Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

SENI GRAFIS

NAMA: ARLEN HANDAYANI

NIM : 18020025

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SENI RUPA

JURUSAN SENI RUPA

FAKULTAS BAHASA DAN SENI

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2019
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat
dan karunianya,sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini.

Adapun penulis mengharapkan, makalah ini dapat memberikan


sumbangan pemikiran bagi pembaca pada umumnya dan penulis khususnya.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Walaupun
demikian semoga hasil dari makalah ini dapat bermanfaat bagi yang
memerlukannya..
Dengan keterbatasan ilmu dan pengetahuan yang penulis miliki, karya
tulis ini masih jauh dari kata sempurna, oleh karena itu kritik dan saran yang
sifatnya membangun sangat penulis harapkan.

Padang, 12 Desember 2019

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Permasalahan


Perkembangan seni rupa kontemporer kini sudah mulai banyak memberikan
dampak positif terhadap berbagai kalangan. Baik itu orang yang awam terhadap
dunia seni rupa bahkan seniman-seniman sekalipun turut andil dalam meramaikan
masa seni rupa kontemporer. Segala sesuatunya kini sudah menjadi sangat mudah
dan dapat dilakukan oleh siapapun, kapanpun dan dimanapun. Ini merupakan
suatu kemajuan dunia seni rupa.
Namun jika ada dampak positif maka dampak negatif pun perlu kita sortir
sebagai bahan evaluasi. Contohnya saja dalam hal perkembangan seni murni, saat
ini banyak orang yang mencampur-adukan bahkan mengubah image seni murni
menjadi desain. Bisa saja hal ini dilakukan, karena termasuk ke dalam hal
eksplorasi karya. Namun istilah seni murni itu sendiri sejalannya waktu akan
pudar apabila istilah seni murni tidak diaplikasikan ke dalam praktiknya.
Kita ambil salah satu bagian dari seni murni yaitu seni grafis. Banyak orang
yang kerap kali lebih memilih mengerjakan suatu karya secara instan.
Menggunakan berbagai teknologi mutakhir untuk mendapatkan hasil karya yang
memuaskan “bagi dirinya”. Menganggap seni grafis merupakan sesuatu yang
sudah “out of date”. Sungguh ironis bagi perkembangan seni grafis, karena akan
menjadi lamban sejalan dengan berkembangnya seni rupa kontemporer.
Menggunakan berbagai teknologi mutakhir untuk menyamakan dengan hasil
karga seni grafis memang hasilnya terlihat sama, lebih rapih, bersih dan penuh
eksplorasi warna. Namun nuansa rasa, goresan-goresan serta nilai estetis yang
pada karya itu tidak nampak sama sekali, dan akan terasa berbeda dibandingkan
karya grafis yang pengerjaannya manual.
B.     Rumusan Masalah
1.      Apa saja yang dibutuhkan dalam membuat karya grafis?
2.      Bagaimana teknik pengerjaan karya grafis?
3.      Bagaimana proses pewarnaan grafis?
4.      Seperti apa hasil akhir karya yang diperoleh?
 BAB II
TINJAUAN TEORI

