Anda di halaman 1dari 17

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN


POLITEKNIK KEUANGAN NEGARA STAN
TANGERANG SELATAN

PELATIH GANDA PUTRA INDONESIA

Kelompok 5 :
Anggun Budi Utami S. Depari (05)
Nurlatifah Asikin (24)
Pria Aji Pamungkas (26)
Rama Daneshwara (29)
Robi Fajar Bahari (33)
Samtri Dortua Gultom (34)
Willem Doanta (39)

Kelas 7-02 (Non AKT)

PROGRAM STUDI DIPLOMA IV AKUNTANSI ALIH PROGRAM (NON AKT)

TAHUN 2020
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ii

BAB I PENDAHULUAN 1

A. Latar Belakang 1

B. Biografi Nelson Mandela 2

C. Tujuan Penulisan 7

D. Ruang Lingkup Pembahasan 7

BAB II PEMBAHASAN 8

A. Kepemimpinan Nelson Mandela Berdasarkan Teori Kepribadian (Trait Theories) Menurut


Robbins dan Judge 8

B. Kepemimpinan Nelson Mandela Berdasarkan Teori Keperilakuan (Behavioral Theories)


dengan Pendekatan Transformasional 14

BAB III SIMPULAN 22

DAFTAR PUSTAKA 25

2
2

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bulutangkis adalah salah satu cabang olahraga yang sangat populer di Indonesia
(selain sepakbola tentunya). Hampir pada setiap pertandingan event internasional, atlet
bulutangkis Indonesia selalu berhasil mengibarkan sang merah putih dan
mengumandangkan lagu Indonesia Raya di negeri orang. Sejak tahun 1970-an, atlet
bulutangkis Indonesia selalu berhasil menjadi pemuncak pada berbagai kejuaraan. Sebut
saja Christian Hadinata, Lim Swie King, Icuk Sugiarto, Rudy Hartono, Ivana Lie, Susy
Susanti, Alan Budikusuma, Ardi Wiranata, Haryanto Arbi, hingga Ricky Subagja/Rexy
mainaki, silih berganti mengharumkan nama Indonesia pada event-event kejuaraan
bulutangkis internasional.

Estafet prestasi atlet-atlet bulutangkis Indonesia berjalan mulus sejak era


Christian Hadinata hingga era Taufik Hidayat. Bahkan pada tahun 90-an,
perbulutangkisan Indonesia mengalami puncak kejayaannya. Tiongkok, Korea, dan
Jepang, yang kini merajai perbulutangkisan dunia, sempat bertekuk lutut di tangan atlet-
atlet Indonesia saat itu.

Begitu pula di tahun 2000-an, Taufik Hidayat dan Hendra Setiawan/Markis Kido
turut mengharumkan prestasi Indonesia pada event badminton internasional, termasuk
pada Olimpiade. Dan yang terbaru adalah pasangan ganda campuran Tontowi
Ahmad/Liliyana Natsir yang berhasil mengumandangkan lagu Indonesia raya ketika
merebut medali emas pada Olimpiade Rio de Janeiro, Brazil, Agustus lalu.
B. Biografi

Herry Iman Pierngadi lahir di Pangkal Pinang, 21 Agustus 1962. Herry Iman
Pierngadi memulai karirnya sebagai pelatih ganda putra Indonesia dengan bergabung
dengan Persatuan Bulu Tangkis Indonesia (PBSI) pada tahun 1993. Perjalanan karir
Herry IP dimulai dengan menjadi pelatih ganda putra junior tahun 1993. Karena
keberhasilannya mengantarkan ganda putra junior pada kemenangan kejuaraan dunia
junior tahun 1993, Herry IP diangkat menjadi pelatih ganda putra pratama atau senior
menggantian Christian Hadinata tahun 1999.

