Anda di halaman 1dari 18

1

MODUL

IVA

Disusun Oleh :

RIMBA APRIANTI, S.KEP.,NERS

YAYASAN EKA HARAP PALANGKARAYA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
2018-2019
2

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


IVA (inspeksi visual dengan asam asetat) merupakan cara sederhana untuk
mendeteksi kanker leher rahim sedini mungkin (Sukaca E. Bertiani, 2009). IVA
merupakan pemeriksaan leher rahim (serviks) dengan cara melihat langsung (dengan
mata telanjang) leher rahim setelah memulas leher rahim dengan larutan asam asetat
3-5% (Wijaya Delia, 2010). Dewasa ini banyak kita temukan berbagai macam
penyakit yang menyerang organ genetali pada wanita yaitu vagina,baik itu merupakan
penyakit yang ringan maupun penyakit yang membutuhkan pemeriksaan lebih lanjut.
Salah satunya adalah kanker serviks, kanker serviks merupakan kanker tersering
kedua di dunia pada perempuan, namun merupakan kanker tersering di negara
berkembang. Pada tahun 2002 prevalensi kasus kanker serviks di dunia mencapai 1.4
juta dengan 493.000 kasus baru dan 273.000 kematian. Dari data tersebut, lebih dari
80% penderita berasal dari negara berkembang di Asia Selatan, Asia Tenggara, Sub-
Saharan Afrika, Amerika Tengah, dan Amerika Selatan. Data dari WHO menyatakan
bahwa setiap tahunnya 230.000 perempuan meninggal akibat kanker serviks dan
190.000 penderita berasal dari negara berkembang.
Kanker serviks merupakan kanker tersering di Indonesia dengan perkiraan
insidens 25-40/100.000.3,4. Menurut data tahun 2000 kanker serviks merupakan 28%
dari seluruh kanker perempuan dan 18% dari seluruh kanker di Indonesia dengan
jumlah kasus baru sebanyak 3256 kasus. Data tersebut diperkirakan bukan angka
yang sebenarnya karena penelitian tidak dilakukan di seluruh pusat pelayanan
kesehatan dan hanya 25-30% seluruh penderita yang datang ke fasilitas kesehatan.
Seperti telah kita ketahui kesehatan reproduksi bagi manusia sangatlah penting.
Karena dalam hal ini menyangkut masalah penerus generasi atau penerus
keturununan. Namun tidak dapat di pungkiri banyak penyebab terjadinya infertilitas.
Oleh sebab itu kita sebagai seorang perawat haruslah mengetahui perkembangan

1
3

tekhnologi untuk mengatasi penyakit reproduksi, agar dapat memberikan saran


terbaik bagi klien kita kelak.
1.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas maka rumusan masalah makalah ini sebagai berikut:
1.2.1 Bagimana Upaya Pencegahan Primer, Sekunder, dan Tersier Pada Sistem
Reproduksi (Kanker Serviks)?
1.2.2 Apa Pengertian dari IVA (Inspeksi Visual Dengan Asam Asetat)?
1.2.3 Apa Tujuan dari IVA (Inspeksi Visual Dengan Asam Asetat)?
1.2.4 Bagaimana Jadwal dari IVA (Inspeksi Visual Dengan Asam Asetat)?
1.2.5 Bagaimana Prosedur dari IVA (Inspeksi Visual Dengan Asam Asetat)?
1.2.6 Bagaiamana Cara Penggunaan dari IVA (Inspeksi Visual Dengan Asam
Asetat)?
1.2.7 Apa Saja Langkah-Langkah dari IVA (Inspeksi Visual Dengan Asam Asetat)?
1.2.8 Apa Saja Kategori dari IVA (Inspeksi Visual Dengan Asam Asetat)?
1.3 Tujuan Penulisan
Dari rumusan masalah makalah ini maka tujuan penulisannya sebagao berikut:
1.3.1 Untuk Mengetahui dan Memahami Bagimana Upaya Pencegahan Primer,
Sekunder, dan Tersier Pada Sistem Reproduksi (Kanker Serviks).
1.3.2 Untuk Mengetahui dan Mempelajari Apa Pengertian dari IVA (Inspeksi Visual
Dengan Asam Asetat).
1.3.3 Untuk Mengetahui dan Mempelajari Apa Tujuan dari IVA (Inspeksi Visual
Dengan Asam Asetat).
1.3.4 Untuk Mengetahui dan Mempelajari Bagaimana Jadwal dari IVA (Inspeksi
Visual Dengan Asam Asetat).
1.3.5 Untuk Mengetahui dan Mempelajari Bagaimana Prosedur dari IVA (Inspeksi
Visual Dengan Asam Asetat).
1.3.6 Untuk Mengetahui dan Mempelajari Bagaiamana Cara Penggunaan dari IVA
(Inspeksi Visual Dengan Asam Asetat).
1.3.7 Untuk Mengetahui dan Mempelajari Apa Saja Langkah-Langkah dari IVA
(Inspeksi Visual Dengan Asam Asetat).
4

