikan mengurangi risiko kematian pada pasien diabetes. Saat ini, dokter masih menggunakan prinsip-prinsip yang ditemukan Joslin untuk merawat pasien diabetes. 2.2 Pengertian dan klasifikasi Diabetes Melitus Diabetes mellitus, DM yang juga dikenal di Indonesia dengan istilah penyakit kencing gula adalah kelainan metabolis yang disebabkan oleh banyak faktor, dengan simtoma berupa hiperglisemia kronis dan gangguan metabolisme karbohidrat, lemak dan protein, sebagai akibat dari: defisiensi sekresi hormon insulin, aktivitas insulin dan defisiensi transporter glukosa. Kejadian DM di awali dengan kekurangan insulin sebagai penyebab utama. Di sisi lain timbulnya DM bisa berawal dengan kekurangan insulin yang bersifat relatif yang disebabkan oleh adanya resistensi insulin. Keadaan ini ditandai dengan ketidakrentanan organ menggunakan insulin, sehingga insulin tidak bisa berfungsi optimal dalam mengatur metabolism glukosa. Akibatnya kadar glukosa darah meningkat. Klasifikasi Diabetes Melitus: 1. Diabetes Melitus Tipe 1 Diabetes mellitus tipe 1, diabetes anak-anak (bahasa Inggris: childhood-onset diabetes, juvenile diabetes, insulin-dependent diabetes mellitus, IDDM) adalah diabetes yang terjadi karena berkurangnya rasio insulin dalam sirkulasi darah akibat hilangnya sel beta penghasil insulin pada pulau-pulau Langerhans pankreas. IDDM dapat diderita oleh anak-anak maupun orang dewasa. Sampai saat ini IDDM tidak dapat dicegah dan tidak dapat disembuhkan, bahkan dengan diet maupun olah raga. Kebanyakan penderita diabetes tipe 1 memiliki kesehatan dan berat badan yang baik saat penyakit ini mulai dideritanya. Selain itu, sensitivitas maupun respons tubuh terhadap insulin umumnya normal pada penderita diabetes tipe ini, terutama pada tahap awal. Penyebab terbanyak dari kehilangan sel beta pada diabetes tipe 1 adalah kesalahan reaksi autoimunitas yang menghancurkan sel beta pankreas. Reaksi autoimunitas tersebut dapat dipicu oleh adanya infeksi pada tubuh. Saat ini, diabetes tipe 1 hanya dapat diobati dengan menggunakan insulin, dengan pengawasan yang teliti terhadap tingkat glukosa darah melalui alat monitor pengujian darah. Pengobatan dasar diabetes tipe 1, bahkan untuk tahap paling awal sekalipun, adalah penggantian insulin. Tanpa insulin, ketosis dan diabetic ketoacidosis bisa menyebabkan koma bahkan bisa mengakibatkan kematian. Penekanan juga diberikan pada penyesuaian gaya hidup (diet dan olahraga). Terlepas dari pemberian injeksi pada umumnya, juga dimungkinkan pemberian insulin melalui pump, yang memungkinkan untuk pemberian masukan insulin 24 jam sehari pada tingkat dosis yang telah ditentukan, juga dimungkinkan pemberian dosis (a bolus) dari insulin yang dibutuhkan pada saat makan. Serta dimungkinkan juga untuk pemberian masukan insulin melalui “inhaled powder”. Perawatan diabetes tipe 1 harus berlanjut terus. Perawatan tidak akan memengaruhi aktivitas-aktivitas normal apabila kesadaran yang cukup, perawatan yang tepat, dan kedisiplinan dalam pemeriksaan dan pengobatan dijalankan. Tingkat Glukosa rata-rata untuk pasien diabetes tipe 1 harus sedekat mungkin ke angka normal (80-120 mg/dl, 4-6 mmol/l).Beberapa dokter menyarankan sampai ke 140-150 mg/dl (7-7.5 mmol/l) untuk mereka yang bermasalah dengan angka yang lebih rendah, seperti “frequent hypoglycemic events”. Angka di atas 200 mg/dl (10 mmol/l) seringkali diikuti dengan rasa tidak nyaman dan buang air kecil yang terlalu sering sehingga menyebabkan dehidrasi. Angka di atas 300 mg/dl (15 mmol/l) biasanya membutuhkan perawatan secepatnya dan dapat mengarah ke ketoasidosis. Tingkat glukosa darah yang rendah, yang disebut hipoglisemia, dapat menyebabkan kehilangan kesadaran. 