A.    Pengertian Seni Grafis


Seni grafis merupakan ungkapan visual ke dalam bidang dua dimensi, sebagai
salah satu cara dalam menciptakan karya seni rupa dengan memanfaatkan media
cetak mencetak. Dengan menggunakan media cetak, sebuah karya dapat
direproduksi atau dilipatgandakan dalam jumlah tertentu tanpa mengubah/
menghilangkan orisinalitasnya
Istilah grafis berasal dari bahasa Inggris graphic atau graph yang artinya
membuat tulisan, gambar, atau lukisan yang dikerjakan dengan cara digores atau
ditoreh. Seni grafis adalah salah satu karya seni rupa murni berwujud dua dimensi
yang proses pembuatannya melalui teknik cetak. Menurut tekniknya, seni grafis
dapat dibedakan menjadi lima jenis, yaitu cetak saring (silkscreen) atau cetak
sablon, cetak datar (lithography), cetak tinggi (woodcut), cetak dalam (intaglio)
dan cetak foto (fotografi).
Seni grafis adalah cabang seni rupa yang proses pembuatan karyanya
menggunakan teknik cetak, biasanya di atas kertas. Kecuali pada teknik
Monotype, prosesnya mampu menciptakan salinan karya yang sama dalam jumlah
banyak, ini yang disebut dengan proses cetak. Tiap salinan karya dikenal sebagai
'impression'. Lukisan atau drawing, di sisi lain, menciptakan karya seni orisinil
yang unik. Cetakan diciptakan dari permukaan sebuah bahan, yang umum
digunakan adalah: plat logam, biasanya tembaga atau seng untuk engraving atau
etsa; batu digunakan untuk litografi; papan kayu untuk woodcut/cukil kayu. Masih
banyak lagi bahan lain yang digunakan dalam karya seni ini. Tiap-tiap hasil
cetakan biasanya dianggap sebagai karya seni orisinil, bukan sebuah salinan.
Karya-karya yang dicetak dari sebuah plat menciptakan sebuah edisi, pada masa
seni rupa modern masing-masing karya ditandatangani dan diberi nomor untuk
menandai bahwa karya tersebut adalah edisi terbatas.
B. Sejarah Seni Grafis
Mulanya, seni grafis berkembang di China. Disana, seni grafis digunakan
untuk menggandakan tulisan-tulisan keagamaan. Tulisan tersebut diukir pada
bidang kayu dan di cetak diatas kertas. China menemukan kertas secara massal
pada tahun 105 yaitu pada masa pemerintahan Dinasti Yi.
Karya seni dengan media kayu ditemukan dinegara asoa yang memiliki kultur
tua dan kuat seperti China, Korea dan Jepang. Bangsa Romawi juga sudah
mengenal teknik cetak ini yang digunakan untuk menghias jubah dengan cetak
stempel. Namun teknik cetak ini kurang berkembang karena bangsa eropa tidak
mengenal kertas. Teknik grafis mulai berkembang di Eropa pada abad ke 13
dengan ditemukkannya mesin cetak oleh Gutterberg yang juga mendirikan pabrik
kertas pertama di Italia. Sejak saat itu, beragam teknil seni grafis berkembang di
Eropa.
Awalnya seni grafis di Indonesia merupakan media alternatif bagi seniman
yang sudah mengerjakan bidang lain seperti melukis ataupun mematung.
Kronologisnya, seni grafis muncul sekitar tahun 1950-an, tokohnya yaitu Suromo
dan Abdul Salam di Yogyakarta yang membuat karya dengan teknik cukil kayu
atau woodcut dan kebanyakan karya nya adalah poster perjuangan. Tokoh lainnya
tyaitu Marasutan (Jakarta) dan Mochtar Apin (Bandung).
 BAB III
PEMBAHASAN

A.    Persiapan Peralatan dan Bahan dalam Membuat Karya Grafis


Peralatan yang dibutuhkan :

1. Pensil (untuk membuat sketsa gambar) 

2. Penggaris (untuk mengukur plat dan ukuran kertas sketsa) 


3. Ampelas (untuk menghaluskan permukaan plat yang akan dicukil) 
4. Spidol (untuk menebalkan/mempertegas sketsa)
5. Kain bekas (untuk menggosok-gosok kertas yang berisi gambar objek,
pada saat proses memindahkan gambar dari kertas ke plat karet) 
6. Cungkil (untuk mencungkil plat sesuai bentuk gambar)
7. Roller (digunakan pada saat proses pencetakan yaitu memberi warna pada
plat yang sudah dicungkil) 
8. Sendok (untuk memindahkan hasil cetakan dari plat ke kertas, dengan cara
digosok)
Bahan-Bahan yang Dibutuhkan :

1. Kertas HVS
2. Minyak Kayu putih (untuk memindahkan gambar sketsa dari kertas di atas
plat, dengan cara dituangkan kemudian digosok-gosok dengan kain)
3. Plat karet
4. Cat khusus cetakan grafis
5.  Tiner (untuk menghilangkan sisa-sisa cat yang menempel di tangan atau
di plat pada saat semua proses sudah selesai dilaksanakan)

B.    Proses bekarya
1. Cetak Saring (Silkscreen) atau Cetak Sablon
Cetak saring merupakan salah satu teknik cetak yang banyak dikenal orang
dengan nama sablon. Teknik yang digunakan mencetak adalah menggunakan
cetakan yang terbuat dari kasa (screen) yang bersifat elastis, lentur, dan halus.
Cetak saring umumnya digunakan dalam pembuatan poster, spanduk, kaos, dan
lain-lain.