Tak lama diangkat menjadi pelatih senior, Herry IP lagsung berhasil menggebrak
kemenangan di All England tahun 1999 dengan mengalahkan peringkat ganda putra dari
Korea Selatan. Pada tahun 2000, Herry IP berhasil mengantarkan Tony
Gunawan/Chandra Wijaya meraih emas olimpiade tahun 2000. Atas keberhasilan
olimpiade tahun 2000 ini Herry ini semakin percaya bahwa takdirnya memang seorang
pelatih.

Pada Januari 2009, Herry IP dikeluarkan oleh PBSI setelah mengabdi selama 20 tahun
dengan alasan yang tidak jelas. Hal ini tentu sangat menyakitkan Herry IP karena pada
tahun 2008, anak didiknya, Markis Kido/Hendra Setiawan, berhasil meraih emas di
Olimpiade Beijing. Pada masa-masa tersebut Malaysia sempat ingin merekrut Herry IP
untuk menjadi pelatih di negara itu, namun Herry IP tidak memberikan jawaban.

Setelah PBSI memberhentikan Herry IP, prestasi ganda putra Indonesia mengalami
penurunan. Kemudian pada 2011, Herry IP kembali masuk ke PBSI. Hal pertama yang
dilakukan adalah “mengocok dadu” para pemain ganda putra. Salah satu pasangan yang
berhasil dari pilihan Herry IP ini adalah pasangan Mohamad Ahsan/Hendra Setiawan.
Sejak tahun 2013, Hendra/Ahsan berhasil menjadi kekuatan utama ganda putra Indonesia
dengan menjuarai sejumlah turnamen bergengsi yaitu emas di kejuaraan dunia 2013 dan
2015, All England 2014, Indonesia Open 2014, dan emas di Asian Game 2014.
Pada tahun 2017, Herry IP berhasil mengorbitkan pasangan baru, yaitu Kevin Sanjaya
Sukamuljo/Marcus Fernaldi Gideon. Prestasi ganda putra Kevin/Gideon ini tidak terlepas
dari peran pelatih mereka, Herry IP.

C. Tujuan Penulisan

Tujuan yang ingin dicapai penulis dalam membuat karya tulis ini adalah untuk
meninjau keterampilan interpersonal khususnya team building skill Herry Iman Pierngadi
selama karirnya menjadi pelatih ganda putra Indonesia sesuai teori ---

D. Ruang Lingkup Pembahasan

Ruang Lingkup tinjauan dalam karya tulis ini adalah keterampilan interpersonal
khususnya team building skill Herry Iman Pierngadi selama karirnya menjadi pelatih
ganda putra Indonesia dimulai dari awal karirnya di tahun 1993 sampai tahun 2019.
BAB II

PEMBAHASAN

A.

Pasangan ganda putra Indonesia, Markus Fernaldi Gideon dan Kevin Sanjaya Sukamuljo sukses
meraih gelar juara di turnamen bulutangkis tertua di dunia, All England 2017. Ketika
Gideon/Kevin menjadi buah bibir dimana-mana dan muncul di seluruh pemberitaan media
massa di Indonesia, kita tidak boleh melupakan sosok di balik kegemilangan mereka. Ia adalah
Herry Iman Pierngadi, sang pelatih di sektor ganda putra Pelatnas PBSI. Pria berusia 53 tahun ini
memang dikenal sebagai pelatih bertangan dingin. Catatan prestasinya sebagai pelatih
bulutangkis kelas dunia sudah lengkap. Ia mampu mengantarkan anak didiknya menggapai
prestasi di banyak kejuaraan bulutangkis internasional yang bergengsi.

