Anda di halaman 1dari 3

KEMATIAN KRISTUS KEMENANGAN KITA

Yesaya 52:13-53:12 Mazmur 22 Ibrani 10:16-25 Yohanes 19:16b-37

Dua malaikat sedang mengadakan perjalanan ke sebuah desa, kemudian mereka berhenti
di sebuah rumah mewah dan meminta untuk menumpang bermalam di rumah tersebut.
Pemilik rumah sangat pelit sehingga mereka tidak diberi kesempatan untuk tidur di kamar
tamu yang bagus melainkan diperbolehkan tidur di gudang yang terletak di lantai dasar
rumah. Sambil merapikan alas untuk tidur, malaikat yang lebih senior menambal lubang
yang terdapat di dinding basement rumah tersebut. Malaikat yang lebih muda kemudian
bertanya, “Mengapa engkau membantu orang yang sangat pelit kepada kita?” Malaikat
senior menjawab, “Sesuatu tidak selalu seperti apa yang terlihat.” Keesokan harinya,
mereka melanjutkan perjalanan dan malamnya menginap di sebuah rumah petani yang
amat miskin. Petani itu sangat menghargai kedua tamunya dan menghidangkan beberapa
makanan yang ia miliki. Kemudian kedua tamu ini diberi tempat untuk tidur di kamar
utama dengan kasur yang biasa dipakai pemilik rumah, sedangkan petani dan isterinya
justru tidur di lantai. Pagi harinya, petani dan isterinya terdengar menangis histeris karena
mendapati sapi satu-satunya yang menjadi sumber pendapatan mereka ternyata mati.
Malaikat muda berkata marah kepada seniornya, “Mengapa engkau biarkan hal ini terjadi
pada orang yang sangat baik kepada kita? Justru kemarin engkau malah membantu orang
yang sangat pelit kepada kita?” Malaikat senior menjawab, “Sesuatu tidak selalu seperti
apa yang terlihat.” Kemudian ia melanjutkan, “Kemarin waktu kita menginap di rumah
mewah yang pemiliknya pelit itu, aku menambal lubang yang di dalamnya terdapat emas,
sehingga mereka tidak bisa menemukan emas tersebut. Tadi malam, malaikat maut
datang untuk mencabut nyawa isteri si petani, tetapi aku membujuknya agar mengganti
dengan mencabut nyawa sapinya. Sesuatu tidak selalu seperti apa yang terlihat.” ( Dari
Buku Fight Like A Tiger Win Like A Champion ).

Bagi orang dunia pada umumnya, kedengaran sangat janggal bahwa Kematian Kristus
Kemenangan Kita. Tapi sesuatu tidak selalu seperti apa yang terlihat. Kematian Kristus
yang ditandai dengan salib itu ternyata justru merupakan kemenangan dan kebanggaan
kita! Kita membaca I Korintus 1:18 demikian, “Sebab pemberitaan tentang salib memang
adalah kebodohan bagi mereka yang akan binasa, tetapi bagi kita yang diselamatkan
pemberitaan itu adalah kekuatan Allah.” Cerita di atas tadi mengajar kita supaya jangan
tergesa menilai segala sesuatu yang terlihat, terlebih yang terjadi pada Yesus Kristus!