Proses berkarya dan hasil cetak sablon

Seniman yang menggunakan teknik cetak saring dalam menghasilkan karya


seni antara lain Chuck Close, Joseft Albert, Ralston Crawford, Robert Indiana,
Julia Opie, Bridge Riley, Edward Ruscha, dan Andy Warhol.
2. Cetak Datar (Lithography)
Lithography berasal dari bahasa Yunani, yaitu Lithos (batu)
dan graphein (menulis).  Litho-graphy merupakan seni grafis dengan teknik cetak
datar yang menggunakan acuan cetak dari lempeng batu kapur. Media batu kapur
digunakan karena dapat menghisap lemak dan tinta cair

Hasil karya cetak datar

Seniman yang menggunakan teknik cetak datar adalah Pierre Bonnard, M.C


Escher, George Bellows,Joan Miro, Honore Daumier, Ellsworth Kelly, Willem de
Kooning, Edvard Munch, Pablo Picasso, Emil Nolde, Odilon Redon, dan Stow
Wengenroth.
3. Cetak Tinggi (Woodcut)
Cetak tinggi atau cetak timbul adalah cara membuat acuan cetak dengan
membentuk gambar timbul pada permukaan media cetak. Contoh sederhana
penggunaan teknik cetak timbul adalah cap atau stempel. Media yang sering
digunakan dalam penerapan teknik ini adalah menggunakan kayu lapis triplek,
metal, harboard, papan kayu, dan karet (linoleum).
Teknik cetak tinggi yang paling populer adalah seni grafis cukil kayu
(woodcut). Teknik ini mulai dikenal pada abad ke-14 M oleh orang Koptia di
Mesir. Orang Eropa menggunakan teknik ini untuk membuat hiasan pada kain
tenun. Seni ini juga digunakan pada media cetak huruf dan buku. Salah satu orang
yang berjasa dalam penemuan teknik cetak ini adalah Johanes Gutenberg (1400-
1468) dari Jerman.

Hasil karya cetak tinggi


Seniman yang menggunakan teknik cetak tinggi untuk membuat karya
seninya diantaranya adalah H. Holbein, Albrecht Durer, L. Granach, HB. Grien
(Jerman), Kastuhista Hukosai, Ando Hirosige (Jepang), Edi Sunaryo, Kaboel
Suadi, Andang Supriadi (Indonesia).
4. Cetak Dalam (Intaglio)
Cetak dalam adalah salah satu teknik seni grafis dengan menggunakan acaun
cetak dari lempeng logam (tembaga, besi, alumunium, seng, dan lain-lain). Teknik
pembuatan cetak dalam adalah dengan ditoreh atau digoreskan langsung
menggunakan alat bantu tumpul. Adapula yang menggunakan larutan senyawa
asam nitrit yang bersifat korosit terhadap logam tembaga. Seni grafis cetak dalam
dibagi dalam beberapa bagian, antara lain Engraving, Etsa, Mezzotint, dan
Drypoint.
Hasil karya cetak dalam

a. Engraving
Engraving pertama kali dikembangkan di Jerman pada tahun 1430, dari
ukiran halus yang digunakan para pengrajin emas untuk mendekorasi karya
mereka. Dalam melakukan teknik ini, seseorang harus memiliki keterampilan
karena harus menggunakan alat yang bernama burin.
Burin digunakan untuk mengukir logam. Seluruh permukaan cat logam diberi
tinta, kemudian tinta dibersihkan hingga yang tersisa hanya tinta yang berada pada
garis yang diukir. Setelah itu plat logam diletakkan pada alat pres bertekanan
tinggi di atas lembaran kertas. Selanjutnya kertas mengambil tinta dari garis
engraving dan menghasilkan karya cetak.
b. Etsa (Etching)
Etsa merupakan teknik cetak seni yang menggunakan media berupa lempeng
tembaga. Untuk membuat acuan cetak atau klise dilakukan dengan menggunakan
larutan asam nitrat (HNO3) yang memiliki sifat korosit terhadap logam tembaga.
Teknik ini ditemukan oleh Daniel Hopfer (sekitar tahun 1470-1536) dari
Augsburg, Jerman. Dengan teknik ini ia mendekorasi baju besinya.
Etsa relatif mudah dipelajari oleh seniman yang terbiasa menggambar. Hasil
cetakan etsa umumnya bersifat linear dan memiliki detail dan kontur halus.
Pengerjaan teknik etsa adalah dengan menutup lembaran plat logam
menggunakan lapisan semacam lilin. Kemudian, lapisan tersebut digores
menggunakan jarum etsa yang runcing hingga bagian logamnya terbuka. Plat
tersebut kemudian dicelupkan atau diberi larutan asam di atasnya. Asam akan
mengikis bagian plat yang digores. Setelah itu lapisan yang tersisa dibersihkan
dari plat, dan selanjutnya proses pencetakan yang sama dengan proses pencetakan
pada engraving.
c. Mezzotint
Mezzotint adalah teknik cetak dalam menggunakan  plat logam yang terlebih
dahulu permukaannya dibuat kasar secara merata. Sketsa atau rancangan gambar
dibuat dengan mengerok halus permukaan logam dengan menerapkan efek gelap
terang. Gambar dapat dibuat dengan cara membuat kasar bagian tertentu saja,
bekerja dari warna gelap ke terang. Alat yang digunakan pada teknik ini adalah
rocker. Metode Mezzotint ditemukan oleh Ludwig von Siegen (1609-1680).
Proses ini digunakan secara luas di Inggris untuk memproduksi foto dan lukisan
pada pertengahan abad ke-18 M.