Yang menjadi kunci sukses Herry I.P sehingga ia berhasil mengantarkan anak didiknya
menggapai prestasi dan mampu meramu strategi agar ganda putra Indonesia bisa tetap ada di
jajaran elit dunia dan bersaing secara kompetitif dengan pemain dari Tiongkok, Korea, Denmark,
Jepang, dan lain-lain adalah sebagai berikut:

1. Sangat mengenal karakter masing-masing pemain

2. Tidak menunjukkan kemarahan ketika di pertandingan

Para pelatih bulutangkis memang punya gayanya masing-masing. Ada pelatih yang cukup dingin
ketika mendampingi pemainnya di tepi lapangan, dan ada yang ekspresif dengan beberapa kali
memberikan arahan berupa gerakan tangan yang animatis. Ada juga pelatih yang sangat tegas
dan tak segan-segan mengeluarkan ucapan bernada tinggi ketika pemain berulangkali gagal
mengikuti instruksinya.

Ketika mendampingi pemain yang sedang ada di pertandingan, Herry I.P cenderung bersikap
kalem. Meskipun tetap ekspresif, ia tidak menggebu-gebu ketika memberikan instruksi ke para
pemain, baik dari bangku pelatih maupun saat interval dan jeda diantara set. Dalam beberapa
pertandingan yang disiarkan oleh televisi, Herry I.P beberapa kali tertangkap kamera sedang
mengernyitkan dahi ketika pemain asuhannya berbuat kesalahan yang tak perlu. Namun ia tidak
lantas berteriak mengeluarkan kata-kata yang keras atau menampakkan mimik muka marah.

Dalam set pertama di pertandingan semifinal All England 2017 melawan Mads/Mads,
Gideon/Kevin beberapa kali melakukan unforced error. Pengembalian bola yang melebar atau
tersangkut di net memberikan keuntungan bagi lawan. Gideon/Kevin pun harus merelakan set
pertama kalah 19-21. Meskipun demikian, Herry I.P tidak langsung menumpahkan kekesalannya
dengan kalimat verbal yang menjurus pada kemarahan ketika bertemu mereka di jeda set. Ia
tetap memberikan arahan dengan tenang dan menunjukkan cara memperbaiki kesalahan-
kesalahan tersebut dengan telaten.

Herry I.P memang punya kedisiplinan tinggi ketika melatih di Pelatnas PBSI. Ia sangat tegas
ketika sedang memimpin latihan sehari-hari. Tapi ketika sudah ada di pertandingan
sesungguhnya, ia tidak mau menjadi seorang ‘polisi’ bagi anak asuhnya. Cara ini membawanya
dekat dengan pemain karena membuat pemain menjadi nyaman. Kemarahan pelatih kepada
pemain kadang justru malah menambah pikiran mereka yang sedang kalut karena di ambang
kekalahan. Gideon/Kevin tetap bermain tenang meskipun sudah kalah di set pertama dan
sempat tertinggal jauh di awal set kedua pada babak semifinal All England. Namun motivasi
mereka untuk bangkit terus menyala hingga akhirnya memenangkan pertandingan.

3. Bersikap kebapakan kepada para pemain.

Herry I.P sudah seperti bapak bagi para pemain ganda putra. Bukan hanya karena usianya yang
mungkin hampir sama dengan ayah kandung mereka, namun juga karena sikap yang
ditunjukkannya. Herry I.P melatih muridnya seperti sedang membimbing seorang anak. Ia
memberikan sentuhan personal yang menjadi pembeda dirinya dengan pelatih lain.

Kita dapat lihat bagaimana Herry I.P memberikan instruksi kepada pemain-pemainnya di saat
interval dan istirahat di antara set. Ia memegang pundak dan merangkul Gideon/Kevin ketika
menyampaikan hal-hal yang harus diperbaiki agar mampu memaksa Mads/Mads bermain
hingga rubber game di semifinal All England. Tepukan halus di pundak pasangan itu dengan
diiringi kalimat motivasi bisa mengangkat kepercayaan diri mereka bahwa masih ada
kesempatan untuk menang walaupun sudah kehilangan set pertama.