1.3.8 Untuk Mengetahui dan Mempelajari Apa Saja Kategori dari IVA (Inspeksi
Visual Dengan Asam Asetat).
1.4 Manfaat Penulisan
Dari tujuan penulisan makalah ini maka manfaat penulisan sebagai berikut:
1.4.1 Agar Dapat Memahami Bagimana Upaya Pencegahan Primer, Sekunder, dan
Tersier Pada Sistem Reproduksi (Kanker Serviks).
1.4.2 Agar Dapat Memahami Apa Pengertian dari IVA (Inspeksi Visual Dengan
Asam Asetat).
1.4.3 Agar Dapat Memahami Apa Tujuan dari IVA (Inspeksi Visual Dengan Asam
Asetat).
1.4.4 Agar Dapat Memahami Bagaimana Jadwal dari IVA (Inspeksi Visual Dengan
Asam Asetat).
1.4.5 Agar Dapat Memahami Bagaimana Prosedur dari IVA (Inspeksi Visual
Dengan Asam Asetat).
1.4.6 Agar Dapat Memahami Bagaiamana Cara Penggunaan dari IVA (Inspeksi
Visual Dengan Asam Asetat).
1.4.7 Agar Dapat Memahami Apa Saja Langkah-Langkah dari IVA (Inspeksi Visual
Dengan Asam Asetat).
1.4.8 Agar Dapat Memahami Apa Saja Kategori dari IVA (Inspeksi Visual Dengan
Asam Asetat).
5

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Upaya Pencegahan Primer, Sekunder, dan Tersier Pada Sistem Reproduksi
(Kanker Serviks)
2.1.1 Pencegahan primer
Pencegahan primer merupakan kegiatan uang dapat dilakukan oleh setiap
orang untuk menghindari diri dari faktor-faktor yang dapat menyebabkan timbulnya
kanker serviks. Hal ini dapat dilakukan dengan cara menekankan perilaku hidup sehat
untuk mengurangi atau menghindari faktor resiko seperti kawin muda, pasangan
seksual ganda dan lain-lain. Selain itu juga pencegahan primer dapat dilakukan
dengan imuisasi HPV pada kelompok masyarakat.
2.1.2 Pencegahan sekunder
Pencegahan sekunder kanker serviks dilakukan dengan deteksi dini dan
skrining kanker serviks yang bertujuan untuk menemukan kasus-kasus kanker serviks
secara dibni sehingga kemungkinan penyembuhan dapat ditingkatkan. Perkembangan
kanker serviks memerlukan waktu yang lama. Dari prainvasif ke invasive
memerlukan waktu sekitar 10 tahun atau lebih. Pemeriksaan sitologi merupakan
metode sederhana dan sensitive untuk mendeteksi karsinoa pra invasive. Bila diobati
dengan baik, karsinoma pra invasive mempunyai tingkat penyembuhan mendekati
100%. Diagnosa kasus pada fase invasive hanya memiliki tingkat ketahanan sekitar
35%.
2.1.3 Pencegahan tersier
Rehabilitasi, misalnya perawatan rumah sedangkan penanganan kanker
umumnya ialah secara pendekatan multidiscipline. Hasil pengobatan radioterapi dan
operasi radikal kurang lebih sama, meskipun sebenarnya sukar untuk dibandingkan
karena umumnya yang dioperasi penderita yang masih muda dan umumnya baik (Izza
Ayu: 2009). Ada pula beberapa tanaman yang bisa digunakan sebagai obat herbal
untuk mencegah dan mengatasi kanker serviks, yaitu: Arbenam (Duchesnea indica),
bawang putih (Allium sativum), biji bidara laut (Strychnos nux-vomica), Brojolintang

