Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Permasalahan


                  Perkembangan seni rupa kontemporer kini sudah mulai banyak memberikan dampak positif
terhadap berbagai kalangan. Baik itu orang yang awam terhadap dunia seni rupa bahkan seniman-seniman
sekalipun turut andil dalam meramaikan masa seni rupa kontemporer. Segala sesuatunya kini sudah
menjadi sangat mudah dan dapat dilakukan oleh siapapun, kapanpun dan dimanapun. Ini merupakan suatu
kemajuan dunia seni rupa.
                  Namun jika ada dampak positif maka dampak negatif pun perlu kita sortir sebagai bahan
evaluasi. Contohnya saja dalam hal perkembangan seni murni, saat ini banyak orang yang mencampur-
adukan bahkan mengubah image seni murni menjadi desain. Bisa saja hal ini dilakukan, karena termasuk
ke dalam hal eksplorasi karya. Namun istilah seni murni itu sendiri sejalannya waktu akan pudar apabila
istilah seni murni tidak diaplikasikan ke dalam praktiknya.
                  Kita ambil salah satu bagian dari seni murni yaitu seni grafis. Banyak orang yang kerap kali
lebih memilih mengerjakan suatu karya secara instan. Menggunakan berbagai teknologi mutakhir untuk
mendapatkan hasil karya yang memuaskan “bagi dirinya”. Menganggap seni grafis merupakan sesuatu
yang sudah “out of date”. Sungguh ironis bagi perkembangan seni grafis, karena akan menjadi lamban
sejalan dengan berkembangnya seni rupa kontemporer. Menggunakan berbagai teknologi mutakhir untuk
menyamakan dengan hasil karga seni grafis memang hasilnya terlihat sama, lebih rapih, bersih dan penuh
eksplorasi warna. Namun nuansa rasa, goresan-goresan serta nilai estetis yang pada karya itu tidak
nampak sama sekali, dan akan terasa berbeda dibandingkan karya grafis yang pengerjaannya manual.
                  Ini merupakan suatu tantangan bagi para penggemar seni grafis untuk membangkitkan kembali
gairah dunia grafis. Dengan cara memperkaya teknik pengerjaan, eksplorasi warna serta media yang
digunakan. Agar nama seni grafis pada wilayah seni murni tidak akan pudar bahkan beralih ke wilayah
desain. Oleh sebab itu penulis mengambil judul makalah ini “Eksplorasi Warna pada Cetak Grafis I
dengan Tema Animal Figure”
     
B.     Rumusan Masalah
1.      Apa saja yang dibutuhkan dalam membuat karya grafis?
2.      Bagaimana teknik pengerjaan karya grafis?
3.      Bagaimana proses pewarnaan grafis?
4.      Seperti apa hasil akhir karya yang diperoleh?

C.     Tujuan
1.      Mempertahankan seni grafis sebagai bagian dari seni murni
2.      Memperkenalkan seni grafis kepada masyarakat awam
3.      Memenuhi tugas prasyarat UAS mata kuliah Seni Grafis I
4.      Melatih keterampilan mahasiswa dalam membuat karya ilmiah
D.    Manfaat
1.      Mengetahui peralatan dan bahan yang dibutuhkan dalam membuat karya grafis
2.      Mengetahui teknik pengerjaan karya grafis
3.      Mengetahui proses pewarnaan karya grafis
4.      Memperoleh hasil karya grafis sebagai dokumentasi kekaryaan

BAB II
TINJAUAN TEORI

A.    Pengertian Seni Murni


            Seni murni merupakan seni yang hanya dapat dinikmati keindahannya, tidak dilihat dari segi
praktis atau kegunaannya. Salah satu contohnya adalah seni grafis. Karya grafis dapat diapresiasi melalui
nilai-nilai visual bagi yang melihatnya. Namun para seniman grafis terkadang tidak memperhatikan
keindahan karya yang dibuat untuk orang lain, melainkan dengan tujuan mencapai kepuasan batin.
Sehingga seni murni identik dengan tujuan estetik seniman itu sendiri bukan berdasarkan tujuan estetik
apresiator.