Hamba Tuhan yang tidak menarik! Tidak tampan, bahkan cenderung buruk muka,
maka tidak masuk hitungan. Dia pantas dihina dan dijauhi orang sebab nasibnya jelek,
hidup penuh sengsara dan kesakitan. Masyarakat luas mengira bahwa semua itu terjadi
sebab dia sedang kena tulah, dipukul dan ditindas Allah untuk semua dosanya. Padahal
dia sedang menanggung akibat dari pemberontakan dan kejahatan sesamanya (Yesaya
53). Sesuatu tidak seperti apa yang terlihat! Hamba Tuhan yang dihindari dan dibenci itu
justru yang seharusnya dihargai sebab telah berjasa besar bagi sesamanya. Jika Hamba
Tuhan dalam kitab Yesaya, sudah sedemikian menyentuh hati meski baru dalam bentuk
gambar saja, terlebih lagi tokoh Yesus Kristus yang mewujud di dalam kenyataan hidup!
Yesus yang sering disalah mengerti. Begitu hadir sebagai seorang bayi, sudah disalah
mengerti oleh raja Herodes. Disangkanya kelak akan menyaingi dan menggulingkan
kerajaannya, akibatnya terjadilah banjir darah para bayi sebayaNya yang tak berdosa!
Ketika menunjukkan kuasaNya yang bisa mengusir setan dari orang-orang yang
kerasukan, dituduh bersahabat dengan Baal Zebul , musuh besarNya. Ketika membuat
mujizat-mujizat untuk menguatkan iman umatNya, malah mau dipromosikan sebagai
raja dunia. Berjalan di permukaan air sebagai Tuhan, malah disangka hantu.
Menyampaikan ajaran benar, disebut penyesat. Datang ke dunia untuk memenuhi Hukum
Taurat, malah dikatakan mau merombak Taurat. Bangkit dari kematian sebagai
pemenang yang hebat dan jaya atas maut, malah disapa sebagai tukang kebun. Dalam
perjalanan ke Emaus, mau meluruskan pembicaraan yang melenceng, malah disebut
satu-satunya orang asing di Yerusalem yang tidak tahu menahu tentang berita besar.

Yesus yang tampak lemah tapi kuat ! Keadaan dan sikapNya cocok dengan Hamba
Tuhan dalam Yesaya 53. Menurut dan pasrah seperti anak domba yang dibawa ke
pembantaian. Hal itu telah diungkap dalam Yohanes 19. Seperti induk domba yang kelu
ketika diguntingi bulunya. Yesus dipermalukan, hampir ditelanjangi, pakaianNya
ditanggalkan lalu diundi di dekatNya. Kekuatan Yesus, adalah bahwa tetap tegar dan
sadar menghadapi semuanya, sampai bisa menyerahkan Maria ibuNya kepada Yohanes.
Juga sedikitpun Yesus tidak menunjukkan kekesalan hatiNya lalu mengutuk, tapi Dia
malah mendoakan. Tanpa ada rasa menyesal bahwa telah menerima tugas yang begitu
berat. Semua diterima dengan penuh kerelaan, sebab sudah dipergumulkan secara tuntas
di Taman Getsemani, bahkan di sepanjang hidupNya. Tidak seperti yang terlihat dari
luarnya, Yesus tidak minta dikasihani tapi justru merasa kasihan terhadap orang-orang di
sekitar kesengsaraanNya. Dia tidak minta bantuan apapun dari manusia, tapi justru
mendatangkan rasa kagum kepada orang yang menyaksikan kebesaran jiwaNya.

Yesus yang ditikam dengan tombak ! Ya, di bagian lambungNya seorang prajurit
menikam Yesus, hingga mengalir darah bercampur air. Sudah wafat mengapa ditikam
juga? Apakah mereka itu kliwat kejam dan tak berpri-kemanusiaan? Atau dilakukan
secara iseng semata? Jawab yang tepat adalah, untuk memastikan kematian Yesus.Bapa
di sorga tentunya dapat menyetujui prajurit itu, dan kita semua selaku pengikut Kristus
seharusnya malah berterima kasih kepadanya, sebab dengan demikian kematian Kristus
telah terbukti secara terang benderang. Hal ini sangat penting bagi masa depan Kerajaan
Allah, agar kekuatan dan kemajuan kita nanti berdasarkan kebangkitanNya yang akurat.