Di babak final All England, diskusi singkat antara Herry I.P dengan Gideon/Kevin di jeda antar set
tidak berlangsung kaku. Ia menatap mata kedua pemain seolah memberikan suntikan keyakinan
bahwa mereka bisa menuntaskan pertandingan dengan kemenangan tanpa harus lewat rubber
game. Ia tidak berpanjang lebar menjabarkan instruksi karena ia ingin pemain-pemain itu tahu
bahwa ia percaya mereka sudah paham caranya menang. Strategi dan pola permainan telah
dikupas tuntas sebelum pertandingan. Kini saatnya memberikan kepercayaan penuh pada
mereka untuk mengaplikasikan di lapangan.

Herry I.P juga memanggil pemain dengan nama mereka sehingga mengurangi jarak antara
pelatih dengan pemain. Gideon ia sebut dengan nama Sinyo, panggilan akrab pemain berusia 26
tahun itu. Dengan hal kecil seperti ini, ia seolah menunjukkan bahwa ini bukan tentang saya
sebagai pelatih dan kalian sebagai pemain tapi tentang kita. Kemenangan adalah tujuan yang
ingin dicapai semua orang baik pelatih maupun pemain.
Herry I.P sudah menjadi bapaknya para pemain. (sumber foto: badmintonindonesia.org)

Indonesia patut bersyukur dan bangga punya pelatih sekaliber Herry I.P yang kaya dengan
segudang pengalaman, pengetahuan strategi yang mendalam, dan yang tak kalah penting: sikap
yang patut diteladani. Semoga Herry I.P dilancarkan dalam bertugas membawa para pemain
ganda putra Indonesia merebut gelar juara di turnamen-turnamen berikutnya.

Proficiat, coach!

Para pelatih bulutangkis memang punya gayanya masing-masing. Ada pelatih yang cukup dingin
ketika mendampingi pemainnya di tepi lapangan, dan ada yang ekspresif dengan beberapa kali
memberikan arahan berupa gerakan tangan yang animatis. Ada juga pelatih yang sangat tegas
dan tak segan-segan mengeluarkan ucapan bernada tinggi ketika pemain berulangkali gagal
mengikuti instruksinya.

Ketika mendampingi pemain yang sedang ada di pertandingan, Herry I.P cenderung bersikap
kalem. Meskipun tetap ekspresif, ia tidak menggebu-gebu ketika memberikan instruksi ke para
pemain, baik dari bangku pelatih maupun saat interval dan jeda diantara set. Dalam beberapa
pertandingan yang disiarkan oleh televisi, Herry I.P beberapa kali tertangkap kamera sedang
mengernyitkan dahi ketika pemain asuhannya berbuat kesalahan yang tak perlu. Namun ia tidak
lantas berteriak mengeluarkan kata-kata yang keras atau menampakkan mimik muka marah.

Dalam set pertama di pertandingan semifinal All England 2017 melawan Mads/Mads,
Gideon/Kevin beberapa kali melakukan unforced error. Pengembalian bola yang melebar atau
tersangkut di net memberikan keuntungan bagi lawan. Gideon/Kevin pun harus merelakan set
pertama kalah 19-21. Meskipun demikian, Herry I.P tidak langsung menumpahkan kekesalannya
dengan kalimat verbal yang menjurus pada kemarahan ketika bertemu mereka di jeda set. Ia
tetap memberikan arahan dengan tenang dan menunjukkan cara memperbaiki kesalahan-
kesalahan tersebut dengan telaten.

Herry I.P memang punya kedisiplinan tinggi ketika melatih di Pelatnas PBSI. Ia sangat tegas
ketika sedang memimpin latihan sehari-hari. Tapi ketika sudah ada di pertandingan
sesungguhnya, ia tidak mau menjadi seorang ‘polisi’ bagi anak asuhnya. Cara ini membawanya
dekat dengan pemain karena membuat pemain menjadi nyaman. Kemarahan pelatih kepada
pemain kadang justru malah menambah pikiran mereka yang sedang kalut karena di ambang
kekalahan. Gideon/Kevin tetap bermain tenang meskipun sudah kalah di set pertama dan
sempat tertinggal jauh di awal set kedua pada babak semifinal All England. Namun motivasi
mereka untuk bangkit terus menyala hingga akhirnya memenangkan pertandingan.
Kalemnya Herry I.P di tengah pertandingan. (sumber foto: badmintonindonesia.org)