4
6

(Belamcanda chinensis), dan lain sebagainya. (Izza Ayu: 2009). Meski kanker serviks
menakutkan, namun kita semua bisa mencegahnya. Kita dapat melakukan banyak
tindakan pencegahan sebelum terinfeksi HPV dan akhirnya menderita kanker serviks.
Beberapa cara praktis yang dapat di lakukan dalam kehidupan sehari-hari antara lain:
a. Miliki pola makan sehat, yang kaya dengan sayuran, buah dan sereal untuk
merangsang sistem kekebalan tubuh.
b. Hindari merokok. Banyak bukti menunjukkan penggunaan tembakau dapat
meningkatkan risiko terkena kanker serviks
c. Hindari seks sebelum menikah atau di usia sangat muda atau belasan tahun.
d. Hindari berhubungan seks selama masa haid terbukti efektif untuk mencegah dan
menghambat terbentuknya dan berkembangnya kanker serviks.
e. Hindari berhubungan seks dengan banyak partner.
2.2 Pengertian IVA
IVA (inspeksi visual dengan asam asetat) merupakan cara sederhana untuk
mendeteksi kanker leher rahim sedini mungkin (Sukaca E. Bertiani, 2009). IVA
merupakan pemeriksaan leher rahim (serviks) dengan cara melihat langsung (dengan
mata telanjang) leher rahim setelah memulas leher rahim dengan larutan asam asetat
3-5% (Wijaya Delia, 2010). Laporan hasil konsultasi WHO menyebutkan bahwa IVA
dapat mendeteksi lesi tingkat pra kanker (high-Grade Precanceraus Lesions) dengan
sensitivitas sekitar 66-96% dan spesifitas 64-98%. Sedangkan nilai prediksi positif
(positive predictive value) dan nilai prediksi negatif (negative predective value)
masing-masing antara 10-20% dan 92-97% (Wijaya Delia, 2010).
Pemeriksaan IVA merupakan pemeriksaan skrining alternatife dari pap smear
karena biasanya murah, praktis, sangat mudah untuk dilaksanakan dan peralatan
sederhana serta dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan selain dokter ginekologi. Pada
pemeriksaan ini, pemeriksaan dilakukan dengan cara melihat serviks yang telah diberi
asam asetat 3-5% secara inspekulo. Setelah serviks diulas dengan asam asetat, akan
terjadi perubahan warna pada serviks yang dapat diamati secara langsung dan dapat
dibaca sebagai normal atau abnormal. Dibutuhkan waktu satu sampai dua menit
untuk dapat melihat perubahan-perubahan pada jaringan epitel. Serviks yang diberi
7

larutan asam asetat 5% akan merespon lebih cepat daripada larutan 3%. Efek akan
menghilang sekitar 50-60 detik sehingga dengan pemberian asam asetat akan didapat
hasil gambaran serviks yang normal (merah homogen) dan bercak putih (displasia)
(Novel S Sinta,dkk,2010).

2.3 Tujuan IVA


Untuk mengurangi morbiditas atau mortalitas dari penyakit dengan pengobatan
dini terhadap kasus-kasus yang ditemukan. Untuk mengetahui kelainan yang terjadi
pada leher rahim.
2.4 Jadwal IVA
Program Skrining Oleh WHO:
1. Skrining pada setiap wanita minimal 1X pada usia 35-40 tahun
2. Kalau fasilitas memungkinkan lakukan tiap 10 tahun pada usia 35-55 tahun
3. Kalau fasilitas tersedia lebih lakukan tiap 5 tahun pada usia 35-55 tahun (Nugroho
Taufan, dr. 2010:66)
4. Ideal dan optimal pemeriksaan dilakukan setiap 3 tahun pada wanita usia 25-60
tahun.
5. Skrining yang dilakukan sekali dalam 10 tahun atau sekali seumur hidup memiliki
dampak yang cukup signifikan.
8