2. Diabetes Melitus Tipe 2 Diabetes mellitus tipe 2 (non-insulin-dependent diabetes mellitus, NIDDM) merupakan tipe diabetes mellitus yang terjadi bukan disebabkan oleh rasio insulin di dalam sirkulasi darah, melainkan merupakan kelainan metabolisme yang disebabkan oleh mutasi pada banyak gen,termasuk yang mengekspresikan disfungsi sel β, gangguan sekresi hormon insulin, resistansi sel terhadap insulinyang disebabkan oleh disfungsi GLUT10 dengan kofaktor hormon resistin yang menyebabkan sel jaringan, terutama pada hati menjadi kurang peka terhadap insulinserta RBP4 yang menekan penyerapan glukosa oleh otot lurik namun meningkatkan sekresi gula darah oleh hati.Mutasi gen tersebut sering terjadi pada kromosom yang merupakan kromosom terpadat yang ditemukan pada manusia. Pada NIDDM ditemukan ekspresi SGLT1 yang tinggi,rasio RBP4 dan hormon resistin yang tinggi,peningkatan laju metabolisme glikogenolisis dan glukoneogenesis pada hati,penurunan laju reaksi oksidasi dan peningkatan laju reaksi esterifikasi pada hati. NIDDM juga dapat disebabkan oleh dislipidemia, lipodistrofi,dan sindrom resistansi insulin. Pada tahap awal kelainan yang muncul adalah berkurangnya sensitifitas terhadap insulin, yang ditandai dengan meningkatnya kadar insulin di dalam darah. Hiperglisemia dapat diatasi dengan obat anti diabetes yang dapat meningkatkan sensitifitas terhadap insulin atau mengurangi produksi glukosa dari hepar, namun semakin parah penyakit, sekresi insulin pun semakin berkurang, dan terapi dengan insulin kadang dibutuhkan.Ada beberapa teori yang menyebutkan penyebab pasti dan mekanisme terjadinya resistensi ini, namun obesitas sentral diketahui sebagai faktor predisposisi terjadinya resistensi terhadap insulin, dalam kaitan dengan pengeluaran dari adipokines ( nya suatu kelompok hormon) itu merusak toleransi glukosa.Obesitas ditemukan di kira-kira 90% dari pasien dunia dikembangkan diagnosis dengan jenis 2 kencing manis.Faktor lain meliputi mengeram dan sejarah keluarga, walaupun di dekade yang terakhir telah terus meningkat mulai untuk memengaruhi anak remaja dan anak-anak. 3. Diabetes Melitus Tipe 3 Diabetes mellitus gestasional atau diabetes melitus yang terjadi hanya selama kehamilan dan pulih setelah melahirkan, dengan keterlibatan interleukin-6 dan protein reaktif C pada lintasan patogenesisnya.GDM mungkin dapat merusak kesehatan janin atau ibu, dan sekitar 20–50% dari wanita penderita GDM bertahan hidup. Diabetes melitus pada kehamilan terjadi di sekitar 2–5% dari semua kehamilan. GDM bersifat temporer dan dapat meningkat maupun menghilang setelah melahirkan. GDM dapat disembuhkan, namun memerlukan pengawasan medis yang cermat selama masa kehamilan. Meskipun GDM bersifat sementara, bila tidak ditangani dengan baik dapat membahayakan kesehatan janin maupun sang ibu. Resiko yang dapat dialami oleh bayi meliputi makrosomia (berat bayi yang tinggi/diatas normal), penyakit jantung bawaan dan kelainan sistem saraf pusat, dan cacat otot rangka. Peningkatan hormon insulin janin dapat menghambat produksi surfaktan janin dan mengakibatkan sindrom gangguan pernapasan. Hyperbilirubinemia dapat terjadi akibat kerusakan sel darah merah. Pada kasus yang parah, kematian sebelum kelahiran dapat terjadi, paling umum terjadi sebagai akibat dari perfusi plasenta yang buruk karena kerusakan vaskular. Induksi kehamilan dapat diindikasikan dengan menurunnya fungsi plasenta. Operasi sesar dapat akan dilakukan bila ada tanda bahwa janin dalam bahaya atau peningkatan resiko luka yang berhubungan dengan makrosomia, seperti distosia bahu.