B.     Pengertian Seni Grafis


           Seni grafis adalah cabang seni rupa yang proses pembuatan karyanya menggunakan teknik cetak,
biasanya di atas kertas. Kecuali pada teknik Monotype, prosesnya mampu menciptakan salinan karya
yang sama dalam jumlah banyak, ini yang disebut dengan proses cetak. Tiap salinan karya dikenal
sebagai 'impression'. Lukisan atau drawing, di sisi lain, menciptakan karya seni orisinil yang unik.
Cetakan diciptakan dari permukaan sebuah bahan, yang umum digunakan adalah: plat logam, biasanya
tembaga atau seng untuk engraving atau etsa; batu digunakan untuk litografi; papan kayu untuk
woodcut/cukil kayu. Masih banyak lagi bahan lain yang digunakan dalam karya seni ini. Tiap-tiap hasil
cetakan biasanya dianggap sebagai karya seni orisinil, bukan sebuah salinan. Karya-karya yang dicetak
dari sebuah plat menciptakan sebuah edisi, pada masa seni rupa modern masing-masing karya
ditandatangani dan diberi nomor untuk menandai bahwa karya tersebut adalah edisi terbatas.

C.     Contoh Karya-Karya Grafis

BAB III
PEMBAHASAN

A.    Persiapan Peralatan dan Bahan dalam Membuat Karya Grafis

a. Peralatan yang Dibutuhkan

1.   Pensil (untuk membuat sketsa gambar)


2.   Penggaris (untuk mengukur plat dan ukuran kertas sketsa)
3.   Ampelas (untuk menghaluskan permukaan plat yang akan dicukil)

4.      Spidol (untuk menebalkan/mempertegas sketsa)


5.      Kain bekas (untuk menggosok-gosok kertas yang berisi gambar objek, pada saat proses
memindahkan gambar dari kertas ke plat karet)
6.      Cungkil (untuk mencungkil plat sesuai bentuk gambar)
7.      Roller (digunakan pada saat proses pencetakan yaitu memberi warna pada plat yang sudah
dicungkil)
8.      Sendok (untuk memindahkan hasil cetakan dari plat ke kertas, dengan cara digosok)

a. Bahan-Bahan yang Dibutuhkan


1) Kertas HVS
2) Minyak Kayu putih (untuk memindahkan gambar sketsa dari kertas di atas plat, dengan cara
dituangkan kemudian digosok-gosok dengan kain)
3) Plat karet
4) Cat khusus cetakan grafis
5) Tiner (untuk menghilangkan sisa-sisa cat yang menempel di tangan atau di plat pada saat semua
proses sudah selesai dilaksanakan)

B.     Teknik Pengerjaan Karya Grafis


1.         Membuat sketsa karya (Sketching)
           Penulis melakukan pengerjaan membuat sketsa di atas kertas HVS terlebih dahulu. Sebelumnya
penulis menyesuaikan ukuran plat karet terlebih dahulu. Kemudian antara plat karet yang satu dan yang
lainnya ukurannya disamakan.Dengan cara dipotong menggunakan cukil yang pipih seperti cutter. Sketsa
yang telah dibuat menggunakan pensil kemudian ditebalkan menggunakan spidol.
2.      Penempelan sketsa karya di atas plat (copying and transferring)