6. Di Indonesia, anjuran untuk melakukan IVA bila : hasil positif (+) adalah 1 tahun
dan, bila hasil negatif (-) adalah 5 tahun
2.5 Prosedur Diagnosis IVA
2.5.1 Siapa Yang Harus Menjalani Tes IVA
Menjalani tes kanker atau pra-kanker dianjurkan bagi semua wanita berusia 30
dan 45 tahun. Kanker leher rahim menempati angka tertinggi diantara wanita berusia
antara 40 dan 50 tahun, sehingga tes harus dilakukan pada usia dimana lesi pra-
kanker lebih mungkin terdeteksi, biasanya 10 sampai 20 tahun lebih awal. Sejumlah
faktor resiko yang berhubungan dengan perkembangan kanker leher rahim,
diantaranya sebagai berikut:
a. Usia muda saat pertama kali melakukan hubungan seksual (usia<20)
b. Memiliki banyak pasangan seksual (wanita atau pasangannya)
c. Riwayat pernah mengalami IMS (Infeksi Menular Seksual), seperti Chlamydia
atau gonorrhea, dan khususnya HIV/AIDS
d. Ibu atau saudara perempuan yang memiliki kanker leher rahim
e. Hasil Pap Smear sebelumnya yang tak normal
f. Merokok
g. Tidak sedang datang bulan/haid
h. Tidak sedang hamil
i. 24 jam sebelumnya tidak melakukan hubungan seksual
Selain itu, ibu yang mengalami masalah penurunan kekebalan tubuh (mis.,
HIV/AIDS) atau mengunakan costicosteroid secara kronis (mis.,pengobatan asma
atau lupus) berisiko lebih tinggi terjadinya kanker leher rahim jika mereka memiliki
HPV. (FK.UI.,dll., 2007).
2.5.2 Kapan Harus Menjalani Tes IVA
Tes IVA dapat dilakukan kapan saja dalam siklus menstruasi, termasuk saat
menstruasi, pada masa kehamilan dan saat asuhan nifas atau paska keguguran. Tes
tersebut dapat dilakukan pada wanita yang dicurigai atau diketahui memiliki IMS
atau HIV/AIDS. Bimbingan diberikan untuk tiap hasil tes, termasuk ketika konseling
dibutuhkan. Untuk masing-masing hasil akan diberikan beberapa instruksi baik yang
9

sederhana untuk ibu tersebut (mis., kunjungan ulang untuk tes IVA setiap 1 tahun
secara berkala atau 3/5 tahun paling lama) atau isu-isu khusus yang harus dibahas
seperti kapan dan dimana pengobatan dapat diberikan, risiko potensial dan manfaat
pengobatan, dan kapan perlu merujuk untuk tes tambahan atau pengobatan yang lebih
lanjut.
2.5.3 Penilaian Klien
Tanyakan riwayat singkat kesehatan reproduksinya, antara lain:
a. Riwayat menstruasi
b. Pola pendarahan (mis.; paska coitus atau mens tak teratur)
c. Paritas
d. Usia pertama kali berhubungan seksual
e. Penggunaan alat kontrasepsi
2.5.4 Peralatan dan Bahan Lain
IVA dapat dilakukan di klinik manapun yang mempunyai sarana sebagai
berikut ini:
a. Meja periksa

b. Sumber cahaya/lampu
10

c. Spekulum Bivalved (Cusco or Graves)

d. Rak atau wadah peralatan

2.5.5 Bahan-Bahan yang Diperlukan Untuk Melakukan Tes IVA Harus Tersedia
ditempat
a. Kapas swab digunakan untuk menghilangkan mukosa dan cairan keputihan dari
serviks (leher rahim) dan untuk mengoleskan asam asetat ke leher rahim.
11

b. Sarung tangan periksa harus baru

c. Spatula kayu; digunakan untuk mendorong dinding lateral dari vagina jika
menonjol melalui bilah spekulum.