2.3 Gejala Diabetes Melitus
Tiga gejala klasik yang dialami penderita diabetes. Yaitu: banyak minum, banyak kencing, berat badan turun. Pada awalnya, kadang-kadang berat badan penderita diabetes naik. Penyebabnya, kadar gula tinggi dalam tubuh. Maka perlu waspada apabila keinginan minum kita terlalu berlebihan dan juga merasa ingin makan terus. Berat badan yang pada awalnya terus melejit naik lalu tiba-tiba turun terus tanpa diet. Tetangga saya ibu Ida juga tak pernah menyadari kalau menderita diabet ketika badannya yang gemuk tiba-tiba terus menyusut tanpa dikehendaki. Gejala lain, adalah gangguan saraf tepi berupa kesemutan terutama di malam hari, gangguan penglihatan, gatal di daerah kemaluan atau lipatan kulit, bisul atau luka yang lama sembuh, gangguan ereksi pada pria dan keputihan pada perempuan. Gejala: Pada tahap awal gejala umumnya ringan sehingga tidak dirasakan, baru diketahui sesudah adanya pemeriksaan laboratorium. Pada tahap lanjut gejala yang muncul antara lain : Rasa haus Banyak kencing Berat badan turun Rasa lapar Badan lemas Rasa gatal Kesemutan Mata kabur Kulit Kering Gairah sex lemah Komplikasi: Penglihatan kabur Penyakit jantung Penyakit ginjal Gangguan kulit dan syaraf Pembusukan Gairah sex menurun Jika tidak tepat ditangani, dalam jangka panjang penyakit diabetes bisa menimbulkan berbagai komplikasi. Maka bagi penderita diabet jangan sampai lengah untuk selalu mengukur kadar gula darahnya, baik ke laboratorium atau gunakan alat sendiri. Bila tidak waspada maka bisa berakibat pada gangguan pembuluh darah, antara lain: gangguan pembuluh darah otak (stroke), pembuluh darah mata (gangguan penglihatan), pembuluh darah jantung (penyakit jantung koroner), pembuluh darah ginjal (gagal ginjal), serta pembuluh darah kaki (luka yang sukar sembuh/gangren). Penderita juga rentan infeksi, mudah terkena infeksi paru, gigi, dan gusi serta saluran kemih.
2.4 Cara Mengobati Diabetes Melitus
Penderita diabetes tipe 1 umumnya menjalani pengobatan therapi insulin (Lantus/Levemir, Humalog, Novolog atau Apidra) yang berkesinambungan, selain itu adalah dengan berolahraga secukupnya serta melakukan pengontrolan menu makanan (diet). Pada penderita diabetes mellitus tipe 2, penatalaksanaan pengobatan dan penanganan difokuskan pada gaya hidup dan aktivitas fisik. Pengontrolan nilai kadar gula dalam darah adalah menjadi kunci program pengobatan, yaitu dengan mengurangi berat badan, diet, dan berolahraga. Jika hal ini tidak mencapai hasil yang diharapkan, maka pemberian obat tablet akan diperlukan. Bahkan pemberian suntikan insulin turut diperlukan bila tablet tidak mengatasi pengontrolan kadar gula darah.