d. Drypoint
Drypoint merupakan variasi dari teknik cetak engraving. Teknik ini disebut
dengan goresan langsung menggunakan alat runcing. Goresan drypoint akan
menghasilkan kesan kasar pada tepi garis. Drypoint hanya dapat digunakan untuk
jumlah cetakan yang kecil, sekitar sepuluh sampai dua puluh karya karena tekanan
alat press dapat cepat merusak kesan kabur yang dibuat. Untuk mengatasi ini,
penggunaan elektro-plating telah digunakan sejak abad ke-19 M untuk
mengeraskan permukaan plat.
Teknik ini ditemukan pada abad ke-15 M oleh seniman Jerman Selatan yang
memiliki julukan Housebook Master. Semua karya yang dihasilkan oleh seniman
yang mendapat julukan housebook master ini menggunakan teknik drypoint.
Beberapa seniman dunia yang juga menggunakan teknik ini adalah Rembrandt
dan Albrecht Durer.

5. Cetak Foto atau Fotografi


Cetak foto atau fotografi adalah ragam seni grafis yang pembuatannya melalui
proses pemotretan dengan kamera, pencucian film, dan pencetakan gambar foto.
Teknik cetak afdruk pada fotografi analog menggunakan bahan film, kertas foto,
dan bahan cuci film, dengan alat yang digunakan adalah kamera analog. Pada
perkembangannya saat ini ada teknik cetak lainnya yang berkaitan dengan
fotografi, yaitu teknik cetak digital. Teknik ini menggunakan kamera digital dan
dicetak pada kertas menggunakan tinta cetak, komputer, dan printer.

Hasil karya cetak foto

BAB IV
PENUTUP
A.    Kesimpulan
            Membuat karya grafis memang susah-susah tapi mudah. Susah apabila
tergesa-gesa dan mudah apabila mengerjakannya dengan sabar dan menikmati
prosesnya. Di dalam cetak grafispun tidak hanya satu warna saja yang dipakai,
melainkan kita dapat memngolah warna-warna tersebut menjadi sebuah gradasi,
sehingga tidak menjemukan ketika dilihat. Mungkin ini salah satu cara penulis
untuk memberikan suatu stimulus bagi orang-orang yang mau belajar seni grafis
dan mempertahankan eksistensinya di dunia seni murni. Penulis yakin orang-
orang lain dapat lebih kreatif dengan berbagai cara, teknik dan media dalam
membuat karya grafis agar tidak terkesan monoton.
B.     Saran
Semoga bagi para pembaca dapat menggali lagi pengetahuan dan mengasah lagi
keterampilan dalam membuat karya grafis. Dan meningkatkan kreativitas dalam
membuat karya grafis. Semoga makalah ini bermanfaat bagi yang membacanya.

DAFTAR PUSTAKA
Seni Budayaku. 2017. Pengertian Seni Grafis dan Jenis Jenis Seni Grafis
Lengkap. Tersedia: https://www.senibudayaku.com/2017/03/pengertian-
seni-grafis-dan-jenis-jenis-seni-grafis.html. (diakses 12 Desember 2019)

MzBenk. 2016. Makalah Seni Grafis. Tersedia:


http://nakatabatara.blogspot.com-/2016/01/makalah-seni-grafis.html.
(diakses 12 Desember 2019)

Anda mungkin juga menyukai