d. Asam asetat; adalah bahan utama cuka. Larutan asam asetat (3-5%) Untuk
melakukan IVA, petugas mengoleskan larutan asam asetat pada leher rahim.
Larutan tersebut menunjukkan perubahan pada sel-sel yang menutupi leher rahim
(sel-sel epithel) dengan menghasilkan reaksi “acetowhite”. Pertama-tama petugas
melakukan menggunakan spekulum untuk memeriksa leher rahim, lalu
dibersihkan untuk menghilangkan keputihan, kemudian asam asetat dioleskan
secara merata pada serviks. Setelah minimal 1 menit, serviks dan seluruh SSK
(sambungan skuamokolumner), sebagai sambungan antara epitel skuamous dan
epitel glanduler diperiksa untuk melihat apakah terjadi perubahan acetowhite.
hasil tes (positif atau negatif) harus dibahas.
12

2.6 Cara Penggunaan

2.6.1 IVA test dilakukan dengan cara mengoleskan asam asetat 3-5% pada
permukaan mulut rahim. Pada lesi prakanker akan menampilkan warna bercak
putih yang disebut aceto white epithelium.
2.6.2 Hasil dari pemeriksaan ini adalah bercak putih dapat disimpulkan bahwa tes
IVA positif. Maka jika hal itu terjadi maka dapat dilakukan biposy.
2.6.3 Untuk mengetahui hasilnya langsung pada saat pemeriksaan.
13

2.6.4 Pemeriksaan dengan metode ini bisa dilakukan oleh bidan atau dokter di
Puskesmas atau di tempat praktek bidan dengan biaya yang cenderung lebih
ekonomis.
2.7 Langkah-Langkah Melakukan Tes IVA
2.7.1 Penilaian Klien
1. Menyambut pasien dengan hormat dan penuh keramahan
2. Menjelaskan mengapa tes IVA direkomendasi dan menjelaskan
prosedurnya
3. Memberitahukan pasien kemungkinan temuan dan apa follow up atau
terapi yang dibutuhkan
2.7.2 Persiapan
1. Cek apakah alat dan instrumen sudah tersedia
2. Memastikan bahwa lampu tersedia dan siap digunakan
3. Cek apakah pasien telah mengosongkan kandung kencing dan mencuci
atau membilas daerah genitalnya
4. Mintakan pasien untuk menanggalkan pakaiannya sampai ke pinggang
5. Membantu pasien naik ke meja pemeriksaan dan menutupinya.
6. Cuci tangan dengan sabun dan air dan keringkan dengan udara atau kain
bersih. Lalu palpasi perut.
7. Pakai sepasang sarung tangan bedah yang telah disterilkan dengan
desinfektan tingkat tinggi. Jika tersedia pakai sarung tangna kedua pada
satu tangan.
8. Atur instrumen dan alat-alat di atas baki yang telah disterilkan, jika belum
dilakukan.
14

2.7.3 Inspeksi Visual Dengan Asam Asetat

1. Periksa alat kelamin luar dan cek discharge pada urethra


2. Raba kelenjar skena dan kelenjar bartholini
3. Masukkan spekulum sehingga seluruh serviks dapat terlihat
4. Letakkan spekulum dalam posisi terbuka sehingga spekulum tetap pada
posisi dimana serviks tetap kelihatan. Jika memakai sarung tangan sebelah
luar, masukkan ke dalam larutan klorin 0,5% dan pindahkan sarung
tangan dengan cara memutarnya dari dalam keluar
 Jika membuang sarung tangan, letakkan di dalam satu tas plastik   atau
container yang tahan bocor.
 Jika menggunakan kembali sarung tangan, rendam dalam larutan
klorin 0,5% selama 10 menit untuk dekontaminasi
5. Gerakkan sumber cahaya sehingga dapat melihat serviks dengan jelas
15