3. Bersikap kebapakan kepada para pemain.

Herry I.P sudah seperti bapak bagi para pemain ganda putra. Bukan hanya karena usianya yang
mungkin hampir sama dengan ayah kandung mereka, namun juga karena sikap yang
ditunjukkannya. Herry I.P melatih muridnya seperti sedang membimbing seorang anak. Ia
memberikan sentuhan personal yang menjadi pembeda dirinya dengan pelatih lain.

Kita dapat lihat bagaimana Herry I.P memberikan instruksi kepada pemain-pemainnya di saat
interval dan istirahat di antara set. Ia memegang pundak dan merangkul Gideon/Kevin ketika
menyampaikan hal-hal yang harus diperbaiki agar mampu memaksa Mads/Mads bermain
hingga rubber game di semifinal All England. Tepukan halus di pundak pasangan itu dengan
diiringi kalimat motivasi bisa mengangkat kepercayaan diri mereka bahwa masih ada
kesempatan untuk menang walaupun sudah kehilangan set pertama.

Di babak final All England, diskusi singkat antara Herry I.P dengan Gideon/Kevin di jeda antar set
tidak berlangsung kaku. Ia menatap mata kedua pemain seolah memberikan suntikan keyakinan
bahwa mereka bisa menuntaskan pertandingan dengan kemenangan tanpa harus lewat rubber
game. Ia tidak berpanjang lebar menjabarkan instruksi karena ia ingin pemain-pemain itu tahu
bahwa ia percaya mereka sudah paham caranya menang. Strategi dan pola permainan telah
dikupas tuntas sebelum pertandingan. Kini saatnya memberikan kepercayaan penuh pada
mereka untuk mengaplikasikan di lapangan.

Herry I.P juga memanggil pemain dengan nama mereka sehingga mengurangi jarak antara
pelatih dengan pemain. Gideon ia sebut dengan nama Sinyo, panggilan akrab pemain berusia 26
tahun itu. Dengan hal kecil seperti ini, ia seolah menunjukkan bahwa ini bukan tentang saya
sebagai pelatih dan kalian sebagai pemain tapi tentang kita. Kemenangan adalah tujuan yang
ingin dicapai semua orang baik pelatih maupun pemain.

Herry I.P sudah menjadi bapaknya para pemain. (sumber foto: badmintonindonesia.org)

Indonesia patut bersyukur dan bangga punya pelatih sekaliber Herry I.P yang kaya dengan
segudang pengalaman, pengetahuan strategi yang mendalam, dan yang tak kalah penting: sikap
yang patut diteladani. Semoga Herry I.P dilancarkan dalam bertugas membawa para pemain
ganda putra Indonesia merebut gelar juara di turnamen-turnamen berikutnya.

Team building adalah aktivitas kelompok tersebut yang memiliki interaksi tinggi untuk
meningkatkan produktivitas karyawan dalam menuntaskan pekerjaan mereka melalui
serangkaian aktivitas yang dirancang secara hati-hati untuk mencapai sasaran yang telah
ditentukan sebelumnya (Robbins dan Judge, 2003). Team building merupakan proses yang tidak
bisa dilakukan dalam waktu singkat, akan tetapi merupakan suatu proses dinamis yang
dilaksanakan dalam waktu yang cukup lama dan dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti faktor
personal, faktor individu, dan faktor tim. Dalam bidang olahraga, sebuah tim terbentuk dari
sekumpulan individu yang saling ketergantungan, yang dikoordinasikan dan dipimpin oleh
seorang pelatih sehingga mampu melaksanakan berbagai peran dan tugas secara effisien dalam
rangka mencapai tujuan tim tersebut (Yukelson, 1997). Pentingnya team building ini adalah
untuk meningkatkan dan mengembangkan kemampuan dan perilaku para anggota tim sehingga
mampu mencapai kemampuan tim yang optimal.