Apa arti sebuah kematian ? Apa arti kematian Yesus Kristus ? Bagi kaum Rohaniwan
waktu itu, berarti cita-cita mereka sudah tercapai. Kekuasaan atas umat Allah sepenuhnya
ada di dalam tangan mereka. Sekarang tak akan ada lagi saingan atau pihak oposisi yang
suka menyerang dan bikin risih. Bagi Pontius Pilatus dan Herodes, sepertinya Yesus
orang Nasaret itu tidak begitu penting. Kadang memang bisa bikin repot, maka kematian
Yesus lebih cepat lebih baik. Bagi para Rasul dan rakyat jelata, kematian Yesus adalah
kematiannya sebuah pengharapan dan masa depan. Jika Tuhan dan Guru mereka mati,
maka tak ada lagi yang sungguh-sungguh memperhatikan, mendampingi dengan kasih
yang besar, serta mengarahkan jiwa mereka ke jalan Allah yang lurus dan benar. Lalu
apa makna kematian Yesus bagi kita sekarang ? Kematian Kristus kemenangan kita!
Yesus mati demi kasih kepada Bapa yang telah mengutusNya, dan sesama manusia yang
akan diselamatkanNya, berarti kita yang terwakili olehNya ikut memperoleh kemenangan
kasih yang diperjuangkan itu. Maka tidak seharusnya kita masih tinggal di dalam dan
menyukai kebencian, dendam, iri dan yang sejenisnya yang bertentangan dengan kasih.
Yesus mati untuk menebus dosa, yaitu dosa semua umat manusia. Dia telah berhasil
sebagai penebus, ditandai dengan hembusan nafasNya yang terakhir. Maka dosa tidak
boleh menggila lagi, dan kita jangan menjadi sponsornya yang mengembangkan terus
dosa dalam hidup ini. Kematian Yesus berarti kekalahan bagi iblis, sebab selamanya
iblis merintangi Yesus menuju ke kayu salib. Sekarang kita semakin percaya diri untuk
berdiri di belakang Yesus, dalam memerangi kuasa kegelapan dan semua anteknya.
Akhirnya, setelah Yesus berhasil turun ke dalam Kerajaan Maut dan akan bangkit pada
hari yang ketiga, berarti kita sudah ikut mengalahkan maut ngeri serta semua yang berbau
maut. Jika kuasa maut yang selama ini paling kita takuti sudah dikalahkanNya, apalagi
segala persoalan hidup yang tak seberapa menakutkan, pasti lebih mudah dikalahkanNya!

Darah Yesus memunculkan keberanian kita ! Kita menapak jalan yang baru melalui
diri-Nya ( Ibrani 10:20 ). Setiap anak Tuhan, di dalam dan melalui Yesus Kristus harus
bisa melewati masa lalunya yang kelam, memulai lembar hidup baru yang cerah. Jangan
lagi hidup dalam keraguan dan ketakutan. Dengan menyebut Nama Yesus dan berpegang
pada karya penebusanNya kita mempunyai keberanian untuk menghadap Bapa. Derita
keterpisahan dengan Bapa Sorgawi sudah ditanggung oleh Kristus ( Mazmur 22:2 }.
Maka kini semua doa yang kita panjatkan, ibadah yang kita lakukan, macam-macam
karya di semua aspek kehidupan ini kita masuki bersama Kristus yang telah menjadi
penebus dan sekali gus Imam Besar kita yang sudah mempersembahkan diri, sebagai
korban yang satu kali untuk selamanya. Perubahan besar ini, mendatangkan sukacita dan
rasa syukur. Suasana hati ini kita jaga agar menetap, dan menggerakkan semangat
kebersamaan kita. Mari kita saling memperhatikan, saling mendorong dalam kasih dan
dalam pekerjaan yang baik. Mengutamakan pertemuan-pertemuan ibadah dan saling
menasehati. Jangan ada yang ketinggalan, ayo kita rayakan hidup baru nan indah ini!

Ada tiga tipe anak Tuhan yang kita jumpai. Tipe pertama seperti Bola Billiard. Untuk
menikmati hidup baru yang indah kita harus mau pro aktif dalam setiap kegiatan gereja.
Tapi sayang masih saja ada orang-orang yang harus didorong dan “disodok” seperti bola
billiard. Awas, yang namanya sodokan itu menyakitkan! Apa kita menunggu hentakan
yang menyakitkan dari Tuhan, baru mau bertobat dan maju? Tipe kedua seperti Kapal
Layar. Orang yang selalu lihat-lihat dulu, jika bisa menguntungkan dan menyenangkan
baru mau kerja bagi Tuhan.. Padahal kita upayakan melayani Tuhan dalam segala situasi
( II Tim 4:2 ). Tipe ketiga seperti Jam Rolex. Melangkah pasti tanpa henti. Menghayati
hidup ini sebagai anugerah besar. Jika Tuhan Yesus sudah mengorbankan segalanya,
mari kita jawab dengan mempersembahkan hidup yang berkemenangan bagiNya!
Oleh: Pdt Em. Daud Adiprasetya
Jumat 2 April 2010
Jumat Agung

Anda mungkin juga menyukai