6. Pariksa serviks apakah ada radang serviks, ekstropion, tumor, kista


nabothi atau ulkus.
7. Pakai kapas lidi bersih untuk mengambil cairan, darah atau mukus dari
serviks. Buang kapas lidi ke dalam kantong plastik atau kotak yang tahan
bocor
8. Identifikasi mulut serviks, squamocolumnar junction (SCJ) dan daerah
transformasi.
9. Celupkan kapas lidi dalam larutan asam asetat dan oleskan pada serviks.
10. Tunggu 1 menit agar asam asetat diserap dan perubahan aceto white
kelihatan.
11. Periksa SCJ dengan hati-hati, cek apakah serviks mudah berdarah dan cari
aceto white epithelium.
12. Jika perlu, oleskan lagi kapas lidi pada serviks untuk membersihkan
mucus, darah, debris.
13. Jika pemeriksaan visual telah selesai, pakai kapas lidi baru untuk
membersihkan sisa-sisa asam asetat pada serviks dan vagina.
14. Lepaskan spekulum. Jika tes IVA negatif, masukkan ke dalam larutan
klorin 0,5% selama 10 menit untuk dekontaminasi. Jika tes IVA positif,
masukkan spekulum ke dalam kotak desinfektan tingkat tinggi.
15. Lakukan pemeriksaan bimanual dan rektovaginal (jika ada indikasi)
2.8 Kategori IVA
Menurut (Sukaca E. Bertiani, 2009) Ada beberapa kategori yang dapat
dipergunakan, salah satu kategori yang dapat dipergunakan adalah:
1. IVA negatif = menunjukkan leher rahim normal.
2. IVA radang = Serviks dengan radang (servisitis), atau kelainan jinak lainnya
(polip serviks).
3. IVA positif = ditemukan bercak putih (aceto white epithelium). Kelompok ini
yang menjadi sasaran temuan skrining kanker serviks dengan metode IVA karena
temuan ini mengarah pada diagnosis Serviks-pra kanker (dispalsia ringan-sedang-
berat atau kanker serviks in situ).
16

4. IVA-Kanker serviks = Pada tahap ini pun, untuk upaya penurunan temuan
stadium kanker serviks, masih akan bermanfaat bagi penurunan kematian akibat
kanker serviks bila ditemukan masih pada stadium invasif dini (stadium IB-IIA).
17

BAB 3
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Kanker serviks merupakan kanker ganas yang terbentuk dalam jaringan serviks
(organ yang menghubungkan uterus dengan vagina). Kanker serviks uterus adalah
keganasan yang paling sering ditemukan dikalangan wanita. Penyakit ini merupakan
proses perubahan dari suatu epithelium yang normal sampai menjadi Ca invasive
yang memberikan gejala dan merupakan proses yang perlahan-lahan dan mengambil
waktu bertahun-tahun. Serviks atau leher rahim/mulut rahim merupakan bagian ujung
bawah rahim yang menonjol ke liang sanggama (vagina). IVA adalah kegiatan
mempersiapkan alat dan pasien untuk melakukan tindakan kuratage pada kasus
kegawatan obstetrik dan ginekologi serta diagnostik.
3.2 Saran
Adapun saran yang dapat dikemukakan oleh penyusun ialah sebaiknya seorang
wanita yang telah menikah  harus melakukan IV A sedini mungkin. Agar bila
terdapat gejala-gejala kanker dapat diketahui sejak dini. Berhati-hatilah dengan
penyakit kanker serviks, lebih baik mencegah dari pada mengobati.Ternyata tidak
mudah menjadi seorang wanita, tapi bukan berarti sulit untuk menjalaninya. Penyakit
bisa kita hindari asal kita selalu berusaha hidup sehat dan teratur.

16
18

DAFTAR PUSTAKA

Hidayat, AAA dan Uliyah, M (2015), Keterampilan Dasar praktik Klinik untuk


kebidanan, Jakarta, Salemba Medika.
Ambarwati, RE dan Sunarsih, T (2011), KDPK KEBIDANAN, Jogjakarta, Noha
Medika.
Departemen Kesehatan RI. 2015. Buku Saku Pencegahan Kanker Leher Rahim &
Kanker Payudara.E-book:http://www.depkes.go.id/_asset/_download/bukusaku_
kanker.pdf diakses tanggal 28 Maret 2018 pukul 11:30 WIB
Departemen Kesehatan RI, Gerakan Perempuan Melawan Kanker Serviks,
http://www.depkes.go.id/index.php/berita/press-release/1668-gerakan-perempuan
-melawan-kanker-serviks-.html diakses tanggal 28 Maret 2018 pukul 11:00 WIB
Dorland. 2015. Kamus Kedokteran Edisi 29. Jakarta: EGC.
Moyet, CJL (2007), Buku Saku Diagnosis Keperawatan, Jakarta, EGC.

Anda mungkin juga menyukai