Proses team building melibatkan proses kerja sama pelatih dengan anggota tim dalam
rangka mencapai tujuan tim, menciptakan atmosfer tim yang kondusif dalam upaya pencapaian
tujuan, serta proses komunikasi dan diskusi secara terbuka untuk meningkatkan kualitas tim
secara berkala (Yukelson, 1997). Dari perspektif pelatih, proses ini meliputi bagaimana meracik
komposisi tim dari beragam kemampuan (skills) dan talenta yang dimiliki anggota tim sehingga
suatu tim yang dipimpinnya tersebut bisa bersinergi dengan optimal dan menjadi tim yang
sukses dan berprestasi. Dalam rangka membangun sebuah tim yang sukses, Yukelson (1997)
menyebutkan ada 8 komponen dasar proses team building yang efektif meliputi :

1. Visi yang jelas dan kesatuan tujuan (shared vision and unity of purpose)

2. Kerja sama tim yang kolaboratif dan sinergistik (collaborative and synergistic teamwork)

3. Akuntanbilitas individual dan tim (individual and mutual accountability)

4. Budaya tim yang positif dan kohesif (a positive team culture and cohesive group
atmosphere)

5. Identitas Tim (team identity)


6. Proses komunikasi yang terbuka dan jujur (open and honest communication processes)

7. Saling mendukung dan bergotong royong antar anggota tim (peer helping and social
support)

8. Saling percaya di semua level (trust at all levels)

Pemain ganda putra bulu tangkis Indonesia menorehkan prestasi moncer dalam
rangkaian turnamen BWF Super Series tahun ini. Hingga pekan lalu, tiga pasangan Indonesia
bertengger di peringkat lima besar dunia. Pasangan Marcus Fernaldi Gideon/Kevin Sanjaya
Sukamuljo yang mengoleksi delapan gelar tahun ini menempati peringkat pertama; diikuti
pasangan senior Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan di posisi kedua dan Fajar
Alfian/Muhammad Rian Ardianto di tempat kelima.

Prestasi tersebut tak lepas dari peran kepala pelatih ganda putra Persatuan Bulu Tangkis
Seluruh Indonesia, Herry Iman Pierngadi. Di tangan Herry IP biasa disapa, 57 tahun, ganda putra
Indonesia tahun ini menjuarai semua turnamen Super 1000--turnamen berhadiah total sekitar
US$ 1 juta--yaitu All England, Indonesia Terbuka, dan Cina Terbuka. Bahkan Hendra/Ahsan
menjadi juara dunia. Ini prestasi terbaik ganda putra Indonesia dalam beberapa tahun terakhir.
Selama melatih di pemusatan latihan nasional PBSI sejak 1993, Herry sudah mengantar
pemainnya menjuarai Olimpiade, Asian Games, dan kejuaraan dunia.

Melihat kesuksesan

1. Visi yang jelas dan kesatuan tujuan (shared vision and unity of purpose)

Karena team building merupakan proses kerja sama dari semua pihak (collaborative
efforts), sebuah tim yang sukses bisa tercipta dari kerja sama dengan tujuan yang sama.
Seorang pelatih perlu untuk menyampaikan informasi mengenai visi, target, aturan, dan
ekspektasi dari tim yang akan ia latih. Sehingga para anggota tim tersebut akan memahami
setiap peran yang akan dilakukan, aturan tim bisa terbentuk, setiap individu semakin sadar
apa yang harus mereka lakukan untuk mencapai tujuan yang ingin dicapai bersama (Riley,
1993).