Gambar 16. Sketsa yang sudah dipindahkan ke plat karet


            Setelah proses membuat sketsa selesai, proses yang selanjutnya adalah membuat salinan atau
fotokopi sketsa dengan jumlah yang sama dengan plat karet, yaitu 3 lembar. Sketsa fotokopian tersebut di
pasang di atas plat karet, sesuaikan ukurannya. Lipat bagian sisi-sisi kertas ke dalam, sehingga menutupi
bagian permukaan plat karet yang akan diberi gambar. Setelah itu, tuangkan minyak kayu putih di atasnya
kemudian gosok-gosok rata ke seluruh permukaan plat dengan menggunakan kain. Lakukan proses
pemindahan gambar ke semua plat karet yang disediakan.
3.      Pencungkilan plat (grubbing)
            Proses pemindahan gambar telah selesai dilakukan. Proses yang selanjutnya dilakukan adalah
mencungkil plat. Ada 3 plat yang harus di cungkil dengan letak cungkilan yang berbeda-beda, yaitu
sebagai berikut:
∙         Plat yang dicungkil sebagai background karya,
                  Pada pencungkilan plat ini, maka bagian yang dicungkil adalah bagian objek gambar. Bagian
objek gambar dicungkil habis, sehingga hanya menyisakan bagian background.
∙         Plat yang dicungkil sebagai outline objek,
                  Pada pencungkilan plat ini, maka bagian yang dicungkil adalah bagian background. Bagian
background dicungkil habis, sehingga hanya tersisa gambar objek saja yang seperti bayangan.
∙         Plat yang dicungkil sebagai isian/penghias bagian objek.

Gambar 18. Bagian plat yang dipotong

Pada pencungkilan plat ini, maka bagian yang dicungkil adalah bagian dalam objek. Pencungkilan ini
menyesuaikan dengan gambaran objek seekor burung. Pencungkilan yang dilakukan dengan tujuan agar
memberikan kesan tekstur pada karya. Seperti menggambarkan bahwa bagian yang dicungkil itu adalah
bagian sayap burung, paruh burung, mata burung, dan sebagainya.
4.      Proses Pewarnaan
Setelah proses pencungkilan selesai, kemudian penulis melakukan pewarnaan pada plat yang sudah
dicukil. Pewarnaannya menggunakan cat khusus untuk cetak grafis.
C.     Proses Pewarnaan Karya Grafis (Proses Pencetakan Karya)
Setelah proses pencungkilan selesai, tahap selanjutnya adalah proses pewarnaan, inilah yang dinamakan
proses pencetakan karya. Berbagai karya yang dicetak dapat dianggap sebagai karya orisinil dan edisi
terbatas. Sehingga bukan plat yang sudah dicukil yang berupa karyanya, itu hanya bagian dari proses
kekaryaan. Brikut ini penulis jabarkan mengenai tahap-tahap proses pewarnaan (proses mencetak):

1. Pada proses pewarnaan pertama kali plat yang di-roll adalah plat yang digunakan untuk bagian
background. Ambil warna yang paling gelap terlebih dahulu. Tempelkan di atas kertas, setelah itu
kertas dibalik sehingga plat berada dibawah dan posisi kertas berada di atas. Kemudian tunggu
kering, tetapi proses pengeringan yang maksimal memakan waktu 1 hari,
Gambar 19. Cetakan “Edisi”
Dokumentasi Pribadi

1. Setelah warna background kering, maka proses pewarnaan selanjutnya adalah bagian bayangan
objek (bidang objek). Setelah plat di-roll maka tempelkan di atas cetakan background. Sesuaikan
ukurannya, kemudian kertas dibalik sehingga bagian plat berada di bawah dan posisi kertas berada
di atas. Gosok-gosok secara merata dengan menggunakan sendok. Angkat kertas secara perlahan,
mulai dari bagian sudut, hal ini untuk memastikan apakah warna sudah menempel secara
keseluruhan atau belum. Jika ada bagian yang masih belum rata, maka dapat ditambahkan cat lagi
dengan cara menempelkan cat sedikit saja pada bagian plat, kemudian lakukan lagi proses
penggosokan agar warna cetakan menjadi rata. Tunggu cetakan tersebut kering selama 1 hari,)
1. Setelah cetakan bagian bidang objek kering, maka proses cetakan berikutnya adalah bagian isian
bidang objek. Penulis melakukan 2 teknik pada bagian isian bidang objek, yaitu:

∙         Teknik pertama dilakukan hanya menumpuk warna cetakan (bagian cetakan isian bidang objek ini
ukurannya sama dengan plat background dan plat bidang objek). Jadi warna yang dihasilkan nanti adalah
warna cetakan background akan tertutup oleh cetakan isian bidang objek. Karena bagian background-nya
tidak dicungkil.
∙         Teknik kedua yaitu dengan cara memotong bidang cetakan isian objek. Sehingga hasil cetakan nanti
yang menumpuk warnanya hanya di bagian objek
            Biasanya cetakan pertama merupakan cetakan uji coba yang dinamakan edisi. Kemudian apabila
hasil cungkilan ternyata kurang terlihat maka plat dapat dicungkil kembali dan dicetak kemabali, inilah
bagian yang dinamakan cetakan pertama. Pada bagian karya ditulis nama pembuat karya dan urutan
cetakannya.

Gambar 22. Cetakan ke-3 (3 warna, 3X cetakan)


Dokumentasi Pribadi
D.    Hasil Karya Grafis
                  Setelah melalui berkali-kali tahap pencetakan dengan cara eksplorasi warna, maka penulis
telah mendapatkan karya yang pas untuk judul makalah ini yaitu “Eksperimentasi Warna pada Cetak
Grafis I dengan Tema Animal Figure”. Jumlah plat memang ada tiga lembar, tetapi penulis mencoba
mencampurkan banyak warna ke dalam karya cetakan. Sehingga timbul beberapa gradasi. Berikut ini
merupakan hasil karya yang warnanya sudah dieksplorasi.
Pada hasil karya diatas terdapat beberapa warna yang digunakan yakni abu-abu, hitam, kuning, oranye
dan merah. Dengan rincian sebagai berikut:

1. Warna pada background adalah abu-abu dan hitam,


2. Warna pada gambar pohon adalah oranye dan kuning (pada gambar 24) dan kuning (pada gambar
25), namun karena bertumpuk dengan warna abu-abu ataupun hitam, maka timbul warna hijau.
3. Warna pada objek burung adalah kuning pada bagian setengah badan dari atas ke bawah, dan
merah dari bagian ekor ke atas. Maka ditengah-tengah badan burung akan timbul warna oranye.

  
BAB IV
PENUTUP

A.    Kesimpulan
            Membuat karya grafis memang susah-susah tapi mudah. Susah apabila tergesa-gesa dan mudah
apabila mengerjakannya dengan sabar dan menikmati prosesnya. Di dalam cetak grafispun tidak hanya
satu warna saja yang dipakai, melainkan kita dapat memngolah warna-warna tersebut menjadi sebuah
gradasi, sehingga tidak menjemukan ketika dilihat. Mungkin ini salah satu cara penulis untuk
memberikan suatu stimulus bagi orang-orang yang mau belajar seni grafis dan mempertahankan
eksistensinya di dunia seni murni. Penulis yakin orang-orang lain dapat lebih kreatif dengan berbagai
cara, teknik dan media dalam membuat karya grafis agar tidak terkesan monoton.

B.     Saran
            Semoga bagi para pembaca dapat menggali lagi pengetahuan dan mengasah lagi keterampilan
dalam membuat karya grafis. Dan meningkatkan kreativitas dalam membuat karya grafis. Semoga
makalah ini bermanfaat bagi yang membacanya.
SENI BUDAYA SENI GRAFIS
Disusun Oleh: INDAH AYU

GURU PEMBIMBING : DAHLAN RITONGA, S.Pd

MADRASAH TSANAWIYAH MUJAHIDIN


KEPENGHULUAN TELUK PULAI
KECAMATAN PASIR LIMAU KAPAS KABUPATEN ROKAN HILIR
TAHUN AJARAN 2021/2022

Anda mungkin juga menyukai