Sebagai pelatih ganda putra yang menjadi unggulan Indonesia di berbagai kompetisi
badminton internasional, Herry IP senantiasa menyampaikan target kepada pemain-
pemainnya setiap akan berkompetisi, contohnya untuk timnas ganda putra senior
ditargetkan masuk final di setiap kompetisi. Penyampaian visi dan target yang jelas ini pun
dipahami betul oleh para pemain didikan Herry IP. Dengan memiliki target yang sama, Herry
IP sebagai pelatih bisa lebih maksimal dalam mendidik para pemainnya agar bisa berlatih
lebih disiplin dan bermain dengan lebih kompak.

2. Kerja sama tim yang kolaboratif dan sinergistik (collaborative and synergistic teamwork)

Setelah memiliki tujuan dan target yang sama, seluruh anggota tim baik pelatih, pemain tim,
dan semua komponen pendukung tim perlu saling bersinergi agar konsisten dalam
mencapai tujuan bersama. Setiap komponen tim harus memahami kemampuan dan peran
masing-masing serta hubungan antar anggota tim (Carron, 1993). Selain itu, sebagai seorang
pemimpin dalam sebuah tim, peran pelatih menjadi penting untuk memastikan bahwa
seluruh anggota tim bisa bekerja sama berdasarkan kepentingan bersama untuk berhasil.

Herry I.P bukan sekedar pelatih yang mengetahui seluk beluk strategi permainan. Ia juga
mengenal karakter masing-masing pemain yang dibina. Hal ini penting untuk membantunya
menyusun pola latihan dan metode komunikasi yang tepat dengan pemain. Masing-masing
orang punya karakter berbeda-beda yang tidak bisa diseragamkan. Alih-alih memaksakan
diri menerapkan peraturan keras yang mengubah karakter pemain, Herry I.P justru
menghormati adanya perbedaan itu dan berusaha menyesuaikan diri. Ia tahu bahwa seunik
apapun karakter pemain, ia tetap bisa mengontrolnya karena mereka punya ambisi yang
sama sebagai seorang atlet bulutangkis yaitu menjadi juara.
Salah satu contohnya adalah ketika mendampingi Ahsan/Hendra menjelang partai final
Kejuaraan Dunia 2015 yang dihelat di Istora Gelora Bung Karno, Jakarta. Herry I.P. baru mau
membahas strategi untuk melawan pasangan Tiongkok, Liu Xiaolong/Qiu Zihan beberapa
jam sebelum bertanding. Alasannya adalah karena apabila hal itu dilakukan di malam
sebelum pertandingan, malah akan menganggu istirahat sang pemain. Dalam
wawancaranya dengan media, Herry I.P mengatakan bahwa Ahsan cenderung tidak nyenyak
tidur malamnya bila pikiran sudah dipenuhi oleh rencana permainan yang didiskusikan.

Herry I.P bisa mengontrol beberapa pemain ganda berusia muda yang terkadang masih
punya ego meledak-ledak. Ia tahu dengan siapa suatu pemain cocok dipadukan untuk
menjadi satu pasangan yang tangguh. Terkadang dua pemain yang punya teknik permainan
tinggi justru malah jadi kartu mati ketika dipasangkan, karena keduanya dominan dan tak
ada yang mau mengalah. Berbekal pengetahuan tentang karakter pemainnya, Herry I.P juga
membantu mereka untuk segera pulih dari sakit hati akibat kekalahan yang menyesakkan
dan bangkit kembali di turnamen berikutnya.

3. Akuntabilitas individual dan tim (individual and mutual accountability)

Seluruh anggota tim, baik secara individual maupun kolektif, perlu berkomitmen untuk
berusaha semaksimal mungkin menjadi anggota tim yang handal dan mendahulukan
kepentingan tim. Diperlukan dedikasi, komitmen dan kepercayaan antar anggota tim agar
tim bisa beroperasi secara optimal. Sebagai pelatih, untuk memotivasi pemain tim bisa
menggunakan sistem hadiah (reward system) berbasis tim dimana anggota tim akan
diberikan imbalan atas tercapainya tujuan dan target tim. Dengan cara ini, semua anggota
tim akan merasa memiliki kepentingan yang sama untuk mencapai target tim secara kolektif.
BAB III

SIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA

Buku

Basalamah, Anies Said. Bahan Ajar Kepemimpinan. Jakarta : PKN STAN, 2009.

Bass, B. M., & Avolio, B. J. (1997). Full range leadership development: Manual for the
multifactor leadership questionnaire. Redwood City, CA: Mind Garden

Carmichael, J. L., Collins, C., Emsell, P. & Haydon, J., 2011. Leadership and Management
Development. New York, NY: Oxford University Press Inc.

Davies, A., 2016. Best Practice in Corporate Governance: Building Reputation and Sustainable
Success. New York, NY: Routledge Taylor & Francis Group.

Goleman, D. 1995 Emotional Intelligence. New York : Bantam.

Kuhnert, K.W. 1994. Transforming Leadership: Developing people through delegation. In B. M.


Bass & B. J. Avolio (Eds), Improving organizational effectivenss through
transformational leadership (pp.10-25). Thousand Oaks, CA: Sage.

Lentz, C. A., 2009. Change Management. Las Vegas, NV: Lentz Leadership Institute.

Lussier, R. N. & Achua, C. F., 2016. Leadership: Theory, Application, & Skill


Development. Edisi ke-6, Boston, MA: Cengage Learning.

Northouse, P. G. 2013. Leadership:Theory and Practice. Edisi ke-6, Thousand Oaks, CA: Sage
Publications, Inc.

McShane, S. L., Olekalns, M. & Travaglione, T. 2015. Organisational Behaviour: Emerging


Knowledge, Global Insights. Edisi ke-5, McGraw Hill Education-Australia.

Riggio, R. E. & Bass, B. M., 2006. Transformational Leadership. Edisi ke-2, Mahwah, New
Jersey: Psychology Press.

Rosenstein, B., 2015. Leader to Leader. 76 ed. New York, NY: John Wiley & Sons.

Trompenaars, F. & Voerman, E., 2009. Servant Leadership Across Cultures: Harnessing the
Strength of the World’s Most Powerful Leadership Philosophy. Edisi ke-1, Oxford, OX:
Infinite Ideas Limited.

Jurnal

Budiman, Agus. Politik Apartheid Di Afrika Selatan. Jurnal Artefak. 1(1):17-23.

25
26

Website

Abrams, Irwin. 30 Juni 2013. Nelson Mandela – Nobel Lecture.


http://www.nobelprize.org/nobel_prizes/peace/laureates/1993/mandela-lecture_en.html.
01 November 2019.

Fathoni, Rifai Shodiq. 2017. Sejarah Dunia - Politik Apartheid di Afrika Selatan 1948-1994 M.
wawasansejarah.com/politik-apartheid-di-afrika-selatan. 02 November 2019

Kho, Budi. 2019. Pengertian Kepemimpinan dan Teori Kepemimpinan (Leadership).


ilmumanajemenindustri.com/pengertian-kepemimpinan-teori-kepemimpinan-definisi-
leadership. 03 November 2019.

Nakamura, D. & Raghavan,S. 2013. President Obama reflects on Nelson Mandela’s legacy,
South Africa’s past. The Washington Post.
http://www.washingtonpost.com/world/africa/president-obama-reflects-on-nelson-
mandelas-legacy-south-africas-past/2013/06/29/9b9ed570-e0a6-11e2-8ae9-
5db15d3c0fca_story.html. 01 November 2019.

Taylor, James. 2017. Transformational Leadership.


https://www.essaytyping.com/transformational-leadership/. 01 November 2019.

The Biography Channel website. 2013. Nelson Mandela.


http://www.biography.com/people/nelson-mandela-9397017. 01 November 2019.

Wikipedia. Nelson Mandela. https://id.wikipedia.org/wiki/Nelson_Mandela. 03 November 2019.

Anda mungkin juga menyukai